Dasar-dasar Pendidkan Jasmanil
-
Upload
fendy-perdana -
Category
Documents
-
view
665 -
download
0
Transcript of Dasar-dasar Pendidkan Jasmanil
nasional”. Pasal ini tidak menjelaskan lebih lanjut mengembankan
kemampuan apa, tetapi dapat dijabarkan dalam berbagai macam kemampuan
seperti antara lain kemampuan intelektual, sosial, jasmani, berkomunikasi.
Sebetulnya apakah hakikat dan intisari dari pendidikan itu? Menurut Raka
Joni (198:14) hakikat pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai
keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan didik.
2. Pendidikan merupakan upaa penyiapan peserta didik dalam menghadapi
lingkungan hidup mengalami perubahan yang semakin pesat.
3. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
4. Pendidikan berlangsung seumur hidup.
5. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.
2. Apakah pendidikan jasmani
Setelah mengetahui makna dan hakikat pendidikan, berikut perlu
dibicarakan pula apakah yang dimaksud dengan “pendidikan jasmani”.
Apakah pendidikan jasmani itu bermakna pendidikan dari jasmnai atau
pendidikan melalui jasmani? Pertanyaan ini timbul karena ada sebagian pakar
dalam bidang pendidikan jasmani yang berpendapat bahwa pendidikan
jasmani itu adalah pendidikan dari jasmani dan ada sebagian pakar pendidikan
jasmani berpendapat bahwa pendidikan jasmani adalah para pakar di amerika
yang berpendirian bahwa pendidikan jasmani adalah pendidikan dari jasmani
dan perlu diberikan dilembaga pendidikan karena aktivitas jasmani yang
berbentuk latihan memberikan manfaat bagi peserta didik dalam bentuk
kesegaran jasmani dan pemeliharaan kesehatan. Tekanan pada kesegaran
jasmani lebih ditonjolkan karena tebukti berdasarkan penelitian anak-anak
amerika rendah tingkat kesegaran jasmaninya dari anak-anak eropa dan asia,
kenyataan lain yang memperkuat pendapat itu adalah cukup banyak pemuda
amerika yang tidak dapt diterima menjadi tentara karena lemah fisiknya atau
tingkat jasmaninya rendah.
Jadi dapat dikatakan bahwa satu-satunya tujuan dari pendidikan
jasmani adalah untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan.
Mungkin akan lebih tepat bila dikatakan pendidikan jasmani adalah
pendidikan untuk kesegaran jasmani dan unsure pendidikannya seakan-akan
tidak penting. Apakah manfaat dari melakukan aktivitas atau latihan jasmani
itu hanya untuk kesegaran jasmani saja? Dewasa ini banyak mengatur dalam
bentuk buku maupun majalah berkala yang membicarakan tentang manfaat
aktivitas atau olehraga yang dilakukan secara teratur bagi manusia antara lain
untuk mengurangi dan mengatur berat badan, memperlambat proses penuaan
dan keseimbangan psikologis.
Pakar pendidikan jasmani yang pertama kali berpendapat bahwa
pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui jasmani adalah Williams atau
pakar pendidikan jasmani di Amerika Serikat. Williams (1954:3) menyatakan
bahwa pendidikan jasmani adalah semua aktivitas manusia yang dipilih
jenisnya dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Yang
dipilih itu haruslah yang memberikan sumbangan bagi kehidupan sehari-hari
dan memberikan kemungkinan bagi peserta didik utnuk menimbulkan sifat
toleransi, ramah, baik hati, suka menolong dan bahkan mempunya
kepribadian yang kuat. Mempelajarinya sangat diperlukan bagi amerika yang
tangguh dan kuat. Singer (1976:9) member makna dari pendidikan jasmani
sebagai bagian dari pendidikan jasmani yang berbentuk satu system atau
program aktivitas jasmani yang intensif melibatkan otot-otot besar yang
dirancang untuk merangsang organ-organ tubuh agar manfaat kesehatan
sebagai akibat dari aktivitas itu dapat diperoleh pelakunya. Ia memberikan
makna pendidikan jasmani melalui jasmani berbentuk satu program aktivitas
jasmani yang medianya gerak tubuh yang dirancang untuk menghasilkan
beragam pengalaman dan tujuan antara lain sosial, intelektual, keindahan dan
kesehatan.
Dalam Undang-Undang tentang system pendidikan nasional tidak ada
satu pasal pun yang menerangkan tentang pendidikan jasmani apalagi
memberi makna pendidikan jasmani, walaupun undang-undang itu harus
mengacu kepada ketetapan Majelis permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 11/MPR/1988 tentang garis-garis besar haluan Negara.
Dalam GBHN itu pada sektor pendidikan dapat dipelajari uraian tentang
pendidikan jasmani dan olahraga.
1. Pembinaan dan pembangunan olahraga merupakan bagian dari upaya
peningkatan kualitas manusia Indonesia.
2. Tujuannya untuk peningkatan kesehatan jasmani maupun rohani seluruh
masyarakat, pemupukan watak, disiplin dan sportivitas serta
pengembangan prestasi olahraga yang dapat membangkitkan rasa
kebanggaan nasional.
3. Perlu ditingkatkan pendidikan jasmani dan olahraga dilingkungan sekolah,
pengembangan prestasi olahraga.
4. Upaya memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat serta
upaya menciptakan iklim yang lebih mendorong masyarakat untuk
berpartisipasi serta bertanggung jawab dalam membina dan
mengembangkan olahraga.
Dalam GBHN ini tidak dijumpai maksud dan makna dari pendidikan
jasmani, tetapi yang diketemukan adalah dilingkungan sekolah pendidikan
jasmani dan olahraga perlu ditingkatkan. Jadi di lingkungan sekolah selain
pendidikan jasmani, olahraga perlu diprogramkan dan dilaksanakan. Tidak
ada penjelasan apa beda pendidikan jasmani dan olahraga. Yang dilaksanakan
oleh guru sampai sekaran adalah program pendidikan jasmani dan kesehatan
bukan pendidikan jasmani dan olahraga. Interpretasi yang dapat dikemukakan
adalah bahwa program pendidikan jasmani dilaksanakan sebagai bagian
kurikuler dan program olahraga sebagai program ekstrakurikuler yang
bertujuan meningkatkan prestasi. Interpretasi lain, ada yang berpedapat bahwa
dalam pendidikan jasmani sudah tercakup olahraga dan ada pula sebaliknya,
yaitu dalam olaraga telah termasuk pendidikan jasmani. Untuk menyelesaikan
perbedaan pandangan ini dan agar lebih jelas sekarang digunakan konsep
pendidikan jasmani dan olahraga.
Dalam undang-undang No. 4 tahun 1950 tentang dasar-dasar
pendidikan dan pengajaran bab VI pasal 9 tentang pendidikan jasmani, yang
berbunyi: “pendidikan jasmani yang menuju kepada keselarasan antara
tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa, dan merupakan suatu usaha untuk
membuat bangsa Indonesia yang sehat dan kuat lahir dan batin, diberikan
kepada semua jenis sekolah”. Dalam pasal 9 itu tidak ada penjelasan tentang
makna pendidikan jasmani, hanya ada tujuan yang ingin dicapai, yaitu untuk
keselarasan tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa dan untuk membuat
bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat dan kuat lahir dan batin.
Menurut Abdul Gapur (1983:6) “pendidikan jasmani adalah suatu
proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun sebagai anggota
masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan
jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan
dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak”.
Jadi hakikat dari pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan yang
dilakukan secara sadar melalui kegiatan jasmani yang intensif.
Ada baiknya sebagai bahan banding dipelajari beberapa definisi
pendidikan jasmani dari pakar pendidikan jasmani di Amerika Serikat.
Menurut Nixon dan Jeweru (1980:27) pendidikan jasmnai adalah satu tahp
aspek dari proses pndidikan keseluruhan yang berkenaan dengan
perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu yang dilakukan
atas kemauan sendiri serta bermanfaat dan dengan reaksi atau respons yang
terkait langsung dengan mental, emosi dan sosial.
Definisi ini dapat dikatakan merupkan inti sari dari pendidikan
jasmani, karena tidak dihubungkan dengan tujuan pendidikan jasmani.
Definisi ini menyetujui bahwa program pendidikan jasmani sekolah terutama
terdiri dari satu lingkungna belajar khusus yang bercirikan banyak kondisi dan
rangsang, yang dirancang khusus pula, yang diperuntukkan agar memberikan
kemungkinan bereaksi secara jasmnaiah, sosial, emosional dan intelektual.
Dengan konisi dan rangsang itu peserta didik dapat berubah atau mendidik
kearah yang diinginkan. Lapangan tennis, perkakas dan peralatan senam,
kolam renang, ruangan dan fasilitas lainnya adalah bagian esensial dari
lingkungan khusus pendidikan jasmani. Bagian esensial lainnya adalah guru
pendidikan jasmani, pelatih,pertandingan dan program pendidikan jasmani.
Kualitas dari pendidikan jasmani yang diperoleh tergantung pada segala
respons dan sikap yang mempengaruhinya. Karena itu amat vital sekali untuk
memilih, menilai secara berkala guru pendidikan jasmani dan pelatih yang
berstandar moral tinggi dan memiliki sifat kepribadian yang baik.
Menurut frost (1975:33) pendidikan jasmani terdiri dari perubahan
dan penyesuaian yang terjadi pada individu bila ia bergerak dan mempelajari
gerak. Termasuk kedalam gerak adalah merangkak, berjalan, berlari,
memanjat, melompat, melempar dan gerak lain yang dilakukan bila
berpartisipasi dalam permainan senam, tari, renang, dan beladiri.
Rumusan definisi pendidikan jasmani yang dibuat frost sejalan dengan
definisi dari pendidikan, yang menurut dia “pendidikan terdiri dari
perubahan penyesuaian yang terjadi pada diri individu sebagai akibat
dari pengalamannya”.
Bila kedua definisi ini dikaji lebih teliti dapat disimpulkan bahwa inti
dari pendidikan jasmani berpusat pada gerak manusia karena itu perlu
dikaji lebih luas lagi dalam bab ini.
3. Gerak unsur pokok pendidikan jasmani
Gerak merupakan perhatian pokok dari guru pendidikan jasmani.
Tugasnya adalah membantu peserta didik bergerak secara efisien,
meningkatkan kualitas unjuk kerjanya (performance), kemampuan belajarnya
dan kesehatannya. Karena gerak adalah unsur pokok pendidikan jasmani
penting bagi guru pendidikan jasmani memahami beberapa dimensinya.
Gerak benda secara luas didefinisikan sebagai satu perubahan posisi
dari benda dalam ruang. Gerak manusia adalah perubahan posisi dalam ruang
atau terhadap bagian tubuh lainnya. Semua gerak itu tunduk pada asas
mekanika tertentu. Satu pemahaman dari tenaga yang bekerja pada tubuh
selagi bergerak adalah penting bila seseorang melakukan gerak yang
bermakna. Asas beomekanika akan dibicarakan lebih luas dalam bab
tersendiri.
Pola, faktor, komponen dan penggolongan gerak.
Dari pola gerak yang tersusun baik dapat dikenal tiga komponen
gerak, yaitu gerak berkenaan sikap tubuh, dengan transport (perpindahan
tubuh ketempat lain) dan dengan tangan. Anak berkembang dan belajar
melalui jalur tersebut. Komponen satu atau dua adalah pola gerak yang
digunakan untuk melawan daya tarikan bumi, yang melibatkan otot-otot dan
syaraf. Otot-otot tersebut pada umumnya dipandang sebagai otot-otot
pundamental dan geraknya dinamakan aktivitas otot-otot besar. Penyusaian
yang besifat sikap tubuh (postural) merupakan dasar dari semua gerak. Semua
gerak dari gerak transfort dan tangan harus dimulai dengan sikap tubuh.
Dalam proses pertumbuhan anak harus mulai belajar mengangkat kepalanya
dan kemudian mengerjakan otot-ototnya untuk duduk. Setelah ia menguasai
penyesuaian yang diperlukan untuk sikap tubuh, ia juga belajar pola gerak
maju. Gerak postural-transport dimulai dengan melata, yang dilakukan
dengan tubuh bersentuhan dengan lantai. Tahap perkembangan berikutnya
adalah merangkak, dengan tubuh tidak ada kontrak dengan l;antai. Tangan
dan lutut menompang berat badannya. Gerak maju yang dilakukanberpola-
silang dengan tangan dan lutut yang berlawanan digerakkan silih berganti.
Tahap berikut dari aktivitas postural-transport anak mencoba berdiri diatas
dua kaki dan dilanjutkan dengan berjalan. Bila ia tidak menguasai pola-silang
dari merangkak, mungkin ia mendapatkan kesulitan dalam berjalan.
Salah satu pola gerak khusus pertama yang harus dipelajari anak
adalah koordinasi tangan mata. Tangan dan mata bekerja dalam satu
gabungan. Hubungan antara mata dan tangan dalam satu pola gerak cukup
rumit dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk menyempurnakanya.
Kemampuan untuk mengintegrasikan pola gerak seperti itu memberikan
angan yang cukup besar untuk mempelajari gerak lainnya seperti, memukul
bola kasti dan bola tenis dengan menggunakan alat khusus untuk memukulnya
yaitu, gada dan raket.
Gerak khusus lain adalah menyepak bola dengan yang memerlukan
koordinasi antara kaki dan mata. Bila bola yang disepak terletak diatas lantai
pola gerak yang dilakukan tidak rumit bila bola yang disepak berada di udara.
Bola itu dapat dilambungkan sendiri atau dilambungkan oleh orang lain
kearah anak. Kemampuan menguasai koordinasi antara kaki dan mata sampai
sempurna melakukan waktu yang lama. Apalagi dituntut bola disepak
kesasaran tertentu.
Menurut Getman ynag diuraikan oleh barrow (1977:15). Selain anak
belajar menggabungkan dan mengintegrasikan gerak mata dan gerak tangan,
ia membentuk dasar pengintegrasian dari semua kombinasi lainnya yang
mungkin dalam semua system perseptul tubuh. Hasil penelitian menyatakan
bahwa pola gerak anak dalam bentuk koordinasi tangan-mata sangat
terintegrasi dengan kemampuannya membedakan bunyi dan kemampuannyan
membedakan kata-kata (Sreinhous, 1966:39).
Kerumitan dari gerak tubuh manusia dan fungsinya hamper tidaka
mungkin di pahimi manusia. Begitu banyak tulang yang di gerakkan dan di
dukung oleh begitu banyak otot yang akan menghasilkan rentangan dan
kualitas gerak yang hamper tidak terbatas jumlahnya. Bahkan keterampilan
yang sederhana itu rumit karena melibatkan banyak pola yang di pengaruhi
oleh banyak tenaga. Pengaruh ini dapat di kategorikan dalam beberapa tipe
pertama, faktor ujuk-kerja jasmani yang merupakan dasar semua gerak
termasuk kedalam faktor ini kecepatan, kekuatan, koordinasi dan power.
Kedua, faktor structural yang dapat membatasi gerak atau dapat
meningkatkan unjuk-kerja. Faktor-faktor mencakup berat badan, tinggi badan,
tipe tubuh, sikap dan struktur tubuh. Ketiga, faktor psikologis tertentu ynag
mempengaruhi prilaku dan pada akhirnya banyak mempengaruhi gerak.
Termasuk dalam faktor-faktor ini perhatian prakarsa, keberanian, tidak putus
asa, daya kompetinsi, semanga koprs, dan yang lain-lain. Besar atau kecil,
kuat atau lemahnya, faktor-faktor tersebut banyak pengaruhnya pada
olahraga.
Faktor unjuk-kerja jasmani merupakan faktor yang paling
berpengaruh dalam olahraga. Pertama, faktor atau unsure unjuk kerja yang
mendasar semua gerak, seperti yang telah di kemukakan, yaitu kelincahan,
kecepatan, kekuatan, daya tahan, keseimbangan, kelentukan, dan lain-lainnya.
Kedua faktor aktivitas universal yaitu keterampilan fundamental seperti lari,
lompat, lempar, panjat dan gantung. Di katakana keterampilan universal
karena keterampila itu sama bagi semua unjuk- kerja dari semua orang dan
dan daerah geografis apapun. Ia merupakan kerangkan-kerja dari prilaku
jasmani manusia. Faktor ketiga adalah gerakkan khusus yang bertingkat tinggi
yang di kuasai dengan latihan dan pengalaman khusus yang berbeda dari
orang ke orang ia mencakup aktivitas olahraga, lari dan senam. Individu
memperoleh melalui latihannya, spesialisasi dan ia khas untuk tiap aktivitas
khusus.
Hubungan antara ketiga faktor ini cukup menarik. Faktor-faktor
tersebut merupakan dasar untuk semua unjuk-kerja gerak, Karena ia
merupakan tingkat unjuk kerja pertama. Keterampilan dasar itu merupakan
sebab dan akibat karena merupakan hasil dari faktor-faktor dan menjadi dasar
bagi keterampilan olahraga. Olahraga yang sangat khusus, tekhnik tari dan
senam adalah gerak yang di hasilkan atau di pengaruhi tidak saja oleh
keterampilan dasar tetapi juga oleh faktor-faktor yang merupakan dasar bagi
semua unjuk-kerja. (Barrow, 1976`219).
Singer (1968) berpendapat bahwa keberhasilan dalam unjuk-kerja
gerak dapat tergantung pada faktor-faktor pribadi berikut: (1) karaktristik
jasmani, (2) kemampuan gerak, (3) rasa aman (4) kemampuan perseptul, (5)
kecerdasan dan emisi
4. Olahraga dan Ilmu Olahraga
Olahraga
Sebagaimana telah di uraikan di atas, ada pendapat pakar yang di
dukung dengan argumentasi yang cukup mengatakan bahwa olahraga
mencakup pendidikan jasmani. Sebetulnya apakah makna dari arti olahraga?
Kata olahraga sepadan dengan kata “sport” dalam bahasa inggris yang
dapat berarti aktivitas yang dikerjakan untuk mendapatkan kesenangan atau
berarti rekreasi.
Menurut Dean Internasional dari olahraga dan pendidikan jasmani
atau International Council Of Sport and Physical Education (1964:9) olahraga
adalah aktivitas jasmani apapun yang memiliki cirri permainan dan ada unsur
satu perjuangan dengan diri sendiri, atau dengan orang lain atau satu
tantangan alam. Selanjutnya dijelaskan bila aktivitas ini berunsur kompetisi
maka harus dilaksanakan secara sportif dan fair flay. Selanjutnya dewan
tersebut berpendapat bahwa olahraga harus merupakan bagian integral dari
sistem pendidikan apapun. Hal ini penting bagi keseimbangan pendidikan
peserta didik dan mempersiapkan mereka untuk menggunakan waktu
senggang dalam kehidupan mereka nanti bila telah dewasa dengan kegiatan
jasmani yang bermanfaat bagi kesehatan.
Olahraga menurut Abdul Gafur (1983:6) adalah: “Bentuk-bentuk
kegiatan jasmani yang terdapat dalam permainan, perlombaan dan kegiatan
jasmani yang intensif dalam rangka mamperoleh rekreasi, kemenangan dan
prestasi optimal”.
Menurut Cookley )1076:12) olahraga adalah satu aktivitas kompetitif
yang melembaga yang memerlukan kerja jasmani yang keras atau
menggunakan keterampilan jasmani yang relative kompleks dari individu,
yang partisipasinya di motivasi oleh gabungan dari kepuasan interensik yang
terkait dalam aktivitas itu sendiri dan hadiah eksternal yang di peroleh dengan
berpartisipasi Dewan Internasional untuk pendidikan jasmani dan olahraga
dengan tegas menyatakan bahwa olahraga adalah bagian integral dan
pendidikan keseluruhan peserta didik, yang berarti kegiatan olahraga yang di
rancang dan di laksanakan di lembaga pendidikan harus berimplikasikan
pendidikan. Olahraga dapat di gunakan untuk mendapatkan nilai-nilai,
mengembangkan kepribadian dan prilaku yang baik, menguasai keterampilan,
memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani. Dalam pendidikan
olahraga adalah bermai, dan tujuan dari guru pendidikan jasmani adalah untuk
mencapai tujuan program. Tujuan peserta didik adalah berpartisipasi dalam
permainan dan memperoleh kegembiraan atau kesenengan.
Tujuan utama dari pendidikan olahraga di sekolah haruslah berkaitan
dengan pendidikan, bila olahraga adalah bagian kurikulum sekolah: dalam
kegiatan olahraga kesejahteraan dan keselamatan kerja lebih di utamakan dari
pada kemenangan atau gengsi sekolah. Olahraga di rencanakan dan di
selenggarakan oleh guru pendidikan jasmani dengan tujuan pendidikan yang
akan di capai bukan keberhasilan atau kemenangan. Bila kemenangan lebih
penting dari bermain maka bermain mungkin bernilai hanya dalam
kemenangan.
Ada beda antara olahraga yang dilakukan untuk hiburan atau
kesenangan dengan olahraga yang bertujuan komersial dan jenis atau tipe
olahraga yang di lakukan semata-mata untuk kegembiraan dalam
berpartisipasi.
Siedentop. Mand dan Taggart (1986:168) tiga orang pakar pendidikan
jasmani dan Amerika memberikan uraian yang cukup mendalam tentang
“pendidikan olahraga” satu istilah yang tidak asing lagi Di Indonesia bagi
mereka yang mengajarkan pendidikan jasmani. Di Indonesia mata pelajaran
kegiatan jasmani di sekolah mempunyai bermacam-macam nama mulai dari
zaman penjajahan sampai sekarang, yaitu gimnastiek (Belanda), taiso
(Jepang), gerak badan, pendidikan jasmani, pendidikan olahraga dan
kesehatan dan pendidikan jasmani dan kesehatan. Menurut Siedentop dan
kawan-kawan tujuan dari pendidikan adalah untuk mendidik peserta didik
dalam berbagi macam jenis olahraga, yaitu mengajar menjadi pemain yang
sesungguhnya. Peserta didik tidak dapat belajar menjadi manusia olahraga
yang baik sekiranya mereka tidak ambil bagian dalam olahraga. Definisi
olahraga menurut mereka sesuai dengan definisi dan loy (1968) yaitu
terjadinya kompetisi yang tidak serius yang hasilnya di tentukan oleh
gabungan dari keterampilan, strategi dan keberuntungan. Olahraga berintikan
permainan dan merupakan bentuk permainan gerak yang di lembagakan.
Apakah karakteristik olahraga sebagai satu bentuk permainan gerak
yang dilembagakan dan bagaimana olahraga berbeda dengan cara kegiatan
jasmani dalam pendidikan jasmani disusun dan dilaksanakan? Pertama, di
Amarika bola basket, hoki, tenis dan cabang-cabang lainnya dimainkan dalam
musim tertentu. Cabang olahraga yang dilakukan dalam pendidikan jasmani
dalam unit-unit, dan unit tersebut sering tidak lama diajarkan. Dalam olahraga
permainan adalah anggota dari satu tim atau perkumpulan dan menjadi
anggota selama paling satu musim. Kedua, olahraga memerlukan satu
kompetensi formal dalam bentuk satu kejuaraan. Dalam olahraga permainan
biasanya mengetahui siapa lawan-lawannya dan urutan menghadapi lawan-
lawan itu. Dalam pendidikan jasmani ada juga kompetisi tetapi tidak teratur
dilaksanakan. Ketiga, dalam olahraga dikumpulkan dan nilai rata-rata, persen
tembakan bola, pukul rata-rata dan lain-lainnya. Dalam pendidikan jasmani
jarang sekali data dikumpulkan. Data atau keadaan tersebut memberikan
umpan balik untuk pemain atau tim.
Pendidikan olahraga berusaha untuk memasukkan karakteristik
tersebut kedalam program pendidikan jasmani. Tujuannya adalah
mengembangkan program olahraga untuk semua peserta didik dalam sekolah.
Pendidikan olahraga bukanlah olahraga antar sekolah (interscholastic).
Olahraga antar sekolah biasanya hanya bagi pemain yang baik, yang ingin
memperluas pengalamannya bertanding dengan pemain yang baik dari
sekolah lain. Pendidikan olahraga diperuntukkan bagi semua peserta didik dan
dilaksanakan dalam sekolah dan bukan antar sekolah.
Mengapa pendidikan jasmani bukan pendidikan olahraga
Secara tradisional pendidikan jasmani dipahami sebagai satu mata
pelajaran di sekolah, yang mempunyai banyak tujuan pendidikan yang ingin
dicapai melalui berbagai macam aktivitas jasmani. Walaupun banyak dan
aktivitas jasmani itu banyak berisikan aktivitas olahraga, tetapi pelaksaan
aktivitas itu tidak memiliki karakteristik yang memberikan makna kepada
olahraga. Dalam pendidikan jasmani peserta didik diberikan unit bola voli. Ia
diajar melakukan keterampilan seperti servis, umpan, operan, smash, blok dan
peserta didik sering bermain bola voli dalam satu unit itu. Bukankah bermain
bola voli yang dilakukan dalam unit pendidikan jasmani itu sama dengan
olahraga? Jarang sekali sama, karena peserta didik tida menjadi anggota tim
tetapi tidak ada musim, tidak ada kompetisi formal, tidak ada pertandingan
puncak, dan tidak dilakukan pencatatan. Keterlibatan dalam permainan yang
lebih lanjut bercirikan latihan, menerima peran yang diberikan (missal sebagai
penjaga gawang), meningkatkan kompleksitas dalam strategi dan unjuk kerja,
dan ambil bagian dalam ritual dan tradisi dari permainan. Ciri-ciri ini tidak
dijumpai dalam pendidikan jasmani. Tim olahraga menimbulkan hubungan
yang intim, dedikasi, sosialisasi, kemampuan dan tanggung jawab. Kualitas
ini sering tidak dijumpai dalam program pendidikan jasmani. Program
olahraga itu vital dan penuh makna bagi pesertanya. Program pendidikan
jasmani sering dipandang tidak penting dan sepele oleh peserta didik yang
menjadi anggota satu tim atau perkumpulan.
Ilmu Olahraga
Dilingkungan pendidikan, terutama pendidikan tinggi, istilah “ilmu”
sering diucapkan dan sesuatu ilmu diajarkan. Lazimnya sebutan yang
digunakan adalah “ilmu pengetahuan” seperti misalnya pada nama Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Sekarang di Indonesia telah pula ditambahkan
istilah “sains” seperti umpanya dalam ungkapan “sains dan Teknologi”.
Walaupun sudah sering diucapkan dan didengar pembahasan tentang
ilmu itu sendiri tidak banyak dilakukan. Rupanya apa pengertian ilmu dengan
sendirinya dipahami tanpa memerlukan keterangan lebih lanjut. Namum
apabila harus memberikan perumusan yang tepat dan cermat mengenai
pengertian ilmu, barulah orang akan merasa bahwa hal itu tidaklah begitu
mudah. Hal itu sebetulnya sudah terlihat dalam penyebutan istilah “Ilmu
Pengetahuan” yang telah demikian lazim dalam masyarakat termasuk dunia
perguruan tinggi yang sesungguhnya merupakan sebutan yang kurang cepat
dan tidak cermat. Istilah ilmu pengetahuan terdiri dari dua perkataan yang
sama artinya “ilmu” saja tampa penambahan kata “pengetahuan”.
Ilmu olahraga berkembang pesat semenjak diadakan pertemuan
ilmiah mengenai olahraga yang diadakan bersamaan dengan penyelenggaraan
olimpiade musim panas yang dinamakan olimpic scientific congress. Kongres
ini buat pertama kalinya diselenggarakan di Tokyo tahun 1964. Dalam
pertemuan olimpic scientific congress yang diselenggarakan di Montreal
tahun 1976, ilmu olahraga dinamakan “exercise science” dan aspek-aspek
ilmu olahraga dikelompokkan oleh Haag (1984:44) sebagai berikut :
1) Ilmu-ilmu biologi (biological science) yang terdiri dari (a) fisiologi
olahraga, (b) psikologi olahraga, (c) biomekanika olahraga dan (d)
konantropometri.
2) Ilmu-ilmu prilaku (behaviora science). Seperti (a) pedagogi olahraga, (b)
psikologi olahraga dan (c) sosiologi olahraga.
3) Humanitas, seperti (a) filsafat olahraga, (b) sejarah olahraga dan (c)
teologi olahraga.
4) Ilmu Management, seperti (a) management olahraga dan (b) infrastruktur
olahraga.
Pada olimpic science congress di Eugane, Oregon tahun 1984 sebagai
bagian kegiatan dari olimpiade di Los Angels, pengelompokkan ilmu-ilmu
olahraga adalah sebagai berikut:
1) Ilmu kealaman, seperti (a) biomedika olahraga, (b) kedokteran olahraga
dan (c) kinantropometri
2) Ilmu-ilmu prilaku, seperti (a) belajar gerak (motor learning), (b)
perkembangan gerak dan (c) psikologi olahraga
3) Ilmu sosio-budaya, seperti (a) sejarah olahraga, (b) padegogi olahraga, (c)
fisafat olahraga dan (d) sosiologi olahraga
Rupa-rupanya para pakar yang mengkaji berbagai subdisiplin olahraga
belum mempunyai kesepakatan tentang pengelompokan subdisiplin olahraga.
Tidak dijumpai pula subdisiplin yang bernama pendidikan olahraga atau
pendidikan jasmani tetapi yang di gunakan oleh panitia penyelenggara
padegogi olahraga.
Ilmu olahraga berkembang sangat pesat di negara maju sehingga dirasa
perlu untuk membantu satu organisasi internasional dari subdisiplin ilmu
olahraga. Organisasi internasional itu antara lain adalah:
1. FIMS : Fe`de`ration Internationale de Medicine Sportive (Federasi
Internasional Kedokteran Olahraga)
2. FIEP : Fe`de`ration Internationale d`Education Physique
(Federasi Internasional pendidikan jasmani)
3. ICHPER : International councilfor health, physical education and
recreation (dewan international untuk kesehatan,
pendidikan jasmani dan rekreasi)
4. ICSH : International communittee for sport history
(komite international untuk sejarah olahraga)
5. ICSP : International communittee for sport pedagogy
(komite internasional untuk pedagogi olahraga)
6. ICSSPE : International committee for sport science and physion
education(komite internasional untuk ilmu olahraga
pendidikan jasmani)
7. ICSS : International committee for sosiology of sport
(komite international untuk sosiologi olahraga)
8. ISAK : International society of advancement of kinanthopomen
(lembaga memajukan kinantropometri internasional)
9. ISB : International siciety of biomecanics (lembaga biomekanika
internasional)
10. ISSP : International society of sport psychology (lembaga
psikologi olahraga internasional)
Subdisiplin ilmu-ilmu olahraga yang mungkin telah berkembang di
indonesia adalah psikologi olahraga, kedokteran olahraga, dan pendidikan
olahraga atau padegogi olahraga sedangkan sub disiplin lainnya belum ada
pakar yang mengkaji atau mengembangkannya. Indonesia pada tahun 1973
telah pernah menyelenggarakan kongres picha ICHPER di Bali dan kongres
FIEP dijakarta tahun 1985.
C. Tujuan Pendidikan Jasmani
1. Tujuan Pendidikan
Sebagaimana telah diuraikan diatas pendidikan jasmani merupakan
bagian intergral dari pendidikan, maka tujuan pendidikan jasmani harus sesuai
dengan tujuan pendidikan menurut undang-undang Republik Indonesia
Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, bab II pasal 4
“Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, keperibadian
yang mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dalam
undang-undang no 2 tahun 1989 tidak ada satu pasalpun yang menjelaskan
tentang pendidikan jasmani. Dalam undang-undang no. 4 tahun 1950 tentang
dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah terdapat bab IV pasal 9
tentang pendidikan jasmani, yang berbunyi: “pendidikan jasmani yang menuju
kepada keselarasan antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa, dan
merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang sehat dan kuat lahir dan batin, diberikan kepada segala jenis sekolah”
pasal ini menjelaskan bahwa dalam rangka mendidik anak seutuhnya yang
dilaksanakan di sekolah pendidikan harus meliputi kesatuan jasmani dan
rohani. Pertumbuhan jiwa dan raga harus mendapat tuntunan menuju kearah
keselarasan untuk menghindari pendidikan yang hanya mengarah kepada
intelektualisme. Pendidikan jasmani merupakan usaha untuk menjadikan
bangsa indonesia sehat dan kuat lahir batin. Jadi ia dapat memelihara dan
meningkatkan kesehatan badan baik dalam arti preventif atau pencegahan dan
korektif. Walaupun undang-undangnya sudah ada, belumlahberarti bahwa
pendidikan jasmani telah dilaksanakan sebagaimana mestinya di semua
tingkat pendidikan. Banyak kendala yang menyebabkannya seperti fasilitas
dan peralatan olahraga yang amat terbatas dalam jumlah dan jenisnya dan juga
faktor guru pendidikan jasmani yang belum memadai dalam jumlah dan
mutunya. Kendala ini sampai sekarang pun belum dapat di atasi oleh
pemerintah maupun swasta yang menyelenggarakan pendidikan. Pelajaran
pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran wajib di sekolah dalam usaha
mendidik anak seutuhnya.
Tujuan pendidikan maupun pendidikan jasmani yang dirumuskan
dalam undang-undang, sifatnya umum sekali. Untuk dapat mencapai tujuan
umum atau tujuan ideal atau tujuan jauh itu perlu ada penahapan usaha yang
dirancang dan dilaksanakan. Dengan kata lain perlu ada tujuan yang sifatnya
tidak begitu jauh dan yang dekat atau khusus.
Tujuan pendidikan dapat digolongkan dalam 3 ranah atau pemain
yaitu: ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotor (Bloong, 1956:73
dan Krathwohl, 1964:32). Ranah kognitif mencakup tujuan yang
menitikberatkan pada hasil intelektual seperti pengetahuan, pemahaman dan
keterampilan berpikir. Ranah efektif mencakup tujuan yang menitikberatkan
pada perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi dan metode
penyesuaian. Ranah psikomotor berisikan tujuan yang tekanannya pada
keterampilan gerak seperti menulis, mengtik, dan menjalankan mesin.
2. Tujuan pendidikan jasmani
Para pakar pendidikan jasmani di Amerika berpendapat bahwa untuk
bidang pendidikan jasmani perlu ditambah dengan satu ranah lagi yaitu ranah
jasmani (Annarino dkk, 1980:65). Ranah ini berisikan tujuan berfungsinya
dengan baik sistem tubuh sehingga individu dapat secara baik menghadapi
tuntunan lingkungan terhadap dirinya umpanya tujuan meningkatkan daya
tahan, kekuatan dan kelentukan. Ranah psikomotor menekankan pada
pengintegrasian secara harmonis antara sistem syaraf dan otot-otot untuk
menghasilkan gerak yang diinginkan seperti gerak melemparkan bola.
Sebelum membicarakan tentang tujuan dari pendidikan jasmani yang
dirumuskan oleh para pakar pendidikan jasmani perlu dilanjutkan pertanyaan
mengapa tujuan itu diperlukan dan dipahami dengan baik oleh para pendidik
pada umumnya dan guru pendidikan jasmani pada khususnya.
Beberapa alasan mengapa diperlukan tujuan yang jelas adalah sebagai
berikut:
1. Pemahaman tentang tujuan akan dapat membantu guru pendidikan jasmani
mengetahui lebih baik apa yang ingin dicapai. Tujuan dapat dijadikan
pedoman oleh guru pendidikan jasmani dalam merancang dan
melaksankan program pendidikan jasmani yang bermanfaat dan bermakna
bagi para siswa.
2. Pemahaman tentang tujuan akan dapat membantu guru pendidikan jasmani
mengetahui lebih baik nilai pendidikan jasmani dalam pendidikan. Tujuan
pendidikan jasmani harus serasi dengan tujuan pendidikan karena
pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan
keseluruhannya.
3. Pemahaman tentang tujuan akan dapat membantu guru pendidikan jasmani
mengambil keputusan yang baik bila ada masalah yang timbul. Dalam
tugas melaksanakan kegiatan jasmani yang telah dirancang dengan hati-
hati bagi siswa kadang kala timbul masalah, umpamanya apakah siswa
yang sudah sangat terampil bermain voli sebaiknya dibebaskan dari
pelajaran bermain voli. Dengan memahami secara baik tujuan pendidikan
jasmani guru dapat mengambil keputusan yang tepat.
4. Pemahaman tujuan dengan baik akan dapat membantu guru pendidikan
jasmani memberikan penjelasan tentang pendidikan jasmani pada teman
sejawat pendidik lainnya dan juga kepada orang lain, yang mungkin
kurang mengetahui atau mempunyai sikap yang kurang baik terhadap
pendidikan jasmani.
5. Pemahaman tentang tujuan akan dapat membantu guru pendidikan jasmani
mengetahui dan menghargai hasil akhir yang diharapkan dari proses
belajar mengajar. Perubahan prilaku yang diharapkan harus erat kaitannya
dengan tujuan pendidikan jasmani. Ia harus dapat
mempertanggungjawabkan perubahan prilaku yang terjadi pada siswa
setelah mendapatkan pelajaran pendidikan jasmani.
Apakah tujuan pendidikan jasmani? Bila dipelajari tujuan-tujuan yang
telah dikemukakan oleh para pakar pendidikan jasmani di Amerika dapat
disimpulkan bahwa lebih banyak kesamaan daripada perbedaan. Dalam satu
disertasi dokter Standford University tahun 1947, Agnes Stoodley
menganalisis tujuan pendidikan jasmani yang dijumpai dalam literatur
pendidikan jasmani. Tujuan-tujuan pendidikan itu diklasifikasikannya dalam
lima aspek, yaitu (1) perkembangan kesehatan, jasmani atau organ-organ
tubuh, (2) perkembangan mental emosional, (3) perkembangan
neuro_muskular, (4) perkembangan sosial dan (5) perkembangan intelektual
Bucher, (1987:45).
Menurut Barrow (1977:25) mungkin rumusan tujuan pendidikan
jasmani dari Bookwalter adalah yang paling mencakup, yaitu: tujuan ideal
pendidikan jasmani adalah perkembangan optimal dari individu yang utuh dan
berkemampuan menyesuaikan diri secara jasmaniah, sosial dan mental melalui
pelajaran yang terpimpin dan partisipasi dalam olahraga yang dipilih, senam
irama dan senam yang dilaksanakan sesuai dengan standar sosial dan
kesehatan. Bookwalter mengilustrasikan tujuan pendidikan jasmani dalam
suatu bentuk gambar, yang dapat dipelajari pada gambar 1. Pada gambar itu
dengan jelas dapat dipelajari pada sebelah kiri, jenjang dari tujuan yang jauh
atau ideal ke yang sangat khusus. Gambar itu menggambarkan pula hubungan
horizontal atau vertikal dari tiap tingkat dan juga hubungan dalam dan antar
tingkat (Barrow, 1977:32).
Jesse Feiring (1964:331) seorang pakar pendidikan yang terkemuka di
Amerika membuat pula satu gambar, seperti dapat dilihat pada gambar 2, yang
menunjukkan hubungan antara tiga macam tujuan dengan tujuan ideal dari
pendidikan jasmani dengan hasil akhirnya, yaitu individu yang berpendidikan
jasmani (a physically educated individual).
Adapun tiga macam tujuan itu adalah tujuan teknis, terkait dan ikutan
(komitmen). Contoh dari tujuan teknis adalah dapat menendang bola ke
sasaran tertentu. Untuk dapat melakukannya ia harus beralih menendang dan
mempunyai pengetahuan tentang mekanika menendang bola. Tujuan terkait
adalah memahami mekanika menendang. Tujuan ikutan adalah yang berkenan
dengan apresiasi dan sikap. Jadi untuk menguasai keterampilan menendang
bola ke sasaran tertentu selain ia harus memiliki kemampuan teknis, ia juga
harus memahami mekanika menendang dan memiliki sikap yang positif
terhadap usaha penguasaan keterampilan menendang bola.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas hasil akhir yang ingin dicapai
dengan pelajaran pendidikan jasmani yang diberikan di sekolah adalah
individu yang berpendidikan jasmani. Apakah atribut dari individu yang
berpendidikan jasmani itu? Konferensi nasional tentang kesegaran jasmani
siswa Sekolah Menengah (National Conference on Finess of Secondary
School Youth) di Amerika dalam laporan dengan judul “pemuda dan
kesegaran jasmani” (youth and Finess) memberikan daftar atribut dari individu
yang berpendidikan jasmani, seperti berikut (AAHPER, 1959:28).
Sikap
1. Berkeinginan besar untuk sehat.
2. Membutuhkan melakukan kegiatan jasmani tiap hari untuk memelihara
kesegaran jasmani.
3. Menyadari nilai prosedur keselamatan dalam dan di atas air.
4. Mengapresiasi kekuatan sendiri dan keterbatasannya.
5. Menerima konsep peran sebagai anggota tim.
6. Sikap positif dan tindakan yang aman dalam melakukan kegiatan jasmani
7. Memelihara hubungan yang sehat dalam kelompok dan menghargai hak
orang lain.
8. Menghargai nilai sportivitas dan mengaplikasikan secara penuh dalam
kehidupan.
9. Berkeinginan untuk mencapai tingkat keterampilan yang tinggi dalam
aktivitas jasmani dan menyenangi partisipasi.
Untuk memberi pimpinan yang terampil dan fasilitas yang memadai yang akan memberikan kemungkinan bagi individu atau kelompok untuk berbuat dalam situasi yang sehat bagi jasmani, yang merangsang dan memberi kepuasan bagi mental dan secara sosial menyenangkan
Tujuan, teknis dalam keterampilan, kekuatan, daya tahan dan daya organik
Tujuan, teknis dalam keterampilan, kekuatan, daya tahan dan daya organik
Tujuan, teknis dalam keterampilan, kekuatan, daya tahan dan daya organik
Aktifitas berkemah, jalan, berburu, memancing, cari jejak
Keterampilan dasar lari, lompat, lempar, angkat, gantung, panjat
Senam Tari permainanPendidikan jasmani adaptif
Beban Kurikuler
Perkembangan sistem dalam alat tubuh
Perkembangan sistem dalam alat tubuh
Perkembangan sistem dalam alat tubuh
Perkembangan sistem dalam alat tubuh
Hasil bagi individu
Individu yang berpendidikan
Tujuan pendidikan jasmani adalah perkembangan optimum secara jasmaniah, mental dan sosial dari individu yang utuh dan pandai menyesuaikan diri melalui pelajaran yang terarah dan partisipasi dalam olahraga yang dipilih aktivitas ritmis dan senam yang dilaksanakan sesuai dengan standar sosial
kesehatan Memanfaatkan dengan baik waktu senggang
Sifat etis
Perkembangan organik
Perkembangan neurom skuler
Perkembangan penalaran
Perkembangan emosi
Kontrol kondisi perubahan
jasmani
Kontrol tetap kebiasaan dan keterampilan
Kontrol adaptif pengetahuan,
perkembangan & pengetahuan
Kontrol pola apresiasi, sikap
cita-cita
(kesegaran jasmani)
Kebiasaan berolahraga & keterampilan
(pemahaman olahraga)
(sportifitas)
Nutrisi yang lebih baik daya tahan kekuatan, otot, berat badan normal kondisi kardio vaskuler
Berenang, kemampuan dalam keterampilan dasar , kemampuan-kemampuan menari
Pengetahuan tentang sportifitas pengetahuan tentang strategi dalam bermain pengetahuan tentang peraturan sekolah
Tujuan terhadap teman bermain
Tujuan terhadap sejawat
Minat terhadap olahraga
Pengetahuan
1. Mengetahui makna sikap tubuh yang baik dan bagaiman hubungan
sikap tubuh itu dengan kesehatan
2. Mengetahui fungsi tubuh yang baik dan menerima tanggung jawab
untuk memelihara kesegaran jasmani
3. Memahami makna dan pentingnya kesegaran jasmani dan
mengetahui bagaimana memelihara dan meningkatkan kesegaran
jasmani sepanjang hidup
4. Memahami peraturan, strategi, latar belakang dan nilai olahraga
dan aktivitas jasmani lainnya
5. Mengetahui cara memilih dan memelihara peralatan olahraga baik
milik sekolah maupun milik pribadi
6. Memahami dan mengahargai peran pendidikan jasmani dalam
pendidikan keseluruhan
7. Mengetahui mekanika daari berbagai macam keterampilan dalam
olahraga
8. Mengetahui arti penting dan kesegaran jasmani bagi keberhasilan
kegiatan akademik
9. Memahami kapasitas jasmani sendiri dan keterbatasannya
10. Memiliki pengetahuan untuk menjadi penonton olahraga yang
baik dan mempunyai pengetahuan tentang olahraga dan di tonton
11. Mengetahui peraturan bagi keselamatan di air (berenang,
menolong, respirasi artifisial, dan lain-lain).
Keterampilan
1. Kemampuan untuk membuat sikap tubuh yang baik dan
memeliharanya dalam duduk, berdiri dan berenang
2. Meningkatkan keterampilan palimg kurang empat cabang olahraga
beregu, sehingga dapat menikmati bila berpartisipasi
3. Memiliki kemampuan berenang yang memadai sehingga tidak
takut dalam air
4. Meningkatkan keterampilan paling kurang dalam empat cabang
olahraga perorangan, sehingga dapat memberikan kegembiraan
bila berpartisipasi
5. Meningkatkan keterampilan dalam olahraga beladiri, sehingga
dapat memperoleh kegembiraan bila berpartisipasi
6. Kemampuan untuk menggunakan keterampilan dasar (lari, lempar,
lompat, angkat, dan lain-lain)
7. Memiliki kebiasaan yang baik dalam kebersihan dan penampilan
pribadi serta mengindahkan unsur keselamatan dalam semua
aktivitas jasmani
Daftar atribut dari siswa yang berpendidikan jasmani itu tentu tidak
semuanya berlaku bagi murid sekolah dasar karena tingkat pertumbuhan dan
perkembangan jasmani tidak sama dengan siswa SMA. Demikian pula jenis
aktivitas jasmani yang di peruntukkan bagi murid SD akan perbedaannya.
Mungkin sangat menarik bila ditanyakan kepada murid SD. Pelajaran
SMP dan SMA apapun tujuan dari pembelajaran pendidikan jasmani yang di
berikan kepada mereka. Untuk memperoleh jawaban perlu di adakan survei
dan hal ini telah di lakukan oleh Bucher. Pertanyaan yang di ajukan oleh
Bucher kepada kira-kira 2500 orang peserta didik yang terdiri dari murid SD,
siswa sekolah menengah dan mahasiswa adalah: (1) apa yang ingin anda
peroleh dari pelajaran pendidikan jasmani. (2) apa yang seharusnya yang anda
peroleh dari program pendidikan jasmani? Ringkasan dari penemuan survei
itu adalah seperti di kemukakan dalam uraian di bawah ini:
1. Di sekolah dasar (kelas 1 s.d 3). Murid-murd memandang program
jasmani sebagai tempat untuk berlari, memperoleh kegembiraan dan
mempelajari permainan. Mereka juga menginginkan latihan sehingga
mereka dapat tumbuhan dan menjadi kuat. Sebagian dari mereka
menyatakan hasrat untuk belajar untuk menjadi atlit dan ingin bermain
dalam tim. Mereka yang koordinasinya kurang berharap dapat
memperbaiki jasmani sehingga mereka dapat bermain dengan teman-
teman lain.
2. Di sekolah dasar (kelas 4 s.d 6) murid menyatakan bahwa program
pendidikan jasmani harus memberikan kemungkinan untuk bergembira
dan mempelajari keterampilan. Mereka juga menyatakan kebutuhan untuk
berlatih untuk meningkatkan kesegaaran jasmani. Pada umumnya mereka
memandang peajaran pendidikan jasmani sebagai satu tempat
memperoleh teman baru. Mereka juga menekankan bahwa program
pendidikan jasmani memberikan kesempatan untuk menunjukkan
kebolehan dan mengendorkan ketegangan.
3. Di sekolah menengah pertama, siswa menyatakan bahwa pendidikan
jasmani harus berkenan dengan perbaikan kesegaran jasmani dan
kesehatan. Mereka menyatakan ingin mempelajari keterampilan baru dan
bemacam olahraga. Meraka juga menyatakan bahwa pendidikan jasmani
harus lebih berbuat banyak dari pada hanya mengembangkan tubuh, ia
harus juga mengembangkan pikiran dan juga mempersiapkan siswa
untukpekerjaan di masa akan datang. Siswa memandang pendidikan
jasmani sebagai tempat belajar fairplay dan sportivitas. Mereka juga
menekankan bahwa mereka ingin mempelajari aktivitas yang nanti di
perlukan dalam waktu senggang. Sebagian besar dari mereka menyatakan
keinginan bermain dalam satu tim.
4. Di sekolah menengah atas. Mereka menekankan bahwa kegiatan jasmani
penting, karena ia dapat memperbaiki tingkat kesegaran jasmani
kesehatan. Mereka menyatakan bahwa mereka ingin mempelajari banyak
keterampilan yang di perlukan dalam berbagai cabang olahraga. Mereka
juga ingin berpartisipasi dalam aktivitas yang akan bermanfaat bagi
mereka dalam penggunaan waktu senggang. Siswa sekolah menengah ini
memandang kelas pendidikan jasmani sebagai suatu tempat untuk belajar
menghargai teman lain. Mereka juga menyatakan bahwa program
pendidikan jasmani memeberikan mereka suatu perubahan irama dari
pelajaran akademik.
5. Di perguruan tinggi. Mahasiswa menekankan pentingnya pendidikan
jasmani dalam peerkembangan neuromuskuler dan efisiensi
kardiovaskuler. Mereka menyatakan bahwa pendidikan jasmani
memberikan rangsangan mental dan kesempatan sosiologis dengan orang
lain. Mereka juga menyatakan bahwa pendidikan jasmani memberi
kesempatan bagi mental untuk refleks dari kegiatan akademik dan
memperkenalakan kepada mereka berbagai aktivitas yang terbukti
berguna dalam pemanfaatan waktu senggang. Mahasiswa memandang
pendidikan jasmani sebagai sumbangan bagi perkembangan
mentaljasmani, sosial dan psikologis (Bucher, 1983:50-51).
Suatu penelitian lain yang di lakukan oleh Soudan dan Everett
(1981:16) terhadap 909 orang mahasiswa florida state universiti yang terdiri
dari 430 orang pria dan 479 wanita dengan tujuan untuk mengetahui tujuan-
tujuan pendidikan jasmani manakah yang di anggap mereka penting dan mana
yang tidak penting . kepada mahasiswa di berikan 24 tujuan pendidikan
jasmani sebagai berikut:
1. Mengembangkan kemampuan ornag yang memadai untuk melakukan
kegiatan sehari-hari dengan terampil dan mudah
2. Memperoleh kesenangan atau kegembiraan
3. Memperoleh teman baru
4. Memperoleh latihan yang teratur
5. Memperbaiki kepercayaan diri
6. Mencegah, memperbaiki dan mengetahui kelemahan atau cacat jasmani
7. Memahami orang lain
8. Membentuk kebiasaan menggunakan sebagian waktu untuk melakukan
kegiatan jasmani yang menyenangkan
9. Memelihara kesehatan dan kondisi jasmani yang baik
10. Memperoleh sukses
11. Memiliki kemampuan bergerak secara bebas dan terkontrol
12. Memberikan persiapan vokasional
13. Memahami asas mekanika gerak dan pengaruh latihan terhadap tubuh
14. Mengembangkan kualitas mental yang positif
15. Mengembangkan keterampilan dalam bebagai cabang olahraga
16. Mempelajari aktivitas yang dapat dilakukan atau di lanjutkan di luar
sekolah
17. Mengembangkan kemampuan bergaul dan kerja sama
18. Mengembangkan emosi yang stabil
19. Mengembangkan realitas diri
20. Memelihara berat badan
21. Mengembangkan memelihara fungsi jasmani yang baik
22. Mengembangkan sportifitas
23. Memelihara efisiensi psikologis pada tingkat optimal
24. Mengembangkan kemampuan memimpin
Tujuan pendidikan jasmani yang jumlahnya 24 itu di peroleh dari para
mahasiswa yang di gunakan dalam penelitian. Penelitian meminta pada para
mahasiswa yang di survei untuk menentukan tingkat pentingnya tujuan
dengan skala: 5-sangat penting; 4-penting; 3-agak penting; 2-kurang penting;
dan tidak penting.
Dengan memperhatikan tabel 1 dapat di kemukakan bahwa bagi
mahasiswa tujuan “memperoleh kesenangan/kegembiraan” menduduki
peringkat 3, bagi mahasiswa tujuan tersebut menduduki peringkat 5, rupa-
rupanya bagi mahasiswi tujuan itu lebih penting dari pada bagi mahasiswa.
Demikian pula “tujuan memperbaiki percaya diri” lebih penting dari pada
mahasiswa.
Tabel 1. Pengertian tujuan pendidikan jasmani menurut pentingnya bagi mahasiswa
dan mahasiswi
Tujuan Mahasiswa Mahasiswi
Memelihara kesehatan dan kondisi jasmani yang baik
Memperoleh latihan yang teratur
Memperoleh kesengan/kegembiraan
Memperoleh percaya diri
Membenuk kebiasaan menggunakan sebagian waktu untuk aktivitas yang menyenangkan
Mencegah, mengetahui dan mengoreksi kelemahan atau cacat jasmani
1
2
3
4
5
6
2
5
3
6
4
Dengan demikian pula tujuan “memperbaiki percaya diri” lebih
penting dari pada bagi mahasiswa
Tabel 2. Peringkat tujuan pendidikan jasmani menurut tidak pentingnya bagi
mahasiswa dan mahasiswi
Tujuan Mahasiswa Mahasiswi
Memperoleh sukses
Mengembangkan kemampuan memimpin
Mengembangkan keterampilan dalam bebagai cabang olahraga
Memahami asas mekanika gerak dan pengaruh latihan trhadap tubuh
Memberi persiapan vokasional
20
21
22
23
24
20
21
24
22
23
Dari tabel 2 diketahui bagi mahasiswa tujuan “memberi persiapan
vokasional” merupakan peringkat terendah yaitu 24. Bagi mahasiswa
peringkat terendah adalah tujuan “mengembangkan keterampilan dalam
berbagai cabang olahraga. Rupanya bagi mahasiswi mengikuti berbagai
kegiatan dalam pelajaran pendidikan jasmani bukanlah untuk terampil dalam
berbagai cabang olahraga, tetapi untuk tujuan yang dianggap lebih penting
bagi mereka. Seperti dapat diketahui dalam tabel 1.
Bila penelitian yang sama dilakukan terhadap mahasiswa di Indonesia
mungkin akan diperoleh urutan peringkat yang agak berbeda disebabkan
pengaruh kondisi dan lingkungan dan apresiasi terhadap pendidikan jasmani.
D. Perkembangan Konsep dan Istilah Pendidikan Jasmani
1. Perkembangan Konsep dan Istilah
Dalam uraian mengenai arti atau makna pendidikan jasmani telah
dikemukakan bahwa tersimpul dalam maknanya suatu pendidikan baik
jasmani maupun melalui rohani. Bila dipelajari pula berbagai macam tujuan
dekat pendidikan jasmani maupun hasil akhir dari pendidikan jasmani yaitu
individu yang berpendidikan jasmani, pemakaian istilah pendidikan jasmani
ini tidaklah tepat karena yang didik bukan hanya jasmani tetapi beserta didik
sutuhnya, yang terdiri dari pendidikan jasmani dan rohani atau jiwa dan raga,
suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan tetapi dapat dibedakan. Apakah
nama pendidikan jasmani itu perlu diganti. Para pakar pendidikan jasmani di
Amerika berbeda pendapat tentang perlu atau tidak diadakannya pendidikan
jasmani. Perbedaan tentang penggantian nama telah berjalan selama 20 tahun
dan tahun-tahun belakang ini dalam perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan jasmani mengalami perubahan yang cepat. Hal ini dapat diketahui
bila dipelajari “Physical Education Gold Book 1987”. Dari hampir 500
institusi yang didaftar hampir 10% telah menggunakan nama lain bukan lagi
pendidikan jasmani (Janz dkk, 1989:85). Militer dan Mc Donald (1981) telah
mensurvei 12 olahraga pendidikan tinggi dan dijumpai 52 program yang
berkaitan dan pendidikan jasmani. Hanya 7 dari 52 program yang menamakan
program itu pendidikan jasmani. Menurut Lucas (1986, june:8) pada tahun
inilah pendidikan jasmani akan lenyap dari pendidikan tinggi.
Menurut dia ini bukan berarti bahwa pendidikan jasmani telah mati.
Profesi yang mengadopsi nama baru dan demikian pula mamfaat serta
terminologinya dengan makasud untuk mengatasi kekeliruan atau salah
paham dari makna istilah pendidikan jasmani.
Janz dengan tiga orang temannya (1989, May atau June:86-89) telah
melakukan penelitian tentang perubahan nama pendidikan jasmani
kepermainan. Mereka memberikan kuisioner kepada 680 lembaga pendidikan
tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan jasmani. Hanya 377
lembaga yang mengembalikan kuisioner. Mereka menemukan terjadinya
perubahan yang lambat pada tahun 1976 dan 1985 dan setelah itu terjadi
perubahan yang cepat antara tahun 1985 dan 1988. Sepertiga dari lembaga
yang diteliti telah mengganti nama pendidikan jasmani dengan kinesiologi,
gerak kerja manusia (human, performance), studi olahraga atau gerak dan
ilmu olahraga yang banyak dijumpai. Ditemukan pula faktor penyebab
perubahan diadakan adalah sebagai berikut, disusun menurut perangkat :
1) Lembaga tempat menjelaskan bidang spesialisnya.
2) Mencerminkan prioritas kurikuler yang berlaku sekarang.
3) Meningkatkan prestise.
4) Meningkatkan citra dalam masyarakat akademik.
Lembaga yang tidak mengubah nama mengemukakan faktor-faktor
berikut yang disusun menurut frekuensi, sebagai dasar pemikiran.
1. Dengan tepat menjelaskan unit spesialisasi.
2. Mudah dikenal dalam peraturan atau undang-undang.
3. Tradisi.
4. Menghindari perpecahan dalam profesi.
Penemuan lain adalah bahwa 27% dari lembaga yang tetap
menggunakan programnya pendidikan jasmani mennyatakan sedang di
pertimbangkan untuk mengganti nama.
Dewan pendidikan jasmani di Institut dan Universitas (College and
University physical Education Council atau CUPEC) pada tahun 1988
terlaksanakan salah satu proyeknya dengan maksud meningkatkan komunikasi
tentang “perdebatan nama” dalam pendidikan jasmani. Sebagai pemulaan dari
proyek itu akan dipresentsikan alasan atau argumen dari empat nama baru dari
departemen atau jurusan pendidikan jasmani, yaitu ilmu gerak, kinesiologi,
ilmu latihan dan ilmu latihan olahraga. Sebagai contoh apa alasan mengganti
nama jurusan pendidikan jasmani menjadi jurusan kinesiologi di Illinois
University di Urbana-Champaign di kemukakan oleh Newell, ketua jurusan
kinestologi. Pada ahir uraian yang dikemukakannya dalam pertemuan ilmiah
itu ia mengatakan bahwa untuk memperomosikan studi tentang aktivitas
jasmani dalam lingkungan akademi diperlukan nama yang representatif yang
berlandaskan luas dan mental. Nama yang terbaik untuk studi aktivitas
jasmani itu adalah kinesiolog, karena :
1) Ia representatif untuk keseluruhan bidang.
2) Ia kedengaran atau berbunyi akademik.
3) Ia singkat dan jelas.
4) Ia netral terhadap banyak katagori khusus yang ada dalam aktivitas.
5) Ia sudah estabilish atau ada sebagai nama jurusan di sejumlah perguruan
tinggi yang terkemuka (Newell, 1989:70).
2. Pendidikan Jasmani Sebagai Satu Disiplin Ilmu
Kalau diartikan istilah pendidikan jasmani yang sekarang telah ada
yang menggantikannya dengan ilmu latihan atau ilmu olahraga atau ilmu
gerak/kinesiologi dapatkah disi,pulkan bahwa pendidikan jasmani itu satu
disiplin ilmu? Atau apakah pendidikan jasmani itu satu profesi atau kedua-
duanya? Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut perlu dikaji terlebih
dahuku apa yang dimaksud dengan disiplin ilmu dan apa pula dengan profesi.
Menurut Fross (1975:38) satu disiplin adalah satu cabang pengetahuan
yang diteliti dan diajarkan semata-mata untuk lebih banyak mengetahuinya. Ia
terdiri dari fakta, asas dan teori yang telah diakui kebenaranya dan telah
didukung oleh banyak bukti. Pengetahuan hanya untuk diketahui adalah
tujuan dari disiplin. Bagi mereka yang berkecimpung dalam disiplin aplikasi
praktis dari pengetahuan itu menjadi nomor dua penting.
Profesi menurut Fross adalah suatu pekerjaan yang mensyaratkan
pengetahuan khusus, pendidikan khusus yang intensif dan relatif lama, satu
filosofi komitmen dan pelayanan dan standar perilaku serta pencapaian yang
tinggi. Pendidikan profesional beriktiar mempersiapkan individu yang
kompeten dalam keterampilan profesinya melalui media kurikulum dan ia
memiliki kesungguhan untuk belajar terus, dan lebih menekankan pelaksanaan
yang dapat diberikan daripada imbalan materi yang diterima dari pekerjaan
yang diterima.
Menurut Snyder (1954:282) ciri dari satu profesi adalah :
1) Berlandaskan pada satu kumpulan asas yang telah dibuktikan secara
ilmiah.
2) Memerlukan waktu pendidikan yang lama, baik pendidikan umum
maupun khusus dari lembaga pendidikan tinggi yang berakreditasi yang
memberikan gelar akademik dan profesional.
3) Praktek profesi diatur oleh negara dalam bentuk lisensi atau izin praktek.
4) Perilaku anggotanya di kontrol oleh ikatan atau asosiasi profesi dan oleh
kode etik profesi.
5) Tujuan profesi berada diatas kesengang pribadi dan tingkat aspirasi.
6) Amggota profesi berbagi dengan orang lain mengenai hasil penelitian dan
pengalaman.
7) Berpedoman pada asas pelayanan bagi kemanusian.
8) Sukses berkesinambungan tergantung pada studi yang tanpa henti,
percobaan dan usaha keras dalam kegiatan ilmiah.
Bila ciri profesi diatas diaplikasikan pada pekerjaan guru sudah dapat
dikatakan satu profesi. Di Indonesia guru telah tergabung dalam Persatuan
Guru Republik Indonesia (PGRI) dan ini telah memiliki kode etik, yaitu kode
etik guru. Selain daripada itu guru harus memiliki akta mengajar bila ingin
mengajar. Yang dimaksud dengan guru adalah guru yang mengajar program
studi apapun dan dari tingkat pendidikan apapun. Jadi dapat dikatakan bahwa
pendidikan jasmani adalah satu profesi.