DAYA SAING KOMODITI TEMBAKAU INDONESIA DI PASAR …
Transcript of DAYA SAING KOMODITI TEMBAKAU INDONESIA DI PASAR …
i
DAYA SAING KOMODITI TEMBAKAU INDONESIA DI
PASAR INTERNASIONAL
Oleh
Husnan Nashuha Lubis
1113092000005
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017M / 1439H
ii
DAYA SAING KOMODITI TEMBAKAU INDONESIA DI
PASAR INTERNASIONAL
Oleh
Husnan Nashuha Lubis
1113092000005
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Agribisnis pada
Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017M / 1439H
iii
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul “Daya Saing Komoditi Tembakau Indonesia di
Pasar Internasional”, yang ditulis oleh Husnan Nashuha Lubis NIM
1113092000005, telah diuji dan dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqosah
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
pada hari Jum’at tanggal 15 Desember 2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agribisnis pada Program Studi
Agribisnis.
Menyetujui,
Mengetahui,
Penguji I
Dr. Ir. Akhmad Riyadi Wastra, S.IP., MM
NIP. 19540916 198103 1 001
Pembimbing I
Ir. Junaidi, M.Si
NIP. 19660508 201411 1 004
Penguji II
Dr. Iwan Aminudin, M.Si
NIP. 19700209 201411 1 001
Pembimbing II
Akhmad Mahbubi, S.P., MM
NIP. 19811106 201101 1 001
Dekan
Fakultas Sains dan Teknologi
Dr. Agus Salim, M.Si
NIP. 19720816 199903 1 003
Ketua
Program Studi Agribisnis
Dr. Ir. Edmon Daris, MS
NIP. 19580429 198803 1 001
iv
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANA PUN.
Jakarta, 15 Desember 2017
Husnan Nashuha Lubis
1113092000005
v
CURRICULUM VITAE (CV)
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Husnan Nashuha Lubis
Tempat Tanggal Lahir : Medan, 25 Juni 1995
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Alamat Tetap : Jalan Sari, Gang Teratai III, Dusun VI Marindal I,
Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi
Sumatera Utara.
No. Handphone : 081284545246
Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
2013 – 2017 Jurusan Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Jakarta.
2010 – 2013 Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Medan.
2007 – 2010 SMP Muhammadiyah 01 Medan.
2001 – 2007 SD Muhammadiyah 01 Medan.
2000 – 2001 TK Aisyah Medan.
PENDIDIKAN NON FORMAL
2015 Grand Prix Marching Band XXXI di Marching Band Bhina Caraka,
Direktorat Jendral Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan RI.
2014 International Language Program, TE 1.
2012 – 2013 Ganesha Operation Private Tutoring.
2010 – 2012 Atlet Cabang Olahraga Drum Band pada Pekan Olahraga Kota
Medan.
2010 Tapak Suci
vi
PENGALAMAN KERJA
2017 Music Director Marching Band UIN Jakarta.
2017 Music Consultant Bina Musika MAN 2 Model Medan.
2016 Praktik Kerja Lapangan PT. Supra Matra Abadi, Asian Agri Group.
2012 – 2013 Staf Pengajar Drum Band Nur Cahaya Medan.
PENGALAMAN ORGANISASI
2013 – 2016 Staf Kepelatihan Marching Band UIN Jakarata.
2016 Sekretaris KKN Kelompok 013, di Desa Batujajar, Kab. Bogor.
2014 – 2015 Anggota Marching Band Bhina Caraka, Direktorat Jendral Bea dan
Cukai, Kementerian Keuangan RI.
2011 – 2012 Ketua BPK Angkatan XI Bina Musika MAN 2 Model Medan.
2010 – 2013 Anggota Bina Musika MAN 2 Model Medan.
PRESTASI
2017 Juara 1 Street Parade Florikultua Indonesia 2017 (Group).
2015 Juara 3 kategori Music Analysis Grand Prix Marching Band XXXI
(Group).
2015 Peringkat 6 Grand Prix Marching Band XXXI (Group).
2014 Juara 2 Brass Band Bandung Marching Band Championship 2014
(Group).
2013 Juara 1 Street Parade Bandung Marching Band Championship 2013
(Group).
2013 Juara 3 Umum Bandung Marching Band Championship 2013
(Group).
2012 Juara 1 Umum Walikota Cup Kota Medan (Group).
2012 Medali Emas Unjuk Gelar Cabang Olahraga Drum Band pada Pekan
Olahraga Kota Medan IV.
2011 Medali Perak Unjuk Gelar Cabang Olahraga Drum Band pada Pekan
Olahraga Kota Medan III.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji Syukur kepada Allah yang Maha Esa karena berkat rahmat, kesehatan,
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Daya
Saing Komoditi Tembakau Indonesia di Pasar Internasional”. Dalam
penelitian ini akan membahas secara menyeluruh tentang struktur pasar tembakau
di pasar Internasional dan daya saing ekspor komoditi tembakau ke pasar
internasional. Selama penulisan penelitian ini penulis menghadapi beberapa
permasalahan dan kendala. Tetapi, penulis mendapatkan banyak bantuan baik
berupa materi, wawasan, motivasi, dan banyak bimbingan yang diberikan sehingga
sangat membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu,
penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya terutama pada:
1. Kedua orang tua penulis, Zulkarnein Lubis dan Khadijah yang selalu
memberikan motivasi berupa moril dan materi.
2. Irham, Dinda, dan Khafizah yang menjadi motivasi terbesar bagi penulis
dalam menyelesaikan penelitian ini.
3. Keluarga besar Arsyad Lubis dan Keluarga besar Mahmudin Sitorus yang
senantiasa memberikan motivasi selama penulisan penelitian ini.
4. Bapak Ir. Junaidi, M.Si dan Bapak Akhmad Mahbubi, SP, MM sebagai
dosen pembimbing yang senantiasa memberikan semangat, bimbingan, dan
mengarahkan penulis selama proses penelitian.
5. Bapak Dr. Ir. Akhmad Riyadi Wastra, S.IP, MM dan Bapak Dr. Ir. Iwan
Aminudin, M.Si sebagai dosen penguji pada sidang skripsi saya.
viii
6. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi
beserta jajarannya.
7. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS dan Bapak Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si
selaku ketua dan sekretaris Program Studi Agribisnis.
8. Seluruh staf pengajar program studi Agribisnis yang telah memberikan
bekal ilmu yang bermanfaat sebagai pedoman yang memudahkan penulis
dalam penelitian ini.
9. Teman-teman Agribisnis 2013 yang senantiasa memberikan motivasi moril
selama proses penyelesaian penelitian ini.
10. Sahabat-sahabat dan temen seperjuangan yang selalu memberikan motivasi
kepada penulis, Ira, Dina, Dillan, Rohim, Feby, Anggi dan Dohiya.
11. Seseorang yang senantiasa memberikan semangat dan menjadi motivasi
bagi penulis dalam menyelesailan penelitian ini, Siti Ayu Maimunah.
12. Teman-teman Marching Band UIN Jakarta yang selalu memberikan hiburan
dan semangat kepada penulis.
Penulis menyadari dalam penulisan penelitian ini masih terdapat
kekurangan baik secara sistematika penulisan dan unsur studi keilmuan. Kritik dan
saran dari pembaca sangat berarti bagi penulis. Namun penulis berharap penelitian
ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bermanfaat untuk semua pihak.
Jakarta, 10 Desember 2017
Husnan Nashuha Lubis
ix
RINGKASAN
Husnan Nashuha Lubis, Daya Saing Komoditi Tembakau Indonesia di Pasar
Internasional. Di bawah bimbingan Junaidi dan Akhmad Mahbubi.
Penelitian ini bertujuan untuk 1) menganalisis struktur pasar dan persaingan
komoditi tembakau di pasar internasional, 2) menganalisis keunggulan komparatif
komoditi tembakau Indonesia di pasar internasional, dan 3) menganalisis
keunggulan kompetitif komoditi tembakau Indonesia di pasar internasional. Ruang
lingkup penelitian ini mencakup perdagangan komoditi tembakau secara
internasional dengan menggunakan komoditi tembakau dengan HS240110,
HS240120, dan HS240130. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder berupa data panel yakni time series dan cross section mulai tahun 2007
hingga tahun 2016. Data bersumber dari Kementerian Perdagangan, UNComtrade,
dan Badan Pusat Statistik (BPS). Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Concentration Ratio (CR) dan Indeks Herfindahl-Hirschman (IHH) untuk
mengetahui struktur pasar. Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk
mengukur keunggulan komparatif, Export Competitiveness Index (ECI) dan Indeks
Spesialisasi Perdagangan (ISP) mengukur keunggulan kompetitif.
Nilai yang di peroleh berdasarkan pengujian CR menunjukkan struktur
pasar yang terbentuk adalah persaingan pasar monopolistik. Sedangkan hasil
pengujian IHH menunjukan konsentrasi pasar komoditi tembakau di dunia dikuasai
oleh Brazil dan Amerika. Berdasarkan hasil pengujian RCA Indonesia memiliki
keunggulan komparatif pada ke tiga kode HS, akan tetapi Indonesia memiliki
potensi yang lebih besar pada HS240110 dan menunjukkan keunggulan komparatif
yang kuat pada negara tujuan ekspor Sri Langka, Republik Dominika, Belanda,
Amerika, Jerman, Rusia, Spanyol, Prancis, dan Denmark.
Hasil pengujian ISP diperoleh nilai yang negatif. Hal ini menunjukkan
bahwa komoditi tembakau Indonesia cenderung sebagai pengimpor. Berdasarkan
analisis keunggulan kompetitif ECI Indonesia memiliki daya saing yang kuat dari
ke tiga kode HS dengan nilai yang diperoleh mampu bersaing negara pesaingnya
dengan tren perolehan nilai yang cenderung stabil pada periode sepuluh tahun
terakhir.
Kata Kunci: Tembakau, Pangsa pasar, Keunggulan komparatif, Keunggulan
kompetitif.
x
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
1.5 Ruang Lingkup ............................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ............................................................................ 9
2.1.1 Teori Perdagangan Internasional ....................................... 9
2.1.2 Struktur Pasar ..................................................................... 11
2.1.3 Daya Saing ......................................................................... 13
2.1.4 Kebijakan Terhadap Tembakau di Dunia .......................... 15
2.2 Penelitian Terdahulu .................................................................... 18
2.3 Kerangka Pemikiran .................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu Penelitian ......................................................................... 25
3.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................ 25
3.3 Metode Analisis Data .................................................................. 26
3.4 Analisis Struktur Pasar ................................................................ 26
3.5 Analisis Daya Saing .................................................................... 28
3.5.1 Keunggulan Komparatif ..................................................... 28
3.5.2 Keunggulan Kompetitif...................................................... 29
3.6 Definisi Operasional .................................................................... 32
xi
BAB IV GAMBARAN UMUM TEMBAKAU INDONESIA
4.1 Tembakau .................................................................................... 34
4.2 Jenis Tembakau Berdasarkan Masa Tanam ................................ 35
4.3 Kode Harmonized System (HS) Komoditi Tembakau ................. 35
4.4 Produksi Tembakau Indonesia .................................................... 36
4.5 Perdagangan Tembakau Indonesia .............................................. 39
4.6 Kebijakan Terhadap Tembakau di Indonesia .............................. 40
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Struktur Pasar Komoditi Tembakau .............................. 44
5.1.1 Pangsa Pasar ....................................................................... 44
5.1.2 Analisis Struktur Pasar Berdasarkan CRn dan IHH ........... 48
5.2 Analisis Keunggulan Komparatif ................................................ 52
5.2.1 Analisis Keunggulan Komparatif di Pasar Internasional ... 52
5.2.2 Analisis Keunggulan Komparatif Indonesia di Negara
Tujuan Ekspor .................................................................... 57
5.3 Analisis Keunggulan Kompetitif ................................................. 60
5.3.1 Analisis Keunggulan Kompetitif Berdasarkan ISP ............ 61
5.3.2 Analisis Keunggulan Kompetitif Berdasarkan ECI ........... 70
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan .................................................................................. 76
6.2 Saran ............................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 79
LAMPIRAN ....................................................................................................... 82
xii
DAFTAR TABEL
1. Eksportir Tembakau di Dunia Bedasarkan HS2401 ................................... 5
2. Pengklasifikasian CR4 ................................................................................. 27
3. Pengklasifikasian IHH ................................................................................ 28
4. Kode HS Komoditi Tembakau .................................................................... 36
5. Luas Area dan Produksi Tembakau Indonesia ............................................ 37
6. Daerah Penghasil Tembakau di Indonesia Tahun 2016 .............................. 38
7. Ekspor dan Impor Tembakau Indonesia ..................................................... 39
8. Pangsa Pasar Komoditi Tembakau Berdasarkan HS2401 .......................... 44
9. Nilai CRn dan IHH Berdasarkan Kode HS ................................................. 49
10. Nilai RCA Empat Negara Eksportir Tembakau Berdasarkan Kode HS ..... 53
11. Nilai RCA Tembakau Indonesia ke Negara Tujuan Berdasarkan
Kode HS ......................................................................................................
58
12. Nilai ISP Tembakau di Empat Negara Berdasarkan Kode HS ................... 61
13. Nilai ECI di Empat Negara Berdasarkan Kode HS .................................... 71
xiii
DAFTAR GAMBAR
1. Grafik Konsumsi Rokok di Dunia .............................................................. 3
2. Grafik Total Ekspor dan Nilai Ekspor Tembakau (HS2401) di Dunia ...... 4
3. Kurva Proses Perdagangan Internasional .................................................... 11
4. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 24
5. Grafik Ekspor dan Impor Komoditi Tembakau Indonesia (HS2401) ......... 40
6. Grafik Pangsa Pasar Berdasarkan HS240110 ............................................. 46
7. Grafik Pangsa Pasar Berdasarkan HS240120 ............................................. 47
8. Grafik Pangsa Pasar Berdasarkan HS240130 ............................................. 48
9. Grafik Consentration Ratio Berdasarkan Kode HS .................................... 50
10. Grafik IHH Berdasarkan Kode HS ............................................................. 51
11. Grafik Nilai RCA Berdasarkan HS240110 ................................................. 54
12. Grafik Nilai RCA Berdasarkan HS240120 ................................................. 55
13. Grafik Nilai RCA Berdasarkan HS240130 ................................................. 56
14. Grafik Nilai ISP Brazil Berdasarkan Kode HS ........................................... 63
15. Grafik Nilai ISP Amerika Berdasarkan Kode HS ....................................... 65
16. Grafik Nilai ISP India Berdasarkan Kode HS ............................................ 66
17. Grafik Nilai ISP Indonesia Berdasarkan Kode HS ..................................... 70
18. Grafik Nilai ECI Berdasarkan HS240110 ................................................... 72
19. Grafik Nilai ECI Berdasarkan HS240120 ................................................... 73
20. Grafik Nilai ECI Berdasarkan HS240130 ................................................... 74
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Negara Eksportir Tembakau di Dunia ...................................................... 82
2. Perhitungan Struktur Pasar ....................................................................... 96
3. Perhitungan Nilai RCA Indonesia ............................................................ 99
4. Perhitungan Nilai RCA Brazil .................................................................. 100
5. Perhitungan Nilai RCA India .................................................................... 101
6. Perhitungan Nilai RCA Amerika .............................................................. 102
7. Perhitungan Nilai ISP Indonesia ............................................................... 103
8. Perhitungan Nilai ISP Brazil ..................................................................... 104
9. Perhitungan Nilai ISP India ...................................................................... 105
10. Perhitungan Nilai ISP Amerika ................................................................ 106
11. Perhitungan Nilai ECI Indonesia .............................................................. 107
12. Perhitungan Nilai ECI Brazil .................................................................... 108
13. Perhitungan Nilai ECI India ...................................................................... 109
14. Perhitungan Nilai ECI Amerika ................................................................ 110
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian memiliki peranan yang penting dalam membangun
perekonomian bangsa. Beberapa sub sektor pertanian yang berperan penting dalam
memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia antara
lain sub sektor perkebunan, hortikultura, tanaman pangan, peternakan, dan jasa
pertanian. Salah satu sub sektor yang cukup besar potensinya adalah sub sektor
perkebunan yaitu dengan konstribusi terhadap PDB sekitar Rp. 301 triliun pada
tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp. 350,4 triliun pada tahun
2015 (Kementerian Pertanian, 2015). Dari data tersebut sub sektor perkebunan
merupakan urutan pertama di sektor pertanian diikuti dengan sub sektor tanaman
pangan, peternakan, hortikultura, dan jasa pertanian.
Komoditi sub sektor perkebunan unggulan antara lain kelapa, karet, kelapa
sawit, kopi, teh, lada, tembakau, kakao, cengkeh, kapas, tebu, pinang, kacang, mete,
dan lain sebagainya. Indonesia sebagai negara agraris memiliki jumlah lahan
perkebunan yang sangat luas termasuk didalamnya perkebunan tembakau. Lahan
perkebunan tembakau yang ada di Indonesia tidak hanya dikelola oleh negara,
melainkan juga oleh swasta dan perkebunan rakyat. Berdasarkan data Dirjen
Perkebunan (2017), Pada tahun 2015 Perkebunan Besar Swasta (PBS) mampu
memberikan konstribusi 314 ton produksi tembakau dengan luas area sebesar 196
ha dan sumbangsi terbesar ada pada Perkebunan Rakyat (PR) dengan 192.899 ton
produksi tembakau dengan luas area 208.256 ha, sedangkan Perkebunan Besar
2
Negara (PBN) dapat memberikan konstribusi 577 ton produksi tembakau dengan
luas area 577 ha. Hal tersebut membuktikan setiap status perkebunan memberikan
konstribusi yang positif dalam membangun perekonomian bangsa.
Hingga saat ini pertanian tembakau masih memegang peranan penting
dalam perekonomian global. Sejak diperkenalkan pada tahun 1830 dan berhasil
dikembangkan secara masif menjadi salah satu tanaman ekspor andalan sejak tahun
1858, tembakau sudah menjadi salah satu sumber pemasukan keuangan negara bagi
pemerintahan kolonial Belanda (Guyanie dkk, 2013: 16). Penggunaan tembakau
oleh penduduk Indonesia pertama kali lewat persentuhan dengan kebiasaan
menginang. Aktivitas yang awalnya hanya menggunakan bahan baku sirih dan
pinang lalu ditambahkan daun tembakau, kapur, dan gambir (Wibisono dan
Yoandinas, 2014: 14). Namun seiring berjalannya waktu, laju perkembangan
zaman tidak dapat dihentikan yang menyebabkan pergeseran nilai budaya di
Indonesia menjadi tren yang global. Sehingga penggunaan tembakau cenderung
digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat rokok.
Berdasarkan data dari tobacco.org (2014), China merupakan negara dengan
konsumen rokok terbesar di dunia diikuti Rusia, Amerika, Indonesia, Jepang,
Jerman, India, Turkey, Korea, dan Vietnam. Peningkatan jumlah perokok China
disetiap tahunnya sangat tidak proporsional. Hal ini disebabkan efek dari
pertumbuhan penduduk China dan peningkatan intensitas merokok. Pada 2013 rata-
rata perokok di China merokok 22 batang sehari, hampir 50% lebih banyak dari
tahun 1980. Sehingga meningkatnya permintaan terhadap konsumsi rokok dapat
menyebabkan peningkatan permintaan tembakau.
3
Gambar 1. Grafik konsumsi rokok di dunia Sumber: Tobaccoatlas.org (2014)
Berdasarkan International Trade Center (ITC) (2016), ekspor komoditi
tembakau di dunia dengan HS2401 (Tembakau yang belum dipabrikasi) pada tahun
2012 sebesar 2.74 juta ton dengan nilai US$ 12.39 juta dan terjadi fluktuasi yang
cenderung menurun, sehingga pada tahun 2015 mencapai 2.27 juta ton dengan nilai
US$ 11.32 juta. Tanpa menghiraukan kesehatan sebagai prioritas utama, bisnis
tembakau masih sangat menjanjikan keuntungan yang besar dari sektor pertanian,
industri, perdagangan, serta keuangan. Keadaan inilah yang menyebabkan
dinamika persaingan dalam industri juga semakin ketat baik antar perusahaan
maupun antar negara (Herjuno dkk, 2012: 1). Besarnya permintaan tembakau di
pasar global dapat membuat negara-negara yang memiliki keunggulan dalam
produksi dan produktivitas tembakau ingin mengekspor produknya ke pasar
internasional untuk memenuhi besarnya permintaan tembakau di dunia sehingga
sangat menguntungkan dalam peningkatan devisa negara.
4
Gambar 2. Grafik Total Ekspor dan Nilai Ekspor Tembakau (HS2401) di Dunia Sumber: ITC (2016), diolah
Berdasarkan UN Comtrade (2016), pada tahun 2016 eksportir utama dalam
ekspor komoditi tembakau terbesar yaitu Brazil diikuti dengan Amerika, India,
China, dan Indonesia berada pada urutan empat belas. Meskipun demikian
Indonesia memiliki peranan dalam ekspor komoditi tembakau di dunia. Dapat
dilihat proyeksi peningkatan total ekspor pada tahun 1995 Indonesia berada pada
posisi lima belas dengan total ekspor 21.9 ribu ton menjadi 49.7 ribu ton pada tahun
2005 dan diharapkan dapat terus meningkat pada tahun 2016. Berikut tabel
eksportir tembakau di dunia berdasarkan HS2401.
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
2012 2013 2014 2015 2016
Ekspor (Ton) Nilai (US$)
5
Tabel 1. Eksportir Tembakau di Dunia Berdasarkan HS2401
No 1995 2005 2016*)
Negara Ekspor (Kg) Negara Ekspor (Kg) Negara Ekspor (Kg)
1 Brazil 256.270.272 Brazil 616.467.682 Brazil 466.300.119
2 Amerika 210.443.152 China 161.849.669 India 217.858.769
3 Zimbabwe 175.966.368 Amerika 152.977.843 Amerika 174.268.553
4 Greece 121.408.040 India 145.338.078 China 172.769.648
5 Italia 118.837.680 Turki 134.276.341 Belgium 161.640.373
6 Malawi 97.954.744 Malawi 124.895.159 Zimbabwe 155.190.594
7 Turki 82.589.656 Italia 101.882.283 Argentina 90.948.128
8 India 77.678.104 Argentina 96.631.164 U. Rep. of
Tanzania
74.341.270
9 China 69.386.575 Greece 93.401.991 Italia 64.520.613
10 Argentina 43.440.040 Jerman 64.782.600 Jerman 60.639.064
11 Kyrgyzstan 36.527.312 Zimbabwe 56.693.558 Turkey 50.734.768
12 Jerman 29.572.346 Belgium 50.967.552 Greece 48.249.530
13 Prancis 27.175.906 Indonesia 49.711.610 Bulgaria 40.691.455
14 Spanyol 23.408.040 U. Rep. of
Tanzania
49.405.769 Indonesia 28.005.206
15 Indonesia 21.988.738 Zambia 43.044.379 TFYR of
Macedonia
27.691.953
Sumber: UN Comtrade (2016)
Keterangan:
*) Angka sementara
Daya saing sebuah negara tergantung pada kapasitas industrinya untuk
berinovasi dan melakukan pembaharuan. Perusahaan memperoleh keunggulan
terhadap para pesaing dunia yang terbaik, karena tekanan dan tantangan. Mereka
mendapatkan manfaat dari memiliki pesaing yang kuat, pemasok berbasis daerah
asal yang agresif, dan para pelanggan lokal demanding (Sung Cho dan Chang
Moon, 2003: 75). Meskipun perkembangan ekspor tembakau Indonesia
berfluktuatif setiap tahunnya dengan tren yang cenderung menurun. Akan tetapi,
Indonesia masih memiliki kesempatan untuk bisa menjadi eksportir utama di dunia
dengan peluang yang ada di pasar Internasional.
Perkembangan pada era sekarang ini, komoditi tembakau sangat berperan
dalam pemulihan ekonomi Indonesia. Komoditi tembakau diharap dapat terus
6
memberikan sumbangsi pada devisa negara. Tidak hanya dalam devisa negara,
namun juga dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia.
Pada penelitian ini komoditi tembakau di analisis berdasarkan tiga kode HS
untuk melihat keunggulan bersaing dari ke tiga kode HS tersebut. Penelitian ini juga
dilakukan untuk memberikan gambaran dalam penguatan daya saing tembakau
Indonesia dan juga akan memperlihatkan pasar yang potensial untuk Indonesia
yang dapat dimanfaatkan untuk optimalisasi ekspor komoditi tembakau di pasar
internasional. Sehingga Indonesia mampu menjadi salah satu kompetitor dalam
ekspor tembakau di pasar internasional. Berdasarkan peluang dan potensi yang
telah dijelaskan penting untuk dianalisis daya saing komoditi tembakau Indonesia
di Pasar Internasional.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, ada beberapa masalah yang harus dianalisis
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana struktur pasar komoditi tembakau di pasar internasional?
2. Bagaimana keunggulan komparatif tembakau Indonesia di pasar
internasional?
3. Bagaimana keunggulan kompetitif tembakau Indonesia di pasar
internasional?
7
1.3 Tujuan Penelitan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dirumuskan,
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis struktur pasar komositi tembakau di pasar internasional.
2. Menganalisis keunggulan komparatif komoditi tembakau Indonesia di
pasar internasional.
3. Menganalisis keunggulan kompetitif komoditi tembakau Indonesia di
pasar internasional.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam mengaplikasikan studi
untuk meningkatkan wawasan penulis terkait daya saing komoditi tembakau
di pasar internasional
2. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi yang
relevan pada penelitian selanjutnya.
3. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan
pengambilan keputusan pada instansi yang terkait.
8
1.5 Ruang Lingkup
Periode waktu yang dianalisis dalam penelitian ini berupa data tahunan dari
tahun 2007 sampai tahun 2016 dengan produk komoditi tembakau yang belum di
pabrikasi dengan memiliki kode HS240110 (tembakau bertangkai/ bertulang daun),
HS240120 (Tembakau tanpa tangkai/ tulang daun), dan HS240130 (sisa tembakau).
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Perdagangan Internasional
Teori perdagangan Internasional menganalisis landasan dan manfaat dari
perdagangan (Salvatore, 2014: 8). Rahardja (2014: 81) mengatakan teori-teori
perdagangan internasional adalah teori-teori yang mencoba memahami mengapa
sebuah negara (perekonomian) mau melakukan kerja sama perdagangan dengan
negara-negara lain. Sedangkan menurut Tambunan (2004: 42) teori-teori mengenai
perdagangan internasional digolongkan kedalam dua kategori, yaitu teori-teori
klasik dan teori-teori modern. Pengelompokan ini didasarkan pada dua
pertimbangan, yakni perbedaan waktu saat munculnya suatu teori dan perbedaan
asumsi yang menjadi dasar perbedaan dalam kerangka analisis antara dua kelompok
tersebut. Pada teori klasik berpedoman pada asumsi-asumsi yang mendorong
kepada teori keunggulan absolut dan keunggulan komparatif. Setelah teori-teori
tersebut, timbul teori-teori perdagangan internasional yang menekankan bahwa
keuntungan komparatif merupakan basis perdagangan internasional, yaitu terdiri
dari The Ricardian Model, Mercantilism, Adam Smith’s Theory, dan Richardo’s
Theory dikategorikan sebagai the Classical Model of International Trade,
sedangkan the Heckster-Ohlin Model merupakan the Modern Theory of
International Trade (Basri dan Munandar, 2010: 34).
Basri dan Munandar (2010: 32) mengatakan secara teoritis, perdagangan
internasional terjadi karena dua alasan utama. Pertama, Negara-negara berdagang
10
karena pada dasarnya mereka berbeda satu sama lain. Setiap negara dapat
memperoleh keuntungan dengan melakukan sesuatu yang relatif lebih baik. Kedua,
negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala
ekonomi (Economic of scale) dalam produksi. Salvatore (2014: 9) mengatakan
aliran perdagangan perdagangan internasional juga harus melalui hambatan
perbedaan bahasa, kebudayaan, dan hukum. Lebih lanjut, aliran perdagangan yang
melibatkan barang, jasa, dan sumber daya memberikan kenaikan pengeluaran dan
pemasukan dalam bentuk mata uang asing yang nilainya terus menerus berubah
sepanjang waktu.
Proses terjadinya perdagangan internasional dimulai dengan adanya
produksi yang berlebih disuatu negara (Negara 1) sehingga dapat mengekspor suatu
komoditi X ke negara lain (Negara 2). Negara 1 memproduksi dan mengonsumsi di
titik A dengan harga relatif X pada titik P1, sedangkan Negara 2 memproduksi dan
mengonsumsi di titik A’ pada P3. Dengan pembukaan perdagangan, Harga relatif
X akan berada di antara P1 dan P3 jika kedua negara berskala besar. Dengan harga
diatas P1, Negara 1 akan memasok (menghasilkan) komoditas X lebih dari yang
diminta (dikonsumsi) di dalam negeri dan akan mengekspor selisih atau kelebihan
pasokan (lihat panel A). Di sisi lain, dibawah P3, Negara 2 akan menuntut kuantitas
yang lebih besar dari komoditas X daripada yang diproduksi atau dipasok dari
dalam negeri dan akan mengimpor selisih atau kelebihan permintaan (lihat panel
C). Oleh sebab itu, maka Negara 1 melakukan perdagangan internasional dengan
mengekspor kelebihan produksi ke Negara 2 untuk memenuhi konsumsi domestik
Negara 2 (Salvatore, 2014: 88).
11
Gambar 3. Kurva Proses Perdagangan Internasional Sumber: Salvatore (2014: 88)
2.1.2 Struktur Pasar
Laily dan Pristyadi (2013: 79) mengatakan dalam analisis ekonomi
membedakan struktur pasar menjadi empat jenis yaitu, 1) Pasar persaingan
sempurna (Perfect Competition), 2) Pasar monopoli, 3) Pasar oligopoli, 4) Pasar
Persaingan Monopolistik.
1. Pasar Persaingan Sempurna (Perfect Competition)
Definisi pasar persaingan sempurna (perfect competition) adalah suatu
industri di mana banyak penjual dan pembeli, dan setiap penjual maupun pembeli
tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar (Laily dan Pristyadi, 2013: 80).
Sedangkan Al Arif dan Amalia (2016: 218) mengatakan pasar persaingan sempurna
merupakan suatu pasar di mana jumlah produsen banyak dan volume produksi
setiap produsen hanya merupakan bagian (share) yang kecil dari volume transaksi
total di dalam pasar, sehingga masing-masing produsen tidak mampu menentukan
harga, dan\ produk yang dihasilkan produsen bersifat homogen. Selanjutnya
X X
P1
P2
P3
X
Px/Py Px/Py Px/Py
Sx
Sx
Dx
Dx
D
S
Ekspor
Impor
Panel A pasar di Negara
1 untuk komoditi X
Panel B hubungan
perdagangan internasional
dalam komoditi X
Panel C pasar di Negara
2 untuk komoditi X
A A*
A” A’
B B*
B’
E
E* E’
12
produsen sebagai price taker, di mana tidak dapat menetapkan harga, karena harga
sepenuhnya ditentukan berdasarkan tarikan permintaan dan penawaran di pasar,
sehingga setiap produsen menetapkan harga berdasarkan mekanisme harga yang
terjadi di pasar.
2. Pasar Monopoli
Pasar monopoli adalah suatu Industri atau sebagai struktur pasar dimana
terdapat hanya seorang penjual (Laily dan Pristyadi, 2013: 82). Secara sederhana
Boediono dalam Al Arif dan Amalia (2016: 231) mengatakan bahwa struktur pasar
monopoli adalah suatu keadaan di dalam pasar hanya ada satu penjual sehingga
tidak ada pihak lain yang menyainginya dengan ciri-ciri yaitu, 1) produsen sebagai
price maker, 2) adanya hambatan untuk masuk (barriers to entry), 3) produk yang
dihasilkan oleh produsen adalah mempunyai ciri khas yang tidak terdapat pada
produk lain, dan 4) produksi produsen sebagian besar dari volume transaksi total.
3. Pasar Oligopoli
Definisi pasar oligopoli adalah suatu pasar dimana terdapat beberapa
produsen yang menghasilkan barang-barang yang saling bersaing (Laily dan
Pristyadi, 2013: 83). Al Arif dan Amalia (2016: 261) mengatakan pasar oligopoli
adalah keadaan di mana hanya ada beberapa perusahaan yang menguasai pasar baik
secara independen maupun secara diam-diam bekerja sama. Oligopoli bisa
dibedakan antara oligopoli dengan diferensiasi produk dan oligopoli tanpa
diferensiasi produk.
13
4. Pasar Persaingan Monopolistik
Laily dan Pristyadi (2013: 83) mengatakan pasar persaingan monopolistik
pada dasarnya adalah pasar yang berada diantara dua jenis yang ekstrim sebahai
suatu pasar dimana terdapat banyak produsen yang menghasilkan barang yang
berbeda corak (differentiated product). Persaingan monopolistik adalah bentuk
pasar antara monopoli dan persaingan sempurna. Teori persaingan monopolistik
dikembangkan karena ketidak puasan terhadap daya analisis model persaingan
sempurna maupun monopoli (Al Arif dan Amalia, 2016: 261). Dengan kata lain
persaingan monopolistik terdapat bila dalam suatu pasar ada banyak produsen,
tetapi ada unsur diferensiasi produk di antara produk yang dihasilkan oleh masing
produsen dengan tiga asumsi dasar, yaitu (Al Arif dan Amalia, 2016: 250):
a. Produk yang terdiferensiasi (differentiated product)
b. Jumlah perusahaan banyak dalam industri (large number firms)
c. Kebebasan untuk masuk dan keluar (free entry and exit)
2.1.3 Daya Saing
Menurut Adam Smith dalam Salvatore (2012: 25), perdagangan antar dua
Negara didasarkan pada keunggulan absolut (absolute advantage). Jika sebuah
negara lebih efesien dari pada (atau memiliki keunggulan absolut terhadap) negara
lain dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efesien dibanding (atau
memiliki kerugian absolut) terhadap negara lain dalam memproduksi komoditi
lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan
caranya masing-masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang
memiliki keunggulan absolut, dan menukarnya dengan dengan komoditi lain yang
14
memiliki kerugian absolut. Menurut pemikiran yang mengemuka, biaya tenaga
kerja, tingkat bunga, tingkat kurs, dan skala ekonomi adalah penentu yang paling
potensial dari daya saing (Sung Cho dan Chang Moon, 2003: 75).
1. Keunggulan Komparatif
Konsep keunggulan komparatif banyak digunakan dalam literatur ekonomi
modern untuk mengevaluasi pola-pola perdagangan dan spesialisasi negara dalam
komoditas yang memiliki keunggulan kompetitif (Saboniene, 2009: 50). Ricardo
menjelaskan bahwa keunggulan komparatif muncul dari perbedaaan dalam
produktivitas tenaga kerja, tetapi tidak menjelaskan secara memuaskan mengapa
produktivitas tenaga kerja berbeda antar negara. Dasar pemikiran David Ricardo
adalah bahwa perdagangan antara dua negara akan terjadi bila masing-masing
negara memiliki biaya relatif yang terkecil (produktivitas tenaga kerja relatif yang
terbesar) untuk jenis barang yang berbeda (Tambunan, 2004: 57). Implikasi penting
dari teori ini adalah bahwa sekalipun sebuah negara tidak memiliki suatu
keunggulan absolut dalam barang apapun, negara ini dan juga negara-negara
lainnya masih akan mendapat manfaat dari perdagangan internasional (Sung Cho
dan Chang Moon, 2003: 8).
2. Keunggulan Kompetitif
Menurut Sung Cho dan Chang Moon (2003: 75), keunggulan kompetitif
diciptakan dan dipertahankan melalui proses yang sangat terlokalisir. Perbedaan
dalam hal nilai-nilai, kebudayaan, struktur perekonomian, lembaga, dan sejarah
nasional semuanya memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kompetitif.
Terdapat perbedaan yang bertarung dalam pola daya saing dalam setiap negara,
15
tidak ada negara yang dapat atau akan bersifat kompetitif dalam setiap atau bahkan
dalam sebagian besar industri. Beberapa negara berhasil dalam industri tertentu
karena lingkungan asalnya bersifat paling berpandangan ke depan, dinamis, dan
menantang. Sedangkan menurut Magretta (2014: 69) istilah keunggulan kompetitif
itu konkret dan spesifik, jika suatu industri memiliki keunggulan kompetitif yang
nyata, ini berarti suatu industri tersebut dapat beroperasi dengan biaya yang lebih
murah, mengendalikan harga premium, atau keduanya.
2.1.4 Kebijakan Terhadap Tembakau di Dunia
Jika melihat kegunaan tembakau yang biasa digunakan sebagai bahan
pembuatan rokok, maka sangat erat kaitannya dengan kesehatan dan dampak yang
didapat baik secara langsung maupun tidak langsung dari para perokok. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) adalah organisasi pemegang otoritas tertinggi kesehatan
dunia. Dalam menyikapi perkara tembakau organisasi ini telah menjalankan
serangkaian aktivitas yang menempatkan WHO sebagai pembela sekaligus ujung
tombak industri farmasi dalam perang antitembakau. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah memberlakukan kebijakan “hari tanpa tembakau sedunia (world
no tobacco day)” pada tahun 1988. Hari tanpa tembakau sedunia mengusung tema
yang berbeda setiap tahunnya serta diselenggarakan oleh berbagai pekerja
kesehatan di masing-masing negara (Wibisono dan Yoandinas, 2014: 106).
Selanjutnya WHO berupaya membentuk Framework Convention on
Tobacco Control (FCTC) dan melakukan pertemuan pertama pada tahun 1999,
sampai pada tahun 2014 FCTC telah ditandatangani oleh sekitar 177 negara, namun
baru diratifikasi oleh 168 negara. Dalam peraturan FCTC memuat istilah seperti
16
pengendalian, pengontrolan, dan pengamanan produk tembakau. Sasaran FCTC
adalah membentuk agenda global bagi regulasi tembakau, dengan tujuan
mengurangi penggunaan tembakau dan mendorong penghentian konsumsi, dan
kemudian menfasilitasi akses dan jangkauan pengobatan ketergantungan tembakau
dengan menggunakan produk farmasi (Wibisono dan Yoandinas, 2014: 110).
1. Kebijakan Tembakau di Amerika
Diawali dengan litigasi/proses legalisasi tembakau dipengendalian untuk
menemukan hak-hak legal tembakau, regulasi produk tembakau kemudian
menemui berbagai tantangan. Food and Drug Administration (FDA) merasa
memiliki hak untuk mengatur produk-produk tembakau, tentunya didukung oleh
korporasi dan beberapa pihak dari masyarakat. Tantangan ini sudah dihadapi sejak
tahun 1990, akhirnya dapat disahkan oleh presiden Barack Obama pada 22 Juni
2009 dengan undang-undang regulasi tembakau, yaitu “Family smoking prevention
and tobacco control act”, dalam salah satu pasal dan undang-undang ini disebutkan
bahwa produk tembakau tidak boleh mengandung 1) rasa buatan atau alami, selain
tembakau atau mentol, atau 2) herbal atau rempah-rempah. Dapat dikatakan
undang-undang ini merupakan bentuk hambatan non-tarif bagi rokok impor.
Akibatnya, negara-negara yang sebelumnya mengekspor produk tembakau ke
Amerika tidak bisa lagi melakukan ekspor (Herjuno dkk, 2012: 42).
2. Kebijakan Tembakau di Uni Eropa (UE)
Pemerintah UE cukup serius memperhatikan industri tembakau, bahkan
meskipun berada ditengah gencarnya kampanye kesehatan/anti rokok, yang
menjadi salah satu pemicu reformasi kebijakan pertaniannya. Dapat dikatakan
17
aspek ekonomi masih menjadi fokus perhatian UE di tengah pro dan kontra
konsumsi tembakau. Untuk memantau situasi pasar pertanian, UE merancang
Common Market Organization (CMO) dengan tujuan memberikan penghasilan
tetap pada petani dan persediaan makanan yang aman bagi UE. Pada perkara
tembakau CMO berjalan dalam konteks kebijakan UE, yaitu Common Agricultural
Policy (CAP) dengan tiga prinsip dasar market unity (kesatuan pasar), community
(European) preference (preferensi komunitas Eropa), dan financial solidarity
(solidaritas keungan/finansial). UE menyadari industri tembakau merupakan
industri yang perlu diperhatikan sejak hulunya, industri ini adalah industri yang
bersifat fully integrated, dimana tembakau adalah produk pertanian. Sehingga,
pertanian tembakau perlu mendapat perhatian prioritas dalam menjaga
kelangsungan industri tembakau. Dukungan berupa subsidi dan
peraturan/kebijakan UE yang berpihak pada petani jelas merupakan langkah tepat
untuk membangun industri tembakau dalam negerinya. UE juga terlihat melindungi
industri tembakau dalam negerinya dengan cara memberlakukan tarif impor rokok
yang tinggi dengan dikenakan kewajiban/pajak sebesar 79,2%. Sehingga tarik
untuk melakukan ekspor ke UE harus membayar pajak yang sangat mahal (Herjuno
dkk, 2012: 61).
3. Kebiijakan Tembakau di India
India menghadapi kontroversi industri tembakau selama bertahun-tahun.
Kontroversi terjadi antara pemerintah dan perusahaan pengolah rokok. Di satu sisi,
dengan adanya perusahaan rokok dapat meningkatkan devisa negara. Di sisi lain,
kampanye dampak rokok bagi kesehatan telah mempengaruhi India. Banyak
18
peraturan-peraturan di India dalam perkara tembakau setelah merdeka dari Ingris.
Pada tahun 2000, pemerintah pusat melarang iklan rokok di TV kabel. Pada tahun
2001, Komite Nasional Hak Asasi Manusia India (NHRC) mengadakan konsultasi
South East Asia Regional tentang kesehatan masyarakat dan HAM, dan kontrol
tembakau dianjurkan sebagai langkah penting untuk melindungi HAM. Pada tahun
2001-2003, terjadi larang produk tehadap produk yang mengandung tembakau
dengan menggunakan undang-undang pencegahan pencampuran makanan.
Meskipun banyak regulasi yang tidak bersahabat dengan industri tembakau, India
merupakan negara produsen tembakau terbesar ketiga di dunia. Selain itu,
pemerintah India memberikan dukungan penuh kepada petani tembakau. Intervensi
terhadap perdagangan tembakau terjadi secara langsung melalui kontrol pemerintah
terhadap perdagangan tembakau, dukungan melalui penetapan harga dalam negeri,
harga ekspor minimum melalui perusahaan perdagangan pemerintah yang dikenal
Tobacco Board (Dewan Tembakau). Pemerintah India juga memberikan subsidi
listrik, mendukung proyek irigasi, dan melarang impor tembakau (Herjuno dkk,
2012: 96).
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu digunakan peneliti sebagai bahan kajian dan pedoman
untuk melakukan penelitian mengenai daya saing komoditi tembakau Indonesia di
pasar internasional. Sumber penelitian terdahulu bersumber dari jurnal penelitian
dan skripsi yang berfokus pada yang menggunakan metodelogi yang sama.
19
Penyesuaian terhadap penelitian terdahulu dilakukan agar hasil dari penelitian
sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Penelitian Ratnawati (2011), mengenai analisis daya saing ekspor karet
alam Indonesia di pasar internasional. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
perkembangan ekspor karet alam Indonesia serta untuk mengetahui struktur pasar
yang terbentuk pada komoditas karet alam di pasar internasional. Selain itu,
penelitian ini juga melihat keunggulan kompetitif dan komperatif yang dimiliki
Indonesia sebagai salah satu eksportir karet alam. Pendekatan yang dilakukan untuk
mengetahui struktur pasar yang terbentuk pada ekspor karet alam di pasar
internasional dengan menggunakan analisis Harfindahl Index (HI) dan
Concentration Ratio (CR), sedangkan analisis daya saing ekspor karet alam
dilakukan dengan menggunakan analisis Revealed Comparative Advantage (RCA)
untuk melihat status keunggulan komparatif dan Export Competitiveness Index
(ECI) untuk melihat status keunggulan kompetitif negara eksportir karet alam. Hasil
yang diperoleh menyatakan bahwa struktur pasar yang terbentuk pada perdagangan
karet alam internasional adalah struktur pasar yang terbentuk oligopoli. Sedangkan
hasil analisis daya saing menyatakan bahwa masing-masing negara eksportir
memiliki keunggulan komparatif. Berbeda dengan perhitungan tersebut, untuk
keunggulan kompetitif menyatakan bahwa hanya Indonesia yang memiliki
keunggulan kompetitif.
Penelitian Eriyati dan Rosyetti (2013), mengenai analisis daya saing ekspor
komoditi Crude Palm Oil (CPO) Provinsi Riau. Penelitian ini dilakukan di Provinsi
Riau, dengan tujuan untuk mengetahui daya saing Ekspor Crude Palm Oil (CPO)
20
Provinsi Riau. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian dengan
menggunakan data skunder “time-series” dari tahun 2000 sampai dengan tahun
2010. Untuk mengetahui tingkat daya saing ekspor dari suatu daerah/negara
digunakan pengukuran dengan indeks daya saing yaitu melihat angka Revealed
Comperative Advantage (RCA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka yang
cukup baik dimana nilai Revealed Comperative Advantage (RCA > 1) artinya
ekspor CPO Provinsi Riau mempunyai daya saing diatas daya saing rata-rata
Indonesia. Komoditi CPO memiliki keunggulan dari komoditi ekspor non migas
lainnya, indeks RCA tertinggi pada tahun 2004 dengan nilai 2,790 dan terendah
pada tahun 2009 dengan nilai 0,733.
Penelitian Kusuma (2015), mengenai analisis daya saing dan perdagangan
produk ekspor kelapa sawit Indonesia di pasar internasional. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis daya saing dan tingkat persaingan produk ekspor
kelapa sawit Indonesia di pasar internasional dan menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi aliran perdagangan produk ekspor kelapa sawit Indonesia serta
potensi perdagangannya di pasar internasional. Data sekunder yang digunakan
berupa data panel yaitu penggabungan antara data time series dan cross section.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini dengan metode Revealed
Comparative Advantage (RCA), analisis korelasi rank spearman, analisis data
panel dengan gravity model, analisis rasio potensi perdagangan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa perdagangan produk ekspor kelapa sawit Indonesia di pasar
internasional memiliki keunggulan komparatif tertinggi untuk CPO (nilai rata-rata
RCA sebesar 64.72) dan terendah untuk RPO (nilai ratarata RCA sebesar 32.37),
21
walaupun dilihat dari nilai RCA semua produk ekspor kelapa sawit menunjukkan
Indonesia memiliki keunggulan komparatif. Berdasarkan hasil analisis daya saing,
Indonesia memiliki korelasi yang negatif dengan Malaysia untuk pasar CPO dan
RPO.
Penelitian Sulastri (2014), mengenai analisis daya saing dan faktor-faktor
yang mempengaruhi ekspor tembakau Indonesia di negara tujuan utama. Penelitian
ini bertujuan untuk mengukur daya saing dan menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor tembakau Indonesia di negara tujuan utama dengan studi
kasus negara Jerman dan Amerika Serikat dari tahun 1991- 2014. Metode penelitian
yang digunakan adalah RCA, ECI, dan Two Steps ECM. Variabel yang digunakan
untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor adalah GDP riil negara
tujuan, nilai tukar riil, dan harga ekspor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Indonesia memiliki daya saing yang cukup kuat baik di negara Jerman maupun
Amerika Serikat, namun masih memiliki daya saing rendah atau pangsa pasar yang
menurun jika diukur secara keseluruhan atau pada tingkat pasar dunia. Kemudian
faktor yang mempengaruhi ekspor tembakau secara signifikan di negara Jerman
dalam jangka pendek adalah harga ekspor, sedangka di negara Amerika Serikat
faktor yang berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek adalah nilai tukar
riil.
2.3 Kerangka Pemikiran
Tembakau merupakan salah satu produk dari subsektor perkebunan yang
memiliki potensi untuk dikembangkan dan banyak negara yang sangat
22
membutuhkan tembakau untuk memenuhi permintaan dalam negerinya. Besarnya
konsumsi tembakau di pasar internasional sangat dipengaruhi dengan permintaan
rokok di dunia, dikarenakan tembakau merupakan bahan dasar dalam pembuatan
rokok. Pertanian tembakau dan industri rokok merupakan salah satu industri yang
relatif tidak terkena dampak krisis keuangan global tahun 2007-2008 (Herjuno dkk,
2012: 1). Menurut data tobacco.org (2014), pada tahun 2014 China merupakan
konsumen rokok terbesar di dunia dengan kemampuan perokok 22 batang dalam
sehari, diikuti Rusia, Amerika, Indonesia, dan lain sebagainya. Besarnya
permintaan tembakau di dunia dapat dimanfaatkan oleh produsen-produsen besar
tembakau di dunia untuk memenuhi permintaan tembakau di dunia, sehingga sangat
menguntungkan untuk menambah devisa dan mengembangkan perekonomian di
negaranya.
Indonesia merupakan salah satu negara eksportir tembakau di pasar
internasional. Meskipun masih banyak negara-negara eksportir yang lebih unggul
dalam komoditi tembakau, tetapi Indonesia mampu berperan dalam memenuhi
kebutuhan ekspor tembakau di dunia. Berdasarkan data yang diperoleh, ekspor
tembakau Indonesia berfluktuatif setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan produksi
tembakau beberapa tahun terakhir cenderung menurun, sehingga berdampak pada
ekspor tembakau di pasar internasional.
Ekspor komoditi tembakau yang di ekspor pada penelitian ini memiliki kode
HS240110, HS240120, dan HS240130. Dengan besarnya ekspor komoditi
tembakau di pasar internasional, maka Indonesia harus mampu bersaing dan
meningkatkan ekspor ke pasar internasional untuk bisa menjadi salah satu
23
kompetitor utama dalam ekspor tembakau dunia. Berdasarkan hal itu, penelitian
yang berjudul “Daya Saing Komoditi Tembakau Indonesia di Pasar Internasional”
ini bertujuan untuk menganalisis struktur pasar komoditi tembakau di pasar
internasional dan menganalisis daya saing komoditi tembakau Indonesia di pasar
internasional. Pendekatan yang digunakan untuk mengetahui struktur pasar dan
pangsa pasar komoditi tembakau Indonesia di pasar internasional dengan
menggunakan Consentration Ratio dan Index Harfindahl-Hirschman (IHH).
Sedangkan untuk mengetahui tingkat keunggulan komparatif komoditi tembakau
Indonesia di pasar internasional yaitu dengan menggunakan Revealed Comparative
Advantage (RCA), kemudian untuk mengetahui tingkat keunggulan kompetitif
yaitu dengan menggunakan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) dan Export
Competitive Index (ECI).
24
Gambar 4. Kerangka Pemikiran
RCA
Permintaan ekspor
tembakau di dunia
Indonesia salah satu eksportir
tembakau di dunia
Analisis struktur pasar
komoditi tembakau di pasar
internasional
ISP
Concentrasion
ratio
IHH
Ekspor komoditi tembakau dengan
Kode HS240110, HS 240120, dan
HS240130 di pasar internasional
Analisis daya saing komoditi
tembakau Indonesia di pasar
internasional
Hasil analisis daya saing komoditi tembakau di
pasar internasional
Keunggulan
Komparatif
Keunggulan
Kompetitif
ECI
25
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan daya saing secara sistematik dengan
kondisi dan bidang tertentu. Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis data
sekunder dengan mengumpulkan data berupa catatan atau arsip yang sudah
dipublikasikan dan berkaitan dengan penelitian ini.
3.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini membahas secara khusus tentang daya saing komoditi
tembakau Indonesia di pasar internasional dengan HS240110, HS240120, dan
HS240130. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli hingga September 2017.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
berupa data deret waktu (time series). Data deret waktu (time series) meliputi data
tahunan dari tahun 2007 sampai tahun 2016. Data yang diolah adalah data dari nilai
ekspor dan impor komoditi tembakau dari empat negara eksportir yaitu, Brazil,
Amerika, India, dan Indonesia. Penelitian dilakukan dengan mengambil data yang
berasal dari instansi-instansi terkait dengan objek penelitian seperti Kementerian
Pertanian Indonesia (Kementerian Pertanian), United Nation Comtrade Trade (UN
Comtrade), International Trade Center (ITC), dan Badan Pusat Statistik (BPS).
26
3.3 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
kuantitatif. Metode kuantitaf digunakan dengan mengacu pada kerangka pemikiran.
Hasil analisis menunjukkan daya saing komoditi tembakau di pasar internasional
dengan mengetahui kondisi struktur pasar komoditi tembakau di pasar
internasional.
3.4 Analisis Struktur Pasar
Alat yang digunakan untuk mengetahui struktur pasar yang dihadapi oleh
komoditi tembakau Indonesia di pasar internasional adalah dengan menggunakan
pendekatan Concentration Ratio (CR) dan Index Harfindahl-Hirschman (IHH). CR
dan HI sering digunakan untuk mengukur konsentrasi industri.
Rasio konsentrasi adalah share pencapaian N perusahaan terbesar dalam
suatu industri terhadap total pencapaian industri. Pencapaian industri dalam definisi
tersebut merefleksikan ukuran dari perusahaan yang bisa diwakili dari indikator
nilai penjualan, aset, atau tenaga kerja (Arsyad dan Kusuma, 2014: 107). Secara
umum untuk mengukur rasio konsentrasi industri dapat dirumuskan sebagai
berikut.
CRN = S1 + S2 + S3 + … + SN
Keterangan:
CRN = Rasio konsentrasi N pada industri komoditi tembakau
SN = Pangsa pasar industri komoditi tembakau
27
Menurut Gwin dalam Arsyad dan Kusuma (2014: 108), industri dengan
rasio konsentrasi minimum (nol) digolongkan kedalam industri dengan
karakteristik struktural pasar persaingan sempurna. Sementara itu, industri dengan
rasio konsentrasi maksimum (1) digolongkan ke dalam industri dengan
karakteristik struktural monopoli.
Tabel 2. Pengklasifikasian CR4 Nilai CR4 (%) Kategori Interpretasi Terkait Struktur Pasar
CR4 = 0 Minimum Persaingan sempurna
0 < CR4 < 40 Rendah Persaingan efektif atau persaingan
monopolistik
40 ≤ CR4 ≤ 60 Menengah ke bawah Persaingan monopolistik atau oligopoli
longgar
60 ≤ CR4 ≤ 90 Menengah ke atas Oligopoly ketat atau perusahaan dominan
dengan competitive fringe
CR4 ≥ 90 Tinggi Perusahaan dominan dengan competitive fringe
atau monopoli efektif (near monopoly)
CR4 = 1 Maksimum Monopoli sempurna
Sumber : Gwin dalam Arsyad dan Kusuma (2014: 109)
Indeks Herfindahl-Hirschman (IHH) merupakan penyempurnaan dari rasio
konsentrasi. IHH merupakan penjumlahan hasil kuadrat dari market share dari
setiap perusahaan yang ada dalam industri (Arsyad dan Kusuma, 2014: 111). Tahap
awal untuk mengukur IHH yaitu dengan mengetahui pangsa pasar dari industri
komoditi tembakau. Perhitungan pangsa pasar dapat dilakukan dengan perhitungan
sebagai berikut:
𝑆𝑖𝑗 =𝑋𝑖𝑗
𝑇𝑋𝑗
Keterangan:
Sij = Pangsa pasar komoditi tembakau di pasar internasional
Xij = Nilai ekspor komoditi tembakau negara i di pasar internasional
TXj = Total nilai ekspor komoditi tembakau di pasar internasional
𝐼𝐻𝐻 = ∑ 𝑆𝑖2𝑁
𝑖=1
28
Keterangan:
IHH = Indeks Herfindahl-Hirschman
Si = Pangsa pasar Negara ke-i komoditi tembakau
N = Jumlah Negara yang terlibat
Gwin dalam Arsyad dan Kusuma (2014: 112), pencapaian nilai IHH suatu
industri. dapat diklasifikasikan menjadi seperti berikut ini:
Tabel 3. Pengklasifikasian IHH Nilai IHH (0/0000) Kategori Interpretasi Terkait Struktur Pasar
IHH < 1500 Tidak
terkonsentrasi
Persaingan efektif atau persaingan monopoli
1500 < IHH < 2500 Terkonsentrasi
secara moderat
Persaingan monopolistik atau oligopoly
IHH > 2500 Sangat
terkonsentrasi
Oligopoli, perusahaan dominan dengan
competitive fringe, atau monopoli
Sumber: Gwin dalam Arsyad dan Kusuma (2014: 112)
3.5 Analisis Daya Saing
3.5.1 Keunggulan Komparatif
Pengukuran daya saing untuk mengetahui tingkat keunggulan komparatif
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode Revealed Comparative
Advantage (RCA). Menurut Basri dan Munandar (2010: 42), metode RCA
digunakan untuk mengukur kinerja ekspor suatu komoditas dari suatu negara
dengan mengevaluasi peranan ekspor komoditas tertentu dalam ekspor total suatu
negara dibandingkan dengan pangsa komoditas tersebut dalam perdagangan dunia.
Berikut perumusan umum RCA:
𝐶 =𝑋𝑖𝑗 𝑋.𝑗⁄
𝑋𝑖𝑤 𝑋.𝑤⁄
Keterangan:
C = Angka RCA
29
Xij = Nilai ekspor komoditas i negara j
X.j = Nilai ekspor total negara j
Xiw = Nilai ekspor komoditas i dunia
X.w = Nilai ekspor total dunia
Indeks hasil persamaan RCA jika diadabtasikan dari penelitian
Dwiprabowo (2009: 154) dan Stryana dan Karmini (2016: 604), bahwa indeks RCA
berkisar 0 dan +8. Suatu negara dikatakan memiliki keunggulan komparatif jika
indeks RCA > 1 yang berarti negara tersebut memiliki daya saing suatu produk di
atas rata-rata dunia. Sebaliknya jika indeks RCA < 1, maka negara tersebut tidak
memiliki keunggulan komparatif.
3.5.2 Keunggulan Kompetitif
Pengukuran daya saing untuk mengetahui tingkat keunggulan kompetitif
yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan Indeks Spesialisasi
Perdagangan (ISP) dan Export Competitiveness Index (ECI). Menurut pendapat
Tambunan (2004: 124) ISP digunakan untuk melihat kecenderungan suatu negara
dalam melakukan ekspor dan impor, apakah untuk suatu jenis produk pada suatu
negara cenderung menjadi eksportir atau importir. Secara sistematis, indeks ini
dapat dirumuskan sebagai berikut.
𝐼𝑆𝑃 =(𝑋𝑡𝑗 −𝑀𝑡𝑗)
𝑋𝑡𝑗 +𝑀𝑡𝑗
Keterangan:
Xtj = Ekspor komoditi tembakau oleh negara j
Mtj = Impor komoditi tembakau oleh negara j
30
Nilai ISP dapat menunjukkan kesenjangan antara permintaan dan
penawaran di pasar domestik dan sekaligus mengukur derajat dari daya saing
komoditi atau industri yang bersangkutan. Jika nilainya positif (di atas 0 sampai
dengan 1) , maka komoditas tersebut dikatakan mempunyai daya saing yang kuat
atau negara yang bersangkutan cenderung sebagai eksportir dari komoditi tersebut.
Sebaliknya, apabila nilainya rendah negara yang bersangkutan cenderung sebagai
importir. Menurut Kementerian Perdagangan (2008), indeks ISP tersebut juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pertumbuhan suatu komoditi dalam
perdagangan yang terbagi ke dalam 5 tahap sebagai berikut:
1. Tahap Pengenalan
Ketika suatu industri (forerunner) disuatu negara (sebut A) mengekspor
produk-produk baru dan industri pendatang belakangan (latercomer) di
negara B impor produk-produk tersebut. Dalam tahap ini, nilai indeks ISP
dari industri latercomer ini adalah -1,00 sampai -0,50.
2. Tahap Subtitusi Impor
Nilai indeks ISP naik antara - 0,51 sampai 0,00. Pada tahap ini, industri di
negara B menunjukkan daya saing yang sangat rendah, dikarenakan tingkat
produksinya tidak cukup tinggi untuk mencapai skala ekonominya. Industri
tersebut mengekspor produk-produk dengan kualitas yang kurang bagus dan
produksi dalam negeri masih lebih kecil daripada permintaan dalam negeri.
Dengan kata lain, untuk komoditi tersebut, pada tahap ini negara B lebih
banyak mengimpor daripada mengekspor.
31
3. Tahap Pertumbuhan
Nilai indeks ISP naik antara 0,01 sampai 0,80 dan industri di negara B
melakukan produksi dalam skala besar dan mulai meningkatkan ekspornya.
Di pasar domestik, penawaran untuk komoditi tersebut lebih besar daripada
permintaan.
4. Tahap Kematangan
Nilai indeks berada pada kisaran 0,81 sampai 1,00. Pada tahap ini produk
yang bersangkutan sudah pada tahap standardisasi menyangkut teknologi
yang dikandungnya. Pada tahap ini negara B merupakan negara net
exporter.
5. Tahap Kembali Mengimpor
Nilai indeks ISP kembali menurun antara 1,00 sampai 0,00. Pada tahap ini
industri di negara B kalah bersaing di pasar domestiknya dengan industri
dari negara A, dan produksi dalam negeri lebih sedikit dari permintaan
dalam negeri.
Selanjutnya, pengukuran daya saing untuk mengetahui keunggulan
kompetitif dengan menggunakan ECI. Menurut Putra, et al (2015: 58), ECI
digunakan untuk memperkirakan indikator dan mengetahui prospek suatu industri
dalam rangka meningkatkan pasar nasional di pasar internasional dengan indeks
hasil persamaan ECI menunjukkan pangsa pasar komoditas tertentu yang diekspor
oleh suatu negara pada priode tertentu. ECI dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐸𝐶𝐼 =(𝑋𝑘𝑖 𝑋𝑤⁄ )𝑡(𝑋𝑘𝑖 𝑋𝑤⁄ )𝑡−1
32
Keterangan:
Xki = Nilai ekspor komoditi tembakau oleh negara i
Xw = Nilai ekspor internasional komoditi tembakau
t = Periode berjalan
t-1 = Periode sebelumnya
Nilai ECI menunjukkan tren daya saing negara produsen dengan negara
produsen lainnya. Dengan kata lain, indeks ini menunjukkan apakah komoditi
tembakau Indonesia mampu bersaing dengan negara produsen lain. Jika ECI lebih
dari 1, berarti tren daya saing tembakau di Indonesia cenderung meningkat. Jika
tidak, daya saingnya melemah (Putra et al, 2015: 58).
3.6 Definisi Operasional
1. Volume Ekspor Komoditi Tembakau
Total komoditi tembakau dengan kode HS240110, HS240120, dan
HS240130 yang diekspor dari negara eksportir ke pasar internasional
dinyatakan dalam satuan Kg. Periode yang digunakan adalah periode 2007
sampai 2016.
2. Nilai Ekspor Tembakau
Nilai ekspor ini merupakan nilai yang diproyeksikan dari hasil penjualan
produk turunan CPO dengan kode HS240110, HS240120, dan HS240130
yang diekspor oleh negara eksportir. Harga tersebut merupakan patokan
bagi perusahaan baik swasta, negara, maupun perkebunan rakyat. Periode
yang digunakan adalah periode 2007 sampai 2016.
33
3. Pangsa Pasar
Pangsa pasar merupakan total nilai ekspor dari Negara eksportir utama yang
telah diproyeksikan dari penjualan komoditi tembakau dengan kode
HS240110, HS240120, dan HS240130 dibagi dengan total nilai ekspor
komoditi tembakau dunia dengan kode HS yang sama. Periode yang
digunakan adalah periode 2007 sampai 2016.
34
BAB IV
GAMBARAN UMUM TEMBAKAU INDONESIA
4.1 Tembakau
Tanaman tembakau (Nicotiana tobacum.L.) merupakan tanaman semusim,
tetapi di dunia pertanian termasuk dalam golongan tanaman perkebunan dan tidak
termasuk golongan tanaman pangan (Kementerian Pertanian, 2014: 1). Menurut
Wibisono dan Yoandinas (2014: 38), tembakau merupakan jenis tanaman semusim
yang hanya bisa ditanam sesuai dengan masa tanamnya. Selain itu keberhasilan
panen tembakau sangat bergantung iklim. Tembakau memang bukan tanaman asli
Indonesia. Tanaman ini pertama kali di budidayakan oleh pemerintah kolonial
Belanda untuk mengumpulkan pundi-pundi uang demi mengisi kas. Seiring waktu
pembudidayaan tembakau diambil alih oleh bangsa Indonesia. Sejak saat itu
budidaya pertanian tembakau sepenuhnya diusahakan dalam bentuk perkebunan
rakyat secara luas. Sampai sekarang pertanian tembakau memiliki posisi penting
dalam pertanian Indonesia, terutama perannya menggerakkan perekonomian riil
masyarakat (Wibisono dan Yoandinas, 2014: 34).
Penanaman dan penggunaan tembakau di Indonesia sudah dikenal sejak
lama. Komoditi tembakau mempunyai arti yang cukup penting, tidak hanya
sebagai sumber pendapatan bagi para petani, tetapi juga bagi Negara. Usaha
pertanian tembakau merupakan usaha padat karya (Kementerian Pertanian, 2014:
1). Komoditi ini adalah salah satu dari hanya sedikit dari komoditi rakyat dan
industri nasional di Indonesia yang mampu bertahan, salah satu penyebabnya
35
karena komoditi ini memiliki keunggulan perbandingan yang tinggi, terutama oleh
keunikan produk yang di hasilkan (Guyanie dkk, 2013: 1).
4.2 Jenis Tembakau Berdasarkan Masa Tanam
Spesies tembakau yang ada di dunia ini mencapai lima puluh jenis. Diantara
spesies yang dikenal, terdapat tiga spesies yang paling banyak dibudidayakan yaitu
Nicotiana rustika, Nicotiana macrophylla, dan Nicotiana tabacum (Kementerian
Pertanian, 2014: 1). Berdasarkan masa tanamnya tembakau terbagi menjadi dua
jenis. Pertama, Tembakau Voor Oogst (VO) adalah tembakau yang ditanam di
penghujung musim penghujan atau awal musim kemarau. Tembakau jenis ini akan
dipanen dipenghujung musim kemarau. Karakteristik daun lebih bertekstur kasar
dan tebal. Kedua, tembakau Na Oogst (NO) adalah tembakau yang di tanam pada
penghujung musim kemarau atau awal musim hujan. Tembakau jenis ini akan
dipanen pada penghujung musim penghujan. Daun terlihat lebih hijau, halus, dan
tipis (Wibisono dan Yoandinas, 2014: 42).
4.3 Kode Harmonized System (HS) Komoditi Tembakau
Kegiatan perdagangan internasional dalam pengklasifikasian produk yang
akan diperdagangkan menggunakan sistem dengan standar internasional untuk
menentukan penamaan dan penomoran produk perdagangan dan turunannya yang
dikelola oleh World Customs Organization (WCO). Berikut adalah kode HS
komoditi tembakau.
36
Tabel 4. Kode HS Komoditi Tembakau Kode HS Keterangan
2401 Tembakau belum dipabrikasi; sisa tembakau
- 240110 Tembakau, bertangkai / bertulang daun
- 240120 Tembakau, tanpa tangkai/tulang daun sebagian atau seluruhnya
- 240130 Sisa tembakau
2402 Cerutu, cheroot, cerutu kecil dan sigaret dari tembakau atau pengganti
tembakau
- 240220 Sigaret mengandung tembakau
- 240290 Lain-lain
2403 Tembakau dipabrikasi lainnya dan pengganti tembakau dipabrikasi;
tembakau "dihomogeni- sasi" atau "dibentuk kembali"; ekstrak dan essens
tembakau
- 240310 Tembakau rokok,mengandung pengganti tembakau maupun tidak, dalam
perbandingan berapapun
- 240399 Lain-lain
Sumber: Subdit. Klasifikasi Barang, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Kemendag (2004)
4.4 Produksi Tembakau Indonesia
Berdasarkan data Dirjen Perkebunan (2017), pada tahun 2010 Indonesia
memiliki luas lahan perkebunan tembakau seluas 216.271 Ha dengan total produksi
sebesar 135.678 ton. Pada tahun berikutnya terjadi fluktuasi sampai tahun 2015 luas
lahan perkebunan tembakau menurun menjadi 206.095 Ha dengan peningkatan
total produksi 193.790 ton. Perkembangan tembakau di Indonesia juga memiliki
masa depan yang cerah dengan melihat total produksi yang cenderung meningkat
meskipun luas lahan menurun. Hal tersebut dapat dilihat sebagai potensi yang
dimiliki oleh Indonesia. Produksi tembakau akan sangat dipengaruhi oleh luas lahan
yang tersedia, dalam hal ini luas lahan yang menjadi area produksi menurut status
kepemilikan pengusaha memberikan kontribusi dalam peningkatan produksi
tembakau di Indonesia. Berikut tabel luas area dan produksi tembakau di Indonesia.
37
Tabel 5. Luas Area dan Produksi Tembakau Indonesia Tahun Luas Area (Ha) Produksi (Ton)
PR PBN PBS Jumlah PR PBN PBS Jumlah
2007 192,237 5,817 - 198,054 161,728 3,123 - 164,851
2008 192,062 4,565 - 196,627 165,423 2,614 - 168,037
2009 200,224 4,226 - 204,450 172,450 4,060 - 176,510
2010 212,855 3,416 - 216,271 132,309 3,369 - 135,678
2011 225,900 2,870 - 228,770 212,153 2,371 - 214,524
2012 267,420 2,870 - 270,290 258,434 2,384 - 260,818
2013 189,699 3,110 - 192,809 161,320 3,127 - 164,448
2014 213,276 2,506 83 215,865 196,125 2,043 133 198,301
2015 208,256 643 196 209,095 192,899 577 314 193,790
2016* 205,450 804 83 206,337 195,559 462 133 196,154
2017** 205,608 823 83 206,514 197,497 660 139 198,296
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2017)
Keterangan:
*) Angka sementara
**) Angka estimasi
Tabel 5 menunjukkan keterkaitan luas area dan produksi tembakau
Indonesia dengan nilai yang fluktuatif. Kontribusi perkebunan rakyat lebih
mendominasi dibandingkan perkebunan besar negara, sedang perkebunan swasta
sangat jauh tertinggal. Pada tahun 2007 sampai 2012, luas area dan jumlah produksi
terus mengalami peningkatan dengan luas area 198 ribu ha dengan jumlah produksi
164,8 ribu ton pada tahun 2007, terus meningkat hingga tahun 2012 dengan luas
area 270 ribu Ha dan total produksi mencapai 260 ribu ton. Pada tahun tersebut
merupakan pencapaian yang tertinggi selama sepuluh tahun terakhir. Pada tahun
berikutnya terjadi fluktuasi, bahkan pada tahun 2013 merupakan pencapaian
terendah tembakau Indonesia dengan jumlah produksi 164,4 ribu ton dan kembali
meningkat hingga tahun 2017 dengan jumlah produksi 198 ribu ton.
Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan (2017) daerah penghasil
komoditi tembakau yang tersebar dari berbabagai provinsi hanya ada di empat
pulau di Indonesia, dan yang menjadi sentra produksi dengan luas lahan dan jumlah
38
produksi terbesar ada di pulau Jawa, Nusa Tenggara, Bali, Sumatera, dan Sulawesi.
Berikut daerah penghasil dan produksi tembakau di Indonesia tahun 2016.
Tabel 6. Daerah Penghasil Tembakau di Indonesia Tahun 2016* Status Pengusaha Sumatera Jawa NT dan Bali Sulawesi
PR Luas (Ha) 6,713 169,330 26,846 2,561
Produksi (Ton) 53,262 150,140 38,495 1,562
PBN Luas (Ha) 554 250 - -
Produksi (Ton) 250 212 - -
PBS Luas (Ha) - 83 - -
Produksi (Ton) - 133 - -
Jumlah Luas (Ha) 7,267 169,663 26,846 2,561
Produksi (Ton) 5,612 150,485 38,495 1,562
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2017)
Keterangan:
*) Angka Sementara
Pada tahun 2016 pulau Jawa merupakan sentra produksi tembakau dari
provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa timur dengan luas
169,633 Ha dan jumlah produksi mencapai 150,485 ton atau 76.7% dari total
produksi Indonesia. Nusa Tenggara dan Bali sebagai urutan ke dua berasal dari
provinsi Bali, NTT, dan NTB dengan jumlah produksi 38,495 ton atau 19.6% dari
total produksi Indonesia. Sedangkan Sumatera (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Jambi, Sumatera Selatan, dan Lampung) dan Sulawesi (Sulawesi Tengah dan
Sulawesi Selatan) hanya memberikan kontribusi masing-masing sebesar 5,612 ton
dan 1,562 ton atau 2.9% dan 0.8% dari jumlah produksi Indonesia. Data yang
diperoleh menunjukkan daerah yang berpotensi untuk dikembangkan, sehingga
Indonesia dapat berfokus dalam pengembangan komoditi tembakau di daerah-
daerah yang potensial.
39
4.5 Perdagangan Tembakau Indonesia
Perdagangan tembakau Indonesia dalam kurun waktu sepuluh tahun terus
mengalami fluktuasi, dengan rata-rata pertumbuhan ekspor 3.91% per tahun. Selain
ekspor tembakau, Indonesia juga melakukan impor yang cukup besar dengan rata-
rata pertumbuhan 15.30% per tahun dan nilai impor lebih tinggi dari nilai
ekspornya.
Tabel 7. Ekspor dan Impor Tembakau Indonesia Tahun Ekspor Impor
USD Pertumbuhan USD Pertumbuhan
2007 120,270,252 17.28% 217,210,425 44.59%
2008 133,196,157 10.75% 330,510,977 52.16%
2009 172,629,107 29.61% 290,171,309 -12.21%
2010 195,633,137 13.33% 378,710,251 30.51%
2011 146,698,010 -25.01% 507,188,013 33.93%
2012 159,564,472 8.77% 658,921,557 29.92%
2013 199,589,221 25.08% 627,301,457 -4.80%
2014 181,322,940 -9.15% 569,775,572 -9.17%
2015 156,783,556 -13.53% 412,328,265 -27.63%
2016* 128,549,599 -18.01% 477,261,947 15.75%
Rata-rata 159,423,645 3.91% 446,937,977 15.30%
Sumber: UN Comtrade (2016). Diolah
Keterangan:
*) Angka sementara
Tabel 7 menunjukkan tren perkembangan ekspor dan impor tembakau
Indonesia. Walaupun Indonesia melakukan ekspor tembakau, tetapi Indonesia juga
melakukan impor yang sangat tinggi dan jauh lebih besar dibandingkan ekspornya.
pada tahun 2013 nilai ekspor tembakau Indonesia merupakan yang tertinggi selama
periode tersebut dengan US$ 199,5 juta dengan pertumbuhan 25.08% dan terjadi
penurunan pertumbuhan impor di periode yang sama sebesar US$ 627,3 juta
dengan penurunan laju pertumbuhan -4.80%. Hal ini menunjukkan peningkatan
ekspor dapat menahan laju pertumbuhan impor. Sedangkan nilai impor tertinggi
40
ada pada tahun 2012 sebesar US$ 658,9 juta dengan pertumbuhan yang cukup besar
sebesar 29.92%, sedangkan ekspor juga mengalami peningkatan namun tidak
signifikan sebesar US$ 159,5 juta dengan pertumbuhan 8.77%. Berikut grafik
ekspor impor komoditi tembakau Indonesia.
Gambar 5. Grafik Ekspor dan Impor Komoditi Tembakau Indonesia (HS2401) Sumber: UN Comtrade, 2016. Diolah
4.6 Kebijakan Terhadap Tembakau di Indonesia
Indonesia memiliki pasar tembakau yang unik, karena mayoritas perokok
Indonesia mengonsumsi kretek yang merupakan rokok tradisional yang dibuat dari
tembakau, kuncup cengkeh, dan bumbu saus baik yang dibuat secara tradisional
maupun oleh mesin. Pemerintah tidak memiliki aturan khusus dalam industri dan
pertanian tembakau, hanya memiliki peraturan perdagangan tembakau berdasarkan
kebijakan bea dan cukai. Berikut adalah kebijakan tarif bea masuk dan non tarif
barrier (Herjuno dkk, 2012: 84):
41
a. Pajak dan harga tembakau
Pajak tembakau Indonesia berada dibawah rekomendasi Bank Dunia
yang menyatakan pajak tembakau dua pertiga hingga seperlima dari
harga ritel.
b. Undang-undang No. 39 tahun 2007 tentang perubahan atas Undang-
undang No.11 tahun 1995 tentang cukai. Aturan mengenai cukai
tembakau terdapat pada pasal 5 ayat (1) dan (2) yang menyebutkan:
(1) “Barang kena cukai berupa hasil tembakau dikenai cukai
berdasarkan tarif paling tinggi:
(a) Untuk yang dibuat di Indonesia:
- 275% dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan
adalah harga jual pabrik; atau
- 57% dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan
adalah harga jual eceran.
(b) Bentuk yang di impor:
- 275% dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan
adalah nilai pabean di tambah nilai masuk; atau
- 57% dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan
adalah harga jual eceran.
(2) Barang kena cukai lainnya dikenai cukai berdasarkan tarif paling
tinggi:
(a) Untuk yang dibuat di Indonesia:
42
- 1.150% dari harga dasar apabila harga dasar yang
digunakan adalah harga jual pabrik; atau
- 80% dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan
adalah harga jual eceran.
(b) Untuk yang di impor:
- 1.150% dari harga dasar apabila harga dasar yang
digunakan adalah nilai pabean ditambah bea masuk; atau
- 80% dari harga dasar apabila harga dasar yang digunakan
adalah harga jual eceran.
Berdasarkan data publikasi kebijakan cukai hasil tembakau (2011), tarif bea
masuk tembakau relatif rendah dan harga jual di pasaran juga relatif murah dengan
harga tarif cukai per batang atau per gram berkisar Rp. 65-Rp. 100.000. Dampaknya
dirasakan bagi petani kecil yang tergusur dari pasar tembakau. Hal ini menunjukkan
bukti kurang serius pemerintah dalam membangun kapasitas produksi petani kecil
tembakau. Meskipun Indonesia tidak melibatkan diri dalam Frame Work
Convention on Tobacco Control (FCTC), namun dalam regulasi perkara tembakau
banyak aturan yang mengadopsi kebijakan FCTC kedalam kebijakan nasional
(Wibisono dan Yoandinas, 2014: 126). Pengendalian tembakau secara global
melalui FCTC berdampak pada pengembangan Industri Hasil Tembakau (IHT) di
dalam negeri. Pemerintah bersama stakeholder terkait telah menyusun roadmap
IHT jangka panjang (2015-2020) dengan aspek kesehatan menjadi prioritas yang
lebih dibanding aspek penerimaan dan tenaga kerja dengan sasaran strategi sebagai
berikut (Herjuno dkk, 2012: 90):
43
a. Tercapainya produksi rokok menjadi 260 miliar batang pada tahun
2015-2025.
b. Meningkatnya ekspor tembakau dan produk hasil tembakau khususnya
ke negara-negara sedang berkembang, Eropa, (cerutu dan tembakau),
eks Uni Soviet, Afrika, Amerika, dan Asia.
c. Terciptanya jenis/varietas tanaman tembakau dan produk IHT yang
memiliki tingkat risiko rendah terhadap kesehatan.
d. Meminimalisir peredaran rokok ilegal.
e. Berkurangnya produksi dan peredaran rokok ilegal.
44
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Struktur Pasar Komoditi Tembakau
5.1.1 Pangsa Pasar
Nilai dari pangsa pasar dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar
penguasaan pasar dari komoditi tembakau di pasar internasional. Penguasaan pasar
komoditi tembakau di pasar internasional dikuasai oleh eksportir utama komoditi
tembakau di pasar internasional, dengan didapatnya nilai pangsa pasar maka dapat
menunjukkan pengaruh masing-masing negara eksportir di pasar internasional.
Eksportir terbesar pada komoditi tembakau yang belum di pabrikasi (HS2401)
terbesar adalah Brazil diikuti Amerika dan India, sementara Indonesia jauh di
peringkat empat belas. Nilai pangsa pasar juga dapat menunjukkan tren
perkembangan ekspor masing-masing negara di pasar Internasional. Pangsa pasar
terbesar komoditi tembakau yang belum di pabrikasi adalah Brazil dengan rata-rata
24.14% diikuti Amerika, India, dan Indonesia dengan nilai masing-masing sebesar
10.87%, 5.83%, 1.45%.
Tabel 8. Pangsa Pasar Komoditi Tembakau (HS2401)
Tahun Pangsa Pasar
Brazil Amerika India Indonesia
2007 25.70% 14.21% 3.85% 1.41%
2008 26.74% 12.37% 5.37% 1.33%
2009 26.72% 10.39% 6.60% 1.54%
2010 25.21% 10.95% 6.64% 1.82%
2011 25.59% 10.30% 5.08% 1.30%
2012 25.97% 9.19% 5.68% 1.30%
2013 24.89% 9.46% 6.57% 1.56%
2014 20.39% 9.61% 5.82% 1.53%
2015 19.18% 10.50% 5.81% 1.43%
2016 20.95% 11.69% 6.85% 1.31%
Rata-rata 24.14% 10.87% 5.83% 1.45%
Sumber: Data diolah (2017)
45
Pada tabel di atas dapat dilihat fluktuasi nilai pangsa pasar dari ke empat
negara, dengan Brazil sebagai eksportir utama memiliki nilai pangsa pasar yang
sangat tinggi dibanding negara kompetitornya. Nilai pangsa pasar yang diperoleh
menunjukkan dari tahun 2007 sampai tahun 2016 tidak ada negara yang mampu
memberikan kontribusi pangsa melebihi Brazil dengan rata-rata pangsa pasar
sebesar 24.14%. Pada peringkat ke dua Amerika memperoleh nilai pangsa pasar
sebesar 10.87%, dan India pada peringkat ke tiga diikuti Indonesia memperoleh
nilai pangsa pasar masing-masing sebesar 5.83% dan 1.45% dengan tren yang
cukup stabil setiap tahunnya. Namun jika dilihat nilai pangsa pasar berdasarkan tiga
kode HS, maka nilai yang di peroleh akan lebih obyektif dan dapat menunjukkan
pangsa pasar yang lebih potensial bagi ke empat negara eksportir.
Nilai pangsa pasar pada HS240110 menunjukkan perubahan penguasaan
pasar. Amerika sebagai peringkat pertama dengan rata-rata 5.38% dengan tren
perkembangan pangsa pasar yang sangat fluktuatif dan cenderung menurun.
Peringkat kedua adalah India dengan nilai pangsa pasar 3.46% diikuti Indonesia
dengan nilai pangsa pasar 3.01%. Sedangkan Brazil berada pada peringkat ke empat
dengan nilai pangsa pasar 2.30%. Hal ini menunjukkan meskipun Brazil sebagai
penguasa pasar komoditi tembakau, tetapi komoditi tembakau dengan HS240110
bukan pasar yang potensial bagi Brazil, dan Indonesia sendiri mampu mengalahkan
Brazil sebagai kompetitor utama pada HS240110. Berikut grafik nilai pangsa pasar
berdasarkan HS240110.
46
Gambar 6. Grafik Pangsa Pasar Berdasarkan HS240110 Sumber: Data diolah (2017)
Nilai pangsa pasar pada HS240120 di peringkat pertama adalah Brazil
dengan nilai rata-rata pangsa pasar sebesar 29.94% dan yang terbesar dibanding
negara kompetitor lainnya. Namun dapat dilihat pada grafik, bahwa tren
perkembangan pangsa pasar Brazil cenderung menurun. Hal ini menunjukkan
terjadi penurunan ekspor tembakau di Brazil. Penurunan pangsa pasar terjadi
dikarenakan menurunnya pertumbuhan ekspor di Brazil lebih besar dibandingkan
penurunan pertumbuhan ekspor internasional. Menurunnya pangsa pasar Brazil
dapat dimanfaatkan oleh negara kompetitor untuk meningkatkan penguasaan pasar
masing-masing negara di pasar internasional. Selanjutnya Amerika berada pada
peringkat kedua dengan nilai rata-rata 12.42%, India pada peringkat ketiga diikuti
Indonesia hanya memperoleh nilai pangsa pasar masing-masing sebesar 6.51% dan
1.04%. Hal ini menunjukkan bahwa HS240120 dapat menjadi pasar yang potensial
bagi Brazil. Berikut grafik pangsa pasar berdasarkan HS240120.
47
Gambar 7. Grafik Pangsa Pasar Berdasarkan HS240120 Sumber: Data diolah (2017)
Nilai pangsa pasar pada HS240130 di peringkat pertama adalah Brazil
dengan nilai rata-rata pangsa pasar sebesar 28.05% dan yang terbesar dibanding
negara kompetitor lainnya. Nilai yang diperoleh menunjukkan bahwa HS240130
juga dapat menjadi pasar yang potensial bagi Brazil. Namun pada grafik terjadi
fluktuasi dengan tren yang cenderung menurun, sebaliknya pada peringkat kedua
Amerika dengan nilai rata-rata 9.24% mengalami tren yang meningkat.
Peningkatan pangsa pasar terjadi karena perkembangan pertumbuhan ekspor di
Amerika lebih besar dibandingkan perkembangan pertumbuhan ekspor di pasar
internasional. Menurunnya pangsa pasar Brazil dapat dimanfaatkan oleh negara
kompetitor lainnya untuk meningkatkan pangsa pasar di negara masing-masing.
Peringkat ketiga adalah India diikuti Indonesia dengan nilai pangsa pasar masing-
masing sebesar 3.35% dan 1.40% dengan laju perkembangan pasar yang stabil
setiap tahunnya. Berikut grafik pangsa pasar berdasarkan HS240130.
48
Gambar 8. Grafik Pangsa Pasar Berdasarkan HS240130 Sumber: Data diolah (2017)
5.1.2 Analisis Struktur Pasar Berdasarkan CRn dan IHH
Metode yang dilakukan untuk mengetahui struktur pasar komoditi
tembakau di pasar internasional yaitu dengan menggunakan analisis CRn dan IHH.
Pada analisis CRn dilakukan perhitungan dengan empat negara eksportir tembakau
Brazil, India, Amerika, dan Indonesia. Sedangkan pada analisis IHH dilakukan
dengan perhitungan semua eksporti komoditi tembakau di dunia. Analisis struktur
pasar dilakukan untuk mendapatkan pemahaman dimensi struktur pasar untuk
menjadi sarana dalam menganalisis persaingan di pasar internasional. Arsyad dan
Kusuma (2014: 97) mengatakan dalam perdagangan internasional, struktur pasar
cenderung berubah secara perlahan-lahan, bahkan dianggap tetap atau relatif
permanen dalam jangka pendek. Pada tabel berikut dapat terlihat hasil perhitungan
CRn dan IHH.
49
Tabel 9. Nilai CRn dan IHH Berdasarkan Kode HS.
Tahun CRn IHH
HS240110 HS240120 HS240130 HS240110 HS240120 HS240130
2007 14.26% 55.27% 46.00% 1018.20 1501.95 3568.32
2008 14.29% 56.12% 41.67% 1020.12 1552.07 3671.51
2009 14.27% 55.51% 43.35% 1008.81 1527.69 2970.05
2010 16.19% 52.72% 41.46% 774.27 1324.90 2185.60
2011 14.91% 49.67% 46.21% 683.78 1300.51 2003.25
2012 13.76% 48.92% 44.45% 728.00 1249.65 1702.03
2013 13.93% 48.95% 47.98% 744.55 1176.70 1671.46
2014 12.03% 43.66% 37.02% 830.51 930.80 1711.96
2015 13.51% 42.11% 31.32% 803.18 871.72 1675.66
2016 14.28% 46.19% 40.99% 1041.54 1028.37 1863.15
Rata-
rata 14.14% 49.91% 42.05% 865.30 1246.44 2302.30
Sumber: Data diolah (2017)
Nilai CRn berasal dari perhitungan empat negara eksportir dengan
menggunakan data dari tiga kode HS komoditi tembakau yang di ekspor. Masing-
masing CRn dari ke tiga kode HS menunjukkan hasil yang berbeda. Pada
HS240110 rata-rata nilai CRn sebesar 14.14% dengan sebaran dari ke empat negara
eksportir. Brazil merupakan negara eksportir utama komoditi tembakau di pasar
internasional, akan tetapi pada HS240110 Amerika merupakan sebaran terbesar
dengan nilai CRn 5.67%, diikuti India, Indonesia, dan Brazil dengan memberikan
kontribusi CRn masing-masing sebesar 3.45%, 2.80%, dan 2.36%. Rasio nilai CRn
sebesar 14.14% menunjukkan bahwa persaingan ke empat negara eksportir berada
pada sturktur pasar dalam kategori lemah dengan interpretasi dalam bentuk
persaingan efektif atau persaingan monopolistik.
Pada HS240120 rata-rata nilai CRn sebesar 49.91% dengan sebaran dari ke
empat negara eksportir. Brazil merupakan negara eksportir utama komoditi
tembakau di pasar internasional dan memberikan kontribusi terbesar pada
perhitungan CRn sebesar 29.94%, diikuti Amerika, India, dan Indonesia dengan
memberikan kontribusi CRn masing-masing sebesar 12.89%, 7.63%, dan 0.98%.
50
Rasio nilai CRn sebesar 49.91% menunjukkan bahwa persaingan ke empat negara
eksportir berada pada sturktur pasar dalam kategori menengah kebawah dengan
interpretasi dalam bentuk persaingan monopolistik.
Pada HS240130 rata-rata nilai CRn sebesar 42.05% dengan sebaran dari ke
empat negara eksportir. Brazil memberikan kontribusi terbesar pada perhitungan
CRn sebesar 29.94% dengan kesenjangan yang cukup jauh dari negara Amerika,
India, dan Indonesia yang hanya memberikan kontribusi CRn masing-masing
sebesar 9.24%, 3.35%, dan 1.40%. Rasio nilai CRn sebesar 42.05% menunjukkan
bahwa persaingan ke empat negara eksportir berada pada sturktur pasar dalam
kategori menengah kebawah dengan interpretasi dalam bentuk persaingan
monopolistik atau oligopoli longgar. Berikut grafik perhitungan CRn berdasarkan
kode HS.
Gambar 9. Grafik Consentration Ratio Berdasarkan Kode HS Sumber: Data diolah (2017)
Perhitungan IHH melengkapi hasil dari perhitungan CRn dikarenakan pada
perhitungan IHH melibatkan seluruh eksportir komoditi tembakau di dunia.
51
Kelebihan IHH dalam analisis struktur pasar mampu merefleksikan pangsa pasar
dari semua eksportir tembakau di dunia, sehingga pengukuran konsenstrasi
perhitungannya lebih objektif. Nilai yang didapat dari IHH menunjukkan struktur
pasar komoditi tembakau di pasar Internasional. Nilai rata-rata pada HS240110,
HS240120, dan HS240130 masing-masing sebesar 865.30, 1246.44, dan 2302.3
menunjukkan bahwa nilai IHH pada ke tiga kode HS diklasifikasikan dalam
kategori tidak terkonsentrasi dengan interpretasi struktur pasar persaingan efektif
atau persaingan monopolistik. Berdasarkan teori persaingan monopolistik berarti
dalam perdagangan internasional komoditi tembakau sudah ada negara produsen
sebagai price maker, terdapat banyak produsen, terjadi unsur diferensiasi produk,
dan terdapat kebebasan untuk masuk dan keluar dari pasar. Berikut grafik IHH
berdasarkan kode HS.
Gambar 10. Grafik IHH Berdasarkan Kode HS Sumber: Data diolah (2017)
52
5.2 Analisis Keunggulan Komparatif
Metode yang digunakan untuk mengetahui tingkat keunggulan komparatif
dari komoditi tembakau di pasar internasional yaitu dengan menggunakan metode
RCA. Komoditi tembakau yang di analisis yaitu komoditi tembakau yang belum
dipabrikasi dengan HS240110 (tembakau bertangkai/ bertulang daun), HS240120
(Tembakau tanpa tangkai/ tulang daun), dan HS240130 (sisa tembakau). Analisis
keunggulan komparatif pada komoditi tembakau yang belum dipabrikasi akan
dibandingkan antara empat negara eksportir Brazil, Amerika, India, dan Indonesia.
Indonesia memiliki keunggulan komparatif, namun tidak sebesar
keunggulan komparatif yang dimiliki Brazil, Amerika, dan India. Jika dilihat
keunggulan komparatif berdasarkan ke tiga kode HS, maka pada HS240130
Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang mengungguli negara
kompetitornya. Sedangkan analisis keunggulan komparatif komoditi tembakau
Indonesia ke negara tujuan ekspor, maka hampir seluruhnya Indonesia memiliki
keunggulan komparatif.
5.2.1 Analisis Keunggulan Komparatif di Pasar Internasional
Analisis RCA digunakan untuk melihat indeks yang menunjukkan
keunggulan komparatif komoditi tembakau suatu negara. Jika nilai yang diperoleh
semakin tinggi, maka semakin tinggi pula keunggulan komparatif yang dimiliki
suatu negara dan memiliki kekuatan daya saing dibandingkan negara
kompetitornya. Analisis RCA dilakukan dengan membandingkan empat negara
eksportir. Berikut tabel perhitungan RCA dari berdasarkan kode HS.
53
Tabel 10. Nilai RCA Empat Negara Eksportir Tembakau Berdasarkan Kode HS
Negara Tahun Rata-
rata 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
HS240110
Brazil 1.78 1.65 1.58 1.69 1.97 2.20 1.55 1.85 1.78 1.78 1.78
Amerika 0.79 0.59 0.50 0.81 0.74 0.51 0.56 2.48 0.62 0.54 0.81
India 2.66 3.72 3.20 2.78 2.07 2.40 1.79 0.23 1.61 1.85 2.23
Indonesia 3.01 3.42 3.51 2.80 2.21 2.41 3.99 3.66 3.21 2.70 3.09
HS240120
Brazil 27.95 27.22 27.77 23.61 22.30 23.20 23.03 20.39 19.28 18.59 23.33
Amerika 1.98 1.81 1.44 1.41 1.38 1.21 1.24 6.40 1.24 1.24 1.93
India 3.91 4.98 5.08 5.10 3.32 3.84 4.10 0.78 4.02 4.09 3.92
Indonesia 1.21 0.92 1.01 1.43 0.87 0.96 1.03 1.11 1.19 0.95 1.07
HS240130
Brazil 30.05 26.82 22.87 16.78 19.90 24.18 25.19 20.01 16.36 16.84 21.90
Amerika 0.61 0.47 1.10 1.53 1.63 0.90 1.16 4.81 0.93 1.23 1.44
India 2.79 2.56 2.81 2.51 2.08 2.13 2.10 0.38 1.47 1.78 2.06
Indonesia 2.60 0.95 1.20 2.06 0.82 0.64 1.59 1.18 0.96 2.38 1.44
Sumber: Data diolah (2017)
Nilai RCA yang diperoleh memperlihatkan bahwa berdasarkan analisis
RCA Indonesia memiliki keunggulan komparatif dari ketiga kode HS dikarenakan
memiliki nilai lebih dari satu. Pada kode HS240110 Indonesia memili memiliki
keunggulan komparatif yang terbesar dengan nilai 3.09 dan merupakan peringkat
pertama dibandingkan negara kompetitornya. Sedangkan Brazil yang merupakan
eksportir utama komoditi tembakau hanya mendapatkan nilai 1.78 diurutan ke tiga.
Sedangkan India berada diurutan ke dua dan Amerika berada diurutan ke empat
dengan masing-masing nilai RCA 2.23 dan 0.81. Hal ini menunjukkan bahwa pada
HS240110 merupakan pasar yang ideal untuk dikembangkan oleh Indonesia
sehingga dapat meningkatkan ekspor komoditi tembakau di pasar internasional dan
mampu bersaing sebagai kompetitor utama. Berikut grafik nilai RCA berdasarkan
HS240110.
54
Gambar 11. Grafik Nilai RCA Berdasarkan HS240110 Sumber: Data diolah (2017)
Amerika dan Indonesia memiliki keunggulan komparatif paling kecil pada
kode HS240120 dan HS240130 sedang Brazil jauh dengan nilai RCA yang sangat
tinggi. Pada HS240120 Indonesia berada diurutan ke empat dengan perolehan nilai
1.07, meskipun Indonesia memiliki keunggulan komparatif. Akan tetapi secara
daya saing Indonesia masih belum bisa mengalahkan Brazil diurutan pertama
dengan perolehan nilai 23.33. India berada diurutan ke dua dengan nilai 3.92 dan
Amerika diurutan ke tiga dengan nilai 1.93. Nilai RCA yang di peroleh Indonesia
setiap tahunnya berfluktuatif, bahkan pada tahun 2012, 2013, dan 2016 Indonesia
tidak memiliki keunggulan komparatif. Jika dilihat berdasarkan total dan nilai
ekspor yang jauh lebih kecil dari negara kompetitornya di periode tersebut, maka
total dan nilai ekspor berpengaruh terhadap penguatan keunggulan komparatif
tembakau Indonesia. Indonesia dan Amerika terlihat bersaing pada kode HS
tersebut meskipun Indonesia secara kumulatif masiih kalah dari Amerika. Akan
tetapi, pada tahun 2010 berdasarkan nilai RCA Indonesia dengan nilai 1.43 mampu
55
mengalahkan Amerika dengan nilai 1.41. Perbandingan yang kecil ini sangat berarti
bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saing di pasar internasional. Berikut
grafik nilai RCA berdasarkan HS240120.
Gambar 12. Grafik Nilai RCA Berdasarkan HS240120 Sumber: Data diolah (2017)
Negara Brazil merupakan eksportir utama komditi tembakau berdasarkan
HS240130 dengan nilai yang memuncak jauh dari negara kompetitornya dengan
nilai RCA 21.90. Akan tetapi nilai yang di peroleh cenderung menurun, jika dilihat
berdasarkan nilai ekspor yang diperoleh juga mengalami penurunan yang cukup
jauh sehingga berpengaruh terhadap keunggulan komparatifnya. Penurunan
keunggulan komparatif dikhawatirkan dapat dimanfaatkan oleh negara
kompetitornya untuk mengalahkan Brazil dalam ekspor tembakau di pasar
internasional. Pada HS240130 Indonesia dan Amerika dengan nilai RCA 1.44
kembali bersaing dengan nilai RCA yang sama. Hal ini terlihat pada tahun 2007
sampai tahun 2010 Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang lebih unggul
dari Amerika, namun pada tahun 2011, 2012, dan 2014 Amerika mampu
56
mengungguli Indonesia dan Indonesia bergeser diurutan ke empat. Sedang India
berada pada urutan ke dua dengan nilai RCA 2.06. Berikut grafik nilai RCA
berdasarkan HS240130.
Gambar 13. Grafik Nilai RCA Berdasarkan HS240130
Sumber: Data diolah (2017)
Dari ke tiga kode HS tersebut hampir secara keseluruhan Brazil memiliki
keunggulan komparatif yang sangat tinggi dan tidak memiliki negara pesaing
khususnya pada HS240120 dan HS240130, namun pada HS240110 Brazil memiliki
keunggulan komparatif yang kecil sehingga dimanfaatkan oleh negara
kompetitornya untuk meningkatkan daya saing komoditi tembakau. Berdasarkan
analisis RCA India memiliki keunggulan komparatif yang cenderung stabil dari ke
tiga kode HS. Jika dilihat berdasarkan kebijakan-kebijakan terhadap tembakau yang
ada di India. Maka berpengaruh terhadap ekspor tembakau india di pasar
Internasional. Hal tersebut dikarenakan regulasi terhadap perdagangan tembakau di
India secara menyeluruh dikontrol oleh pemerintah India dari hulu hingga hilir,
mulai dari perdagangan dan jumlah produksi yang ada di negaranya. Bahkan India
57
melarang impor tembakau, sehingga India lebih mengutamakan produk
tembakaunya untuk kebutuhan tembakau dalam negerinya.
Indonesia dan Amerika terlihat bersaing ketat pada HS240120 dan
HS240130. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah namun tidak
memiliki daya saing yang kuat pada komoditi tembakau. Jika dilihat kebijakan dan
regulasi yang ada di Indonesia, tidak ada regulasi khusus terhadap tembakau yang
mendukung industri tembakau dari hulu hingga ke hilir, sehingga sudah sewajarnya
Indonesia tidak memiliki daya saing yang kuat pada komoditi tembakau, karena
tidak mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Sedang regulasi dan kebijakan di
Amerika sangat mendukung industri tembakau di negaranya. Bahkan Amerika
memiliki regulasi yang menghambat perdagangan tembakau yang masuk ke
negaranya, sehingga dapat melindungi pasar tembakau di Amerika.
5.2.2 Analisis Keunggulan Komparatif Indonesia di Negara Tujuan Ekspor
Keunggulan komparatif Indonesia di negara tujuan ekspor hampir
seluruhnya memiliki keunggulan komparatif dengan nilai RCA di atas satu (> 1).
Tetapi masih ada beberapa negara tujuan ekspor Indonesia yang tidak memiliki
keunggulan komparatif. Analisis RCA komoditi tembakau Indonesia di negara
tujuan dilakukan untuk mengetahui tingkat keunggulan komparatif Indonesia di
masing-masing negara berdasarkan HS240110, HS240120, dan HS240130.
Sehingga nilai yang diperoleh diharapkan dapat dijadikan rujukan untuk
menentukan pasar yang potensial bagi Indonesia berdasarkan ke tiga kode HS
tersebut. Berikut tabel nilai RCA komodit tembakau Indonesia ke negara tujuan
berdasarkan kode HS.
58
Tabel 11. Nilai RCA Tembakau Indonesia ke Negara Tujuan Berdasarkan Kode HS
Negara Tahun Rata-
rata 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
HS240110
Sri
Langka 5.31 11.91 21.62 21.26 19.97 21.63 28.25 29.42 42.69 37.52 23.96
Rep.
Dominika 7.66 14.57 20.52 18.45 4.06 31.97 37.38 37.21 24.10 14.30 21.02
Belanda 3.23 1.45 4.04 3.67 1.58 1.86 11.67 9.06 9.44 6.31 5.23
Amerika
Serikat 2.83 4.34 3.96 3.36 2.10 2.58 3.71 2.40 3.06 2.56 3.09
Belgia 4.13 3.54 4.46 5.45 7.26 6.40 6.49 5.06 2.60 6.55 5.19
Jerman 19.58 14.67 11.70 7.77 9.66 10.54 11.73 7.56 4.22 8.13 10.56
Rusia 13.35 24.44 12.24 8.23 2.69 1.25 0.74 0.50 0.21 0.24 6.39
Spanyol 19.35 12.08 7.15 11.58 30.34 15.26 24.52 4.93 2.08 11.60 13.89
Prancis 29.23 16.99 38.74 0.10 1.24 0.00 0.00 4.45 14.70 24.97 13.04
Denmark 31.97 8.92 20.09 4.55 3.10 23.02 31.72 19.98 0.00 14.93 15.83
HS240120
Sri
Langka 5.85 3.27 0.00 0.67 2.54 16.60 21.09 36.65 50.45 48.99 18.61
Rep.
Dominika 95.73 0.00 2.19 3.41 16.02 2.39 13.29 9.34 4.58 13.50 16.05
Belanda 1.16 0.93 1.14 2.50 1.30 1.30 1.41 1.70 1.85 3.37 1.67
Amerika
Serikat 2.00 2.57 2.88 2.64 2.49 2.47 1.99 1.86 3.59 1.85 2.44
Belgia 0.37 0.37 0.38 0.53 1.34 0.96 0.92 1.40 0.96 1.76 0.90
Jerman 5.09 6.17 4.46 7.28 2.78 3.18 4.09 5.21 5.93 8.08 5.23
Rusia 3.57 3.19 2.83 4.10 0.37 0.72 1.46 0.00 0.09 0.07 1.64
Spanyol 6.25 1.25 1.73 1.64 1.65 0.79 4.60 1.81 2.38 2.15 2.42
Prancis 0.23 1.22 16.16 7.94 0.00 0.06 0.00 0.13 5.41 0.00 3.11
Denmark 0.70 11.02 2.79 8.44 0.00 1.92 1.83 0.00 6.71 9.25 4.27
HS240130
Sri
Langka 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9.93 0.00 0.99
Rep.
Dominika 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 188.40 61.38 22.70 184.58 45.71
Belanda 5.91 0.00 0.17 4.53 1.08 1.50 13.31 0.30 1.50 5.11 3.34
Amerika
Serikat 0.00 1.78 1.49 1.26 1.98 0.54 6.79 1.14 3.83 12.25 3.11
Belgia 0.00 0.00 0.42 3.33 0.00 0.12 3.76 3.71 5.96 6.54 2.38
Jerman 38.01 3.33 1.72 10.93 2.74 0.30 1.40 0.07 0.45 0.02 5.90
Rusia 15.86 0.90 2.06 20.21 0.95 2.97 0.77 3.11 0.53 0.00 4.73
Spanyol 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Prancis 2.46 3.45 10.99 0.31 7.49 2.40 2.56 9.60 1.33 0.16 4.08
Denmark 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Sumber: Data diolah (2017)
59
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) (2016), terdapat 10 negara
tujuan ekspor utama Indonesia yaitu, Sri Langka, Republik Dominika, Belanda,
Amerika, Belgia, Jerman, Rusia, Spanyol, Prancis, dan Denmark. Jika dilihat nilai
RCA Indonesia berdasarkan HS240110 di pasar internasional, maka nilai Indonesia
berada di urutan pertama. Sehingga pada saat perhitungan RCA di negara tujuan,
Nilai yang diperoleh dari perhitungan RCA hampir seluruhnya memiliki
keunggulan komparatif yang cukup tinggi. Pada HS240110 Indonesia memiliki
keunggulan komparatif yang cukup tinggi dari sepuluh negara tujuan ekspor utama.
Nilai RCA yang tertinggi adalah ekspor tembakau ke Sri Langka dengan nilai 23.96
dan yang terendah ekspor tembakau ke Amerika dengan nilai 3.09. Meskipun
Amerika merupakan negara eksportir tembakau, tetapi juga melakukan impor dari
Indonesia untuk memenuhi kebutuhan tembakau dalam negerinya. Tingginya
keunggulan komparatif Indonesia di Sri Langka terlihat karena Sri Langka bukan
termasuk pasarnya Brazil pada HS240110, sehingga Indonesia dapat memberikan
kontribusi yang lebih besar dengan ekspor yang cukup besar ke Sri Langka.
Pada HS240120 Indonesia juga memiliki keunggulan komparatif, akan
tetapi ada negara tujuan ekspor Indonesia yang tidak memiliki komparatif yaitu
Belgia dengan nilai RCA 0.90. Keunggulan komparatif yang tertinggi adalah
ekspor tembakau ke Sri Langka dengan nilai RCA 18.61. Namun nilai RCA pada
HS240120 tidak lebih tinggi dibandingkan pada HS240110. Jika dilihat
berdasarkan nilai RCA di pasar internasional, HS240120 merupakan pasar bagi
Brazil dengan nilai RCA yang sangat tinggi. Dengan begitu kontribusi dari sebaran
ekspor Brazil akan lebih luas dan memiliki daya saing yang lebih kuat dibandingkan
60
Indonesia. Sehingga menyebabkan tidak meratanya ekspor tembakau Indonesia di
negara tujuan berdasarkan HS240110 dan HS240120. Berdasarkan data UN
Comtrade (2016), dari sepuluh negara tujuan ekspor utama Indonesia terdapat lima
negara yang merupakan pasar utama dari Brazil yaitu, Belanda, Jerman, Rusia,
Amerika, dan Belgia. Sehingga ekspor tembakau Indonesia mendapat persaingan
yang sangat ketat dari Brazil. Ditambah lagi Brazil merupakan eksportir utama
berdasarkan HS240120 dengan nilai RCA yang sangat tinggi.
Keunggulan komparatif Indonesia pada HS240130 jauh lebih kecil
dibandingkan HS240110 dan HS240120. Ada tiga negara tujuan ekspor tembakau
Indonesia yang tidak memiliki keunggulan komparatif yaitu Sri Langka, Spanyol,
dan Denmark. Akan tetapi ekspor tembakau ke Republik Dominika mencapai nilai
RCA 45.71 yang merupakan nilai RCA tertinggi dari seluruh nilai RCA di negara
tujuan ekspor. Nilai yang diperoleh menunjukkan bahwa negara Republik
Dominika dapat menjadi pasar yang potensial bagi Indonesia karena memiliki
keunggulan komparatif yang sangat tinggi.
5.3 Analisis Keunggulan Kompetitif
Metode yang digunakan untuk mengetahui tingkat keunggulan kompetitif
dari komoditi tembakau di pasar internasional yaitu dengan menggunakan metode
ISP dan ECI. ISP bertujuan untuk mengetahui kesesuaian suatu negara dalam
melakukan ekspor atau impor, sehingga indeks yang diperoleh menunjukkan
apakah negara tersebut merupakan negara eksportir atau importir tembakau di pasar
internasional. Sedang nilai ECI yang diperoleh dapat menunjukkan tingkat
61
keunggulan kompetitif komoditi tembakau suatu negara di pasar internasional.
Komoditi tembakau yang di analisis yaitu komoditi tembakau yang belum
dipabrikasi dengan HS240110 (tembakau bertangkai/ bertulang daun), HS240120
(Tembakau tanpa tangkai/ tulang daun), dan HS240130 (sisa tembakau). Analisis
keunggulan kompetitif pada komoditi tembakau yang belum dipabrikasi akan
dibandingkan antara empat negara eksportir Brazil, Amerika, India, dan Indonesia.
5.3.1 Analisis Keunggulan Kompetitif Berdasarkan ISP
Nilai yang diperoleh dari perhitungan ISP menunjukkan kecenderungan
suatu negara dalam melaksanakan ekspor dan impor. Nilai ISP berkisar antara -1
sampai dengan 1 (-1 < ISP < 1). Jika nilai yang diperoleh bernilai negatif maka
negara tersebut cenderung menjadi pengimpor, sebaliknya jika bernilai positif maka
negara tersebut cenderung menjadi pengekspor.
Tabel 12. Nilai ISP Tembakau di Empat Negara Berdasarkan Kode HS
Negara Tahun Rata-
rata 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
HS240110
Brazil 0.65 0.61 0.58 0.71 0.66 0.70 0.29 0.41 0.40 0.31 0.53
Amerika -0.40 -0.38 -0.52 -0.24 -0.33 -0.56 -0.50 -0.58 -0.44 -0.53 -0.45
India 1.00 1.00 1.00 1.00 0.98 0.99 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Indonesia 0.23 -0.04 0.23 -0.08 -0.40 -0.61 -0.39 -0.42 -0.11 -0.23 -0.18
HS240120
Brazil 0.98 0.98 0.97 0.96 0.99 0.99 0.99 0.99 0.99 0.98 0.98
Amerika 0.37 0.33 0.31 0.37 0.35 0.25 0.24 0.38 0.39 0.35 0.34
India 0.98 0.97 0.97 0.97 0.96 0.92 0.97 0.95 0.96 0.94 0.96
Indonesia -0.48 -0.62 -0.48 -0.41 -0.62 -0.60 -0.60 -0.58 -0.54 -0.67 -0.56
HS240130
Brazil 0.99 0.99 0.98 0.96 0.98 0.98 0.97 0.93 0.93 0.88 0.96
Amerika -0.28 -0.37 0.08 0.32 0.33 -0.08 0.06 -0.13 0.23 0.36 0.05
India 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Indonesia 0.46 -0.11 -0.28 -0.16 -0.56 -0.72 -0.39 -0.46 -0.67 -0.11 -0.30
Sumber: Data diolah (2017)
62
1. Brazil
Secara keseluruhan ekspor tembakau di dunia, Brazil memegang penuh
penguasaan pasar tembakau didunia dengan keunggulan pangsa pasar dan
keunggulan komparatif. Namun keunggulan tersebut hanya ada pada HS240120
dan HS240130, sedang berdasarkan HS240110 Brazil tidak lebih unggul dari
negara kompetitornya. Berdasarkan nilai ISP HS240110 Brazil berada pada urutan
kedua setelah India dengan nilai rata-rata ISP sebesar 0.53. Indeks yang diperoleh
menunjukkan bahwa Brazil sedang berada pada tahap pertumbuhan dalam ekspor
tembakau HS240110. Pada tahap ini Brazil harus terus melakukan ekspor untuk
meningkatkan daya saing, dan dalam kondisi penawaran di pasar untuk komoditi
tersebut lebih besar dari pada permintaan.
HS240120 merupakan pasar yang sangat menguntungkan bagi Brazil
karena keunggulan yang mutlak terlihat dari nilai RCA dan pangsa pasar yang
sangat tinggi. Sehingga pada perhitungan ISP juga menunjukkan hal yang sama,
dengan nilai rata-rata sebesar 0.98 menempatkan Brazil berapa pada urutan
pertama. Indeks yang diperoleh membawa Brazil pada tahap kematangan. Pada
tahap ini produk yang bersangkutan sudah pada tahap standardisasi menyangkut
teknologi yang digunakan. Pada tahap ini Brazil merupakan negara net exporter.
Sedang pada HS240130 keunggulan Brazil sebagai negara eksportir
tembakau tergeser oleh India yang berada diurutan pertama. Brazil memperoleh
nilai ISP dengan rata-rata 0.96 dan juga berada pada tahap kematangan.
Berdasarkan nilai-nilai yang diperolah berdasarkan kode HS, Brazil jelas sebagai
negara eksportir tembakau dan tidak ada perolehan nilai yang berbentuk negatif,
63
dan HS240120 dan HS240130 merupakan pasar yang paling potensial bagi Brazil
dengan keunggulan daya saingnya. Berikut grafik nilai ISP Brazil berdasarkan kode
HS.
Gambar 14. Grafik Nilai ISP Brazil Berdasarkan Kode HS Sumber: Data diolah (2017)
2. Amerika
Amerika merupakan eksportir kedua di dunia dalam komoditi tembakau.
Akan tetapi berdasarkan kode HS240110, Amerika sama sekali tidak memiliki
keunggulan dalam kegiatan ekspor. Dapat dilihat nilai ISP yang diperoleh sangat
kecil dengan rata-rata -0.45 dan masuk diurutan ke empat dari negara kompetitor
lainnya. Indeks yang diperoleh menunjukkan bahwa Amerika sedang pada tahap
subtitusi impor. Pada tahap ini, industri Amerika menunjukkan daya saing yang
sangat rendah, dikarenakan tingkat produksinya tidak cukup tinggi untuk mencapai
skala ekonominya. Industri tersebut mengekspor produk-produk dengan kualitas
yang kurang bagus dan produksi dalam negeri masih lebih kecil dari pada
64
permintaan dalam negeri. Dengan kata lain, untuk komoditi tersebut pada tahap ini
Amerika lebih banyak mengimpor daripada mengekspor.
Pada HS240120 menunjukkan nilai yang berbeda dengan rata-rata nilai ISP
sebesar 0.34 dengan nilai yang cenderung stabil pada periode sepuluh tahun
terakhir. Indeks yang diperoleh membawa amerika pada tahap pertumbuhan. Pada
tahap ini, Amerika mulai meningkatkan produksi dan meningkatkan ekspornya
dengan kualitas produk yang memenuhi standar dunia. Dengan kata lain kondisi
penawaran di pasar untuk komoditi tersebut lebih besar daripada permintaan.
Sedangkan nilai ISP pada HS240130 yang diperoleh berfluktuasi namun
Amerika cenderung sebagai negara eksportir dengan rata-rata nilai yang diperoleh
sebesar 0.05. Indeks yang diperoleh menunjukkan bahwa Amerika dalam ekspor
tembakau HS240130 sedang pada tahap pertumbuhan juga dan Amerika harus
meningkatkan ekspor untuk memenuhi permintaan dunia. Berfluktuasinya nilai ISP
terjadi dikarenakan perubahan dalam melakukan ekspor dan impor. Pada tahun
2007, 2008, 2012, dan 2014 Amerika memperoleh indeks yang negatif. Dengan
kata lain pada tahun tersebut Amerika merupakan negara importir temabakau
HS240130. Nilai yang berfluktuasi tersebut memperlihatkan bahwa Amerika terus
memperhatikan industri tembakau dalam negeri untuk meningkatkan ekspor
tembakau di pasar internasional. Berdasarkan nilai ISP yang di peroleh dari tiga
kode HS tersebut. Dapat dilihat bahwa Amerika cenderung sebagai eksportir dan
lebih melakukan optimalisasi ekspor pada HS240120, karena perbandingan ISP
dari ke tiga kode HS tersebut menunjukkan kesenjangan yang cukup jauh dengan
keunggulan ISP HS240120. Berikut grafik nilai ISP Amerika berdasarkan kode HS.
65
Gambar 15. Grafik Nilai ISP Amerika Berdasarkan Kode HS
Sumber: Data diolah (2017)
3. India
Perhitungan ISP komoditi tembakau India berdasarkan HS240110,
HS240120, dan HS240130 cukup tinggi dengan rata-rata nilai masing-masing kode
HS sebesar 1.00, 0.96, dan 1.00. Indeks yang diperoleh menunjukkan komoditi
tembakau India berada pada tahap kematangan. Pada tahap ini produk yang
bersangkutan sudah pada tahap standarisasi menyangkut teknologi yang
mendukung. Pada tahap ini India merupakan negara net exporter. Nilai ISP
diperoleh dengan melihat nilai dari ekspor dan impor negara yang bersangkutan.
Dalam hal ini India merupakan negara yang melindungi komoditi tembakau dalam
negerinya, karena memiliki regulasi melarang impor tembakau. Sehingga India
memiliki nilai impor yang rendah, bahkan tidak ada melakukan impor dan hanya
melakukan ekspor.
Jika dilihat berdasarkan kode HS240110 perubahan nilai ISP hanya ada
pada tahun 2011 dan 2012 dan itu terjadi penurunan sebesar 0.98 dan 0.99 namun
66
tidak signifikan, sehingga tidak berpengaruh terhadap perdagangan komoditi
tembakau di India. Pada HS240120, nilai ISP yang diperoleh lebih berfluktuatif
diangka lebih dari 0.90. hal tersebut dikarenakan India juga melakukan impor pada
HS240120, akan tetapi impor yang dilakukan sangat sedikit dibanding negara-
negara kompetitornya. Sehingga indeks masih menempatkan India pada tahap
kematangan. Sedangkan pada HS240130, India sama sekali tidak melakukan
Impor. Hal tersebut menyebabkan India memperoleh nilai ISP sempurna 1.00 dan
menempatkan India pada tahap kematangan dan cenderung menjadi eksportir
tembakau di pasar internasional. Berikut grafik nilai ISP India berdasarkan kode
HS.
Gambar 16. Grafik Nilai ISP India Berdasarkan Kode HS Sumber: Data diolah (2017)
4. Indonesia
Pehitungan RCA Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia memiliki
keunggulan komparatif, namun tidak terlalu tinggi dan belum bisa mengungguli
negara kompetitornya di pasar internasional. Berdasarkan nilai ISP HS240110,
67
Indonesia dalam melakukan ekspor dan impor tembakau di pasar internasional lebih
cenderung melakukan impor dengan rata-rata 0.18, yang berarti Indonesia sedang
pada tahap subtitusi impor, pada tahap ini Indonesia menunjukkan daya saing yang
sangat rendah, dikarenakan tingkat produksinya tidak cukup tinggi untuk mencapai
skala ekonominya. Sehingga Indonesia mengekspor produk-produk dengan kualitas
yang kurang bagus dan produksi dalam negeri masih lebih kecil dari pada
permintaan dalam negeri. Dengan kata lain, pada tahap ini Indonesia lebih banyak
mengimpor daripada mengekspor meskipun memiliki keunggulan komparatif di
pasar internasional.
Pada HS240110, nilai ISP yang diperoleh berfluktuatif selama periode
sepuluh tahun terakhir. Pada tahun 2007 Indonesia memasuki tahap pertumbuhan
dengan nilai ISP 0.27, pada tahap ini Indonesia melakukan produksi dalam skala
besar dan mulai meningkatkan ekspornya dan kondisi penawaran di pasar domestik
untuk komoditi tersebut lebih besar dari pada permintaan, begitu juga kondisi
ekspor juga lebih besar 62.9% dari impornya. Namun pada tahun selanjutnya terjadi
fluktuasi dan nilai ISP bergeser menjadi negatif, nilai terendah terjadi pada tahun
2012 dengan nilai -0.61. Indeks yang diperoleh menunjukkan bahwa Indonesia
kembali menjadi negara pengimpor.
Pada HS240120 Indonesia memperoleh nilai yang paling rendah
dibandingkan dengan negara kompetitornya yang hanya memperoleh nilai ISP
sebesar -0.56. Indeks tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih ada pada tahap
pengenalan. Jika dilihat nilai ISP pada periode sepuluh tahun terakhir, nilai ISP
yang diperoleh fluktuasi tetapi nilai bernilai negatif setiap tahunnya dengan nilai
68
tertinggi -0.41 pada tahun 2010 dan yang terendah -0.67 pada tahun 2016.
Berdasarkan nilai yang diperoleh maka posisi Indonesia pada HS240120 cenderung
menjadi pengimpor setiap tahunnya, dikarenakan nilai ISP yang diperoleh bernilai
negatif. Jika dilihat dari produksi pada periode 2010 sampai 2016 terjadi fluktuasi
yang cenderung menurun dan mempengaruhi ekspornya. Menurunnya produksi
sangat drastis pada tahun 2016 dikarenakan terjadinya La Nina pada wilayah
Indonesia yang menyebabkan turunnya suhu permukaan laut yang lebih rendah dari
wilayah sekitar. Meningkatnya curah hujan merupakan fenomena yang terjadi pada
La Nina yang dapat menyebabkan rusaknya tembakau, sehingga mengakibatkan
menurunnya produksi, produktivitas, dan harga tembakau. Ditambah lagi Indonesia
memiliki keunggulan komparatif dan pangsa pasar yang rendah pada HS240120,
tidak seperti Brazil yang menguasai pasar pada HS240120.
Sedangkan pada HS240130, secara kumulatif Indonesia juga cenderung
menjadi pengimpor dengan nilai ISP sebesar -0.30. Indeks yang diperoleh
menunjukkan Indonesia berada pada tahap subtitusi impor, dikarenakan Indonesia
berdaya saing yang sangat rendah dan tingkat produksinya tidak cukup tinggi untuk
mencapai skala ekonomi. Sehingga pada tahap ini Indonesia masih lebih banyak
melakukan impor, dan harus mengembangkan industri tembakau dalam negeri agar
bisa mencapai skala ekonominya. Nilai ISP yang diperoleh selama periode sepuluh
tahun terakhir berfluktuasi dengan nilai tertinggi yang diperoleh Indonesia sebesar
0.46 pada tahun 2007 dan yang terendah -0.72 pada tahun 2012. Kondisi ekspor
pada tahun 2007 lebih besar 37% dari impornya yang menyebabkan Indonesia
masuk pada tahap pertumbuhan dan merupakan pencapaian terbaik pada periode
69
sepuluh tahun terakhir tersebut, namun kondisi tersebut tidak bertahan lama dengan
meningkatnya impor tembakau HS240130 setiap tahunnya. Sehingga pada tahun
2012 merupakan pencapaian terendah dengan kondisi impor yang sangat besar
dibandingkan ekspornya dengan kesenjangan impor enam kali lebih besar dari
ekspor yang menyebabkan Indonesia kembali pada tahap subtitusi impor.
Pada HS240110 dan HS240130 terdapat kesamaan dalam kondisi ekspor
dan impor. Jika dilihat dari produksi tembakau Indonesia pada periode 2007 sampai
2012 terjadi tren yang meningkat, bahkan tahun 2012 merupakan mencapaian
terbesar. Tren produksi tidak dapat berpengaruh banyak dalam menekan impor
yang tinggi dikarenakan kebutuhan tembakau dalam negeri juga terus meningkat.
Pada tahun 2007 merupakan dimulainya pemberlakuan UU No. 39 tahun 2007 yang
memuat peningkatan tarif cukai hasil tembakau dalam upaya mengontrol tembakau
yang masuk ke Indonesia, dan pada tahun tersebut Indonesia memiliki nilai ekspor
yang lebih baik dibanding impornya. Performa Indonesia dalam melakukan ekspor
mulai menurun dari tahun 2008 sampai tahun 2012 dikarenakan produk hasil dalam
negeri lebih banyak digunakan untuk kebutuhan industri tembakau, sehingga
menyebabkan berkurangnya volume tembakau yang di ekspor. Namun, pada tahun
selanjutnya terlihat tren yang cenderung meningkat pada indeks yang diperoleh.
Hal tersebut menunjukkan performa Indonesia dalam melakukan ekspor terus
meningkat dan Indonesia sudah mulai menekan impor yang masuk ke negaranya
dan diharapkan pada tahun-tahun berikutnya komoditi tembakau Indonesia mampu
meningkatkan kualitas agar dapat bersaing dan memiliki keunggulan yang lebih
70
kuat dibandingkan negara kompetitornya. Berikut grafik nilai ISP Indonesia
berdasarkan kode HS.
Gambar 17. Nilai ISP Indonesia Berdasarkan Kode HS Sumber: Data diolah (2017)
5.3.2 Analisis Keunggulan Kompetitif Berdasarkan ECI
Analisis ECI dilakukan untuk melihat keunggulan kompetitif komoditi
tembakau dari empat negara eksportir yang memiliki keunggulan komparatif di
pasar internasional yaitu Brazil, Amerika, India, dan Indonesia. Perhitungan ECI
merupakan refleksi dari nilai ekspor selama periode sepuluh tahun terakhir. Nilai
yang diperoleh menggambarkan tren pertumbuhan ekspor komoditi tembakau dari
empat negara di pasar internasional. Dalam perhitungan nilai ECI tidak semua
negara memiliki keunggulan kompetitif meskipun dalam perhitungan RCA
memiliki keunggulan komparatif. komoditi yang dianalisis berdasarkan tiga kode
HS yaitu, HS240110, HS240120, dan HS240130. Berikut nilai ECI di empat negara
berdasarkan kode HS.
71
Tabel 12. Nilai ECI di Empat Negara Berdasarkan Kode HS
Negara Tahun Rata-
rata 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
HS240110
Brazil 1.06 0.99 0.95 1.15 1.24 1.06 0.68 1.12 0.93 1.12 1.03
Amerika 1.19 0.72 0.88 1.60 0.89 0.71 1.09 0.89 1.36 0.98 1.03
India 0.69 1.51 1.07 0.88 0.85 1.12 0.84 0.63 1.29 1.31 1.02
Indonesia 0.94 1.19 1.12 0.88 0.85 1.02 1.53 0.89 0.86 0.94 1.02
HS240120
Brazil 1.07 1.04 1.01 0.91 1.00 0.99 0.96 0.83 0.92 1.08 0.98
Amerika 0.85 0.89 0.82 0.97 0.95 0.92 1.01 1.04 1.05 1.11 0.96
India 1.16 1.38 1.27 1.02 0.74 1.11 1.20 0.92 0.97 1.16 1.09
Indonesia 1.15 0.79 1.20 1.55 0.66 1.02 1.00 1.05 1.05 0.89 1.04
HS240130
Brazil 0.99 0.95 0.84 0.79 1.26 1.15 1.00 0.74 0.80 1.15 0.97
Amerika 0.95 0.75 2.42 1.37 1.03 0.57 1.28 0.84 1.05 1.48 1.17
India 1.22 0.99 1.37 0.91 0.94 0.99 1.11 0.87 0.73 1.38 1.05
Indonesia 3.39 0.38 1.37 1.89 0.43 0.73 2.33 0.72 0.80 2.75 1.48
Sumber: Data diolah (2017)
Berdasarkan perhitungan ECI dapat dilihat tren keunggulan kompetitif yang
direfleksikan berdasar pertumbuhan dari ekspor komoditi tembakau dari periode
sepuluh tahun terakhir. Peningkatan nilai ECI menunjukkan peningkatan
keunggulan kompetitif, dan sebaliknya menurunnya nilai ECI menunjukkan
menurunnya tingak kompetitif suatu negara. Pada HS240110 nilai ECI yang
diperoleh dari ke empat negara memiliki keunggulan kompetitif dengan nilai
tertinggi dimiliki oleh Brazil dan Amerika diikuti oleh India dan Indonesia. Jika
dilihat nilai dari periode sepuluh tahun terakhir terjadi fluktuasi nilai ECI dan
terlihat penurunan tingkat keunggulan kompetitif dari ke empat negara. Meskipun
Indonesia memiliki nilai RCA yang lebih tinggi dibandingkan negara
kompetitornya, akan tetapi dalam keunggulan kompetitif Indonesia masih kalah
dengan Brazil dan Amerika. Sebaliknya Brazil dengan memiliki nilai RCA yang
72
lebih rendah dari Indonesia pada HS240110, akan tetapi memiliki keunggulan
kompetitif yang lebih besar dari Indonesia dan India. Berikut grafik nilai ECI
berdasarkan HS240110.
Gambar 18. Grafik Nilai ECI Berdasarkan HS240110 Sumber: Data diolah (2017)
Pada HS240120, Indonesia dan India bersaing dalam keunggulan kompetitif
dengan nilai masing-masing sebesar 1.04 dan 1.09. hal ini menunjukkan meskipun
Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif yang tidak terlalu tinggi dibanding
negara kompetitornya, akan tetapi memiliki keunggulan kompetitif berdasarkan
HS240120. Nilai ECI terendah Indonesia ada pada tahun 2011 dengan nilai sebesar
0.66 dan kembali meningkat pada tahun berikutnya. Peningkatan tersebut
menunjukkan meningkatnya tren pertumbuhan ekspor Indonesia sehingga
meningkatkan keunggulan kompetitif Indonesua. Sedangkan Brazil dan Amerika
tidak memiliki keunggulan kompetitif hanya memperoleh nilai ECI sebesar 0.98
dan 0.96 pada HS240120. Penurunan nilai ECI disebabkan oleh menurunnya nilai
ekspor yang terjadi pada periode sepuluh tahun terakhir, sehingga menurunnya nilai
73
ECI menunjukkan melemahnya keunggulan kompetitif suatu negara. Sebenarnya,
nilai ECI yang diperoleh Brazil dan Amerika berfluktuatif setiap tahunnya, bahkan
ada terdapat periode saat kedua negara tersebut memiliki keunggulan kompetitif,
namun itu tidak bertahan lama dan kembali tidak memiliki keunggulan kompetitif
meskipun kedua negara tersebut memiliki keunggulan komparatif yang cukup
besar. Berikut grafik nilai ECI berdasarkan HS240120.
Gambar 19. Grafik Nilai ECI Berdasarkan HS240120 Sumber: Data diolah (2017)
Keunggulan kompetitif pada HS240130 menunjukkan fluktuasi seperti nilai
RCA yang diperoleh masing-masing negara. Pada HS240130 Brazil tidak memiliki
keunggulan kompetitif dengan nilai 0.97. Jika mengacu pada nilai RCA Brazil
memiliki keunggulan komparatif yang tinggi namun cenderung menurun. Pada
tahun 2011, 2012, 2013, dan 2016 Brazil memiliki keunggulan kompetitif, namun
pada tahun yang lain di periode sepuluh tahun terakhir Brazil tidak memiliki
keunggulan kompetitif. Menurunnya nilai ECI menunjukkan prospek negatif yang
terjadi pada perdagangan komoditi tembakau Brazil HS240130 di pasar
74
internasional dan dapat dimanfaatkan oleh negara kompetitornya untuk
meningkatkan daya saing di pasar internasional. Indonesia yang memiliki
keunggulan komparatif dan nilai ekspor yang rendah tetapi memiliki keunggulan
yang jauh lebih unggul dibanding negara kompetitornya dengan nilai ECI rata-rata
sebesar 1.48. Bahkan pada tahun 2007 pencapaian terbesar Indonesia dengan
memiliki keunggulan kompetitif sebesar 3.39 dan nilai terendah ada pada tahun
2008 sebesar 0.38. Tren pertumbuhan ekspor Indonesia memang sangat fluktuatif
setiap tahunnya, namun secara kumulatif Indonesia tetap memiliki keunggulan
kompetitif yang lebih tinggi dibanding negara kompetitornya. Sedang Amerika dan
India memiliki nilai ECI masing-masing sebesar 1.17 dan 1.05 berada pada urutan
dua dan tiga dalam skala keunggulan kompetitif berdasarkan HS240130. Berikut
grafik nilai ECI berdasarkan HS240130
Gambar 20. Grafik Nilai ECI Berdasarkan HS240130 Sumber: Data diolah (2017)
Berdasarkan nilai ECI pada HS240110, HS240120, dan HS240130 terlihat
Brazil memiliki kunggulan kompetitif yang lemah dibandingkan negara
75
kompetitornya meskipun memiliki keunggulan komparatif yang tinggi. Amerika
dan India juga memiliki keunggulan komparatif yang cukup tinggi dibanding
Indonesia, akan tetapi pada keunggulan kompetitif masih mampu diungguli oleh
Indonesia. Dapat dilihat pada HS240120 Amerika tidak memiliki keunggulan
kompetitif dan hanya memiliki keunggulan kompetitif pada HS240120 dan
HS240130. Sedang India memperlihatkan prospek dan indikator ekspor yang
sangat baik tidak hanya di pangsa pasar dan keunggulan komparatif, tetapi juga
pada keunggulan kompetitif India tetap memiliki keunggulan kompetitif. Jika
mengacu pada kebijakan dan regulasi India yang melindungi industri tembakau
dalam negerinya, maka sangat berkontribusi positif terhadap keunggulan daya saing
komoditi tembakau India di pasar internasional, sehingga dapat menjaga
keberlanjutan yang positif pada industri tembakau di India. Sebaliknya Indonesia
memiliki keunggulan komparatif yang lebih rendah namun memiliki keunggulan
kompetitif yang tinggi khususnya pada HS240130. Nilai ekspor komoditi tembakau
Indonesia yang masih rendah namun memiliki keunggulan kompetitif dapat
dijadikan rujukan untuk meningkatkan keunggulan daya saiing komoditi tembakau
di pasar internasional dan mampu bersaing sabagai eksportir utama tembakau
dunia.
76
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Struktur pasar yang terbentuk dari analisis CRn dan IHH dari komoditi
tembakau berbeda-beda pada setiap alat analisis. Pada perhitungan CRn
struktur pasar yang terbentuk adalah berupa persaingan monopolistik.
Sedangkan pada perhitungan IHH struktur pasar yang terbentuk adalah
struktur pasar persaingan monopoli. Struktur pasar yang terbentuk di
kuasai oleh Brazil, Amerika, India, dan Indonesia.
2. Berdasarkan perhitungan keunggulan komparatif dengan menggunakan
RCA. Indonesia memiliki keunggulan komparatif berdasarkan ke tiga
kode HS, namun masih tidak dapat mengungguli keunggulan
komparatif negara kompetitornya. Indonesia juga menunjukkan daya
saing yang kuat pada HS240110 dengan mengungguli Brazil sebagai
eksportir utama komoditi tembakau dan merupakan urutan pertama pada
perhitungan RCA HS240110. Pada HS240120 dan HS240130 Indonesia
memiliki keunggulan komparatif namun berada pada urutan ke empat.
Dengan potensi pengembangan ekspor ada pada negara tujuan ekspor
Sri Langka, Republik Dominika, Belanda, Amerika, Jerman, Rusia,
Spanyol, Prancis, dan Denmark.
77
3. Berdasarkan perhitungan keunggulan kompetitif dengan menggunakan
ISP dan ECI menunjukkan hasil yang berbeda. Pada perhitungan ISP
menunjukkan bahwa Indonesia lebih cenderung sebagai pengimpor
dikarenakan secara kumulatif nilai ISP menunjukkan nilai yang negatif.
Meskipun Indonesia sebagai negara pengimpor dan memiliki
keunggulan komparatif yang rendah, namun berdasarkan perhitungan
keunggulan kompetitif menggunakan ECI Indonesia memiliki
keunggulan kompetitif yang mampu mengalahkan negara
kompetitornya. Perhitungan ECI Indonesia pada HS240110, HS240120,
dan HS240130 menunjukkan tren yang cenderung stabil.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang sudah diuraikan maka dapat diambil saran
sebagai berikut:
1. Indonesia harus membuka kesempatan penguatan pangsa pasar dengan
melakukan diferensiasi produk ke pasar internasional. Sehingga dapat
memperluas pangsa pasar Indonesia.
2. Pemerintah harus melakukan peningkatan volume ekspor tembakau di pasar
internasional dengan berfokus pada sembilan negara yang potensial dan
pada HS240110 dengan niali RCA yang cukup tinggi, tetapi tidak
meninggalkan komoditi dengan HS240120 dan HS240130, karena ke tiga
HS merupakan satu kesatuan pada komoditi tembakau yang belum
dipabrikasi.
78
3. Pemerintah harus lebih memperhatikan secara menyeluruh kondisi
tembakau dalam negeri mulai dari produksi sampai dengan memperluas
jangkauan ekspor dan menekan laju impor. Perlu kebijakan batasan impor
yang memiliki perbandingan sama dengan ekspornya dan selanjutnya
menekan konsumsi rokok dalam negeri dengan kebijakan batasan produksi
rokok untuk dikonsumsi dalam negeri. Bertujuan untuk meningkatkan
devisa negara dan berupaya mengontrol konsumsi tembakau di dalam
negeri.
79
DAFTAR PUSTAKA
Al Arif, M. Nur Rianto dan Euis Amalia. 2016. Teori Mikroekonomi: Suatu
Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional. PT Fajar
Interpratama Mandiri, Jakarta.
Arsyad, Lincolin dan Stephanus Eri Kusuma. 2014. Ekonomika Industri,
Pendekatan Struktur, Perilaku, dan Kinerja. UPP STIM YPKN,
Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2015. Ekspor Tembakau Menurut Negara Tujuan Utama.
Online. www.bps.go.id, 25 Juli 2017, pk. 09.28 WIB.
Basri, Faisal dan Haris Munandar. 2010. Dasar-dasar Ekonomi Internasional:
Pengenalan dan Aplikasi Metode Kuantitatif. Kencana Prenada Media
Group, Jakarta.
Dirjen Perkebunan. 2017. Statistik Perkebunan Indonesia 2015-2017. Three Crop
Estate Statistcs of Indonesia 2015-2017. Sekretariat Jenderal Perkebunan.
Kementerian Pertanian, Jakarta.
Dwiprabowo, Hariyatno. 2009. Analisis Daya Saing Ekspor Panel-panel Kayu
Indonesia dan Malaysia (Analysis of the competitiveness of Indonesia’s and
Malaysia’s Wood Panels Export). Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan.
Vol. 6, No. 2, Agustus. Bogor.
Eriyati dan Rosyetti. 2013. Analisis Daya Saing Ekspor Komoditi Crude Palm Oil
(CPO) Provinsi Riau. Fakultas Ekonomi Universitas Riau. Jurnal Ekonomi.
Volume 21. Nomor 1 Maret 2013, Pekanbaru.
Guyanie, Gugun El, Hifdzil Alim, Bahruddin, Ibi Syatibi, Nody Arizona. 2013.
Ironi Cukai Tembakau: Karut-marut Hukum dan Pelaksanaan. Dana Bagi
Hasil Cukai Hasil Tembakau di Indonesia. Indonesia Berdikari, Jakarta
Herjuno, Rika Febriani dan Sulistyoningsih. 2012. Tembakau, Negara, dan
Keserakahan Modal Asing. Indonesia Berdikari, Jakarta.
International Trade Center. 2016. International Trade in Goods 2001-2016. (ITC
online). http://www.intracen.org/itc/market-info-tools/statistics-export-
product-country/, 25 Juli 2017, pk. 13.55 WIB.
Kementerian Perdagangan. 2004. Subdit. Klasifikasi Barang, Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai (DJBC). Online. http://www.kemendag.go.id/files/regulasi
/2003/12/BTBMI_2004, 29 Juli 2017, pk. 10.47.
Kementerian Perdagangan. 2008. Indeks Spesialisasi Perdagangan. Online.
http://www.kemendag.go.id/, 29 Juli 2017, pk. 12.37 WIB.
80
Kementerian Pertanian. 2014. Outlook Komoditi Tembakau. ISSN 1907-1507. Pusat
dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal, Jakarta.
Kementerian Pertanian. 2015. Buletin PDB Sektor Pertanian. Volume 14 No. 4,
November. Pusat dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal,
Jakarta.
Kusuma, Novan Ariga. 2015. Analisis Daya Saing dan Perdagangan Produk
Ekspor Kelapa Sawit Indonesia di Pasar Internasional. [Thesis]. Sekolah
Pasca Sarja. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Laily, Nur dan Budiyono Pristyadi. 2013. Teori Ekonomi. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Magretta, Joan. 2014. Understanding Michael Porter. Panduan Paling Penting
Tentang Kompetisi dan Strategi. ANDI, Yogyakarta.
Putra, Handy Tribawana Farmanda, Abdul Wahib Muhaimin dan Suhartini. 2015.
The Competitiveness Analysis of Indonesia’s Tobacco in the Internasional
Market. Habitat Volume XXVI, No.1, April 2015, pp. 57-69. Universitas
Brawijaya. Malang.
Rahardja, Prathama. 2014. Teori Ekonomi Makro. Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta.
Ratnawati, Eka. 2011. Analisi Daya Saing Ekspor Karet Alam Indonesia di Pasar
Intrnasional. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Saboniene, Asta. 2009. Lithuanian Export Competitiveness: Comparison with other
Baltic States. ISSN 1392-2785 Inzinerine Ekonomika-Engineering
Economics(2). The Economic Conditions of Enterprise Functioning.
Kaunas University of Technology.
Salvatore, Dominick. 2014. Ekonomi Internasinal. Edisi 9 Jilid 1. Salemba Empat,
Jakarta.
Sari, Ayu Renita. 2015. Analisis Pengaruh Non-Tarif Measures Terhadap Ekspor
Komoditi Crude Palm Oil (CPO) Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor
Utama. [Thesis]. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sulastri, Ritesa. 2014. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Ekspor Tembakau Indonesia di Negara Tujuan Utama.
[Skripsi]. Universitas Andalas, Padang.
Sung Cho, Dong dan Hwy Chang-Moon. 2003. From Adam Smith to Michael
Porter. Evolusi Teori Daya Saing. Salemba Empat, Jakarta.
Tambunan, Tulus T.H. 2004. Globalisasi dan Perdagangan Internasional. Ghalia
Indonesia, Bogor.
81
United Nation Comodity Trade. 2016. UNCOMTRADE Database.
[UNCOMTRADE online]. https://comtrade.un.org/data/, 26 Juli 2017, pk.
15.49 WIB.
Wibisono, Nuran dan Marlutfi Yoandinas. 2014. Kretek: Kemandirian dan
Kedaulatan Bangsa Indonesia. Koalisi Nasional Penyelamatan Kretek
(KNPK), Jakarta.
82
Lampiran 1. Negara Eksportir Tembakau di Dunia
A. Negara Eksportir Tembakau Berdasarkan HS240110 (Sumber: UN Comtrade, 2016)
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Albania 30,892 24,694 42,478 35,419 183,785
2 Algeria 251,008 2,428,275 30,880 361,097 1,717 175,725 241
3 Andorra 44,876 46,883 39,504 54,591 46,854 49,781 49,309
4 Antigua and Barbuda
296
5 Argentina 5,983,338 9,102,788 8,229,868 8,954,041 9,729,219 11,473,738 7,643,028 4,349,149 4,814,499 6,215,821
6 Armenia 29,382 307,135 34,169 1
7 Australia 2,008,800 26,019 517 50,171 17,509 388
8 Austria 245,470 1,400,195 189,126 16,235 321,508 83,835
9 Azerbaijan 1,982,264 2,957,216 3,816,627 3,415,616 3,807,536 3,749,372 2,683,857 3,360,041 1,149,867
10 Bahamas 1,700 850 177 22,875
11 Bahrain 134,042 134,043 136,723 136,723 74,760 50,749 7,966 6,190
12 Bangladesh 4,947,793 9,427,703 11,551,502 7,050,940 5,666,889 12,816,167 8,897,178 15,033,018
13 Barbados 656
14 Belarus 49,200 125,000 36,400 345,600
15 Belgium 63,444,144 78,979,277 93,395,345 102,703,379 166,363,493 141,211,003 158,802,412 185,943,968 223,416,244 189,892,899
16 Bolivia 24
17 Bosnia Herzegovina 21,904 37,065 211,414 335,626 234,666 337,774 203,984 171,789
18 Botswana 18 7 110,936 42,501 4 5,752
19 Brazil 43,256,140 49,884,665 53,294,630 51,533,855 66,400,373 69,319,460 47,584,949 51,952,792 39,826,886 37,988,862
20 Bulgaria 113,287,540 196,834,775 270,295,796 175,534,539 196,877,261 143,365,418 209,501,019 156,428,702 123,540,406 164,709,956
21 CÃ te d'Ivoire 1,551
22 Cabo Verde 804
23 Cambodia 1,171,687 1,454,740 1,977,740 409,491 2,815,841 3,308,992 1,150,020 1,527,990 3,201,090 1,683,785
24 Cameroon 1,716,766 2,013,646 2,029,650 1,926,754 1,151,029 1,403,887 962,625 1,193,951 1,131,286
25 Canada 13,803,258 22,330,679 36,608,441 81,026,252 90,429,671 91,102,953 86,743,244 75,340,728 49,560,077 46,979,634
26 Chile 300 52 11,568 7,275
No Negara Tahun (USD)
83
27 China 22,715,548 7,960,520 10,241,162 22,381,579 29,522,946 32,133,016 12,994,528 32,349,030 2,231,640 355,525
28 China, Hong Kong
SAR 74,766 275,990
29 Colombia 4,770,488 4,303,953 3,344,245 3,304,758 2,247,776 3,732,925 2,639,208 4,094,208 3,369,741 1,391,393
30 Costa Rica 686,207 1,036,610 360,470 556,054 549,577 352,832 506,490 515,736 342,698 157,343
31 Croatia 420,573 241,370 265,828 12 2,948,073 3,739,611 682,539 22,592
32 Cyprus 5,510 2,923 4,699 2,349 240
33 Czechia 3,815,021 2,444,403 1,130,729 2,665,452 6,745,169 5,255,132 4,398,510 1,800,756 29,244
34 Denmark 6,928,917 6,716,037 1,225,702 4,421,249 2,648,231 281,599 152,588 365,213 42,151 2,767
35 Dominican Rep. 46,732,732 24,928,113 33,826,116 34,965,112 36,280,044 29,699,891
36 Ecuador 24,046,259 24,573,553 31,831,376 30,282,277 31,711,977 32,860,601 35,744,932 45,954,208 45,385,375 43,124,199
37 Egypt 2,463 63,995 366,203 845,491 13,457,878 1,618,473 3,251,519 6,435,163 4,826,797
38 Estonia 1,747 216,880
39 Ethiopia 102
40 Finland 1 3 1
41 Fmr Sudan 6,001 5,714
42 France 24,658,416 30,054,018 19,060,150 24,469,851 15,490,978 6,365,727 6,051,024 18,129,402 21,306,861 13,547,506
43 Gabon 3 52
44 Georgia 825 110 15,707 18,760
45 Germany 39,042,000 39,155,000 56,278,000 51,320,544 50,814,059 29,821,888 53,124,281 41,817,208 34,478,260 40,437,802
46 Ghana 4,544,097 374,784
47 Greece 233,055,314 353,282,074 350,396,174 254,144,661 246,962,342 256,730,427 220,001,646 201,118,521 158,996,728 203,005,089
48 Guatemala 75,807 884,766 101,355 95,324 105,085 60,078 187,100 74,554 83,323
49 Guinea 155,313 153,533 393,064 496,221 192,692
50 Guyana 1 60
51 Honduras 14,770,446 10,937,116 11,156,599 11,330,990 16,907,764 16,928,926
52 Hungary 2,858,000 4,598,000 79,000 26,000 554,000 386,000 368,246 1,708,108
53 India 58,682,695 103,077,572 124,678,798 92,403,776 81,908,811 90,405,463 76,561,614 47,030,663 49,900,039 55,465,656
54 Indonesia 51,967,423 71,593,215 90,109,423 66,728,718 59,093,362 59,618,744 92,426,608 80,389,270 56,636,761 44,980,788
55 Iran 142,560 321,312
56 Ireland 56,401 10,457 740 17,769 51,558 3,633
57 Italy 46,138,980 52,867,565 70,406,278 64,583,996 63,474,357 50,792,723 35,964,184 30,410,680 25,114,052 11,631,698
84
58 Jamaica 15,323 5,535 10,408 6,817 5,297
59 Japan 2,070 1,859
60 Jordan 76,155 1,448,203 1,248,712 13,141 67,968 103,713 237,172 457,166 324,969 1,158,319
61 Kazakhstan 11,116,973 3,611,059 352,012 5,550,635 3,160,053 2,225,100 16,000 2,508,106
62 Kenya 1,241,601 139,564 25,767 1,303,662
63 Kuwait 216 5,276 153,480
64 Kyrgyzstan 12,134,625 14,820,326 14,199,342 21,033,118 13,099,502 11,892,992 14,220,658 11,446,803
65 Lao People's Dem.
Rep. 895,615 1,495,000 937,560 19,214,053 237,321
66 Latvia 1,803 1,254 1,123 907 1,015,437 66,558
67 Lebanon 33,783,724 33,649,488 18,575,854 22,045,291 20,828,392 20,324,218 12,966,690 25,064,212
68 Lithuania 151,263 277,588 690,993 223,848
69 Luxembourg 2,380,354 3,159,940 4,132,230 6,193,003 1,365,756 625 2,186 140 55,128
70 Madagascar 33,816 121,188 47,436 209,537 41 32 45
71 Malawi 336,643,766 428,233,472 472,415,155 241,613,804 200,670,099 191,982,536 142,805,314 105,300,202 52,828,430
72 Malaysia 193,177 33,631 141,421 132,910 8,260,880 60,954 3,549,885 15,493,511
73 Mauritius 197,631 969,842 832,610
74 Mexico 8,189,145 9,113,655 7,083,299 7,034,679 6,658,504 8,823,925 13,027,366 9,065,264 10,827,549 11,676,014
75 Montenegro 1,151,510 207,879 828,745 22,816 66,117 22,059 60,556
76 Morocco 1,559,635
77 Mozambique 7,188,708 28,256,035 24,784,837 10,487,594 3,700,000 8,771,895 7,418,472 6,615,720 6,657,718
78 Myanmar 292,500 1,110,208 3,090,259 4,234,242 5,872,500 6,616,291
79 Namibia 389 219,538 40 321 13 292 65
80 Nepal 2,320 8,717 16,511 2,141 15,255 20
81 Netherlands 13,503,107 26,505,283 30,026,478 18,764,691 18,504,589 48,147,065 58,953,740 56,682,119 40,681,189
82 New Zealand 71,008 224 2,246
83 Nicaragua 3,923,653 20,526,098 2,935,266 4,365,719 3,159,667 8,585,109 13,369,320 12,063,133 13,968,217
84 Niger 116,253 127,257 44,773 15,825 1,338
85 Nigeria 17 1,262,882 185,863 1,049,818
86 Norway 10,243 988
87 Oman 636,889 996,279 521,800 710,738 1,285,914 735,415 820,348 1,220,458 1,022,156 1,958,777
88 Pakistan 35,432 5,950,583 2,952,818 4,924,946 4,934,552 9,425,279 13,107,270 12,977,131 4,220,548 1,789,948
85
89 Panama 807,195 1,337,515 711,943 858,275 1,053,808 113,522 904,450
90 Paraguay 4,124,016 3,221,043 6,145,669 7,355,669 9,761,323 14,870,729 16,293,635 18,147,678 8,599,767 5,766,553
91 Peru 2,982,342 4,361,413 5,491,232 7,319,474 6,272,304 4,621,592 8,201,187 4,442,975 1,049,410 983,446
92 Philippines 11,997,258 14,920,207 20,834,194 32,191,955 48,063,622 28,494,867 26,970,475 48,891,859 34,759,788 22,179,304
93 Poland 2,338,378 7,678,819 14,058,705 20,976,736 15,854,038 6,822,494 13,382,858 14,605,480 18,309,405 24,836,667
94 Portugal 3,993,757 1,766,614 3,873,448 229,912 38,245 188,153 786,008 4,959
95 Rep. of Korea 2,981 69 111,837 420,891 760,344 251,947 1,138,649 1,713,331 567,384 829,064
96 Rep. of Moldova 7,730,255 6,747,471 9,911,742 15,304,322 16,962,418 13,193,186 8,207,043 4,625,384 3,944,046 3,908,291
97 Romania 37,120 1,538,639 134,474 1,188,909 134,117 185,189 282,165 38,472 428,234 51,658
98 Russian Federation 264,219 1,282,502 736,480 68,405 476,528 5,774 368,655 543,255 497,521 75,929
99 Rwanda 45,056 65,167
100 Samoa 2
101 Saint Kitts and Nevis
19 400
102 Saint Lucia 1,387 2,806
103 Saint Vincent and the
Grenadines 1,333 370 898
104 Senegal 962,342 1,125,405 4,408,590 231,747 772,411 249,996 940 1,316
105 Serbia 203,763 1,827,570 615,163 6,151,143 4,419,194 5,641,779 5,450,930 1,016,495 3,242,829 3,802,085
106 Seychelles 71,443
107 Sierra Leone 75,614 184,516 336,274
108 Singapore 7,153,826 3,728,907 28,604 1,075,859 3,648,382 5,897,979 647,933 438,270 151,737 1,137,388
109 Slovakia 2,404,371 72,675 379,185
110 South Africa 9,847,964 3,248,386 1,221,453 1,570,357 1,429,872 987,668 925,633 790,310 344,250 661,505
111 Spain 4,516,891 15,307,480 4,856,234 5,858,602 3,060,419 3,596,584 4,110,638 21,455,608 6,677,339 5,499,925
112 Sri Lanka 23,093,148 9,423 2,158,883 2,085 569,473 2,546,747 8,997,340 6,384,163 9,746,200 23,958,483
113 Sudan 185,027 120
114 Swaziland 1,152
115 Sweden 72,233 6,929 17,482 12,387 4,163 1,476 307 11,836 13,994 28,299
116 Switzerland 1,669,376 4,066,984 1,391,804 1,905,388 1,176,388 1,806,290 744,408 1,081,022 864,181 381,803
117 Syria 2,084,332 1,509,756 291,621
118 TFYR of Macedonia 86,109,979 78,109,183 94,370,972 117,240,969 121,133,544 153,022,779 127,644,397 95,739,735 117,652,654
119 Thailand 8,474,688 24,306,667 27,625,683 13,889,197 25,433,444 27,997,551 19,825,759 29,807,250 23,256,386
86
120 Tonga 250 4,651
121 Tunisia 337,883 813,093 645,681 710,307 368,999 308,819 629,305 625,784 329,269
122 Turkey 445,946,101 424,078,455 486,972,498 399,089,905 366,154,329 423,284,875 434,375,477 515,537,874 384,935,596 356,121,934
123 Uganda 321,173 681,206 1,924,538 2,323,635 467,915 59,702 30,851,874 34,868,234 49,013,689
124 Ukraine 306,984 2,807,680 2,003,606 3,734,609 908,737 1,767,685
125 United Arab
Emirates 528,090 634,323 6,979,445 5,297,633 4,809,224 7,608,386 10,999,359
126 United Kingdom 789,311 204,643 695,028 462,125 84,521 4,137,265 684,360 334,420 2,795,852 1,147,096
127 United Rep. of
Tanzania 1,093,559 3,890,603 5,454 3,748,077 10,946,594 1,266,321 2,767,598 6,361,145 3,094,112 137,089
128 Uruguay 88,727 6,823
129 USA 139,098,656 116,413,869 115,705,680 156,389,703 144,918,617 102,292,488 112,479,966 98,244,652 109,307,830 91,216,175
130 Venezuela 871 640 348 997
131 Viet Nam 561,223 638,715 116,429 560,353 83,162 123,674 158,572 1,429,064
132 Yemen 710,190 68,844 173,724 196,804 236,267 215,632 179,673 4,966,904 59,078
133 Zambia 54,413,064 66,657,499 65,125,857 78,442,483 76,958,535 108,369,115 119,134,944 73,564,151 47,025,096
134 Zimbabwe 5,534,912 13,146,601 65,737 4,419,211 14,963,518 33,062,352 1,849,638 3,595,921 3,145,692 900,156
87
Lampiran 1. Lanjutan
B. Negara Eksportir Tembakau Berdasarkan HS240120 (Sumber: UN Comtrade, 2016)
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Albania 6,580,371 2,478,180 2,295,194 4,184,681 4,096,269 4,655,000 4,603,628 229,197 4,110,889
2 Andorra 71,083
3 Antigua and Barbuda 27,018
4 Argentina 245,180,903 313,278,192 338,950,380 271,798,154 359,894,162 345,346,084 305,718,000 250,756,092 183,781,727 359,769,279
5 Armenia 76,110 1,129,503 762,516 544,500 8
6 Aruba 32
7 Australia 3,946,539 2,122,584 454,336 3,354,464 8,369,372 11,497,608 74,400 2,924,903 1,306,883 7,626
8 Austria 1,468,873 65,766 275 435,034 1,645,671 45 202
9 Azerbaijan 46,192 143,464 2,478,262 5,451,459 3,931,646 7,651,945 8,925,147 1,391,533
10 Bahamas 910
11 Bahrain 28,173
12 Bangladesh 15,948,290 19,490,381 34,324,132 61,906,904 67,422,754 39,915,338 35,990,189 28,493,759
13 Barbados 35 2
14 Belarus 96,900 686,700
15 Belgium 125,410,163 167,684,244 290,471,058 266,019,009 284,355,214 274,457,741 295,817,658 409,278,511 611,653,059 642,897,594
16 Bosnia Herzegovina 1,645,172 3,449,663 3,794,529 3,845,620 2,005,104 4,107,183 4,146,073 1,057,265 555,896 1,479,304
17 Botswana 303 602 381 581,601 302,425 416,263 58,023
18 Brazil 2,073,325,516 2,548,262,016 2,852,500,489 2,582,102,503 2,734,551,558 3,029,863,754 3,046,620,988 2,302,156,081 2,016,146,569 1,970,669,539
19 Bulgaria 25,926,788 29,218,076 18,402,716 13,198,780 27,363,859 22,482,720 9,773,197 18,052,117 18,804,889 18,464,352
20 Burkina Faso 47,354 134,717
21 Burundi 178 12,299
22 CÃ te d'Ivoire 2,922,371 132,025 157,751
23 Cabo Verde 1,614 47
24 Cambodia 159,015 726,089 2,605,895 6,590,520 3,276,374 3,914,010 1,973,056 1,445,291 1,427,234
25 Cameroon 40,554
26 Canada 124,677,000 50,481,088 18,592,229 2,741,562 692,166 26,070,852 33,217,956 21,654,597 41,569,837 35,659,445
27 Chile 98,616 4,036,340 1,775,434 143,715 1,490,009 961,740 666,399 27,099 10,819 222,984
28 China 314,156,283 397,864,497 475,394,832 519,758,115 571,095,598 581,810,707 593,149,574 522,534,489 557,453,796 554,436,166
No NegaraTahun (USD)
88
29China, Hong Kong
SAR 16,777,197 22,346,889 22,578,970 16,857,416 1,849,657 3,265,145 34,251 24,368 863,572 4,508
30 Colombia 8,799,537 11,957,496 14,017,205 5,833,497 21,435,061 20,342,720 53,011,832 42,997,327 37,045,922 25,021,196
31 Costa Rica 43,598 29,883 11,116 2,295 500 27,450 2,250 200 23,084 1,050
32 Croatia 14,107,926 13,726,787 15,911,664 33,629,612 11,462,350 12,507,556 16,621,007 23,197,140 12,568,943 18,684,338
33 Cyprus 1,144 375 17
34 Czechia 8,712,976 12,774,780 3,099,466 7,819,806 5,657,041 1,502,399 3,575,287 3,764,595 1,529,808
35 Denmark 2,488,022 2,623,236 6,853,427 29,317,743 3,171 45,697 61,425 791,884 442,871 397,872
36 Dominican Rep. 52,405,717 27,258,258 32,544,246 29,242,205 44,041,261
37 Ecuador 6,822,647 5,229,833 6,598,078 6,860,083 9,944,342 11,750,205 12,375,370 15,526,205 12,183,945 10,572,633
38 Egypt 2,686 37,432 82,005 99,901 79,685 206,711 461,853
39 El Salvador 22,042
40 Estonia 1,121,648 834,766
41 Fiji 47 87,492 39,187 9,803
42 Finland 852 1 3
43 Fmr Sudan 1,868
44 France 143,219,154 187,035,889 183,029,679 166,644,193 197,493,718 162,781,446 191,687,516 206,872,336 193,766,705 168,534,815
45 Gambia 2,073
46 Georgia 400 6 239 174,579 16,000 8,400
47 Germany 250,250,000 253,370,000 273,216,000 297,597,408 351,897,423 313,912,197 324,236,648 362,443,023 340,245,874 362,387,246
48 Ghana 1,936,120 2,729,632
49 Greece 61,155,126 56,611,982 35,409,288 32,817,433 33,283,856 33,080,706 24,937,442 21,727,507 26,477,718 35,425,250
50 Guatemala 36,646,462 33,927,665 52,043,463 51,442,948 52,548,296 55,760,949 83,397,275 60,191,227 62,511,778
51 Guyana 493 15 20 491 15
52 Honduras 166,706 8,762 77,270 280,649 275,958 768,334
53 Hungary 6,997,000 7,621,000 10,077,000 16,081,000 6,565,000 13,145,000 19,676,120 19,247,701 14,100,598 23,743,289
54 Iceland 26
55 India 263,706,893 428,498,312 602,231,417 608,959,326 479,500,188 598,899,133 754,972,580 633,248,540 582,197,584 608,909,127
56 Indonesia 63,536,553 59,512,642 79,081,842 121,896,880 85,065,185 97,925,629 102,469,827 98,157,250 97,677,441 78,549,068
57 Iran 33,416 2,050,144
58 Ireland 74,845 7,755 8,968 17,919 75,323 13,694 3,934
59 Israel 1,000 4,000
60 Italy 258,029,696 229,602,550 201,627,492 213,494,889 214,188,248 285,358,424 273,430,487 262,669,569 226,021,375 262,117,717
61 Jamaica 5,985 167,018 37,352 36,497 61,321 11,030 238 5,757
62 Japan 5,601,571 7,649,417 10,464,182 8,512,798 1,418,690 2,962,035 4,727,956 829,719 8,025,982
63 Jordan 55,119 294,459 1,251,704 266,685 2,400,533 188,058 361,425 4,604,719 627,503 2,092,627
64 Kazakhstan 3,818,820 7,409,732 8,534,574 1,237,059 1,269,200 5,664
89
65 Kenya 31,421,989 46,012,707 50,047,363 30,051,055 35,992,945
66 Kuwait 10,065
67 Kyrgyzstan 92,359 46,305 10,158 17,232 33,173 38,167 20,546
68Lao People's Dem.
Rep. 1,561,030 3,448,024 1,714,006 10,192,210 19,397,367 1,383,975 1,003,796
69 Latvia 126,374 236,677 2,768,912 271,853
70 Lebanon 5 14
71 Lesotho 1,051 4,194
72 Lithuania 79,407 661,825 2,290,979 3,321,726
73 Luxembourg 1,251 31 88 9,808,139 5,885,684 2,110,480 505,591 1,577,212
74 Madagascar 4 34,087 23 129 1,437,565 309,849 31
75 Malawi 86,040,958 161,722,593 268,602,704 331,092,406 361,597,465 439,222,146 416,177,884 529,190,469 435,034,098
76 Malaysia 534,218 6,628,886 16,453,947 18,417,813 20,773,879 62,164,256 5,116,467 3,459,365 24,587,204 45,825,979
77 Mauritius 851,499 1,813,373 1,384,163 2,508,062 1,546,402 1,301,190
78 Mexico 19,164,779 22,952,999 21,747,124 17,798,641 22,905,995 25,054,031 21,885,195 22,810,786 10,998,165 16,758,162
79 Montenegro 487,066 623,079 149,864 63,495 41,493 54,465 49,323 235,115 506,345
80 Morocco 235 1,525,866 51,652 303,462 823 5,083,405 118,019
81 Mozambique 43,314,523 164,784,631 154,552,370 132,139,337 174,704,000 219,100,344 249,878,980 251,408,722 285,892,873
82 Myanmar 3,858,106 1,066,323 4,172,848 2,771,936
83 Namibia 63,957 44,995,993 73,007 137,350 24,776 422,309 5,036 1,382,563
84 Nepal 2,718 5,309 69,861 397,206 412,619
85 Netherlands 51,177,544 69,115,321 96,164,262 84,864,205 95,421,159 266,549,412 291,589,506 302,624,598 246,008,844
86 New Caledonia 746
87 New Zealand 17,286 216,312
88 Nicaragua 889,027 7,458,398 2,144,400 2,337,480 3,110,259 9,302,602 9,093,237 9,700,764 12,176,009
89 Niger 6,142 3,878
90 Nigeria 779,016 124,477 28,111 780,162
91 Norway 2,993 55,329 2,224 24,819 1,951 2,568 1,572
92 Oman 16,775 98,830 351 391,150 17,722
93 Other Asia, nes 2,962,048 1,547 55,610 308,661 4,824,740
94 Pakistan 9,675,603 1,054,784 7,260,248 11,092,283 24,807,244 12,647,965 8,825,530 8,277,077 5,971,002 8,105,793
95 Panama 40,159 918 45,607 15,504 63,122 195,317 335,980 1,052
96 Paraguay 1,866,330 1,620,619 2,007,662 1,658,825 1,651,829 3,616,415 2,137,426 3,226,692 1,233,833 1,875,501
97 Peru 510,999 913,329 1,195,392 1,103,194 2,282,604 2,592,979 1,336,268 1,698,226 2,073,612 1,825,164
98 Philippines 30,558,175 46,657,647 74,307,806 70,958,805 80,521,504 45,042,141 61,751,407 67,445,175 54,403,780 52,961,335
99 Poland 40,892,320 44,634,869 32,408,338 38,340,636 41,341,224 47,592,872 58,712,302 54,754,958 54,586,722 34,838,924
100 Portugal 12,930,059 55,840,231 92,157,034 80,885,367 87,005,268 102,865,125 117,831,683 107,626,077 76,352,485 40,414,160
90
101 Rep. of Korea 15,814,474 9,364,266 6,976,941 2,925,244 13,724,584 16,919,903 16,302,859 18,194,247 11,203,292 9,264,941
102 Rep. of Moldova 246,405 145,674 818,686 472,511 449,820 212,109 70,270 1,881,040 438,636 715,979
103 Romania 6,274,132 2,019,047 4,034,809 3,328,553 993,001 4,870,499 3,442,730 3,526,942 4,577,793 2,476,998
104 Russian Federation 5,285,719 19,136,684 14,350,055 4,920,226 5,007,336 10,691,273 31,112,500 37,041,809 35,303,707 29,185,660
105 Rwanda 4,385 470,540 466,163 22,142
106 Saint Lucia 186 20,741
107Saint Vincent and the
Grenadines 870 926 3,378 10,096 5,664 3,806 741
108 Senegal 14,224,025 22,043,796 17,424,695 16,547,974 17,527,893 13,350,723 26,633,523 33,251,048 32,506,430 21,437,252
109 Serbia 12,630,681 17,227,591 19,851,666 20,313,016 20,745,354 26,691,322 20,142,208 29,323,937 20,519,155 19,684,761
110 Seychelles 8,196 535 33,492
111 Singapore 53,826,129 9,237,125 10,102,965 13,342,410 13,151,776 19,613,037 51,121,925 36,652,133 29,810,456 21,898,052
112 Slovakia 523,464 693,293 5,350,307 13,070,507 4,495,402 6,890,920 360,160 865,033
113 South Africa 31,595,341 30,922,525 38,634,297 12,796,228 17,216,409 13,603,386 6,784,474 5,019,328 11,040,539 6,172,486
114 Spain 81,571,431 99,734,929 105,587,989 73,703,162 91,424,797 90,347,923 106,882,179 125,965,278 75,206,437 87,791,359
115 Sri Lanka 16,831,771 37,965,852 30,989,587 32,365,643 37,550,399 38,499,352 37,058,040 34,284,627 21,733,898 6,956,269
116 Sudan 109,628
117 Suriname 3,204
118 Sweden 742 770 38,381 479,075 363,849 173,583 1,075 123,625 32,258 266,973
119 Switzerland 33,361,141 21,311,574 13,346,893 12,477,065 13,629,296 12,977,924 10,511,088 11,357,698 11,425,035 10,747,162
120 Syria 492,112 6,082,997 5,454,664 3,076,640
121 TFYR of Macedonia 663,478 9,696,907 912,272 693,805 40,651 61 64,858
122 Thailand 88,302,732 69,723,847 52,628,935 64,802,473 64,166,092 55,345,299 51,460,201 39,019,610 34,861,084
123 Tonga 146 27
124 Trinidad and Tobago 1,150 22,131 771
125 Tunisia 7,971 762 91 4,578 779,836
126 Turkey 719,014 1,367,820 1,533,237 908,447 2,591,879 1,772,266 3,338,893 403,348 153,057 1,119,672
127 Uganda 65,652,183 65,375,342 54,639,733 59,390,728 45,586,970 58,190,239 84,113,869 26,820,932 8,758,600
128 Ukraine 1,420,948 1,812,250 8,553,257 6,094,210 3,837,947 7,896,788 126,522 215,971
129 United Arab Emirates840,648 2,390,296 14,279,854 15,854,714 15,924,429 46,299,913 48,372,539 2,513,800 1,902,865
130 United Kingdom 22,839,900 18,036,708 89,977,209 111,933,704 6,745,018 11,754,077 5,222,886 1,048,516 43,841,735 24,490,577
131United Rep. of
Tanzania 86,278,663 171,598,354 7,975,827 11,082,668 92,433,321 181,368,353 91,551,381 185,344,614 212,666,421 356,861,412
91
132 Uruguay 3,342,062 3,941,087 11,113,640 10,376,739 11,333,472 13,432,797 11,685,920 13,331,816
133 USA 1,062,506,971 1,114,693,675 1,019,236,296 976,618,964 977,088,659 1,005,400,558 1,071,395,852 1,019,289,828 1,021,261,077 1,028,358,812
134 Venezuela 2,726 53,103 754 104 16
135 Viet Nam 21,849,500 20,122,414 27,802,310 56,057,522 19,545,427 13,243,947 23,154,144 24,756,287 23,510,736
136 Yemen 5,536 67,025 70,003 17,489 66,267 53,342 70,829 29,500 178,102
137 Zambia 6,820,294 5,084,622 19,562,586 39,112,339 24,347,939 47,001,784 60,843,295 69,573,346 41,140,224
138 Zimbabwe 203,656,219 86,728,067 238,322,739 412,182,042 640,219,398 741,863,653 862,901,731 797,384,218 852,113,651 880,229,886
92
Lampiran 1. Lanjutan
C. Negara Eksportir Tembakau Berdasarkan HS240130 (Sumber: UN Comtrade, 2016)
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Andorra 266 125 79 53
2 Argentina 7,887,552 11,478,258 12,070,086 10,770,695 8,279,831 13,436,592 11,665,681 10,038,483 6,609,331 7,425,508
3 Armenia 2,114 468,400 1
4 Australia 18,697 171 55 1,226 9,594 118,303
5 Austria 1,958 78 7,272 67,773
6 Azerbaijan 14,792 8,408 48,033 231,665 421,585 130,005 20,000
7 Bahamas 171 150
8 Bahrain 135,106 66,489 87,234 810,158 484,749 1,224,477 18,934
9 Bangladesh 1,400 101,410 59,510 581,778 363,305 800,870 299,178 22,563
10 Belarus 4,100 51,100 20,000 1,800 120,700 248,000 101,800 33,700
11 Belgium 4,876,139 10,466,654 10,218,725 7,901,575 9,765,294 28,897,307 14,385,151 17,122,334 35,615,283 29,099,404
12 Bosnia Herzegovina 55,005 56,684 42,846 43,501 114,566 110,927 21,815 103,916 1 54,979
13 Botswana 36,097 10,114 97
14 Brazil 77,493,144 85,056,825 86,023,107 73,095,593 77,659,319 98,120,034 98,305,583 59,974,923 53,310,098 45,430,137
15 Bulgaria 1,006,277 1,372,096 984,278 2,506,525 1,904,440 1,824,008 2,156,027 1,252,143 406,756 595,223
16 CÃ te d'Ivoire 170,711 635,981 261,389 301,279 55,954
17 Cambodia 227,566 16,565 367 26,952 29,306 1,813,945 1,204,317
18 Cameroon 103,228 92,874
19 Canada 3,443,745 1,701,809 903,748 706,071 584,328 226,123 801,341 162,999 671,569 396,670
20 Chile 1,299
21 China 18,266,642 29,982,384 47,665,421 73,723,067 51,269,831 43,315,255 38,280,205 25,449,345 18,358,849 18,481,169
22China, Hong Kong
SAR 199,965 70,119 18,306 3,968
23 Colombia 1,286,934 1,877,846 714,059 42,120 338,000 1,127,962 1,532,580 498,292 657,969 977,723
24 Costa Rica 4,707 86,184 9,982 29,646 190,280 18,388 3,782 7,545 9,558 1,301
25 Croatia 220,419 403,787 249,675 401,843 177,200 333,389 209,201 169,669 225,117 199,974
26 Cyprus 1
27 Czechia 202,228 246,033 572,768 62,475 1,880,733 225,260 287,337 286,982 208,585 78,930
28 Denmark 50,268 16,979 469,607 878,914 5,869 154,782 28,662 63,585 183,027
29 Dominican Rep. 6,291,578 16,834,452 2,519,726 2,306,598 1,377,814 1,532,067 1,072,246 1,355,775 1,642,926 1,607,432
30 Ecuador 28,060 95,625 28,267 1,047,835 15,840 623,124 52,142 34,848 446,196
31 Egypt 18,443 57,153 66,179 125,731
No NegaraTahun (USD)
93
32 Fmr Sudan 13,015
33 France 1,954,011 3,198,052 3,142,653 3,169,416 1,943,923 555,949 443,109 2,614,115 5,790,181 2,197,151
34 Gabon 298
35 Georgia 1,390
36 Germany 7,261,000 5,709,000 4,123,000 3,952,525 9,046,355 4,064,367 4,409,466 5,670,160 3,559,984 5,234,994
37 Greece 5,964,143 3,788,648 4,207,298 1,869,853 841,592 1,076,968 3,081,213 2,036,027 1,080,084 1,214,624
38 Guatemala 138,178 209,206 239,546 248,586 146,697 361,031 398,015 500,716 631,637
39 Guyana 522,284 421 103,277 15 176
40 Honduras 205,229 258,540 129,841 114,097 119,681 12,644
41 Hungary 159,000 786,000 770,000 249,000 158,000 244,000 569,678 381,713
42 India 6,526,625 7,457,022 12,209,220 11,949,653 9,540,734 10,328,879 11,404,894 8,166,075 6,626,013 6,763,455
43 Indonesia 4,766,276 2,090,300 3,437,842 7,007,539 2,539,463 2,020,099 4,692,786 2,776,420 2,469,354 5,019,743
44 Ireland 19,932 7,021
45 Italy 10,035,336 15,194,468 12,875,807 11,001,232 8,837,068 7,607,782 10,825,369 9,495,684 6,511,584 8,889,224
46 Jamaica 905 20
47 Japan 763,269 514,373 488,143 420,797 381,674 531,143 756,938 1,338,791 1,251,500 1,035,987
48 Jordan 20,979 1,458
49 Kazakhstan 11,393 61,969 278,551 50,523 348,527 231,100 309,605 260,994 122,166 96,261
50 Kenya 352,809 73,615 45,663 151,661 456,769
51 Kuwait 4,359
52 Kyrgyzstan 3,508 2,305 6,041 4,223 33,009 7,819 4,319
53Lao People's Dem.
Rep. 62,025 25,405 46,000 196,895 167,038 481,564 26,248
54 Latvia 115,727 8,600 54,414
55 Lebanon 119,576 76,860 20,587 46,234 35,830 48,608 38,182
56 Luxembourg 6,747
57 Lithuania 10 15 8 4 846 21,065 239,490 497,235
58 Luxembourg 12,239 46,107 3,459 17,244
59 Madagascar 2
60 Malawi 32,407 18,487,387 12,453,738 7,442,616 4,895,084 3,634,402 4,852,816 7,258,772
61 Malaysia 34,102 31,786 127,420 354,577 339,700 911,707 673,935 69,451 2,825,555 502,625
62 Mexico 463,663 151,829 127,449 108,337 40,188 44,600 531,207 157,201 59,434 117,930
63 Montenegro 9,241 70
64 Mozambique 7,841
65 Myanmar 251,292
66 Namibia 163 118 197,079
67 Nepal 16,812 6,404 7,168 21,353 575
68 Netherlands 5,853,726 9,152,405 11,059,009 6,382,223 5,791,699 11,091,607 10,896,357 14,886,981 35,136,462
69 Nicaragua 13,172 64,668 61,315 119,708 21,147 38,987 14,083 67,925 23,886
70 Niger 55
94
71 Norway 34,398 850 4,501 210
72 Oman 12,333 32,853 204,047 265,176 3,641
73 Other Asia, nes 95,619 61,870 140,854 172,272 298,799 151,820 61,647
74 Pakistan 438 26,109 11,678 115,279 324,912 1,107,830 1,967,303 178,549 66,852 948
75 Panama 370
76 Paraguay 10,960 36,927 5,490 57,154 412,524 357,666 156,172 171,893 136,352
77 Peru 1
78 Philippines 423,620 977,127 1,707,325 2,456,659 2,477,483 2,783,280 3,619,758 10,008,560 12,317,287 3,169,315
79 Poland 6,289,502 5,873,877 5,847,329 4,424,159 2,255,727 1,963,732 7,536,109 9,847,797 16,071,303 9,397,744
80 Portugal 567,564 480,968 161,767 280,701 69,628 128,282 122,793 104,889 6,341
81 Qatar 4,998
82 Rep. of Korea 881,758 1,294,926 1,273,189 1,453,805 875,724 1,054,880
83 Rep. of Moldova 77,299 142,571 105,310 185,393 83,003 163,766 63,457 15,743 32,770 2,830
84 Romania 171,966 505,950 221,542 311,702 278,694 156,261 116,109 85,004 83,544 180,153
85 Russian Federation 462,042 945,971 1,446,226 715,990 456,125 1,748,181 865,860 549,452 851,789 1,047,207
86 Rwanda 81,327
87 Samoa 4
88 Saudi Arabia 28,015 104,000 98,719
89 Senegal 798,586 1,120,296 1,075,730 766,422 744,821 615,306 2,214,973 1,152,838 1,330,870 1,580,018
90 Serbia 584,595 349,463 285,783 423,439 414,719 427,474 613,655 720,951 444,194 466,479
91 Singapore 6,181,786 1,720,549 5,260,225 3,324,482 2,383,403 679,360 335,902 277,317 227,650 158,027
92 Slovakia 10,815 108,965 226,936
93 South Africa 123,055 114,341 241,694 351,900 167,299 100,617 44,579 1,224,262 11,774 470,762
94 Spain 5,016,118 5,195,305 5,078,112 4,999,737 3,787,011 4,004,773 4,217,943 7,105,781 3,157,597 4,207,842
95 Sri Lanka 291,648 1,522,937 412,958 276,324 214,611 1,153,340 1,552,333 663,893 475,853 820,119
96 Sudan 1 8,920
97 Sweden 4,773 4,995 278 83,994 4,822 23,973
98 Switzerland 240,147 526,861 553,375 276,114 555,684 592,335 336,601 312,527 180,443 173,151
99 TFYR of Macedonia 243,622 292,121 168,289 140,684 206,318 222,054 190,661 116,194 402,223
100 Thailand 1,381,214 2,265,434 1,111,172 2,051,791 1,013,330 3,053,282 1,400,867 1,130,123 1,066,149
101 Tonga 179,579 57,264 58,734
102 Trinidad and Tobago 24,260 30,902 21,513 27,465
103 Turkey 2,407,905 2,300,848 2,581,654 1,317,274 717,927 2,035,085 1,349,421 1,228,788 1,049,213 881,709
104 Uganda 192,580 7,900 26,183 11,946 6,259 25,009 244,638 67,592
105 Ukraine 137,503 224,300 578,762 383,980 366,191 319,202 1,874,508 3,378,032 476,239
106 United Arab Emirates685,155 413,265 2,819,043 1,023,686 68,028 71,975 65,242
107 United Kingdom 3,150,186 1,950,461 311,522 102,511 12,430 2,498 227 7,261 2,573,402 417,716
108United Rep. of
Tanzania 7,449,434 2,263,209 382,223 13,505,231 3,204,635 5,814,092 2,638,977 1,467,983 758,105 3,160,574
95
109 Uruguay 972,654 1,308,305 2,343,120 3,336,808 2,856,782 3,135,139 3,748,936 4,512,253 3,679,872 4,539,203
110 USA 11,421,285 9,827,329 28,527,359 42,327,118 36,865,888 23,136,185 29,516,616 20,331,397 23,775,829 26,053,446
111 Viet Nam 367,498 986,954 3,682,516 4,283,233 2,396,996 1,409,887 1,764,158 2,187,315 988,349
112 Yemen 1,634 6,308
113 Zambia 228,977 7,167 164,665 1,327,802 309,636 39,702
114 Zimbabwe 1,369,426 3,386,019 3,398,764 8,412,785 2,934,560 5,130,476 6,621,969 9,694,768 5,911,741
115 Sri Lanka 16,831,771 37,965,852 30,989,587 32,365,643 37,550,399 38,499,352 37,058,040 34,284,627 21,733,898 6,956,269
116 Sudan 109,628
117 Suriname 3,204
118 Sweden 742 770 38,381 479,075 363,849 173,583 1,075 123,625 32,258 266,973
119 Switzerland 33,361,141 21,311,574 13,346,893 12,477,065 13,629,296 12,977,924 10,511,088 11,357,698 11,425,035 10,747,162
120 Syria 492,112 6,082,997 5,454,664 3,076,640
121 TFYR of Macedonia 663,478 9,696,907 912,272 693,805 40,651 61 64,858
122 Thailand 88,302,732 69,723,847 52,628,935 64,802,473 64,166,092 55,345,299 51,460,201 39,019,610 34,861,084
123 Tonga 146 27
124 Trinidad and Tobago 1,150 22,131 771
125 Tunisia 7,971 762 91 4,578 779,836
126 Turkey 719,014 1,367,820 1,533,237 908,447 2,591,879 1,772,266 3,338,893 403,348 153,057 1,119,672
127 Uganda 65,652,183 65,375,342 54,639,733 59,390,728 45,586,970 58,190,239 84,113,869 26,820,932 8,758,600
128 Ukraine 1,420,948 1,812,250 8,553,257 6,094,210 3,837,947 7,896,788 126,522 215,971
129 United Arab Emirates840,648 2,390,296 14,279,854 15,854,714 15,924,429 46,299,913 48,372,539 2,513,800 1,902,865
130 United Kingdom 22,839,900 18,036,708 89,977,209 111,933,704 6,745,018 11,754,077 5,222,886 1,048,516 43,841,735 24,490,577
131United Rep. of
Tanzania 86,278,663 171,598,354 7,975,827 11,082,668 92,433,321 181,368,353 91,551,381 185,344,614 212,666,421 356,861,412
132 Uruguay 3,342,062 3,941,087 11,113,640 10,376,739 11,333,472 13,432,797 11,685,920 13,331,816
133 USA 1,062,506,971 1,114,693,675 1,019,236,296 976,618,964 977,088,659 1,005,400,558 1,071,395,852 1,019,289,828 1,021,261,077 1,028,358,812
134 Venezuela 2,726 53,103 754 104 16
135 Viet Nam 21,849,500 20,122,414 27,802,310 56,057,522 19,545,427 13,243,947 23,154,144 24,756,287 23,510,736
136 Yemen 5,536 67,025 70,003 17,489 66,267 53,342 70,829 29,500 178,102
137 Zambia 6,820,294 5,084,622 19,562,586 39,112,339 24,347,939 47,001,784 60,843,295 69,573,346 41,140,224
138 Zimbabwe 203,656,219 86,728,067 238,322,739 412,182,042 640,219,398 741,863,653 862,901,731 797,384,218 852,113,651 880,229,886
96
Lampiran 2. Perhitungan Struktur Pasar
A. Perhitungan Struktur Pasar Berdasarkan HS240110
Brazil India Indonesia Amerika
TXj 2054727887 2054727887 2054727887 2054727887
Xij 43256140 58682695 51967423 139098656
Sij 0.021052004 0.028559838 0.025291633 0.067696875
Sij (%) 2.105200415 2.855983771 2.529163269 6.769687455
Sij 2 4.431868786 8.156643303 6.396666842 45.82866824
TXj 2386076682 2386076682 2386076682 2386076682
Xij 49884665 103077572 71593215 116413869
Sij 0.020906564 0.043199606 0.030004574 0.048788821
Sij (%) 2.090656406 4.319960577 3.000457426 4.878882136
Sij 2 4.370844207 18.66205939 9.002744766 23.8034909
TXj 2690407809 2690407809 2690407809 2690407809
Xij 53294630 79000 124678798 115705680
Sij 0.019809127 2.93636E-05 0.04634197 0.043006744
Sij (%) 1.980912701 0.002936358 4.634197001 4.300674404
Sij 2 3.924015129 8.6222E-06 21.47578184 18.49580033
TXj 2267683968 2267683968 2267683968 2267683968
Xij 51533855 92403776 66728718 156389703
Sij 0.022725325 0.040748084 0.029425934 0.068964505
Sij (%) 2.272532492 4.074808364 2.942593366 6.896450529
Sij 2 5.164403929 16.6040632 8.658855717 47.56102989
TXj 2362773101 2362773101 2362773101 2362773101
Xij 66400373 81908811 59093362 144918617
Sij 0.028102729 0.034666389 0.025010172 0.061334123
Sij (%) 2.810272936 3.466638881 2.501017215 6.133412342
Sij 2 7.897633976 12.01758513 6.255087108 37.61874696
TXj 2337090105 2337090105 2337090105 2337090105
Xij 69319460 90405463 59618744 102292488
Sij 0.029660585 0.038682917 0.025509818 0.043769167
Sij (%) 2.966058512 3.868291719 2.550981833 4.376916739
Sij 2 8.797503099 14.96368082 6.507508312 19.15740014
TXj 2361526220 2361526220 2361526220 2361526220
Xij 47584949 92426608 3633 112479966
Sij 0.020150083 0.039138506 1.53841E-06 0.0476302
Sij (%) 2.015008286 3.913850594 0.000153841 4.763019993
Sij 2 4.060258391 15.31822648 2.36671E-08 22.68635945
TXj 2308354259 2308354259 2308354259 2308354259
Xij 51952792 47030663 80389270 98244652
Sij 0.022506421 0.02037411 0.034825361 0.042560474
Sij (%) 2.250642067 2.037410974 3.482536083 4.256047425
Sij 2 5.065389712 4.151043478 12.12805757 18.11393968
TXj 1893075435 1893075435 1893075435 1893075435
Xij 39826886 49900039 56636761 109307830
Sij 0.021038193 0.026359245 0.029917857 0.057740874
Sij (%) 2.103819281 2.63592449 2.991785745 5.774087391
Sij 2 4.426055566 6.948097915 8.950781942 33.3400852
TXj 1607717783 1607717783 1607717783 1607717783
Xij 37988862 55465656 44980788 91216175
Sij 0.023629061 0.034499622 0.027978037 0.056736435
Sij (%) 2.362906127 3.449962213 2.797803724 5.673643469
Sij 2 5.583325365 11.90223927 7.827705677 32.19023022
Tahun
2013
2014
2016
2015
2007
2008
2009
2010
2011
2012
97
Lampiran 2. Lanjutan
B. Perhitungan Struktur Pasar Berdasarkan HS240120
Brazil India Indonesia Amerika
TXj 6265807873 6265807873 6265807873 6265807873
Xij 2073325516 263706893 63536553 1062506971
Sij 0.330895163 0.042086655 0.010140201 0.169572223
Sij (%) 33.08951628 4.20866548 1.014020128 16.95722232
Sij 2 1094.916087 17.71286512 1.02823682 287.5473887
TXj 7397080591 7397080591 7397080591 7397080591
Xij 2548262016 428498312 59512642 1114693675
Sij 0.34449564 0.057928031 0.008045423 0.150693731
Sij (%) 34.44956405 5.792803076 0.804542296 15.06937313
Sij 2 1186.772463 33.55656748 0.647288306 227.0860065
TXj 8202568953 8202568953 8202568953 8202568953
Xij 2852500489 602231417 79081842 1019236296
Sij 0.347756966 0.073419854 0.009641107 0.124258181
Sij (%) 34.77569656 7.341985425 0.964110664 12.42581808
Sij 2 1209.349071 53.90474998 0.929509372 154.400955
TXj 8136600055 8136600055 8136600055 8136600055
Xij 2582102503 608959326 121896880 976618964
Sij 0.317344159 0.074841988 0.014981304 0.120027893
Sij (%) 31.73441592 7.484198829 1.498130413 12.00278934
Sij 2 1007.073154 56.01323211 2.244394734 144.0669519
TXj 8609218021 8609218021 8609218021 8609218021
Xij 2734551558 479500188 85065185 977088659
Sij 0.317630655 0.055696137 0.00988071 0.113493311
Sij (%) 31.76306549 5.569613719 0.988070982 11.34933111
Sij 2 1008.892329 31.02059698 0.976284264 128.8073166
TXj 9673115387 9673115387 9673115387 9673115387
Xij 3029863754 598899133 97925629 1005400558
Sij 0.313225226 0.061913779 0.010123484 0.103937617
Sij (%) 31.32252261 6.191377948 1.012348402 10.39376166
Sij 2 981.1004225 38.3331609 1.024849286 108.0302814
TXj 10164198256 10164198256 10164198256 10164198256
Xij 3046620988 754972580 102469827 1071395852
Sij 0.299740413 0.074277632 0.010081447 0.105408791
Sij (%) 29.97404135 7.427763223 1.00814471 10.54087912
Sij 2 898.4431548 55.1716665 1.016355756 111.1101327
TXj 9283302599 9283302599 9283302599 9283302599
Xij 2302156081 633248540 98157250 1019289828
Sij 0.247988909 0.068213713 0.010573527 0.109798191
Sij (%) 24.79889087 6.821371309 1.057352693 10.97981906
Sij 2 614.9849886 46.53110653 1.117994717 120.5564266
TXj 8827284364 8827284364 8827284364 8827284364
Xij 2016146569 582197584 97677441 1021261077
Sij 0.228399413 0.065954325 0.011065401 0.115693687
Sij (%) 22.83994132 6.595432525 1.106540097 11.56936873
Sij 2 521.6629196 43.49973019 1.224430987 133.8502928
TXj 7980542949 7980542949 7980542949 7980542949
Xij 1970669539 608909127 78549068 1028358812
Sij 0.246934269 0.076299211 0.009842572 0.128858252
Sij (%) 24.6934269 7.629921058 0.984257193 12.88582517
Sij 2 609.7653319 58.21569535 0.968762222 166.0444903
Tahun
2012
2013
2014
2015
2016
2007
2008
2009
2010
2011
98
Lampiran 2. Lanjutan
C. Perhitungan Struktur Pasar Berdasarkan HS240130
Brazil India Indonesia Amerika
TXj 217846184 217846184 217846184 217846184
Xij 77493144 6526625 4766276 11421285
Sij 0.355724129 0.029959786 0.021879089 0.052428208
Sij (%) 35.57241287 2.995978575 2.187908878 5.242820779
Sij 2 1265.396558 8.975887624 4.786945258 27.48716972
TXj 250606406 250606406 250606406 250606406
Xij 85056825 7457022 2090300 9827329
Sij 0.339404033 0.029755911 0.008340968 0.039214197
Sij (%) 33.94040334 2.975591135 0.834096795 3.92141971
Sij 2 1151.950979 8.854142601 0.695717463 15.37753254
TXj 300369733 300369733 300369733 300369733
Xij 86023107 12209220 3437842 28527359
Sij 0.28639073 0.040647305 0.011445368 0.094974146
Sij (%) 28.63907297 4.06473045 1.144536757 9.497414641
Sij 2 820.1965003 16.52203363 1.309964387 90.20088487
TXj 324152774 324152774 324152774 324152774
Xij 73095593 11949653 7007539 42327118
Sij 0.225497355 0.036864263 0.021618013 0.130577682
Sij (%) 22.54973545 3.686426265 2.161801336 13.05776825
Sij 2 508.490569 13.58973861 4.673385018 170.5053116
TXj 273965763 273965763 273965763 273965763
Xij 77659319 9540734 2539463 36865888
Sij 0.283463591 0.034824548 0.009269271 0.134563851
Sij (%) 28.3463591 3.48245485 0.926927136 13.45638506
Sij 2 803.5160744 12.12749178 0.859193915 181.0742989
TXj 300548000 300548000 300548000 300548000
Xij 98120034 10328879 2020099 23136185
Sij 0.326470427 0.03436682 0.006721386 0.07698
Sij (%) 32.64704274 3.436681994 0.67213856 7.697999987
Sij 2 1065.829399 11.81078313 0.451770244 59.2592038
TXj 299927293 299927293 299927293 299927293
Xij 98305583 11404894 4692786 29516616
Sij 0.327764713 0.038025529 0.015646412 0.098412571
Sij (%) 32.77647126 3.802552907 1.564641201 9.841257094
Sij 2 1074.297068 14.45940861 2.448102089 96.8503412
TXj 246465903 246465903 246465903 246465903
Xij 59974923 8166075 2776420 20331397
Sij 0.243339636 0.033132676 0.011264925 0.082491723
Sij (%) 24.33396355 3.313267637 1.126492536 8.2491723
Sij 2 592.1417821 10.97774243 1.268985433 68.04884364
TXj 275125242 275125242 275125242 275125242
Xij 53310098 6626013 2469354 23775829
Sij 0.193766656 0.024083624 0.008975381 0.086418203
Sij (%) 19.37666556 2.408362443 0.897538147 8.641820295
Sij 2 375.455168 5.800209658 0.805574726 74.68105801
TXj 203124524 203124524 203124524 203124524
Xij 45430137 6763455 5019743 26053446
Sij 0.223656583 0.033297087 0.024712639 0.128263419
Sij (%) 22.36565832 3.329708726 2.471263883 12.82634193
Sij 2 500.222672 11.0869602 6.107145182 164.5150474
2015
2016
2010
2011
2012
2013
2014
Tahun
2007
2008
2009
99
Lampiran 3. Perhitungan Nilai RCA Indonesia
A. Perhitungan Nilai RCA Indonesia Berdasarkan HS240110
B. Perhitungan Nilai RCA Indonesia Berdasarkan HS240120
C. Perhitungan Nilai RCA Indonesia Berdasarkan HS240130
Tahun Xij X.j Xiw X.w Xij/X.j Xiw/X.w RCA
2007 51967423 1.141E+11 2054727887 1.357E+13 0.00045545 0.00015142 3.01
2008 71593215 1.3702E+11 2386076682 1.564E+13 0.0005225 0.00015256 3.42
2009 90109423 1.1651E+11 2690407809 1.2219E+13 0.00077341 0.00022018 3.51
2010 66728718 1.5778E+11 2267683968 1.5021E+13 0.00042292 0.00015096 2.80
2011 59093362 2.035E+11 2362773101 1.7974E+13 0.00029039 0.00013145 2.21
2012 59618744 1.9003E+11 2337090105 1.7966E+13 0.00031373 0.00013008 2.41
2013 92426608 1.8255E+11 2361526220 1.8599E+13 0.0005063 0.00012697 3.99
2014 80389270 1.7604E+11 2308354259 1.8508E+13 0.00045666 0.00012472 3.66
2015 56636761 1.5037E+11 1893075435 1.6134E+13 0.00037666 0.00011733 3.21
2016 44980788 1.4449E+11 1607717783 1.3944E+13 0.00031131 0.00011529 2.70
Tahun Xij X.j Xiw X.w Xij/X.j Xiw/X.w RCA
2007 63536553 1.141E+11 6265807873 1.357E+13 0.00055685 0.00046174 1.21
2008 59512642 1.3702E+11 7397080591 1.564E+13 0.00043433 0.00047295 0.92
2009 79081842 1.1651E+11 8202568953 1.2219E+13 0.00067876 0.00067128 1.01
2010 121896880 1.5778E+11 8136600055 1.5021E+13 0.00077258 0.00054167 1.43
2011 85065185 2.035E+11 8609218021 1.7974E+13 0.00041802 0.00047897 0.87
2012 97925629 1.9003E+11 9673115387 1.7966E+13 0.00051531 0.0005384 0.96
2013 102469827 1.8255E+11 1.0164E+10 1.8599E+13 0.00056132 0.00054649 1.03
2014 98157250 1.7604E+11 9283302599 1.8508E+13 0.0005576 0.00050158 1.11
2015 97677441 1.5037E+11 8827284364 1.6134E+13 0.0006496 0.00054712 1.19
2016 78549068 1.4449E+11 7980542949 1.3944E+13 0.00054363 0.00057231 0.95
Tahun Xij X.j Xiw X.w Xij/X.j Xiw/X.w RCA
2007 4766276 1.141E+11 217846184 1.357E+13 4.1772E-05 1.6054E-05 2.60
2008 2090300 1.3702E+11 250606406 1.564E+13 1.5255E-05 1.6023E-05 0.95
2009 3437842 1.1651E+11 300369733 1.2219E+13 2.9507E-05 2.4582E-05 1.20
2010 7007539 1.5778E+11 324152774 1.5021E+13 4.4414E-05 2.1579E-05 2.06
2011 2539463 2.035E+11 273965763 1.7974E+13 1.2479E-05 1.5242E-05 0.82
2012 2020099 1.9003E+11 300548000 1.7966E+13 1.063E-05 1.6728E-05 0.64
2013 4692786 1.8255E+11 299927293 1.8599E+13 2.5707E-05 1.6126E-05 1.59
2014 2776420 1.7604E+11 246465903 1.8508E+13 1.5772E-05 1.3317E-05 1.18
2015 2469354 1.5037E+11 275125242 1.6134E+13 1.6422E-05 1.7052E-05 0.96
2016 5019743 1.4449E+11 203124524 1.3944E+13 3.4741E-05 1.4567E-05 2.38
100
Lampiran 4. Perhitungan Nilai RCA Brazil
A. Perhitungan Nilai RCA Brazil Berdasarkan HS240110
B. Perhitungan Nilai RCA Brazil Berdasarkan HS240120
C. Perhitungan Nilai RCA Brazil Berdasarkan HS240130
Tahun Xij X.j Xiw X.w Xij/X.j Xiw/X.w RCA
2007 43256140 1.6065E+11 2054727887 1.357E+13 0.00026926 0.00015142 1.78
2008 49884665 1.9794E+11 2386076682 1.564E+13 0.00025202 0.00015256 1.65
2009 53294630 1.5299E+11 2690407809 1.2219E+13 0.00034834 0.00022018 1.58
2010 51533855 2.0192E+11 2267683968 1.5021E+13 0.00025523 0.00015096 1.69
2011 66400373 2.5604E+11 2362773101 1.7974E+13 0.00025934 0.00013145 1.97
2012 69319460 2.4258E+11 2337090105 1.7966E+13 0.00028576 0.00013008 2.20
2013 47584949 2.4203E+11 2361526220 1.8599E+13 0.00019661 0.00012697 1.55
2014 51952792 2.251E+11 2308354259 1.8508E+13 0.0002308 0.00012472 1.85
2015 39826886 1.9113E+11 1893075435 1.6134E+13 0.00020838 0.00011733 1.78
2016 37988862 1.8524E+11 1607717783 1.3944E+13 0.00020508 0.00011529 1.78
Tahun Xij X.j Xiw X.w Xij/X.j Xiw/X.w RCA
2007 2073325516 1.6065E+11 6265807873 1.357E+13 0.01290595 0.00046174 27.95
2008 2548262016 1.9794E+11 7397080591 1.564E+13 0.01287375 0.00047295 27.22
2009 2852500489 1.5299E+11 8202568953 1.2219E+13 0.01864443 0.00067128 27.77
2010 2582102503 2.0192E+11 8136600055 1.5021E+13 0.01278806 0.00054167 23.61
2011 2734551558 2.5604E+11 8609218021 1.7974E+13 0.01068023 0.00047897 22.30
2012 3029863754 2.4258E+11 9673115387 1.7966E+13 0.01249027 0.0005384 23.20
2013 3046620988 2.4203E+11 1.0164E+10 1.8599E+13 0.01258763 0.00054649 23.03
2014 2302156081 2.251E+11 9283302599 1.8508E+13 0.01022733 0.00050158 20.39
2015 2016146569 1.9113E+11 8827284364 1.6134E+13 0.01054873 0.00054712 19.28
2016 1970669539 1.8524E+11 7980542949 1.3944E+13 0.01063873 0.00057231 18.59
Tahun Xij X.j Xiw X.w Xij/X.j Xiw/X.w RCA
2007 77493144 1.6065E+11 217846184 1.357E+13 0.00048238 1.6054E-05 30.05
2008 85056825 1.9794E+11 250606406 1.564E+13 0.0004297 1.6023E-05 26.82
2009 86023107 1.5299E+11 300369733 1.2219E+13 0.00056226 2.4582E-05 22.87
2010 73095593 2.0192E+11 324152774 1.5021E+13 0.00036201 2.1579E-05 16.78
2011 77659319 2.5604E+11 273965763 1.7974E+13 0.00030331 1.5242E-05 19.90
2012 98120034 2.4258E+11 300548000 1.7966E+13 0.00040449 1.6728E-05 24.18
2013 98305583 2.4203E+11 299927293 1.8599E+13 0.00040617 1.6126E-05 25.19
2014 59974923 2.251E+11 246465903 1.8508E+13 0.00026644 1.3317E-05 20.01
2015 53310098 1.9113E+11 275125242 1.6134E+13 0.00027893 1.7052E-05 16.36
2016 45430137 1.8524E+11 203124524 1.3944E+13 0.00024526 1.4567E-05 16.84
101
Lampiran 5. Perhitungan Nilai RCA India
A. Perhitungan Nilai RCA India Berdasarkan HS240110
B. Perhitungan Nilai RCA India Berdasarkan HS240120
C. Perhitungan Nilai RCA India Berdasarkan HS240130
Tahun Xij X.j Xiw X.w Xij/X.j Xiw/X.w RCA
2007 58682695 1.459E+11 2054727887 1.357E+13 0.00040222 0.00015142 2.66
2008 103077572 1.8186E+11 2386076682 1.564E+13 0.00056679 0.00015256 3.72
2009 124678798 1.7677E+11 2690407809 1.2219E+13 0.00070534 0.00022018 3.20
2010 92403776 2.2041E+11 2267683968 1.5021E+13 0.00041924 0.00015096 2.78
2011 81908811 3.0148E+11 2362773101 1.7974E+13 0.00027169 0.00013145 2.07
2012 90405463 2.8956E+11 2337090105 1.7966E+13 0.00031221 0.00013008 2.40
2013 76561614 3.3661E+11 2361526220 1.8599E+13 0.00022745 0.00012697 1.79
2014 47030663 1.6197E+12 2308354259 1.8508E+13 2.9036E-05 0.00012472 0.23
2015 49900039 2.6438E+11 1893075435 1.6134E+13 0.00018874 0.00011733 1.61
2016 55465656 2.6033E+11 1607717783 1.3944E+13 0.00021306 0.00011529 1.85
Tahun Xij X.j Xiw X.w Xij/X.j Xiw/X.w RCA
2007 263706893 1.459E+11 6265807873 1.357E+13 0.00180747 0.00046174 3.91
2008 428498312 1.8186E+11 7397080591 1.564E+13 0.00235619 0.00047295 4.98
2009 602231417 1.7677E+11 8202568953 1.2219E+13 0.00340696 0.00067128 5.08
2010 608959326 2.2041E+11 8136600055 1.5021E+13 0.00276287 0.00054167 5.10
2011 479500188 3.0148E+11 8609218021 1.7974E+13 0.00159047 0.00047897 3.32
2012 598899133 2.8956E+11 9673115387 1.7966E+13 0.00206827 0.0005384 3.84
2013 754972580 3.3661E+11 1.0164E+10 1.8599E+13 0.00224286 0.00054649 4.10
2014 633248540 1.6197E+12 9283302599 1.8508E+13 0.00039096 0.00050158 0.78
2015 582197584 2.6438E+11 8827284364 1.6134E+13 0.00220212 0.00054712 4.02
2016 608909127 2.6033E+11 7980542949 1.3944E+13 0.00233902 0.00057231 4.09
Tahun Xij X.j Xiw X.w Xij/X.j Xiw/X.w RCA
2007 6526625 1.459E+11 217846184 1.357E+13 4.4734E-05 1.6054E-05 2.79
2008 7457022 1.8186E+11 250606406 1.564E+13 4.1004E-05 1.6023E-05 2.56
2009 12209220 1.7677E+11 300369733 1.2219E+13 6.907E-05 2.4582E-05 2.81
2010 11949653 2.2041E+11 324152774 1.5021E+13 5.4216E-05 2.1579E-05 2.51
2011 9540734 3.0148E+11 273965763 1.7974E+13 3.1646E-05 1.5242E-05 2.08
2012 10328879 2.8956E+11 300548000 1.7966E+13 3.567E-05 1.6728E-05 2.13
2013 11404894 3.3661E+11 299927293 1.8599E+13 3.3881E-05 1.6126E-05 2.10
2014 8166075 1.6197E+12 246465903 1.8508E+13 5.0416E-06 1.3317E-05 0.38
2015 6626013 2.6438E+11 275125242 1.6134E+13 2.5062E-05 1.7052E-05 1.47
2016 6763455 2.6033E+11 203124524 1.3944E+13 2.5981E-05 1.4567E-05 1.78
102
Lampiran 6. Perhitungan Nilai RCA Amerika
A. Perhitungan Nilai RCA Amerika Berdasarkan HS240110
B. Perhitungan Nilai RCA Amerika Berdasarkan HS240120
C. Perhitungan Nilai RCA Amerika Berdasarkan HS240130
Tahun Xij X.j Xiw X.w Xij/X.j Xiw/X.w RCA
2007 139098656 1.1625E+12 2054727887 1.357E+13 0.00011965 0.00015142 0.79
2008 116413869 1.2999E+12 2386076682 1.564E+13 8.9556E-05 0.00015256 0.59
2009 115705680 1.0567E+12 2690407809 1.2219E+13 0.0001095 0.00022018 0.50
2010 156389703 1.2781E+12 2267683968 1.5021E+13 0.00012236 0.00015096 0.81
2011 144918617 1.4817E+12 2362773101 1.7974E+13 9.7807E-05 0.00013145 0.74
2012 102292488 1.5449E+12 2337090105 1.7966E+13 6.6212E-05 0.00013008 0.51
2013 112479966 1.5776E+12 2361526220 1.8599E+13 7.1299E-05 0.00012697 0.56
2014 98244652 3.1754E+11 2308354259 1.8508E+13 0.00030939 0.00012472 2.48
2015 109307830 1.5018E+12 1893075435 1.6134E+13 7.2782E-05 0.00011733 0.62
2016 91216175 1.4532E+12 1607717783 1.3944E+13 6.2771E-05 0.00011529 0.54
Tahun Xij X.j Xiw X.w Xij/X.j Xiw/X.w RCA
2007 1062506971 1.1625E+12 6265807873 1.357E+13 0.00091395 0.00046174 1.98
2008 1114693675 1.2999E+12 7397080591 1.564E+13 0.00085752 0.00047295 1.81
2009 1019236296 1.0567E+12 8202568953 1.2219E+13 0.00096454 0.00067128 1.44
2010 976618964 1.2781E+12 8136600055 1.5021E+13 0.00076412 0.00054167 1.41
2011 977088659 1.4817E+12 8609218021 1.7974E+13 0.00065945 0.00047897 1.38
2012 1005400558 1.5449E+12 9673115387 1.7966E+13 0.00065077 0.0005384 1.21
2013 1071395852 1.5776E+12 1.0164E+10 1.8599E+13 0.00067914 0.00054649 1.24
2014 1019289828 3.1754E+11 9283302599 1.8508E+13 0.00320991 0.00050158 6.40
2015 1021261077 1.5018E+12 8827284364 1.6134E+13 0.00068 0.00054712 1.24
2016 1028358812 1.4532E+12 7980542949 1.3944E+13 0.00070767 0.00057231 1.24
Tahun Xij X.j Xiw X.w Xij/X.j Xiw/X.w RCA
2007 11421285 1.1625E+12 217846184 1.357E+13 9.8244E-06 1.6054E-05 0.61
2008 9827329 1.2999E+12 250606406 1.564E+13 7.5601E-06 1.6023E-05 0.47
2009 28527359 1.0567E+12 300369733 1.2219E+13 2.6996E-05 2.4582E-05 1.10
2010 42327118 1.2781E+12 324152774 1.5021E+13 3.3117E-05 2.1579E-05 1.53
2011 36865888 1.4817E+12 273965763 1.7974E+13 2.4881E-05 1.5242E-05 1.63
2012 23136185 1.5449E+12 300548000 1.7966E+13 1.4976E-05 1.6728E-05 0.90
2013 29516616 1.5776E+12 299927293 1.8599E+13 1.871E-05 1.6126E-05 1.16
2014 20331397 3.1754E+11 246465903 1.8508E+13 6.4027E-05 1.3317E-05 4.81
2015 23775829 1.5018E+12 275125242 1.6134E+13 1.5831E-05 1.7052E-05 0.93
2016 26053446 1.4532E+12 203124524 1.3944E+13 1.7929E-05 1.4567E-05 1.23
103
Lampiran 7. Perhitungan Nilai ISP Indonesia
A. Perhitungan Nilai ISP Indonesia Berdasarkan HS240110
B. Perhitungan Nilai ISP Indonesia Berdasarkan HS240120
C. Perhitungan Nilai ISP Indonesia Berdasarkan HS240130
Tahun Xij Mtj Xij-Mtj Xij+Mtj ISP
2007 51967423 32714791 19252632 84682214 0.23
2008 71593215 77526548 -5933333 149119763 -0.04
2009 90109423 56890319 33219104 146999742 0.23
2010 66728718 79124766 -12396048 145853484 -0.08
2011 59093362 138692196 -79598834 197785558 -0.40
2012 59618744 248758528 -189139784 308377272 -0.61
2013 92426608 211306165 -118879557 303732773 -0.39
2014 80389270 197824300 -117435030 278213570 -0.42
2015 56636761 70554547 -13917786 127191308 -0.11
2016 44980788 72522853 -27542065 117503641 -0.23
Tahun Xij Mtj Xij-Mtj Xij+Mtj ISP
2007 63536553 182729897 -119193344 246266450 -0.48
2008 59512642 250395228 -190882586 309907870 -0.62
2009 79081842 227163703 -148081861 306245545 -0.48
2010 121896880 289932768 -168035888 411829648 -0.41
2011 85065185 359608736 -274543551 444673921 -0.62
2012 97925629 397714009 -299788380 495639638 -0.60
2013 102469827 405423352 -302953525 507893179 -0.60
2014 98157250 364359593 -266202343 462516843 -0.58
2015 97677441 329251858 -231574417 426929299 -0.54
2016 78549068 398476688 -319927620 477025756 -0.67
Tahun Xij Mtj Xij-Mtj Xij+Mtj ISP
2007 4766276 1765737 3000539 6532013 0.46
2008 2090300 2589201 -498901 4679501 -0.11
2009 3437842 6117287 -2679445 9555129 -0.28
2010 7007539 9652717 -2645178 16660256 -0.16
2011 2539463 8887081 -6347618 11426544 -0.56
2012 2020099 12449020 -10428921 14469119 -0.72
2013 4692786 10571940 -5879154 15264726 -0.39
2014 2776420 7591679 -4815259 10368099 -0.46
2015 2469354 12521860 -10052506 14991214 -0.67
2016 5019743 6262406 -1242663 11282149 -0.11
104
Lampiran 8. Perhitungan Nilai ISP Brazil
A. Perhitungan Nilai ISP Brazil Berdasarkan HS240110
B. Perhitungan Nilai ISP Brazil Berdasarkan HS240120
C. Perhitungan Nilai ISP Brazil Berdasarkan HS240130
Tahun Xij Mtj Xij-Mtj Xij+Mtj ISP
2007 43256140 9043476 34212664 52299616 0.65
2008 49884665 12168958 37715707 62053623 0.61
2009 53294630 14094982 39199648 67389612 0.58
2010 51533855 8914088 42619767 60447943 0.71
2011 66400373 13699666 52700707 80100039 0.66
2012 69319460 12052674 57266786 81372134 0.70
2013 47584949 26188355 21396594 73773304 0.29
2014 51952792 21805125 30147667 73757917 0.41
2015 39826886 17234208 22592678 57061094 0.40
2016 37988862 19843219 18145643 57832081 0.31
Tahun Xij Mtj Xij-Mtj Xij+Mtj ISP
2007 2073325516 25753847 2047571669 2099079363 0.98
2008 2548262016 30428861 2517833155 2578690877 0.98
2009 2852500489 47582781 2804917708 2900083270 0.97
2010 2582102503 57655122 2524447381 2639757625 0.96
2011 2734551558 18052112 2716499446 2752603670 0.99
2012 3029863754 19572541 3010291213 3049436295 0.99
2013 3046620988 14282832 3032338156 3060903820 0.99
2014 2302156081 15048123 2287107958 2317204204 0.99
2015 2016146569 14299921 2001846648 2030446490 0.99
2016 1970669539 24102995 1946566544 1994772534 0.98
Tahun Xij Mtj Xij-Mtj Xij+Mtj ISP
2007 77493144 230018 77263126 77723162 0.99
2008 85056825 484453 84572372 85541278 0.99
2009 86023107 666680 85356427 86689787 0.98
2010 73095593 1412525 71683068 74508118 0.96
2011 77659319 738746 76920573 78398065 0.98
2012 98120034 812079 97307955 98932113 0.98
2013 98305583 1597842 96707741 99903425 0.97
2014 59974923 2298010 57676913 62272933 0.93
2015 53310098 1926328 51383770 55236426 0.93
2016 45430137 2803990 42626147 48234127 0.88
105
Lampiran 9. Perhitungan Nilai ISP India
A. Perhitungan Nilai ISP India Berdasarkan HS240110
B. Perhitungan Nilai ISP India Berdasarkan HS240120
C. Perhitungan Nilai ISP India Berdasarkan HS240130
Tahun Xij Mtj Xij-Mtj Xij+Mtj ISP
2007 58682695 29970 58652725 58712665 1.00
2008 103077572 21536 103056036 103099108 1.00
2009 124678798 27094 124651704 124705892 1.00
2010 92403776 78244 92325532 92482020 1.00
2011 81908811 958894 80949917 82867705 0.98
2012 90405463 308242 90097221 90713705 0.99
2013 76561614 6903 76554711 76568517 1.00
2014 47030663 47030663 47030663 1.00
2015 49900039 103293 49796746 50003332 1.00
2016 55465656 40994 55424662 55506650 1.00
Tahun Xij Mtj Xij-Mtj Xij+Mtj ISP
2007 263706893 2501579 261205314 266208472 0.98
2008 428498312 7285906 421212406 435784218 0.97
2009 602231417 8906286 593325131 611137703 0.97
2010 608959326 8229763 600729563 617189089 0.97
2011 479500188 10371032 469129156 489871220 0.96
2012 598899133 24192727 574706406 623091860 0.92
2013 754972580 9980814 744991766 764953394 0.97
2014 633248540 15885174 617363366 649133714 0.95
2015 582197584 13035022 569162562 595232606 0.96
2016 608909127 19731906 589177221 628641033 0.94
Tahun Xij Mtj Xij-Mtj Xij+Mtj ISP
2007 6526625 1488 6525137 6528113 1.00
2008 7457022 10059 7446963 7467081 1.00
2009 12209220 2826 12206394 12212046 1.00
2010 11949653 5318 11944335 11954971 1.00
2011 9540734 2639 9538095 9543373 1.00
2012 10328879 4051 10324828 10332930 1.00
2013 11404894 847 11404047 11405741 1.00
2014 8166075 728 8165347 8166803 1.00
2015 6626013 6626013 6626013 1.00
2016 6763455 408 6763047 6763863 1.00
106
Lampiran 10. Perhitungan Nilai ISP Amerika
A. Perhitungan Nilai ISP Amerika Berdasarkan HS240110
B. Perhitungan Nilai ISP Amerika Berdasarkan HS240120
C. Perhitungan Nilai ISP Amerika Berdasarkan HS240130
Tahun Xij Mtj Xij-Mtj Xij+Mtj ISP
2007 139098656 326749041 -187650385 465847697 -0.40
2008 116413869 259790422 -143376553 376204291 -0.38
2009 115705680 366640584 -250934904 482346264 -0.52
2010 156389703 255548750 -99159047 411938453 -0.24
2011 144918617 289705783 -144787166 434624400 -0.33
2012 102292488 357926373 -255633885 460218861 -0.56
2013 112479966 335625040 -223145074 448105006 -0.50
2014 98244652 364946442 -266701790 463191094 -0.58
2015 109307830 277740289 -168432459 387048119 -0.44
2016 91216175 297750137 -206533962 388966312 -0.53
Tahun Xij Mtj Xij-Mtj Xij+Mtj ISP
2007 1062506971 486248369 576258602 1548755340 0.37
2008 1114693675 563420069 551273606 1678113744 0.33
2009 1019236296 532680811 486555485 1551917107 0.31
2010 976618964 445632198 530986766 1422251162 0.37
2011 977088659 466094977 510993682 1443183636 0.35
2012 1005400558 598648282 406752276 1604048840 0.25
2013 1071395852 650862663 420533189 1722258515 0.24
2014 1019289828 457848013 561441815 1477137841 0.38
2015 1021261077 451398586 569862491 1472659663 0.39
2016 1028358812 498324167 530034645 1526682979 0.35
Tahun Xij Mtj Xij-Mtj Xij+Mtj ISP
2007 11421285 20179987 -8758702 31601272 -0.28
2008 9827329 21127324 -11299995 30954653 -0.37
2009 28527359 24433198 4094161 52960557 0.08
2010 42327118 21976165 20350953 64303283 0.32
2011 36865888 18668774 18197114 55534662 0.33
2012 23136185 27298724 -4162539 50434909 -0.08
2013 29516616 26377890 3138726 55894506 0.06
2014 20331397 26152006 -5820609 46483403 -0.13
2015 23775829 14910487 8865342 38686316 0.23
2016 26053446 12389946 13663500 38443392 0.36
107
Lampiran 11. Perhitungan Nilai ECI Indonesia
A. Perhitungan Nilai ECI Indonesia Berdasarkan HS240110
B. Perhitungan Nilai ECI Indonesia Berdasarkan HS240120
C. Perhitungan Nilai ECI Indonesia Berdasarkan HS240130
Tahun Xij Xiw Xij/Xiw ECI
2007 51967423 2054727887 0.025291633 0.94
2008 71593215 2386076682 0.030004574 1.19
2009 90109423 2690407809 0.033492849 1.12
2010 66728718 2267683968 0.029425934 0.88
2011 59093362 2362773101 0.025010172 0.85
2012 59618744 2337090105 0.025509818 1.02
2013 92426608 2361526220 0.039138506 1.53
2014 80389270 2308354259 0.034825361 0.89
2015 56636761 1893075435 0.029917857 0.86
2016 44980788 1607717783 0.027978037 0.94
Tahun Xij Xiw Xij/Xiw ECI
2007 63536553 6265807873 0.010140201 1.15
2008 59512642 7397080591 0.008045423 0.79
2009 79081842 8202568953 0.009641107 1.20
2010 121896880 8136600055 0.014981304 1.55
2011 85065185 8609218021 0.00988071 0.66
2012 97925629 9673115387 0.010123484 1.02
2013 102469827 10164198256 0.010081447 1.00
2014 98157250 9283302599 0.010573527 1.05
2015 97677441 8827284364 0.011065401 1.05
2016 78549068 7980542949 0.009842572 0.89
Tahun Xij Xiw Xij/Xiw ECI
2007 4766276 217846184 0.021879089 3.39
2008 2090300 250606406 0.008340968 0.38
2009 3437842 300369733 0.011445368 1.37
2010 7007539 324152774 0.021618013 1.89
2011 2539463 273965763 0.009269271 0.43
2012 2020099 300548000 0.006721386 0.73
2013 4692786 299927293 0.015646412 2.33
2014 2776420 246465903 0.011264925 0.72
2015 2469354 275125242 0.008975381 0.80
2016 5019743 203124524 0.024712639 2.75
108
Lampiran 12. Perhitungan Nilai ECI Brazil
A. Perhitungan Nilai ECI Brazil Berdasarkan HS240110
B. Perhitungan Nilai ECI Brazil Berdasarkan HS240120
C. Perhitungan Nilai ECI Brazil Berdasarkan HS240130
Tahun Xij Xiw Xij/Xiw ECI
2007 43256140 2054727887 0.021052004 1.06
2008 49884665 2386076682 0.020906564 0.99
2009 53294630 2690407809 0.019809127 0.95
2010 51533855 2267683968 0.022725325 1.15
2011 66400373 2362773101 0.028102729 1.24
2012 69319460 2337090105 0.029660585 1.06
2013 47584949 2361526220 0.020150083 0.68
2014 51952792 2308354259 0.022506421 1.12
2015 39826886 1893075435 0.021038193 0.93
2016 37988862 1607717783 0.023629061 1.12
Tahun Xij Xiw Xij/Xiw ECI
2007 2073325516 6265807873 0.330895163 1.07
2008 2548262016 7397080591 0.34449564 1.04
2009 2852500489 8202568953 0.347756966 1.01
2010 2582102503 8136600055 0.317344159 0.91
2011 2734551558 8609218021 0.317630655 1.00
2012 3029863754 9673115387 0.313225226 0.99
2013 3046620988 10164198256 0.299740413 0.96
2014 2302156081 9283302599 0.247988909 0.83
2015 2016146569 8827284364 0.228399413 0.92
2016 1970669539 7980542949 0.246934269 1.08
Tahun Xij Xiw Xij/Xiw ECI
2007 77493144 217846184 0.355724129 0.99
2008 85056825 250606406 0.339404033 0.95
2009 86023107 300369733 0.28639073 0.84
2010 73095593 324152774 0.225497355 0.79
2011 77659319 273965763 0.283463591 1.26
2012 98120034 300548000 0.326470427 1.15
2013 98305583 299927293 0.327764713 1.00
2014 59974923 246465903 0.243339636 0.74
2015 53310098 275125242 0.193766656 0.80
2016 45430137 203124524 0.223656583 1.15
109
Lampiran 13. Perhitungan Nilai ECI India
A. Perhitungan Nilai ECI India Berdasarkan HS240110
B. Perhitungan Nilai ECI India Berdasarkan HS240120
C. Perhitungan Nilai ECI India Berdasarkan HS240130
Tahun Xij Xiw Xij/Xiw ECI
2007 58682695 2054727887 0.028559838 0.69
2008 103077572 2386076682 0.043199606 1.51
2009 124678798 2690407809 0.04634197 1.07
2010 92403776 2267683968 0.040748084 0.88
2011 81908811 2362773101 0.034666389 0.85
2012 90405463 2337090105 0.038682917 1.12
2013 76561614 2361526220 0.032420395 0.84
2014 47030663 2308354259 0.02037411 0.63
2015 49900039 1893075435 0.026359245 1.29
2016 55465656 1607717783 0.034499622 1.31
Tahun Xij Xiw Xij/Xiw ECI
2007 263706893 6265807873 0.042086655 1.16
2008 428498312 7397080591 0.057928031 1.38
2009 602231417 8202568953 0.073419854 1.27
2010 608959326 8136600055 0.074841988 1.02
2011 479500188 8609218021 0.055696137 0.74
2012 598899133 9673115387 0.061913779 1.11
2013 754972580 10164198256 0.074277632 1.20
2014 633248540 9283302599 0.068213713 0.92
2015 582197584 8827284364 0.065954325 0.97
2016 608909127 7980542949 0.076299211 1.16
Tahun Xij Xiw Xij/Xiw ECI
2007 6526625 217846184 0.029959786 1.22
2008 7457022 250606406 0.029755911 0.99
2009 12209220 300369733 0.040647305 1.37
2010 11949653 324152774 0.036864263 0.91
2011 9540734 273965763 0.034824548 0.94
2012 10328879 300548000 0.03436682 0.99
2013 11404894 299927293 0.038025529 1.11
2014 8166075 246465903 0.033132676 0.87
2015 6626013 275125242 0.024083624 0.73
2016 6763455 203124524 0.033297087 1.38
110
Lampiran 14. Perhitungan Nilai ECI Amerika
A. Perhitungan Nilai ECI Amerika Berdasarkan HS240110
B. Perhitungan Nilai ECI Amerika Berdasarkan HS240120
C. Perhitungan Nilai ECI Amerika Berdasarkan HS240130
Tahun Xij Xiw Xij/Xiw ECI
2007 139098656 2054727887 0.067696875 1.19
2008 116413869 2386076682 0.048788821 0.72
2009 115705680 2690407809 0.043006744 0.88
2010 156389703 2267683968 0.068964505 1.60
2011 144918617 2362773101 0.061334123 0.89
2012 102292488 2337090105 0.043769167 0.71
2013 112479966 2361526220 0.0476302 1.09
2014 98244652 2308354259 0.042560474 0.89
2015 109307830 1893075435 0.057740874 1.36
2016 91216175 1607717783 0.056736435 0.98
Tahun Xij Xiw Xij/Xiw ECI
2007 1062506971 6265807873 0.169572223 0.85
2008 1114693675 7397080591 0.150693731 0.89
2009 1019236296 8202568953 0.124258181 0.82
2010 976618964 8136600055 0.120027893 0.97
2011 977088659 8609218021 0.113493311 0.95
2012 1005400558 9673115387 0.103937617 0.92
2013 1071395852 10164198256 0.105408791 1.01
2014 1019289828 9283302599 0.109798191 1.04
2015 1021261077 8827284364 0.115693687 1.05
2016 1028358812 7980542949 0.128858252 1.11
Tahun Xij Xiw Xij/Xiw ECI
2007 11421285 217846184 0.052428208 0.95
2008 9827329 250606406 0.039214197 0.75
2009 28527359 300369733 0.094974146 2.42
2010 42327118 324152774 0.130577682 1.37
2011 36865888 273965763 0.134563851 1.03
2012 23136185 300548000 0.07698 0.57
2013 29516616 299927293 0.098412571 1.28
2014 20331397 246465903 0.082491723 0.84
2015 23775829 275125242 0.086418203 1.05
2016 26053446 203124524 0.128263419 1.48