Demam Berdarah Dengue

45
DEMAM BERDARAH DENGUE May 26, 2008, 1:17 am Filed under: Uncategorized BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Definisi Umum Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit akut yang disebabkan oleh infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus betina yang umumnya menyerang pada pada musim hujan dan musim panas. Virus itu menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Manifestasi klinis dari infeksi virus dengue dapat berupa demam dengue dan DBD dengue. [12] Wabah demam berdarah pertama didunia terjadi pada tahun 1780-an serentak terjadi bersamaan di Asia, Afrika dan Amerika Utara. Penyakit ini kemudian dinamakan Dengue fever pada 1779.[13] Di Asia Tenggara wabah besar pertama dimulai pada 1950-an di Filipina. Penyakit ini pertama kali masuk ke Asia tenggara pada tahun 1953 dan terjadi di Manila lalu menyebar ke beberapa negara[14] .Pada tahun 1975 demam berdarah telah menjadi

description

Definisi

Transcript of Demam Berdarah Dengue

Page 1: Demam Berdarah Dengue

DEMAM BERDARAH DENGUE May 26, 2008, 1:17 am Filed under: Uncategorized

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Definisi Umum

Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit akut yang disebabkan oleh

infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus

betina yang umumnya menyerang pada pada musim hujan dan musim panas.

Virus itu menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem

pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Manifestasi

klinis dari infeksi virus dengue dapat berupa demam dengue dan DBD dengue.

[12]

Wabah demam berdarah pertama didunia terjadi pada tahun 1780-an serentak

terjadi bersamaan di Asia, Afrika dan Amerika Utara. Penyakit ini kemudian

dinamakan Dengue fever pada 1779.[13] Di Asia Tenggara wabah besar pertama

dimulai pada 1950-an di Filipina. Penyakit ini pertama kali masuk ke Asia

tenggara pada tahun 1953 dan terjadi di Manila lalu menyebar ke beberapa

negara[14].Pada tahun 1975 demam berdarah telah menjadi penyakit penyebab

kematian utama pada anak-anak di wilayah Asia tenggara.

Menurut data yang diperoleh bahwa penyakit demam berdarah telah

masuk ke Indonesia sekitar 36 tahun yang lalu, yaitu sekitar tahun 1968.[15] Pada

awalnya penyakit ini hanya terjadi di daerah perkotaan dan menyerang anak –

anak yang berusia di bawah 5 tahun namun seiring dengan perkembangan waktu

ternyata penyakit ini telah menyeabr ke daerah pedesaan dan terjadi pergeseran

penderita yang cenderung dialami oleh orang –orang dewasa. Nyamuk penyebab

DBD ini pun hidup di seluruh pelosok Indonesia. Jika perkembangbiakan Aedes

Page 2: Demam Berdarah Dengue

aegypty tidak dikontrol atau belum juga ditemukan vaksin maka jumlah penderita

DBD akan terus bertambah (Adimidjaja,sa; Gibbons et al, 2002).

1.2. Latar Belakang

Demam berdarah dengue (DBD) telah menjadi momok dalam masyarakat

Indonesia dalam kurun waktu yang sangat lama. Dimulai dengan saat pertama kali

ditemukan yaitu pada tahun 1968 di Surabaya, penyakit ini menyebar ke berbagai

daerah, sehingga pada tahun 1980 seluruh propinsi di Indonesia kecuali Timor-

Timur (saat itu masih menjadi wilayah Indonesia) telah terjangkit penyakit DBD.

Sampai saat ini yaitu tahun 2008, DBD masih menjadi masalah yang belum

terselesaikan oleh Indonesia.

Sejak pertama kali DBD ditemukan di Indonesia, penyakit tersebut menunjukkan

kecenderungan meningkat baik dalam jumlah kasus maupun luas wilayah yang

terjangkit. Secara sporadis selalu terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) setiap tahun.

KLB DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan angka kesakitan (Incidence

Rate= IR) sebesar 35,19 per 100.000 penduduk, artinya setiap 100.000 penduduk

ditemukan 35 orang terinfeksi DBD dan angka kematian (Case Fatality Rate =

CFR) sebesar 2%, artinya dari 35 orang penderita maka 2%-nya atau 1 orang

meninggal dunia. Status IR dan CFR semakin menurun pada tahun-tahun

berikutnya, namun pada tahun 2003 kembali terjadi lonjakan.[16]

Pada tahun 2000, Departemen Kesehatan mencatat terdapat 231 kota di 30

provinsi di Indonesia dinyatakan endemis terhadap penularan penyakit demam

berdarah dengue (DBD). Meningkatnya kasus DBD dan semakin meluasnya

wilayah yang terkena disebabkan karena semakin baiknya transportasi penduduk,

dibukanya daerah pemukiman baru, dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam

menjaga keberhasilan lingkungan, terutama di saat musim hujan. Dalam skala

nasional, berikut data yang diperoleh terkait morbiditas dan mortalitas penyakit

DBD di Indonesia:

Page 3: Demam Berdarah Dengue

Pada tahun 1998, kasus DBD meningkat tajam dan ditetapkan sebagai Kejadian

Luar Biasa (KLB) dengan jumlah sebanyak 72.133 orang (Incident Rate/IR

=35,19 per 100.000 penduduk) dan jumlah kematian sebanyak 1.414 orang

(Case Fatality Rate/ CFR =2%).

Pada tahun 1999, jumlah kasus DBD di Indonesia sebanyak 21.134 orang

(Incident Rate = 10,17 per 100.000 penduduk).

Pada tahun 2000, jumlah kasus DBD di Indonesia sebanyak 33.443 orang

(Incident Rate = 15,99 per 100.000 penduduk) dengan jumlah kematian

sebanyak 472 orang (Case Fatality Rate = 1,4%).

Pada tahun 2001, jumlah kasus DBD di Indonesia sebanyak 45.904 orang

(Incident Rate 21,66 per 100.000 penduduk).

Pada tahun 2002, jumlah kasus DBD di Indonesia sebanyak 40.377 orang

(Incident Rate 19,24 per 100.000 penduduk).

Pada tahun 2003, jumlah kasus DBD di Indonesia sebanyak 50.131 orang

( Incident Rate 23,87 per 100.000 penduduk) dengan jumlah kematian

sebanyak 743 orang.[17]

Penyebaran DBD pada tahun 1968-2003 [18]

Page 4: Demam Berdarah Dengue

Pada tahun 2004 dari bulan Januari- Maret saja, total kasus DBD di seluruh propinsi di Indonesia sudah mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang (CFR=1,53% ). Kasus tertinggi terdapat di Propinsi DKI Jakarta (11.534 orang) sedangkan CFR tertinggi terdapat di Propinsi NTT (3,96%).[19]

Dari 30 provinsi di Indonesia, 12 provinsi diantaranya ditetapkan sebagai

KLB DBD, yaitu : Nanggroe Aceh Darussalam, Banten, DKI Jakarta,

Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan

Selatan, Sulawesi Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara

Timur.

Pada 16 Februari 2004, pemerintah pusat melalui Departemen Kesehatan

menyatakan telah terjadi KLB DBD Nasional yaitu, tingkat kematian (case

fatality rate/CFR) mencapai satu persen dari jumlah kasus atau jumlah

penderitanya melonjak hingga dua kali lipat pada kurun waktu yang sama

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. [20]

Pada tahun 2005, sampai bulan Oktober, tercatat kasus DBD di 33 provinsi mencapai 50.196 kasus, dengan 701 di antaranya meninggal (Case Fatality Rate/CFR 1,4 %)

Pada tahun 2006, terhitung jumlah kasus DBD sebanyak 45.548 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 1.234 orang. Berikut gambaran kasus dan kematian karena DBD di Indonesia pada tahun 2006.[21]

Page 5: Demam Berdarah Dengue

Sepanjang tahun 2007 jumlah kejadian DBD mencapai total 139.695 kasus dengan Incidance Rate 64 kasus per 100.000 populasi. Jumlah penderita DBD yang meninggal mencapai 1.395 kasus (CFR 1 %). Keadaan DBD 2007 ini meningkat lebih tinggi dibanding keadaan tahun-tahun sebelumnya. (Sumber: DirJen P2M&PL)

Data terbaru tahun 2008, di DKI Jakarta, diungkapkan angka kematian akibat DBD di Jakarta Barat tertinggi dibanding 5 wilayah lain. Sejak Januari hingga 17 Februari 2008, tercatat 621 kasus DBD di Jakarta Barat. Sementara itu, berdasarkan data dari Sudin Kemas Jakarta Barat, selama tahun 2007 tercatat 4.873 kasus DBD, 21 orang diantaranya meninggal dunia. Pada Januari 2008 tercatat 435 kasus DBD, satu orang diantaranya meninggal, sejak 1 – 17 Februari tercatat 186 kasus DBD, dua orang diantaranya meninggal. [22]

Dari penjabaran data di atas, dari tahun ke tahun tidak terlihat adanya perbaikan

yang signifikan mengenai kasus DBD di Indonesia. Setiap tahun bisa dipastikan,

masyarakat Indonesia di berbagai daerah akan berhadapan dengan masalah rutin

ini. Upaya pemberantasan harus terus diperbaiki dan dilaksanakan dengan

maksimal. Walau memang tidak bisa diberantas dalam waktu yang singkat,

namun setidaknya ada perbaikan yang signifikan dari segi morbiditas dan

mortalitas penyakit DBD setiap tahunnya.

BAB 2

Page 6: Demam Berdarah Dengue

PEMBAHASAN

2.1 Program-program untuk DBD

Banyak langkah yang telah ditempuh oleh pemerintah untuk mengurangi

jumlah penderita DBD di Indonesia, mulai dari program pencegahan sampai

program case management untuk masyarakat yang telah terjangkit oleh virus

dengue ini, tahapan-tahapan program tersebut, antara lain :

2.1.1 Pemberantasan Sarang Nyamuk

2.1.1.1 Definisi PSN

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yaitu kegiatan memberantas jentik

nyamuk di tempat berkembangbiaknya baik dengan cara kimia, yaitu dengan

larvasida, biologi dengan cara memelihara ikan pemakan jentik atau dengan

bakteri ataupun dengan cara fisik yang kita kenal dengan kegiatan 3M (Menguras,

Menutup, Mengubur) yakni menguras bak mandi, bak WC; menutup TPA rumah

tangga (tempayan, drum dll) serta mengubur atau memusnahkan barang-barang

bekas (kaleng, ban dll).[23]

Pencegahan penyakit DBD melalui metode lingkungan atau fisik untuk

mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan

nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah. Sebagai

contoh:[24]

Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.

Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali

Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan

lain sebagainya.

Page 7: Demam Berdarah Dengue

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) pada dasarnya, untuk memberantas

jentik atau mencegah agar nyamuk tidak dapat berkembang biak.

Pemberantasannya perlu peran aktif masyarakat khususnya memberantas jentik

Aedes.aegypti di rumah dan lingkungannya masing-masing. Cara ini adalah suatu

cara yang paling efektif dilaksanakan karena:[25]

a. tidak memerlukan biaya yang besar

b. bisa dilombakan untuk menjadi daerah yang terbersih

c. menjadikan lingkungan bersih

d. budaya bangsa Indonesia yang senang hidup bergotong royong

e. dengan lingkungan yang baik tidak mustahil, penyakit lain yang diakibatkan

oleh

lingkungan yang kotor akan berkurang.

2.1.1.2 Program 3M Plus

Sebenarnya pelaksanaan 3M Plus merupakan upaya Pemberantasan

Sarang Nyamuk yang sederhana dan efektif. Melalui program ini, masyarakat

dapat memutus rantai perkembang biakan nyamuk Aedes Aegypti. Sebagai

gambaran, beberapa hal pembersihan yang dilakukan dalam 3M Plus merupakan

upaya untuk mempersempit penyediaan sarang reproduksi bagi hewan vektor

penyakit ini dan hal ini merupakan bagian yang sangat penting sebagai langkah

awal untuk menghindari peningkatan prevalensi penderita PBD serta menghindari

terjadinya KLB pada penyakit ini. Sedangkan untuk membasmi jumlah nyamuk

dewasa yang telah dapat berkembang biak, dapat dilakukan dengan pengasapan

(fogging) digunakan untuk mengurangi jumlah nyamuk dewasa yang dapat

bertelur sebanyak 200 – 400 per hari. Jika dibandingkan dari kedua langkah

diatas, tentu saja program 3M Plus memiliki peranan yang sangat penting untuk

Page 8: Demam Berdarah Dengue

membatasi penyebaran virus penyakit ini asalkan masyarakat melakukannya

secara kontinyu dan teratur.

Permasalahan mengenai efektifitas pelaksanaan program Pemberantasan

Sarang Nyamuk melalui 3M Plus adalah kurangnya minat masyarakat untuk

melakukan semua hal tersebut. Hal ini berkaitan dengan pemahaman masyarakat

untuk terbiasa memiliki pola hidup bersih dan sehat sehingga merasa bahwa

bukan hal yang kondusif untuk hidup berdampingan dengan nyamuk Aedes

Aygepti.

Efektifitas pelaksanaan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk ini

melalui 3M Plus ini dapat terlaksana dengan baik jika semua jajaran masyarakat

memiliki kesadaran untuk melakukannya secara serempak dan kontinyu di seluruh

bagian negara Indonesia in. Atupun dapat ditambah dengan adanya kebijakan dari

pemerintah pusat ataupun daerah mengenai pentingnya melakukan 3M Plus yang

disertai dengan pemberlakuan punishment bagi tiap masyarakat yang tidak

melakukan ataupn terlibat di dalam program Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN) ini. Sebagai contoh, mungkin kita dapat mengikuti pemberlakuan kebijakan

di negara Singapura dan Malaysia yang memberikan denda bagi warganya yang

kedapatan terdapat jentik nyamuk Aedes Aegypti di rumahnya. Atupun seperti Sri

Lanka menggunakan gerakan Green Home Movement untuk tujuan yang sama

yaitu menempelkan stiker hijau bagi rumah yang memenuhi syarat kebersihan dan

kesehatan termasuk bebas dari jentik nyamuk Aeds Aegypti dan menempelkan

stiker hitam pada rumah yang tidak memenuhi syarat kebersihan dan kesehatan.

Bagi pemilik rumah dengan stiker hitam akan dberikan peringatan sebanyak 3 kali

dan jka tidak dilakukan akan dikenai denda. Sedangkan untuk para pejabat

pemerintahan Indonesia, mungkin dapat meniru semangat Jendral Grogas dalam

membasmi penyakit ini dari Kuba pada 100 tahun yang lalu yaitu dengan

menggunakan metode pelaksanaan progam – program PSN secara serentak dan

besar – besaran di seluruh negeri.[26]

Page 9: Demam Berdarah Dengue

Semua contoh diatas seharusnya dapat dijadikan contoh oleh tiap daerah

yang berpotensi menjadi daerah endemi DBD ketika musim penghujan datang

apalagi saat ini telah adanya otonomi daerah yang dapat memberikan kebebasan

kepada tiap derah untuk menyusun program ataupun kegiatan yang bertujuan

untuk membasmi sarang nyamuk secara benar tanpa terlupakan adanya

pengawasan dari pihak pemerintahan pusat.

2.1.1.3 Peraturan mengenai PSN dan 3M

Pelaksanaan PSN sebenarnya merupakan sebuah program pencegahan

penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang bersifat wajib. Hal

tersebut dikarenakan adanya peraturan tertulis yang dibuat oleh pejabat

pemerintahan provinsi. Sebagai gambaran, wajib PSN dengan 3-M di wilayah

Provinsi DKI, lanjut Salimar, dasarnya adalah Surat Edaran (SE) Gubernur DKI

No 46/SE/2004 tentang PSN digelar tidak hanya di luar, tapi juga dalam rumah

dan ruangan.

Adapun dalam Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus DKI Jakarta,

nomor 6 tahun 2007 tentang pencegahan demam berdarah melalui Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN), dijelaskan pada:

Pasal 4

1. PSN 3M Plus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, dilakukan untuk memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus melalui kegiatan 3M Plus.

2. Pemutusan siklus hidup nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan oleh orang perorang, pengelola, penanggung jawab atau pimpinan pada semua Tatanan Masyarakat.

3. Kegiatan pemutusan siklus hidup nyamuk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan dengan membasmi jentik nyamuk di semua tempat penampungan / genangan air yang memungkinkan menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.

Page 10: Demam Berdarah Dengue

4. Kegiatan PSN sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu sekali

SANKSI

Pasal 21

1. Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan pada tempat tinggalnya ditemukan ada jentik nyamuk Aedes aegypti dan jentik nyamuk Aedes albopictus dikenakan sanksi sebagai berikut :

a. Teguran tertulis;

b. Teguran tertulis diikuti pemberitahuan kepada Masyarakat melalui penempelan stiker di pintu rumah;

c. Denda paling banyak Rp.50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah) atau pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan.

2. Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertingkat.

Pasal 22

1. Setiap pengelola, penanggung jawab atau pimpinan yang karena kedudukan,

tugas, atau wewenangnya bertanggung jawab terhadap urusan

kerumahtanggaan dan/atau kebersihan Tatanan Masyarakat yang melanggar

ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan ditemukan jentik nyamuk Aedes aegypti dan

jentik nyamuk Aedes albopictus pada pada Tatanan Masyarakat yang menjadi

lingkup tanggung jawabnya dikenakan sanksi sebagai berikut :

a. teguran tertulis;

b. teguran tertulis diikuti pemberitahuan kepada Masyarakat melalui

penempelan stiker di lobby atau 11 pintu masuk kantor;

c. denda paling sedikit Rp. 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah) atau paling banyak

Rp. 50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah) atau pidana kurungan paling

lama 3 (tiga) bulan.

Page 11: Demam Berdarah Dengue

3. Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara

bertingkat.

Adapun peraturan lain yang mengatur mengenai program 3M sebenarnya

dimulai tahun 1990 s/d sekarang dikembangkan program pemberantasan intensif

Demam Berdarah Dengue di desa/Kelurahan endemis Demam Berdarah Dengue

dengan kegiatan penanggulangan fokus, foging massal sebelum musim penularan,

abatisasi selektif serta penyuluhan don penggerakkan PSN melalui kerjasama

lintas program dan sektor. Kemudian stratifikasi desa disempurnakan menjadi 3

strata yaitu: endemis, sporadis dan bebas/potensial.

Pada periode ini tepat pada tahun 1992 terbit KepMenkes Nomor : 581

tahun 1992 tentang pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue

berdasarkan Kepmenkes Nomor 581 tahun 1992, tentang pemberantasan penyakit

Demam Berdarah Dengue, surat Edaran Mendagri, No. 443/115/Bandes, perihal

operasionalisasi Kep. Menkes No. 581 tahun 1992, Surat Edaran Tim Pembina

UKS tingkat pusat No. 80/fPUKS oo/X/93, tentang Pembinaan UKS dalam upaya

pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue, Surat Edaran Tim Penggerak

PKK Pusat No. 500/ SKR/PKK.PST/94, tentang penyuluhan dan motivasi gerakan

PSN Demam Berdarah Dengue, SK Mendagri No. 31-VI tahun 1994., tentang

pembentukan kelompok operasional pemberantasan penyakit Demam Berdarah

Dengue dan surat Edaran Mendagri No. 912/351/Bangda tahun 1994 tentang

penyediaan dana dalam rangka menanggulangi penyakit Demam Berdarah

Dengue.

Berdasarkan Kepmenkes tersebut, tugas dan fungsi Subdit Arbovirosis

ditetapkan bahwa: Upaya pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue

dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan: pencegah, penemuan dan pelaporan

penderita, pengamatan, penyakit, penyelidikan epidemiologi, penanggulangan

seperlunya serta penanggulangannya lain dan penyuluhan kepada masyarakat.

2.1.2 Abatisasi (Larvasiding)

Page 12: Demam Berdarah Dengue

2.1.2.1 Definisi

Larvasiding adalah pemberantasan jentik dengan bahan kimia dengan

menaburkan bubuk larvasida. Pemberantasan jentik Aedes aegypti dengan bahan

kimia terbatas untuk wadah (peralatan) rumah tangga yang tidak dapat

dimusnahkan, dibersihkan,dikurangi atau diatur. Dalam jangka panjang penerapan

kegiatan larvasiding sulit dilakukan dan mahal. Kegiatan ini tepat digunakan

apabila survelans penyakit dan vector menunjukkan adanya periode berisiko

tinggi dan di lokasi dimana wabah mungkin timbul. Menentukan waktu dan

tempat yang tepat untuk pelaksanaan larvasiding sangat penting untuk

memaksimalkan efektifitasnya.

Terdapat 2 jenis larvasida yang dapat digunakan pada wadah yang dipakai untuk

menampung air minum (TPA) yakni: temephos (Abate 1%) dan Insect growth

regulators (pengatur pertumbuhan serangga) Untuk pemberantasan larva dapat

digunakan abate 1 % SG. Cara ini biasanya digunakan dengan menaburkan abate

kedalam bejana tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan, drum

dapat mencegah adanya jentik selama 2-3 bulan. Kegiatan larvasiding meliputi:

a. Abatisasi selektif

Abatisasi selektif adalah kegiatan pemeriksaan tempat penampungan air (TPA)

baik didalam maupun diluar rumah pada seluruh rumah dan bangunan di

desa/kelurahan endemis dan sporadik dan penaburan bubuk abate (larvasida) pada

TPA yang ditemukan jentik dan dilaksanakan 4 kali setahun. Pelaksana abatisasi

adalah kader yang telah dilatih oleh petugas Puskesmas.Tujuan pelaksanaan

abatisasi selektif adalah sebagai tindakan sweeping hasil penggerakan masyarakat

dalam PSN-DBD.

b. Abatisasi massal

Abatisasi massal adalah penaburan abate atau altosid (larvasida) secara serentak

diseluruh wilayah/daerah tertentu disemua TPA baik terdapat jentik maupun tidak

Page 13: Demam Berdarah Dengue

ada jentik di seluruh rumah/bangunan. Kegiatan abatisasi massal ini dilaksanakan

dilokasi terjadinya KLB DBD. Dalam kegiatan abatisasi massal masyarakat

diminta partisipasinya untuk melaksanakan pemberantasan Aedes aegypti di

wilayah masing-masing. Tenaga di beri latihan dahulu sebelum melaksanakan

abatisasi, agar tidak mengalami kesalahan.[27]

2.1.2.2 Peraturan Daerah mengenai Abatisasi atau Pemberantasan Jentik

Nyamuk

Pemeriksaan Jentik Berkala yang selanjutnya disingkat PJB adalah

pemeriksaan tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk dan

jentik nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus oleh Petugas Kesehatan untuk

mengetahui ada atau tidaknya jentik nyamuk pada tatanan masyarakat.

Dalam Pasal 5 :

1) PJB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b wajib dilakukan oleh

Petugas Kesehatan setiap 3 (tiga) bulan sekali.

2) Selain Petugas Kesehatan, pemeriksaan dan pemantauan jentik juga wajib

dilaksanakan secara rutin oleh Jumantik.

3) Dalam hal pemeriksaan dan pemantauan oleh Jumantik sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu sekali,

dengan kegiatan sebagai berikut :

a. Memeriksa setiap tempat, media, atau wadah yang dapat menjadi tempat

perkembangbiakan Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus pada

Tatanan Masyarakat dan mencatat di kartu jentik;

b. Memberikan penyuluhan dan memotivasi Masyarakat;

c. Melaporkan hasil pemeriksaan dan pemantauan kepada Lurah.

Page 14: Demam Berdarah Dengue

4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemeriksaan dan pemantauan jentik nyamuk

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Gubernur.

2.1.3 Fogging

2.1.3.1 Definisi

Fogging merupakan suatu kegiatan penyemprotan insektisida dan PSN-

DBD serta penyuluhan pada masyarakat sekitar kasus dengan radius 200 meter,

dilaksanakan 2 siklus dengan interval 7 hari oleh petugas.[28] Biasanya Fogging

diadakan 2 kali di suatu tempat menggunakan malathion dalam campuran solar

dosis 438 g/ha. (500 ml malathion 96%technical grade/ha). Sasaran adalah rumah

serta bangunan di pinggir jalan yang dapat dilalui mobil di desa endemis tinggi.

Alat yang dipakai swing fog SN 1 untuk bangunan dan mesin ULV untuk

perumahan. Waktu pengasapan pagi dan sore ini dengan memperhatikan

kecepatan angin dan suhu udara. Fogging dilakukan oleh tim yang terlatih dari

Dinas Kesehatan Propinsi dan Pusat sesudah survei dasar.[29] Penanggulangan

fogging fokus ini dilakukan dengan maksud untuk mencegah/membatasi

penularan penyakit. Cara ini dapat dilakukan untuk nyamuk dewasa maupun

larva. Untuk nyamuk dewasa saat ini dilakukan dengan cara pengasapan (thermal

fogging) atau pengagutan (colg Fogging = Ultra low volume). Pemberantasan

nyamuk dewasa tidak dengan menggunakan cara penyemprotan pada dinding

(resisual spraying) karena nyamuk Ae.aegypti tidak suka hinggap pada dinding,

melainkan pada benda-benda yang tergantung seperti kelambu dan pakaian yang

tergantung. Untuk pemakaian di rumah tangga dipergunakan berbagai jenis

insektisida yang disemprotkan yang disemprotkan kedalan kamar atau ruangan

misalnya, golongan organophospat atau pyrethroid synthetic.[30]

Adapun syarat-syarat untuk melakukan fogging[31], yaitu:

1. Adanya pasien yang meninggal di suatu daerah akibat DBD.

2. Tercatat dua orang yang positif terkena DBD di daerah tersebut.

Page 15: Demam Berdarah Dengue

3. Lebih dari tiga orang di daerah yang sama, mengalami demam.Plus adanya

jentik-jentik nyamuk Aedes Aegypti.

Apabila ada laporan DBD di rumah sakit atau puskesmas di suatu daerah, maka

pihak rumah sakit harus segera melaporkan dalam waktu 24 jam, setelah itu akan

langsung diadakan penyelidikan epidemiologi kemudian baru fogging fokus.

2.1.3.2 Peraturan mengenai Fogging

Dalam Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus DKI Jakarta, nomor 6 tahun

2007 tentang pengendalian demam berdarah, dijelaskan pada:

Pasal 11

1) Penanggulangan Fokus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b

merupakan kegiatan pemberantasan nyamuk DBD dengan cara pengasapan

atau fogging.

2) Pengasapan atau fogging sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan 2

(dua) putaran dengan interval waktu 1 (satu) minggu dalam radius 100

(seratus) meter.

Pasal 12

1) Pengasapan atau fogging sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 wajib

dilaksanakan oleh Puskesmas pada setiap Penyelidikan Epidemiologi positif

paling lama 3 (tiga) kali 24 (dua puluh empat) jam.

2) Selain Puskesmas, pengasapan atau fogging dapat dilakukan oleh Masyarakat

dengan tenaga terlatih dibawah pengawasan Puskesmas.

3) Masyarakat wajib membantu kelancaran pelaksanaan pengasapan dirumah dan

lingkungan masing-masing.

Page 16: Demam Berdarah Dengue

Pasal 13

1) Fogging massal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c merupakan

kegiatan pengasapan fokus secara serentak dan menyeluruh pada saat KLB.

2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaksanakan oleh

Puskesmas dibawah koordinasi Unit Kerja Perangkat Daerah yang

bertanggung jawab dibidang kesehatan sebanyak 2 (dua) putaran dengan

interval waktu 1 (satu) minggu.

3) Selain Unit Kerja Perangkat Daerah yang bertanggung jawab dibidang

kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pengasapan atau fogging

massal dapat dilakukan oleh Masyarakat dengan tenaga terlatih dibawah

pengawasan Puskesmas.

4) Masyarakat wajib membantu kelancaran pelaksanaan Fogging massal dirumah

dan lingkungan masing-masing.

2.1.4 Surveilans Epidemiologi

2.1.4.1 Definisi

Surveilans Epidemiologi DBD adalah kegiatan analisis secara sistematis dan

terus menerus terhadap penyakit DBD dan kondisi yang memperbesar resiko

terjadinya, dengan maksud agar peningkatan dan penularannya dapat dilakukan

tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan

data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara

program kesehatan[32]. Proses surveilans dibagi menjadi dua kegiatan,yaitu[33]:

1. Kegiatan inti; mencakup (1) surveilans: deteksi, pencatatan, pelaporan,

analisis, konfirmasi dan umpan balik (2) tindakan: respon segera

(epidemic type response) dan respon terencana (management type

response)

Page 17: Demam Berdarah Dengue

2. Kegiatan pendukung; mencakup, pelatihan, supervisi, penyediaan dan

manajemen sumber daya.

Program surveilans epidemiologi DBD meliputi surveilans penyakit yang

dilakukan dengan cara meminta laporan kasus dari rumah sakit dan sarana

kesehatan serta surveilans vektor yang dilakukan dengan melakukan penelitian

epidemiologi di daerah yang terjangkit DBD. Pelaksanaan surveilans

epidemiologi vektor DBD untuk deteksi dini biasanya dilakukan penelitian di

tempat-tempat umum; sarana air bersih; pemukiman dan lingkungan perumahan;

dan limbah industri, RS serta kegiatan lain.

Kegiatan di atas dilakukan oleh petugas kesehatan, juru pemantau jentik

dan tim pemberantasan nyamuk di sekolah dan masyarakat. Sebagai indikator

keberhasilan program tersebut adalah Angka Bebas Jentik (ABJ).

Surveilans epidemiologi penyakit DBD memegang peranan penting dalam

upaya memutus mata rantai penyakit DBD. Namun, pada kenyataanya belum

berjalan dengan baik disebabkan karena faktor eksternal dan internal, misalnya

petugas puskesmas tidak menjalankan tugas dengan sebagaimana mestinya dalam

melakukan Pemantauan Jentik Berkala (PJB)[34].

Berdasarkan surveilans epidemiologi DBD yang telah dilakukan peningkatan

dan penyebaran jumlah kejadian penyakit DBD ada kaitannya dengan beberapa

hal berikut:

1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi

2. Urbanisasi yang tidak terencana & tidak terkendali

3. Tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis

4. Peningkatan sarana transportasi

Page 18: Demam Berdarah Dengue

Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru telah mengembangkan suatu

sistem surveilen dengan menggunakan teknologi informasi (Computerize) yang

disebut dengan Early Warning Outbreak Recognition System ( EWORS ).

EWORS adalah suatu sistem jaringan informasi yang menggunakan

internet yang bertujuan untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa

pada suatu daerah di seluruh Indonesia ke pusat EWORS (Badan Litbangkes.

Depkes RI.) secara cepat. Melalui sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus

dapat diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat

dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah DBD pada tahun 2004, EWORS telah

berperan dalam hal menginformasikan data kasus DBD dari segi jumlah,

gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh

rumah sakit DATI II di Indonesia.[35]

2.1.4.2 Peraturan Daerah

Pasal 6

1) Surveilans sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c terdiri dari :

a. Surveilans Aktif Rumah Sakit;

b. Surveilans Berbasis Masyarakat.

2) Surveilans Aktif Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

merupakan kewajiban Rumah Sakit melaporkan setiap kasus baru DBD yang

dirawat ke Dinas Kesehatan dalam waktu 1 (satu) x 24 (dua puluh empat) jam.

3) Surveilans Berbasis Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b

merupakan kewajiban Masyarakat melaporkan setiap penderita DBD ke

Puskesmas.

2.1.5 Case Management

Page 19: Demam Berdarah Dengue

Berbagai macam aksi telah dicanangkan untuk mencegah munculnya dan

meluasnya kasus DBD (preventif primer). Namun, disamping aksi pencegahan,

diperlukan juga penanganan kasus yang baik demi mencegah meningkatnya angka

kematian dan Case Fatality Rate (CFR). Hal yang penting dalam penanganan

kasus adalah penegakan diagnosis dan pengobatan segera (preventif sekunder).

Sebagaimana yang diketahui, penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan

penyakit lain seperti flu atau typhoid/ tipus. Hal ini disebabkan karena infeksi

virus dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat asimptomatik atau tidak jelas

gejalanya. Data dari berbagai rumah sakit menunjukkan bahwa pasien DBD sering

menunjukkan gejala batuk, pilek, demam, mual, muntah maupun diare. Masalah

bisa bertambah karena virus tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi

penyakit lain seperti flu atau tipus. Oleh karena itu perlu kejelian pemahaman

tentang perjalanan penyakit virus dengue, patofisiologi, dan ketajaman

pengamatan klinis. Untuk memperoleh kepastian tentang diagnosis, perlu juga

dilakukan pemeriksaan penunjang di laboratorium.

Penegakan diagnosis dengan cepat sangat penting karena memberikan efek yang

besar terhadap prognosis penyakit. Jika terjadi keterlambatan sedikit saja, keadaan

pasien bisa jauh lebih parah karena fase klinis penyakit DBD cukup pendek.

Keputusan perawatan yang diberikan juga harus sesuai dengan kondisi pasien,

apakah rawat inap biasa sudah cukup atau harus mendapatkan perawatan intensif

di ICU.

2.2 Aplikasi Program dalam Masyarakat

2.2.1 PSN dan 3M

Kurangnya sosialisasi[36] adalah salah satu penyebab PSN belum optimal

sebagaimana fakta di daerah Tangerang dan Banten masih banyak warga yang

tidak mengetahui 3M plus itu apa. Dapat dilihat juga beberapa komentar warga

mengenai PSN, diantaranya adalah Bakir, seorang ketua RT di Larangan Utara,

Kecamatan Ciledug, juga belum pernah mendapat penjelasan mengenai DBD dan

Page 20: Demam Berdarah Dengue

cara penanggulangannya. Ia tak paham mengenai PSN dengan 3M + 1M. “Kalau

ada sosialisasi soal itu, pasti saya tahu karena kebetulan rumah saya dekat

dengan ketua RW. Kalau ada apa-apa, Pak Lurah Larangan biasanya segera

memberi tahu. Tetapi, tahun ini saya belum dengar apa-apa mengenai

pemberantasan DBD,” jelasnya. Namun, beberapa waktu lalu di kawasan padat

permukiman rumah petak tersebut pernah ditarik iuran untuk bayar orang bersih-

bersih selokan, tetapi itu sudah lama sekali. Seorang warga Perumahan

Kehakiman di belakang Puskesmas Sukasari, Tangerang, juga tidak pernah tahu

apa itu 3M + 1M. Sepanjang tahun 2004 dan tahun 2005, di kompleksnya belum

pernah ada penjelasan tentang DBD dari aparat kesehatan setempat.

Tidak hanya didaerah pemukiman, tetapi adapula sekolah yang belum

pernah mendengar penjelasan PSN dengan 3M + 1M dari aparat kesehatan. “Saya

mah dengar soal PSN dan harus ikut pencanangan PSN oleh Pak Wali dari

Kepala Dinas Pendidikan minggu lalu. Setelah itu langsung saya minta siswa SD

sini kerja bakti membersihkan sekolah dan lingkungan kami,” kata Kepala

Sekolah SDN Pondok Bahar IV Kecamatan Karangtengah AM Bhakty NTR.

Kemudian adapula komentar masyarakat yang skeptis mengenai PSN

diantaranya adalah di Kecamatan Cipondoh, Yanti, ibu rumah tangga warga RT

01 RW 01, Kelurahan Cipondoh, mengaku tidak tahu-menahu mengenai PSN dan

3M + 1M. Ia tidak terlalu peduli mengenai bahaya DBD karena rumahnya hanya

beberapa meter dari Puskesmas Cipondoh.

Penuturan komentar-komentar di atas mengenai ketidaktahuan masyarakat

mengenai pemberantasan DBD melalui 3M sangat ironis sekali karena gubernur

daerah setempat telah mencanangkan program PSN tersebut bahkan telah

dilakukan aksi pengasapan di daerah pemukiman dan tempat-tempat umum seperti

sekolah.

Keadaan di atas mengindikasikan bahwa pencegahan DBD tidak hanya

cukup dengan acara pencanangan dan pemasangan spanduk berisi peringatan,

Page 21: Demam Berdarah Dengue

karena pada kenyatannya masyarakat sangat mengharapkan dokter atau aparat

kesehatan lain bersedia menjelaskan soal DBD langsung ke masyarakat agar

mereka benar-benar paham penyakit yang sulit didiagnosa itu sekaligus mendapat

dorongan untuk memberantasnya.

Kegiatan PSN DBD harus dijadikan prioritas oleh setiap daerah yang

memiliki laporan kasus DBD.Walaupun pelaksanaan PSN memang membutuhkan

waktu yang agak lama, sehingga memerlukan peran aktif masyarakat akan tetapi

keberhasilan dari upaya ini cukup besar dalam rangka penurunan angka penyakit

DBD.

2.2.2 Abatisasi

Temephos berupa “sand granules” ditaburkan dengan pasir sebagai

“carrier” ke dalam bejana tempat penampungan air. Penaburan larvasida di tempat

penampungan air seperti bak mandi, tempayan, drum dapat mencegah timbulnya

jentik selama 2-3 bulan. Larvasida yang dipakai adalah abate 1 % dengan dosis 1

gr per 10 liter air. Namun cara ini tidak menjamin terbasminya tempat

perindukkan nyamuk secara permanen, karena masyarakat pada umumnya tidak

begitu senang dengan bau yang ditimbulkan larvasida selain itu pula diperlukan

abate secara rutin untuk keperluan pelaksanaannya.

Penelitian peningkataan kualitas lingkungan dalam rangka pemberantasan

demam berdarah di Kodya Sukabumi, propinsi Jawa Barat tahun 1988/89

dilakukan oleh Sumengen dkk yang diawali dengan intruksi PSN oleh Walikota

Sukabumi. Intervensi dilakukan dengan cara fogging, abatisasi dan PSN di 4

kelurahan endemis tinggi, abatisasi dan PSN di 4 kelurahan endemis sedang, PSN

di 5 kelurahan endemis rendah. fogging menggunakan malathion 96% “technical

grade” dosis 438 per ba dilakukan 2 “cycle”. abatisasi menggunakan 1 % abate

“sand granules” abate dengan dosis 1 gr per 10 liter. Setelah 6 bulan intervensi

diadakan survei penilaian didapat hasil pengawasan kualitas lingkungan secara

Page 22: Demam Berdarah Dengue

konsisten lebih efektif dari pada intervensi lain. Penurunan, “house index”

mencapai 13,3 “container index” 1,0 dan “breteau index” 13,4.

Hasil studi lain yang dilakukan oleh Kasnodiharjo di Kotamadya

Pontianak, Kalimantan Barat tahun 1990 menunjukkan pengetahuan sikap dan

prilaku masyarakat menunjukkan bahwa, sebagian besar warga masyarakat (83 %)

pernah mendengar tentang dengan demam berdarah, 81% diantaranya bahwa

demam berdarah adalah suatu penyakit yang berbahaya. Sedangkan mereka yang

mengetahui tentang pencegahan demam berdarah dengan cara menutup rapat TPA

17 % dengan cara mengganti air 27 % dan menaburkan abate pada TPA 29 %[37].

2.2.3 Fogging

Sebagai tindaklanjut dari penetapan kejadian luar biasa (KLB) demam

berdarah pada tiga pekan lalu, Pemprov DKI Jakarta akan melakukan pengasapan

fokus serentak di 3.291 titik pada 258 kelurahan yang ada di Jakarta dengan total

luas titik 13.164 hektar atau 60 persen wilayah DKI.[38] Dari 258 kelurahan

tersebut, 135 diantaranya berkategori kelurahan status merah untuk demam

berdarah dan 123 untuk berkategori kuning.Setiap titik fokus akan diasap oleh dua

tim yang terdiri atas masing-masing satu kepala regu dan enam petugas

penyemprotan. Kepala regu berasal dari petugas puskesmas sedangkan petugas

yang menyemprot berasal dari anggota masyarakat dan petugas Linmas yang

sudah dilatih. Obat-obatan yang digunakan berasal dari yang telah ada di

puskesmas dan sudin masing-masing untuk jenis Fendona sebanyak 3.843 liter

dan cynoff sebanyak 7.545 liter.

Bantuan Dinkes sebanyak 14.000 liter yang digunakan untuk cadangan

bila kurang. Terdapat empat mesin untuk satu titik, setiap titik mempunyai

cakupan empat hektar. Mesin yang disiapkan berjumlah 2.000 unit dari kelurahan

dan 429 unit mesin dari puskesmas, sehingga total mencapai sekitar 2.429 unit.

Dana yang dibutuhkan untuk pengasapan fokus serentak bagi dua siklus

Page 23: Demam Berdarah Dengue

berjumlah Rp1.928.000 untuk setiap titik sehingga diperkirakan membutuhkan

biaya Rp6,3 miliar.

di Jakarta Utara sendiri, Pihak Sudin Kesehatan Mayarakat (Kesmas)

Jakarta Utara gencar melakukan fogging fokus serentak di 32 titik fokus

penyemprotan, namun jumlah kasus DBD di Jakarta Utara setiap hari mengalami

peningkatan yang signifikan.

Data Sudin Kesmas, pada 15 Januari 2008 jumlah kasus tercatat 91 orang.

Dalam seminggu jumlah kasus meningkat 100 % menjadi 197 orang pada 21

Januari 2008. Sedangkan jumlah RW rawan DBD periode Desember 2007 –

Januari 2008 tercatat 118 RW. Kecamatan yang paling banyak RW nya masuk

dalam kategori RW rawan yakni Kecamatan Kelapa Gading dengan 38 RW. Dan

jumlah RW terbanyak dalam satu kelurahan di kuasai oleh Kelurahan Kelapa

Gading Timur sebanyak 16 RW. Selain itu hampir setiap kecamatan terdapat RW

rawan seperti di Kecamatan Penjaringan ada 5 RW, di Kecamatan Pademangan 9

RW, Kecamatan Tanjung Priok 35 RW, Kecamatan Koja 5 RW dan Kecamatan

Cilincing terdapat 26 RW. Fogging fokus serempak yang dilaksanakan pada

Jumat (18/01/2007)-Minggu (20/01/2007) belum semua titik fokus tersemprot

karena banyaknya jumlah area fokus penyemprotan dengan jumlah petugas

sebanyak 100 orang yang dibagi dalam 20 tim. Untuk itu akan diadakan lagi

penyemprotan siklus II di wilayah yang belum dilakukan fogging. [39]

Di Jakarta Utara terdapat 16 kelurahan zona merah sesuai ketetapan Gubernur

DKI Jakarta. Ke 16 kelurahan tersebut antara lain Penjaringan, Pademangan

Barat, Pademangan Timur, Tanjung Priok, Kebun Bawang, Warakas, Sunter

Agung, Koja, Lagoa, Rawa Badak Utara, Tugu Utara, Tugu Selatan, Kelapa

Gading Timur, Pegangsaan Dua, Semper Barat dan Semper Timur.[40]

Masih di Puskesmas Kecamatan Tg. Priok data yang berhasil dihimpun

perkembangan kasus DBD, dari Januari hingga 10 April 2007, jumlah kasus DBD

tercatat 116 kasus. Dengan perincian di Kelurahan Sunter Agung 67 Kasus,

Page 24: Demam Berdarah Dengue

Sunter Jaya 25 Kasus, Papanggo 25 kasus, Warakas 59 kasus, Tg.Priok 42 kasus,

dan Sungai Bambu 26 kasus. Sedangkan pelaksanaan foging khusus ( Fokus )

yang telah dilakukan, di Kelurahan Sunter Jaya 26 fokus, Sunter Agung 16 Fokus,

Papanggo 1 fokus,Warakas 13 Fokus, Tg.Priok 5 Fokus, Sungai Bambu 16 fokus

dan Kebon Bawang 12 fokus. Total pelaksanan focus 89 kali se-Kecamatan Tg.

Priok.

Sasaran fogging massal akan dilaksanakan di 118 RW di kelurahan zona

merah Jakarta Utara, terdiri dari 12 RW di Kelurahan Penjaringan, 4 RW

Pademangan Barat, 4 Pademangan Timur, 8 Tanjung Priok, 9 Kebon Bawang, 8

Sunter Agung, 8 Warakas, 5 Koja, 5 Lagoa, 5 Rawa Badak Utara, 5 Tugu Selatan,

5 Tugu Utara. Kemudian 17 RW di Kelurahan Kelapa Gading Timur, 15

Pegangsaan Dua, 4 Semper Timur dan 4 RW di Semper Barat.

Sedangkan untuk kelurahan lainnya yang masuk dalam zona kuning, juga

akan dilaksanakan kegiatan fogging dan kegiatan kesehatan lingkungan berupa

laporan kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) dan Pemberantasan Sarang

Nyamuk (PSN) oleh para jumantik dan kader.

2.2.4 Case Management

Jumlah pasien rawat inap penderita demam berdarah dengue (DBD) di Rumah

Sakit Pasar Rebo semakin meningkat dan melebihi kapasitas kamar yang dimiliki

rumah sakit tersebut. Pada tanggal 21 April 2007 jumlah pasien penderita DBD

yang masuk ke RS Pasar Rebo mencapai 85 pasien, terdiri atas 54 pasien dewasa

dan 31 pasien anak-anak.[41] “Kapasitas ruang ruang inap yang kami miliki

sudah full, sampai-sampai pasien DBD terpaksa kami rawat di selasar luar ,” ujar

Edi Customer Service Rumah Sakit Pasar Rebo ketika ditemui wartawan.

Pasien rawat inap yang tidak tertampung di kamar, terpaksa dirawat di selasar-

selasar rumah sakit. Sampai saat ini pasien penderita DBD yang dirawat di selasar

luar untuk Ruang Melati sebanyak 10 orang, sedangkan di Ruang Mawar

sebanyak delapan orang, dan salah satunya adalah Sofyan. S (15 thn) yang kini

Page 25: Demam Berdarah Dengue

dalam kondisi kritis dan terpaksa dirawat di ruang ICU. Terhitung sejak awal

April hingga 21 April 2007, pasien penderita DBD yang dirawat inap di Rumah

Sakit Pasar Rebo sudah mencapai angka 1.463 pasien, yang terdiri atas 938 pasien

dewasa dan 525 pasien anak-anak.

2.3 Perda Vs Aplikasi Program di Masyarakat

Dalam kenyatannya, serapi apapun peraturan daerah yang dibuat, tetap

saja jumlah penderita demam berdarah terus meningkat dari tahun ke tahun.

Pemerintah pun dibuat pusing karenanya, dari data-data yang kita temukan di

internet, dapat diketahui bahwa kegiatan yang telah dicanangkan oleh pemerintah

tidak semulus apa yang terjadi di lapangan. Seperti program Pemberantasan

Sarang Nyamuk (PSN), berupa Jum’at bersih ataupun kerja bakti di lingkungan

sekitar yang mencakup 3M (Mengubur, Menguras, dan Menutup) yang kemudian

disempurnakan lagi menjadi 3M plus[42]. Walaupun sudah gencar begitu, hingga

dibuat iklan layanan masyarakatnya, tetap saja masyarakat belum terlalu

mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. Siapakah kemudian yang akan

disalahkan? Pemerintahkah? Masyarakatkah? Jikalau pemerintah yang disalahkan,

namun nyatanya mereka para pejabat telah berusaha sedemikian rupa,

mengeluarkan berbagai peraturan untuk menertibkan program-program tersebut,

namun tetap saja sesempurna apapun peraturannya, jika tidak diiringi dengan

pengawasan yang cukup, hasil di lapangan akan berbeda, seperti fogging, dalam

perda telah disebutkan bahwa fogging dilakukan oleh orang yang terlatih dari

puskesmas setempat, namun kenyataannya bahwa efektivitas program

penyemprotan (fogging) massal dalam rangka memberantas nyamuk aedes

aegypty penyebab wabah demam berdarah dengue (DBD) di DKI Jakarta

dipertanyakan kalangan warga[43]. Dalam suarakarya.com disebutkan bahwa

sejumlah warga menyatakan kecewa karena fogging putaran pertama, Jumat

pekan lalu, terkesan dilakukan asal-asalan. Karena itu tak heran jika nyamuk atau

kecoa tidak lantas mati setelah penyemprotan dilakukan. Pada malam hari setelah

penyemprotan, banyak nyamuk dewasa tetap bergentayangan. Padahal menurut

Asisten Kesehatan Masyarakat (Askesmas) Pemprov DKI Jakarta Rohana

Page 26: Demam Berdarah Dengue

Manggala, jenis obat yang digunakan dalam penyemprotan — veridona dan

cynoff — paling efektif membunuh nyamuk dewasa.

Menurut Tony Bramantoro, warga RT 014/RW 03, Kelurahan Kemayoran,

Jakarta Pusat, asap fogging lebih pekat berbau minyak solar. “Petugas

penyemprot pun bukan tenaga yang mengerti ukuran campuran obat, mereka

hansip dan tramtib,” kata Tony.

Pengakuan senada disampaikan Sudarto Legowo, warga RT 001/RW 06,

Kelurahan Kebon Baru, Tebet, Jaksel. “Beda dengan dulu, dalam fogging

putaran pertama ini kecoa dan nyamuk dewasa tidak mati. Saya curiga, obat yang

digunakan palsu,” ujarnya.

Masih dalam fogging, bila penanganan pengasapan dilakukan dengan cara yang

tidak benar maka hal ini akan membahayakan kesehatan masyarakat, disamping

itu pula cara ini memerlukan dana yang sangat mahal dalam pelaksanaannya.

Penaburan larvasida di tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan,

drum dapat mencegah timbulnya jentik selama 2-3 bulan.Larvasida yang dipakai

adalah abate 1 % dengan dosis 1 gr per 10 liter air. Namun cara ini tidak

menjamin terbasminya tempat perindukkan nyamuk secara permanen, karena

masyarakat pada umumnya tidak begitu senang dengan bau yang ditimbulkan

larvasida selain itu pula diperlukan abate secara rutin untuk keperluan

pelaksanaannya.[44] Sehingga pelaksanaan ini masih terasa memberatkan bagi

warga yang hanya memiliki pendapatan pas-pasan untuk hidup.

Oleh karena itu, mengapa pemerintah lebih menganjurkan masyarakat untuk

bekerja bakti dalam artian melaksanakan program 3M yang meliputi PSN dan

Jum’at Bersih, kedua program ini lebih efektif karena tidak perlu mengeluarkan

uang yang terlalu banyak, keuntungan lain yang dapat diperoleh yaitu lingkungan

mereka menjadi terjaga kebersihannya, sehingga mereka tidak hanya mencegah

demam berdarah ini berkembang namun juga penyakit-penyakit lain.

Page 27: Demam Berdarah Dengue

Diharapkan agar program yang telah disusun oleh pemerintah ini nantinya akan

dapat dilaksanakan secara efektif di masyarakat secara keseluruhan, bukan hanya

masyarakat DKI Jakarta saja, namun masyarakat Indonesia secara keseluruhan,

sehingga angka penderita demam berdarah dapat menurun seiring dengan

peningkatan kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan mereka.

Namun, masyarakat juga perlu pengawasan dan bimbingan penuh dari

pemerintah. Pemerintah jangan hanya membuat peraturannya saja, namun

kemudian lepas tangan dan berharap peraturan itu bisa terlaksana dengan baik di

lapangan. Harapannya, pemerintah bisa memperketat pengawasan terhadap setiap

peraturan yang mereka buat, entah itu dengan turun langsung ke lapangan atau

melalui pembentukan kader-kader kesehatan sebagai perpanjangan tangan

mereka. Penyebab tidak langsung DBD yang juga harus menjadi agenda

pemerintah untuk diselesaikan adalah masalah pendidikan, bagaimanapun usaha

pemerintah untuk menjalankan program DBD, jika pendidikan tidak mulai

diperbaiki dari saat ini, maka angka penderitanya tidak akan pernah dapat

diturunkan, dengan peningkatan pendidikan, masyarakat akan dapat mengubah

persepsi mereka bahwa bagaimanapun juga mencegah lebih baik daripada

mengobati, sehingga secara tidak langsung pula mereka akan lebih sadar untuk

menjaga dan memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dan

dapat menulari manusia melalui vector nyamuk Aedes Aegypti. Demam berdarah

Dengue pertama kali timbul di serentak di dunia sektar tahun 1978 sedangkan di

Indonesia, penyakit ini masuk pada tahun 1968-an namun hingga saat ini DBD

masih menjadi masalah rutin bagi Indonesia.Penanganan DBD di Indonesia telah

dilakukan oleh pemerintah melalui pengadaan program pencegahan dan

Page 28: Demam Berdarah Dengue

penanganannya seperti adanya peraturan atau pernyataan wajib dari Menkes atau

pimpinan provinsi/kota mengenai PSN, Abatisasi, Fogging, Surveilant

Epidemiologi maupun perbaikan dalam hal Case Managementnya. Namun pada

kenyataannya kesemua langkah pemerintah tersebut belum cukup untuk

membasmi penyakit ini dari Indonesia. Hal tersebut dikarenakan masih adanya

kekurangan dalam hal sosialisasi mengenai beberapa program pencegahan

tersebut, kurangnya tenaga kesehatan yang dapat memberikan penjelasan

langsung mengenai program – program tersebut ke masyarakat, system informasi

mengenai pelaporan kejadian penyakit ini yang belum maksimal, aplikasi

pelaksanaan program yang tidak sesuai dengan kebijakan – kebijakan yang ada,

kesalahan dalam hal diagnosis serta kurangnya kesadaran masyarkat untuk

memiliki pola hidup bersih dan sehat.

3.2 Saran

Ada beberapa saran yang mungkin dapat dijadikan rekomendasi dalam

penanganan penyakit ini di Indonesia, antara lain:

1. Tersedianya tenaga kesehatan yang memadai sebagai “orang penting” dalam sosialisasi program – program pencegahan DBD yang dibuat pemerintah kepada masyarakat secara langsung.

2. Adanya perbaikan system informasi dalam kasus ini sehingga proses surveilant epideomilogis terhadap kasus penyakit ini dapat maksimal.

3. Peran serta pemerintah secara aktif, bukan hanya sebagai pembuat sebuah kebijakan namun pula sebagai pelaksana kebijakan itu sendiri.

4. Adanya kesesuaian antara pelaksanaan program – program pencegahan dan penanganan DBD yang dilakukan secara rill di masyarakat dengan aturan mengenai pelaksanaan program – program tersebut pada kebijakan yang telah dibuat oleh lembaga eksekutif, legislative baik di tingkat pusat, provinsi maupun tingkat bawahnya.

DAFTAR PUSTAKA

”Aplikasi 3M+dan PSN” dalam http://www.litbang.depkes.go.id/, 7 Maret 2008.

Cahaya, Indra. “Pemberantasan Vektor Demam Berdarah di Indonesia”, dalam USU digital library, 7 Maret 2008

Page 29: Demam Berdarah Dengue

Choirul, Atik Hidajah, Dr, M.Kes, “Surveilans Epidemiolog,I”, dalam ,http://www.fkmunair.ac.id, 7 Maret 2008.

“ DEMAM BERDARAH;Fogging Massal Terkesan Asal-asalan” ,dalam http://www.suarakarya-online.com/, 8 Maret 2008.

“Demam Berdarah Dengue”, dalam Info Ristek Vol 4 No.1/2006, 7 Maret 2008

”DKI STATUS KLB DBD APARAT PEMDA JAKARTA UTARA SIAGA “, dalamhttp://cakrabuananews.com/, 10 Maret 2008

“Kasus DBD Diperkirakan Capai 125 Ribu Selama 2007”,dalam www.kapanlagi.com, 7 Maret 2008.

Komala, Satih, Sari, S.Ked,Harry Wahyudhy Utama, S.ked,Irma Yanti, S.ked,Meita Ranika, S.Ked “PENCAPAIAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)DI PUSKESMAS SUKARAMI PALEMBANG”, dalam http://klikharry.files.wordpress.com/, 5 Maret 2008.

LYH / Gilang, “ Puncak Penyebaran DBD Telah Terlewati” dalam http://pdpersi.co.id/, 7 Maret 2008.

Maullana, dalam www.media indonesia.com. 8 Maret 2008.

Silalahi, Levi. “Demam Berdarah “, dalam www. tempointeraktif.com, 7 Maret 2008.

“Singkatan PSN 3M + 1M Belum Populer di Kota Tangerang”, dalam

http://64.203.71.11/kompas-cetak/0502/21/metro/1567596.htm, 8 Maret 2008.

Sutiyoso. ”Laporkan Warga Yang Tolak Fogging Fokus”, dalam http://www.kapanlagi.com/ , 9 Maret 2008.

Titte, Adimidjaja, K.Sa. ”Demam Berdarah Dengue” dalam http://www.litbangkes.go.id/ tanggal 7Maret 2008.

www.depkes.go.id, diakses tanggal 8 Maret 2008, 10.35 WIB

www.humas.barata.jakarta.go.id, diakses tanggal 7 Maret 2008, 13.40WIB.

www.litbang.depkes.go.id, diakses tanggal 15 Maret 2008, 15.45 WIB

”118 RW di Jakarta Utara Rawan DBD” , dalam http://www.jakartautara.com/, 10 Maret 2008.

[12] Levi Silalahi, “Demam Berdarah “, dalam www. tempointeraktif.com, 7 Maret 2008.

Page 30: Demam Berdarah Dengue

[13] “Demam Berdarah Dengue”, dalam Info Ristek Vol 4 No.1/2006, 7 Maret 2008.

[14] www.suarapembahauran.com

[15] loc.cit., http://www.tempointeraktif.com.

[16] Adimidjaja,Titte K.sa., “Demam Berdarah Dengue”, dalam http://www.litbang.depkes.go.id/ , 7 Maret 2008

[17] Ibid.

[18]loc.cit., http://www.tempointeraktif.com.

[19] loc.cit, http://www.litbang.depkes.go.id/

[20] Dalam www.humas.barata.jakarta.go.id, diakses tanggal 7 Maret 2008, 13.40WIB.

[21] Dalam www.depkes.go.id, diakses tanggal 8 Maret 2008, 10.35 WIB

[22] Loc.cit.,www.humas.barata.jakarta.go.id

[23] Satih Komala Sari, S.Ked,Harry Wahyudhy Utama, S.ked,Irma Yanti, S.ked,Meita Ranika, S.Ked “PENCAPAIAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)DI PUSKESMAS SUKARAMI PALEMBANG”, dalam http://klikharry.files.wordpress.com/, 5 Maret 2008.

[24] “Aplikasi 3M+dan PSN” dalam http://www.litbang.depkes.go.id/, 7 Maret 2008.

[25] Indra Cahaya, “Pemberantasan Vektor Demam Berdarah di Indonesia”, dalam USU digital library, 7 Maret 2008

[26] Dalam www.suarapembaharuan.com, 7 Maret 2008.

[27] Loc.cit., http://klikharry.files.wordpress.com, diakses tanggal 5 Maret 2008.

[28] Ibid.

[29] Cermin Dunia Kedokteran Edisi Khusus No. 81,1992

[30] Loc.cit, Indra Cahaya dalam Digital USU Library.

[31] LYH / Gilang, “ Puncak Penyebaran DBD Telah Terlewati” dalam http://pdpersi.co.id/, 7 Maret 2008.

[32] Dr.Atik Choirul Hidajah, M.Kes, “Surveilans Epidemiolog,I”, dalam ,http://www.fkmunair.ac.id, 7 Maret 2008.

[33] Ibid.

[34] “Kasus DBD Diperkirakan Capai 125 Ribu Selama 2007”,dalam www.kapanlagi.com, 7 Maret 2008.

[35] Dalam www.litbang.depkes.go.id, diakses tanggal 15 Maret 2008, 15.45 WIB

Page 31: Demam Berdarah Dengue

[36] “Singkatan PSN 3M + 1M Belum Populer di Kota Tangerang”, dalam

http://64.203.71.11/kompas-cetak/0502/21/metro/1567596.htm, 8 Maret 2008.

[37] Indra Cahaya, “Pemberantasan Vektor Demam Berdarah di Indonesia”, dalam USU digital library, 7 Maret 2008

[38] “Sutiyoso: Laporkan Warga Yang Tolak Fogging Fokus”, dalam http://www.kapanlagi.com/ , 9 Maret 2008.

[39] “118 RW di Jakarta Utara Rawan DBD”, dalam http://www.jakartautara.com/, 10 Maret 2008.

[40] ” DKI STATUS KLB DBD APARAT PEMDA JAKARTA UTARA SIAGA “, dalamhttp://cakrabuananews.com/, 10 Maret 2008.

[41] Maullana, dalam www.media indonesia.com. 8 Maret 2008.

[42] Loc.cit, “Aplikasi 3M+dan PSN”

[43] “DEMAM BERDARAH;Fogging Massal Terkesan Asal-asalan” ,dalam http://www.suarakarya-online.com/, 8 Maret 2008.

[44] loc.cit., Indra cahaya,