Debie Mukti Rahayu Essay S1 Universitas Mulawarman Indonesia
description
Transcript of Debie Mukti Rahayu Essay S1 Universitas Mulawarman Indonesia
SEKOLAH “ANJAL” SEBAGAI SOLUSI MENGATASI MASALAH
ANAK JALANAN
Oleh :
DEBIE MUKTI RAHAYU
NIM. 1205035012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2015
SEKOLAH “ANJAL” SEBAGAI SOLUSI MENGATASI MASALAH
ANAK JALANAN
Indonesia merupakan negara yang tidak terlepas dari permasalahan anak jalanan. Anak
jalanan adalah anak-anak yang menghabiskan waktunya di jalanan, menjadi pengamen,
pemulung, pengemis, penjual koran, ojek payung, tukang semir sepatu, kondektur bus, dan
lain-lain. Sedangkan kita semua mengetahui bahwa kehidupan anak-anak seharusnya diisi
dengan bermain, belajar, dan bersuka ria. Begitu juga dengan permasalahan anak jalanan di
perkotaan merupakan suatu hal yang dianggap wajar oleh masyarakat, padahal hal ini
seharusnya merupakan suatu hal yang tidak wajar terjadi. Permasalahan anak jalanan
merupakan salah satu dampak dari kurangnya kesadaran dan kepedulian sosial di masyarakat
terhadap kondisi anak-anak. Kegiatan yang dilakukan oleh anak jalanan tersebut terjadi
karena dua faktor. Faktor pertama adalah keterbatasan ekonomi keluarga sehingga anak
tersebut harus membantu mencukupi kebutuhan hidup keluarga, sedangkan faktor kedua
adalah kondisi hubungan keluarga yang tidak harmonis. Ketidak harmonisan tersebut memicu
anak untuk mencari hiburan ke luar rumah. Anak-anak yang memiliki permasalahan sosial
tersebut akan berkumpul dan membentuk suatu komunitas baru yang sangat meresahkan
masyarakat sekitar.
Kenakalan yang biasa dilakukan oleh anak jalanan adalah berupa minum-minuman
keras, mengkonsumsi lem, dan mengoplos. Tingkat kenakalan anak-anak jalanan semakin
lama akan semakin meningkat karena keseharian anak-anak jalanan yang bergaul dengan
lingkungan yang kurang baik serta anak-anak jalanan harus kehilangan hak pendidikannya
untuk bersekolah, dan terpaksa harus pula meninggalkan cita-citanya dengan bekerja
dikarenakan alasan ekonomi orang tua yang tidak mampu membiayai kebutuhan anak di
sekolah. Tentunya, kegiatan minum-minuman keras, mengkonsumsi lem, dan mengoplos
akan merusak moral, sistem saraf dan keselamatan anak-anak jalanan tersebut. Anak jalanan
tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan,
penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya
berperilaku negatif.
Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mendirikan suatu sekolah anjal
(anak jalanan). Sekolah anjal adalah suatu wadah untuk mengatasi masalah anak jalanan
sehingga diharapkan dengan adanya wadah tersebut, tingkat kenakalan anak-anak jalanan
akan menurun. Di sekolah anjal ini para relawan anak jalanan akan bersatu untuk
menjalankan misi tersebut, baik relawan dalam negeri maupun luar negeri. Para relawan yang
dibutuhkan adalah relawan yang memiliki keahlian pada bidang-bidang tertentu, yaitu pada
bidang penyuluhan kesehatan, kedoteran, farmasi, psikologi, dan bidang pendidikan.
Mahasiswa juga dapat berperan penting dalam program ini. Akan tetapi, dalam
pelaksanaannya mahasiswa harus tetap berkonsultasi dengan tenaga ahli.
Pada penerapannya, sekolah anjal bepegang teguh pada 3 proses yaitu rehabilitasi,
motivasi dan studi. Pada proses pertama yaitu menerapkan rehabilitasi, yaitu suatu proses
pengobatan yang dilakukan secara rutin kepada anak-anak jalanan pecandu lem dan minum-
minuman keras. Pada proses tersebut, peran tenaga kesehatan sangat berperan penting untuk
mengobati kondisi kesehatan anak-anak jalanan. Proses kedua yaitu menumbuhkan motivasi
anak-anak jalanan. Pada proses ini peran psikolog menjadi paling utama karena disini
psikolog akan melakukan pendekatan secara emosional kepada anak jalanan agar sebelum
dan sesudah proses rehabilitasi mereka tidak lagi mengkonsumsi lem dan minum-minuman
keras. Kunci keberhasilan sebuah rehabilitasi adalah bukan hanya pengobatan, melainkan
pendekatan emosional. Psikolog sangat memiliki kemampuan akan hal tersebut. Bagaimana
meningkatkan motivasi anak jalanan agar tidak kecanduan lem dan minum-minuman keras
lagi. Peran psikolog juga dapat memotivasi anak-anak jalanan untuk ingin bersekolah lagi.
Proses ketiga adalah proses studi (pembelajaran). Pada proses tersebut relawan dibidang
pendidikan sangat berperan penting karena pada penerapannya para relawan akan
memberikan pembelajaran kepada anak jalanan, baik secara intelektual, emosional, maupun
spiritual. Diharapkan dengan ketiga proses tersebut, tingkat kenakalan anak-anak jalanan
menjadi berkurang.
Mahasiswa sebagai generasi muda terdidik dapat menjadi salah satu pelopor yang dapat
mengupayakan perbaikan moral anak jalanan ini. Dengan kemampuan intelektual yang telah
terasah, mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu dan keterampilannya untuk memberikan
pelatihan dan pendidikan kepada anak jalanan. Tidak ada alasan bagi mahasiswa untuk
mengabaikan tugas tersebut, karena mahasiswa juga memiliki tanggung jawab sosial bagi
masyarakatnya sebagaimana yang tercantum dalam salah satu point dalam Tri Dharma dari
perguruan tinggi, yaitu bakti kepada masyarakat. Menghapus stigmatisasi anak jalanan
sebagai „orang buangan‟ menjadi sangat penting. Patut disadari bahwa anak-anak jalanan
adalah korban baik sebagai korban di dalam keluarga, komunitas jalanan, dan korban
pembangunan. Untuk itu program sekolah anak jalanan perlu dilakukan secara terus menerus
setidaknya untuk mendorong pihak-pihak di luar anak jalanan agar menghentikan aksi-aksi
kekerasan dan memberi ruang pendidikan agar pepatah kejarlah cita-citamu setinggi langit
dapat berlaku juga bagi mereka.
Saya sangat memiliki harapan dan cita-cita, gerakan sekolah anak jalanan dapat
menjadi gerakan sosial. Sekolah anak jalanan bukan hanya sekolah yang berisi kombinasi
gerakan sosial dan kesehatan. Tetapi sekolah anak jalanan juga merupakan gerakan berbasis
pendidikan untuk anak jalanan. Sekolah anak jalanan adalah solusi yang sangat tepat untuk
kondisi dan realita anak bangsa saat ini. Peranan mahasiswa pun sangat didambakan oleh
kelompok masarakat lainnya sebagai pionir perubahan ke arah yang lebih baik. Posisi sebagai
“mahasiswa” memang menjadi peluang untuk mengembangkan potensi sebesar-besarnya.
Potensi yang dimiliki oleh pemuda-mahasiswa haruslah diarahkan untuk menyokong dan
mempropagandakan nilai-nilai kebaikan dan sosial. Seorang mahasiswa tentunya akan berada
di garis paling depan untuk membela, memperjuangkan hak-hak anak jalanan. Seorang
mahasiswa tidak layak hanya berpangku tangan dan bermalas-malasan di tengah moral dan
tingkah laku anak-anak jalanan yang sangat memprihatinkan ini.