definisi plagiat

download definisi plagiat

of 7

description

kenyataan tentang perlu mengelakkan plagiat dalam penulisan akademik

Transcript of definisi plagiat

Apa itu plagiat?Berdasarkan kamus besar bahasaindonesia, plagiat merupakan katanominal yang berarti pengambilankarangan atau pendapat orang laindan menjadikan seolah-olah karanganatau pendapatnya itu buatan sendiri.Sebagai contoh menerbitkan karyatulis orang lain atas nama dirinyasendiri, jiplakan.Nah, kata plagiat inilah yang seringdisebut-sebut dalam bursa musikIndonesia. Munculnya penyanyi atauband baru yang dirasa merupakanplagiat dari band-band yang sudahlebih lama muncul di dunia musik jadiperbincangan masyarakat. Ada yangpro dan ada yang kontra dan ada pulayang masa bodoh. Itu semuatergantung pendapat masing-masing.Sebelumnya, kita perlu memahamiarti kata plagiat itu sendiri. Kata plagiatitu sendiri sekarang berkembang. Jikakita membaca arti kata tersebut dalamkamus, plagiat adalah orang yangmengaku hasil karya orang lain ituadalah miliknya atau menjiplak secarapenuh tanpa ada suntingan samasekali (sama persis).Lalu, apa kabar dengan penyanyi danband baru yang disebut plagiat?Menurut saya, mereka itu bukanplagiat melainkan terinspirasi darimereka yang telah sukses. Kesamaannada dalam bentuk kecil di lagu yangberbeda itu suatu hal yang wajar danmungkin terjadi.Lalu, contoh plagiat yangsesungguhnya itu seperti apa?Contoh kongkret plagiat adalahmencontek. Menyalin pekerjaan temandan menuliskan nama kita sebagaitanda itu adalah hasil pekerjaan kitamerupakan contoh real plagiat.Tidak menyukai penyanyi atau bandbaru yang dianggap plagiat itu adalahwajar dan sah. Tapi tidak wajar jikakita menjelek-jelekkan, menghina,mengeluarkan kata kasar, dansejenisnya untuk merendahkanmereka. Justru kita harus memberikansaran positif untuk mendukungmereka terus karena mereka jugamempunyai andil yang cukup besaruntuk perkembangan musikIndonesia. Dan setiap karya yangmereka buat perlu dihargai karenatidak mudah untuk membuat suatukarya yang dapat diterima olehkhalayak umum.

Isu plagiarisme sedang menyita perhatian publik. Terlebih setelah pemberitaan yang menimpa salah satu PTN sering muncul ke media. Berita itu ditanggapi beragam oleh masyarakat. Respon masyarakat yang sebagian besar berupa kritik wajar terjadi. Sebabnya, dalam dunia akademik. Akan tetapi, sikap objektif dan kritis harus tetap dikedepankan.Plagiarisme selalu dipersepsikan sebagai penjiplakan yang fatal. Paling tidak, sebagian besar masyarakat kita berkeyakinan seperti itu. Dengan demikian, sang pelaku harus diberi sanksi yang tegas dan berat. Misalnya penurunan pangkat, pencabutan gelar, bahkan pemecatan. Keyakinan itu tidak salah, tetapi tidak sepenuhnya benar.Definisi plagiarisme telah banyak dikemukakan para ahli. Nevile (2010) dalam The Complete Guide Referencing and Voiding Plagiarism mendefinisikan plagiarisme sebagai tindakan mengambil ide atau tulisan orang lain tanpa menyebutkan rujukan dan diklaim sebagai miliknya. Oleh karena itu, penulisan kutipan dan sumber menjadi indikator utama untuk menentukan seseorang melakukan plagiat atau tidak.Pada praktiknya, plagiarisme dibedakan menjadi beberapa kategori. Sastroasmoro (2007) mengategorikan berdasarkan, pertama, aspek yang dijjiplak. Plagiarisme jenis ini dibagi empat kategori, plagiarisme ide, isi, tulisan, dan plagiarisme total. Dari keempat kategori ini, kategori terakhirlah yang dianggap paling berat.Kedua, berdasarkan proporsi yang dijiplak. Plagiarisme jenis ini dibedakandalam tiga kategori, plagiarisme ringan (,30 persen), sedang (30 persen-70persen), dan berat (.70 persen). Ada anggapan, jumlah kutipan menjadi penentu baik tidaknya suatu karya ilmiah. Semakin banyak kutipan, semakin baik. Padahal, jika jumllahnya tidak wajar bisa dianggap plagiat. Idealnya, proporsi ide atau gagasan penulis harus lebih dominant.Ketiga, berdasarkan pola plagiarisme. Plagiarisme jenis ini dibedakan menjadi dua kategori, yaitu plagiarisme kata demi kata (word for word) dan plagiarisme mozaik (menggabungkan ide orisinil dengan ide orang lain). Yang paling sering dilakukan dengan menyelipkan atau menggabungkan tulisan orang lain menjadi tulisan yang baru. Penulis pun tidak menyebutkan sumbernya sehingga seolah-olah tulisan itu miliknya.Keempat, berdasarkan kesengajaan. Plagiarisme jenis ini diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu plagiarisme yang disengaja dan yang tidak disengaja. Kategori kedua kerap terjadi dan menyebabkan seseorang dianggap plagiat. Misalnya, penulis lupa menuliskan sumber pada daftar pustaka. Padahal, di bagian isi, pengutipannya sudah benar. Walaupun terkesan remeh. Kelalaian ini bisa berakibat fatal. Hal ini pula yang terjadi pada salah satu dosen yang saat ini santer diberitakan karena diindikasikan melakukan plagiat (PR, 8/3/2012).Kategorisasi ini menegaskan bahwa setiap kasus plagiarisme tidak bisa disakompetdaunkeun. Tentu saja, sanksinya pun akan berbeda tergantung dari kategori plagiarisme yang dilakukan. Dalam prinsip keadilan, tidak benar jika pelanggaran ringan dan pelanggaran berat diberi sanksi yang sama. Apalagi, jika pelanggaran itu lebih karena faktor kelalaian bukan kesengajaan. Perlakuannya pun akan jauh berbeda. Diharapkan melalui pemahaman ini, kita bisa lebih objektif dan kritis dalam menyikapi setiap kasus plagiarisme.

Harta intelek (bahasa Inggeris: intellectual property atau IP) merupakan istilah yang merujuk kepada beberapa jenis ciptaan fikiran berlainan yang hak esklusif diakui di bawah bidang undang-undang berkait.[1] Di bawah undang-undang Harta intelektual, pemilik diberikan hak esklusif tertentu bagi pelbagai aset tidak nyata, seperti muzik, penulisan, dan karya seni; jumpaan dan ciptaan; dan perkataan, farsa, symbol dan reka bentuk. Jenis biasa hak harta intelektual termasuk hak cipta, cap dagang, paten, hak reka bentuk dagangan dan rahsia perdagangan dalam sesetengah perundangan. Harta intelek dalam bidang undang-undang merujuk kepada hasil kreativiti manusia yang merangkumi pelbagai perkara seperti karya muzik, sastera dan seni; rekacipta; dan simbol, nama, imej dan reka bentuk yang digunakan dalam perniagaan termasuk hak cipta, cap dagangan, paten dan hak-hak lain yang berkaitan. Di bawah undang-undang harta intelek, pemegang salah satu dari harta-harta yang bersifat abstrak ini mempunyai hak-hak eksklusif tertentu untuk harta intelek yang mereka cipta.Pembangunan harta intelek di dalam sesebuah negara akan meningkatkan tahap inovasi, ekonomi dan menganjaknya ke sebuah negara berasaskan ekonomi pengetahuan. Kekuatan undang-undang harta intelek dalam sesebuah negara juga dikenal pasti sebagai faktor penting yang mempengaruhi pelaburan dari luar terutamanya untuk bidang perniagaan yang berasaskan pengetahuan.Sungguhpun kebanyakan prinsip perundangan mengenai harta intelektual telah berubah selama beberapa abad, ia hanyalah pada abad ke-19 istilah hak milik intelektual mula digunakan, dan tidak sehingga akhir abad ke-20 ia menjadi meluas di kebanyakan dunia.[2] Statut Anne British 1710 dan Statut Monopolies 1623 kini dianggap sebagai asal hakcipta dan undang-undang paten berikutnya.[3]

Hari Harta Intelek Sedunia disambut pada 26 April setiap tahun untuk meningkatkan kesedaran masyarakat awam tentang apa itu harta intelek dan bagaimana ia menggalak bukan saja perkembangan muzik, kesenian dan hiburan tetapi juga inovasi produk dan teknologi.

Di Malaysia, harta intelek yang dilindungi di bawah undang-undang adalah paten, hakcipta, cap dagangan, rekabentuk perindustrian, petunjuk geografi dan reka bentuk susun atur litar bersepadu. Varieti tumbuhan adalah komponen harta intelek dan ianya ditadbir oleh Kementerian Pertanian dan Industri Asas Tani Malaysia. Antara undang-undang yang melindungi harta intelek adalah:1. Akta Cap Dagangan 19762. Akta Paten 19833. Akta Hakcipta 19874. Akta Rekabentuk Ciptaan Industri 1996Mengikut laporan agensi antarabangsa Pertubuhan Harta Intelek Sedunia (WIPO) mengenai perkembangan paten di Asia, China, Korea Selatan dan Jepun adalah negara yang berada di tempat 10 teratas sebagai negara yang paling banyak menfailkan paten. Untuk negara seperti Malaysia, terdapat penambahan 70% jumlah paten yang difailkan pada peringkat antarabangsa iaitu dari 60 ke 103 pada tahun 2007[4].Kegunaan moden bagi istilah hak milik intelektual bermula seawal 1867 dengan penubuhan Persekutuan Jerman Utara yang perlembagaannya memberikan kuasa legislative bagi perlindungan hak milik intelektual (Schutz des geistigen Eigentums) kepada persekutuan.[5] Apabila setiausaha pentadbiran diwujudkan melalui Persidangan Paris bagi Perlindungan Hakmilik Industri (1883) dan Persidangan Berne bagi Perlindungan Hasil Kesusteraan dan Artistik (1886) digabung pada tahun 1893, ia terletak di Berne, dan turut menerima pakai istilah hak milik intelektual dalam nama gabungan baru, United International Bureaux bagi Perlindungan Hakmilik Intelektual. Organisasi tersebut kemudiannya dipindahkan ke Geneva pada tahun 1960, dan diganti pada tahun 1967 dengan penubuhan Organisasi Hakmilik Intelektual Dunia /World Intellectual Property Organization (WIPO) melalui Convention Establishing the World Intellectual Property Organization sebagai agensi Bangsa-bangsa Bersatu. Menurut Lemley, hanya pada masa ini istilah ini mula digunakan di Amerika Syarikat (yang bukan merupakan anggota Persidangan Berne),[2] dan tidak menjadi popular sehingga perenggan dalam Akta Bayh-Dole pada tahun 1980.[6]"Sejarah paten tidak bermula dengan ciptaan, tetapi sebaliknya dengan anugerah diraja oleh Queen Elizabeth I (1558-1603) bagi keistimewaan monopoli... Bagaimanapun, sekitar 200 tahun selepas berakhirnya pemerintahan Elizabeth, patent mewakili hak perundangan yang didapati olehpencipta bagi memberikan kawalan ekslusif ke atas pengeluaran dan jualan ciptaan saintifik atau mekanikal... menggambarkan evolusi paten dari hak diraja kepada doktrin undang-undang awam."[7]Pada tahun 1818 dalam himpunan penulisannya, ahli teori liberal Perancis, Benjamin Constant, menentang idea hak milik yang baru diperkenalkan yang dikenali sebagai intelektual."[8] Istilah hak milik intelektual mula digunakan pada keputusan Massachusetts Circuit Court Oktober 1845 dalam kes paten Davoll et al. v. Brown., dalam mana Hakim Charles L. Woodbury menulis bahawa "hanya dengan cara ini kita boleh melindungi hak milik intelektual, usaha buah fikiran, pengeluaran dan kepentingan adalah milik seseorang...seperti gandum yang dia semai, atau ternakan yang digembalanya."[9] Kenyataan bahawa "jumpaan adalah...hak milik" wujud lebih awal lagi. Seksyen 1 dalam perundangan Perancis 1791 menyatakan, "Semua jumpaan baru merupakan hak milik pengarang; bagi menjamin pencipta hak milik dan nikmat sementara jumpaannya, yang akan diberikan padanya paten bagi lima, sepuluh atau lima belas tahun."[10] Di Eropah, pengarang Perancis A. Nion mennulis proprit intellectuelle dalam Droits civils des auteurs, artistes et inventeurs, diterbitkan pada 1846.Sehingga masakini, tujuan undang-undang hak milik intelektual adalah bagi memberikan perlindungan sedikit mungkin agar menggalakkan ciptaan. Dengan itu, dalam sejarah, ia hanya diberikan hanya apabila ia perlu bagi menggalakkan penciptaan, dalam tempoh dan ruang yang terhad.[11]Asal konsep ini boleh dijejak lebih lama lagi. Undang-undang Yahudi dari segi beberapa pertimbangan yang kesannya adalah sama dengan undang-undang intelek moden, sungguhpun konsep ciptaan intelek sebagai harta tidak kelihatan wujud terutamanya prinsip Hasagat Ge'vul (unfair encroachment) digunakan bagi menghadkan hakcipta penerbitan tempoh terhad (tetapi bukan bagi pengarang) pada kurun ke-16. [12]Pada masa kini, terutamanya di Amerika Syarikat, matlamat perundangan intelektual dan mereka yang menyokongnya adalah "perlindungan mutlak ". "Pemikirannya adalah sekiranya sebahagian harta intelektual diingini kerana ia menggalakkan penciptaan, lebih banyak lebih baik. Tanggapannya adalah pencipta tidak akan mempunyai dorongan bagi mencipta kecuali mereka secara sah berhak mendapatkan nilai social penuh bagi ciptaan mereka." [13] Perlindungan mutlak atau pandangan nilai penuh melihat harta intelek sebagai satu lagi jenis harta 'sebenar', biasanya mengambil perundangan dan rhetoriknya.Matlamat yang dinyatakan oleh kebanyakan undang-undang harta intelek (dengan pengecualian cap dagang) adalah bagi "Menggalakkan kemajuan."[17] Dengan menukar hak esklusif terhad bagi pendedahan penciptaan dan kerja kreatif, masyarakat dan pemilik paten/hakcipta sama-sama beruntung, dan galakan dicipta bagi pencipta dan pengarang bagi mencipta dan mendeahkan kerja mereka. Sesetengah pengulas menyedari bahawa matlamat perundangan harta intelek dan mereka yang menyokong perlaksanaannya kelihatannya sebagai "perlindungan mutlak". "Sekiranya sesetengah harta intelek diingini kerana ia menggalakkan ciptaan, mereka berkata, lebih banyak lebih baik. Pemikiran disebaliknya adalah pencipta tidak akan mempunyai galakan yang mencukupi bagi mencipta kecuali mereka berhak secara perundangan bagi mendapatkan nilai sosial penuh bagi hasil ciptaan mereka".[18] Perlindungan mutlak ini atau pandangan nilai penuh melihat harta intelek sebagai satu lagi jenis harta "sebenar", biasanya menerima pakai undang-undang dan rhetorik mengenainya. Pembangunan baru lain dalam undang-undang hakmilik harta intelek, seperti Akta Penciptaan Amerika, menekankan keharmonian antarabangsa. Sebahagian pengkritik hak intelek, seperti mereka dalam pergerakan budaya bebas, menunding monopoli intelek sebagai mengancam kesihatan, menghalang kemajuan, dan menumpu keuntungan dengan menyukarkan orang ramai,[21][22] dan menegaskan bahawa kepentingan umum terhakis oleh monopoli mahal berpanjangan dalam bentuk sambungan hak cipta, paten perisian, dan paten kaedah perniagaan.Jawatankuasa bagi Hak Ekonomi, Masyarakat, dan Budaya menyedari bahawa "pertikaian mungkin wujud antara mematuhi dan perlaksanaan sistem harta intelek semasa dan hak kemanusiaan yang lain".[23] Ia menegaskan bahwa harta intelek cenderung dipimpin oleh matlamat ekonomi apabila ia patut dilihat terutamanya sebagai hasil masyarakat; untuk menyumbang pada kemakmuran manusia, sistem harta intelek perlu menghormati dan menurut undang-undang hak kemanusiaan. Menurut Jawatankuasa tersebut, apabila sistem gagal melakukannya ia berisiko melanggar hak kemanusiaan pada makanan dan kesihatan, dan penyertaan budaya dan kebaikan saintifik.[24]

Kritikan lain undang-undang hak intelek berkaitan dengan kecenderungan bagi perlindungan hak intelek untuk meningkat, dari segi tempoh dan jangkauan. Trend adalah kearah perlindungan hak cipta yang lebih panjang. [25] (menimbulkan kebimbangan bahawa satu masa ia akan menjadi abadi selamanya).[20][26][27][28] Tambahan lagi, pembangunan dan pengawal barangan di bawah harta intelek telah cuba membawa lebih banyak perkara di bawah perlindungan. Patent telah diberikan bagi organisma hidup,[29] (dan di Amerika Syarikat, sesetengah organisma hidup tertentu telah boleh dipaten selama lebih satu kurun)[30] dan warna juga telah di daftar dibawah cap dagang.[31] Disebabkan ia adalah sistem monopoli yang diberikan oleh kerajaan hakcipta, paten, dan cap dagang telah dipanggil keistimewaan monopoli intelek (intellectual monopoly privilege-IMP) satu topic yang mana beberapa sarjana, termasuk Birgitte Andersen[32] dan Thomas Alured Faunce[33] telah menulis mengenainya.