Delta Buat Matkul Endapan Mineral (1)

download Delta Buat Matkul Endapan Mineral (1)

of 9

Transcript of Delta Buat Matkul Endapan Mineral (1)

Laporan Persentasi Lingkungan Endapan Mineral

Proses-Proses Pembentukan DeltaDosen: Dr. Eddy Supriyana

KELOMPOK 4Tsalina Lianasari 140710110007Gesti Cita Novala140710110015Indra Luthfiana140710110019Yongki Andita A.140710110024M. Aji Ghaffar140710110033

Sumber Paper: Davis, R.A., 1992, Depositional Systems: An Introduction to Sedimentology and Stratigraphy, Englewood-Cliffs, Prentice-Hall, hlm. 253-293.

Delta adalah akumulasi sedimen pada muara sungai. Istilah delta diambil dari huruf Yunani "delta" (D) dan pertama kali digunakan oleh orang-orang Yunani purba untuk menamakan akumulasi sedimen yang ada di muara Sungai Nil. Delta memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena delta-delta purba sering berperan sebagai tempat dimana bahan bakar fosil seperti migas dan batubara banyak ditemukan.

Faktor utama yang menentukan terbentuk tidaknya suatu delta pada muara suatu sungai adalah pola kesetimbangan antara pasokan sedimen dengan fluks energi di muara sungai. Jika sedimen yang dikirimkan ke muara sungai lebih banyak dibanding volume sedimen yang dapat didistribusikan oleh arus pasut, arus pesisir, dan gelombang maka di tempat tersebut akan terbentuk delta.PROSES-PROSES DELTAMorfologi dan stratigrafi delta telah cukup lama diketahui, namun pengetahuan mengenai proses-proses yang bekerja dalam sistem delta relatif baru. Gilbert (1885, 1890) sebenarnya telah mengemukakan arti penting proses-proses yang bekerja dalam delta untuk memahami sistem delta secara keseluruhan, namun gagasannya kurang mendapat sambutan yang cukup hangat dari para ahli geologi yang hidup pada awal hingga pertengahan abad 20, kecuali Barrell (1912). Penelitian terhadap proses-proses delta baru dilakukan pada tahun 1950-an oleh Bates (1953). Sejak itu, banyak usaha dilakukan untuk memahami kompleksitas proses-proses delta.

Sejumlah proses secara bersama-sama menjadi faktor pengontrol perkembangan delta. Sebagian diantaranya bekerja di dalam, atau di dekat, lingkungan delta; sebagian yang lain terletak relatif jauh dari sistem deltanya sendiri.

Faktor-faktor yang mem-pengaruhi perkembangan delta, namun tidak berada di dalam atau di dekat lingkungan delta, adalah : iklim, relief cekungan zona aliran sedimen, aliran debit air (Coleman dan Wright, 1975)

iklim menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan delta. Iklim tidak hanya mengontrol jumlah dan penyebaran debit air, namun juga vegetasi, pelapukan, pembentukan tanah, dan (hingga tahap tertentu) juga mempengaruhi relief cekungan penyaliran. Relief cekungan penyaliran mempengaruhi keadaan alam dan volume sedimen yang dipasok menuju muara sungai dan, pada gilirannya, menentukan bentuk delta itu sendiri.

Kami hanya akan menekankan pembahasan pada proses-proses yang bekerja dalam deltanya sendiri, yaitu proses-proses sungai dan proses-proses bahari, termasuk didalamnya pasut, gelombang, dan arus pantai.

Proses-Proses Pembentukan Delta

Sungai (fluvial dominated)Untuk memudahkan pembahasan, pertama-tama kami menganalisa kondisi muara sungai sederhana, di tempat mana pengaruh pasut dan gelombang dapat diabaikan. Dengan demikian, asumsi ini menghasilkan kondisi yang didominasi oleh sungai. Kondisi seperti itu mirip dengan kondisi danau, estuarium, dan laut tertutup, atau pada daerah dimana terdapat lereng lepas pantai yang lebar dan datar (Wright, 1977).

Di bawah kondisi seperti ini ada tiga gaya utama yang bekerja: inersia, gesekan dasar (bed friction), dan apungan (bouyance). Faktor-faktor seperti debit, kecepatan aliran, kedalaman, ukuran dan jumlah partikel sedimen, serta perbedaan densitas antara air sungai dan air cekungan menentukan faktor mana yang akan mengontrol proses-proses sungai dalam delta.

Kecepatan aliran yang tinggi, pertambahan kedalaman ke arah laut, dan kecilnya perbedaan densitas antara air sungai dengan air cekungan akan menyebabkan inersia berperan sebagai gaya pengontrol utama. Keadaan ini pada gilirannya menyebabkan muatan yang ada dalam air itu menjadi pecah dan tersebar seperti sedimen yang ada dalam jet turbulen untuk kemudian membentuk tumpukan pasir (sandbar) muara sungai (Wright, 1978). Sedimen penyusun tumpukan pasir (sandbar) ini menunjukkan gejala penghalusan ke arah laut. Kondisi ini umumnya hanya terjadi pada sungai bergradien tinggi yang masuk ke dalam paparan yang dalam, atau pada tempat-tempat dimana aktivitas pasut bersifat homogen di seluruh bagian massa air.

Jika pergesekan di dasar sungai merupakan gaya pengontrol utama bagi aliran, maka akan terjadi penurunan kecepatan aliran dan sedimen yang diangkut akan menyebar membentuk tumpukan pasir (sandbar) muara sungai. Tumpukan pasir (sandbar) ini memiliki lebar sekamir empat hingga enam kali lebar dari alur pemasoknya. Sebagaimana sedimen penyusun tumpukan pasir (sandbar) yang terbentuk di bawah pengaruh gaya inersia, sedimen penyusun tumpukan pasir (sandbar) ini juga memperlihatkan gejala penghalusan ke arah laut. Kedua tumpukan pasir (sandbar) tersebut berbeda dalam hal bentuk dan posisinya terhadap muara sungai. Sebagian besar sungai besar yang ada di dunia ini bermuara ke laut. Densitas air tawar lebih kurang 1,00 gr/cm3, sedangkan densitas air laut umumnya sekamir 1,026 - 1,028 gr/cm3. Walaupun air sungai banyak dimuati oleh sedimen, namun densitasnya jarang yang sama, apalagi melebihi, densitas air laut. Akibatnya, sewaktu air sungai memasuki laut, massa air itu akan "mengambang" di atas air laut. Dalam kondisi seperti ini dikatakan bahwa aliran berada di bawah pengaruh apungan. Aktivitas pasut atau gelombang dapat menyebabkan turunnya efek-efek apungan tersebut sedemikian rupa sehingga kondisi aliran dapat berubah menjadi berada di bawah pengaruh gaya inersia atau gesekan dasar (Wright, 1977). Dalam sungai-sungai yang laju debitnya tinggi, dan selama jejang banjir, efek apungan berpengaruh.

Adanya konvergensi aliran di dekat dasar menyebabkan material-material berbutir kasar terkonsentrasi dalam daerah-daerah yang sempit dan membentuk tangkis-tangkis bawah air yang lurus () (Wright, 1977). Ketika muara sungai berprogradasi [1], tumpukan pasir (sandbar)-tumpukan pasir (sandbar) tersebut tumbuh menjadi bar-finger sands (Fisk, 1961).

Gambar 1. Contoh tumpukan pasir (sandbar)Proses-Proses BahariPada kebanyakan muara sungai, biasanya terjadi interaksi antara proses-proses sungai dengan proses-proses cekungan. Meskipun pembahasan ini diberi judul proses-proses bahari, namun prinsip-prinsip disini (dengan pengecualian untuk prinsip-prinsip pasut) juga dapat diterapkan pada lingkungan-lingkungan dimana sungai memasuki massa air nonbahari.

Pasut (tide dominated)Beberapa delta besar sangat dipengaruhi atau didominasi oleh aktivitas pasut. Salah satu delta besar yang termasuk ke dalam kategori ini adalah Delta Amazon. Delta Gangga-Brahmaputra (Bangladesh) dan Delta Ord (Australia) juga merupakan delta yang mendapat pengaruh pasut cukup tinggi. Untuk di Indonesia contohnya adalah Delta Mahakam di Kutai Kartanegara, Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia)

Gambar 2. Delta Mississippi

Gambar 3. Klasifikasi Delta menurut Galloway (1975) Vide Serra (1985)

Pada dasarnya, ada tiga pengaruh pasut terhadap proses-proses delta, yaitu: Menghancurkan gradien densitas dan memperkecil efek-efek pengapungan Menghantar sedimen sewaktu debit sungai rendah Memperluas wilayah interaksi sungai-bahari (Wright, 1977)

Dominansi pasut menyebabkan adanya proses dua arah yang pada gilirannya akan dicerminkan oleh karakter tumpukan pasir (sandbar)-tumpukan pasir (sandbar) muara sungai. Tumpukan pasir (sandbar) itu umumnya berbentuk linier dengan sumbu panjang terletak sejajar dengan arah aliran.

Dalam sungai yang didominasi oleh pasut, alur mengalami perlebarkan di dekat muara dengan membentuk konfigurasi seperti lonceng. Karena arus pasut relatif kuat, zona ini umumnya dipenuhi oleh pasir. Lebih ke arah hilir dari zona itu dapat ditemukan sungai meander dengan tumpukan pasir (sandbar) tanjungnya.

Gelombang (wave dominated)Delta biasanya tidak terbentuk dengan baik, bahkan tidak terbentuk sama sekali, pada pesisir bergelombang aktif. Walau demikian, ada beberapa delta yang terbentuk pada pesisir berlereng cukup curam dan di bawah kondisi energi gelombang tinggi.

Ketika gelombang datang dan menumbuk suatu delta aktif, sedimen penyusun delta itu akan tercerai-berai. Selain itu, gelombang itu akan bertumbukan dengan aliran sungai sedemikian rupa sehingga kedua aliran itu menjadi terganggu. Hal ini pada gilirannya menyebabkan penurunan kompetensi aliran sungai sedemikian rupa sehingga sedimen yang diangkutnya akan terakumulasi di muara sungai. Endapan itu terutama berukuran pasir dan terletak hampir sejajar dengan garis pantai.

Arus PantaiMeskipun arus-arus dangkal yang dihasilkan oleh angin, gelombang, pasut, atau arus samudra dapat mempengaruhi tepian benua, namun efek totalnya terhadap sedimentasi delta umumnya hanya bersifat sekunder (Coleman, 1976). Arus-arus itu umumnya memiliki komponen yang sejajar dengan garis pantai. Komponen inilah yang mempengaruhi sedimentasi muara sungai. Arus yang paling kuat diantara arus-arus itu adalah arus sepanjang pantai yang ditimbulkan oleh gelombang.

Meskipun arah arus yang bekerja pada suatu tempat berubah-ubah dari waktu ke waktu, namun biasanya ada satu arah dominan. Arus dominan itulah yang mempengaruhi perubahan morfologi muara sungai melalui proses pembentukan spit [2] dan bermigrasinya alur-alur yang ada di muara sungai. Perlu diingat bahwa unsur-unsur tubuh sedimen dasar yang ada dalam sistem ini sama dengan unsur-unsur tubuh sedimen yang ada di muara sungai yang didominasi oleh gelombang, walaupun di tempat ini tidak ada arus sepanjang pantai yang cukup kuat.

Penjelasan tambahan:

[1] progradasi atau penambahan lateran dari perlapisan dengan arah basin-ward.Progradasi dapat terjadi sebagai hasil dari naiknya muka air laut bersamaan dengan peningkatan laju sedimentasi (akibat regresi). umumnya terjadi selama perkembangan peningkatan maupun penurunan sistem traksi.

[2]Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai.Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya terdiri dari material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat bervariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut.Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah, maka arus pantai akan tetap mengangkut material material ke laut yang dalam. Ketika material masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas permukaan laut. Akumulasi material itu disebut spit yaitu jika arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang kadang spit terbentuk melewati teluk dan membetuk penghalang pantai (barrier beach).Terbentuknya split yaitu apabila di sekamir spit terdapat pulau, biasanya spit akhirnya tersambung dengan daratan, sehingga membentuk tombolo.