Data Riset

download Data Riset

of 16

Transcript of Data Riset

CURRENT ISSUE KEMATIAN ANAK( PENYAKIT DIARE ) O L E H DR.RidwanFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKATJURUSAN EPIDEMIOLOGIUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2007Amiruddin, SKM,M.Kes, dkkABSTRAKDiare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya ( 3 atau lebih per hari ) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Salah satu bakteri penyebab diare adalah bakteri Escherichia coli Enteropatogenik (EPEC). Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena Infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. B A B IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah lima tahun) terbesar di dunia. Menurut catatan Unicef, setiap detik satu balita meninggal karena diare (Inisiatif Kemitraan Pemerintah-Swasta Untuk Cuci Tangan Pakai Sabun; Available from : www.ampl.or.id). Diare seringkali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita (Jangan Anggap Remeh Diare; Available from : www.medicastore.com). Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya.Penyakit Diare di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare infeksi. Tingginya kejadian diare di negara Barat ini oleh karena foodborne infections dan waterborne infections yang disebabkan bakteri Salmonella spp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfringens dan Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC). Diare infeksi di negara berkembang, menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Afrika anak anak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya di banding di negara berkembang lainnya mengalami

serangan diare 3 kali setiap tahun. (Diare Akut Disebabkan Bakteri; Available from : www.library.usu.ac.id).Diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada Balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 2 kali per tahun. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare menempati urutan ke ketiga penyebab kematian bayi (Elemen Seng Mampu Atasi Penyakit Diare; Available from : www.mediaindonesiaonline.com).Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya ( 3 atau lebih per hari ) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita. (Depkes R I, Kepmenkes RI Tentang Pedoman P2D, Jkt, 2002). Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena Infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. (Depkes RI, Kepmenkes RI Tentang Pedoman P2D , Jkt , 2002). Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya. Pada tahun 2004, Diare merupakan penyakit dengan frekuensi KLB kelima terbanyak setelah DBD, Campak, Tetanus Neonatorium dan keracunan makanan.B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang tersebut maka yang menjadi rumusan masalah dari makalah ini adalah bagaimanakah gambaran epidemiologi, distribusi, frekuensi, determinant, isu, dan program nasional dalam penanganan Penyakit Diare.C. TujuanUntuk mendapatkan gambaran epidemiologi, distribusi, frekuensi, determinant, isu, dan program nasional dalam penanganan Penyakit Diare. B A B IITINJAUAN PUSTAKA A. Kematian AnakAnak merupakan salah satu golongan penduduk yang berada dalam situasi rentan, dalam kehidupannya di tengah masyarakat. Kehidupan anak dipandang rentan karena memiliki ketergantungan tinggi terhadap orangtua. Jika orangtua lalai menjalankan tanggung jawabnya, maka anak akan menghadapi masalah. Angka kematian bayi di Indonesia sebenarnya telah menurun secara signifikan dari sebanyak 147 orang dari setiap 1000 kelahiran pada tahun 1967 menjadi 41 orang pada tahun 1997. Namun meningkat kembali secara drastis pada tahun 1999 menjadi sebanyak 114 orang seiring terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997. (Dep. Kes. dikutip oleh Baharsjah, 1999: 30) Tabel 1Proporsi Dan Peringkat Penyakit Diare Sebagai Penyebab Kematian Bayi Dan Balita Tahun 1986, 1992, 1995, Dan 2001 Tahun Survei SKRT 1986 SKRT 1992 SKRT 1995 Surkesnas 2001 Penyebab Kematian Bayi Proporsi 15,5% 11% 13,9% 9,4% Peringkat 3 2 3 3 Penyebab Kematian Balita Proporsi Peringkat 15,3% 3 13,2% 2

Sumber: SKRT dan Surkesnas 2001Berdasarkan pada tabel diatas dapat kita lihat bahwa penyebab kematian bayi akibat diare menurut SKRT yang paling tinggi terdapat pada tahun 1986 dengan proporsi sebesar 15,5% sedangkan pada tahun 2001 berdasarkan pada data Sukenas diketahui bahwa proporsi diare mengalami penurunan sebesar 9,4%.B. Defenisi DiareDiare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing dan

protozoa. Salah satu bakteri penyebab diare adalah bakteri Escherichia Coli Enteropatogenik (EPEC). Budiarti (1997) melaporkan bahwa sekitar 55% anak-anak di Indonesia terkena diare akibat infeksi EPEC. Gejala klinis diare yang disebabkan infeksi EPEC adalah diare yang berair sangat banyak yang disertai muntah dan badan sedikit demam (Cary dan Bhatnager, 2000 mengacu pada Donnenberg, 2001).Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya ( 3 atau lebih per hari ) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita. (Depkes RI, Kepmenkes RI Tentang Pedoman P2D,Jkt,2002). Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena Infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. (Depkes RI, Kepmenkes RI Tentang Pedoman P2D , Jkt , 2002). Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya. C. Etiologi Penyakit Diare1. Infeksi BakteriBeberapa jenis bakteri dapat termakan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi dan menyebabkan diare, contohnya Campylobacter, Salmonella, Shigella dan Escherichia coli.2. Infeksi VirusBeberapa virus yang menyebabkan diare yaitu rotavirus, Norwalk virus, cytomegalovirus, virus herpes simplex dan virus hepatitis. 3. Intoleransi MakananContohnya pada orang yang tidak dapat mencerna komponen makanan seperti laktosa ( gula dalam susu).4. ParasitParasit, yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman dan menetap dalam sistem pencernaan. Contohnya Giardia lamblia, Entamoeba histolytica dan Cryptosporidium.5. Reaksi ObatContoh antibiotik, obat-obat tekanan darah dan antasida yang mengandung magnesium.6. Penyakit IntestinalPenyakit inflamasi usus atau penyakit abdominal. Gangguan fungsi usus, seperti sindroma iritasi usus dimana usus tidak dapat bekerja secara normal (Availble from : www.pom-obat.go.id)D. Gejala Penyakit DiareGejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai :1. Muntah2. Badan lesu atau lemah3. Panas4. Tidak nafsu makan5. Darah dan lendir dalam kotoranRasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi.F. Jenis- Jenis Diare1. Diare akut : merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotavirus yang ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare rotavirus ini merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan pertama sebagai penyebab diare akut pada anak2. Diare bermasalah: merupakan diare yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi. Penularan secara fecal- oral, kontak dari orang ke orang atau kontak orang dengan alat rumah tangga. diare ini umumnya diawali oleh diare cair kemudian pada hari kedua atau ketiga bar muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, sakit perut yang diikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya nafsu makan dan badan terasa lemah.3. Diare persisten: merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare persisten adalah kerusakan mukosa usus. penyebab diare persisten sama dengan diare akut.(Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare

edisi ke 3 depkes RI Direktorat Jenderal PPM& PL tahun 2007)G. Proses Penularan Penyakit DiareAgent infeksius yang menyababkan penyakit diare biasanya ditularkan melalui jalur fekaloral terutama karena : 1. Menelan makanan yang terkontaminasi (terutama makanan sapihan) atau air.2. Kontak dengan tangan yamg terkontaminasi.Beberapa faktor yang dikaitkan dengan bertambahnya penularan kuman entero patogen perut termasuk :1. Tidak memadainya penyediaan air bersih.2. Pembuangan tinja yang tidak higienis3. Vektor4. Aspek sosial ekonomi.H. Pencegahan Terjadinya DiareUntuk menurunkan angka kejadian kematian akibat diare maka diperlukan upayaupaya pencegahan sebagai berikut:1. Menggunakan air bersih2. Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan3. Penggunaan jamban untuk pembuagan tinja4. Memberikan ASI5. Memperbaiki makanan pendamping ASI6. Memberikan imunisasi campak.I. Pengobatan Terhadap Penyakit DiareKarena bahaya diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangannya dengan cara mencegah timbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah terjadi dehidrasi. Cairan rehidrasi oral yang dipakai oleh masyarakat adalah air kelapa, air tajin, ASI, air teh encer, sup wortel, air perasan buah, dan larutan gula garam (LGG). pemakaian cairan ini lebih dititik beratkan pada pencegahan timbulnya dehidrasi, sedangkan bila terjadi dehidrasi sedang atau berat sebaiknya diberi minum oralit.Oralit merupakan salah satu cairan pilihan untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. Oralit sudah dilengkapi dengan elektrolit, sehingga dapat menggantikan elektrolityang ikut hilang bersama cairan (Menangani Diare Pada Anak Dengan Tepat; Available from : www.medicastore.com) Tabel 2Takaran Pemberian Oralit Umur Di bawah 1 thn Di bawah 5 thn (anak balita) Anak diatas 5 thn Anak diatas 12 thn & dewasa Jumlah Cairan 3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0.5 gelas setiap kali mencret 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap kali mencret 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas setiap kali mencret 3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap kali mencret (1 gelas : 200 cc)

Sumber: www.dinkesjakarta.comKarena penyebab Diare akut / diare mendadak tersering adalah Virus, maka tidakada pengobatan yang dapat menyembuhkan, karena biasanya akan sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari. Maka pengobatan diare ini ditujukan untuk mengobati gejala yang ada dan mencegah terjadinya dehidrasi atau kurang cairan. Diare akut dapat disembuhkan hanya dengan meneruskan pemberian makanan seperti biasa dan minuman / cairan yang cukup saja.Dalam hal ini yang perlu diingat pengobatan bukanmemberi obat untuk menghentikan diare, karena diare sendiri adalah suatu mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan kontaminasi makanan dari usus. Mencoba menghentikan diare dengan obat seperti menyumbat saluran pipa yang akan keluar dan menyebabkan aliran balik dan akan memperburuk saluran tersebut. BAB IIIGAMBARAN EPIDEMIOLOGI A. Epidemiologi DiareKejadian diare di negara berkembang antara 3,5- 7 episode setiap anak pertahun dalam dua tahun pertama dan 2-5 episode pertahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Departemen kesehatan RI dalam surveinya tahun 2000 mendapatkan angka kesakitan diare sebesar 301/ 1000 penduduk, berarti meningkat dibanding survei tahun 1996 sebesar 280/ 1000 penduduk, diare masih merupakan penyebab kematian utama bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 mendapatkan angka kematian bayi 9,4% dan kematian balita 13,2%. (Journal Medica Nusantara vol.27 no.2 april- juni 2006. diare akut pada anak., Setia Budi S., Departemen ilmu kesehatan anak FK UH/ RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo- Makassar).B. Distribusi Penyakit Diare1. Distribusi Penyakit Diare Berdasarkan Orang (umur)Sekitar 80% kematian diare tersebut terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. data terakhir menunjukkan bahwa dari sekitar 125 juta anak usia 0- 11 bulan, dan 450 juta anak usia 1-4 tahun yang tinggal di negara berkembang, total episode diare pada balita sekitar 1,4 milyar kali pertahun. dari jumlah tersebut total episode diare pada bayi usia di bawah 0-11 bulan sebanyak 475 juta kali dan anak usia 1-4 tahun sekitar 925 juta kali pertahun. (Tinjauan Pustaka Diare Akut Pada Anak oleh Setia Budi S, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUH/RSUP Dr. Wahidin SudirohusodoMakassar) Tabel 3Jumlah Kasus Penyakit Diare Di Kabupaten/Kota Sulawesi Selatan Berdasarkan Umur Tahun 2004 Umur (tahun) < 1 tahun 1 4 tahun > 5 tahun Jumlah Kasus 28.946 kasus 57.087 kasus 91.379 kasus Kematian (orang) 20 orang 17 orang 29 orang

Sumber: Survei Subdit Diare, Ditjen PPM-PLBerdasarkan pada tabel 3 dapat kita lihat bahwa jumlah kasus diare yang terjadi di Sulawesi Selatan menurut umur paling banyak terjadi pada usia > 5 tahun ini karena pada usia tersebut memiliki imun yang rentan terhadap penyakit.Kematian akibat diare yang paling tinggi terjadi pada umur >5 tahun yakni sebesar 29 orang, tingginya angka kematian pada usia demikian karena pada balita jumlah makanan yang dikonsumsi bertambah banyak berupa PMT dan aktivitas bermain anak yang dapat menyebabkan imunitas tubuh rendah. Tabel 4Jumlah Kasus Penyakit Diare Di Kabupaten/Kota Sulawesi Selatan Berdasarkan Umur Tahun 2005 Umur (tahun) < 1 tahun 1 4 tahun > 5 tahun Jumlah Kasus 27.029 kasus 60.794 kasus 100.347 kasus Kematian (orang) 25 orang 13 orang 19 orang

Sumber: Survei Subdit Diare, Ditjen PPM-PLBerdasarkan pada tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah kasus diare pada tahun 2005 di Sulawesi Selatan berdasarkan umur yang paling tinggi terjadi pada usia >5 tahun sebesar 100.347 kasus sedangkan kematian yang paling banyak terjadi berada pada usia 5 tahun sebanyak 91.379 kasus. Pada tahun 2005 kasus tertinggi juga ditemukan pada kelompok umur > 5 tahun sebanyak 100.347 kasus.3. Berdasarkan tempat maka distribusi penyakit diare di Indonesia pada tahun 2005 banyak ditemukan di propinsi Nusa Tenggara Timur dengan CFR sebesar 1,28%. Berdasarkan waktu maka distribusi cakupan penderita diare yang dilaporkan dalam lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2000 dengan jumlah penderita yang dilaporkan 4.771.340 penderita. B. Saran Berdasarkan data-data tersebut maka dianggap perlu untuk membahas mengenai persoalan penyakit diare sebagai penyumbang penyebab tertinggi ke dua kematian anak, sehingga semua pihak dapat mengupayakan strategi dalam rangka mengurangi kematian anak akibat diare demi peningkatan kualitas anak. DAFTAR PUSTAKA Candra Segeren, Mohammad Djuffrie, Sri Suparyati Soenarto, Berkala Ilmu Kedokteran vol.37, No.4/2005, Faktor Risiko Kejadian Hipernatremia Pada Anak Balita Dengan Diare Cair Akut; Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Depkes R I, Kepmenkes RI Tentang Pedoman P2D, Jkt, 2002Diare Akut Disebabkan Bakteri Available from : www.library.usu.ac.id)Diare, Available from : www.dinkesjakarta.comElemen Seng Mampu Atasi Penyakit Diare Available from :www.mediaindonesiaonline.com Inisiatif Kemitraan Pemerintah-Swasta Untuk Cuci Tangan Pakai Sabun Available from : www.ampl.or.id Jangan Anggap Remeh Diare Available from : www.medicastore.comMenangani Diare Pada Anak Dengan Tepat Available from :

www.medicastore.com Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare edisi ke 3 depkes RI Direktorat Jenderal PPM & PL Tahun 2007 Setia Budi S, Journal Medica Nusantara vol.27 no.2 April- Juni 2006, Diare Akut Pada Anak; Departemen ilmu kesehatan anak FK UH/ RSUP Dr. Wahidin SudirohusodoMakassar Tinjauan Pustaka Diare Akut Pada Anak oleh Setia Budi S, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUH/RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo-Makassar Telur Anti Diare, A. Zaenal mustopa, Msi Available from : http://www.agrotek.agritechno.com/opini.html

idwanamiruddin.wordpress.com/.../current-issue-kematian-anak-karena-penyakit-diare/ -

DBD Menurun, Diare Meningkat di PalaranSAMARINDA. Tidak hanya demam berdarah dengue (DBD) yang "menghantui" seluruh warga saat sekarang ini, melainkan serangan penyakit diare juga mulai mewabah khususnya di wilayah Palaran. Sejak bulan Januari hingga minggu ke tiga di bulan Febuari ini tercatat sebanyak 73 kasus untuk diare, sedangkan DBD sebanyak 59 kasus yang sudah ditangani oleh Puskesmas Rawat Inap Palaran. Data yang dihimpun dari Puskesmas Palaran, penderita DBD pada Januari yang menjalani rawat inap tercatat sebanyak 46 kasus. Dengan klasifikasi penderita mayoritas berusia 1 tahun sampai 14 tahun yakni sebanyak 16 pasein, sedangkan usia 15 tahun sampai 54 tahun sebanyak 10 pasein. Masuk minggu pertama sampai minggu ketiga di Pebuari ini tercatat sebanyak 16 kasus. Sebaliknya, jumlah penderitanya mayoritas berusia 15 tahun sampai 54 tahun sebanyak 10 pasein, dan usia 1 tahun sampai 14 tahun sebanyak 8 pasein. Hingga Selasa (20/2) kemarin, tercatat seorang pasein bernama Hardian (8) menambah deretan jumlah penderita DBD. Sementara itu penderita diare pada Januari sebanyak 46 pasein yang mayoritas dialami oleh anak-anak usia balita. Untuk Pebuari sebanyak 27 kasus. Jumlah tersebut belum termasuk pasein yang menjalani rawat jalan dan rujukan. Kepala Puskesmas Palaran dr Sy Rahimah mengatakan, peningkatan kasus diare mulai terjadi sejak Desember 2006 lalu. Namun demikian, bukan berarti daerah Palaran termasuk dalam status kejadian luar biasa (KLB). "Walau selama dua bulan ini kasus diare terus meningkat hingga dua kali lipat, bukan berarti masuk dalam status KLB. Walau begitu, hal ini tidak boleh dianggap remeh karena bagaimanapun juga penyakit diare bisa menyebabkan kematian, apabila lambat mendapatkan pertolongan. Maka dari itu, penyuluhan terus kami giatkan kepada warga akan pentingnya menjaga kebersihan," ujarnya pada Sapos, kemarin. Dikatakan Rahima, untuk kasus DBD saat ini terbilang mengalami penurunan dari bulan Desember 2006 lalu, walaupun jumlahnya tidak begitu besar. Tapi bukan berarti boleh bergembira, karena warga tetap harus waspada terhadap pergantian musim saat sekarang ini. Dari pantauan di lapangan, Pasein lainnya adalah Nur Alif (15) warga Simpang Pasir Blok A, Palaran. Ia terpaksa menjalani rawat inap, karena saat dibawa ke Puskesmas Palaran kondisinya sudah sangat mengkhawatirkan. Trombositnya menurun drastis, tapi anehnya tak terdapat bintik-bintik merah di kulitnya. "Sekarang ini kondisinya mulai membaik, tidak seperti kemarin-kemarin. Tapi masih belum boleh pulang, karena belum periksa darah lagi," ujar ibu korban, Kati (40). (oen) Original Link http://www.sapos.co.id/berita/index.asp?IDKategori=279&id=78422

Hingga Juni, Ditemukan 5.753 Kasus Diare di SamarindaKIRIM EMAIL KE TEMAN Informasikan ke teman-teman Anda mengenai berita di bawah melalui email. Nama Anda Alamat Email Anda

Kirim Ke Nama Email

kirim copy ke email saya

KOMENTAR PEMBACA Berikan komentar Anda untuk berita di bawah. Komentar akan ditampilkan di halaman ini, diharapkan sopan dan bertanggung jawab. Nama Anda : Email Anda : Komentar :KapanLagi.com berhak menghapus komentar yang tidak layak ditampilkan

KOMENTAR FANS Anda fans ? Berikan komentar Anda. Komentar akan ditampilkan di halaman biografi , diharapkan sopan dan bertanggung jawab. Nama Anda

: Email Anda : Pesan :KapanLagi.com berhak menghapus komentar yang tidak layak ditampilkan

NEWSLETTER KAPANLAGI.COM Dapatkan berita terbaru di email Anda setiap hari.

Nama: Email:

Kategori berita yang diinginkan: Selebriti Film Musik Televisi Hollywood Bollywood Asian Star Sinetron Bola Internasional Bola Nasional Seleb-OR Olahraga Lain-lain Hukum-Kriminal Kasus Narkoba Politik Nasional Politik Internasional

Ekonomi Nasional Ekonomi Internasional

Senin, 27 Juni 2005 16:24 BERI KOMENTAR

CETAK BERITA INI

KIRIM KE TEMAN

Ikuti Kuis Berhadiah, Revenge Movies Kapanlagi.com - Penderita diare di Samarinda hingga Juni 2005 ditemukan sebanyak 5.753 kasus namun belum perlu dinyatakan keadaan luar biasa (KLB).

"Kasus diare di Samarinda masih tahap normal dan belum perlu dinyatakan KLB," kata Kasubdin Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Penyakit Dinas Kesehatan Kota (DKK) Samarinda, dr Djatmiko Wahyono di Samarinda, Senin.

Ia mengatakan bahwa meskipun jumlah penderita terlihat banyak dan jika dirata-ratakan maka setiap bulannya ada sekitar 1.000 kasus namun secara rinci kasus tersebut belum perlu dinyatakan kejadian luar biasa karena belum memenuhi syarat sebagai KLB.

Djatmiko menjelaskan berdasarkan data laporan dari sejumlah Puskesmas maka jumlah penderita masih dibawah 30 kasus perbulan, atau dirata-ratakan sekitar satu orang setiap hari, jika penderita meningkat sampai 80 kasus perbulan pada tiap Puskesmas maka boleh dicurigai akan terjadi KLB.

"Jika terjadi peningkatan kasus dari 30 menjadi 50 kasus maka harus diwaspadai," katanya.

Dikemukakan rendahnya pendewrita diare di samarinda karena pengaruh cuaca panas, dan hujan datang secara bergantian proses pengenceran menyebabkan kuman berkurang.

Penyakit diare, katanya, disebabkan oleh tidak terjaganya kebersihan makanan, minuman dan lingkungan terutama sumber air bersih.

"Meskipun kasus diare di Samarinda tergolong normal dan rendah namun warga tetap dihimbau tetap waspada karena cuaca di Samarinda cepat berubah-ubah," katanya.

Djatmiko menambahkan berdasarkan laporan sejumlah Puskesmas yang menangani diare sepanjang 2005 di antaranya Puskesmas Segiri sebanyak 561 kasus, Puskesmas Temindung 434 kasus, Puskesmas remaja 336 kasus, Puskesmas Harapan baru 313 kasus, Puskesmas Bengkuring 241 kasus dan Puskesmas Mangkupasa 262 kasus.

Sedangkan rumah sakit yang menangani kasus diare adalah rumah sakit Dirgahayu 895 kasus, rumah sakit Islam 213 kasus dan rumah sakit AW Syahranie 198 kasus serta rumah sakit Aisyiah sebanyak 178 kasus. (*/erl) www.samarindacity.com/node/1524 -

Penyakit diare di kota Samarinda mempunyai IR yang berfluktuasi tetapi CFR cenderung mengalmi peningkatan dari tahun ke tahun, sedangkan penderita diare di DAS lebih banyak dibandingkan di daerah NON DAS. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran karakteristik epidemiologis penderita diare di DAS dengan non DAS dan menganalisis apakan ada perbedan karakteristik epidemiologis penderita diare dengan DAS dengan Non DAS. Jenis penelitian adalah komparaitf dengan metode survei dan dilakukan secara cross sectional. Jumlah responden 219 orang, masing-masing 110 orang berasal dari DAS dan 109 orang dari NON DAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita diare di wilayah DAS lebih banyak terdapat pada kelompok umur bayi dan anak-anak (55,8%), wilayah NON DAS lebih banyak terdapt pada kelompok umur orang tua (80,0%), pendidikan di wilayah DAS adalah pendidikan rendah (54,8%), non DAS pendidikan terbanyak adalah pendidikan tinggi (70,0%), tingkat pendapatan di wilayah DAS paling banyak berada dibawah standar (56,8%) sedangkan non DAS berda diatas standar (57,4%). Penderita diare di wilayah DAS lebih banyak tidak menggunakan jamban (97,3%), penyediaan air bersih yang memenuhi syarat secara fisik lebih banyak di DAS (52,5%), di Non DAS tidak memenuhi syarat secara fisik (59,5%). Kejadian diare saat air pasang banyak di wilayah DAS (52,3%), dan kejadian diare saat air surut lebih banyak di daerah non DAS (51,8%). Ada perbedan kelompok umur, penghasilan dan penggunaan jamban penderita diare di wilayah DAS dengan Non DAS Kecamatan Samarinda Ilir kota Samarinda. Untuk mendukung program kali bersih yang dicanangkan Pemda dan pengalokasian pemukiman masyarakat disepanjang daerah aliran sungai ke tempat yang layak danmemenuhi syarat, bagi DinKes agar merencakanan pemangunan jamban jamak di wilayah DAS danpembangunan sarana air bersih di wilayah non DAS. (Vf,050204) www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=1934