Dampak pembiaran guru
-
Upload
agus-gunawan -
Category
Education
-
view
106 -
download
3
description
Transcript of Dampak pembiaran guru
Dampak Pembiaran Guru di saat Siswa Nyontek
By. Agus Gunawan, S.Pd.
Dunia pendidikan di Indonesia telah berkembang. Kalau beberapa tahun
sebelumnya, untuk masuk sekolah saja harus mengeluarkan dana yang besar untuk
kualitas sekolah yang baik. Maka saat ini, bersekolah telah menjadi jaminan
pemerintah bagi tiap warga negara, baik yang mampu maupun tidak. Ditunjang
dengan pembiayaan lainnya, sehingga untuk bersekolah tidak ada kata sulit.
Setelah sekolah berjalan dengan kemajuannya dalam masalah biaya dan
masalah lainnya, ternyata tidak serta merta meninggalkan kemunduran sebab ada
persoalan yang muncul. Persoalannya berkaitan dengan dekadensi moral yang terjadi
dalam dunia pendidikan.
Dekadensi moral dapat diterjemahkan sebagai kemorosatan atau
kemunduran akhlaq, budi pekerti dan tata susila. Dekadensi moral merupakan arah
yang bersebrangan dengan ajaran mengenai baik buruk yang diterima secara umum
oleh masyarakat, apabila terjadi akan berpengaruh terhadap proses sosialisasi.
Dekadensi moral dalam dunia pendidikan berarti kemerosotan akhlaq yang terjadi di
dunia pendidikan.
Lalu bagaimana agar dekadensi moral yang terjadi di dunia pendidikan dapat
dihilangkan ? seperti masalah tawuran pelajar, plagiat karya akademik, jual beli gelar
akademik, nyontek saat ujian, bolos nitip absen, dsb.
Pembiaran, pintu menuju dekadensi
Salah satu sikap yang melanggengkan dekadensi ini adalah sikap permisif.
Ketika seseorang serba membolehkan suatu hal bisa jadi dia telah bersikap permisif.
Membolehkan hal-hal yang dianggap kecil, padahal hal tersebut salah. Sikap lunak
terhadap perbuatan salah yang dilakukan oleh orang lain karena dianggap bahwa
perbuatan tersebut tidak merusak dan berdampak besar, ini pun dapat berarti
pembiaran atau permisif.
Padahal sikap permisif atau pembiaran terhadap hal-hal yang kecil dapat
berdampak besar. Dampaknya mungkin tidak dirasakan saat itu, tetapi pada saat
mendatang. Salah satu dampaknya adalah keyakinan adanya pembolehan terhadap
hal yang dilarang. Kalau dampak ini sudah muncul, maka hal yang salah bisa jadi
disalah tafsirkan, bahwa perbuatan tersebut diizinkan untuk dilakukan.
Apabila sikap permisif dan dampak yang terjadi dibiarkan berlarut-larut, maka
karakteristik yang baik akan pudar sedikit demi sedikit. Hal – hal yang menurut
norma adalah baik akan tergantikan oleh kebiasaan yang jelek. Apabila dampak dari
sikap permisif menjadi sebuah kebiasaan maka begitu luar biasa kemunduran dunia
pendidikan di Indonesia ini.
Contohnya saja apabila siswa ada yang dibiarkan menyontek, sedangkan guru
itu tahu bahwa menyontek itu melanggar nilai, akan tetapi dibiarkan. Maka
menyontek akan disalahtafsirkan menjadi suatu perbuatan yang diizinkan dan
dibolehkan. Dan yang terburuk apabila “menyontek” menjadi suatu kebiasaan.
Apabila ada ulangan atau pekerjaan rumah terasa tidak nyaman dan tidak percaya
diri, penuh kekhawatiran kalau ulangan atau PR-nya salah.
Kebiasaan untuk bisa menawar perilaku yang salah menjadi suatu hal yang
terlihat baik. Inilah yang akan terjadi di kemudian hari dan menyebar ke ranah yang
lainnya. Masalah sosial seperti korupsi, nepotisme, menyerobot antrian, suap
menyuap, salah satu penyebabnya adalah sikap permisif yang tertanam dalam benak
sejak lama. Dimana hal ini diperkuat tidak hanya dalam dunia pendidikan, tapi dunia
rumah tangga, politik, peradilan, dsb. Dalam ranah rumah tangga, sering terjadi
segala masalah dianggap sepele, berlarut-larut dibiarkan dan akhirnya masalah yang
kecil pun menjadi besar. Dalam politik, berlaku hitung-hitungan masalah dana, siapa
mampu dapat maju, tidak cukup mau saja. Sedangkan dalam bidang peradilan, jual
beli hukum sudah menjadi konsumsi harian, bahwa peraturan bisa diatur sedemikian
rupa, sehingga yang salah bisa menjadi benar.
Guru Jangan Awali Pembiaran
Pendidikan begitu erat kaitannya dengan pembentukan karakter masa depan
bangsa dan negara. Elemen penting pendidikan diantaranya adalah guru. Guru
sebagai contoh yang ditiru oleh siswa. Apabila guru melakukan tindakan yang salah
maka siswa akan merasa ada pembenaran kalau mengikuti perbuatan salah. Alasan
mereka, karena guru pun melakukan itu.
Seorang guru terkadang tidak sadar sedang melakukan suatu tindakan yang
salah. Dan tindakan yang salah yang tidak disadari, salah satunya pembiaran atau
sikap permisif terhadap suatu hal yang dianggap kecil. Contohnya adalah menyontek,
di saat guru membiarkan siswa-siswinya menyontek, berarti guru tersebut memberi
sinyal bahkan memberikan pengakuan bahwa hal tersebut dibolehkan. Tentu hal ini,
mengakibatkan siswa merasa memiliki kebebasan bahkan menjadi kebiasaan, ketika
tidak mampu menjawab soal, boleh menyontek karena sudah dibolehkan.
Hal luar biasa yang terjadi, apabila sikap permisif dibiarkan terus menerus,
maka siswa menghayati bahwa hal yang jelek, hal yang bertabrakan dengan nilai-nilai
mulia, boleh dilakukan asalkan guru tidak menganggap hal tersebut dilarang. Di saat
inilah terjadi dekadensi moral, yang dampak terbesarnya akan merambat ke setiap
lini kehidupan siswa di kemudian hari.
Sudah sepatutnya, kalau guru mengubah kesadarannya untuk tidak bersikap
permisif. Karena permisif atau pembiaran bisa mengakibatkan dampak yang luar
biasa bagi kemaslahatan bangsa dan negara di masa depan. (Dari berbagai sumber).