mamujuutarakab.bps.gopasangkayukab.go.id/wp-content/uploads/2020/01/... · Data yang disampaikan...
Transcript of mamujuutarakab.bps.gopasangkayukab.go.id/wp-content/uploads/2020/01/... · Data yang disampaikan...
ii
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT
KABUPATEN PASANGKAYU 2018
ISSN: -
ISBN: 978-602-0842-93-6
No. Publikasi: 7605.1704
Katalog: 4102004.7605
Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm
Jumlah Halaman: x+ 86 halaman
Naskah:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pasangkayu
Gambar Kover oleh:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pasangkayu
Diterbitkan oleh:
© BPS Kabupaten Pasangkayu
Dicetak oleh:
CV. Mitra Karya - Mamuju
Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau
menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin
tertulis dari Badan Pusat Statistik.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
iii
KATA PENGANTAR
Perencanaan, implementasi, dan evaluasi hasil-hasil pembangunan, akan
berjalan dengan baik apabila ditangani oleh para ahli yang mengetahui data dan
informasi dengan baik. Data sosial ekonomi sangat dibutuhkan untuk memberikan
gambaran pencapaian hasil pembangunan dan dapat digunakan sebagai bahan
evaluasi program pembangunan bagi para ahli tersebut. Khusus data terkait
kebutuhan hidup masyarakat seperti sandang, pangan, papan, pendidikan,
kesehatan, keamanan, dan kesempatan kerja diperlukan untuk mengetahui
seberapa jauh hasil-hasil pembangunan menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Tahun 2018 ini merupakan hasil
pengumpulan data melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) dan Survei
Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) yang dilaksanakan di seluruh wilayah
Indonesia serta data sekunder dari dinas terkait. Data yang disampaikan dalam
publikasi ini bersifat agregatif yang dapat dianalisis dan diinterpretasikan sesuai
dampak pembangunan yang terjadi. Sejumlah data dibedakan pula menurut jenis
kelamin untuk memenuhi kebutuhan analisis kesenjangan gender.
Demi penyempurnaan publikasi yang akan datang, masukan berupa saran
dan kritik membangun dari para pengguna data sangat kami harapkan.
Pasangkayu, November 2019
Kepala Badan Pusat Statistik
Kabupaten Pasangkayu
Sarifuddin, S.ST., M.M.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
v
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 3
1.2 Tujuan .......................................................................................... 4
1.3 Ruang Lingkup .............................................................................. 5
1.4 Sumber Data ................................................................................ 5
1.5 Sistematika Penyajian .................................................................. 6
1.6 Konsep dan Definisi ..................................................................... 7
BAB II KEPENDUDUKAN ................................................................................. 17
2.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk ................................... 17
2.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk ......................................... 19
2.3 Komposisi Penduduk .................................................................... 20
BAB III FERTILITAS DAN KELUARGA BERENCANA ........................................... 25
3.1 Status Perkawinan Wanita Usia 10 Tahun Ke Atas dan Usia Kawin
Pertama ....................................................................................... 25
3.2 Keluarga Berencana ..................................................................... 28
BAB IV KESEHATAN ......................................................................................... 33
4.1 Fasilitas dan Tenaga Kesehatan ................................................... 33
4.2 Keluhan Kesehatan yang Mengganggu Aktivitas dan Jaminan
Kesehatan .................................................................................... 35
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
vi
4.3 Penolong Persalinan .................................................................... 37
4.4 Imunisasi ...................................................................................... 38
BAB V PENDIDIKAN ........................................................................................ 43
5.1 Partisipasi Sekolah ....................................................................... 43
5.2 Angka Melek Huruf ...................................................................... 48
BAB VI KETENAGAKERJAAN ............................................................................ 53
6.1 Penduduk Menurut Kegiatan Utama ........................................... 53
6.2 Lapangan Usaha Utama ............................................................... 55
6.3 Status Pekerjaan Utama ............................................................... 57
BAB VII KETERANGAN PERUMAHAN ............................................................... 63
7.1 Kondisi Perumahan ...................................................................... 64
7.2 Sumber Air Minum Utama ........................................................... 64
7.3 Fasilitas Tempat Buang Air Besar ................................................. 66
7.4 Sumber Penerangan Utama ......................................................... 68
BAB VIII KONSUMSI/PENGELUARAN................................................................. 73
BAB IX KEADAAN SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA LAINNYA .................... 79
9.1 Akses Terhadap Teknologi dan Informasi .................................... 79
9.2 Tindak Kejahatan........................................................................... 84
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
vii
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Tabel Halaman
2.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Pasangkayu Menurut Jenis Kelamin Tahun
2014-2018 (Jiwa) ..................................................................................... 18
2.2 Kepadatan Penduduk, Sex Ratio, dan Jumlah Penduduk Menurut
Kecamatan di Kabupaten Pasangkayu Tahun 2018 ................................ 19
2.3 Persentase Penduduk Menurut Umur di Kabupaten Pasangkayu
Menurut Kecamatan Tahun 2018 ........................................................... 21
4.1 Jumlah Sarana Kesehatan dan Tenaga Kesehatan di Kabupaten
Pasangkayu Tahun 2018 ......................................................................... 34
4.2 Persentase Penduduk yang Menggunakan Jaminan Kesehatan Untuk
Berobat Jalan Menurut Jenis di Kabupaten Pasangkayu Tahun 2018 ..... 36
4.3 Persentase Penduduk yang Pernah Rawat Inap dalam Setahun dan Rata-
rata Rawat Inap menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pasangkayu Tahun
2017 ........................................................................................................ 37
5.1 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun Ke atas Menurut Status
Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pasangkayu Tahun 2018 ... 44
5.2 Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni Menurut
Jenjang Pendidikan di Kabupaten Pasangkayu Tahun 2017 - 2018 ......... 46
6.1 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama
Seminggu yang lalu, TPAK, dan TPT di Kabupaten Pasangkayu 2018 ...... 54
6.2 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut
Lapangan Usaha Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pasangkayu
2018 ........................................................................................................ 56
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
viii
6.3 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan
Jenis Kelamin di Kabupaten Pasangkayu 2018 ........................................ 58
7.1 Persentase Kepemilikan Rumah di Kabupaten Pasangkayu Tahun 2018 64
7.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum Utama di
Kabupaten Pasangkayu 2018 .................................................................. 65
7.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Penggunaan Fasilitas Tempat
Buang Air Besar di Kabupaten Pasangkayu Tahun 2016 - 2018 .............. 67
7.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Kloset di Kabupaten
Pasangkayu, Tahun 2017 - 2018 ............................................................. 68
8.1 Distribusi Pengeluaran Konsumsi Per Kapita Sebulan Menurut Kelompok
Barang dan Kelompok Pengeluaran di Kabupaten Pasangkayu (Persen) ,
2018 ........................................................................................................ 74
9.1 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang
Menguasai/Memiliki Telepon Seluler (HP) Dalam 3 Bulan Terakhir
Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pasangkayu, 2018 ........................ 80
9.2 Jumlah Kriminalitas Menurut Kasus di Kabupaten Pasangkayu, Tahun
2017 - 2018 ............................................................................................. 84
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Gambar Halaman
2.1 Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun Kabupaten Pasangkayu Tahun
2014-2018 dengan Tahun Dasar 2010 (Persen) ...................................... 18
2.2 Piramida Penduduk Kabupaten Pasangkayu Tahun 2018 ....................... 22
3.1 Persentase Penduduk Wanita Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Status
Perkawinan di Kabupaten Pasangkayu Tahun 2018 ................................ 26
3.2 Persentase Wanita Pernah Kawin Berumur 15-49 Tahun yang Pernah
Melahirkan dalam 2 Tahun Terakhir dan Kelahiran Terakhirnya di
Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Pasangkayu Tahun 2015-2018 ........... 27
3.3 Gambar 3.3 Persentase Penduduk Wanita Berumur 15 – 49 Tahun yang
Pernah Kawin Menurut Status Penggunaan Alat KB di Kabupaten
Pasangkayu Tahun 2018 ......................................................................... 29
4.1 Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan dan Terganggu
Aktivitasnya Selama Bulan Referensi di Kabupaten Pasangkayu Tahun
2018 ........................................................................................................ 35
4.2 Persentase Wanita Pernah Kawin Berumur 15-49 Tahun yang Pernah
Melahirkan dalam 2 Tahun Terakhir dan Kelahiran Terakhirnya dibantu
Tenaga Kesehatan di Kabupaten Pasangkayu Tahun 2015-2018 ............ 37
4.3 Persentase Realisasi Target Imunisasi Menurut Jenis Imunisasi di
Kabupaten Pasangkayu Tahun 2018 ....................................................... 39
5.1 Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Pasangkayu Tahun 2015 - 2018 ... 45
5.2 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas di Kabupaten
Pasangkayu Menurut Kemampuan Membaca dan Menulis Tahun 2018 48
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
x
7.1 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik Sebagai Sumber
Penerangan Utama Berdasarkan Sumbernya di Kabupaten Pasangkayu,
2018 ........................................................................................................ 69
8.1 Persentase Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Sebulan Menurut Jenis
Pengeluaran dan Golongan Pengeluaran di Kabupaten Pasangkayu
Tahun 2017 ............................................................................................. 79
9.1 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses
Internet Dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten
Pasangkayu Tahun 2018 ......................................................................... 82
9.2 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Menggunakan
Telepon Seluler (HP/Nirkabel) atau Komputer (PC/Desktop,
Laptop/Notebook, Tablet) Dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Jenis
Kelamin di Kabupaten Pasangkayu Tahun 2018 ..................................... 83
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan dari pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah
dalam berbagai bidang seperti bidang pendidikan, kesehatan,
ekonomi, perumahan, lingkungan hidup, keamanan, politik dan lain
sebagainya, pada dasarnya ditujukan untuk mencapai kesejahteraan
rakyat. Adanya desentralisasi yang diwujudkan dalam bentuk
otonomi daerah merupakan upaya memberikan kesempatan kepada
daerah untuk mengelola dan mengembangkan segala potensi yang
dimiliki oleh setiap daerah dalam rangka pembangunan segala bidang
secara efektif dan efisien agar mencapai kesejahteraan rakyat.
Hasil pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah melalui wewenang otonomi daerah
diharapkan dapat dinikmati secara merata oleh seluruh lapisan
masyarakat. Namun diakui bahwa, keragaman budaya, adat istiadat,
sumber daya, luas wilayah, serta potensi alam yang ada
mengakibatkan beragam pula pencapaian hasil pembangunan antar
daerah/wilayah.
Upaya pemerintah meningkatkan pembangunan di semua
bidang tentu memerlukan perencanaan yang cermat dan terarah, yang
harus didukung oleh tersedianya data dan informasi yang lengkap
tentang sejauh mana capaian pembangunan yang telah dilaksanakan.
Adanya data dan informasi yang lengkap bagi para penentu dan
pembuat kebijakan pembangunan akan meminimalisasi kekeliruan
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
4
dalam menentukan target, kebijakan, serta program yang cocok bagi
masyarakat.
Oleh sebab itu, evaluasi terhadap hasil-hasil pembangunan
mutlak diperlukan untuk melihat sejauh mana pembangunan yang
telah dilaksanakan bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan
rakyat, sehingga masalah-masalah dalam pembangunan dapat
diselesaikan dengan lebih optimal. Untuk mengukur keberhasilan
pembangunan yang telah dilaksanakan itu salah satunya dapat
menggunakan indikator sosial ekonomi yang dihasilkan dari Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Survei Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas), dan data sekunder dari dinas terkait. Sehingga diharapkan
indikator-indikator kesejahteraan yang didapatkan dari Susenas dan
Sakernas cukup dapat menggambarkan kondisi kesejahteraan
masyarakat secara umum di Kabupaten Pasangkayu.
1.2 Tujuan
Adanya publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat ini bertujuan
untuk memberikan gambaran umum tentang tingkat kesejahteraan
masyarakat yang telah dicapai berdasarkan indikator-indikator yang
dihasilkan dari data statistik yang tersedia di Kabupaten Pasangkayu
kepada seluruh pengguna data, khususnya bagi pembuat kebijakan.
Dengan adanya gambaran umum tingkat kesejahteraan tersebut
diharapkan dapat diketahui berbagai kelebihan, kekurangan, maupun
peluang-peluang peningkatan program pembangunan dari hasil
pembangunan yang telah dicapai, sehingga dapat disusun
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
5
perencanaan pembangunan yang lebih baik dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyat di Kabupaten Pasangkayu.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup bahasan dalam penulisan indikator
kesejahteraan rakyat ini dibatasi untuk wilayah administrasi
Kabupaten Pasangkayu. Selain itu, mengingat cukup luasnya dimensi
kesejahteraan rakyat, maka dalam publikasi ini kesejahteraan rakyat
diamati dari berbagai aspek yang spesifik seperti kependudukan,
kesehatan, pendidikan, angkatan kerja, konsumsi dan pengeluaran,
perumahan dan lingkungan, serta keterangan kondisi sosial ekonomi
lainnya di Kabupaten Pasangkayu Tahun 2018.
1.4 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penyusunan publikasi
Indikator Kesejahteraan Rakyat 2018 ini adalah sebagai berikut:
1. Data terkait kependudukan, kesehatan, pendidikan, fertilitas,
perumahan, konsumsi/pengeluaran, serta kemiskinan
diperoleh dari Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas)
Tahun 2018.
2. Data terkait ketenagakerjaan diperoleh dari Survei Angkatan
Kerja Nasional (Sakernas) Tahun 2018.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
6
1.5 Sistematika Penyajian
Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten
Pasangkayu Tahun 2017 ini disajikan dalam sistematika sebagai
berikut:
• Bab I Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang, Tujuan,
Ruang Lingkup, Sumber Data, Sistematika Penyajian, dan
Konsep dan Definisi.
• Bab II menyajikan data-data dan ulasan tentang
kependudukan.
• Bab III menyajikan kondisi fertilitas dan keluarga berencana.
• Bab IV menyajikan kondisi kesehatan penduduk yang
menyangkut keluhan kesehatan, jumlah hari sakit,
pemanfaatan fasilitas kesehatan, penolong kelahiran balita,
pemberian imunisasi, dan riwayat pemberian ASI.
• Bab V menyajikan kondisi pendidikan penduduk yang
mencakup status pendidikan, tingkat pendidikan, angka melek
huruf, dan pendidikan formal dan non formal.
• Bab VI menyajikan kondisi ketenagakerjaan secara umum.
• Bab VII menyajikan status perumahan yang dilengkapi
mengenai kondisi teknologi komunikasi dan informasi.
• Bab VIII menyajikan kondisi konsumsi/pengeluaran rumah
tangga.
• Bab IX menyajikan kondisi keterangan sosial dan ekonomi
lainnya.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
7
1.6 Konsep dan Definisi
Kependudukan
1) Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah
teritorial Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka
yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan
menetap.
2) Rata-rata pertumbuhan penduduk adalah angka yang
menunjukkan tingkat pertambahan penduduk per tahun
dalam jangka waktu tertentu.
3) Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per
kilometer persegi.
4) Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara banyaknya
penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan
pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan
dengan banyaknya penduduk laki-laki untuk 100 penduduk
perempuan.
5) Rumah tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang
mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus dan
biasanya tinggal bersama serta pengelolaan makan dari satu
dapur. Yang dimaksud makan dari satu dapur adalah jika
pengurusan kebutuhan sehari-harinya dikelola bersama-sama
menjadi satu.
6) Anggota rumah tangga adalah semua orang yang biasanya
bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik yang berada di
rumah pada waktu pencacahan maupun yang sementara tidak
ada.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
8
7) Angka beban tanggungan (Dependency Ratio) adalah
perbandingan antara jumlah penduduk yang termasuk dalam
usia tidak produktif (0 – 14 tahun/penduduk usia muda dan
usia 65 tahun ke atas/penduduk usia tua) dengan penduduk
usia produktif (15-64 tahun).
Fertilitas dan Keluarga Berencana (KB)
1) Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang
pada saat ini hidup bersama, baik bertempat tinggal resmi
dalam satu rumah ataupun tidak, di mana umur istrinya antara
15 – 49 tahun.
2) Rata-rata umur perkawinan pertama adalah rata-rata seorang
wanita pada saat melaksanakan perkawinan pertama kali.
3) Partisipasi KB adalah proporsi peserta keluarga berencana
(KB) aktif terhadap jumlah pasangan usia subur (PUS).
Kesehatan
1) Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami
gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena penyakit akut,
penyakit kronis, kecelakaan, kriminal, atau hal lain.
2) Mengobati sendiri adalah upaya anggota rumah tangga untuk
melakukan pengobatan dengan menentukan jenis obat sendiri
tanpa saran/resep dari tenaga kesehatan/batra.
3) Angka kematian bayi (AKB) adalah perbandingan antara
jumlah bayi (0 – 1 tahun) yang meninggal dengan jumlah
kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. Atau rata-rata
banyaknya bayi yang meninggal setiap seribu kelahiran hidup.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
9
4) Angka harapan hidup (AHH) adalah perkiraan rata-rata
lamanya hidup (dalam tahun) dari lahir yang dapat ditempuh
oleh seseorang.
5) Angka morbiditas (angka kesakitan) adalah persentase
penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan
menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari (sakit).
6) Rata-rata lama sakit adalah rata-rata lamanya terganggu
kesehatan (dalam hari) yaitu terganggunya kegiatan/aktivitas
sehari-hari bagi seseorang yang mengalami keluhan
kesehatan.
7) Berobat jalan adalah kegiatan atau upaya anggota rumah
tangga yang mempunyai keluhan kesehatan untuk
memeriksakan diri dan mendapatkan pengobatan dengan
mendatangi tempat-tempat pelayanan kesehatan modern atau
tradisional tanpa menginap, termasuk mendatangkan petugas
kesehatan ke rumah anggota rumah tangga.
Pendidikan
1) Angka melek huruf (AMH) adalah perbandingan antara jumlah
penduduk umur 15 tahun ke atas yang mampu membaca dan
menulis/melek huruf dan jumlah seluruh penduduk umur 15
tahun ke atas di suatu negara atau daerah.
2) Harapan lama sekolah adalah lamanya sekolah (dalam tahun)
yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu
di masa yang akan datang.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
10
3) Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang
telah dihabiskan oleh penduduk dewasa (15 tahun ke atas) di
seluruh jenjang pendidikan formal yang pernah dijalaninya.
4) Angka partisipasi kasar (APK) menggambarkan proporsi anak
sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam
kelompok umur yang sesuai dengan pendidikan tersebut.
5) Angka partisipasi sekolah (APS) adalah perbandingan jumlah
penduduk pada kelompok usia tertentu yang masih sekolah
dengan jumlah seluruh penduduk pada kelompok usia yang
bersesuaian.
6) Angka partisipasi murni (APM) adalah perbandingan jumlah
penduduk yang masih sekolah pada jenjang tertentu (SD, SMP,
atau SMA) pada kelompok usia yang sesuai dengan jumlah
seluruh penduduk pada kelompok usia yang bersesuaian.
Ketenagakerjaan
1) Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke
atas.
2) Penduduk bukan usia kerja adalah penduduk berusia kurang
dari 15 tahun.
3) Penduduk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja dengan
kegiatan:
a. Bekerja, atau
b. Punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, atau
c. Pengangguran.
4) Penduduk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja
dengan kegiatan:
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
11
a. Bersekolah, atau
b. Mengurus rumah tangga, atau
c. Melaksanakan kegiatan lainnya.
5) Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu
memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya
bekerja paling sedikit 1 jam terus menerus dalam seminggu
yang lalu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang
membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi).
Penghasilan dan keuntungan yang dimaksud mencakup
upah/gaji termasuk semua tunjangan, bonus, dan hasil usaha
berupa sewa, bunga, dan keuntungan yang berupa uang
maupun barang.
6) Pengangguran adalah penduduk yang pada periode survei
tidak bekerja dengan kegiatan:
a. Sedang mencari pekerjaan,
b. Sedang mempersiapkan usaha,
c. Penduduk yang tidak mencari pekerjaan, karena alasan
merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (putus
asa), atau
d. Sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai
bekerja.
7) Hari kerja adalah waktu yang dinyatakan dalam hari yang
dipergunakan oleh seseorang untuk melakukan kegiatan
bekerja paling sedikit selama satu jam terus menerus.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
12
8) Lapangan usaha/pekerjaan adalah bidang kegiatan dari
pekerjaan/usaha/perusahaan/kantor tempat responden
bekerja.
9) Status pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam
pekerjaan meliputi berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh
tidak tetap/buruh tidak dibayar, buruh/karyawan/pegawai,
pekerja bebas, dan pekerja keluarga/tidak dibayar.
10) Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) adalah
perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk
usia kerja (umur 15 tahun ke atas).
11) Tingkat pengangguran terbuka (TPT) adalah perbandingan
antara penduduk usia kerja yang menganggur (tidak
mempunyai pekerjaan dan sedang berusaha mencari kerja
atau sedang mempersiapkan usaha atau sudah diterima tapi
belum mulai bekerja) terhadap jumlah penduduk usia kerja
yang masuk dalam angkatan kerja.
Keterangan Perumahan
1) Luas lantai adalah luas lantai yang ditempati dan digunakan
untuk keperluan sehari-hari (sebatas atap).
2) Air leding adalah sumber air yang berasal dari air yang telah
melalui proses penjernihan dan penyehatan sebelum dialirkan
kepada konsumen melalui instalasi berupa saluran air. Sumber
ini biasanya diusahakan oleh PAM/PDAM/BPAM.
3) Fasilitas sanitasi layak adalah fasilitas higienis yang
memisahkan kotoran manusia dari manusia, hewan, dan
kontak serangga. Fasilitas sanitasi layak termasuk toilet siram
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
13
secara manual atau otomatis atau kakus yang terhubung ke
saluran pembuangan, septic tank atau lubang, jamban yang
berventilasi, jamban dengan lempengan atau pijakan dari
berbagai bahan yang meliputi lubang seluruhnya, kecuali
untuk lubang penurunan, toilet/kakus kompos. Sanitasi tidak
layak meliputi fasilitas umum atau bersama dari jenis
toilet/kakus selain yang layak seperti toilet siram manual atau
otomatis yang kotorannya langsung ke selokan atau parit atau
di tempat lain terbuka, jamban tanpa pijakan, jamban ember,
toilet atau kakus gantung, dan buang air besar di tempat
terbuka seperti semak-semak, lapangan, atau langsung di
sungai.
4) Sumber air minum layak adalah fasilitas air minum yang
dilindungi dari kontaminasi luar khususnya kontaminasi
dengan kotoran. Sumber air minum layak meliputi air ledeng,
air pipa, sumur bos/pompa, seumur terlindung, mata air
terlindung, pengumpulan air hujan dan air minum kemasan.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
17
BAB II
KEPENDUDUKAN
Salah satu masalah yang perlu diperhatikan dalam proses
pembangunan adalah masalah kependudukan yang mencakup jumlah,
komposisi dan distribusi penduduk. Sebenarnya, jumlah penduduk yang
besar merupakan modal dasar yang sangat penting. Namun apabila
pertumbuhan, dan persebarannya tidak teratur, maka jumlah penduduk yang
besar dapat menjadi beban pembangunan. Oleh karena itu diperlukan data
mengenai penduduk menurut lokasi, serta kesejahteraannya seperti
kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, keamanan dan fertilitas.
UUD No. 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera telah menetapkan arah kebijaksanaan yang
ditempuh dalam bidang kependudukan. Salah satu arah kebijakan dimaksud
adalah menyangkut kuantitas penduduk, struktur, komposisi penduduk,
pertumbuhan dan persebaran penduduk yang ideal. Upaya – upaya yang telah
dilaksanakan dalam mewujudkan kebijaksanaan itu di antaranya adalah
penurunan angka kematian, pengaturan kelahiran dan pengarahan mobilitas
penduduk yang disesuaikan dengan daya dukung lingkungan fisik dan sosial
serta sosial budaya.
2.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Penduduk Kabupaten Pasangkayu dari tahun ke tahun terus
menunjukkan adanya pertumbuhan yang cukup pesat. Pertumbuhan tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor, selain kelahiran dan kematian, faktor
terbesar disebabkan oleh tingginya tingkat migrasi masuk dibanding dengan
migrasi keluar (net migration) penduduk. Perkembangan penduduk
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
18
Kabupaten Pasangkayu berdasarkan selama lima tahun terakhir dapat dilihat
pada tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Pasangkayu Menurut Jenis
Kelamin Tahun 2014-2018 (Jiwa)
Jenis Kelamin Tahun
2014 2015 2016 2017 2018
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Laki-laki 79 249 81 389 83 784 85 720 88 164 Perempuan 73 256 75 075 77 248 79 510 82 039
Total 152 505 156 464 161 032 165 230 170 203 Sumber: Proyeksi Penduduk 2010-2035
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, jumlah penduduk di Kabupaten
Pasangkayu Tahun pada periode 2014 - 2018 cenderung mengalami
peningkatan. Pada tahun 2018, jumlah penduduk di Kabupaten Pasangkayu
mencapai 170.203 jiwa. Secara umum, jumlah penduduk laki-laki di Kabupaten
Pasangkayu lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan.
Gambar 2.1 Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun Kabupaten
Pasangkayu Tahun 2014-2018 dengan Tahun Dasar 2010
(Persen)
Sumber: Proyeksi Penduduk 2010-2035
3.15
3.043.02
2.96 2.97
2.85
2.90
2.95
3.00
3.05
3.10
3.15
3.20
2014 2015 2016 2017 2018
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
19
Sedangkan laju pertumbuhan penduduk per tahun Kabupaten
Pasangkayu tahun 2010-2018 mencapai 2,97 persen, atau mengalami sedikit
kenaikan sebesar 0,01 persen dari tahun sebelumnya.
2.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Tingkat keberhasilan dan kecepatan pembangunan di suatu daerah
sering kali berbeda, sehingga perbedaan itulah yang sering kali menjadi
penyebab banyaknya jumlah penduduk di suatu daerah dan sedikitnya jumlah
penduduk di daerah yang lain. Di Kabupaten Pasangkayu, juga terjadi kondisi
di mana terpusatnya jumlah penduduk di suatu daerah yang relatif berhasil
dan cepat tingkat pembangunannya.
Tabel 2.2 Kepadatan Penduduk, Sex Ratio, dan Jumlah Penduduk
Menurut Kecamatan di Kabupaten Pasangkayu Tahun 2018
Kecamatan Penduduk Sex Ratio Kepadatan Penduduk
(1) (2) (3) (4)
Sarudu 15 530 103 156
Dapurang 15 223 107 16
Duripoku 5 778 115 26
Baras 20 369 110 73
Bulu Taba 10 859 111 25
Lariang 6 934 113 83
Pasangkayu 31 276 110 100
Tikke Raya 17 093 109 64
Pedongga 8 217 108 87
Bambalamotu 19 712 102 81
Bambaira 10 456 100 161
Sarjo 8 766 101 236
Pasangkayu 170 203 109 55
Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
20
Penduduk Kabupaten Pasangkayu paling banyak berada di daerah
Kecamatan Pasangkayu, yaitu sekitar 31.276 jiwa atau 18,38 persen dari
seluruh penduduk di Kabupaten Pasangkayu. Sedangkan wilayah yang paling
sedikit penduduknya adalah Kecamatan Duripoku yang hanya dihuni sekitar
5.778 jiwa atau 3,39 persen dari total penduduk Kabupaten Pasangkayu.
Apabila dilihat dari kepadatan penduduk, meskipun jumlah penduduk
di Kecamatan Sarjo masih jauh lebih sedikit dibanding Kecamatan Pasangkayu,
Kecamatan Sarjo merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk
tertinggi di Kabupaten Pasangkayu, yaitu sebesar 236 jiwa/km2. Meskipun
Kecamatan Pasangkayu memiliki jumlah penduduk terbanyak, namun
kepadatan penduduk di kecamatan ini hanya 100 jiwa/km2. Secara
keseluruhan, angka kepadatan penduduk di Kabupaten Pasangkayu adalah 55
jiwa/km2.
Di sisi lain, indikator kependudukan lain yang juga perlu diperhatikan
adalah sex ratio atau rasio jenis kelamin. Rasio jenis kelamin di Kabupaten
Pasangkayu pada tahun 2018 menunjukkan angka 109, hal ini berarti untuk
setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat sekitar 109 orang penduduk
laki-laki.
2.3 Komposisi Penduduk
Dari tabel 2.3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2018 penduduk
Kabupaten Pasangkayu memiliki struktur penduduk muda (0-14 tahun)
sebesar 32,36 persen, penduduk usai produktif (15-64 tahun) sebanyak 65,32
persen serta penduduk usia tua (65+) sebanyak 2,32 persen. Penduduk muda
berusia di bawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum
produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang
lain yang menanggung kehidupannya. Selain itu, penduduk berusia di atas 65
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
21
tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun.
Penduduk usia 15-64 tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah
produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah
penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja yang umumnya disebut
dengan Angka Beban Tanggungan. Angka Beban Tanggungan semacam ini
memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi.
Tabel 2.3 Persentase Penduduk Menurut Umur di Kabupaten
Pasangkayu Menurut Kecamatan Tahun 2018
Kelompok Umur Persentase Penduduk
(1) (2)
0 - 14 32,36
15 - 64 65,32
64 + 2,32
Angka Beban Tanggungan 53,09
Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
Angka Beban Tanggungan Kabupaten Pasangkayu Tahun 2018 sebesar
53,09 yang artinya pada tahun 2018 setiap 100 penduduk usia produktif
memiliki tanggungan sebesar 53-54 penduduk yang belum produktif (0-14
tahun) atau sudah tidak produktif lagi (65+ tahun).
Dari piramida penduduk di Gambar 2.2 semakin menegaskan bahwa
penduduk usia muda cukup banyak, hal ini modal berharga sekaligus ancaman
jika sektor pendidikan tidak mampu memberikan pendidikan yang baik bagi
mereka.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
22
Gambar 2.2 Piramida Penduduk Kabupaten Pasangkayu Tahun 2018
Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
Piramida penduduk Kabupaten Pasangkayu tahun 2018 dikategorikan
sebagai tipe expansive yakni sebagian besar penduduk berada pada kelompok
umur muda. Dasar piramida yang melebar menunjukkan penduduk Kabupaten
Pasangkayu memiliki rasio ketergantungan penduduk muda yang tinggi,
sedangkan puncak piramida yang mengerucut tajam menunjukkan rendahnya
rasio ketergantungan penduduk usia lanjut. Piramida penduduk tipe expansive
juga mencirikan bahwa penduduknya memiliki angka kelahiran yang tinggi
dan angka kematian yang rendah.
Pola piramida penduduk sangat dipengaruhi oleh angka kelahiran dan
angka kematian, namun juga dapat dipengaruhi oleh migrasi masuk maupun
keluar. Piramida penduduk Kabupaten Pasangkayu terlihat menggelembung di
kelompok umur 20-24 hingga 30-34, hal ini dapat disebabkan oleh migrasi
masuk dengan tujuan mencari pekerjaan maupun mencoba peruntungan
dengan merantau ke Kabupaten Pasangkayu.
0‒45‒9
10‒1415‒1920‒2425‒2930‒3435‒3940‒4445‒4950‒5455‒5960‒6465-6970-74
75+
Laki-laki Perempuan
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
25
BAB III
FERTILITAS DAN KELUARGA BERENCANA
Salah satu faktor yang erat kaitannya dengan kesejahteraan rakyat,
khususnya kesejahteraan rumah tangga adalah jumlah anak. Semakin banyak anak
dalam satu rumah tangga akan semakin besar beban rumah tangga bersangkutan
dalam memenuhi berbagai kebutuhan anggota rumah tangganya. Dalam konteks
inilah, perlunya perencanaan suatu keluarga. Dengan demikian, maka setiap
keluarga/rumah tangga diharapkan dapat menjadi keluarga yang sejahtera.
3.1 Status Perkawinan Wanita Usia 10 Tahun Ke Atas dan Usia Kawin
Pertama
Fertilitas (kelahiran) merupakan salah satu komponen yang memengaruhi
perubahan jumlah penduduk selain migrasi (perpindahan) dan mortalitas
(kematian). Tingkat kelahiran penduduk yang terlalu rendah atau terlalu tinggi di
suatu daerah dapat menyebabkan terjadinya suatu keadaan di mana mayoritas
penduduk berada dalam usia lanjut atau sebaliknya, mayoritas penduduk adalah
penduduk muda akibat dari angka fertilitas yang tidak terkendali. Fenomena yang
kedua biasa disebut dengan ledakan penduduk, apabila terjadi ledakan penduduk
maka pada akhirnya dapat merugikan daerah tersebut karena nantinya
menimbulkan permasalahan sosial ekonomi.
Tinggi rendahnya tingkat fertilitas dipengaruhi juga oleh seberapa banyak
wanita yang telah memasuki usia subur dan juga status perkawinan pertama dari
seorang wanita, di antaranya berstatus pernah/sedang kawin, usia perkawinan
pertama, dan tingkat partisipasi keluarga berencana (KB).
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
26
Gambar 3.1 Persentase Penduduk Wanita Usia 10 Tahun Ke Atas
Menurut Status Perkawinan di Kabupaten Pasangkayu
Tahun 2018
Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
Hasil Susenas 2018 mencatat bahwa persentase wanita usia 10 tahun ke atas
di Kabupaten Pasangkayu yang berstatus kawin sebesar 66,10 persen. Pertumbuhan
penduduk searah dengan pertambahan persentase penduduk wanita yang
berstatus kawin. Semakin besar persentase wanita berstatus kawin semakin besar
peluang untuk melahirkan anak. Sedangkan untuk penduduk wanita usia 10 tahun
ke atas yang berstatus belum kawin ada 27,14 persen, dan berstatus cerai sebesar
6,76 persen.
Peluang memiliki anak juga dipengaruhi dari peluang melahirkan hidup
Peluang melahirkan hidup dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya adalah lokasi
tempat melahirkan dan tenaga pembantu proses kelahiran. Wanita yang melahirkan
di fasilitas kesehatan memiliki peluang melahirkan hidup lebih besar karena pada
Belum Kawin27.14%
Kawin66.10%
Cerai6.76%
Belum Kawin Kawin Cerai
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
27
umumnya di lokasi fasilitas kesehatan memiliki tenaga medis dan peralatan yang
menunjang proses kelahiran. Fasilitas kesehatan yang dimaksud meliputi: rumah
sakit, Puskesmas, Pustu, Polindes, dan tempat praktik tenaga kesehatan.
Tenaga pembantu proses kelahiran juga memengaruhi keberhasilan proses
kelahiran. Kelahiran yang dibantu tenaga kesehatan seperti: dokter, bidan, perawat,
dan tenaga kesehatan lainnya memiliki peluang sukses yang lebih besar karena
tenaga medis pada umumnya mendapatkan pendidikan khusus.
Gambar 3.2 Persentase Wanita Pernah Kawin Berumur 15-49 Tahun
yang Pernah Melahirkan dalam 2 Tahun Terakhir dan
Kelahiran Terakhirnya di Fasilitas Kesehatan di
Kabupaten Pasangkayu Tahun 2015-2018
Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
Berdasarkan data Susenas 2015-2018, di Kabupaten Pasangkayu persentase
wanita yang pernah melahirkan dalam 2 tahun terakhir dan proses melahirkan
49,36
57,2362,21
70,51
0
10
20
30
40
50
60
70
80
2015 2016 2017 2018
Per
sen
tase
Tahun
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
28
terakhirnya di fasilitas kesehatan terus meningkat dari tahun 2015 hingga tahun
2018. Kenaikan terbesar terjadi pada tahun 2018 yaitu meningkat sebesar 8,3
persen dibandingkan tahun 2017. Pada tahun 2018 dari setiap 100 wanita berumur
15-49 tahun yang pernah melahirkan pada periode Maret 2016 - Maret 2018,
terdapat 70-71 orang di antaranya yang kelahiran terakhirnya dilakukan di fasilitas
kesehatan.
3.2 Keluarga Berencana
Kebijakan program pembangunan nasional di bidang kependudukan
sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya, terutama diarahkan pada
terwujudnya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS). Salah satu upaya
yang ditempuh untuk itu adalah melalui perencanaan keluarga yang lebih umum
dikenal sebagai Keluarga Berencana (KB). Untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan dari program ini, dapat diukur melalui tingkat partisipasi masyarakat
dalam ber-KB.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
29
Gambar 3.3 Persentase Penduduk Wanita Berumur 15 – 49 Tahun yang
Pernah Kawin Menurut Status Penggunaan Alat KB di
Kabupaten Pasangkayu Tahun 2018
Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
Berdasarkan data Susenas tahun 2018, dari seluruh penduduk wanita
berusia 15-49 tahun yang berstatus kawin, sebanyak 47,56 persennya tergolong
peserta KB aktif. Selain itu, dapat dilihat juga bahwa ternyata masih ada wanita usia
subur berstatus kawin yang tidak menggunakan alat KB, yaitu sebesar 37,2 persen.
15.23 %
47.56 %
37.2 %
Pernah Menggunakan Sedang Menggunakan Tidak Pernah Menggunakan
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
33
BAB IV
KESEHATAN
Pembangunan di bidang kesehatan antara lain bertujuan agar semua lapisan
masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata.
Melalui upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat
yang lebih baik. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah
banyak dilakukan pemerintah melalui penyediaan berbagai fasilitas kesehatan
umum seperti puskesmas/pustu, posyandu, penyediaan air bersih, dll.
4.1 Fasilitas dan Tenaga Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan suatu
penduduk di suatu wilayah. Salah satu hal yang mendukung keberhasilan
pembangunan bidang kesehatan adalah tersedianya fasilitas kesehatan, antara lain
berupa tenaga dan sarana kesehatan yang memadai. Ketersediaan sarana
kesehatan di Kabupaten Pasangkayu masih terus dioptimalkan dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Pasangkayu telah menyediakan dan terus berupaya
meningkatkan fasilitas kesehatan dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan
yang optimal kepada masyarakat. Sebagaimana terlihat pada Tabel 4.1 di bawah ini,
pada tahun 2018 Kabupaten Pasangkayu memiliki 1 rumah sakit umum, 15
puskesmas, 286 posyandu, 38 puskesmas pembantu, 5 apotek, dan 9 klinik.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
34
Tabel 4.1 Jumlah Sarana Kesehatan dan Tenaga Kesehatan di Kabupaten
Pasangkayu Tahun 2018
Uraian 2018
(1) (2)
Sarana Kesehatan
RSU 1
Puskesmas 15
Posyandu 286
Pustu 38
Apotek 5
Klinik 9
Tenaga Kesehatan
Dokter 44
Perawat 150
Bidan 155
Farmasi 27
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Pasangkayu
Berdirinya berbagai sarana kesehatan di Kabupaten Pasangkayu juga diikuti
dengan adanya tenaga kesehatan yang bertugas di Kabupaten Pasangkayu. Pada
tahun 2018, Kabupaten Pasangkayu telah memiliki 44 dokter yang terdiri dari dokter
umum, dokter spesialis, dan dokter gigi. Selain itu, Kabupaten Pasangkayu juga
memiliki 150 tenaga perawat, 155 bidan, dan 27 tenaga farmasi. Adanya tenaga
kesehatan yang bertugas di Kabupaten Pasangkayu diharapkan dapat membantu
meningkatkan kesehatan masyarakat Pasangkayu.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
35
4.2 Keluhan Kesehatan yang Mengganggu Aktivitas dan Jaminan Kesehatan
Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan
penduduk adalah angka kesakitan. Angka Kesakitan atau morbiditas ini adalah
persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan. Oleh karena itu, angka
kesakitan dapat menjadi salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur
keberhasilan pembangunan khususnya di bidang kesehatan. Semakin banyak
penduduk yang mengalami keluhan kesehatan, menunjukkan makin rendah derajat
kesehatan penduduk yang bersangkutan.
Gambar 4.1 Persentase Penduduk yang Memiliki Keluhan Kesehatan
dan Terganggu Aktivitasnya Selama Bulan Referensi di
Kabupaten Pasangkayu Tahun 2018
Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
Keluhan kesehatan yang dialami seseorang dapat menyebabkan aktivitas
sehari-harinya terganggu, mulai dari menurunnya produktivitas dalam kehidupan
15.59
84.41
Memiliki Keluhan Kesehatan yang Mengganggu Aktivitas
Tidak Memiliki Keluhan Kesehatan yang Mengganggu Aktivitas
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
36
sehari-hari hingga berhentinya aktivitas secara total.. Gambar 4.1 menunjukkan
bahwa penduduk Kabupaten Pasangkayu pada tahun 2018 yang mengalami keluhan
kesehatan dan merasa terganggu aktivitasnya ada sebanyak 15,59 persen.
Sedangkan sisanya yaitu 84,41 persen tidak memiliki keluhan kesehatan yang
mengganggu aktivitasnya. Cukup rendahnya persentase penduduk yang memiliki
keluhan kesehatan yang mengganggu aktivitas perlu dipertahankan dan kondisi ini
juga menunjukkan masih perlunya peningkatan pelayanan kesehatan bagi
penduduk. Apabila keluhan kesehatan yang dimiliki dirasakan dalam waktu yang
lama maka dampak negatif yang dirasakan juga akan semakin besar.
Apabila keluhan kesehatan yang dialami penduduk telah cukup lama
dirasakan, maka pilihan untuk berobat jalan adalah pilihan yang lebih baik agar
penduduk mendapatkan penanganan kesehatan yang lebih optimal. Akan tetapi
biaya juga menjadi masalah bagi sebagian penduduk yang akan berobat jalan.
Umumnya penduduk menggunakan jaminan kesehatan untuk meringankan biaya
pengobatan mereka. Tabel berikut menggambarkan penduduk berdasarkan jenis
jaminan kesehatan yang dimiliki.
Tabel 4.2 Persentase Penduduk yang Menggunakan Jaminan
Kesehatan Untuk Berobat Jalan Menurut Jenis di Kabupaten
Pasangkayu Tahun 2018
Jenis Kelamin Menggunakan Jaminan Kesehatan untuk Berobat Jalan (%)
(1) (2)
Laki-laki 55,70
Perempuan 53,01
Laki-laki + Perempuan
54,33
Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
37
Dari tabel 4.3 tersebut dapat dilihat bahwa secara total terdapat 54,33
persen penduduk Kabupaten Pasangkayu yang berobat jalan menggunakan jaminan
kesehatan. Sedangkan apabila dilihat per jenis kelamin, terdapat 55,7 persen
penduduk laki-laki Kabupaten Pasangkayu yang menggunakan jaminan kesehatan
untuk berobat jalan dan terdapat 53,01 persen penduduk perempuan Kabupaten
Pasangkayu yang menggunakan jaminan kesehatan untuk berobat jalan.
4.3 Penolong Persalinan
Data penolong kelahiran bayi dapat dijadikan salah satu indikator
kesehatan terutama dalam hubungannya dengan tingkat kesehatan ibu dan anak
serta pelayanan kesehatan secara umum. Dilihat dari kesehatan ibu dan anak,
persalinan yang ditolong oleh tenaga medis dianggap lebih baik dibandingkan yang
ditolong oleh non medis.
Gambar 4.2 Persentase Wanita Pernah Kawin Berumur 15-49 Tahun
yang Pernah Melahirkan dalam 2 Tahun Terakhir dan
Kelahiran Terakhirnya dibantu Tenaga Kesehatan di
Kabupaten Pasangkayu Tahun 2015-2018
Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
72,8678,34
95,86 93,61
0
20
40
60
80
100
120
2015 2016 2017 2018
Per
sen
tase
Tahun
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
38
Persentase penolong kelahiran disajikan dalam Gambar 4.2. Penyajian data
penolong kelahiran bayi dimaksudkan untuk menangkap pengaruh budaya yang ada
di masyarakat serta pengaruh tingkat pendidikan dalam proses penentuan penolong
kelahiran.
Berdasarkan data Susenas 2015-2018, di Kabupaten Pasangkayu persentase
wanita yang pernah melahirkan dalam 2 tahun terakhir dan proses melahirkan
terakhirnya dibantu tenaga kesehatan terus meningkat dari tahun 2015 hingga
tahun 2017. Akan tetapi pada tahun 2018, terjadi sedikit penurunan sebesar 2,25
persen dari sebelumnya 95,86 persen menjadi 93,61 persen. Pada tahun 2017
terjadi kenaikan yang signifikan dari 78,34 persen menjadi 95,86 persen. Pada tahun
2018 dari setiap 100 wanita berumur 15-49 tahun yang pernah melahirkan pada
periode Maret 2016 - Maret 2018, terdapat 95-96 orang di antaranya yang kelahiran
terakhirnya dibantu tenaga kesehatan.
4.4 Imunisasi
Selain melalui pemberian ASI, pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan
cara melakukan imunisasi kepada balita. Imunisasi adalah pemberian suatu vaksin
dalam tubuh seseorang untuk memberikan kekebalan terhadap jenis penyakit
tertentu. Janis-jenis imunisasi yang dicanangkan oleh pemerintah ada berbagai
macam, namun hanya lima jenis saja yang diwajibkan.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
39
Gambar 4.3 Persentase Realisasi Target Imunisasi Menurut Jenis
Imunisasi di Kabupaten Pasangkayu Tahun 2018
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Pasangkayu
Pada tahun 2018 Kabupaten Pasangkayu memiliki target imunisasi batita sebanyak
3.610 batita untuk masing-masing jenis imunisasi. Berdasarkan Gambar 4.3 dapat diketahui
bahwa secara umum persentase realisasi target imunisasi batita di Kabupaten Pasangkayu
sudah cukup tinggi, yaitu di atas 70 persen untuk semua jenis imunisasi. Jenis imunisasi yang
paling mendekati target adalah imunisasi BCG dengan realisasi 78,95 persen dari target.
Disusul oleh imunisasi polio dengan realisasi 76,67 persen dari target. Kemudian diikuti
imunisasi campak dan DPT dengan realisasi masing-masing 73,41 persen dan 72,56 persen
dari target.
Meskipun begitu, dapat diketahui bahwa masih terdapat batita yang belum
pernah mendapat jenis imunisasi tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
imunisasi belum menjangkau semua sasaran yang ditujukan. Oleh karena itu,
pemerintah masih perlu meningkatkan pelayanan imunisasi bagi balita, di antaranya
dengan mengoptimalkan peran posyandu, meningkatkan kemudahan kepada
78.95 %
72.56 %
76.67 %
73.41 %
68.00
70.00
72.00
74.00
76.00
78.00
80.00
BCG DPT Polio Campak
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
40
masyarakat untuk akses imunisasi, dan meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat
mengenai pentingnya imunisasi bagi anak-anak mereka. Imunisasi penting dilakukan
karena pemberian imunisasi dapat membantu menurunkan angka kematian bayi
dan balita.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
43
BAB V
PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan salah satu komponen dari indikator kesejahteraan
rakyat yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah. Selain itu, pendidikan
juga merupakan sarana untuk membentuk manusia yang terampil, berbudi pekerti
yang baik, serta produktif. Dengan demikian, pada akhirnya pendidikan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pendidikan tercermin dalam
Undang- Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang bertujuan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dengan demikian, program pendidikan memiliki andil besar terhadap
kemajuan sosial-ekonomi serta martabat suatu bangsa. Karena suatu bangsa yang
memiliki martabat di mata dunia internasional, dapat tercermin dari pendidikan
setiap warga negaranya.
5.1 Partisipasi Sekolah
Partisipasi penduduk bersekolah disajikan berdasarkan persentase
penduduk berumur 5 tahun ke atas yang tidak/belum pernah bersekolah, masih
bersekolah dan tidak bersekolah lagi. Partisipasi sekolah ini merupakan indikator
yang dapat digunakan untuk mengetahui atau mengukur proporsi keikutsertaan
anak pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok usia yang sesuai
dengan jenjang pendidikan tersebut. Tabel 5.1 berikut ini menampilkan data
penduduk berumur 5 tahun ke atas menurut status pendidikan di Kabupaten
Pasangkayu.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
44
Tabel 5.1 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun Ke atas Menurut
Status Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten
Pasangkayu Tahun 2018
Status Pendidikan Laki-laki
(%) Perempuan (%)
Laki-laki + Perempuan
(%)
(1) (2) (3) (4)
Tidak/belum pernah bersekolah
6,17 6,12 6,15
Masih SD/MI/Paket A 16,25 18,87 17,52
Masih SMP/MTs/Paket B 3,78 5,35 4,54
Masih SMA/ke atas 5,95 5,93 5,94
Jumlah yang Masih Sekolah 25,98 30,15 28
Tidak bersekolah lagi 67,85 63,73 65,86
Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
Dari Tabel 5.1 tersebut dapat diketahui bahwa pada tahun 2018 sebagian
besar penduduk berusia 5 tahun ke atas di Kabupaten Pasangkayu adalah penduduk
yang tidak bersekolah lagi, baik penduduk laki-laki maupun perempuan dengan
persentase masing-masing sebesar 67,85 persen dan 63,73 persen. Penduduk yang
masih aktif mengikuti pendidikan di berbagai jenjang pendidikan secara umum
diperkirakan sebesar 28 persen pada tahun 2018. Sedangkan untuk masing-masing
jenis kelamin, terdapat 25,98 persen laki-laki yang masih sekolah dan 30,15 persen
perempuan yang masih sekolah. Sementara itu, penduduk yang tidak/belum pernah
sekolah secara umum diperkirakan ada sekitar 6,15 persen. Sedangkan untuk
masing-masing jenis kelamin, terdapat 6,17 persen laki-laki yang tidak/belum
pernah sekolah dan 30,15 persen perempuan yang tidak/belum pernah sekolah.
Data partisipasi sekolah yang disajikan pada Tabel 5.1 tersebut belum
membedakan penduduk berdasarkan kelompok umur, sehingga penghitungannya
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
45
belum memisahkan antara penduduk yang masih tergolong usia sekolah dengan
penduduk yang sudah melewati usia sekolah atau belum memasuki usia sekolah.
Indikator pendidikan yang telah memperhitungkan kelompok umur dan cukup
sering digunakan adalah Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar
(APK), dan Angka Partisipasi Murni (APM).
Gambar 5.1 Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Pasangkayu
Tahun 2015 - 2018
Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
Gambar 5.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2018, APS usia 7 – 12 tahun
mencapai 98,72. Artinya, terdapat 98,72 persen penduduk usia 7 – 12 tahun di
Kabupaten Pasangkayu sedang menjalani pendidikan atau masih bersekolah. APS
usia 7 – 12 tahun ini meningkat dibandingkan tahun 2017, yakni naik sekitar 0,94
persen.
98
.17
89
.49
62
.31
98
.10
91
.63
60
.96
97
.78
92
.10
68
.89
98
.72
92
.72
60
.34
7 - 1 2 T A H U N 1 3 - 1 5 T A H U N 1 6 - 1 8 T A H U N
2015 2016 2017 2018
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
46
Sementara itu, APS usia 13 – 15 tahun mencapai 92,72 yang berarti bahwa
92,72 persen penduduk usia 13 – 15 tahun sedang menjalani pendidikan atau masih
bersekolah, atau dapat dikatakan juga bahwa ada 7 - 8 orang dari seratus orang
penduduk usia 13 – 15 tahun yang tidak bersekolah pada tahun 2018. Sedangkan
APS pada kelompok usia 16 – 18 tahun masih relatif rendah, yaitu hanya sebesar
60,34 atau menurun signifikan dibandingkan tahun 2017 yang sebesar 68,89. Dari
data-data tersebut dapat diketahui bahwa semakin tinggi kelompok umur maka
semakin kecil persentase mereka yang bersekolah. Biaya, kesadaran, motivasi,
budaya, dan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan beberapa
faktor yang dapat memengaruhi terjadinya kondisi tersebut.
Tabel 5.2 Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni
Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Pasangkayu Tahun
2017 - 2018
Jenjang Pendidikan
Indikator
2017 2018
APK APM APK APM
(1) (2) (3) (4) (5)
SD/Sederajat 117,75 97,28 111,45 98,72
SMP/Sederajat 83,47 68,34 75,04 71,75
SMA/Sederajat 72,71 54,2 68,82 54,52
Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
Indikator penting lainnya yang dapat digunakan untuk melihat
perkembangan bidang pendidikan adalah Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka
Partisipasi Murni (APM). APK adalah proporsi penduduk yang bersekolah pada
jenjang pendidikan tertentu terhadap seluruh penduduk berusia yang bersesuaian
dengan jenjang pendidikan tersebut. Sedangkan APM adalah proporsi penduduk
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
47
pada kelompok usia yang bersesuaian dengan jenjang pendidikan tertentu dan
sedang bersekolah pada jenjang pendidikan tersebut terhadap semua penduduk
pada kelompok usia yang sama.
Berdasarkan tabel 5.2 tersebut, dapat diketahui bahwa APK Kabupaten
Pasangkayu untuk semua jenjang pendidikan secara umum mengalami penurunan
dari tahun 2017 ke 2018. Pada tahun 2018, nilai APK untuk jenjang SD/Sederajat
adalah 111,45. Artinya, pada tahun 2018 diperkirakan paling tidak terdapat 11-12
pelajar sekolah dasar yang tidak berumur 7-12 tahun pada setiap 100 penduduk
berusia 7-12 tahun. Hal ini mengindikasikan kemungkinan adanya kejadian tinggal
kelas atau terlambat masuk sekolah ditunjukkan dengan kemungkinan adanya
pelajar SD yang berusia lebih dari 12 tahun yang seharusnya berada di tingkat SMP,
serta mengindikasikan kemungkinan adanya siswa yang masuk sekolah di usia yang
lebih muda ditunjukkan dengan kemungkinan adanya pelajar SD yang lebih muda
dari 7 tahun.
Sedangkan untuk nilai APK pada jenjang SMP/Sederajat pada tahun 2018
yaitu sebesar 75,04, artinya jumlah penduduk yang sedang bersekolah di jenjang
pendidikan SMP/Sederajat tanpa memperhitungkan usianya adalah sebanyak 75,04
persen, apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk berusia 13 – 15 tahun.
Sedangkan nilai APK pada jenjang SMA/Sederajat berada di bawah nilai APK
SMP/Sederajat, yaitu sebesar 68,82.
Di sisi lain, nilai APM untuk semua jenjang pendidikan di Kabupaten
Pasangkayu tahun 2018 mengalami kenaikan jika dibandingkan nilai APM pada
tahun 2017. Nilai APM tertinggi pada tahun 2018 terdapat pada jenjang pendidikan
SD/Sederajat sebesar 98,72, dan yang terendah pada jenjang SMA/Sederajat
sebesar 54,52. Apabila dibandingkan dengan nilai APM, nilai APK pada tahun 2018
cenderung lebih besar dibandingkan nilai APM pada tahun yang sama. Berdasarkan
data pada Tabel 5.2, APM SD sebesar 98,72, artinya sebanyak 98,72 persen anak
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
48
usia sekolah dasar (7-12 tahun) bersekolah tepat waktu. Sedangkan untuk nilai APM
tahun 2018 pada jenjang SMP dan SMA cenderung lebih rendah dari nilai APM
jenjang SD/Sederajat, yaitu 71,75 untuk SMP/Sederajat dan 54,52 untuk
SMA/Sederajat.
5.2 Angka Melek Huruf
Salah satu indikator majunya pendidikan adalah angka melek huruf.
Seseorang dikatakan melek huruf jika mempunyai kemampuan membaca dan
menulis kalimat sederhana dalam huruf latin atau arab atau lainnya. Gambar berikut
menunjukkan persentase penduduk 15 tahun ke atas menurut kemampuan
membaca dan menulis di Kabupaten Pasangkayu tahun 2018:
Gambar 5.2 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas di
Kabupaten Pasangkayu Menurut Kemampuan Membaca
dan Menulis Tahun 2018
Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
95.1 %
28.91 %
4.4 %
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Huruf Latin Huruf Lainnya Buta Huruf
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
49
Berdasarkan data pada Gambar 5.2 tersebut, dapat diketahui bahwa masih
ada sekitar 4,4 persen penduduk yang tidak memiliki kemampuan baca tulis.
Terdapat 95,1 persen penduduk Kabupaten Pasangkayu pada tahun 2018 yang
memiliki kemampuan baca tulis huruf latin. Dari kedua angka tersebut, dapat
diketahui bahwa ada sekitar 0,5 persen penduduk yang tidak memiliki kemampuan
baca tulis huruf latin namun memiliki kemampuan baca tulis huruf lain selain latin.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
53
BAB VI
KETENAGAKERJAAN
Secara umum, permasalahan ketenagakerjaan di Kabupaten Pasangkayu
tidak jauh berbeda dengan permasalahan ketenagakerjaan di wilayah lain di
Indonesia. Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat menyebabkan
jumlah angkatan kerja yang tersedia juga meningkat. Namun, peningkatan jumlah
angkatan kerja ini apabila tidak diimbangi dengan penciptaan lapangan pekerjaan
akan menyebabkan bertambahnya pengangguran, dan peningkatan pengangguran
dapat menimbulkan permasalahan sosial di masyarakat yang pada akhirnya
menghambat keberhasilan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
6.1 Penduduk Menurut Kegiatan Utama
Penduduk usia 10 tahun ke atas menurut kegiatan utama yang dilakukan
dapat dibedakan atas penduduk bekerja, mencari pekerjaan, sekolah, mengurus
rumah tangga dan penduduk yang melakukan kegiatan lainnya. Kegiatan utama
penduduk tersebut dikelompokkan dalam dua kategori; yakni mereka yang
termasuk angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Mereka yang termasuk sebagai angkatan kerja adalah penduduk yang
melakukan kegiatan utama bekerja, mencari pekerjaan, atau mereka yang punya
pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja. Sedangkan mereka yang bersekolah,
mengurus rumah tangga dan melakukan kegiatan lainnya dikelompokkan sebagai
bukan angkatan kerja. Pada Tabel 6.1 berikut ini ditampilkan kondisi
ketenagakerjaan di Kabupaten Pasangkayu berupa jenis kegiatan utama yang
dilakukan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
54
Tabel 6.1 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis
Kegiatan Utama Seminggu yang lalu, TPAK, dan TPT di
Kabupaten Pasangkayu 2018
Kegiatan Utama Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4)
Angkatan Kerja 52 514 28 310 80 824
Bekerja 51 390 26 246 77 636
Pengangguran 1 124 2 064 3 188
Bukan Angkatan Kerja 8 209 26 060 34 269
Sekolah 3 920 2 379 6 299
Mengurus Rumah Tangga 2 045 22 939 24 984
Lainnya 2 244 742 2 986
Jumlah 60 723 54 370 115 093
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
2,14 7,29 3,94
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
86,48 52,07 70,22
Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
Berdasarkan data pada tahun 2018 tersebut, dapat diketahui bahwa sekitar
67,46 persen (77.636 jiwa) dari total penduduk usia 15 tahun ke atas (115.093 jiwa)
memiliki kegiatan utama bekerja. Sementara itu, tingkat partisipasi angkatan kerja
(TPAK) Kabupaten Pasangkayu tercatat sebesar 70,22 persen, artinya dari total
penduduk berusia 15 tahun ke atas, 70,22 persen di antaranya berstatus bekerja,
sementara tidak bekerja, ataupun pengangguran.
Sedangkan untuk nilai tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar 3,94
persen, artinya ada sekitar 3,94 persen dari total penduduk usia kerja yang sedang
aktif mencari pekerjaan. Jika dilihat menurut jenis kelamin, maka dapat diketahui
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
55
bahwa angkatan kerja laki-laki lebih dominan dibanding angkatan kerja perempuan.
Kondisi ini di antaranya disebabkan oleh faktor budaya dan ekonomi yang
menempatkan penduduk laki-laki sebagai kepala keluarga atau anggota rumah
tangga yang wajib mencari nafkah, sehingga penduduk laki-laki lebih banyak sebagai
angkatan kerja. Keadaan ini wajar terjadi di berbagai daerah terutama di daerah
pedesaan di Kabupaten Pasangkayu yang menjadikan laki-laki sebagai penopang
nafkah keluarga yang utama dan perempuan lebih bertugas sebagai ibu rumah
tangga.
6.2 Lapangan Usaha Utama
Lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/ perusahaan/
kantor tempat di mana seseorang bekerja. Seseorang dapat memiliki lebih dari satu
pekerjaan yang dibedakan menjadi pekerjaan utama dan pekerjaan tambahan atau
pekerjaan sampingan.
Pekerjaan utama adalah pekerjaan yang menggunakan waktu terbanyak,
namun apabila dua pekerjaan atau lebih menggunakan waktu yang sama, maka
yang ditentukan sebagai pekerjaan utama adalah pekerjaan yang memberikan
penghasilan terbesar bagi tenaga kerja yang bersangkutan. Pekerjaan utama
dikelompokkan menjadi beberapa lapangan usaha berdasarkan Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun 2009.
Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir dari tahun 2016 hingga 2018, lapangan
usaha pertanian selalu menjadi penyumbang terbesar dalam Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pasangkayu. Tercatat pada tahun 2016 lapangan
usaha ini menyumbang sebesar 45,45 persen, tahun 2017 sebesar 44,55 persen,
dan tahun 2018 sebesar 45,32 persen. Meski tetap menjadi penyumbang terbesar,
namun persentase kontribusinya tahun 2017 dan 2018 lebih rendah dari pada tahun
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
56
2016. Penurunan persentase ini dapat menunjukkan terjadinya penurunan dalam
produksi pertanian dan dapat memungkinkan terjadinya pula penurunan dalam hal
jumlah tenaga kerja di lapangan usaha ini.
Tabel 6.2 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang
Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama dan Jenis Kelamin
di Kabupaten Pasangkayu 2018
Lapangan Usaha Laki-laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan
65,5 42,65 57,78
Industri Pengolahan 1,1 9,22 3,84
Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel
7,17 20,64 11,73
Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan
4,12 16,43 8,28
Lainnya 22,12 11,06 18,38
Pasangkayu 100 100 100
Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
Berdasarkan data pada Tabel 6.2 tersebut dapat diketahui bahwa lapangan
usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan menyerap
tenaga kerja terbesar di Kabupaten Pasangkayu pada tahun 2018, yaitu mencapai
57,78 persen dari keseluruhan tenaga kerja yang ada di Kabupaten Pasangkayu.
Lapangan usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan
mendominasi menjadi lapangan usaha mayoritas baik bagi pekerja laki-laki maupun
perempuan.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
57
Sedangkan pada tahun 2018 jumlah tenaga kerja terbesar kedua dan ketiga
berturut-turut ada pada lapangan usaha lainnya dan perdagangan, masing-masing
sebesar 18,38 persen dan 11,73 persen di mana lapangan usaha lainnya meliputi
pertambangan dan penggalian, listrik, gas, dan air, bangunan, angkutan,
pergudangan dan komunikasi, keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan,
tanah dan jasa perusahaan.
6.3 Status Pekerjaan Utama
Kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat
diidentifikasi berdasarkan status pekerjaannya. Status/kedudukan seseorang dalam
pekerjaannya dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu berusaha sendiri,
berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar, berusaha dibantu buruh
tetap/buruh dibayar, buruh/karyawan/pegawai, pekerja bebas, dan pekerja
keluarga/tidak dibayar.
Status/kedudukan seseorang sebagai berusaha, baik berusaha sendiri
maupun dibantu oleh buruh, merupakan bentuk pekerjaan yang menanggung risiko
secara ekonomis seperti tidak kembalinya modal dan mendapatkan laba/rugi.
Status/kedudukan sebagai buruh/karyawan/pegawai adalah mereka yang bekerja
pada orang lain atau bekerja pada suatu kantor/lembaga/instansi/perusahaan
secara tetap (memiliki pimpinan/majikan yang tetap) dengan menerima upah/gaji,
baik berupa uang maupun barang dan biasanya mendapat jaminan dari tempatnya
bekerja.
Sedangkan status pekerja bebas sedikit berbeda dengan
buruh/karyawan/pegawai, pekerja bebas tidak memiliki majikan tetap (berganti-
ganti majikan) atau memiliki lebih dari satu majikan dalam satu waktu yang
bersamaan. Sementara pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar adalah seseorang
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
58
yang bekerja membantu orang lain yang berusaha dengan tidak mendapatkan
upah/gaji, baik berupa uang maupun barang. Pekerja keluarga biasanya adalah
anggota rumah tangga dari seseorang yang berusaha, misalnya istri/suami, anak,
keponakan, atau famili lainnya.
Penduduk yang bekerja dengan status berusaha dibantu buruh tetap/buruh
dibayar serta penduduk yang bekerja dengan status bekerja sebagai
buruh/karyawan/pegawai tergolong ke dalam sektor formal. Sedangkan yang
berstatus selain itu digolongkan ke dalam sektor informal.
Tabel 6.3 Persentase Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan
Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pasangkayu 2018
Status Pekerjaan Utama Jenis Kelamin
Laki-laki + Perempuan Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4)
Berusaha sendiri 22,93 16,51 20,76
Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar
26,98 16,10 23,3
Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar
0,89 0 0,59
Buruh/karyawan/pegawai 25,62 24,33 25,19
Pekerja bebas 15,07 3,95 11,31
Pekerja keluarga 8,52 39,11 18,86
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
Berdasarkan tabel 6.3 tersebut, dapat diketahui bahwa pada tahun 2018 di
Kabupaten Pasangkayu ada sekitar 25,19 persen penduduk yang bekerja sebagai
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
59
buruh/karyawan/pegawai. Kondisi cukup banyaknya pekerja di Kabupaten
Pasangkayu yang bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai dikarenakan banyaknya
yang menjadi pegawai di pemerintahan, serta banyaknya penduduk yang bekerja
pada perusahaan-perusahaan sawit yang ada di Kabupaten Pasangkayu. Jika ditinjau
lebih dalam menurut jenis kelamin, maka dapat terlihat bahwa sebagian besar
perempuan di Kabupaten Pasangkayu berstatus sebagai pekerja keluarga.
Persentase perempuan yang berstatus sebagai pekerja keluarga/pekerja tidak
dibayar ada sekitar 39,11 persen. Kondisi ini wajar terjadi karena ada umumnya
perempuan di Kabupaten Pasangkayu cenderung menjadi ibu rumah tangga dan
membantu suaminya dalam berusaha.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
63
BAB VII
KETERANGAN PERUMAHAN
Selain kebutuhan pangan dan sandang, kebutuhan pokok manusia yang
tidak kalah pentingnya adalah kebutuhan papan atau rumah. Undang-undang
Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman menyatakan
bahwa rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. Sementara itu, definisi perumahan adalah
kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun
pedesaan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan fasilitas umum sebagai
hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
Selain sebagai tempat tinggal, rumah juga dapat menunjukkan status sosial
seseorang. Semakin tinggi status sosial seseorang, maka semakin besar
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal dengan kualitas yang
lebih baik, begitu pun sebaliknya.
Permintaan terhadap rumah akan terus meningkat sejalan dengan
pertumbuhan penduduk, karena rumah merupakan kebutuhan dasar bagi manusia
di samping pakaian dan makanan. Meningkatnya permintaan rumah harus
diimbangi dengan penyediaan akan kebutuhan perumahan bagi penduduk.
Dalam kuesioner KOR Susenas dikumpulkan beberapa informasi penting
mengenai keadaan perumahan, meliputi: status penguasaan bangunan tempat
tinggal, sumber air minum, fasilitas tempat buang air besar, sumber penerangan,
dll.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
64
7.1 Kondisi Perumahan
Setiap orang memiliki hak untuk bertempat tinggal atau menghuni suatu
rumah, baik itu berupa hak milik, sewa, atau dengan cari lainnya. Berdasarkan
status penguasaannya, kami bedakan menjadi rumah milik sendiri, dan rumah
bukan milik sendiri, misalnya kontrak/sewa, rumah bebas sewa, rumah dinas, atau
rumah bersama. Status penguasaan tempat tinggal merupakan salah satu indikator
yang dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan rumah tangga.
Tabel 7.1 Persentase Kepemilikan Rumah di Kabupaten Pasangkayu
Tahun 2018
Uraian 2018
(1) (3)
Milik Sendiri 73,94
Bukan Milik Sendiri 26,06 Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
Berdasarkan Tabel 7.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar rumah tangga
di Kabupaten Pasangkayu sudah bertempat tinggal di rumah milik sendiri, yaitu
sebesar 73,94 persen. Sedangkan untuk rumah tangga yang menempati rumah
dengan status bukan milik sendiri pada tahun 2018 ada sekitar 26,06 persen. Adanya
rumah tangga yang mengontrak/menyewa/rumah dinas/lainnya ini sebagai
dampak dari cukup banyaknya penduduk yang migrasi ke Kabupaten Pasangkayu,
sehingga memicu berkembangnya usaha persewaan rumah.
7.2 Sumber Air Minum Utama
Air minum merupakan salah satu kebutuhan yang vital bagi manusia. Air
minum yang berasal dari sumber yang higienis dapat membuat orang yang
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
65
meminumnya sehat dan terhindar dari berbagai bakteri, kuman, ataupun virus yang
dapat menyebabkan penyakit bagi orang yang meminumnya. Sebaliknya, air minum
yang didapatkan dari sumber yang tidak higienis dapat menyebabkan penyakit bagi
orang yang meminumnya. Oleh karena itu, sumber air minum suatu rumah tangga
menjadi penting untuk diperhatikan agar dapat meminimalisasi adanya penduduk
yang terserang penyakit.
Untuk sumber air bersih dan higienis meliputi air minum kemasan, leding
meteran, leding eceran, air hujan, sumur bor/pompa, sumur terlindung dan mata
air terlindung. Khusus untuk sumur bor/pompa, sumur terlindung dan mata air
terlindung harus memenuhi syarat jarak ke penampungan kotoran/tinjanya minimal
10 meter. Selain itu, penggunaan air dari sumur juga perlu memperhatikan
setidaknya dua hal lain, yaitu kelayakan kandungan air dan dinding sumur. Dinding
sumur perlu dilindungi dengan tembok pada bagian lingkar sumur agar tidak
tercampur air resapan dari air bekas mencuci atau air bekas mandi.
Tabel 7.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum
Utama di Kabupaten Pasangkayu 2018
Sumber Air Minum Utama Persentase (%)
(1) (2)
Air kemasan/isi ulang 52,28
Leding 0,00
Sumur bor/pompa 11,11
Sumur/mata air terlindung 25,99
Sumur/mata air tak terlindung 6,42
Lainnya 4,2
Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
66
Sumber air minum yang digunakan oleh rumah tangga di Kabupaten
Pasangkayu cukup beragam, misalnya air minum dalam kemasan/air minum isi
ulang, sumur bor/pompa, sumur/mata air terlindung, sumur/mata air tidak
terlindung, serta sumber air lainnya. Berdasarkan Tabel 7.2 tersebut dapat diketahui
bahwa mayoritas rumah tangga di Kabupaten Pasangkayu pada tahun 2018
menggunakan air isi ulang dan air dari sumur/mata air terlindung sebagai sumber
air minum utama. Kedua jenis sumber air minum ini memiliki persentase masing-
masing sebesar 52,28 persen dan 25,99 persen.
Sementara itu, sebagian rumah tangga menggunakan air minum dari sumur
bor/pompa dan sumur/mata air tidak terlindung masing-masing dengan persentase
11,11 persen dan 6,42 persen. Sedangkan sisanya sebanya 4,2 persen rumah tangga
minum dari sumber air minum lainnya yang meliputi sungai, danau, waduk, kolam,
irigasi, air hujan, dll.
Meskipun sebagian besar rumah tangga sudah menggunakan sumber air
minum yang dapat dikatakan tergolong ke dalam sumber air minum yang bersih dan
higienis, masih ada sebagian rumah tangga di sejumlah wilayah di Kabupaten
Pasangkayu yang menggunakan sumber air minum utama dari sumur/mata air yang
tak terlindung dan sumber air lainnya yang dapat dikatakan diragukan
kebersihannya. Hal tersebut bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan, sulitnya
akses sumber air minum bersih, atau sebab lainnya seperti faktor ekonomi.
7.3 Fasilitas Tempat Buang Air Besar
Salah satu indikator kesehatan yang juga penting untuk diperhatikan adalah
keberadaan fasilitas tempat buang air besar. Tempat buang air besar atau biasa
disebut dengan jamban adalah suatu pembuangan yang digunakan oleh keluarga
atau sejumlah keluarga untuk buang air besar. Adanya fasilitas tempat buang air
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
67
besar yang layak dan bersih dapat menjadi salah satu cara untuk menuju hidup
sehat.
Tersedianya fasilitas yang memadai akan memberi pengaruh terhadap
lingkungan dan kesehatan penduduk. Apabila fasilitas buang air besar yang
digunakan rumah tangga tidak memadai maka dapat menimbulkan penyakit yang
berbahaya seperti pencemaran lingkungan, alergi kulit, gatal-gatal, serta gangguan
saluran pernapasan.
Tabel 7.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Penggunaan Fasilitas
Tempat Buang Air Besar di Kabupaten Pasangkayu Tahun
2016 - 2018
Penggunaan Fasilitas Buang Air Besar
2016 2017 2018
(1) (2) (3) (4)
Sendiri 63,01 66,11 71,76
Lainnya 36,99 33,89 28,24
Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
Berdasarkan data pada Tabel 7.3 dapat diketahui bahwa pada tahun 2018
sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Pasangkayu sudah menggunakan
tempat buang air sendiri, yaitu sekitar 71,76 persen, meningkat sekitar 5,65 persen
dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 66,11 persen. Sedangkan
rumah tangga yang menggunakan fasilitas tempat buang air besar lainnya yang
meliputi fasilitas bersama, MCK umum dan tidak ada fasilitas buang air besar
sebesar 28,24 persen, menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang
mencapai 36,99 persen pada tahun 2016 dan 33,89 persen pada tahun 2017.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
68
Secara keseluruhan penggunaan fasilitas tempat buang air besar oleh rumah
tangga di Kabupaten Pasangkayu pada tahun 2018 telah membaik dibandingkan
tahun 2016 dan tahun 2017.
Tabel 7.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Kloset di
Kabupaten Pasangkayu, Tahun 2017 - 2018
Jenis Kloset 2017 2018
(1) (2) (3)
Leher angsa 98,19 98,35
Lainnya 1,81 1,65
Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
Selain penggunaan fasilitas tempat buang air besar, jenis kloset yang
digunakan rumah tangga juga perlu menjadi perhatian karena dapat memengaruhi
kesehatan penduduk. Berdasarkan data tahun 2018, dapat diketahui bahwa
sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Pasangkayu telah menggunakan kloset
jenis leher angsa.
Kloset jenis leher angsa adalah kloset yang di bawah dudukannya terdapat
saluran berbentuk huruf U (seperti leher angsa) dengan maksud menampung air
untuk menahan agar bau tinja tidak keluar. Persentase rumah tangga yang
menggunakan kloset jenis leher angsa ini pada 2018 ada sekitar 98,35 persen,
meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 98,19 persen.
7.4 Sumber Penerangan Utama
Untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari, rumah tangga memerlukan suatu
sumber penerangan yang memadai agar aktivitas yang dilaksanakan dapat berjalan
maksimal. Sumber penerangan rumah tangga terdiri dari listrik PLN, listrik non PLN,
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
69
serta sumber penerangan lainnya yang bukan listrik seperti lampu minyak, obor,
pelita, dan lain-lain termasuk yang tidak menggunakan alat penerangan.
Gambar 7.1 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik
Sebagai Sumber Penerangan Utama Berdasarkan
Sumbernya di Kabupaten Pasangkayu, 2018
Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
Berdasarkan Gambar 7.1 tersebut dapat diketahui bahwa rumah tangga di
Kabupaten Pasangkayu yang telah menggunakan listrik sebagai sumber penerangan
utama sekitar 73,83 persennya merupakan rumah tangga yang menikmati listrik
PLN. Sedangkan rumah tangga yang dialiri listrik non PLN ada sekitar 26,17 persen.
73.83 %
26.17 %
Listrik PLN Listrik Non PLN
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
73
BAB VIII
KONSUMSI/PENGELUARAN
Tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga dapat dilihat melalui besarnya
pendapatan yang diterima oleh rumah tangga yang bersangkutan. Mengingat data
pendapatan akan sulit diperoleh, kalaupun data pendapatan dapat diperoleh, data
yang didapatkan perlu diragukan kebenarannya. Hal itu dikarenakan responden
cenderung menjawab pendapatan yang tidak sebenarnya, sehingga jawaban
responden tentang pendapatannya kurang akurat. Oleh karena itu, pendekatan
yang sering digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dalam setiap survei,
termasuk Susenas adalah melalui pendekatan pengeluaran rumah tangga.
Besarnya nilai nominal (rupiah) yang dikeluarkan rumah tangga baik dalam
bentuk makanan maupun non makanan, secara tidak langsung dapat
mencerminkan kemampuan ekonomi rumah tangga, untuk memenuhi
kebutuhannya yang mencakup barang dan jasa.
Pola pengeluaran rumah tangga dapat dipakai untuk menjadi alat penilaian
tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk, dan perubahan komposisi
pengeluarannya sebagai indikasi perubahan tingkat kesejahteraan. Umumnya,
rumah tangga yang masih berpenghasilan rendah akan mendahulukan konsumsi
makanan dibanding konsumsi non makanan. Seiring dengan peningkatan
pendapatan maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran yang
tadinya lebih mengutamakan pengeluaran untuk makanan menjadi pengeluaran
untuk non makanan.
Dalam uraian berikut, pengeluaran konsumsi akan dirinci menurut jenis
komoditas/barang yang dikonsumsi. Di dalam Susenas, kelompok makanan lebih
dirinci menjadi 14 jenis komoditas, sedangkan yang tergolong kelompok non
makanan dibedakan menjadi 6 jenis komoditas.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
74
Hukum ekonomi menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan
penduduk, semakin tinggi pula persentase atau porsi pengeluaran yang
dibelanjakan untuk barang bukan makanan (semakin rendah persentase bukan
makanan).
Tabel 8.1 Distribusi Pengeluaran Konsumsi Per Kapita Sebulan
Menurut Kelompok Barang dan Kelompok Pengeluaran di
Kabupaten Pasangkayu (Persen) , 2018
Jenis Komoditas Kelompok Pengeluaran
40 Persen Terbawah
40 Persen Tengah
20 Persen Teratas
(1) (2) (3) (4)
Padi-padian 12,49% 8,82% 4,86%
Umbi-umbian 0,78% 0,49% 0,37%
Ikan/Udang/Cumi-cumi/Kerang 7,49% 6,98% 6,01%
Daging 0,35% 1,24% 1,60%
Telur dan Susu 2,02% 2,68% 3,00%
Sayur-sayuran 4,45% 3,50% 2,40%
Kacang-kacangan 0,78% 0,99% 0,76%
Buah-buahan 1,67% 1,79% 2,16%
Minyak dan Kelapa 2,40% 1,74% 1,02%
Bahan Minuman 3,02% 2,30% 1,98%
Bumbu Masakan 1,94% 1,64% 1,31%
Konsumsi Lainnya 1,22% 1,39% 0,94%
Makanan dan Minuman Jadi 12,74% 12,37% 12,67%
Rokok dan Tembakau 9,12% 9,21% 5,65%
Total Makanan 60,47% 55,14% 44,73%
Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga 24,19% 25,26% 25,55%
Aneka Barang dan Jasa 7,99% 7,70% 8,41%
Pakaian, Alas Kaki dan Tutup Kepala 3,17% 3,39% 3,19%
Barang Tahan Lama 1,36% 4,77% 14,06%
Pajak, Pungutan dan Asuransi 2,47% 3,10% 3,06%
Keperluan Pesta dan Upacara/Kenduri 0,35% 0,64% 1,00%
Total Non Makanan 39,53% 44,86% 55,27%
Total Konsumsi 100,00% 100,00% 100,00%
Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
75
Berdasarkan Tabel 8.1 tersebut dapat diketahui bahwa secara umum pada
tahun 2018 semakin tinggi pengeluaran suatu rumah tangga , maka kecenderungan
untuk melakukan konsumsi non makanan juga semakin bertambah. Pada kelompok
pengeluaran 20 persen teratas konsumsi non makanan lebih tinggi dari konsumsi
makanan.
Pengeluaran konsumsi per kapita sebulan untuk kelompok makanan
didominasi oleh pengeluaran makanan dan minuman jadi dengan persentase
sebesar 12,74 persen untuk kelompok pengeluaran 40 persen terbawah, 12,37
persen untuk kelompok pengeluaran 40 persen tengah, dan 12,67 persen untuk
kelompok pengeluaran 20 persen teratas.
Selanjutnya, pengeluaran terbesar kedua komoditas makanan kelompok
pengeluaran 40 persen terbawah ada pada komoditas padi-padian sebesar 12,49
persen. Pengeluaran terbesar kedua komoditas makanan kelompok pengeluaran 40
persen tengah ada pada komoditas rokok dan tembakau sebesar 9,21 persen.
Sedangkan untuk kelompok pengeluaran 20 persen teratas, pengeluaran terbesar
kedua komoditas makanan ada pada komoditas ikan/udang/cumi-cumi/kerang
sebesar 6,01 persen.
Sehingga dapat disimpulkan konsumsi utama komoditas makanan untuk
semua kelompok pengeluaran sama, yaitu makanan dan minuman jadi. Sedangkan
konsumsi utama kedua komoditas makanan berbeda untuk setiap kelompok
pengeluaran.
Untuk komoditas non makanan, pada semua kelompok pengeluaran
mayoritas pengeluaran ada pada komoditas perumahan dan fasilitas rumah tangga
dengan persentase sebesar 24,19 persen untuk kelompok pengeluaran 40 persen
terbawah, 25,26 persen untuk kelompok pengeluaran 40 persen tengah, dan 25,55
persen untuk kelompok pengeluaran 20 persen teratas.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
76
Selanjutnya, pengeluaran terbesar kedua komoditas non makanan
kelompok pengeluaran 40 persen terbawah dan 40 persen tengah ada pada
komoditas aneka barang dan jasa masing-masing sebesar 7,99 persen dan 7,70
persen. Sedangkan untuk kelompok pengeluaran 20 persen teratas, pengeluaran
terbesar kedua komoditas non makanan ada pada komoditas barang tahan lama
yaitu sebesar 14,06 persen.
Sehingga dapat disimpulkan konsumsi utama komoditas non makanan untuk
semua kelompok pengeluaran sama, yaitu perumahan dan fasilitas rumah tangga.
Sedangkan konsumsi utama kedua komoditas non makanan berbeda untuk setiap
kelompok pengeluaran.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
79
BAB IX
KEADAAN SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA LAINNYA
Selain berupaya untuk memenuhi kebutuhan primer berupa sandang,
papan, dan pangan, manusia juga berupaya untuk memenuhi kebutuhan sekunder
yang antara lain dapat berupa hiburan, bepergian untuk berbagai tujuan, akses
terhadap informasi, pendidikan, dan lain sebagainya. Perkembangan zaman yang
semakin pesat membuat manusia perlu menyesuaikan diri. Oleh karena itu, saat ini
tidak cukup hanya memenuhi kebutuhan primer saja, akan tetapi juga kebutuhan
sekunder lainnya.
Aspek-aspek sosial lainnya juga dapat menjadi indikator kesejahteraan
penduduk, misalnya akses pada teknologi informasi dan komunikasi, bepergian
untuk wisata, serta keamanan dan keselamatan dari kejahatan.
9.1 Akses Terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap informasi dan
komunikasi, saat ini telah tersedia berbagai media yang dapat membantu
masyarakat memenuhi kebutuhannya. Dahulu, untuk mengetahui kabar sanak
saudara atau kerabat yang berada di daerah lain membutuhkan biaya yang cukup
mahal untuk membayar tarif telepon. Tidak hanya itu, untuk mengirim surat pun
membutuhkan waktu yang cukup lama agar surat yang dikirim bisa sampai ke
tujuan.
Semakin meningkatnya persaingan di dunia produksi telepon seluler
membuat harga telepon seluler semakin bersaing. Mulai dari harga yang terjangkau
oleh masyarakat ekonomi kelas menengah ke bawah hingga harga yang mahal dan
hanya bisa dibeli oleh masyarakat ekonomi kelas atas. Pesatnya perkembangan
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
80
teknologi telepon seluler dan terjangkaunya harga telepon seluler menyebabkan
telepon rumah semakin ditinggalkan. Penggunaan telepon rumah yang
mengharuskan seseorang berada di posisi tertentu yang terpasang jaringan telepon
rumah dianggap kurang efisien dalam mendukung mobilitas penggunanya.
Kini, dengan perkembangan teknologi telepon seluler yang kian canggih,
masyarakat tidak perlu menunggu lama atau membayar dengan biaya yang mahal
untuk bisa mengetahui kabar keluarga, sanak saudara, kerabat, atau temannya di
daerah lain. Selain itu, untuk mengirim surat pun tidak perlu menunggu waktu yang
lama agar surat itu bisa sampai ke alamat tujuan. Tidak hanya itu, semakin luasnya
jaringan internet, membuat komunikasi jarak jauh pun semakin mudah dan murah.
Hanya bermodalkan paket internet, beberapa aplikasi seperti WhatsApp, Telegram,
BBM, dan sebagainya.
Tabel 9.1 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang
Menguasai/Memiliki Telepon Seluler (HP) Dalam 3 Bulan Terakhir
Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pasangkayu, 2018
Jenis Kelamin Kepemilikan Telepon Seluler (HP)
Total Ya Tidak
(1) (2) (3) (4)
Laki-laki 64,72 35,28 100,00
Perempuan 55,91 44,09 100,00
Pasangkayu 60,47 39,52 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
Berdasarkan Tabel 9.1 tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar
penduduk berumur 5 tahun ke atas di Kabupaten Pasangkayu sudah
menguasai/memiliki telepon seluler (HP) yakni sekitar 60,47 persen, sedangkan
yang belum menguasai/memiliki telepon seluler sebanyak 39,52 persen.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
81
Apabila dilihat menurut jenis kelamin, maka dapat diketahui bahwa
persentase laki-laki yang memiliki HP cenderung lebih banyak daripada persentase
perempuan yang memiliki HP. Hal itu dapat disebabkan oleh fakta bahwa laki-laki
sebagai kepala rumah tangga memegang kendali di dalam rumah tangga. Kendali
tersebut tidak hanya mengenai boleh tidaknya pasangan dan anak memiliki HP
tetapi termasuk juga terkait dengan pekerjaan yang umumnya di dalam suatu
rumah tangga laki-laki menjadi kepala rumah tangga dan sekaligus penopang utama
nafkah keluarga.
Selain kepemilikan HP, akses terhadap internet juga dapat digunakan untuk
mengukur kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Internet dapat membantu
memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi penting yang dibutuhkan,
misalnya terkait dengan pendidikan, ekonomi, bisnis, bencana alam, dan
sebagainya. Gambar 9.1 berikut menampilkan data persentase penduduk berumur
5 tahun ke atas yang mengakses internet dalam 3 bulan terakhir di Kabupaten
Pasangkayu:
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
82
Gambar 9.1 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses
Internet Dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Jenis Kelamin di
Kabupaten Pasangkayu Tahun 2018
Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
Berdasarkan Gambar 9.1 tersebut dapat diketahui bahwa dari total
penduduk berumur 5 tahun ke atas di Kabupaten Pasangkayu pada tahun 2018,
sekitar 29,5 persen di antaranya telah mengakses internet dalam 3 bulan terakhir.
Sementara 70,5 persen di antaranya tidak/belum mengakses internet dalam 3 bulan
terakhir. Apabila dilihat lebih rinci, persentase penduduk perempuan berumur
tahun ke atas yang mengakses internet dalam 3 bulan terakhir lebih rendah dari
pada persentase penduduk laki-laki berumur tahun ke atas yang mengakses
internet dalam 3 bulan terakhir. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah laki-laki yang pada umumnya merupakan tulang punggung
keluarga membutuhkan internet untuk berkomunikasi dalam urusan pekerjaan.
Pada tahun 2018 salah satu media komunikasi yang sangat populer adalah
31.8 %
27.02 %
29.5 %
68.2 %
72.98 %
70.5 %
0 20 40 60 80 100 120
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki + Perempuan
Mengakses Internet Tidak Mengakses Internet
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
83
WhatsApp dan Facebook. Pada tahun 2018 juga sebagian besar wilayah Pasangkayu
telah memiliki jaringan internet sehingga memicu penggunaan internet.
Gambar 9.2 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Menggunakan
Telepon Seluler (HP/Nirkabel) atau Komputer (PC/Desktop,
Laptop/Notebook, Tablet) Dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Jenis
Kelamin di Kabupaten Pasangkayu Tahun 2018
Sumber: BPS Kabupaten Pasangkayu
Berdasarkan Gambar 9.2 tersebut dapat diketahui bahwa dari total
penduduk berumur 5 tahun ke atas di Kabupaten Pasangkayu pada tahun 2018,
sekitar 76,3 persen di antaranya telah menggunakan HP atau komputer dalam 3
bulan terakhir. Sementara 23,7 persen sisanya tidak/belum menggunakan HP atau
komputer dalam 3 bulan terakhir. Angka tersebut menunjukkan bahwa masyarakat
Pasangkayu sudah mengikuti perkembangan teknologi. Meskipun masih ada 23,7
76.95 %
75.59 %
76.3 %
23.05 %
24.41 %
23.7 %
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki + Perempuan
Menggunakan Komputer Tidak Menggunakan Komputerhttps:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
84
persen yang tidak menggunakan HP atau komputer, diperkirakan karena beberapa
faktor seperti faktor ekonomi dan faktor usia.
9.2 Tindak Kejahatan
Agar dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan nyaman, maka keamanan
merupakan aspek yang penting untuk menunjang produktivitas penduduk.
Keamanan juga dapat digunakan menjadi ukuran kesejahteraan masyarakat.
Wilayah yang aman dari tindak kejahatan dapat mengindikasikan bahwa penduduk
di wilayah tersebut memiliki tingkat kesejahteraan yang baik. Sebaliknya, tingkat
kesejahteraan yang rendah dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindak
kejahatan dengan berbagai macam motif, di antaranya motif untuk pemenuhan
kebutuhan hidup.
Tabel 9.2 Jumlah Kriminalitas Menurut Kasus di Kabupaten
Pasangkayu, Tahun 2017 - 2018
Kasus 2017 2018
(1) (2) (3)
Pencurian Berat 34 32
Pencurian Motor 33 24
Pencurian dengan Kekerasan 2 0
Narkoba 19 0
Pembakaran 0 6
Pembunuhan 1 2
Perkosaan 1 3
Uang Palsu 0 0
Sumber: Kepolisian Resort Kabupaten Pasangkayu
Berdasarkan data pada Tabel 9.2 tersebut dapat diketahui bahwa pada
periode 2017 hingga 2018 tindakan kriminal yang paling banyak terjadi adalah
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id
85
pencurian berat di posisi pertama dan pencurian motor di posisi kedua. Pada tahun
2017 terjadi 34 kasus pencurian berat dan 33 kasus pencurian motor. Sedangkan
pada tahun 2018 jumlah kedua kasus tersebut menurun menjadi 32 kasus pencurian
berat dan 24 kasus pencurian motor.
Sedangkan untuk kasus lain, pada 2017 terdapat 2 kasus pencurian dengan
kekerasan, 19 kasus narkoba, 1 kasus pembunuhan, dan 1 kasus perkosaan. Pada
tahun 2017 tidak ada kasus pembakaran dan kasus uang palsu. Sedangkan pada
tahun 2018, terdapat 6 kasus pembakaran, 2 kasus pembunuhan, dan 3 kasus
perkosaan. Pada tahun 2018 tidak ada kasus pencurian dengan kekerasan, kasus
narkoba, maupun kasus uang palsu.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa kasus tindak kejahatan relatif
menurun, namun adanya tindak kejahatan tetap menjadi fokus perhatian bagi
pemerintah dan kepolisian agar kejadian dan korban tindak kejahatan terus
berkurang. Dalam upaya menurunkan tindak kejahatan, pemerintah dapat berperan
dengan cara preventif atau pencegahan, yaitu dengan terus berupaya
meningkatkan tingkat kesejahteraan penduduk. Sedangkan bagi pihak kepolisian
dapat melakukan upaya-upaya represif atau penanganan yang lebih tegas lagi
terhadap pelaku tindak kejahatan.
https:
//mam
ujuuta
raka
b.bps.g
o.id