DAMPAK BERGABUNGNYA AFRIKA SELATAN KE...
Transcript of DAMPAK BERGABUNGNYA AFRIKA SELATAN KE...
DAMPAK BERGABUNGNYA AFRIKA SELATAN KE BRICS TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI AFRIKA SELATAN (2011-2013)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Eko Nordiansyah
1110113000082
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLTIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
v
ABSTRAKSI
Skripsi ini menganalisa mengenai dampak bergabungnya Afrika Selatan
terhadap pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan selama periode 2011-2013. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui bagaimana dampak yang dirasakan oleh Afrika
Selatan setelah bergabung ke dalam kelompok new emerging economic, BRICS.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi pustaka, berupa
kajian melalui buku-buku serta jurnal yang berkaitan dengan masalah ini. Adapun
kerangka teori yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori neoliberal
institusionalis, yang di dalamnya juga terdapat konsep kerjasama dan konsep
regionalisme.
Dari penelitian kali ini dapat diketahui bahwa dengan bergabungnya
Afrika Selatan ke BRICS dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya.
Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya aktivitas perdagangan dan
investasi yang dilakukan oleh Afrika Selatan dengan negara anggota BRICS
lainnya. Meskipun hal tersebut tidak diimbangi oleh Afrika Selatan, karena
jumlah angka perdagangan maupun investasi yang masuk ke Afrika Selatan lebih
besar daripada yang keluar dari Afrika Selatan. Selain itu dari kerjasama dalam
BRICS, tidak hanya Afrika Selatan yang mendapatkan keuntungan melainkan
juga benua Afrika secara keseluruhan. Selain dampak ekonomi bagi Afrika
Selatan, bergabungnya negara tersebut ke BRICS juga memberikan pengaruh bagi
peran dan pengaruh Afrika Selatan di regional dan internasional. Argumen ini
dirumuskan melalui tahapan analisa, yaitu dengan melihat kelompok ini
terbentuk, kerangka kerjasama di dalamnya dan proses yang dilalui Afrika Selatan
untuk bergabung dalam kelompok, kemudian juga melihat hubungan kerjasama
Afrika Selatan dengan negara anggota BRICS sebelum bergabung dalam
kelompok dan sesudahnya.
Kata Kunci : BRIC, BRICS, Afrika Selatan, Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan
Internasional, Investasi Luar Negeri, New Emerging Economic.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena skripsi ini akhirnya
dapat terselesaikan. Meskipun banyak hambatan yang dihadapi oleh penulis selama
menyelesaikan skripsi ini, baik yang berasal dari diri penulis sendiri maupun dari
luar. Namun berkat keridhoan Allah dan bimbingan serta dukungan dari banyak
pihak, akhirnya skripsi dengan judul “Dampak Bergabungnya Afrika Selatan ke
BRICS Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Afrika Selatan (2011-2013)” ini dapat
selesai dan bisa digunakan sebagai salah satu syarat kelulusan dalam menempuh
studi di Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terselesaikannya skripsi ini juga merupakan hal utama yang menjadi
tanggungjawab penulis, sehingga bantuan banyak pihak merupakan hal yang
sangat berarti. Oleh karena itu ucapan terimakasih disampaikan kepada pihak-
pihak berikut ini:
1. Kepada kedua orang tua penulis, yang selalu mendo’akan serta
memberikan dukungan selama ini. Semua ini tidak lepas dari hasil kerja
keras dan perjuangan kalian untukku, terima kasih ayah dan mama.
2. Bapak Taufiq Rahman, M.A, selaku pembimbing skripsi yang juga telah
banyak memberikan batuan serta masukan bagi penulis selama
penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Debbie Affianty, M.Si, selaku ketua jurusan sekaligus juga sebagai
dosen yang telah mengajarkan banyak ilmu kepada penulis selama masa
perkuliahan. Dan juga Bapak Agus Nilmada Azmi, M.Si, selaku dosen
pembimbing akademik.
vii
4. Ibu Aurora, Ibu Eva, Ibu Dina, Ibu Mutiara, Bapak Nazaruddin, Bapak
Armein Daulay, Bapak Kiki, Bapak Arisman, Bapak Adian, Bapak Faisal,
dan seluruh dosen yang telah mengajarkan banyak ilmu serta
menambahkan banyak pengalaman selama penulis penempuh pendidikan
di kampus.
5. Kepada saudara, adik, dan seluruh keluarga yang selama ini juga telah
membantu penulis selama perkuliahan, maupun yang mendo’akan bagi
kesuksesan penulis di masa yang akan datang.
6. Kepada teman-teman dari keluarga besar HI B 2010, Dede, Mely, Fahmi,
Fatah, Rasyid, Rizal, Whisnu, Chandra, Ibad, Fini, Noval, Rifkah, Rifky,
Thufeil, Dhimas, Faisal, Wildan, Ray, Sabana, Sauri, Riko, Ami, Asri,
Balqis, Dara, Selly, Shofi, Dini, Dea, Airin, Khalilah, Siska, Windy, Uum,
Rizka, Hazna, Anisah, Rahmi, Sarah, Laili, Hasna, Afrilia, Qobul, Dendi,
Randi, dan Adit. Kalian semua luar biasa, sukses selalu untuk kita semua.
7. Rika Amelina, terima kasih atas do’a dan dukungannya. Terima kasih
untuk semangatnya setiap hari, semoga semua yang kita cita-citakan dapat
tercapai.
8. Kepada semua teman yang selalu memberikan dukungannya, baik yang
secara langsung maupun tidak langsung. Dan seluruh pihak yang tidak
bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih, karena tanpa kalian apa yang
saya dapatkan tidaklah berarti.
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ................................................................................. 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................. 5
D. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 6
E. Kerangka Teori .......................................................................................... 9
1. Teori Neoliberal Institusionalisme ....................................................... 9
2. Konsep Kerjasama ............................................................................. 12
3. Konsep Regionalisme ........................................................................ 13
F. Metode Penelitian .................................................................................... 16
G. Sistematika Penulisan .............................................................................. 17
BAB II BRICS DAN AFRIKA SELATAN
A. Pembentukan Kelompok BRICS ............................................................. 19
B. Proses Bergabungnya Afrika Selatan ke BRICS ..................................... 22
C. Kerangka Kerjasama dalam BRICS ......................................................... 27
ix
BAB III HUBUNGAN KERJASAMA EKONOMI AFRIKA SELATAN
DENGAN NEGARA ANGGOTA BRICS (2000-2010)
A. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Brasil .................................. 34
B. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan India ................................... 38
C. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Rusia .................................. 41
D. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Cina .................................... 44
BAB IV DAMPAK BERGABUNGNYA AFRIKA SELATAN KE BRICS
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI AFRIKA SELATAN (2011-2013)
A. Dampak Pada Perdagangan Internasional ................................................ 48
B. Dampak Pada Investasi Luar Negeri ........................................................ 56
C. Agregat Data Perdagangan ....................................................................... 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... xiv
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. xxi
x
DAFTAR TABEL
Tabel. IV.A.1. Tren dalam Perdagangan Intra-BRICS 2009-2011 ...................... 49
Tabel. IV.A.2. Ekspor Afrika Selatan 2011 ......................................................... 50
Tabel. IV.A.3. BRIC’s Export Value to South Africa in 2013 ............................ 55
Tabel. IV.B.1. Bilateral FDI among the five countries January 2003 - July 2013
............................................................................................................................... 58
Tabel. IV.B.2. BRIC’s FDI Into South Africa ...................................................... 59
Tabel. IV.C.1. Perbandingan Ekspor-Impor Afrika Selatan dengan BRICS ........ 61
Tabel. IV.C.2. Selected trade partners for South Africa 2009-2013 (US$ Million)
............................................................................................................................... 65
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar. III.A.1. Perkembangan perdagangan Brasil-Afrika .............................. 36
Gambar. III.B.1. Perdagangan India-Afrika ........................................................ 39
Gambar. III.C.1. Perdagangan Rusia-Afrika ....................................................... 42
Gambar. III.D.1. Volume Perdagangan Cina-Afrika ........................................... 45
Gambar. IV.A.1. Total Perdagangan intra-BRICS 2012 ..................................... 52
Gambar. IV.C.1. Pertumbuhan Ekspor ke BRICS ............................................... 63
xii
DAFTAR SINGKATAN
BRIC Brazil, Russia, India, China
BRICS Brazil, Russia, India, China, South Africa
FDI Foreign Direct Investment
GDP Gross Domestic Product
G7/8 Group of Seven/Eight: Canada, France, Germany, Italy, Japan,
United Kingdom, United States, (G7), including Russia (G8).
G20 Group of Twenty: Argentina, Australia, Brazil, Canada, China,
France, Germany, India, Indonesia, Italy, Japan, Mexico, Russia,
Saudi Arabia, South Africa, South Korea, Turkey, United
Kingdom, United States and the European Union.
IBSA India, Brazil, South Africa
ICBC Industrial Commercial Bank of China
IMF International Monetary Fund
NATO North Atlantic Treaty Organization
OECD Organisation for Economic Cooperation and Development
SADC Southern African Development Community
SADPA South African Development Partnership Agency
SSA Sub-Sahara Afrika
UNECA United Nations Economic Commission for Africa
UNCTAD United Nations Conference on Trade and Development
WTO World Trade Organization
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Joint Statement of the BRIC Countries’ Leaders ............................. xx
Lampiran 2 II BRIC SUMMIT – JOINT STATEMENT BRASILIA .................... xxii
Lampiran 3 SANYA DECLARATION .............................................................. xxviii
Lampiran 4 BRICS Summit: Delhi Declaration .............................................. xxxiv
Lampiran 5 Fifth BRICS Summit eThekwini Declaration .................................. xliv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pada era pasca Perang Dingin di dunia internasional mulai
bergeser dari yang sebelumnya negara-negara berfokus untuk menjaga stabilitas
politik dan keamanan, kini telah mengalami perubahan ke arah ekonomi. Hal ini
yang mendorong munculnya isu-isu dalam ekonomi politik internasional.
Terdapat beberapa persoalan penting yaitu, hubungan antara politik dan ekonomi,
pembangunan dan keterbelakangan di dunia ketiga, dan sifat luasnya globalisasi
ekonomi. Dalam konteks tersebut, liberalisme ekonomi diimplementasikan dalam
bentuk kerjasama ekonomi baik bilateral maupun multilateral.1
Pemerintah Afrika Selatan memutuskan untuk bergabung dengan BRICS
(Brazil, Russia, India, China, South Africa) pada tahun 2011. Pada mulanya,
BRICS hanya beranggotakan empat negara selain Afrika Selatan. Menurut Jim
O'Neill dari Goldman Sachs, alasan didirikannya kelompok tersebut karena pada
tahun 2050 gabungan ekonomi negara-negara ini diprediksi akan mampu
mengalahkan negara-negara terkaya yang saat ini ada di dunia. Bagi Afrika
Selatan, hal ini juga akan membantu mendorong kemajuan perekonomian bagi
negaranya.
Dengan luas wilayah mencapai 1,221,037 km2, Afrika Selatan memiliki
populasi penduduk yang berjumlah 49,3 juta. Namun begitu letaknya yang berada
1 Robert Jackson & George Sorensen. 2009. Pengantar Studi Hubungan
Internasional.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 227-228.
2
di Benua Afrika dianggap kurang menarik untuk pengembangan ekonomi. Afrika
Selatan terus berusaha menjadi salah satu negara yang menghilangkan paradigma
negatif tersebut. Dengan bergabung dalam kelompok BRICS, Afrika Selatan
berharap dapat membantu akses pertumbuhan ekonomi mereka meningkat. Efek
integrasi ekonomi yang diharapkan tidak hanya dirasakan oleh Afrika Selatan
saja, tetapi juga meliputi negara-negara lain yang berada di kawasan tersebut.
Seperti kebanyakan negara lain, Afrika Selatan juga sempat merasakan
dampak krisis ekonomi global, terutama pada aktivitas perdagangan dan
keuangan. Meskipun output pertumbuhannya melambat dari pertengahan tahun
2007, pertumbuhan PDB riil kembali positif sampai dengan tahun 2008. Krisis
juga memberikan efek pada kepercayaan internasional dan modal yang mengalir
ke pasar negara berkembang karena investor menghitung risiko yang muncul. Hal
ini kemudian menjadikan arus perdagangan global menurun. Akhirnya, volume
ekspor dan impor jatuh, sedangkan harga sebagian besar komoditas utama ekspor
Afrika Selatan melemah.
Pada tahun 2009, GDP Afrika Selatan sejumlah 2,4 miliar rand, dengan
total ekspor mencapai 27,1% dari total GDP dan impor 28,0% dari total GDP
negaranya. Menurut OECD, pada 2010, satu dari tiga warga Afrika Selatan dalam
angkatan kerja, termasuk setengah dari orang-orang muda kulit hitam yang
berusia 15-24, menjadi pengangguran. Hal ini kemudian menjadi masalah yang
paling membatasi pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan.2
2 OECD. OECD Economic Surveys: South Africa. Volume 2010/11 July 2010. Hal. 7
3
Namun, keberhasilan Afrika Selatan menjadi tuan rumah penyelenggaraan
Piala Dunia 2010 juga memberikan manfaat tersendiri bagi peningkatan
perekonomian. Dari penyelenggaraan Piala Dunia 2010, Afrika Selatan mampu
meraup keuntungan yang cukup fantastis. Presiden Jacob Zuma menyampaikan
bahwa keuntungan yang diterima Afrika Selatan sebesar 33 miliar rand (setara
dengan Rp 38,6 triliun). Bahkan, hal ini menjadikan Afrika Selatan negara paling
maju di Benua Afrika dengan pendapatan mencapai Rp 707,5 triliun selama 2009-
2010. Dampak lain yang juga dirasakan Afrika Selatan sejak menyelenggarakan
Piala Dunia 2010 adalah menurunnya tingkat pengangguran. Sebelumnya, angka
pengangguran yang tercatat di Afrika Selatan mencapai 40%, setelah Piala Dunia
2010 angkanya menurun hingga menjadi 25%.3
Pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh Afrika Selatan semenjak
keberhasilanya menggelar Piala Dunia 2010 juga dirasakan hingga saat ini. Sejak
Piala Dunia 2010 usai, Afrika Selatan terus memberikan image positif pada dunia
internasional sehingga menarik para investor untuk menanamkan investasinya di
sana. Meskipun pada mulanya pencalonan Afrika Selatan sebagai tuan rumah
Piala Dunia 2010 dianggap sebagai muatan politik untuk menjual Afrika Selatan
kepada asing. Namun peningkatan yang dirasakan hingga saat ini menunjukan
adanya sebuah kontinuitas dari pemerintah Afrika Selatan dalam upayanya untuk
meningkatkan perekonomian negaranya.
Selain karena banyaknya sumber daya alam yang tersedia dan masih
minimnya pengelolaan membuat Afrika Selatan menjadi kawasan lain yang dapat
3 Hinca Pandjaitan. 2011. Kedaulatan Negara Versus Kedaulatan FIFA. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. Hal. 184.
4
dieksplorasi. Terlebih lagi kawasan Timur Tengah yang selama ini menjadi
sumber investasi di bidang energi tengah mengalami pergolakan politik di
beberapa negaranya. Ini membuat negara-negara yang sedang mengalami
peningkatan ekonomi seperti Cina dan India harus mencari kawasan lain untuk
berinvestasi. Ditambah lagi Afrika Selatan juga menyediakan sumber daya
manusia yang melimpah untuk dijadikan buruh pekerja.
Untuk itu dalam penelitian kali ini akan dibahas mengenai pertumbuhan
ekonomi yang sedang dialami oleh Afrika Selatan dan pengaruh yang diterima
setelah bergabungnya Afrika Selatan ke dalam kolompok BRICS. Akan tetapi
fokus kajiannya hanya pada integrasi ekonomi khususnya di bidang perdagangan
dan investasi yang terjadi di Afrika Selatan. Dengan ruang lingkup penelitian
yang dibatasi mulai dari 2011 hingga 2013 dan untuk mengukur pertumbuhan
ekonomi di bidang perdagangan dan investasi.
B. Pertanyaan Penelitian
Pertumbuhan ekonomi di Afrika Selatan yang berkembang cukup baik
pasca keberhasilannnya menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010 menjadi awal
kebangkitan ekonomi negara ini. Banyaknya investor yang mulai menanamkan
modalnya, kemudian diikuti juga oleh kebijakan pemerintah untuk lebih membuka
kesempatan dengan bergabung ke BRICS. Untuk itu pada penelitian kali ini akan
diangkat mengenai permasalahan “Bagaimana dampak dari bergabungnya Afrika
Selatan ke BRICS terhadap pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan?”
5
C. Tujuan dan Manfaaat Penelitian
Tujuan penelitian kali ini adalah sebagai berikut:
a. Menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang saat ini tengah dialami oleh
Afrika Selatan.
b. Menganalisis bagaimana kelompok BRICS mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi yang saat ini sedang dirasakan oleh Afrika Selatan.
Untuk itu penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian-penelitian
berikutnya. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan mengenai dampak yang
muncul dari bergabungnya Afrika Selatan ke BRICS terhadap
pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan
mahasiswa jurusan Hubungan Internasional, khususnya di Univeritas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu juga diharapkan dapat
menjadi referensi bagi mahasiswa Hubungan Internasional yang ingin
mendalami tentang pertumbuhan ekonomi yang saat ini sedang dialami
oleh beberapa negara berkembang, khususnya Afrika Selatan.
D. Tinjauan Pustaka
Terdapat beberapa tulisan dari para ahli yang menjelaskan mengenai
keterkaitan antara kelompok BRICS dan Afrika Selatan. Salah satu diantaranya
adalah dalam SAIIA Policy Briefing 62 yang ditulis oleh Memory Dube berjudul
6
BRICS Summit 2013: Strategies for South Africa’s Engagement, yang menyatakan
bahwa hubungan antara BRICS dengan Afrika lebih didasari pada kepentingan
ekonomi.4 Seperti hanya akan dijadikan pasar ekspor bagi produk-produk negara
anggota BRICS lainnya. Selain itu juga merupakan sumber penting bagi investasi
asing langsung di Afrika, investasi ini meliputi pembangunan infrastruktur, sektor
pertanian, dan pembangunan zona industri yang dirancang untuk membantu
mengintegrasikan Afrika.
Namun menurutnya, jika melihat keanggotaan yang dilakukan oleh Afrika
Selatan di BRICS, maka lebih dipengaruhi oleh perspektif politik dibandingkan
dengan ekonomi. Hal ini dikarenakan keanggotaan BRICS Afrika Selatan berasal
dari persepsi bahwa Afrika Selatan merupakan pemimpin regional. Sebelumnya
keanggotaan BRICS Afrika Selatan memang bertujuan sebagai “pintu gerbang ke
Afrika”. Tetapi kini Afrika Selatan telah memposisikan keanggotaannya dalam
BRICS pada tiga hal, yaitu untuk memajukan kepentingan nasionalnya, untuk
mempromosikan program integrasi regional dan pembangunan infrastruktur, dan
untuk mengembangkan kemitraan Selatan-Selatan bagi reformasi pemerintahan
global.
Dari tulisan lainnya, Hany Besada, Evren Tok dan Kristen Winters juga
menyatakan bahwa tujuan keanggotaan Afrika Selatan di BRICS hanya sebagai
peningkatan ekonomi. Dalam artikel yang dikeluarkan oleh Africa Insight Vol.
42(4)–March 2013 berjudul South Africa in the BRICS: Opportunities, Challenges
and Prospects, ketiganya juga menyoroti hal lain yang menjadi perdebatan, yaitu
4 Memory Dube. 2013. BRICS Summit 2013: Strategies for South Africa’s Engagement dalam
SAIIA Policy Briefing 62, March 2013.
7
mengenai motif lain dibalik bergabungnya Afrika Selatan selain sebagai alat
ekonomi dan politik, karena dari seluruh negara anggota BRICS lainnya, tingkat
PDB Afrika Selatan merupakan yang paling rendah dengan populasi jumlah
penduduk yang juga paling sedikit. Sehingga Afrika Selatan kurang memiliki
kekuatan ekonomi yang signifikan daripada anggota lain.5
Selain itu tantangan yang kemudian muncul dari keanggotaan Afrika
Selatan di BRICS adalah masalah ketidaksetaraan yang parah, tingkat kemiskinan
dan pengangguran yang tinggi. Dari Survei Ekonomi 2010 Afrika Selatan yang
dilakukan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development
(OECD) menguraikan beberapa kekhawatiran tentang berlanjutnya tingkat
pengangguran yang tinggi, tumbuhnya dualisme di pasar tenaga kerja, dan
rendahnya tingkat wirausaha kalangan penduduk kulit hitam. Inilah yang
kemudian menunjukan adanya pesimisme akan keberhasilan Afrika Selatan dalam
kelompok BRICS.
Permasalahan yang ada dari keanggotaan Afrika Selatan ini juga menjadi
perhatian Jim O'Neil sebagai pendiri BRICs (sebelum bergabungnya Afrika
Selatan). Dari jurnal yang dikeluarkan oleh Gauteng Province, berjudul South
Africa’s position in BRICS, Jim O'Neil menyatakan bahwa bergabungnya Afrika
Selatan ke dalam BRICS adalah sebuah kesalahan. Penyebabnya yaitu sama,
5 Hany Besada, Evren Tok dan Kristen Winters. 2013. South Africa in the BRICS: Opportunities,
Challenges and Prospects dalam Africa Insight Vol. 42(4) – March 2013.
8
rendahnya tingkat ekonomi dan sedikitnya populasi Afrika Selatan dibandingkan
dengan negara anggota BRICS lainnya.6
Meskipun demikian, bergabungnya Afrika Selatan merupakan kesempatan
bagi negara itu dan juga Benua Afrika. Afrika Selatan memang negara yang
terkecil dalam hal luas lahan, jumlah penduduk, tabungan, dan nilai ekspor dan
impor sebagai persentase dari PDB. Sehingga menjadi wajar jika kemudian
muncul kekhawatiran ketika Afrika Selatan harus bergabung dengan negara-
negara yang lebih besar. Selain dianggap sebagai “pintu gerbang ke Afrika”,
alasan lain masuknya Afrika Selatan juga didasarkan pada kenyataan bahwa
Afrika Selatan memiliki perekonomian terbesar di Sub-Sahara Afrika dan sistem
perbankan canggih.
Adapun dalam buku yang ditulis oleh Stephanie Jones, berjudul BRICs
and Beyond: Lessons on Emerging Markets, menerangkan bagaimana BRICS
akan berkembang sebagai kekuatan ekonomi baru yang akan mengganggu
dominasi ekonomi Barat, karena di dalam BRICS yang diisi oleh negara-negara
ekonomi berkembang ini memberikan kesempatan lebih untuk saling membuka
peluang ekonomi seperti pasar produksi dan investasi. Meskipun bagi Afrika
Selatan sendiri bergabungnya ke dalam BRICS tentu akan menimbulkan resiko
juga. Alasannya juga masih sama yaitu, kekhawatiran Afrika Selatan hanya
dijadikan sebagai pasar bagi negara anggota lainnya. 7
6 South Africa’s position in BRICS dalam Quarterly Bulletin – January to March 2013 Gauteng
Province: Provincial Treasury Republic of South Africa. 7 Stephanie Jones. 2012. BRICs and Beyond: Lessons on Emerging Markets. London: Wiley
Publisher.
9
Dari beberapa tulisan diatas setidaknya memberikan gambaran mengenai
bagaimana hubungan yang terjadi antara Afrika Selatan dan BRICS. Dijelaskan
juga bahwa tujuan Afrika Selatan bergabung dengan BRICS adalah ekonomi,
namun kita juga perlu melihat efek yang ditimbulkan kemudian. Jika para penulis
diatas lebih banyak menunjukan sikap pesimisme yang muncul dari keanggotaan
Afrika Selatan di kelompok BRICS. Maka dari itu pada penelitian kali ini, akan
lebih dibahas mengenai dampak yang telah dirasakan oleh Afrika Selatan setelah
bergabung ke dalam BRICS.
E. Kerangka Teori
Dari pertanyaan penelitian yang telah disampaikan sebelumnya, maka
teori yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian adalah teori
Neoliberal Institusionalisme. Selain itu ada pula beberapa konsep yang akan
digunakan, yaitu konsep kerjasama, dan konsep aliansi.
1. Teori Neoliberal Institusionalisme
Teori neoliberal institusionalisme berasal dari asumsi-asumsi dasar seperti
yang terdapat dalam teori liberalisme. Sehingga beberapa asumsinya juga
merupakan pengembangan dari teori liberalisme. Seperti asumsinya tentang
penyelesaian masalah-masalah internasional melalui aksi sosial yang lebih
kolaboratif dan kooperatif daripada konfliktual.8 Hal inilah yang kemudian
mendorong setiap negara untuk berusaha menghindari terjadinya perang dengan
melakukan upaya-upaya kerjasama yang lebih menguntungkan. 8 Robert Jackson & George Sorensen. 2009. Pengantar Studi Hubungan
Internasional.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 139.
10
Robert Keohane dan Josep Nye adalah dua pemikir yang memberikan
pengaruh besar dalam pengembangan teori ini. Neoliberalisme Institusional
menyatakan bahwa institusi internasional menolong untuk memajukan kerjasama
di antara negara-negara.9 Secara lebih spesifik Robert Keohane mendefinisikan
institusi internasional sebagai seperangkat peraturan (formal dan informal) yang
saling berhubungan dan berkesinambungan yang akan menjelaskan pola perilaku
negara, aktivitas yang memaksa, dan bentuk-bentuk harapan. Institusi
internasional dapat diartikan sebagai salah satu dari tiga bentuk, yaitu organisasi
formal antara pemerintah atau organisasi antar negara non pemerintah, rejim
internasional, dan konvensi.10
Neoliberal institusionalisme meyakini bahwa kerjasama bukanlah sebuah
kebetulan, melainkan tindakan yang disadari untuk mencapai tujuan bersama dan
institusi internasional ada sebagai salah satu cara memfasilitasi kerjasama
internasional. Memang tidak semua institusi internasional memfasilitasi kerjasama
pada tatanan global, tetapi hampir seluruh bentuk kerjasama internasional
dituangkan dalam sebuah bentuk institusi. Neoliberal institusionalisme juga
memandang institusi sebagai mediator dan alat untuk menciptakan kerjasama
diantara para aktor dalam sistem.11
Selain itu kerjasama dalam neoliberal institusionalisme juga akan
menghasilkan adanya absolute gain (keuntungan absolut). Absolute gain adalah
9 Joseph Nye. 2009. Understanding International Conflict, 7
th Ed. New York: Pearson Longman.
Hal. 155. 10
Robert O. Keohane. 1989. International Institutions and State Power (Essay in International
Relations Theory). London: Westvie Presshal. Hal. 3-4. 11
Robert Jackson & George Sorensen. 2009. Pengantar Studi Hubungan
Internasional.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 154
11
keuntungan yang dapat diperoleh setiap negara dalam melakukan interaksinya
dengan negara lain dengan bentuk kerjasama. Hanya dengan kerjasama negara
dapat meraih hasil yang pasti (absolut).12
Pemikiran ini memandang keuntungan
dari kerjasama tersebut absolut didapat setiap negara meski tidak mungkin kedua
negara mendapatkan keuntungan yang sama besar. Namun hal ini tentunya
memastikan setidaknya keuntungan akan diraih bagi negara yang dapat
melakukan kerjasama.
Dalam perkembangan kontemporer, hasil yang didapatkan dari kerjasama
dalam sebuah institusi internasional dapat berupa kemajuan ekonomi bersama,
seperti Uni Eropa. Sebab dalam sebuah kerangka Uni Eropa setiap negara
diharuskan untuk saling bekerjasama untuk tercapainya tujuan bersama.
Mekanisme yang ada di dalamnya juga mendorong setiap negara
mengesampingkan kepentingannya akan tetapi dengan tujuan bahwa kepentingan
bersamanya dapat terealisasi dengan baik. Keberhasilan Uni Eropa dalam
menyatukan banyak kepentingan negara menjadi kepentingan bersama, khususnya
integrasi ekonomi akan dirasakan oleh semua negara anggotanya.
Dengan menggunakan teori neoliberal institusionalisme dalam kasus ini,
kita dapat melihat bagaimana negara-negara anggota BRICS membentuk
kelompok ini. Kelompok BRICS juga merupakan salah satu bentuk organisasi
internasional dengan tujuan ekonomi. Tujuan ini selanjutnya akan mendorong
negara-negara di dalamnya untuk saling memberikan kontribusinya melalui
mekanisme yang telah disepakati guna tercapainya tujuan tersebut.
12
Robert Powell. 1991. Absolute and Relative Gains in International Relations Theory. The
American Political Science Rewiew, Vol. 85, No. 4 (December). Hal. 303-305
12
2. Konsep Kerjasama
Kerjasama terjadi biasanya didorong oleh kepentingan nasional (national
interest) suatu negara, di mana negara memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai
sesuai dengan kebutuhan negara. Kepentingan nasional identik pada tujuan
nasional, seperti pembangunan ekonomi, peningkatan kualitas sumber daya
manusia, dan lain sebagainya. Pada hakikatnya negara tidak akan dapat berdiri
sendiri, artinya negara membutuhkan bantuan dari negara lain. Oleh karena itu,
kepentingan nasional mengundang para pengambil keputusan (decision makers)
untuk menetapkan langkah kebijakan yang akan diambil, baik itu kerjasama.
Kerjasama dapat tumbuh dari suatu komitmen individu terhadap
kesejahteraan bersama atau sebagai usaha pemenuhan kepentingan pribadi. Kunci
dari perilaku kerjasama ada pada sejauh mana setiap pribadi percaya bahwa yang
lainnya akan bekerjasama. Sehingga isu utama dari konsep kerjasama didasarkan
pada pemenuhan kepentingan pribadi, di mana hasil yang menguntungkan kedua
belah pihak dapat diperoleh dengan bekerja sama daripada dengan usaha sendiri
atau dengan persaingan.13
Hal yang demikian juga dapat berlaku pada negara yang
melakukan kerjasama antar negara. Sehingga negara memiliki kepentingan yang
dapat menguntungkan negaranya dari kerjasama yang dijalaninya.
Kerjasama dapat berlangsung dalam berbagai konteks yang berbeda.
Kebanyakan hubungan dan interaksi yang berbentuk kerjasama terjadi langsung di
antara dua pemerintah yang memiliki kepentingan atau menghadapi masalah yang
sama secara bersamaan. Bentuk kerjasama lainnya dilakukan antara negara yang
13
James E. Dougherty & Robert L. Pfaltzgraff. 1997. Contending Theories. New York: Harper
and Row Publisher. Hal. 217.
13
bernaung dalam organisasi dan kelembagaan internasional. Ada beberapa alasan
mengapa negara melakukan kerjasama dengan negara lainnya. Pertama, demi
meningkatkan kesejahteraan ekonominya, dimana melalui kerjasama dengan
negara lainnya, negara tersebut dapat mengurangi biaya yang harus ditanggung
dalam memproduksi suatu produk kebutuhan bagi rakyatnya karena keterbatasan
yang dimiliki negara tersebut. Kedua adalah untuk meningkatkan efisiensi yang
berkaitan dengan pengurangan biaya. Ketiga, karena adanya masalah-masalah
yang mengancam keamanan bersama. Dan yang keempat, dalam rangka
mengurangi kerugian negatif yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan individual
negara yang memberi dampak terhadap negara lain.14
3. Konsep Regionalisme
Regionalisme merupakan salah satu bagian dalam dinamika hubungan
internasional. Hubungan internasional yang dulunya bersifat state-centric hingga
akhirnya meluas menjadi non-state, dengan salah satu penyebabnya adalah karena
berkembangnya regionalisme. Menurut Couloumbis dan Wolfe, terdapat empat
kategorisasi yang dapat digunakan untuk mendefinisikan atau mengelompokkan
suatu kawasan yaitu, Kriteria Geografis yang mengelompokan negara-negara
berdasarkan lokasinya dalam suatu benua, sub benua, kepulauan, dan lain
sebagainya. Contohnya adalah Kawasan Eropa, Kawasan Asia, dan lainnya.
Selanjutnya ada Kriteria Politik atau Militer yang mengelompokan negara-
negara dengan keikutsertaannya pada berbagai aliansi atau berdasarkan pada
orientasi ideologis dan politik. Contohnya seperti Blok Kapitalis, Blok Komunis,
14
K.J. Holsti. 1992. Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis. Bandung: Binacipta. Hal.
362-363.
14
NATO, Pakta Warsawa. Ada juga Kriteria Ekonomi yang mengelompokan
negara-negara berdasarkan pada kriteria terpilih dalam pembangunan ekonomi.
Contohnya seperti adanya negara maju, negara berkembang, dan negara Dunia
Ketiga. Dan yang terakhir adalah Kriteria Transasksional yang mengelompokan
negara-negara berdasarkan pada jumlah frekuensi mobilitas penduduk, barang dan
jasa, seperti imigran, turis, perdagangan, dan berita. Contoh kriteria ini dapat kita
lihat pada kawasan Amerika, Kanada, dan Pasar Tunggal Eropa.15
Teorisi lain mengklasifikasikan kawasan ke dalam lima karakteristik.
Pertama, negara-negara yang tergabung ke dalam suatu kawasan memiliki
kedekatan geografis. Kedua, mereka memiliki kemiripan sosio-kultural. Ketiga,
terdapatnya sikap dan tindakan politik yang tercermin dalam organisasi
internasional. Keempat, kesamaan keanggotaan dalam organisasi internasional.
Dan terakhir, adanya ketergantungan ekonomi yang diukur dari perdagangan luar
negeri sebagai bagian dari proporsi pendapatan internasional.16
Sementara itu
menurut Hurrell, regionalisme mengacu pada proyek-proyek kerjasama kepala
negara yang muncul sebagai akibat dari dialog dan perjanjian antar pemerintah.17
Bentuk regionalisme ini tentunya akan mengarah pada penciptaan
perdagangan (trade creation) atau pengalihan perdagangan (trade diversion).
Seperti yang disampaikan oleh Jacob Viner bahwa penciptaan perdagangan dalam
15
Theodore A. Couloumbis dan James H. Wolfe (1986) dalam I Nyoman Sudira, “Regionalisme
dalam Studi Hubungan Internasional” dalam Andre H. Pareira. 1999. Perubahan Global dan
Perkembangan Studi HI. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal. 152 16
Stephen C. Calleya (2000) dalam Yanyan Moch. Yani dan Anak Agung Banyu Perwita. 2006.
Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal. 104 17
Hurrel (1995) dalam Shaun Breslin, Richard Higgott and Ben Rosamond. “Regions in
comparative perspective” dalam Shaun Breslin, dkk (ed). 2002. New Regionalisms in the Global
Political Economy. London: Routledge. Hal. 13.
15
regionalisme akan terjadi ketika produksi dalam negeri suatu negara lebih mahal
dan diganti dengan produk impor yang lebih murah dari negara yang
berpartisipasi. Sebaliknya, pengalihan perdagangan terjadi ketika barang impor
murah diproduksi dari negara-negara bukan negara anggota diganti oleh impor
lebih mahal dari negara-negara anggota.18
Dari sini dapat dilihat bahwa BRICS merupakan salah satu bentuk
regionalisme karena adanya kesamaan tujuan yaitu tujuan ekonomi di antara
negara anggota. Meskipun secara geografis antara negara anggota BRICS terletak
berjauhan, namun sesama new emerging economic powers BRICS juga bertujuan
mengimbangi dominasi Utara (developed countries). Selain itu dengan adanya
mekanisme kerjasama dalam BRICS untuk saling menguntungkan sesama negara
anggota, maka akan menciptakan penciptaan perdagangan (trade creation).
Untuk dapat mengukur terciptanya perdagangan dari bentuk regionalisme
ini, maka dapat digunakan volume perdagangan dan investasi sebagai alat ukur.
Menurut Dominick Salvatore perdagangan internasional dapat digunakan sebagai
mesin bagi pertumbuhan ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth).
Dengan adanya aktifitas perdagangan internasional maka diharapkan akan
mendorong percepatan pembangunan ekonomi di negara tersebut.19
Salvatore juga
menyatakan bahwa salah satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari aktifitas
perdagangan internasional adalah adanya pengaruh aliran modal. Ketika terjadi
18
Jacob Viner (1950) dalam Wieslaw Michalak dan Richard Gibb. 1997. “Trading Blocs and
Multilateralism in the World Economy” dalam Annals of the Association of American
Geographers, 87(2). Oxford: Blackwell Publishers. Hal. 264–279 19
Dominick Salvatore. 2007. International Economics. New Jersey: Prentice-Hall. Hal. 66-68
16
aktifitas perdagangan internasional yakni berupa kegiatan ekspor dan impor, maka
juga terjadi perpindahan faktor-faktor produksi.20
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono terdapat beberapa jenis penelitian,
namun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan data kualitatif yang berbentuk kata, skema, dan gambar.21
Sedangkan menurut Strauss dan Corbin penelitian kualitatif merupakan jenis
penelitian yang membuahkan berbagi penemuan yang tidak dapat dicapai dan
diperoleh dengan menggunakan data statistik seperti layaknya penelitian
kuantitatif. Sehingga penelitian yang menggunakan metode ini lebih ditekankan
untuk mendeskripsikan objek penelitiannya.22
Sedangkan untuk teknik pengumpulan datanya, penelitian ini
menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan (library
search). Dengan perpustakaan yang dikunjungi adalah Perpustakaan Universitas
Indonesia, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Freedom Institute, dan
Perpustakaan FISIP UIN Syarif Hidayatullah. Sumber informasi didapatkan
melalui buku-buku, jurnal ilmiah, artikel dalam koran dan data-data lainnya.
Setelah itu data yang didapatkan dianalisis untuk selanjutnya akan dideskripsikan
guna menjawab pertanyaan penelitian yang telah ada sebelumnya. Hal ini yang
20
Dominick Salvatore. International Economics. Hal. 71 21
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas. Hal. 14. 22
Anselm Strauss & Juliet Corbin, 2003. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Hal. 39.
17
kemudian akan menunjukan hubungan antara keanggotaan Afrika Selatan dalam
kelompok BRICS dengan pertumbuhan ekonomi negaranya.
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
B. Pertanyaan Penelitian.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
D. Tinjauan Pustaka.
E. Kerangka Teori.
1. Teori Neoliberal Institusionalisme.
2. Konsep Kerjasama.
3. Konsep Regionalisme.
F. Metode Penelitian.
G. Sistematika Penulisan.
BAB II BRICS DAN AFRIKA SELATAN
A. Pembentukan Kelompok BRICS.
B. Proses Bergabungnya Afrika Selatan ke BRICS.
C. Kerangka Kerjasama dalam BRICS.
BAB III HUBUNGAN KERJASAMA EKONOMI AFRIKA SELATAN
DENGAN NEGARA ANGGOTA BRICS (2000-2010)
A. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Brasil.
B. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan India.
18
C. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Rusia.
D. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Cina.
BAB IV DAMPAK BERGABUNGNYA AFRIKA SELATAN KE BRICS
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI AFRIKA SELATAN (2011-2013)
A. Dampak Pada Perdagangan Internasional.
B. Dampak Pada Investasi Luar Negeri.
C. Agregat Data Perdagangan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
19
BAB II
BRICS DAN AFRIKA SELATAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai bagaimana awal mula terbentuknya
kelompok BRICS. Dimulai dari gagasan Jim O’Neill sejak tahun 2001 hingga
terealisasinya ide tersebut di tahun 2009. Selain itu akan dibahas pula mengenai
bergabungnya Afrika Selatan sebagai anggota kelima kelompok ini. Proses yang
dilalui oleh Afrika Selatan untuk bergabung menjadi anggota BRICS tidak
mudah, karena pada waktu bersamaan juga muncul kandidat lain yang juga
berpotensi menjadi anggota. Namun melalui proses diplomasi yang dilakukan
pemerintah Afrika Selatan di bawah kepemimpinan Jacob Zuma, akhirnya Afrika
Selatan resmi bergabung ke dalam kelompok pada tahun 2011. Dalam bab ini juga
akan dibahas tentang kerangka kerjasama yang berhasil dibentuk oleh BRICS
melalui KTT yang setiap tahunnya dilaksanakan.
A. Pembentukan Kelompok BRICS
BRIC (Brasil, Rusia, India dan Cina) merupakan ide yang pertama kali
disusun oleh seorang ekonom dari Goldman Sachs sebagai bagian dari pemodelan
ekonomi untuk perkiraan tren ekonomi global selama setengah abad berikutnya.
Singkatan BRIC pertama kali digunakan pada tahun 2001 oleh Goldman Sachs
dalam Global Economics Paper No. 66, dengan judul “Building Better Global
Economic BRICs”. Jim O'Neill, yang menciptakan istilah BRIC untuk
menunjukkan empat negara berkembang yang tumbuh paling cepat di dunia. Dan
20
di tengah-tengah banyaknya perdebatan dan kontroversi, dirinya berhasil menarik
perhatian bagi terciptanya peluang pertumbuhan yang tersedia di luar pasar
tradisional dari dunia Barat.23
Faktor yang dapat dilihat sebagai penghubung BRIC adalah populasi yang
besar, pemerintah relatif stabil dan potensi pertumbuhan ekonomi yang signifikan.
Bahkan pada tahun 2003, prediksi Goldman Sachs menjadi lebih optimis karena
mereka memperkirakan bahwa pada tahun 2050 ekonomi gabungan dari BRIC
dapat lebih besar dari kelompok G6 (Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman,
Italia, Jepang).24
Selain karena alasan ekonomi, kemunculan BRIC juga jelas
bahwa kelompok ini berkeinginan meningkatkan kehadiran mereka di bidang lain
dan juga menjadi aktor penting di panggung internasional baik melalui peran
mereka dalam lembaga-lembaga lainnya.
Selain itu menurut BRICS Research Group keterkaitan antara negara
anggota BRICS adalah lima negara anggota secara bersama-sama meliputi 43
persen dari populasi dunia, 30 persen dari daratan bumi, dan 25 persen saham di
dunia dari produk domestik bruto (PDB). Cadangan devisa negara BRICS adalah
lebih dari 40 persen dari total cadangan devisa dunia, sebesar sekitar AS $ 4.4
triliun. Sebuah laporan dari The Economist menunjukkan bahwa jika negara-
negara BRICS menyisihkan seperenam dari total cadangan mereka, mereka bisa
23
Jim O'Neill. 2001. Building Better Global Economic BRICs. Goldman Sachs Global Economics
Paper 66 30 November 2001, dalam http://www2.goldmansachs.com/ideas/brics/building-better-
doc.pdf diakses pada 25 Juli 2014 pkl. 10.00 24
Dominic Wilson dan Roopa Purushothaman. 2003. Dreaming With BRICs: The Path to 2050.
Goldman Sachs Global Economics Paper 99, 1 Oktober 2003. Hal. 1.
21
menciptakan sebuah lembaga dengan ukuran setara International Monetary Fund
(IMF).25
Perdagangan antara kelima negara pada 2011 adalah senilai $ 230 miliar
dengan tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan mencapai 28 persen. Hal ini
diharapkan mencapai AS $ 500 miliar pada tahun 2015. Pangsa pasar BRICS
dalam perdagangan global juga telah meningkat dua kali lipat dalam periode ini
dan diperkirakan mencapai 14 persen pada tahun 2008. Foreign Direct Investment
(FDI) dari negara-negara BRICS juga meningkat dari AS $ 10 miliar di 2002
menjadi AS $ 146 miliar pada tahun 2010. Meskipun Cina dan Rusia mewakili
lebih dari 75 persen dari total FDI negara BRICS, sementara Brazil dan India
mencapai sekitar 10 persen masing-masing.26
Setiap tahunnya sejak tahun 2009, para pemimpin negara anggota BRIC
selalu mengadakan pertemuan untuk membahas mengenai kerjasama-kerjasama
yang akan dibentuk dan isu-isu internasional yang sedang berkembang. Setiap
negara anggota juga secara bergantian akan menjadi tuan rumah penyelenggara
pertemuan. Pada tahun 2010, Afrika Selatan memulai upaya untuk bergabung
dengan kelompok BRIC, dan proses masuknya secara formal dimulai pada bulan
Agustus tahun itu. Akhirnya Afrika Selatan resmi menjadi negara anggota pada
tanggal 24 Desember 2010, setelah secara resmi diundang oleh negara-negara
BRIC untuk bergabung. Pada akhinya kelompok ini berganti nama menjadi
25
Lysa John. 2012. Engaging BRICS: Challenges and Opportunities for Civil Society. Oxfam
India working papers series September 2012 OIWPS – XII. Hal. 2. 26
John. Engaging BRICS: Challenges and Opportunities for Civil Society. Hal. 3.
22
BRICS, dengan penambahan huruf “S” yang merujuk pada South Africa (Afrika
Selatan).
Penciptaan alternatif ekonomi global jelas merupakan faktor kunci dari
optimisme dalam kelompok BRICS. Dalam sebuah artikel yang ditulis menjelang
BRICS Summit 2012, Jim O’Neill menunjukan bahwa PDB kolektif sementara
mereka mendekati angka AS $ 13 triliun.27
Demikian pula, BRICS Research
Group menunjukkan bahwa pada tahun 2030, GDP kumulatif Negara-negara
BRICS akan melebihi dari negara-negara G8, dengan proyeksi hampir dua kali
lipat ukuran G8, yang pada gilirannya akan meningkatkan pengaruh mereka di
panggung dunia.28
B. Proses Bergabungnya Afrika Selatan ke BRICS
Melalui upaya diplomasi yang signifikan, Afrika Selatan berhasil masuk
ke dalam kelompok BRICS pada akhir 2010, hanya beberapa bulan sebelum
Summit ke-3 dilaksanakan. Hal ini dapat dianggap sebagai salah satu prestasi
kebijakan luar negeri utama Afrika Selatan selama beberapa tahun terakhir. Ini
juga secara fundamental mengubah sifat kelompok BRICS dan memberikannya
struktur yang lebih global. Dengan masuknya Afrika Selatan, kemudian sifat
BRICS telah berubah menjadi aliansi yang lebih global dengan kapasitas yang
lebih kuat untuk berbicara atas nama “new emerging world”.
27
Jim O'Neill. 2012. Building BRICS: from conceptual category to rising reality. Dalam John
Kirton, Marina Larionova, dan Yoginder K. Alagh (Ed). 2012. “BRICS: The 2012 New Delhi
Summit”. London: Newsdesk Media. Hal. 24. 28
John. Engaging BRICS: Challenges and Opportunities for Civil Society. Hal. 3.
23
Pada tahun 2010, Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma, mengunjungi
empat negara BRIC dalam upayanya untuk bergabung dengan kelompok ini. Pada
bulan April, Zuma mengunjungi Brasília untuk IBSA Summit ke-4, yang juga
bersamaan dengan BRIC Summit ke-2. Hal ini memberikan kesempatan kepada
Presiden Afrika Selatan untuk mengadakan pertemuan bilateral dengan semua
pemimpin BRIC. Berselang dua bulan kemudian, Jacob Zuma juga mengunjungi
India. Selanjutnya, pada awal Agustus, Zuma mengunjungi Rusia bersama
menteri kabinetnya dan lebih dari 100 orang pebisnis Afrika Selatan. Ini ia
lakukan sebagai bentuk usaha mempromosikan hubungan perdagangan dan
negaranya untuk bergabung ke dalam BRIC.29
Kemudian pada bulan yang sama, Zuma bersama dengan delegasi dari 400
perwakilan pebisnis lokal dan sebelas menteri pemerintahannya, mengunjungi
Cina untuk mempromosikan ide masuknya ke dalam kelompok BRIC. Selama
pidatonya di Beijing, ia berpendapat bahwa partisipasi Afrika Selatan di BRIC
tidak berarti bahwa hanya untuk Afrika Selatan saja, akan tetapi ini juga berarti
bahwa seluruh benua yang memiliki populasi lebih dari satu miliar orang itu akan
diwakili. Pada saat yang sama, ia juga melawan kritik yang muncul dari semakin
besarnya peran Cina di Afrika. Pada pertemuan tersebut, Cina dan Afrika Selatan
meningkatkan hubungan dengan membentuk kemitraan strategis yang
29
Stuenkel Oliver. 2013. South Africa’s BRICS membership: A win-win situation?. African
Journal of Political Science and International Relations Vol. 7(7), pp. 310-319, October 2013. Hal.
311
24
komprehensif. Ini adalah bagian dari kampanye diplomatik untuk membantu
Afrika Selatan menjadi anggota tetap kelompok BRIC.30
Kerjasama dengan Cina ini terdiri dari upaya memproyeksikan Afrika
Selatan sebagai kekuatan baru yang muncul dan pemimpin kawasan, memperkuat
hubungan bilateral dengan negara-negara BRIC, dan melobi Jim O'Neill, yang
menciptakan akronim, untuk memasukkan Afrika Selatan ke dalam Akronim
BRIC. Meskipun begitu, Jim O'Neill tidak pernah setuju untuk mengubah
singkatannya, namun keaktifan Afrika Selatan akhirnya terbukti berhasil. Hanya
satu bulan setelah kunjungan Zuma ke Cina, pada pertemuan tanggal 21
September 2010 di New York, para menteri luar negeri BRIC sepakat bahwa
Afrika Selatan akan diundang untuk bergabung dengan kelompok ini.
Akhirnya pada Desember 2010, pemerintah Cina mengundang Afrika
Selatan untuk menghadiri KTT ke-3 negera-negara BRIC, yang dilaksanakan pada
tanggal 14 April 2011 di Sanya, Cina. Setelah dua KTT sebelumnya sukses di
Yekaterinburg pada tahun 2009 dan Brasilia di 2010, pertemuan ketiga di Cina ini
menandai definitif pembentukan BRICS sebagai bagian penting dari Kerjasama
Selatan-Selatan. Namun yang paling penting, untuk pertama kalinya Afrika
Selatan berpartisipasi sebagai anggota kelima kelompok ini, yang secara resmi
juga mengubah nama BRIC menjadi BRICS.31
30
Khadija Patel. 2012. Analysis: Scrutinising South Africa's inclusion in Brics. Daily Maverick,
April 3. Dalam http://www.dailymaverick.co.za/article/2012-04-03-analysis-scrutinising-south-
africas-inclusion-inbrics/#.Uelef9Ip9DQ, diakses pada 25 Juli 2014 pkl. 15.20 31
Sebastien Hervieu. 2011. South Africa gains entry to Bric club. The Guardian, April 19. Dalam
http://www.guardian.co.uk/world/2011/apr/19/south-africajoins-bric-club, diakses pada 25 Juli
2014 pkl. 15.20
25
Masuknya Afrika Selatan ke dalam kelompok BRIC mengikuti permintaan
negara tersebut untuk bergabung dengan grup dan juga banyak kunjungan
kenegaraan oleh Presiden Afrika Selatan ke negara-negara tersebut selama tahun
2010. Negara ini diundang untuk bergabung dengan kelompok untuk berbagai
alasan, termasuk karena memiliki ekonomi terbesar di wilayah Sub-Sahara Afrika
(SSA). Selain juga fakta bahwa Afrika Selatan merupakan penyumbang dari
sekitar sepertiga PDB regional. Menurut Gateway House, faktor lain yang
mendukung Afrika Selatan masuk adalah sumber daya alam yang luas seperti
emas, berlian dan platinum, infrastruktur yang sangat baik, banyaknya perusahaan
yang didirikan, budaya inovasi, akses mudah untuk membiayai bisnis, iklim
keuangan makro dan mikro yang stabil, sistem perbankan yang canggih dan
berfungsinya kerangka peraturan.32
Bergabungnya Afrika Selatan ke dalam kelompok BRIC juga telah
menimbulkan reaksi yang beragam. Beberapa kritikus merasa bahwa negara
berkembang lainnya dengan pertumbuhan ekonomi lebih cepat dari Afrika Selatan
bisa dimasukkan. Bahkan menurut Jim O'Neil, masuknya Afrika Selatan dalam
kelompok adalah sebuah kesalahan. Jim O'Neil juga menunjukkan bahwa
perekonomian Afrika Selatan itu terlalu kecil untuk dibandingkan dengan negara
BRIC lainnya. Selain itu dirinya juga menunjukkan bahwa, negara-negara seperti
Korea Selatan, Indonesia, Meksiko dan Turki berada di daftar negara yang lebih
32
Gateway House. Why South Africa bric?. Dalam
http://www.gatewayhouse.in/publication/gateway-house/features/why-south-africa-bric, diakses
pada 10 Oktober 2014, pkl. 20.10
26
pantas untuk menjadi bagian kelompok BRIC karena ukuran populasi yang sangat
besar dan ukuran PDB yang relatif besar dari mereka.33
Analis juga merasa bahwa Nigeria akan menjadi pilihan yang lebih baik
untuk sebuah negara Afrika untuk bergabung BRICS. Menurut World Atlas,
Nigeria memiliki ukuran populasi yang lebih besar, diperkirakan 158.300.000
pada tahun 2012 dari Afrika Selatan, diperkirakan 49,9 juta pada tahun 2012.34
Selain itu Nigeria juga merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi yang
stabil di benua itu, dengan tingkat pertumbuhan ekonomi hingga kuartal keempat
tahun 2010 adalah 6,8%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan Afrika
Selatan 4,4%.35
Nigeria dianggap memiliki potensi secara pertumbuhan ekonomi, namun
Afrika Selatan secara politis lebih penting dan memegang lebih pengaruh,
khususnya melalui keanggotaannya dalam G20. Nigeria juga belum diundang
untuk menjadi anggota, mengingat situasi politik di negara itu, terutama tentang
isu-isu tata kelola yang penting, seperti pemilu cacat dan korupsi. Meskipun
kedua negara terlibat dalam organisasi multilateral kawasan, dengan Afrika
Selatan di Southern African Development Community (SADC) dan Nigeria
menjadi anggota Economic Community of West African States, Afrika Selatan
dilihat lebih baik melalui keterlibatannya juga di blok IBSA bersama dengan India
33
Sharda Naidoo. 2012. South Africa's presence 'drags down Brics. Mail & Guardian Online, 23
Maret 2012 dalam http://mg.co.za/article/2012-03-23-sa-presence-drags-down-brics, diakses pada
10 Oktober 2014, pkl. 20.15. 34
Countries of the World. Dalam http://www.worldatlas.com/aatlas/populations/ctypopls.htm,
diakses pada 10 Oktober 2014, pkl. 20.30 35
Bradley Dubbelman. 2011. South Africa’s role in Brics: Implications and effects. Creamer
Media’s Research Channel Africa July 2011. Hal. 4.
27
dan Brasil. Dengan Brazil dan India menjadi Anggota BRIC, indikasi bahwa
Afrika Selatan telah telah mengikat kesepakatan politik dan ekonomi dengan
negara-negara ini untuk mempromosikan kerjasama di antara mereka.36
Peran Cina dalam bergabungnya Afrika Selatan ke BRICS juga tidak dapat
dilepaskan. Cina yang dianggap sebagai konstituen yang paling dominan dari
BRICS, khususnya memandang Afrika Selatan sebagai negara yang menarik
karena memiliki sejumlah besar konsumen. Negara ini juga memiliki kapasitas
produksi energi terbesar dan juga merupakan produsen terbesar logam mulia,
seperti emas dan platinum. Kedua fitur ini menarik bagi investasi dan kepentingan
perdagangan Cina. Selain itu Cina memiliki saham keuangan besar di negara itu
terutama di sektor perbankan, infrastruktur, pertambangan, transportasi dan energi
terbarukan. Menurut Gateway House, Industrial Commercial Bank of China
(ICBC) memiliki saham 20 persen (AS $ 4,7 miliar) di salah satu bank terbesar di
Afrika Selatan, Standard Bank.37
C. Kerangka Kerjasama dalam BRICS
Sebagai sebuah lembaga atau institusi yang menaungi beberapa negara,
BRICS juga membentuk kerangka kerjasama sebagai landasan dalam menentukan
kebijakan. Kerangka kerjasama dianggap sebagai perjanjian kerjasama yang telah
disepakati bersama dalam setiap pertemuan yang dilakukan. Sejak tahun 2009,
BRICS setiap tahunnya melaksanakan annual summit yang secara bergantian
36
Dubbelman. South Africa’s role in Brics. Hal. 4. 37
South Africa’s position in BRICS dalam Quarterly Bulletin – January to March 2013 Gauteng
Province: Provincial Treasury Republic of South Africa. Hal. 8.
28
digelar di negara-negara anggota. Dari setiap pertemuan yang dilaksanakan,
seluruh kepala negara anggota akan membahasa isu-isu tertentu yang berkaitan
dengan kepentingan dalam kelompok ini.
Pertemuan pertama yang dilangsungkan pada tanggal 16 Juni 2009, di
Yekaterinburg, Rusia, dihadiri oleh pemimpin masing-masing negara anggota,
yaitu, Luiz Inácio Lula da Silva (Brasil), Dmitry Medvedev (Rusia), Manmohan
Singh (India), dan Hu Jintao (Cina). Fokus Pertemuan ini adalah peningkatan
situasi ekonomi global dan reformasi lembaga keuangan, serta pembahasan
mengenai bagaimana empat negara ini bisa lebih baik dalam kerjasama di masa
depan. Adapun diskusi lebih lanjut adalah mengenai bagaimana cara negara-
negara berkembang, seperti anggota BRIC, bisa menjadi lebih terlibat dalam
urusan global.38
Pertemuan negara anggota BRIC kembali dilakukan yang mengambil
tempat di kota Brasília, Brasil pada 15-16 April, 2010. Ini adalah pertemuan
kedua dari para kepala negara anggota untuk membahas labih lanjut kerjasama
dalam kelompok tersebut. Selain dihadiri oleh keempat kepala negara anggota,
ada pula Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma, dan Menteri Luar Negeri Palestina,
Riad Al-Malki, yang juga ikut menghadiri pertemuan kali ini. Dengan
pembahasan isu lanjutan seperti pada KTT yang pertama, ditambah juga dengan
isu-isu internsional yang sedang berlangsung saat itu.39
38
Nations eye stable reserve system dalam http://news.bbc.co.uk/2/hi/business/8102216.stm,
diakses pada 25 Juli 2014 pkl. 12.35 39
Konstantin Rozhnov. BRIC countries try to shift global balance of power. Thursday, 15 April
2010. Diakses dari http://news.bbc.co.uk/2/hi/8620178.stm pada 3 September 2014 pkl 14.30
29
Setelah itu KTT BRICS ketiga diselenggarakan pada 14 April 2011 di
Sanya di pulau Hainan, Cina. Dalam pertemuan kali ini ada perbedaan yang
signifikan dengan masuknya Afrika Selatan sebagai anggota baru di kelompok ini.
Jika pada pertemuan di Brasilia tahun 2010, Afrika Selatan diundang sebagai
tamu, kelompok ini kemudian mengundang Afrika Selatan untuk bergabung
sebagai anggota penuh pada tahun 2011 dan mengubah kelompok yang
sebelumnya disebut BRIC resmi menjadi BRICS.40
India berkesempatan menjadi tuan rumah KTT BRICS selanjutnya yang
bertempat di New Dehli, 29 Maret 2012. Pertemuan ini menandai pertemuan
tahunan kelompok BRICS yang juga dilangsungkan untuk keempat kalinya. Pada
pertemuan kali ini kelima kepala negara anggota ikut menghadiri, Dilma Rousseff
(Brasil), Dmitry Medvedev (Rusia) Manmohan Singh (India), Hu Jintao (Cina),
dan Jacob Zuma (Afrika Selatan). Dengan mengambil tema pertemuan "BRICS
Partnership for Global Stability, Security and Prosperity".41
Pada tahun 2013 pertemuan tahunan BRICS dilaksanakan di Durban,
Afrika Selatan, pada 26-27 Maret 2013. Dengan dihadiri oleh Dilma Rousseff
(Brasil), Vladimir Putin (Rusia), Narendra Modi (India), Xi Jinping (Cina), dan
Jacob Zuma (Afrika Selatan), yang mewakili seluruh negara anggota kelompok
ini. Dengan bertema “BRICS and Africa: Partnership for Development,
40
Michael Forsythe, et al. BRICS Prod China's Hu to Import Value-Added Goods as Well as Raw
Materials, Bloomberg, April 13, 2011. Dalam http://www.bloomberg.com/news/2011-04-
13/countries-at-brics-summit-push-china-to-import-more-airliners-medicines.html, diakses pada 3
September 2014 pkl. 15.50 41
Zeebiz Bureau. 2012. BRICS summit in Delhi begins today. Press Trust of India, Zee News, 29
March 2012. Dalam http://zeenews.india.com/business/news/economy/brics-summit-in-delhi-
begins-today_44828.html, diakses pada 4 September 2014 pkl. 11.50
30
Integration and Industrialisation”, pertemuan ini juga menandai bahwa seluruh
anggota telah menjadi tuan rumah penyelenggaraan KTT dan untuk pertama
kalinya pertemuan dilaksanakan di Benua Afrika.42
Adapun dari KTT tersebut, para pemimpin BRIC menyerukan peningkatan
reformasi ekonomi dengan menuntut hak suara dan representasi di lembaga-
lembaga keuangan internasional, dan agar penunjukan kepala dan pemimpin
senior di lembaga tersebut harus melalui proses seleksi yang transparan dan
terbuka. Sedangkan secara politik, peningkatan status dan peran para negara
anggota setidaknya dapat lebih diperhitungan di dunia internasional, khususnya di
PBB. Serta komitmen untuk saling bekerjasama dalam membendung krisis
pangan internasional yang terjadi.43
Untuk masalah perdagangan internasional para pemimpin kelompok ini
sepakat untuk menekankan pentingnya sistem perdagangan multilateral, yang
diwujudkan dalam World Trade Organization (WTO), untuk menyediakan
lingkungan yang terbuka, stabil, adil dan tidak diskriminatif untuk perdagangan
internasional. Para anggota BRIC juga akan mendesak semua negara untuk
menolak segala bentuk proteksionisme perdagangan dan melawan pembatasan
perdagangan.44
Kelompok ini juga mengumumkan keputusan mereka untuk menghentikan
pembayaran perdagangan menggunakan dolar AS dan selanjutnya memberikan
42
Fifth BRICS Summit Background. Dalam http://www.brics5.co.za/, diakses pada 4 September
2014 pkl. 15.20 43
Susan Houlton. First BRIC summit concludes. Dalam http://www.dw.de/first-bric-summit-
concludes/a-4335954, diakses pada 3 September 2014 pkl. 12.55 44
Jenilee Guebert. 2011. BRIC Summit Commitments: 2010 Brasilia Summit. BRICS Research
Group, 4 Juli 2011. Hal. 1-4
31
kredit kepada satu sama lain dalam mata uang nasional mereka sendiri. Bank
pembangunan masing-masing negara akan menandatangani perjanjian untuk lebih
secara bertahap mengubah mata uang pinjaman dari dolar AS. Hal ini
dimaksudkan untuk memperkuat kerjasama keuangan antara negara-negara
BRICS, serta untuk memperluas signifikansi internasional dari mata uang nasional
mereka.45
Dalam kaitannya dengan peningkatan perdagangan dalam mata uang lokal,
negara-negara BRICS juga menandatangani Perjanjian untuk memperluas fasilitas
kredit dalam mata uang lokal dan Perjanjian Fasilitas Kredit Multilateral untuk
menggantikan dolar AS sebagai unit utama perdagangan di antara mereka. Dalam
rangka membawa ekonomi BRICS lebih dekat, semua anggota sepakat untuk
meluncurkan turunan indeks ekuitas, yang memungkinkan investor di satu negara
BRICS untuk bertaruh pada kinerja pasar saham di empat negara anggota lainnya
tanpa risiko mata uang.46
Hasil dari pertemuan kelima kelompok BRICS adalah bahwa para
pemimpin BRICS menyetujui pembentukan Bank Pembangunan baru dan
menunjukkan bahwa kontribusi modal awal ke bank harus besar dan cukup untuk
bank menjadi efektif dalam pembiayaan infrastruktur. Selain itu, pemimpin juga
menyepakati pembentukan susunan cadangan kontinjen (Contingent Reserve
Arrangement (CRA)) dengan ukuran awal sebesar AS $ 100 miliar. CRA ini akan
membantu negara-negara BRICS mencegah tekanan likuiditas jangka pendek dan
45
Countries of BRICS refuse dollars. What shall investors expect?. Dalam http://www.profi-
forex.us/news/entry4000001367.html, diakses pada 3 September 2014 pkl. 16.20 46
BRICS. 2012. The BRICS Report. New Delhi: Oxford University Press. Hal. 172-173
32
lebih memperkuat stabilitas keuangan. Hal ini juga akan memberikan kontribusi
untuk memperkuat jaringan pengaman keuangan global dan melengkapi peraturan
internasional sebagai garis pertahanan.47
Selain itu terdapat dua Perjanjian yang menyimpulkan mengenai
Mekanisme Kerjasama Interbank BRICS. Pertama, The BRICS Multilateral
Infrastructure Co-Financing Agreement untuk membuka jalan Afrika bagi
pembentukan, pengaturan, pembiayaan, untuk proyek-proyek infrastruktur di
Benua Afrika. Kedua, The BRICS Multilateral Cooperation and Co-Financing
Agreement untuk menetapkan pembangunan berkelanjutan, mengeksplorasi
pembentukan perjanjian bilateral yang bertujuan untuk membangun kerjasama
dan pengaturan pembiayaan bersama, khususnya di sekitar pembangunan
berkelanjutan dan elemen ekonomi hijau.48
Untuk kerjasama multilateral di antara negara BRICS, mereka sepakat
untuk memperkuat koordinasi di Organisasi Perdagangan Dunia Putaran Doha,
serta dalam forum-forum multilateral lainnya di mana perdagangan dan investasi
dapat berkembang. Selain itu juga melakukan pertemuan rutin antara pejabat
tinggi BRICS dalam organisasi multilateral dan internasional. Serta
mengidentifikasi area untuk kemungkinan kegiatan kerjasama pembangunan
47
Fifth BRICS Summit Background. Dalam http://www.brics5.co.za/, diakses pada 4 September
2014 pkl. 15.20 48
Yarygina Irina. Financial challenges for BRICS. Diakses dari
http://www.brics5.co.za/assets/BRICS-Financial-challenges-by-Yarygina-Irina.pdf, pada 4
September 2014 pkl. 15.30
33
BRICS yang dapat mendukung aspirasi pembangunan dari negara-negara
berkembang.49
Sementara untuk mempromosikan dan memfasilitasi perdagangan dan
investasi di antara mereka, mereka sepakat untuk, pertama, meningkatkan
pertukaran informasi kebijakan perdagangan, investasi dan peluang bisnis melalui
mekanisme, termasuk website untuk berbagi informasi perdagangan dan investasi.
Kedua, mendorong lembaga perdagangan dan investasi mereka untuk membangun
hubungan yang lebih kuat, dan memberikan dukungan kebijakan untuk misi
perdagangan dan investasi antara anggota BRICS.50
Ketiga, memperluas kerjasama pada platform promosi perdagangan dan
investasi seperti pameran dagang dan pameran untuk meningkatkan peluang bagi
perusahaan BRICS untuk bertemu, berkomunikasi dan bekerjasama satu sama
lain. Keempat, meningkatkan transparansi lingkungan perdagangan dan investasi
sesuai dengan hukum dan peraturan masing-masing. Kelima meningkatkan
komunikasi dan kerjasama di bidang standarisasi, sertifikasi, inspeksi dan
karantina. Keenam, meningkatkan komunikasi dan kerjasama antara lembaga-
lembaga yang bertanggung jawab untuk ganti rugi perdagangan. Ketujuh,
mendukung untuk peningkatan perdagangan intra-BRICS, mengingat efek yang
positif dari tugas Departemen Keuangan dan Bank Sentral dalam penyelesaian
mata uang lokal.51
49
BRICS. 2013. BRICS Trade and Invesment Cooperation Framework”. Fifth BRICS Summit
Durban, South Africa 26 March 2013. Hal. 1. 50
BRICS. BRICS Trade and Invesment Cooperation Framework. Hal. 2. 51
BRICS. BRICS Trade and Invesment Cooperation Framework. Hal. 3.
34
BAB III
HUBUNGAN KERJASAMA EKONOMI AFRIKA SELATAN DENGAN
NEGARA ANGGOTA BRICS (2000-2010)
Pembahasan pada bab III ini akan berfokus tentang hubungan kerjasama
yang dilakukan antara Afrika Selatan dengan negara anngota BRICS lainnya.
Akan tetapi terdapat pembatasan periode yang dimulai dari tahun 2000 sampai
dengan tahun 2010. Hal ini untuk melihat bagaimana bentuk kerjasama Afrika
Selatan dengan sesama negara anggota sebelum terbentuknya kelompok BRICS.
Dengan begitu akan terlihat apakah ada perubahan pada hubungan kerjasama yang
dilakukan antara sebelum BRICS dan sesudah bergabung BRICS.
A. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Brasil
Brasil adalah negara yang paling besar di Amerika Selatan, dan negara
yang paling maju serta kekuatan ekonominya paling kuat di antara negara-negara
yang terdapat di bagian benua tersebut. Sebagai negara kesepuluh ekonomi
terbesar di dunia, Brasil memiliki GDP mencapai 706 miliar dolar AS pada tahun
2005.52
Dengan begitu tentunya Brasil memiliki potensi yang cukup besar sebagai
partner peningkatan kerjasama ekonomi. Hal ini pula yang kemudian mendorong
Afrika Selatan untuk membuka hubungan kerjasama di bidang ekonomi dengan
Brasil.
52
Research and Information System for Developing Countries (RIS). 2008. Trinity of the South:
Potential of India-Brasil-South Africa (IBSA) Partnership. New Delhi: Acedemic Foundation.
Hal. 34
35
Bagi kawasan Afrika, Brasil berada di urutan keempat sebagai mitra
dagang di belakang anggota BRICS lainnya, Cina dan India, dan juga Korea
Selatan. Negara-negara gabungan Afrika saat ini menempatkan Brasil sebagai
mitra dagang terbesar kelima untuk ekspor dan impor. Investasi Brasil di Afrika
sendiri masih didominasi seperti halnya negara-negara BRICS lainnya, yaitu
investasi yang terkonsentrasi di sumber daya dan sektor konstruksi. Akan tetapi
fakta juga menunjukan bahwa sebagian besar perusahaan terbesar di Brasil
mengkhususkan diri di bidang konstruksi sipil dan sumber daya (misalnya
Odebrecht, Andrade Gutierrez, Petrobras, Vale).
Kerjasama antara Afrika dengan Brasil sudah dimulai sejak lama, akan
tetapi beberapa tahun belakangan kerjasama keduanya semakin meningkat.
Kepemimpinan Presiden Luiz Inácio Lula da Silva, yang dimulai pada tahun
2002, menunjukan adanya peralihan fokus Brasil ke Afrika pada kebijakan
ekonomi, perdagangan dan investasi, serta pertanian, minyak, pertambangan,
infrastruktur, kesehatan, dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kepentingan
kerjasama Selatan-Selatan yang menjadi fokus kebijakannya menjadikan aktivitas
perdagangan keduanya meningkat secara signifikan.
Perdagangan Brasil dengan negara Benua Afrika meningkat lebih dari
enam kali lipat sejak tahun 2000 hingga 2008, dari AS $ 4,2 miliar menjadi AS $
25,9 miliar. Meskipun pada tahun 2009 terjadi penurunan perdagangan dengan
Afrika yang menjadi AS $ 17,1 miliar. Ini merupakan refleksi dari tren perluasan
pasar, selain daripada efek negatif dari krisis ekonomi dan keuangan global yang
36
terjadi. Namun tahun berikutnya, 2010, kembali terjadi kenaikan dalam
perdagangan antara Brasil dan Afrika hingga mencapai AS $ 20,0 miliar.53
Gambar. III.A.1: Perkembangan perdagangan Brasil-Afrika (AS $ juta)
Sumber: Christina Stolte. 2012. Brasil in Africa: Just Another BRICS Country
Seeking Resources?. Chatham House Briefing paper.
Dari gambar di atas dapat dilihat adanya peningkatan dalam hal aktivitas
perdagangan antara Brasil dengan Afrika. Meskipun terjadi penurunan pada tahun
2009, hal tersebut tidak pengaruh banyak karena setahun setelahnya tren
perdagangan keduanya kembali meningkat. Mitra dagang utama Brasil di Afrika
adalah Nigeria (32 persen), Angola (16 persen), dan Aljazair (12 persen).
Sedangkan Afrika Selatan sendiri menempati posisi keempat dengan 10 persen
dari total perdagangan Brasil dengan negara-negara Afrika.
53
Simon Freemantle and Jeremy Stevens. 2009. Tectonic Shifts Tie BRIC and Africa’s Economic
Destinies. Standard Bank Economics, BRIC and Africa, 14 Oktober 2009. Hal. 10.
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
2000 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Ekspor
Impor
Total
Perdagangan
37
Dalam hal kerja sama keuangan dua lembaga keuangan pembangunan,
Industrial Development Corporation di Afrika Selatan dan Brazilian Development
Bank, menandatangani perjanjian kerjasama yang bertujuan antara lain,
memperkuat hubungan perdagangan dan ekonomi antara Afrika Selatan dan
Brasil melalui kerja sama pada sejumlah proyek, termasuk beberapa yang
berfokus pada perusahaan otomotif dan komponennya, pengolahan makanan dan
sektor farmasi.
Beberapa perusahaan dan industri Afrika Selatan juga telah berhasil
menembus pasar Brasil dalam beberapa tahun terakhir. Perusahaan tambang
Afrika Selatan, seperti AngloGold Ashanti, dan salah satu bank terbesarnya,
Standard Bank, telah berjalan dengan sukses di Brasil. Sementara sebuah
perusahaan gabungan antara perusahaan farmasi di Afrika Selatan dan Brasil
bertujuan untuk mengembangkan dan memproduksi produk farmasi pada skala
global. Sedangkan sebuah penerbit Afrika Selatan, Naspers, telah mengakuisisi
saham di penerbit majalah terbesar Brasil.
Sementara itu berbagai liberalisasi dan kerjasama program keuangan dan
komersial juga telah memberikan kontribusi untuk memajukan hubungan
perdagangan antara Afrika Selatan dan Brasil. Salah satu proyek yang paling
penting adalah India, Brazil, and South Africa (IBSA), yaitu sebuah inisiatif untuk
pembangunan trilateral yang menghubungkan tiga negara tersebut. Inisiatif ini
bertujuan untuk mempromosikan kerja sama Selatan-Selatan untuk
mengeksplorasi peluang perdagangan dan investasi, pertukaran informasi,
pertambangan, infrastruktur, teknologi dan keterampilan. Forum bisnis Afrika
38
Selatan dan Brasil telah memperkuat hubungan perdagangan dan investasi antara
negara-negara tersebut dan dengan bisnis di Afrika Selatan.
Meskipun Afrika Selatan saat ini hanya merupakan sebagian kecil ekspor
dari total ekspor ke Amerika Latin, namun nilai ekspornya telah mengalami
pertumbuhan selama beberapa tahun terakhir. Afrika Selatan dan Brasil berfokus
pada semakin pentingnya perdagangan antara Selatan-Selatan dan ditambah
dengan meningkatnya liberalisasi keuangan dan komersial, serta program
kerjasama bilateral. Ini juga berarti bahwa Brasil memiliki potensi untuk
memberikan bisnis di Afrika Selatan dengan peluang investasi dan ekspor yang
luas.
B. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan India
Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi India mengalami
kenaikan yang didorong kuat oleh bidang manufaktur dan ekspansi yang cepat
dalam perdagangan dan investasi. Perdagangan bilateral antara Afrika dengan
India memiliki berkembang pesat selama dua dekade belakangan, angkanya terus
berkembang dari AS $ 1 miliar pada tahun 1990 yang kemudian menjadi AS $ 3
miliar pada tahun 2000. Kemudian jumlah tersebut mengalami peningkatan secara
besar-besaran menjadi AS $ 36 miliar pada tahun 2007-2008.
Namun sejak krisis keuangan global, jumlahnya menurun menjadi sekitar
AS $ 32 miliar pada tahun 2010-2011. Melonjaknya volume perdagangan
mencerminkan neraca perdagangan positif untuk Afrika. Impor India dari Afrika
tumbuh dari AS $ 587,5 juta menjadi AS $ 18,8 miliar antara 1990 dan 2009,
39
sementara ekspor ke benua tersebut meningkat dari AS $ 436,8 juta menjadi AS $
13,2 miliar selama periode yang sama.54
Gambar. III.B.1 : Perdagangan India-Afrika (AS $ juta)
Sumber: The African Development Bank Group Chief Economist
Complex. India’s Economic Engagement with Africa. Dalam Africa Economic
Brief Volume 2, Issue 6 11 May, 2011.
India hampir tidak memiliki hubungan perdagangan dengan Afrika Selatan
sampai dengan tahun 1980-an. Impor dari Afrika Selatan hanya kurang dari AS $
1 miliar selama periode 1993-1995, sedangkan negara-negara seperti Maroko,
Mesir dan Nigeria mengekspor lebih banyak ke India. Namun hubungan ekonomi
keduanya telah berubah secara signifikan dan mitra dagang terbesar India di
Afrika saat ini adalah Afrika Selatan, yang merupakan 56% impor India dari
54
Sharon Davis. SA and India - growing partners in trade dalam
http://www.wbsjournal.co.za/articles/sa-and-india-growing-partners-in-trade-850.html, diakses
pada 21 Juli 2014 pkl. 11.50
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
2000 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Ekspor
Impor
Total
Perdagangan
40
benua tersebut. Pada saat yang sama, ekspor ke India dari beberapa negara Afrika
yang lebih besar, seperti Mesir, Tunisia, Nigeria, Zambia, Aljazair dan Libya,
juga telah mengalami penurunan.55
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa India dan Afrika Selatan
juga membentuk kerjasama perdagangan bersama dengan Brasil dalam kerangka
India, Brazil, and South Africa (IBSA). Pembentukan IBSA berawal dari
pertemuan para menteri luar negeri dari India, Brazil dan Afrika Selatan, pada
bulan Juni 2003 di Brasilia, untuk membahas hubungan yang lebih erat antara
negara-negara mereka. Salah satu tujuan utama dari Forum IBSA adalah untuk
mempromosikan peningkatan perdagangan antara negara IBSA. Rencana Aksi
IBSA diadopsi di New Delhi pada tahun 2004, yang di dalamnya menteri dari
negara-negara IBSA secara eksplisit berkomitmen untuk meningkatkan arus
perdagangan intra-IBSA menjadi AS $ 10 miliar pada 2007. Target ini kemudian
akan digantikan oleh komitmen untuk meningkatkan perdagangan trilateral
sebesar AS $ 15 miliar pada 2010 dan AS $ 25 miliar pada 2015.56
Satu dekade dari pembentukan Forum IBSA, muncul efek menguntungkan
dalam hal peningkatan perdagangan di antara tiga negara dan bahwa perdagangan
intra-IBSA telah berkembang secara signifikan. Antara 2003 dan 2012, nilai
impor IBSA dari negara selain IBSA (impor intra-IBSA) tumbuh sebesar 22,7%
per tahun, sedangkan nilai dari total impor IBSA tumbuh sebesar 20,3% per
tahun. Demikian pula, data ekspor intra-IBSA meningkat sebesar 26,9% per tahun
55
Mohanty, S. K. dan Sachin Chaturvedi. 2008. India-Africa Economic Partnership: Trends and
Prospects. Diakses dari http://www.ris.org.in/dp134_pap.pdf pada 21 Juli 2014 pkl. 15.35 56
Woolfrey, S. 2013. A closer look at India-Brazil-South Africa (IBSA) trade. tralac Trade Brief
No. S13TB08/2013 September 2013. Hal. 3
41
antara tahun 2003 dan 2012, sementara total ekspor IBSA meningkat hanya
15,9% per tahun selama periode yang sama.57
C. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Rusia
Pentingnya Rusia sebagai partner perdagangan untuk negara-negara Afrika
yang cukup minim bila dibandingkan dengan pasar negara-negara maju dan
berkembang lainnya seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, Cina, India, dan Brazil.
Perdagangan bilateral antara Rusia dan Afrika mencapai puncaknya sebesar AS $
7,3 miliar pada tahun 2008. Meskipun peningkatan ini sepuluh kali lipat dari
volume perdagangan yang sangat rendah sebesar AS $ 740 juta di 1994, hal ini
tidak cukup signifikan untuk menjamin perusahaan Rusia terlibat dengan negara-
negara Afrika.
Khusus untuk Afrika Selatan, perjanjian ekonomi dan perdagangan antar
pemerintah ditandatangani pada tanggal 22 Oktober 1993, dalam Agreement on
the Promotion and Reciprocal Protection of Investment. Kerjasama dalam
pengembangan sumber daya mineral, khususnya berlian, emas, pangan, kelompok
logam platinum adalah salah satu yang paling menjanjikan dari kerjasama
bilateral kedua negara. Kesepakatan antar pemerintah tentang kerjasama dalam
eksplorasi, ekstraksi, pengolahan dan pengolahan mineral ditandatangani di
Moskow pada 29 April 1999.
Bersama Committee on trade and economic cooperation, Pemerintah
antara Rusia dan Afrika Selatan, mengadakan sidang pertama pada bulan April
57
Woolfrey. A closer look at India-Brazil-South Africa (IBSA) trade. Hal. 4
42
1999 di Moskow. Selanjutnya, pada bulan November 2002 di Pretoria, dinyatakan
bahwa pemerintah Afrika Selatan telah memutuskan untuk menerima Federasi
Rusia sebagai pasar ekonomi sehingga memudahkan hubungan perdagangan, serta
fakta bahwa Afrika Selatan juga didukung akses masuk ke WTO oleh Federasi
Rusia.
Untuk meningkatkan hubungan politik dan komersialnya dengan Afrika
dan memfasilitasi akses pasar untuk perusahaan, pemerintah Rusia menganut
kebijakan luar negeri baru terhadap Afrika. Salah satunya dengan melakukan
kunjungan resmi untuk beberapa negara Afrika, selain itu juga menganjurkan
untuk resolusi konflik, bantuan kemanusiaan, dan bantuan utang untuk Afrika.
Hal ini tentunya efektif untuk terus berupaya memperbaiki hubungan antara
keduanya.
Gambar. III.C.1: Perdagangan Rusia-Afrika (AS $ juta)
Sumber: The African Development Bank Group Chief Economist
Complex. Russia’s Economic Engagement with Africa. Dalam Africa Economic
Brief Volume 2, Issue 7 11 May, 2011.
0
5000
10000
15000
20000
2000 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Ekspor
Impor
Total
Perdagangan
43
Sejak tahun 2000, perdagangan Rusia dengan Afrika mulai meningkat,
akan tetapi dengan impor produk Afrika berjalan lebih lambat daripada ekspor
Rusia ke Afrika. Impor dari Afrika secara keseluruhan pada tahun 2000 adalah
sebesar AS $ 350 juta. Pada tahun 2002, perdagangan bilateral Afrika Selatan
dengan Rusia mencapai 138.1 juta dolar AS, atau 92% lebih dari tahun 2001. Pada
tahun 2002 juga, ekspor Rusia ke Afrika Selatan meningkat sebesar 147.5%,
sementara ekspor Afrika Selatan ke Rusia 25,7% dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Dalam tahun-tahun berikutnya omset perdagangan antara Rusia dan Afrika
Selatan terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2007, angkanya mencapai sebesar
AS $ 284.4 juta, dan pada tahun 2008 telah mencapai AS $ 484.1 juta. Ekspor dan
impor yang terus tumbuh dari kedua negara selama 2000-2008, setelah itu
angkanya sedikit menurun karena dampak dari krisis keuangan dan ekonomi
dunia. Rusia telah mempertahankan surplus perdagangan dengan Afrika, yang
tercatat sebesar AS $ 597 juta pada tahun 2000, kemudian naik menjadi AS $ 3,3
miliar pada tahun 2008 dan turun ke AS $ 2,3 miliar pada 2009.58
59
Rusia menempati urutan ke-41 sebagai negara tujuan ekspor untuk Afrika
Selatan dan ke-56 sebagai negara sumber impor. Jika dibandingkan situasi ekspor
58
The African Development Bank Group Chief Economist Complex. Russia’s Economic
Engagement with Africa. Dalam Africa Economic Brief Volume 2, Issue 7 11 May, 2011, diakses
dari
http://www.afdb.org/fileadmin/uploads/afdb/Documents/Publications/Russia’s_Economic_Engage
ment_with_Africa.pdf pada 22 Juli 2014 pkl. 12.15 59
Alexandra A Arkhangelskaya. 2011. Russia – South Africa, BRICS format. Dalam
http://www.brics5.co.za/assets/AAA1.pdf, diakses pada 22 Juli 2014 pkl. 13.20
44
dari Afrika Selatan ke Rusia sedikit lebih baik daripada yang sebaliknya. Saham
yang di ekspor Afrika Selatan secara keseluruhan secara signifikan lebih tinggi,
dan sejak tahun 2000 telah menunjukkan pertumbuhan yang konsisten dari 0,1%
menjadi 0,4% pada tahun 2010.60
D. Kerjasama Ekonomi Afrika Selatan dengan Cina
Saat ini Cina telah menjadi mitra dagang terbesar Afrika, dan Afrika juga
merupakan sumber impor utama, proyek konstruksi terbesar kedua di luar negeri,
pasar dan tujuan investasi terbesar keempat bagi Cina. Pembangunan ekonomi
dan perdagangan Cina-Afrika telah meningkatkan kehidupan masyarakat dan
pembangunan ekonomi di negara-negara Afrika. Selain itu juga memberikan
dukungan yang kuat untuk pembangunan sosial-ekonomi Cina, dan memberikan
kontribusi untuk mempromosikan kerjasama Selatan-Selatan dan pembangunan
ekonomi dunia yang seimbang.
60
Natalya Volchkova, dan Maria Ryabtseva. 2013. Russia–South Africa Relations: Collaboration
in BRICS and the G-20. SAIIA Occasional Paper No 63, February 2013. Hal. 14.
45
Gambar. III.D.1: Volume Perdagangan Cina-Afrika (AS $ juta)
Sumber: WhitePaper. 2013. China-Africa Economic and Trade Cooperation. The
People's Republic of China, Beijing, August 2013.
Afrika Selatan sendiri merupakan mitra dagang terbesar Cina di wilayah
Afrika. Menurut statistik yang dirilis di Cina, volume perdagangan bilateral antara
kedua negara ini mencapai AS $ 72,7 miliar pada tahun 2005, yang kemudian
naik hingga 23% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu ekspor Cina ke
Afrika Selatan mencapai angka AS $ 3,83 miliar, atau meningkat 29,6 persen,
sedangkan impor Cina dari Afrika Selatan tumbuh sebesar 16,4 persen yang
mencapai AS $ 3,44 miliar. Dari angka tersebut Cina memiliki surplus
perdagangan sebesar AS $ 0,39 miliar dengan Afrika Selatan.61
Pada tahun 2009, Cina telah menjadi mitra dagang nomer satu di Afrika
Selatan. Dalam tahun berikutnya, skala perdagangan Cina-Afrika berkembang
cukup pesat. Pada tahun 2010, total volume perdagangan Cina-Afrika mencapai
61
Bilateral trade relations, dalam http://www.china.org.cn/english/features/fmar/167995.htm,
diakses pada 23 Juli 2014 pkl 12.30
0
30000
60000
90000
120000
150000
2000 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Ekspor
Impor
Total
Perdagangan
46
AS $ 138,49 miliar, dengan pertumbuhan dari tahun ke tahunnya sebesar 19,3%.
Dari jumlah ini, sebesar AS $ 65,319 miliar terdiri dari ekspor Cina ke Afrika,
yang naik 16,7%, dan AS $ 53,171 miliar telah disumbangkan oleh impor Cina
dari Afrika, yang artinya naik 21,4%.62
Pada tahun 2012, Afrika Selatan mendominasi dengan 30 persen dari total
perdagangan Cina ke Afrika, ini jauh dari partner perdagangan utama Cina di
Afrika lainnya, yaitu Angola (19 persen), Nigeria (5 persen), Mesir (5 persen),
dan Libya (4 persen). Untuk itu baik Cina maupun Afrika Selatan telah menjalin
hubungan kerjasama ekonomi dengan sangat baik. Bahkan, jika dibandingkan
dengan keempat negara anggota BRICS lainnya, Cina memiliki peranan yang
lebih besar pada perekonomian Afrika Selatan. Ini tentunya menunjukan
bagaimana adanya ketergantungan ekonomi baik bagi Cina maupun Afrika
Selatan dari kerjasama yang mereka jalani.
Dari data yang telah ditampilkan dalam bab ini, dapat disimpulkan bahwa
Afrika Selatan telah terlebih dahulu melakukan kerjasama bilateral dengan negara
anggota BRIC sebelum bergabung dengan kelompok tersebut.bahkan hubungan
antara Afrika Selatan dengan Cina telah mengalami peningkatan yang paling
signifikan salam satu decade terakhir. Kerjasama antara Brasil dan India dengan
Afrika Selatan telah dilakukan dalam sebuah kerangka kerjasama, yaitu IBSA.
Sedangkan Rusia yang lebih sedikit melakukan kerjasama dengan Afrika Selatan
dibandingkan tiga negara BRIC lainnya, namun lebih memberikan surplus
perdagangan bagi Afrika Selatan.
62
Bilateral trade relations, dalam http://www.china.org.cn/english/features/fmar/167995.htm,
diakses pada 23 Juli 2014 pkl 12.30
47
Bergabungnya Afrika Selatan dengan kelompok BRICS juga secara jelas
menunjukan keinginan Afrika Selatan untuk terus meningkatkan kerjasama yang
telah terbangun. Tren positif yang dirasakan dari kerjasama perdagangan antara
Afrika Selatan dengan Brasil, India, Rusia, dan Cina akan berdampak positif pada
pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Bukan hanya Afrika Selatan yang akan
diuntungkan dari bergabungnya negara tersebut dalam kelompok, melainkan juga
bagi Benua Afrika secara keseluruhan. Hal ini tidak terlepas dari bukan hanya
Afrika Selatan yang menjadi mitra kerjasama dari negara BRIC, akan tetapi
beberapa negara di kawasan tersebut.
48
BAB IV
DAMPAK BERGABUNGNYA AFRIKA SELATAN KE BRICS
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI AFRIKA SELATAN
(2011-2013)
Sejak bergabung ke dalam kelompok BRICS, perekonomian Afrika
Selatan menjadi semakin meningkat. Ini dibuktikan dengan lebih terbukanya
akses kerjasama ekonomi antara sesama anggota BRICS. Beberapa indikator yang
digunakan untuk mengukur bagaimana dampak yang dirasakan oleh Afrika
Selatan setelah bergabung ke dalam kelompok BRICS, adalah dampak pada
perdagangan internasional, dan investasi luar negeri. Dua hal ini digunakan karena
merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Akan
tetapi di luar dampak yang tercipta untuk perekonomian Afrika Selatan, masih
adapula dampak yang bersifat sosial dan politik yang muncul setelah
bergabungnya Afrika Selatan ke BRICS.
A. Dampak pada Perdagangan Internasional
Afrika Selatan tidak hanya mewakili sumber daya kaya Benua Afrika
dalam BRICS, tetapi berpotensi memiliki banyak keuntungan dari
keanggotaannya dalam kelompok ini pada tahun-tahun mendatang. Meskipun
Afrika Selatan telah melakukan perdagangan dengan Uni Eropa, Amerika Serikat
(AS), Jepang, dan negara Benua Afrika lainnya selama bertahun-tahun, Cina telah
49
menjadi tujuan ekspor utama Afrika Selatan di tingkat masing-masing negara dan
pasar utama Afrika Selatan dalam BRICS.
Dalam kerangka BRICS, perdagangan bilateral antara Afrika Selatan
dengan Cina pada tahun 2011 menempati posisi pertama dibandingkan dengan
negara anggota BRICS lainnya. Nilai perdagangannya yang dicapainya juga
hampir sekitar R 188 miliar. Selanjutnya perdagangan Afrika Selatan dengan
India pada tahun yang sama menempati posisi kedua, dengan nilai mencapai R 55
miliar. Brasil kemudian ada di posisi ketiga dengan nilai perdagangan senilai R 18
miliar. Sedangkan perdagangan dengan Rusia memang bernilai lebih kecil
dibandingkan dengan negara anggota lainnya, yaitu hanya sekitar R 3.8 miliar.63
Tabel. IV.A.1. Tren dalam Perdagangan Intra-BRICS 2009-2011 (% total ekspor)
Negara
Ekspor (% total ekspor) Impor (% total impor)
2009 2010 2011 2009 2010 2011
Brasil 18,13 20,11 20,86 15,63 17,97 18,88
Rusia 7,91 7,14 8,73 16,52 18,39 19,62
India 8,53 11,57 --- 15,76 15,71 ---
Cina 5,71 6,70 7,09 7,16 7,15 8,50
Afrika Selatan 15,36 16,95 18,20 18,51 19,71 20,12
Sumber: Suresh P Singh, dan Memory Dube. 2013. BRICS and the World Order:
A Beginner’s Guide.
63
Steady growth in SA, BRICS trade. Dalam http://www.southafrica.info/global/brics/brics-
300812.htm, diakses pada 14 September 2014, pkl. 13.20
50
Indikasi menunjukkan bahwa negara-negara dalam kelompok BRICS
memberikan fokus untuk peningkatan perdagangan intra-grup. Hal ini tercermin
secara khusus oleh data perdagangan untuk Brasil dan Afrika Selatan.
Perdagangan intra-grup untuk kedua negara ini sekitar 20% dari total
perdagangan. Di negara-negara BRICS lainnya, kerjasama intra-BRICS dalam
perdagangan juga membaik (lihat Tabel IV.A.1). Khusus untuk Afrika Selatan,
sejak tahun 2009-2011 tidak hanya total impor saja yang mengalami kenaikan,
melainkan juga untuk ekspor yang dilakukannya dengan kelompok BRICS.
Tabel. IV.A.2. Ekspor Afrika Selatan 2011 (% total ekspor)
Negara 2009 2010 2011
Brazil 0.66 1.00 0.88
India 3.84 4.17 3.63
Cina 10.53 11.38 13.36
Rusia 0.33 0.40 0.33
Sumber: Suresh P Singh, dan Memory Dube. 2013. BRICS and the World Order:
A Beginner’s Guide.
Dari Tabel. IV.A.2 di atas dapat dilihat bahwa ekspor yang dilakukan oleh
Afrika Selatan banyak bertuju ke Cina dibanding negara lainnya. Bahkan sejak
tahun 2009 angka ekspornya terus mengalami kenaikan hingga tahun 2011 dengan
total 13,36% dari total ekspor afrika Selatan. Ini membuat Cina berada di atas
dibandingkan dengan negara anggota BRICS lainnya. Sementara itu India juga
menjadi penerima ekspor Afrika Selatan nomor dua di antara negara BRICS.
Meskipun terjadi penurunan dari tahun 2010, pada tahun 2011 tercatat 3,63% dari
51
total ekspor Afrika Selatan menuju ke India. Sama seperti India, Brasil dan Rusia
juga mengalami penurunan jumlah total ekspor Afrika Selatan pada 2011, dengan
masing-masing hanya memiliki 0,88% dan 0,33% dari total ekspor Afrika Selatan.
Pada 2012 perdagangan bilateral antara Rusia dengan Afrika Selatan
mengalami kenaikan hingga mencapai hampir AS $ 1 miliar. Ekspor Rusia ke
Afrika Selatan tahun 2012 adalah sebesar AS $ 278.700.000. Sebagian besar
ekspor tersebut adalah produk minyak, produksi industri kimia, peralatan,
transportasi, mesin, makanan dan produk pertanian, dan kayu. Sedangkan Impor
Rusia pada tahun 2012 yang senilai AS $ 685.600.000, terdiri dari logam,
aluminium, kayu, dan pupuk. Selain itu impor dari Afrika Selatan juga terdiri dari
makanan, dalam bentuk buah-buahan dan sayuran, bahan baku logam, dan
minuman beralkohol dan non-alkohol.64
Sementara itu Cina telah menjadi mitra dagang utama Afrika Selatan pada
tahun 2012, dan juga tujuan bagi sekitar 67% dari ekspor Afrika Selatan ke
BRICS selama waktu yang sama. Nilai ekspor Afrika Selatan ke Cina mencapai
AS $ 10,1 miliar dari AS $ 15 miliar. Hal ini kemudian diikuti oleh India, yang
nilai ekspornya diklaim hampir mencapai 25% (AS $ 3,7 miliar) dari total ekspor
Afrika Selatan ke negara BRICS pada tahun 2012.65
64
Alexandra Arkhangelskaya, dan Vladimir Shubin. 2013. Russia–South Africa Relations: Beyond
Revival. SAIIA Policy Briefing 75, Oktober 2013. Hal. 3. 65
Department of Research and Information. 2014. Trade report: Export opportunities for South
Africa in other BRICS economies. Industrial Development Corporation. Hal. 1
52
Gambar. IV.A.1 Total Perdagangan intra-BRICS 2012 (AS $ miliar)
Sumber: Simon Freemantle dan Jeremy Stevens. 2013. BRICS trade is
flourishing, and Africa remains a pivot. Africa MacroEM10 & Africa, Standard
Bank, 12 February 2013
Dari data perdagangan yang didapat bahwa pada tahun 2102 Cina
merupakan negara yang paling dominan untuk perdagang dalam kelompok ini.
Hampir seluruh negara angggota BRICS melakukan transaksi perdagangan
dengan Cina. Berbeda dengan Afrika Selatan yang memang lebih sedikit dalam
melakukan perdagangan dalam kelompok. Selain dengan Cina pada tahun 2012,
perdagangan Afrika Selatan-India juga mencapai sebesar AS $ 13.3 miliar.66
Perdagangan bilateral antara Afrika Selatan dengan Rusia pada periode
Januari - November 2013 meningkat sebesar 22,1% menjadi AS $ 998,0 juta.
66
Simon Freemantle dan Jeremy Stevens. 2013. BRICS trade is flourishing, and Africa remains a
pivot. Africa MacroEM10 & Africa, Standard Bank, 12 February 2013. Hal. 4.
0
70
140
210
280
Brasil Rusia India Cina Afrika Selatan
Afrika Selatan
Cina
India
Rusia
Brasil
53
Dengan ekspor Rusia yang juga meningkat 59,1% menjadi AS $ 260,5 juta, nilai
impornya juga tumbuh sebesar 12,9% menjadi AS $ 737,5 juta. Ekspor utama
Rusia pada tahun ini masih terdiri dari produk kimia dan agro-industri, logam
mulia, batu bara, pupuk, mesin, peralatan, kendaraan, alat-alat, tekstil, alas kaki
dan produk mineral. Impor Rusia dari Afrika Selatan didominasi oleh buah-
buahan, produk mineral, mesin, peralatan, kendaraan, produk kimia, logam mulia,
tekstil dan alas kaki.67
Perdagangan bilateral Afrika Selatan dengan Cina juga mengalami
peningkatan sebesar 32 persen pada tahun 2013 dibandingkan tahun sebelumnya.
Perdagangan antara kedua negara meningkat dari 205 miliar rand (AS $ 19,2
miliar) pada 2012 menjadi 270 miliar rand (AS $ 25 miliar) pada akhir tahun
2013.68
Hal ini tidak mengherankan karena Cina memang merupakan partner
dagang utama Afrika Selatan dalam kelompok dibanding negara anggota lainnya.
Di tahun 2013 ekspor Cina ke Afrika Selatan merupakan yang paling besar
di antara negara BRICS lainnya. Dengan total nilai ekspor yang mencapai lebih
dari AS $ 16,8 miliar, yang ekspornya didominasi oleh peralatan elektronik,
mesin, reaktor nuklir, dan boiler. Pada tahun 2013 juga, ekspor dari India ke
Afrika Selatan senilai sekitar AS $ 5,7 miliar. India juga menempati posisi setelah
Cina untuk nilai ekspornya ke Afrika Selatan, dengan berkonsentrasi pada ekspor
bahan bakar mineral, minyak, dan produk distilasi.
67
Embassy of the Russian Federation in the Republic of South Africa. Russian-South African
Economic Cooperation. Dalam http://www.russianembassy.org.za/economic/Coop.html, diakses
pada 15 September 2014, pkl. 13.40. 68
South Africa's trade with China surges by 32% in 2013. Chinadaily.com.cn, 13-03-2014.
Diakses dari http://www.chinadaily.com.cn/business/2014-03/13/content_17343780.htm, pada 15
September 2014, pkl. 15.40
54
Pada tahun yang sama, ekspor Brasil ke Afrika Selatan adalah sekitar AS $
1,84 miliar, sedangkan nilai ekspor dari Afrika Selatan ke Brasil adalah sebesar
AS $ 657.000.000.69
Jika dibandingkan, perdagangan antara Brasil-Afrika Selatan
hanya sekitar sepertiga dari total ekspor India ke Afrika Selatan. Ekspor Afrika
Selatan ke Brazil didominasi oleh bahan bakar mineral, minyak, produk distilasi,
produk kimia lain, dan mesin, reaktor nuklir, boiler. Meskipun begitu ada
persaingan untuk beberapa komoditi di atas karena India juga mengekspor barang
yang hampir sama ke Brasil.
69
Bipul Chatterjee, Purna Jena, dan Surendar Singh. 2014. Intra-BRICS Trade & Its Implications
for India. Jaipur: CUTS International. Hal. 11.
55
Tabel. IV.A.3. BRIC’s Export Value to South Africa in 2013 (US$million)
Sumber: Bipul Chatterjee, Purna Jena, dan Surendar Singh. 2014. Intra-BRICS
Trade & Its Implications for India. Jaipur: CUTS International. Hal. 12, 17, 21.
Sector Brazil’s
Export
(2013:
US$
1.84bn)
Russia’s
Export
(2013:
US$
0.29bn)
India’s
Export
(2013:
US$
5.74bn)
China’s
Export
(2013:
US$
16.83bn)
Aluminium and articles thereof 35.2 6.31
Articles of apparel, accessories, knit or crochet 952.4
Articles of apparel, accessories, not knit or crochet 873.9
Articles of iron or steel 101.9 621.4
Ceramic products 413.03
Cereals 65.9 124.4 203.9
Electrical, electronic equipment 79.6 287.7 2989.8
Footwear, gaiters and the like, parts thereof 853.6
Furniture, lighting, signs, prefabricated buildings 1166.2
Iron and steel 33.6 6.3 118.7
Machinery, nuclear reactors, boilers 164.5 209.8 2459.9
Meat and edible meat offal 163.4
Mineral fuels, oils, distillation products 56.2 2002.6
Optical, photo, technical, medical apparatus 6.35
Ores, slag and ash 52.5
Organic chemicals 170.1
Organic chemicals 170.1
Pearls, precious stones, metals, coins 256.2
Pharmaceutical products 510.3
Plastics and articles thereof 106.8 608.8
Printed books, newspapers, pictures 4.80
Rubber and articles thereof 13.3
Sugars and sugar confectionery 198.1
Tobacco and manufactured tobacco substitutes 10.8
Tools, implements, cutlery of base metal 5.31
Vehicles other than railway, tramway 374.1 1067.4 611.4
56
B. Dampak pada Investasi Luar Negeri
Menurut Konferensi PBB mengenai Perdagangan dan Pembangunan
(United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD)), investasi
langsung asing (FDI) yang mengalir ke BRICS tahun 2013 diperkirakan sebesar
AS $ 322 miliar, atau lebih dari dua kali lipat rata-rata tahunan yang sebesar AS $
158 miliar. Angka ini juga 21% lebih tinggi dari tahun 2012 dan mewakili sekitar
22% dari arus masuk FDI di dunia pada tahun 2013, yang mencapai sekitar AS $
1.461 miliar. Ini hampir dua kali lipat pangsa rata-rata tahunan 11% dari arus
masuk FDI global yang diklaim oleh BRICS dari 2005-2007.70
Seperlima dari saham keluar FDI Afrika Selatan adalah terletak di BRIC
pada tahun 2011, terutama di Cina. Rusia adalah yang terbesar kedua, diikuti oleh
India dan Brasil yang telah menarik volume investasi marjinal dari Afrika Selatan.
Dengan pangsa 20% di BRIC pada 2011, saham ini hanya sedikit kurang dari
saham luar negeri negara Afrika lainnya, yang mencapai 23%. Dalam hal
distribusi sektoral, FDI keluar Afrika Selatan di BRIC terkonsentrasi di bidang
pertambangan, infrastruktur dan konstruksi, dan jasa keuangan dan bisnis.71
Antara Januari 2003 dan Januari 2014 di Afrika Selatan, total terdapat 38
proyek FDI yang tercatat. Proyek-proyek ini merupakan investasi modal dengan
total sampai dengan 13.33 miliar rand (sekitar AS $ 1,24 miliar), yang merupakan
investasi rata-rata 350.480.000 rand (AS $ 33 juta) per proyek. Investasi ini
70
Department of Research and Information. 2014. Trade report: Export opportunities for South
Africa in other BRICS economies. Industrial Development Corporation. Hal. 1 71
UNCTAD. 2013. The Rise of BRICS FDI and Africa. Dalam Global Investment Trends Monitor,
25 March 2013. Diakses dari http://unctad.org/en/PublicationsLibrary/webdiaeia2013d6_en.pdf,
pada 17 September 2014, pkl. 13.30.
57
tersebar untuk beberapa jenis komoditas, seperti logam, mobil, komunikasi, jasa
keuangan, makanan dan tembakau, bahan kimia, mesin industri, konstruksi, mesin
dan turbin, dan sektor transportasi.72
Dari Tabel. IV.B.1 menunjukan bahwa India merupakan penyumbang FDI
terbesar ke Afrika Selatan dengan nilai yang mencapai AS $ 5,3 miliar atau
setengah dari total FDI yang masuk ke Afrika Selatan. Kemudian Cina mengikuti
sebagai penyumbang FDI terbesar kedua di antara negara BRICS dengan total AS
$ 1,8 miliar. Akan tetapi dengan AS $ 7,7 miliar lebih, Cina merupakan tujuan
utama bagi FDI keluar Afrika Selatan. Bahkan nilai tersebut jauh di atas Brasil
yang menempati posisi selanjutnya dengan hanya menerima AS $ 1,3 miliar dari
FDI Afrika Selatan.
72
South Africa's trade with China surges by 32% in 2013. Chinadaily.com.cn, 13-03-2014.
Diakses dari http://www.chinadaily.com.cn/business/2014-03/13/content_17343780.htm, pada 17
September 2014, pkl. 15.45
58
Tabel. IV.B.1. Bilateral FDI among the five countries
January 2003 – July 2013 (US$ million)
Sources
Countries
Destination Countries
Brazil China India Russia
South
Africa Total
Brazil 1.613 462 528 25 2.628
China 12.769 14.273 12.272 1.818 41.133
India 3.568 10.622 2.511 5.381 22.082
Russia 117 5.895 4.976 1.377 12.365
South Africa 1.325 7.761 574 326 10.013
Total 17.806 25.891 20.286 15.637 8.601 88.220
Sumber: Renato Baumann. 2013. Intra-BRICS Trade and Investment. Caracas:
Sela. Hal. 13.
Jika melihat pada Tabel. IV.B.2, maka India menjadi penyumbang FDI ke
Afrika Selatan untuk jenis barang dan jasa yang lebih banyak. Dengan lebih dari
setengah FDI India yang masuk ke Afrika Selatan didominasi oleh sektor batu
bara, minyak, dan gas alamnya. Sedangkan bagi Cina, FDI yang disumbangkan ke
Afrika Selatan banyak berkonsentrsi pada jenis logam mulia. Ini juga diikuti oleh
Rusia yang investasinya mencapai 72,8% untuk logam mulia. Sedangkan FDI
Brasil yang masuk ke Afrika Selatan lebih banyak untuk jenis otomotif, berupa
bahan dan komponen otomotif yang mencapai 82,2% dari total FDI negara
tersebut.
59
Tabel. IV.B.2. BRIC’s FDI Into South Africa (%)
Brazil (2006-2012) Russia (2004-2013) India (2003-2013) China (2004-2013)
Automotive
Component 41,7 Metals 72,8
Coal, Oil & Natural
Gas 50,6 Metals 37,0
Automotive
OEM 40,5 Minerals 19
Alternative/Renewable
Energy 15,8
Automotive
OEM 23,4
Chemicals 10,1 Aerospace 3,1 Hotels & Tourism 6,1 Chemicals 13,7
Software &
IT Services 7,7
Coal, Oil &
Natural Gas 2,2 Metals 1,0
Building &
Construction
Materials 12,2
Financial
Services 1,4
Software & IT
Services 5,5 Food & Tobacco 3,6
Software & IT
Services 0,8 Automotive OEM 4,7 Communications 3,5
Communications 0,6 Rubber 2,4
Consumer
Electronic 3,0
Transportation 0,3 Financial Services 2,3
Financial
Services 1,0
Biotechnology 1,3
Industrial
Machinery,
Equipment &
Tools 0,5
Consumer Product 0,5 Medical Devices 0,1
Automotive
Component 0,4
Ceramics & Glass 0,3
Egines & Turbines 0,2
Leisure &
Entertainment 0,1
Communications 0,1
Minerals 4,9
Industrial Machinery,
Equipment & Tools 2,2 Transportation 1,0
Sumber: Renato Baumann. 2013. Intra-BRICS Trade and Investment. Caracas:
Sela. Hal. 16-19.
60
Investasi Rusia dan Afrika Selatan termasuk yang cukup besar, di mana
investasi Rusia di Afrika Selatan mencapai lebih dari satu miliar dolar, sedangkan
investasi Afrika Selatan di Rusia mencapai lebih dari 75 juta dolar. Adapun
beberapa perusahaan besar Rusia yang beroperasi di Afrika Selatan termasuk
Renova Group (eksplorasi dan produksi bijih mangan), Norilsk Nickel (produksi
dan pertambangan nikel), dan Evraz Group (produksi vanadium dan baja).
Sedangkan terdapat pula beberapa perusahaan Afrika Selatan yang beroperasi di
Rusia termasuk SABMiller (produksi bir), Naspers (teknologi informasi), dan
Mondi (pulp).
Pada 2012 Renova menginvestasikan $ 350 juta untuk pengembangan dan
modernisasi tambang mangan untuk The Joint United Manganese Kalahari
Project. Dan saat ini Renova juga sedang mempersiapkan sebuah proyek besar-
besaran untuk merenovasi pabrik logam Ferrous (diperkirakan $ 250 juta).
Sementara itu Norilsk Nickel sukses mengoperasikan Tati Nickel Mining
Company di Botswana dan Nkomati Joint Venture (bersama-sama dengan African
Rainbow Minerals) di Afrika Selatan. Perusahaan ini sudah menginvestasikan
lebih dari AS $ 100 juta dalam rekonstruksi dari pabrik tembaga dan nikel. Evraz
Group memiliki saham di salah satu pemasok terkemuka vanadium dan logam
produksi di Afrika Selatan. Sementara itu Severstal & Renaissance Capital
memiliki keterlibatan kecil seperti pemegang saham dalam beberapa usaha.73
73
Alexandra Arkhangelskaya, dan Vladimir Shubin. 2013. Russia–South Africa Relations: Beyond
Revival. SAIIA Policy Briefing 75, Oktober 2013. Hal. 3.
61
C. Agregat Data Perdagangan dan Investasi
Jika membandingkan antara total ekspor dan impor Afrika Selatan dalam
kelompok BRICS, maka terdapat ketidakseimbangan. Hal ini disebabkan oleh
angka impor dari negara BRIC ke Afrika Selatan lebih besar dibandingkan dengan
angka ekspor Afrika Selatan ke BRIC. Namun begitu, angka impor dari negara
BRIC ke Afrika Selatan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Defisit
perdagangan antara jumlah yang diterima oleh Afrika Selatan dan yang keluar
dari Afrika Selatan juga tetap ada.
Tabel. IV.C.1. Perbandingan Ekspor-Impor Afrika Selatan dengan BRICS
(AS $ Juta)
Sebelum bergabung
dengan BRICS
Sesudah bergabung
dengan BRICS
2009 2010 2011 2012 2013
Import from BRIC 11.804 15.798 20.067 21.110 23.372
Export to BRIC 8.272 12.114 16.924 15.016 16,117
Trade Balance -3.532 -3.684 -3.142 -6.093 -7.255
Sumber: Andras Tetenyi. 2014. South Africa vs. Nigeria: competing countries for
leadership position in Sub-Saharan Africa. Budapest: Department of World
Economy, Corvinus University of Budapest. Hal. 12.
Jumlah impor yang masuk dari negara BRIC ke Afrika Selatan terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Bahkan setelah bergabung menjadi
anggota, nilai impor Afrika Selatan dari negara BRIC meningkat lebih dari 25%
dari total pada tahun sebelumnya. Tidak hanya itu, total ekspor Afrika Selatan
62
menuju negara BRIC juga meningkat hingga 30%. Peningkatan cukup jelas terjadi
dari tahun 2010 yang hanya senilai AS $ 12,1 miliar, kemudian melonjak pada
tahun 2011 yang bernilai hingga AS $ 16,9 miliar. Hal ini tidak terlepas dari
diterimanya Afrika Selatan menjadi anggota kelompok BRICS pada tahun
tersebut.
Meskipun terjadi peningkatan pada nilai ekspor maupun impor Afika
Selatan dengan BRICS, tetapi masih terdapat defisit perdagangan yang cukup
tinggi. Sebelum bergabung dengan kelompok BRICS, defisit perdagangan antara
Afrika Selatan dengan BRIC adalah sebesar minus AS $ 3,5 miliar pada tahun
2009. Setahun kemudian, angka tersebut mengalami kenaikan sebesar AS $ 154
juta menjadi sekitar AS $ 3,6 miliar. Setelah bergabung dengan BRICS pada
tahun 2011, keseimbangan perdagangan antara Afrika Selatan dengan BRIC tetap
mengalami ketimpangan, yaitu minus AS $ 3,1 miliar. Sedangkan pada tahun
2012 dan 2013 defisit perdagangan dari perdagangan Afrika Selatan dengan BRIC
mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari tahun sebelumnya dengan minus
AS $ 6 miliar dan minus AS $ 7,2 miliar.
Pada tahun 2012 juga terjadi defisit perdagangan antara Afrika Selatan
dengan Cina yang meningkat menjadi hampir AS $ 4,5 miliar. Ekspor ke Cina
sebesar AS $ 10,1 miliar pada tahun 2012, lebih besar dibandingkan dengan
permintaan impor yang sebesar AS $ 14,6 miliar. Defisit perdagangan juga terjadi
antara Afrika Selatan dengan Brasil yang meningkat dari AS $ 636 juta pada
tahun 2010 menjadi AS $ 881 juta pada tahun 2012, dengan ekspor sebesar AS $
790 juta berbanding dengan impor dari Brazil senilai hampir AS $ 1,7 miliar.
63
Setelah mencapai surplus perdagangan dengan India selama periode 2008-2010,
defisit muncul pada tahun 2011, yang semakin meningkat pada 2012 menjadi
hampir AS $ 923 juta. Meskipun ekspor Afrika Selatan ke India naik menjadi AS
$ 3,7 miliar pada tahun 2012, ini menurun dari permintaan impor yang lebih
tinggi dari India sebesar AS $ 4,6 miliar.74
Pada tahun 2012 memang terjadi dominasi Cina dalam kegiatan ekspor-
impor Afrika Selatan di kelompok. Dibandingkan negara anggota BRICS lainnya
peran Cina memang terlihat lebih dominan bukan hanya di Afrika Selatan, namun
juga di dalam kelompok ini. Akan tetapi pada tahun yang sama nilai antara ekspor
dan impor dengan Rusia lebih menuntungkan. Meskipun nilainya lebih sedikit
dibandingkan Cina, India, dan Brasil, namun surplus dari nilai perdagangan antara
Rusia-Afrika Selatan lebih menguntungkan.
Perdagangan Afrika Selatan dengan Rusia memang lebih baik dengan
memberikan surplus dari total ekspor-impornya. Pada tahun 2013, ekspor Afrika
Selatan adalah senilai AS $ 737,7 juta, dan lebih besar dibandingkan dengan
impor Afrika Selatan dari Rusia yang berjumlah AS $ 260,5 juta. Nilai ini
memang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan yang didapat dari perdangan
Afrika Selatan-Cina atau Afrika Selatan-India. Bahkan ekspor Brasil ke Afrika
Selatan yang mencapai AS $ 1,84 miliar hanya berbanding dengan impor dari
Afrika Selatan yang AS $ 657 juta.75
74
Department of Research and Information. 2014. Trade report: Export opportunities for South
Africa in other BRICS economies. Industrial Development Corporation. Hal. 9-10. 75
Embassy of the Russian Federation in the Republic of South Africa. Russian-South African
Economic Cooperation. Dalam http://www.russianembassy.org.za/economic/Coop.html, diakses
pada 17 September 2014, pkl. 13.40.
64
Gambar. IV.C.1. Pertumbuhan Ekspor ke BRICS (%)
Sumber: Simon Freemantle dan Jeremy Stevens. 2013. BRICS trade is
flourishing, and Africa remains a pivot. Africa MacroEM10 & Africa, Standard
Bank, 12 February 2013
Meskipun secara aggregat perdagangan Afrika Selatan lebih banyak
menerima impor dari negara BRICS lainnya, masih terdapat pentingnya BRICS
bagi Afrika Selatan. Satu dekade yang lalu perdagangan dengan BRIC hanya
menyumbang 5% dari total perdagangan Afrika Selatan dengan dunia. Pada tahun
2012, angka ini mencapai 19%. Secara nominal, pada periode waktu yang sama,
perdagangan Afrika Selatan dengan BRIC melonjak lebih dari sepuluh kali lipat
dari seluruh AS $ 3,2 miliar ke AS $ 37 miliar. Tahun 2012 lalu, Ekspor Afrika
Selatan ke sesama anggota BRICS meningkat hampir 17%, yang merupakan
tingkat tercepat pertumbuhan ekspor dalam lima negara anggota. Ekspor Cina ke
4
8
12
16
20
2001 2003 2005 2007 2009 2011
Brasil
Rusia
India
Cina
Afrika Selatan
65
BRICS membengkak sebesar 16%, diikuti oleh Rusia dan Brasil (14,5%) dan
India (9%).76
Sedangkan untuk investasi langsung yang berasal dari Afrika Selatan, Cina
menjadi negara tujuan di antara negara BRICS (lihat Tabel. IV.B.1). Dengan nilai
investasi yang mencapai AS $ 7,7 miliar, ini artinya hampir lebih 70% dari total
investasi Afrika Selatan yang senilai AS $ 10 miliar lebih. Angka tersebut jelas
jauh di atas Brasil dan India yang masing-masing hanya AS $ 1,3 miliar dan AS $
574 juta, sedangkan Rusia hanya menjadi tujuan investasi Afrika Selatan dengan
nilai mencapai AS $ 326 juta.
Dari agrerat data perdagangan ini dapat terlihat bagaimana Afrika Selatan
hanya menyumbang sedikit dibandingkan anggota kelompok BRICS yang lain.
Afrika Selatan lebih banyak menjadi penerima baik dalam perdagangan maupun
investasi langsung atau FDI. Dari total ekspor yang lebih besar dibandingkan
dengan total impor, jelas Afrika Selatan hanya merupakan pasar bagi negara
anggota lainnya. Dari keempat negara anggota BRICS yang lain, Rusia menjadi
satu-satunya negara yang memberikan surplus dalam perdagangan.
Tabel. IV.C.2. Selected trade partners for South Africa 2009-2013 (US$ Million)
2009 2010 2011 2012 2013
Import from Africa 4.751 6.281 7.676 9.677 12.252
Export to Africa 10.529 12.324 14.769 16.056 27.399
Trade Balance 5.777 6.043 7.092 6.379 15.147
Import from EU 20.561 25.728 30.579 29.201 29.382
76
Simon Freemantle dan Jeremy Stevens. 2013. BRICS trade is flourishing, and Africa remains a
pivot. Africa MacroEM10 & Africa, Standard Bank, 12 February 2013. Hal. 3.
66
Export to EU 14.292 18.680 20.714 17.399 16.789
Trade Balance -6.269 -7.047 -9.864 -11.801 -12.503
Import from SADC 2.513 3.756 4.283 5.395 7.391
Export to SADC 7.239 8.950 10.790 12.110 23.630
Trade Balance 4.726 5.194 6.507 6.715 16.239
Import from US 4.949 5.837 7.954 7.496 6.565
Export to US 4.859 7.060 8.356 7.586 6.894
Trade Balance -90 1.223 402 -90 -329
Sumber: Andras Tetenyi. 2014. South Africa vs. Nigeria: competing countries for
leadership position in Sub-Saharan Africa. Budapest: Department of World
Economy, Corvinus University of Budapest. Hal. 12.
Sedangkan jika dibandingkan, kerjasama Afrika Selatan dengan kawasan
lainnya tidak menunjukan kenaikan yang signifikan. Impor Afrika Selatan dari
Uni Eropa merupakan yang bernilai paling tinggi, akan tetapi terjadi penurunan
dari tahun 2011 ke tahun 2012 sekitar AS $ 800 juta. Hal yang sama juga terjadi
pada ekspor Afrika Selatan ke Eropa di tahun selanjutnya. Bahkan selisih neraca
perdagangan antara Afrika Selatan-Uni Eropa merupakan yang paling besar
jumlahnya dibandingkan dengan yang lainnya.
Sementara itu, kerjasama Afrika Selatan dengan Amerika Serikat juga
mengalami fluktuasi yang sama seperti kerjasama dengan kawasan lainnya. Hanya
kerjasama dengan SADC yang terus memberikan surplus bagi neraca dagang
Afrika Selatan. Hal ini tentunya tidak terlepas dari peran BRICS yang juga
mendorong integrasi ekonomi tida hanya di Afrika Selatan, tetapi juga di kawasan
67
tersebut. Di samping itu, peran Afrika Selatan dalam SADC juga terus
ditingkatkan setelah negara tersebut mengalami peningkatan perekonomian
setelah bergabung dengan negara BRICS.
Peningkatan aktivitas perdagangan dan investasi dengan negara BRICS
juga memberikan pengaruh lain bagi Afrkia Selatan. Tingkat pengangguran
Afrika Selatan turun menjadi 24,9 persen dalam tiga bulan terakhir 2012 dari 25,5
persen pada kuartal sebelumnya. Statistik juga menunjukkan bahwa ada 4,5 juta
orang menganggur pada kuartal keempat 2012, akan tetapi angka tersebut turun
dari 4,67 juta di tiga bulan sebelumnya.77
Selain itu angka GDP Afrika Selatan
pada tahun 2013 adalah sebesar AS $ 410,7 miliar. Sedangkan rata-rata
pertumbuhan riil selama 5 tahun terakhir adalah 2,7 (0,8%).78
Meskipun secara ekonomi keuntungan yang begitu besar tidak hanya
dirasakan oleh Afrika Selatan, melainkan juga benua ini secara keseluruhan.
Secara signifikan, sebenarnya perdagangan BRICS dengan Afrika melebihi yang
mereka lakukan di antara mereka sendiri. Total perdagangan BRICS dengan
Afrika tahun 2012 mencapai AS $ 340 miliar, atau menunjukan peningkatan lebih
dari sepuluh kali lipat selama satu dekade. Peran Cina di Afrika juga lebih
proporsional dengan kekuatan ekonominya. Cina menyumbang hampir 60% dari
total perdagangan BRICS dengan Afrika. Demikian pula, peran India yang juga
konsisten, sementara Rusia dan Brasil relatif kurang berkontribusi.79
77
South Africa unemployment rate falls. The BRICS Post, 5 February 2013. Dalam
http://thebricspost.com/south-africa-unemployment-rate-falls/ 78
OECD. 2013. OECD Economic Surveys: South Africa. OECD Publishing. Hal. 6. 79
Simon Freemantle dan Jeremy Stevens. 2013. BRICS trade is flourishing, and Africa remains a
pivot. Africa MacroEM10 & Africa, Standard Bank, 12 February 2013. Hal. 4.
68
Sebagai salah satu kekuatan ekonomi dan politik pada Benua Afrika,
Afrika Selatan juga merupakan sumber utama FDI di negara-negara Afrika
lainnya. Pada tahun 2005 saja terdapat 34 dari perusahaan yang terdaftar Bursa
Efek Johannesburg memiliki proyek di 27 Negara-negara Afrika. Proyek
pengeluaran FDI ini meliputi pertambangan, infrastruktur, mesin, manufaktur,
ritel, media dan jasa keuangan. Meskipun tidak ada kebijakan regulasi resmi
untuk pengeluaran FDI Afrika Selatan, tetapi pemerintah telah mendorong
perusahaan lokal untuk berinvestasi di benua itu.80
Adapun dampak lain yang didapatkan oleh Afrika Selatan dengan
bergabungnya ke dalam kelompok tidak hanya dalam bentuk ekonomi. Dengan
bergabung ke dalam kelompok BRICS, pemerintah Afrika Selatan tentu
mengharapkan tidak hanya peningkatan secara ekonomi akan tetapi juga untuk
sosial politik Afrika Selatan dalam regional maupun internasional. Secara
perlahan-lahan, pemerintah Afrika Selatan berfokus pada kebijakan, strategi dan
partisipasi multilateral baik di dalam maupun di luar PBB untuk memperkuat
perannya sebagai pendonor dan pemimpin dalam perdamaian dan integrasi di
regional Afrika.
Dalam setiap perjanjian bilateral dan regional, BRICS selalu menekankan
solidaritas antara Selatan-Selatan dan kerjasama horisontal yang berbeda dengan
dominasi Barat. Namun, dalam forum global seperti G20, Dewan Keamanan PBB
atau Konferensi Iklim Dunia, BRICS selalu mengklaim atas nama negara-negara
berkembang dan secara bertahap menantang supremasi Barat di politik
80
EDIP Research Team. 2013. BRICS FDI: A Preliminary View. Dalam SAIIA Policy Briefing
63, March 2013. Hal. 3.
69
internasional. Ini tentunya memberikan jalan bagi Afrika Selatan untuk semakin
berperan dalam lingkup regional dan internasional.
Keterlibatan dalam BRICS juga kemudian melengkapi kegiatan Afrika
Selatan lainnya yang dimaksudkan untuk tujuan mendorong pembangunan di
Benua Afrika. Hal ini tentu termasuk perdebatan tentang perdamaian dan
keamanan, dan reformasi struktural pemerintahan global. Selain itu, hal ini juga
mencakup unsur kompetisi, sebagaimana perusahaan Afrika Selatan yang akan
menghadapi persaingan dengan aktor BRICS lainnya di regional Afrika untuk
ekspansi ekonomi.
Bergabungnya Afrika Selatan dalam kelompok BRICS juga mendorong
peran negara ini dalam lingkup regional. Salah satunya dengan meningkatkan
peran Afrika Selatan sebagai pemberi bantuan ke seluruh Afrika. Ini juga
didukung dengan berdirinya instansi bantuan sendiri, yaitu SADPA (South
African Development Partnership Agency). Sebagian besar bantuan negara
dicairkan secara tahunan oleh African Renaissance and Inter Cooperation Fund.
African Renaissance and Inter Cooperation Fund sendiri muncul pada Januari
2001 melalui Undang-undang Parlemen dan menunjukkan perkiraan sepertiga
sampai setengah dari dana kerjasama internasional Afrika Selatan. Tujuannya
adalah mencakup promosi demokrasi dan good governance, pencegahan konflik
dan penyelesaian, pembangunan sosial dan ekonomi serta bantuan kemanusiaan
70
dan dukungan untuk pengembangan sumber daya manusia. Selain itu lembaga ini
memprioritaskan satu tujuan, yaitu fokus di regional Afrika. 81
Pencairan dana dari lembaga tersebut adalah untuk sekitar 10-20 proyek
setiap tahun, terkait erat dengan inisiatif kebijakan luar negeri Afrika Selatan.
Dengan dana yang dikeluarkan adalah sekitar 45 juta Euro untuk selama tahun
2011-2012, atau berkembang pesat dari 30 juta Euro pada tahun 2008. Beberapa
proyek berada di negara-negara pasca-konflik dan menawarkan dukungan untuk
pemilihan umum, seperti di Republik Demokratik Kongo dan Sudan. Selain itu
kerjasama pembangunan Afrika Selatan juga hampir secara eksklusif oleh alam
Afrika. Perkiraan lebih dari 95 persen adalah untuk negara-negara Afrika,
terutama di sub-wilayah Selatan Kongo, tetapi juga termasuk proyek-proyek di
Sudan Selatan, Guinea atau Rwanda.82
Dalam BRICS, Afrika Selatan juga menggunakan diplomasi dan
meningkatkan pengaruh politiknya di seluruh Afrika untuk mempromosikan
kepentingannya. Hal ini juga memainkan peran penting dalam meluncurkan
kemitraan baru untuk Pembangunan Afrika pada tahun 2001 dan transisi dari
Organisasi Persatuan Afrika ke Uni Afrika pada tahun 2002. Afrika Selatan juga
telah mendirikan banyak komisi bilateral dengan negara-negara Afrika lainnya
dan mempromosikan investasi Afrika Selatan di benua tersebut melalui Industrial
Development Corporation dan Bank Pembangunan Afrika Selatan. Inisiatif ini
81
UNECA. 2013. Africa–BRICS cooperation: implications for growth, employment and structural
transformation. Addis Ababa: Economic Commission for Africa. Hal. 18. 82
Sven Grimm. 2013. South Africa: BRICS Member and Development Partner in Africa. Dalam
The China Monitor. 2013. The BRICS Summit 2013 – Is the Road from Durban Leading into
Africa?. Stellenbosch: Centre for Chinese Studies. Hal. 30-31.
71
tentunya membantu perusahaan untuk memainkan peran utama dalam perbankan,
retail, telekomunikasi, makanan dan pertambangan.83
Selain daripada yang telah disebutkan sebelumnya bahwa sampai saat ini
Afrika Selatan juga terus meningkatkan peranannya di kawasan Afrika. Seperti
untuk kasus penanganan wabah penyakit Ebola, pemerintah Afrika Selatan
bekerjasama dengan perusahaan swasta terkemuka negara itu. Dalam kerjasama
tersebut Afrika Selatan kemudian meluncurkan Ebola Response Fund untuk
berkontribusi dalam perang melawan intensifikasi wabah Ebola di Afrika Barat.
Terdapat delapan belas perusahaan yang akan memberikan bantuan berupa
layanan kesehatan, barang-barang kebutuhan dan uang tunai dalam menangani
krisis kemanusiaan di Afrika Barat ini, dengan total senilai 12 juta rands.84
83
UNECA. 2013. Africa–BRICS cooperation: implications for growth, employment and structural
transformation. Addis Ababa: Economic Commission for Africa. Hal. 19. 84
Thuso Khumalo. 2014. South Africa Launches Fund to Fight West Africa Ebola Outbreak. VOA
News, October 10, 2014. Dalam http://www.voanews.com/content/south-africa-fund-fight-west-
africa-ebola-outbreak/2479651.html, diakses pada 4 November 2014, pkl. 20.10.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
BRIC pertama kali muncul pada tahun 2001 oleh Jim O'Neill dari
Goldman Sachs. Akronim ini merujuk kepada empat negara yang memiliki
populasi besar, pemerintah relatif stabil dan potensi pertumbuhan ekonomi yang
signifikan, yaitu Brasil, Rusia, India, dan Cina. Selain karena alasan ekonomi,
kemunculan BRIC juga jelas bahwa kelompok ini berkeinginan meningkatkan
kehadiran mereka di bidang lain dan juga menjadi aktor penting di panggung
internasional baik melalui peran mereka dalam lembaga-lembaga lainnya.
Sejak tahun 2009, para pemimpin negara anggota BRIC mengadakan
pertemuan untuk membahas mengenai kerjasama-kerjasama dengan sesama
negara anggota. Pertemuan ini kemudian secara rutin dilakukan setiap tahunnya
dengan setiap negara anggota secara bergantian akan menjadi tuan rumah
pertemuan tersebut. Pertemuan pada tahun 2010 ditandai dengan diundangnya
Afrika Selatan, yang kemudian pada tahun selanjutnya berhasil bergabung ke
dalam kelompok ini. Dengan bergabungnya Afrika Selatan membuat kelompok
ini kemudian berganti nama menjadi BRICS, dengan penambahan huruf “S” yang
merujuk pada South Africa (Afrika Selatan).
Akses kerjasama yang didapatkan oleh Afrika Selatan setelah bergabung
dengan kelompok BRICS, berhasil meningkatkan volume perdagangan
negaranya. Sejak bergabung dengan kelompok ini, Afrika Selatan juga
73
diuntungkan dengan meningkatnya kerjasama perdagangan sesama negara
anggota. Tren perdagangan yang ada dengan negara anggota BRICS juga semakin
meningkat selama periode 2011-2013, sehingga membuat perekonomian Afrika
Selatan juga semakin berkembang pesat.
Jika dibandingkan, angka dari perdagangan Afrika Selatan dengan Cina
merupakan yang paling tinggi dibandingkan dengan negara anggota lainnya.
Sedangkan India menempati urutan selanjutnya dengan kemudian disusul oleh
Brasil dan Rusia. Meskipun nilai perdagangan antara Afrika Selatan dengan Rusia
adalah yang paling kecil, kerjasama perdagangan ini merupakan yang
menghasilkan surplus perdagangan bagi Afrika Selatan. Hal ini terjadi karena
Rusia melakukan lebih banyak impor barang dan jasa yang berasal dari Afrika
Selatan, dan mengekspor lebih sedikit barang dan jasa ke negara tersebut.
Sedangkan untuk investasi asing yang masuk ke Afrika Selatan setelah
bergabung ke dalam anggota BRICS juga mengalami peningkatan. Jika untuk
sektor perdagangan Cina menjadi partner utama dengan Afrika Selatan, berbeda
dengan investasi yang menempatkan India sebagai negara yang paling banyak
berinvestasi di Afrika Selatan. Dari total keseluruhan FDI yang masuk ke Afrika
Selatan melalui kelompok BRICS, India menjadi penyumbang dengan lebih dari
60% dari total FDI masuk ke Afrika Selatan. Bukan hanya itu, FDI masuk yang
berasal dari India juga berasal dari komoditas barang dan jasa yang lebih banyak
dibandingkan dengan negara anggota lainnya.
Peningkatan perdagangan dan investasi berhasil dirasakan oleh Afrika
Selatan setelah bergabung dengan kelompok BRICS. Meskipun begitu, hal ini
74
tidak mampu diimbangi dengan surplus perdagangan maupun berimbangnya
antara arus FDI yang keluar dari Afrika Selatan dengan FDI yang masuk ke
Afrika Selatan. Dalam kelompok BRICS, Cina merupakan aktor yang paling
dominan dengan transaksi perdagangan dan investasi yang hampir merata ke
seluruh negara anggota kelompok. Sedangkan Afrika Selatan yang hanya sedikit
melakukan aktivitas perdagangan dan investasi, justru lebih banyak menjadi
penerima barang impor dan FDI masuk yang berasal dari negara anggota lainnya.
Dampak ekonomi juga tidak hanya dirasakan oleh Afrika Selatan dengan
bergabung ke dalam kelompok BRICS. Akan tetapi negara-negara lain yang ada
di kawasan Afrika juga merasakan dampaknya. Proses integrasi ekonomi inilah
yang kemudian juga didorong oleh negara anggota BRICS untuk terus
meingkatkan investasi dan kerjasam perdagangan dengan negara Afrika lainnya.
Dan sama seperti yang diungkapkan beberapa penulis dalam Tinjauan Pustaka
bahwa bergabungnya Afrika Selatan ke BRICS juga sebagai pintu masuk
kelompok tersebut ke Benua Afrika.
Selain dampak dalam hal pertumbuhan ekonomi yang dapat dirasakan oleh
Afrika Selatan, terdapat dampak lain dalam hal sosial dan politik. Dengan
bergabung ke dalam BRICS, menunjukan bahwa pemerintah Afrika Selatan
berusaha lebih meningkatkan peran dan partisipasinya dalam kerangka kerjasama
regional maupun multilateral. Selain itu secara regional, Afrika Selatan juga
berhasil menunjukan perannya sebagai negara pendonor dan pemimpin dalam
proses perdamaian dan integrasi regional.
75
Bergabung dengan aliansi BRICS menjadi penting bagi perkembangan
dalam sejarah hubungan internasional Afrika Selatan. Setelah Afrika Selatan
menjadi anggota penuh dari BRICS, ini merupakan kesempatan yang penting
untuk pengakuan dari perannya di Benua Afrika sebagai kekuatan ekonomi baru.
Namun, ekonomi Afrika Selatan yang lebih kecil dari perekonomian BRICS telah
menyebabkan beberapa pertanyaan dari keanggotaan negara ini. Namun, dapat
memainkan peran utama dalam BRICS akan membantu untuk memfasilitasi
integrasi yang lebih dalam hubungan antara negara-negara Afrika dan negara
anggota BRICS lainnya, selain dengan berfokus pada keuntungan lainnya.
Afrika Selatan mungkin memiliki pasar yang paling terbuka dan dapat
diakses dari semua negara BRICS. Oleh karena itu, dalam semangat peningkatan
kerjasama komersial, anggota BRICS lainnya harus berusaha untuk memfasilitasi
akses pasar dengan mengatasi secara efektif rintangan yang ada dalam
pengembangan perdagangan, seperti prosedur birokrasi, standar dan peraturan,
proteksi impor, serta kriteria pengadaan sektor publik, dan yang lainnya.
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Andre H. Pareira. 1999. Perubahan Global dan Perkembangan Studi HI.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Arkhangelskaya, Alexandra A dan Vladimir Shubin. 2013. Russia–South Africa
Relations: Beyond Revival. SAIIA Policy Briefing 75, Oktober 2013.
Arkhangelskaya. Alexandra A. 2011. Russia – South Africa, BRICS format.
Dalam http://www.brics5.co.za/assets/AAA1.pdf
Baumann, Renato. 2013. Intra-BRICS Trade and Investment. Caracas: Sela.
Besada, Hany, Evren Tok dan Kristen Winters. 2013. South Africa in the BRICS:
Opportunities, Challenges and Prospects dalam Africa Insight Vol. 42(4)
– March 2013.
Botha, Linda (ed). 2013. Proceedings of the BRICS Think Tank Workshop and 5th
BRICS Academic Forum. Pretoria: Department of International Relations
and Cooperation and Africa Institute of South Africa.
Breslin, Shaun, dkk (ed). 2002. New Regionalisms in the Global Political
Economy. London: Routledge.
BRICS. 2012. The BRICS Report. New Delhi: Oxford University Press.
BRICS. 2013. “BRICS Trade and Invesment Cooperation Framework”. Fifth
BRICS Summit Durban, South Africa 26 March 2013.
Calleya, Stephen C. (2000) dalam Yanyan Moch. Yani dan Anak Agung Banyu
Perwita. 2006. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Chatterjee, Bipul Purna Jena, dan Surendar Singh. 2014. Intra-BRICS Trade & Its
Implications for India. Jaipur: CUTS International.
Couloumbis, Theodore A. dan James H. Wolfe (1986) dalam I Nyoman Sudira,
“Regionalisme dalam Studi Hubungan Internasional” dalam Andre H.
Pareira. 1999. Perubahan Global dan Perkembangan Studi HI. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
xv
Department of Research and Information. 2014. Trade report: Export
opportunities for South Africa in other BRICS economies. Industrial
Development Corporation.
Dougherty, James E, dan Robert L. Pfaltzgraff. 1997. Contending Theories. New
York: Harper and Row Publisher.
Dube. Memory. 2013. BRICS Summit 2013: Strategies for South Africa’s
Engagement dalam SAIIA Policy Briefing 62, March 2013.
Dubbelman, Bradley. 2011. South Africa’s role in Brics: Implications and effects.
Creamer Media’s Research Channel Africa July 2011.
EDIP Research Team. 2013. BRICS FDI: A Preliminary View. Dalam SAIIA
Policy Briefing 63, March 2013.
Freemantle, Simon, dan Jeremy Stevens. 2009. Tectonic Shifts Tie BRIC and
Africa’s Economic Destinies. Standard Bank Economics, BRIC and Africa,
14 Oktober 2009.
Freemantle, Simon, dan Jeremy Stevens. 2013. BRICS trade is flourishing, and
Africa remains a pivot. Africa MacroEM10 & Africa, Standard Bank, 12
February 2013.
Guebert, Jenilee. 2011. BRIC Summit Commitments: 2010 Brasilia Summit.
BRICS Research Group, 4 Juli 2011.
Grimm, Sven. 2013. South Africa: BRICS Member and Development Partner in
Africa. Dalam The China Monitor. 2013. The BRICS Summit 2013 – Is the
Road from Durban Leading into Africa?. Stellenbosch: Centre for Chinese
Studies.
Holsti, K.J. 1992. Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis. Bandung:
Binacipta.
Hurrel (1995) dalam Shaun Breslin, Richard Higgott and Ben Rosamond.
“Regions in comparative perspective” dalam Shaun Breslin, dkk (ed).
2002. New Regionalisms in the Global Political Economy. London:
Routledge.
xvi
Irina, Yarygina. 2013. Financial challenges for BRICS. Dalam
http://www.brics5.co.za/assets/BRICS-Financial-challenges-by-Yarygina-
Irina.pdf
Jackson, Robert, dan George Sorensen. 2009. Pengantar Studi Hubungan
Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
John, Lysa. 2012. Engaging BRICS: Challenges and Opportunities for Civil
Society. Oxfam India working papers series September 2012 OIWPS –
XII.
Jones, Stephanie. 2012. BRICs and Beyond: Lessons on Emerging Markets.
London: Wiley Publisher.
Keohane, Robert O. 1989. International Institutions and State Power (Essay in
International Relations Theory). London: Westvie Presshal.
Nye, Joseph. 2009. Understanding International Conflict, 7th
Ed. New York:
Pearson Longman.
OECD. 2011. OECD Economic Surveys: South Africa. Volume 2010/11 July
2010.
OECD. 2013. OECD Economic Surveys: South Africa. OECD Publishing.
Oliver, Stuenkel. 2013. South Africa’s BRICS membership: A win-win situation?.
African Journal of Political Science and International Relations Vol. 7(7),
pp. 310-319, October 2013.
O'Neill, Jim. 2001. Building Better Global Economic BRICs. Goldman Sachs
Global Economics Paper 66 30 November 2001. Dalam
http://www2.goldmansachs.com/ideas/brics/building-better-doc.pdf
Jim O'Neill. 2012. Building BRICS: from conceptual category to rising reality.
Dalam John Kirton, Marina Larionova, dan Yoginder K. Alagh (Ed).
2012. BRICS: The 2012 New Delhi Summit. London: Newsdesk Media.
Pandjaitan, Hinca. 2011. Kedaulatan Negara Versus Kedaulatan FIFA. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Perwita, Anak Agung Banyu, & Yanyan Mochamad Yani. 2006. Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
xvii
Powell, Robert. 1991. Absolute and Relative Gains in International Relations
Theory. The American Political Science Rewiew, Vol. 85, No. 4
(December).
Press Release Embassy of The Russian FederationIn The Republic of South
Africa. The Second Summit of the BRIC (Brazil-Russia-India-China)
Countries. April 2010.
Research and Information System for Developing Countries (RIS). 2008. Trinity
of the South: Potential of India-Brasil-South Africa (IBSA) Partnership.
New Delhi: Acedemic Foundation.
S.K, Mohanty, dan Sachin Chaturvedi. 2008. India-Africa Economic Partnership:
Trends and Prospects. Dalam http://www.ris.org.in/dp134_pap.pdf
Salvatore, Dominick. 2007. International Economics. New Jersey: Prentice-Hall.
Sekine, Eiichi. 2011. The Impact of the Third BRICS Summit. Nomura Journal of
Capital Markets Summer 2011 Vol.3 No.1.
Singh, Suresh P, dan Memory Dube. 2013. Trends In Intra-BRICS Co-Operation.
South Africa’s position in BRICS dalam Quarterly Bulletin – January to March
2013 Gauteng Province: Provincial Treasury Republic of South Africa.
Stolte, Christina. 2012. Brasil in Africa: Just Another BRICS Country Seeking
Resources?. Chatham House Briefing paper.
Strauss, Anselm dan Juliet Corbin, 2003. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas.
Tetenyi, Andras. 2014. South Africa vs. Nigeria: competing countries for
leadership position in Sub-Saharan Africa. Budapest: Department of
World Economy, Corvinus University of Budapest.
The African Development Bank Group Chief Economist Complex. 2011. Russia’s
Economic Engagement with Africa. Dalam Africa Economic Brief Volume
2, Issue 7 11 May, 2011. Dalam
http://www.afdb.org/fileadmin/uploads/afdb/Documents/Publications/Russ
ia’s_Economic_Engagement_with_Africa.pdf
xviii
The African Development Bank Group Chief Economist Complex. 2011. India’s
Economic Engagement with Africa. Dalam Africa Economic Brief Volume
2, Issue 6 11 May, 2011. Dalam
http://www.afdb.org/fileadmin/uploads/afdb/Documents/Publications/Indi
a’s_Economic_Engagement_with_Africa.pdf
UNECA. 2013. Africa–BRICS cooperation: implications for growth, employment
and structural transformation. Addis Ababa: Economic Commission for
Africa
UNCTAD. 2013. The Rise of BRICS FDI and Africa. Dalam Global Investment
Trends Monitor, 25 March 2013. Dalam
http://unctad.org/en/PublicationsLibrary/webdiaeia2013d6_en.pdf,
Volchkova, Natalya, dan Maria Ryabtseva. 2013. Russia–South Africa Relations:
Collaboration in BRICS and the G-20. Dalam SAIIA Occasional Paper No
63, February 2013.
Wieslaw, Michalak dan Richard Gibb. 1997. Trading Blocs and Multilateralism
in the World Economy dalam Annals of the Association of American
Geographers, 87(2). Oxford: Blackwell Publishers.
Wilson, Dominic dan Roopa Purushothaman. 2003. Dreaming With BRICs: The
Path to 2050. Goldman Sachs Global Economics Paper 99, 1 Oktober
2003.
Woolfrey, S. 2013. A closer look at India-Brazil-South Africa (IBSA) trade.
Tralac Trade Brief No. S13TB08/2013 September 2013.
WhitePaper. 2013. China-Africa Economic and Trade Cooperation. Information
Office of the State Council The People's Republic of China, Beijing,
August 2013.
xix
Internet:
Bilateral trade relations. Dalam
http://www.china.org.cn/english/features/fmar/167995.htm
Countries of BRICS refuse dollars. What shall investors expect?. Dalam
http://www.profi-forex.us/news/entry4000001367.html
Countries of the World. Dalam
http://www.worldatlas.com/aatlas/populations/ctypopls.htm
Fifth BRICS Summit Background. Dalam http://www.brics5.co.za/
Nations eye stable reserve system. Dalam
http://news.bbc.co.uk/2/hi/business/8102216.stm
Bureau, Zeebiz. 2012. BRICS summit in Delhi begins today. Press Trust of India,
Zee News, 29 March 2012. Dalam
http://zeenews.india.com/business/news/economy/brics-summit-in-delhi-
begins-today_44828.html
Embassy of the Russian Federation in the Republic of South Africa. Russian-
South African Economic Cooperation. Dalam
http://www.russianembassy.org.za/economic/Coop.html
Forsythe, Michael, et al., BRICS Prod China's Hu to Import Value-Added Goods
as Well as Raw Materials, Bloomberg, April 13, 2011. Dalam
http://www.bloomberg.com/news/2011-04-13/countries-at-brics-summit-
push-china-to-import-more-airliners-medicines.html
Gateway House. Why South Africa bric. Dalam
http://www.gatewayhouse.in/publication/gateway-house/features/why-
south-africa-bric,
Houlton, Susan. 2009. First BRIC summit concludes. Dalam
http://www.dw.de/first-bric-summit-concludes/a-4335954 Khumalo, Thuso. 2014. South Africa Launches Fund to Fight West Africa Ebola
Outbreak. VOA News, October 10, 2014. Dalam
http://www.voanews.com/content/south-africa-fund-fight-west-africa-
ebola-outbreak/2479651.html,
xx
Naidoo, Sharda. 2012. South Africa's presence 'drags down Brics. Mail &
Guardian Online, 23 Maret 2012 dalam http://mg.co.za/article/2012-03-
23-sa-presence-drags-down-brics Patel, Khadija. 2012. Analysis: Scrutinising South Africa's inclusion in Brics.
Daily Maverick, April 3. Dalam
http://www.dailymaverick.co.za/article/2012-04-03-analysis-scrutinising-
south-africas-inclusion-inbrics/#.Uelef9Ip9DQ
Rozhnov, Konstantin. 2010. Bric countries try to shift global balance of power.
Thursday, 15 April 2010. Dalam http://news.bbc.co.uk/2/hi/8620178.stm
Sebastien Hervieu. 2011. South Africa gains entry to Bric club. The Guardian,
April 19. Dalam http://www.guardian.co.uk/world/2011/apr/19/south-
africajoins-bric-club
Sharon Davis. 2013. SA and India - growing partners in trade dalam
http://www.wbsjournal.co.za/articles/sa-and-india-growing-partners-in-
trade-850.html
South Africa's trade with China surges by 32% in 2013. Chinadaily.com.cn, 13-
03-2014. Dalam dari http://www.chinadaily.com.cn/business/2014-
03/13/content_17343780.htm
South Africa unemployment rate falls. The BRICS Post, 5 February 2013. Dalam
http://thebricspost.com/south-africa-unemployment-rate-falls/
Steady growth in SA, BRICS trade. Dalam
http://www.southafrica.info/global/brics/brics-300812.htm
Wanfeng Zhou. 2009. Dollar slides after Russia comments, BRIC summit. Dalam
http://www.reuters.com/article/2009/06/16/us-markets-forex-
idUSTRE5530NQ20090616
xxi
Lampiran 1 Joint Statement of the BRIC Countries’ Leaders
We, the leaders of the Federative Republic of Brazil, the Russian Federation, the
Republic of India and the People’s Republic of China, have discussed the current
situation in global economy and other pressing issues of global development, and
also prospects for further strengthening collaboration within the BRIC, at our
meeting in Yekaterinburg on June 16, 2009.
We have arrived at the following conclusions:
1. We stress the central role played by the G20 Summits in dealing with the
financial crisis. They have fostered cooperation, policy coordination and political
dialogue regarding international economic and financial matters.
2. We call upon all states and relevant international bodies to act vigorously to
implement the decisions adopted at the G20 Summit in London on April 2, 2009.
We shall cooperate closely among ourselves and with other partners to ensure
further progress of collective action at the next G20 Summit to be held in
Pittsburgh in September 2009. We look forward to a successful outcome of the
United Nations Conference on the World Financial and Economic Crisis and its
Impact on Development to be held in New York on June 24-26, 2009.
3. We are committed to advance the reform of international finаncial institutions,
so as to reflect changes in the global economy. The emerging and developing
economies must have greater voice and representation in international financial
institutions, whose heads and executives should be appointed through an open,
transparent, and merit-based selection process. We also believe that there is a
strong need for a stable, predictable and more diversified international monetary
system.
4. We are convinced that a reformed financial and economic architecture should
be based, inter alia, on the following principles:
- democratic and transparent decision-making and implementation process at the
international financial organisations;
- solid legal basis;
- compatibility of activities of effective national regulatory institutions and
international standard-setting bodies;
- strengthening of risk management and supervisory practices.
5. We recognise the important role played by international trade and foreign direct
investments in the world economic recovery. We call upon all parties to work
together to improve the international trade and investment environment. We urge
the international community to keep the multilateral trading system stable, curb
trade protectionism, and push for comprehensive and balanced results of the
WTO’s Doha Development Agenda.
xxii
6. The poorest countries have been hit hardest by the financial crisis. The
international community needs to step up efforts to provide liquid financial
resources for these countries. The international community should also strive to
minimise the impact of the crisis on development and ensure the achievement of
the Millennium Development Goals. Developed countries should fulfil their
commitment of 0.7% of Gross National Income for the Official Development
Assistance and make further efforts in increasing assistance, debt relief, market
access and technology transfer for developing countries.
7. The implementation of the concept of sustainable development, comprising,
inter alia, the Rio Declaration, Agenda for the 21st Century and multilateral
environmental agreements, should be a major vector in the change of paradigm of
economic development.
8. We stand for strengthening coordination and cooperation among states in the
energy field, including amongst energy producers and consumers and transit
states, in an effort to decrease uncertainty and ensure stability and sustainability.
We support diversification of energy resources and supply, including renewable
energy, security of energy transit routes and creation of new energy investments
and infrastructure.
9. We support international cooperation in the field of energy efficiency. We stand
ready for a constructive dialogue on how to deal with climate change based on the
principle of common but differentiated responsibility, given the need to combine
measures to protect the climate with steps to fulfill our socio-economic
development tasks.
10. We reaffirm to enhance cooperation among our countries in socially vital
areas and to strengthen the efforts for the provision of international humanitarian
assistance and for the reduction of natural disaster risks. We take note of the
statement on global food security issued today as a major contribution of the
BRIC countries to the multilateral efforts to set up the sustainable conditions for
this goal.
11. We reaffirm to advance cooperation among our countries in science and
education with the aim, inter alia, to engage in fundamental research and
development of advanced technologies.
12. We underline our support for a more democratic and just multi-polar world
order based on the rule of international law, equality, mutual respect, cooperation,
coordinated action and collective decision-making of all states. We reiterate our
support for political and diplomatic efforts to peacefully resolve disputes in
international relations.
13. We strongly condemn terrorism in all its forms and manifestations and
reiterate that there can be no justification for any act of terrorism anywhere or for
whatever reasons. We note that the draft Comprehensive Convention against
xxiii
International Terrorism is currently under the consideration of the UN General
Assembly and call for its urgent adoption.
14. We express our strong commitment to multilateral diplomacy with the United
Nations playing the central role in dealing with global challenges and threats. In
this respect, we reaffirm the need for a comprehensive reform of the UN with a
view to making it more efficient so that it can deal with today’s global challenges
more effectively. We reiterate the importance we attach to the status of India and
Brazil in international affairs, and understand and support their aspirations to play
a greater role in the United Nations.
15. We have agreed upon steps to promote dialogue and cooperation among our
countries in an incremental, proactive, pragmatic, open and transparent way. The
dialogue and cooperation of the BRIC countries is conducive not only to serving
common interests of emerging market economies and developing countries, but
also to building a harmonious world of lasting peace and common prosperity.
16. Russia, India and China welcome the kind invitation of Brazil to the next
BRIC summit it will host in 2010.
Yekaterinburg, June 16, 2009
Sumber: http://www.brics5.co.za/about-brics/summit-declaration/first-summit/
Lampiran 2 II BRIC SUMMIT – JOINT STATEMENT BRASILIA
We, the leaders of the Federative Republic of Brazil, the Russian Federation, the
Republic of India and the People’s Republic of China, met in Brasília on 15 April
2010 to discuss major issues of the international agenda as well as concrete steps
to move forward the cooperation and coordination within BRIC.
WE HAVE AGREED ON THE FOLLOWING:
COMMON VISION AND GLOBAL GOVERNANCE
1. We share the perception that the world is undergoing major and swift changes
that highlight the need for corresponding transformations in global governance in
all relevant areas.
2. We underline our support for a multipolar, equitable and democratic world
order, based on international law, equality, mutual respect, cooperation,
coordinated action and collective decision-making of all States.
3. We stress the central role played by the G-20 in combating the crisis through
unprecedented levels of coordinated action. We welcome the fact that the G-20
xxiv
was confirmed as the premier forum for international economic coordination and
cooperation of all its member states. Compared to previous arrangements, the G-
20 is broader, more inclusive, diverse, representative and effective. We call upon
all its member states to undertake further efforts to implement jointly the
decisions adopted at the three G-20 Summits.
We advocate the need for the G-20 to be proactive and formulate a coherent
strategy for the post-crisis period. We stand ready to make a joint contribution to
this effort.
4. We express our strong commitment to multilateral diplomacy with the United
Nations playing the central role in dealing with global challenges and threats. In
this respect, we reaffirm the need for a comprehensive reform of the UN, with a
view to making it more effective, efficient and representative, so that it can deal
with today’s global challenges more effectively. We reiterate the importance we
attach to the status of India and Brazil in international affairs, and understand and
support their aspirations to play a greater role in the United Nations.
5. We believe the deepened and broadened dialogue and cooperation of the BRIC
countries is conducive not only to serving common interests of emerging market
economies and developing countries, but also to building a harmonious world of
lasting peace and common prosperity. We have agreed upon steps to promote
dialogue and cooperation among our countries in an incremental, proactive,
pragmatic, open and transparent way.
INTERNATIONAL ECONOMIC AND FINANCIAL ISSUES
6. The world economic situation has improved since our first meeting in June
2009, in Ekaterinburg. We welcome the resumption of economic growth, in which
emerging market economies are playing a very important role. However, we
recognize that the foundation of world economic recovery is not yet solid, with
uncertainties remaining. We call upon all states to strengthen macroeconomic
cooperation, jointly secure world economic recovery and achieve a strong,
sustainable and balanced growth. We reiterate our determination to make positive
efforts in maintaining domestic economic recovery and promoting development in
our own countries and worldwide.
7. We underline the importance of maintaining relative stability of major reserve
currencies and sustainability of fiscal policies in order to achieve a strong, long-
term balanced economic growth.
8. We are convinced that emerging market economies and developing countries
have the potential to play an even larger and active role as engines of economic
growth and prosperity, while at the same time commit to work together with other
countries towards reducing imbalances in global economic development and
fostering social inclusion.
xxv
9. G-20 members, with a significant contribution from BRIC countries, have
greatly increased resources available to the IMF. We support the increase of
capital, under the principle of fair burden-sharing, of the International Bank for
Reconstruction and Development and of the International Finance Corporation, in
addition to more robust, flexible and agile client-driven support for developing
economies from multilateral development banks.
10. Despite promising positive signs, much remains to be done. We believe that
the world needs today a reformed and more stable financial architecture that will
make the global economy less prone and more resilient to future crises, and that
there is a greater need for a more stable, predictable and diversified international
monetary system.
11. We will strive to achieve an ambitious conclusion to the ongoing and long
overdue reforms of the Bretton Woods institutions. The IMF and the World Bank
urgently need to address their legitimacy deficits. Reforming these institutions’
governance structures requires first and foremost a substantial shift in voting
power in favor of emerging market economies and developing countries to bring
their participation in decision making in line with their relative weight in the
world economy. We call for the voting power reform of the World Bank to be
fulfilled in the upcoming Spring Meetings, and expect the quota reform of the
IMF to be concluded by the G-20 Summit in November this year. We do also
agree on the need for an open and merit based selection method, irrespective of
nationality, for the heading positions of the IMF and the World Bank. Moreover,
staff of these institutions needs to better reflect the diversity of their membership.
There is a special need to increase participation of developing countries. The
international community must deliver a result worthy of the expectations we all
share for these institutions within the agreed timeframe or run the risk of seeing
them fade into obsolescence.
12. In the interest of promoting international economic stability, we have asked
our Finance Ministers and Central Bank Governors to look into regional monetary
arrangements and discuss modalities of cooperation between our countries in this
area. In order to facilitate trade and investment, we will study feasibilities of
monetary cooperation, including local currency trade settlement arrangement
between our countries.
13. Recent events have shattered the belief about the self-regulating nature of
financial markets. Therefore, there is a pressing need to foster and strengthen
cooperation regarding the regulation and supervision of all segments, institutions
and instruments of financial markets. We remain committed to improve our own
national regulations, to push for the reform of the international financial
regulatory system and to work closely with international standard setting bodies,
including the Financial Stability Board.
xxvi
INTERNATIONAL TRADE
14. We stress the importance of the multilateral trading system, embodied in the
World Trade Organization, for providing an open, stable, equitable and non
discriminatory environment for international trade. In this connection, we commit
ourselves and urge all states to resist all forms of trade protectionism and fight
disguised restrictions on trade. We concur in the need for a comprehensive and
balanced outcome of the Doha Round of multilateral trade talks, in a manner that
fulfills its mandate as a “development round”, based on the progress already
made, including with regard to modalities. We take note and strongly support
Russia’s bid for accession to the WTO.
DEVELOPMENT
15. We reiterate the importance of the UN Millennium Declaration and the need
to achieve the Millennium Development Goals (MDGs). We underscore the
importance of preventing a potential setback to the efforts of poor countries aimed
at achieving MDGs due to the effects of the economic and financial crisis. We
should also make sustained efforts to achieve the MDGs by 2015, including
through technical cooperation and financial support to poor countries in
implementation of development policies and social protection for their
populations. We expect the UN MDG Summit, in September 2010, to promote the
implementation of MDGs through policy recommendations. We stress that
sustainable development models and paths of developing countries should be fully
respected and necessary policy space of developing countries should be
guaranteed.
16. The poorest countries have been the hardest hit by the economic and financial
crisis. The commitments regarding the aid to the developing states, especially
those related to the MDGs, should be fulfilled, and there should be no reduction in
development assistance. An inclusive process of growth for the world economy is
not only a matter of solidarity but also an issue of strategic importance for global
political and economic stability.
AGRICULTURE
17. We express our satisfaction with the Meeting of Ministers of Agriculture and
Agrarian Development in Moscow, where they discussed ways of promoting
quadripartite cooperation, with particular attention to family farming. We are
convinced that this will contribute towards global food production and food
security. We welcome their decision to create an agricultural information base
system of the BRIC countries, to develop a strategy for ensuring access to food
for vulnerable population, to reduce the negative impact of climate change on
food security, and to enhance agriculture technology cooperation and innovation.
xxvii
FIGHT AGAINST POVERTY
18. We call upon the international community to make all the necessary efforts to
fight poverty, social exclusion and inequality bearing in mind the special needs of
developing countries, especially LDCs, small islands and African Countries. We
support technical and financial cooperation as means to contribute to the
achievement of sustainable social development, with social protection, full
employment, and decent work policies and programmes, giving special attention
to the most vulnerable groups, such as the poor, women, youth, migrants and
persons with disabilities.
ENERGY
19. We recognize that energy is an essential resource for improving the standard
of living of our peoples and that access to energy is of paramount importance to
economic growth with equity and social inclusion. We will aim to develop
cleaner, more affordable and sustainable energy systems, to promote access to
energy and energy efficient technologies and practices in all sectors. We will aim
to diversify our energy mix by increasing, where appropriate, the contribution of
renewable energy sources, and will encourage the cleaner, more efficient use of
fossil fuels and other fuels. In this regard, we reiterate our support to the
international cooperation in the field of energy efficiency.
20. We recognize the potential of new, emerging, and environmentally friendly
technologies for diversifying energy mix and the creation of jobs. In this regard
we will encourage, as appropriate, the sustainable development, production and
use of biofuels. In accordance with national priorities, we will work together to
facilitate the use of renewable energy, through international cooperation and the
sharing of experiences on renewable energy, including biofuels technologies and
policies.
21. We believe that BRIC member countries can cooperate in training, R&D,
Consultancy services and technology transfer, in the energy sector.
CLIMATE CHANGE
22. We acknowledge that climate change is a serious threat which requires
strengthened global action. We commit ourselves to promote the 16th Conference
of the Parties to the United Nations Framework Convention on Climate Change
and the 6th Conference of the Parties serving as the Meeting of the Parties to the
Kyoto Protocol, in Mexico, to achieve a comprehensive, balanced and binding
result to strengthen the implementation of the Convention and the Protocol. We
believe that the Convention and the Protocol provide the framework for
international negotiations on climate change. The negotiations in Mexico should
be more inclusive, transparent, and should result in outcomes that are fair and
effective in addressing the challenge of climate change, while reflecting the
xxviii
principles of the Convention, especially the principle of equity and common but
differentiated responsibilities.
TERRORISM
23. We condemn terrorist acts in all forms and manifestations. We note that the
fight against international terrorism must be undertaken with due respect to the
UN Charter, existing international conventions and protocols, the UN General
Assembly and Security Council resolutions relating to international terrorism, and
that the prevention of terrorist acts is as important as the repression of terrorism
and its financing. In this context, we urge early conclusion of negotiations in the
UN General Assembly of the Comprehensive Convention on International
Terrorism and its adoption by all Member States.
24. Brazil and China express their sympathy and solidarity with the people and
Governments of Russia and India which suffered from recent barbaric terrorist
attacks. Terrorism cannot be justified by any reason.
ALLIANCE OF CIVILIZATIONS
25. We affirm the importance of encouraging the dialogue among civilizations,
cultures, religions and peoples. In this respect, we support the “Alliance of
Civilizations”, a United Nations’ initiative aimed at building bridges, mutual
knowledge and understanding around the world. We praise the Brazilian decision
to host, in Rio de Janeiro, in May 2010, the 3rd Global Forum and confirm our
intention to be present at the event, in appropriate high level.
HAITI
26. We reaffirm our solidarity towards the Haitian people, who have been
struggling under dire circumstances since the earthquake of January 12th, and
reiterate our commitment to gather efforts with the international community in
order to help rebuilding the country, under the guidance of the Haitian
government, and according to the priorities established by the Action Plan for
National Recovery and Development of Haiti.
COOPERATION
27. We welcome the following sectoral initiatives aimed at strengthening
cooperation among our countries:
the first Meeting of Ministers of Agriculture and Agrarian Development;
the Meetings of Ministers of Finance and Governors of Central Banks;
the Meetings of High Representatives for Security Issues;
the I Exchange Program for Magistrates and Judges, of BRIC countries,
held in March 2010 in Brazil following the signature in 2009 of the
Protocol of Intent among the BRIC countries’ Supreme Courts;
xxix
the first Meeting of Development Banks;
the first Meeting of the Heads of the National Statistical Institutions;
the Conference of Competition Authorities;
the first Meeting of Cooperatives;
the first Business Forum;
the Conference of think tanks.
28. We also endorse other important manifestations of our desire to deepen our
relationship, such as:
the joint publication by our respective national statistical institutions
which is going to be released today;
a feasibility study for developing a joint BRIC encyclopedia.
29. We reaffirm our commitment to advance cooperation among BRIC countries
in science, culture and sports.
30. We express our confidence in the success of the 2010 World Expo in
Shanghai, the 2010 Commonwealth Games in New Delhi, the 2013 World
Student Games in Kazan, the 2014 Winter Olympic and Paralympic Games in
Sochi, the FIFA 2014 World Cup in Brazil and the 2016 Olympic and Paralympic
Games in Rio de Janeiro.
31. We reaffirm the efforts to strengthen our cooperation and assistance for
reduction of natural disasters. Russia and India express their condolences and
solidarity with the people and Governments of Brazil and China, for the lives lost
in the mudslide in Rio de Janeiro, Brazil, and in the earthquake in Yushu, China.
III BRIC SUMMIT
32. Brazil, Russia and India appreciate the offer of China to host the III BRIC
Summit in 2011.
33. Russia, India and China express their profound gratitude to the Government
and people of Brazil for hosting the II BRIC Summit.
Brasilia July 4, 2010
Sumber: http://www.brics5.co.za/about-brics/summit-declaration/second-summit/
Lampiran 3 SANYA DECLARATION
1. We, the Heads of State and Government of the Federative Republic of Brazil,
the Russian Federation, the Republic of India, the People’s Republic of China and
the Republic of South Africa, met in Sanya, Hainan, China for the BRICS Leaders
Meeting on 14 April 2011.
xxx
2. The Heads of State and Government of Brazil, Russia, India and China
welcome South Africa joining the BRICS and look forward to strengthening
dialogue and cooperation with South Africa within the forum.
3. It is the overarching objective and strong shared desire for peace, security,
development and cooperation that brought together BRICS countries with a total
population of nearly 3 billion from different continents. BRICS aims at
contributing significantly to the development of humanity and establishing a more
equitable and fair world.
4. The 21st century should be marked by peace, harmony, cooperation and
scientific development. Under the theme “Broad Vision, Shared Prosperity”, we
conducted candid and in-depth discussions and reached broad consensus on
strengthening BRICS cooperation as well as on promoting coordination on
international and regional issues of common interest.
5. We affirm that the BRICS and other emerging countries have played an
important role in contributing to world peace, security and stability, boosting
global economic growth, enhancing multilateralism and promoting greater
democracy in international relations.
6. In the economic, financial and development fields, BRICS serves as a major
platform for dialogue and cooperation. We are determined to continue
strengthening the BRICS partnership for common development and advance
BRICS cooperation in a gradual and pragmatic manner, reflecting the principles
of openness, solidarity and mutual assistance. We reiterate that such cooperation
is inclusive and non-confrontational. We are open to increasing engagement and
cooperation with non-BRICS countries, in particular emerging and developing
countries, and relevant international and regional organizations.
7. We share the view that the world is undergoing far-reaching, complex and
profound changes, marked by the strengthening of multipolarity, economic
globalization and increasing interdependence. While facing the evolving global
environment and a multitude of global threats and challenges, the international
community should join hands to strengthen cooperation for common
development. Based on universally recognized norms of international law and in a
spirit of mutual respect and collective decision making, global economic
governance should be strengthened, democracy in international relations should
be promoted, and the voice of emerging and developing countries in international
affairs should be enhanced.
8. We express our strong commitment to multilateral diplomacy with the United
Nations playing the central role in dealing with global challenges and threats. In
this respect, we reaffirm the need for a comprehensive reform of the UN,
including its Security Council, with a view to making it more effective, efficient
and representative, so that it can deal with today’s global challenges more
successfully. China and Russia reiterate the importance they attach to the status of
xxxi
India, Brazil and South Africa in international affairs, and understand and support
their aspiration to play a greater role in the UN.
9. We underscore that the concurrent presence of all five BRICS countries in the
Security Council during the year of 2011 is a valuable opportunity to work closely
together on issues of peace and security, to strengthen multilateral approaches and
to facilitate future coordination on issues under UN Security Council
consideration. We are deeply concerned with the turbulence in the Middle East ,
the North African and West African regions and sincerely wish that the countries
affected achieve peace, stability, prosperity and progress and enjoy their due
standing and dignity in the world according to legitimate aspirations of their
peoples. We share the principle that the use of force should be avoided. We
maintain that the independence, sovereignty, unity and territorial integrity of each
nation should be respected.
10. We wish to continue our cooperation in the UN Security Council on Libya.
We are of the view that all the parties should resolve their differences through
peaceful means and dialogue in which the UN and regional organizations should
as appropriate play their role. We also express support for the African Union
High-Level Panel Initiative on Libya.
11. We reiterate our strong condemnation of terrorism in all its forms and
manifestations and stress that there can be no justification, whatsoever, for any
acts of terrorism. We believe that the United Nations has a central role in
coordinating the international action against terrorism within the framework of the
UN Charter and in accordance with principles and norms of the international law.
In this context, we urge early conclusion of negotiations in the UN General
Assembly of the Comprehensive Convention on International Terrorism and its
adoption by all Member States. We are determined to strengthen our cooperation
in countering this global threat. We express our commitment to cooperate for
strengthening international information security. We will pay special attention to
combat cybercrime.
12. We note that the world economy is gradually recovering from the financial
crisis, but still faces uncertainties. Major economies should continue to enhance
coordination of macro-economic policies and work together to achieve strong,
sustainable and balanced growth.
13. We are committed to assure that the BRICS countries will continue to enjoy
strong and sustained economic growth supported by our increased cooperation in
economic, finance and trade matters, which will contribute to the long-term
steady, sound and balanced growth of the world economy.
14. We support the Group of Twenty (G20) in playing a bigger role in global
economic governance as the premier forum for international economic
cooperation. We expect new positive outcomes in the fields of economy, finance,
trade and development from the G20 Cannes Summit in 2011. We support the
xxxii
ongoing efforts of G20 members to stabilize international financial markets,
achieve strong, sustainable and balanced growth and support the growth and
development of the global economy. Russia offers to host the G20 Summit in
2013. Brazil, India, China and South Africa welcome and appreciate Russia’s
offer.
15. We call for a quick achievement of the targets for the reform of the
International Monetary Fund agreed to at previous G20 Summits and reiterate that
the governing structure of the international financial institutions should reflect the
changes in the world economy, increasing the voice and representation of
emerging economies and developing countries.
16. Recognizing that the international financial crisis has exposed the
inadequacies and deficiencies of the existing international monetary and financial
system, we support the reform and improvement of the international monetary
system, with a broad-based international reserve currency system providing
stability and certainty. We welcome the current discussion about the role of the
SDR in the existing international monetary system including the composition of
SDR’s basket of currencies. We call for more attention to the risks of massive
cross-border capital flows now faced by the emerging economies. We call for
further international financial regulatory oversight and reform, strengthening
policy coordination and financial regulation and supervision cooperation, and
promoting the sound development of global financial markets and banking
systems.
17. Excessive volatility in commodity prices, particularly those for food and
energy, poses new risks for the ongoing recovery of the world economy. We
support the international community in strengthening cooperation to ensure
stability and strong development of physical market by reducing distortion and
further regulate financial market. The international community should work
together to increase production capacity, strengthen producer-consumer dialogue
to balance supply and demand, and increase support to the developing countries in
terms of funding and technologies. The regulation of the derivatives market for
commodities should be accordingly strengthened to prevent activities capable of
destabilizing markets. We also should address the problem of shortage of reliable
and timely information on demand and supply at international, regional and
national levels. The BRICS will carry out closer cooperation on food security.
18. We support the development and use of renewable energy resources. We
recognize the important role of renewable energy as a means to address climate
change. We are convinced of the importance of cooperation and information
exchange in the field of development of renewable energy resources.
19. Nuclear energy will continue to be an important element in future energy mix
of BRICS countries. International cooperation in the development of safe nuclear
energy for peaceful purposes should proceed under conditions of strict observance
xxxiii
of relevant safety standards and requirements concerning design, construction and
operation of nuclear power plants.
20. Accelerating sustainable growth of developing countries is one of the major
challenges for the world. We believe that growth and development are central to
addressing poverty and to achieving the MDG goals. Eradication of extreme
poverty and hunger is a moral, social, political and economic imperative of
humankind and one of the greatest global challenges facing the world today,
particularly in Least Developed Countries in Africa and elsewhere.
21. We call on the international community to actively implement the outcome
document adopted by the High-level Plenary Meeting of the United Nations
General Assembly on the Millennium Development Goals held in September
2010 and achieve the objectives of the MDGs by 2015 as scheduled.
22. Climate change is one of the global threats challenging the livelihood of
communities and countries. China, Brazil, Russia and India appreciate and
support South Africa’s hosting of UNFCCC COP17/CMP7. We support the
Cancun Agreements and are ready to make concerted efforts with the rest of the
international community to bring a successful conclusion to the negotiations at the
Durban Conference applying the mandate of the Bali Roadmap and in line with
the principle of equity and common but differentiated responsibilities. We commit
ourselves to work towards a comprehensive, balanced and binding outcome to
strengthen the implementation of the United Nations Framework Convention on
Climate Change and its Kyoto Protocol. The BRICS will intensify cooperation on
the Durban conference. We will enhance our practical cooperation in adapting our
economy and society to climate change.
23. Sustainable development, as illustrated by the Rio Declaration on
Environment and Development, Agenda 21, the Johannesburg Plan of
Implementation and multilateral environmental treaties, should be an important
vehicle to advance economic growth. China, Russia, India and South Africa
appreciate Brazil as the host of the 2012 UN Conference on Sustainable
Development and look forward to working with Brazil to reach new political
commitment and achieve positive and practical results in areas of economic
growth, social development and environmental protection under the framework of
sustainable development. Brazil, Russia, China and South Africa appreciate and
support India’s hosting of the eleventh meeting of the Conference of the Parties to
the Convention on Biological Diversity. Brazil, China and South Africa also
appreciate and support the sixth meeting of the Conference of the Parties serving
as the meeting of the Parties to the Cartagena Protocol on Biosafety to be held in
October 2012.
24. We underscore our firm commitment to strengthen dialogue and cooperation
in the fields of social protection, decent work, gender equality, youth, and public
health, including the fight against HIV /AIDS.
xxxiv
25. We support infrastructure development in Africa and its industrialization
within framework of the New Partnership for Africa’s Development (NEPAD).
26. We have agreed to continue further expanding and deepening economic, trade
and investment cooperation among our countries. We encourage all countries to
refrain from resorting to protectionist measures. We welcome the outcomes of the
meeting of BRICS Trade Ministers held in Sanya on 13 April 2011. Brazil, China,
India and South Africa remain committed and call upon other members to support
a strong, open, rule-based multilateral trading system embodied in the World
Trade Organization and a successful, comprehensive and balanced conclusion of
the Doha Development Round, built on the progress already made and consistent
with its development mandate. Brazil, India, China and South Africa extend full
support to an early accession of Russia to the World Trade Organization.
27. We reviewed the progress of the BRICS cooperation in various fields and
share the view that such cooperation has been enriching and mutually beneficial
and that there is a great scope for closer cooperation among the BRICS. We are
focused on the consolidation of BRICS cooperation and the further development
of its own agenda. We are determined to translate our political vision into
concrete actions and endorse the attached Action Plan, which will serve as the
foundation for future cooperation. We will review the implementation of the
Action Plan during our next Leaders Meeting.
28. We intend to explore cooperation in the sphere of science, technology and
innovation, including the peaceful use of space. We congratulate the Russian
people and government upon the 50th anniversary of the flight of Yury Gagarin
into the space, which ushered in a new era in development of science and
technology.
29. We express our confidence in the success of the 2011 Universiade in
Shenzhen, the 2013 Universiade in Kazan, the 2014 Youth Olympic Games in
Nanjing, the 2014 Winter Olympic and Paralympics Games in Sochi, the FIFA
2014 World Cup in Brazil, the 2016 Olympic and Paralympics Games in Rio de
Janeiro and the FIFA 2018 World Cup in Russia.
30. We extend our deepest condolences to the people of Japan with the great loss
of life following the disasters that struck the country. We will continue our
practical support to Japan in overcoming consequences of these catastrophes.
31. The leaders of Brazil, Russia, India and South Africa extend our warm
appreciation to China for hosting the BRICS Leaders Meeting and the Hainan
Provincial Government and Sanya Municipal Government and their people for
their support to the Meeting.
32. Brazil, Russia, China and South Africa thank India for hosting the BRICS
Leaders Meeting in 2012 and offer their full support.
xxxv
Sanya April 14, 2011
Sumber: http://www.brics5.co.za/about-brics/summit-declaration/third-summit/
Lampiran 4 BRICS Summit: Delhi Declaration
Published March 29, 2012
Leaders of the BRICS countries (Brazil, the Russian Federation, India, China,
and South Africa) made this declaration at the fourth BRICS Summit in New Delhi
on March 29, 2012.
1. We, the leaders of the Federative Republic of Brazil, the Russian Federation,
the Republic of India, the People's Republic of China and the Republic of South
Africa, met in New Delhi, India, on 29 March 2012 at the Fourth BRICS Summit.
Our discussions, under the overarching theme, "BRICS Partnership for Global
Stability, Security and Prosperity", were conducted in an atmosphere of cordiality
and warmth and inspired by a shared desire to further strengthen our partnership
for common development and take our cooperation forward on the basis of
openness, solidarity, mutual understanding and trust.
2. We met against the backdrop of developments and changes of contemporary
global and regional importance - a faltering global recovery made more complex
by the situation in the euro zone; concerns of sustainable development and climate
change which take on greater relevance as we approach the UN Conference on
Sustainable Development (Rio+20) and the Conference of Parties to the
Convention on Biological Diversity being hosted in Brazil and India respectively
later this year; the upcoming G20 Summit in Mexico and the recent 8th WTO
Ministerial Conference in Geneva; and the developing political scenario in the
Middle East and North Africa that we view with increasing concern. Our
deliberations today reflected our consensus to remain engaged with the world
community as we address these challenges to global well-being and stability in a
responsible and constructive manner.
3. BRICS is a platform for dialogue and cooperation amongst countries that
represent 43% of the world's population, for the promotion of peace, security and
development in a multi-polar, inter-dependent and increasingly complex,
globalizing world. Coming, as we do, from Asia, Africa, Europe and Latin
America, the transcontinental dimension of our interaction adds to its value and
significance.
4. We envision a future marked by global peace, economic and social progress
and enlightened scientific temper. We stand ready to work with others, developed
and developing countries together, on the basis of universally recognized norms of
international law and multilateral decision making, to deal with the challenges and
xxxvi
the opportunities before the world today. Strengthened representation of emerging
and developing countries in the institutions of global governance will enhance
their effectiveness in achieving this objective.
5. We are concerned over the current global economic situation. While the BRICS
recovered relatively quickly from the global crisis, growth prospects worldwide
have again got dampened by market instability especially in the euro zone. The
build-up of sovereign debt and concerns over medium to long-term fiscal
adjustment in advanced countries are creating an uncertain environment for global
growth. Further, excessive liquidity from the aggressive policy actions taken by
central banks to stabilize their domestic economies have been spilling over into
emerging market economies, fostering excessive volatility in capital flows and
commodity prices. The immediate priority at hand is to restore market confidence
and get global growth back on track. We will work with the international
community to ensure international policy coordination to maintain
macroeconomic stability conducive to the healthy recovery of the global
economy.
6. We believe that it is critical for advanced economies to adopt responsible
macroeconomic and financial policies, avoid creating excessive global liquidity
and undertake structural reforms to lift growth that create jobs. We draw attention
to the risks of large and volatile cross-border capital flows being faced by the
emerging economies. We call for further international financial regulatory
oversight and reform, strengthening policy coordination and financial regulation
and supervision cooperation, and promoting the sound development of global
financial markets and banking systems.
7. In this context, we believe that the primary role of the G20 as premier forum for
international economic cooperation at this juncture is to facilitate enhanced
macroeconomic policy coordination, to enable global economic recovery and
secure financial stability, including through an improved international monetary
and financial architecture. We approach the next G20 Summit in Mexico with a
commitment to work with the Presidency, all members and the international
community to achieve positive results, consistent with national policy
frameworks, to ensure strong, sustainable and balanced growth.
8. We recognize the importance of the global financial architecture in maintaining
the stability and integrity of the global monetary and financial system. We
therefore call for a more representative international financial architecture, with
an increase in the voice and representation of developing countries and the
establishment and improvement of a just international monetary system that can
serve the interests of all countries and support the development of emerging and
developing economies. Moreover, these economies having experienced broad-
based growth are now significant contributors to global recovery.
9. We are however concerned at the slow pace of quota and governance reforms
in the IMF. We see an urgent need to implement, as agreed, the 2010 Governance
xxxvii
and Quota Reform before the 2012 IMF/World Bank Annual Meeting, as well as
the comprehensive review of the quota formula to better reflect economic weights
and enhance the voice and representation of emerging market and developing
countries by January 2013, followed by the completion of the next general quota
review by January 2014. This dynamic process of reform is necessary to ensure
the legitimacy and effectiveness of the Fund. We stress that the ongoing effort to
increase the lending capacity of the IMF will only be successful if there is
confidence that the entire membership of the institution is truly committed to
implement the 2010 Reform faithfully. We will work with the international
community to ensure that sufficient resources can be mobilized to the IMF in a
timely manner as the Fund continues its transition to improve governance and
legitimacy. We reiterate our support for measures to protect the voice and
representation of the IMF's poorest members.
10. We call upon the IMF to make its surveillance framework more integrated and
even-handed, noting that IMF proposals for a new integrated decision on
surveillance would be considered before the IMF Spring Meeting.
11. In the current global economic environment, we recognise that there is a
pressing need for enhancing the flow of development finance to emerging and
developing countries. We therefore call upon the World Bank to give greater
priority to mobilising resources and meeting the needs of development finance
while reducing lending costs and adopting innovative lending tools.
12. We welcome the candidatures from developing world for the position of the
President of the World Bank. We reiterate that the Heads of IMF and World Bank
be selected through an open and merit-based process. Furthermore, the new World
Bank leadership must commit to transform the Bank into a multilateral institution
that truly reflects the vision of all its members, including the governance structure
that reflects current economic and political reality. Moreover, the nature of the
Bank must shift from an institution that essentially mediates North-South
cooperation to an institution that promotes equal partnership with all countries as
a way to deal with development issues and to overcome an outdated donor-
recipient dichotomy.
13. We have considered the possibility of setting up a new Development Bank for
mobilizing resources for infrastructure and sustainable development projects in
BRICS and other emerging economies and developing countries, to supplement
the existing efforts of multilateral and regional financial institutions for global
growth and development. We direct our Finance Ministers to examine the
feasibility and viability of such an initiative, set up a joint working group for
further study, and report back to us by the next Summit.
14. Brazil, India, China and South Africa look forward to the Russian Presidency
of G20 in 2013 and extend their cooperation.
xxxviii
15. Brazil, India, China and South Africa congratulate the Russian Federation on
its accession to the WTO. This makes the WTO more representative and
strengthens the rule-based multilateral trading system. We commit to working
together to safeguard this system and urge other countries to resist all forms of
trade protectionism and disguised restrictions on trade.
16. We will continue our efforts for the successful conclusion of the Doha Round,
based on the progress made and in keeping with its mandate. Towards this end,
we will explore outcomes in specific areas where progress is possible while
preserving the centrality of development and within the overall framework of the
single undertaking. We do not support plurilateral initiatives that go against the
fundamental principles of transparency, inclusiveness and multilateralism. We
believe that such initiatives not only distract members from striving for a
collective outcome but also fail to address the development deficit inherited from
previous negotiating rounds. Once the ratification process is completed, Russia
intends to participate in an active and constructive manner for a balanced outcome
of the Doha Round that will help strengthen and develop the multilateral trade
system.
17. Considering UNCTAD to be the focal point in the UN system for the
treatment of trade and development issues, we intend to invest in improving its
traditional activities of consensus-building, technical cooperation and research on
issues of economic development and trade. We reiterate our willingness to
actively contribute to the achievement of a successful UNCTAD XIII, in April
2012.
18. We agree to build upon our synergies and to work together to intensify trade
and investment flows among our countries to advance our respective industrial
development and employment objectives.We welcome the outcomes of the second
Meeting of BRICS Trade Ministers held in New Delhi on 28 March 2012. We
support the regular consultations amongst our Trade Ministers and consider taking
suitable measures to facilitate further consolidation of our trade and economic
ties. We welcome the conclusion of the Master Agreement on Extending Credit
Facility in Local Currency under BRICS Interbank Cooperation Mechanism and
the Multilateral Letter of Credit Confirmation Facility Agreement between our
EXIM/Development Banks. We believe that these Agreements will serve as
useful enabling instruments for enhancing intra-BRICS trade in coming years.
19. We recognize the vital importance that stability, peace and security of the
Middle East and North Africa holds for all of us, for the international community,
and above all for the countries and their citizens themselves whose lives have
been affected by the turbulence that has erupted in the region. We wish to see
these countries living in peace and regain stability and prosperity as respected
members of the global community.
20. We agree that the period of transformation taking place in the Middle East and
North Africa should not be used as a pretext to delay resolution of lasting conflicts
xxxix
but rather it should serve as an incentive to settle them, in particular the Arab-
Israeli conflict. Resolution of this and other long-standing regional issues would
generally improve the situation in the Middle East and North Africa. Thus we
confirm our commitment to achieving comprehensive, just and lasting settlement
of the Arab-Israeli conflict on the basis of the universally recognized international
legal framework including the relevant UN resolutions, the Madrid principles and
the Arab Peace Initiative. We encourage the Quartet to intensify its efforts and
call for greater involvement of the UN Security Council in search for a resolution
of the Israeli-Palestinian conflict. We also underscore the importance of direct
negotiations between the parties to reach final settlement. We call upon
Palestinians and Israelis to take constructive measures, rebuild mutual trust and
create the right conditions for restarting negotiations, while avoiding unilateral
steps, in particular settlement activity in the Occupied Palestinian Territories.
21. We express our deep concern at the current situation in Syria and call for an
immediate end to all violence and violations of human rights in that country.
Global interests would best be served by dealing with the crisis through peaceful
means that encourage broad national dialogues that reflect the legitimate
aspirations of all sections of Syrian society and respect Syrian independence,
territorial integrity and sovereignty. Our objective is to facilitate a Syrian-led
inclusive political process, and we welcome the joint efforts of the United Nations
and the Arab League to this end. We encourage the Syrian government and all
sections of Syrian society to demonstrate the political will to initiate such a
process, which alone can create a new environment for peace. We welcome the
appointment of Mr. Kofi Annan as the Joint Special Envoy on the Syrian crisis
and the progress made so far, and support him in continuing to play a constructive
role in bringing about the political resolution of the crisis.
22. The situation concerning Iran cannot be allowed to escalate into conflict, the
disastrous consequences of which will be in no one's interest. Iran has a crucial
role to play for the peaceful development and prosperity of a region of high
political and economic relevance, and we look to it to play its part as a responsible
member of the global community. We are concerned about the situation that is
emerging around Iran's nuclear issue. We recognize Iran's right to peaceful uses of
nuclear energy consistent with its international obligations, and support resolution
of the issues involved through political and diplomatic means and dialogue
between the parties concerned, including between the IAEA and Iran and in
accordance with the provisions of the relevant UN Security Council Resolutions.
23. Afghanistan needs time, development assistance and cooperation, preferential
access to world markets, foreign investment and a clear end-state strategy to attain
lasting peace and stability. We support the global community's commitment to
Afghanistan, enunciated at the Bonn International Conference in December 2011,
to remain engaged over the transformation decade from 2015-2024. We affirm our
commitment to support Afghanistan's emergence as a peaceful, stable and
democratic state, free of terrorism and extremism, and underscore the need for
xl
more effective regional and international cooperation for the stabilisation of
Afghanistan, including by combating terrorism.
24. We extend support to the efforts aimed at combating illicit traffic in opiates
originating in Afghanistan within the framework of the Paris Pact.
25. We reiterate that there can be no justification, whatsoever, for any act of
terrorism in any form or manifestation. We reaffirm our determination to
strengthen cooperation in countering this menace and believe that the United
Nations has a central role in coordinating international action against terrorism,
within the framework of the UN Charter and in accordance with principles and
norms of international law. We emphasize the need for an early finalization of the
draft of the Comprehensive Convention on International Terrorism in the UN
General Assembly and its adoption by all Member States to provide a
comprehensive legal framework to address this global scourge.
26. We express our strong commitment to multilateral diplomacy with the United
Nations playing a central role in dealing with global challenges and threats. In this
regard, we reaffirm the need for a comprehensive reform of the UN, including its
Security Council, with a view to making it more effective, efficient and
representative so that it can deal with today's global challenges more successfully.
China and Russia reiterate the importance they attach to the status of Brazil, India
and South Africa in international affairs and support their aspiration to play a
greater role in the UN.
27. We recall our close coordination in the Security Council during the year 2011,
and underscore our commitment to work together in the UN to continue our
cooperation and strengthen multilateral approaches on issues pertaining to global
peace and security in the years to come.
28. Accelerating growth and sustainable development, along with food, and
energy security, are amongst the most important challenges facing the world
today, and central to addressing economic development, eradicating poverty,
combating hunger and malnutrition in many developing countries. Creating jobs
needed to improve people's living standards worldwide is critical. Sustainable
development is also a key element of our agenda for global recovery and
investment for future growth. We owe this responsibility to our future
generations.
29. We congratulate South Africa on the successful hosting of the 17th
Conference of Parties to the United Nations Framework Convention on Climate
Change and the 7th Conference of the Parties serving as the meeting of the Parties
to the Kyoto Protocol (COP17/CMP7) in December 2011. We welcome the
significant outcomes of the Conference and are ready to work with the
international community to implement its decisions in accordance with the
principles of equity and common but differentiated responsibilities and respective
capabilities.
xli
30. We are fully committed to playing our part in the global fight against climate
change and will contribute to the global effort in dealing with climate change
issues through sustainable and inclusive growth and not by capping development.
We emphasize that developed country Parties to the UNFCCC shall provide
enhanced financial, technology and capacity building support for the preparation
and implementation of nationally appropriate mitigation actions of developing
countries.
31. We believe that the UN Conference on Sustainable Development (Rio+20) is
a unique opportunity for the international community to renew its high-level
political commitment to supporting the overarching sustainable development
framework encompassing inclusive economic growth and development, social
progress and environment protection in accordance with the principles and
provisions of the Rio Declaration on Environment and Development, including
the principle of common but differentiated responsibilities, Agenda 21 and the
Johannesburg Plan of Implementation.
32. We consider that sustainable development should be the main paradigm in
environmental issues, as well as for economic and social strategies. We
acknowledge the relevance and focus of the main themes for the Conference
namely, Green Economy in the context of Sustainable Development and Poverty
Eradication (GESDPE) as well as Institutional Framework for Sustainable
Development (IFSD).
33. China, Russia, India and South Africa look forward to working with Brazil as
the host of this important Conference in June, for a successful and practical
outcome. Brazil, Russia, China and South Africa also pledge their support to
working with India as it hosts the 11th meeting of the Conference of Parties to the
Convention on Biological Diversity in October 2012 and look forward to a
positive outcome. We will continue our efforts for the implementation of the
Convention and its Protocols, with special attention to the Nagoya Protocol on
Access to Genetic Resources and the Fair and Equitable Sharing of Benefits
Arising from their Utilization, Biodiversity Strategic Plan 2011-2020 and the
Resource Mobilization Strategy.
34. We affirm that the concept of a 'green economy', still to be defined at Rio+20,
must be understood in the larger framework of sustainable development and
poverty eradication and is a means to achieve these fundamental and overriding
priorities, not an end in itself. National authorities must be given the flexibility
and policy space to make their own choices out of a broad menu of options and
define their paths towards sustainable development based on the country's stage of
development, national strategies, circumstances and priorities. We resist the
introduction of trade and investment barriers in any form on the grounds of
developing green economy.
35. The Millennium Development Goals remain a fundamental milestone in the
development agenda. To enable developing countries to obtain maximal results in
xlii
attaining their Millennium Development Goals by the agreed time-line of 2015,
we must ensure that growth in these countries is not affected. Any slowdown
would have serious consequences for the world economy. Attainment of the
MDGs is fundamental to ensuring inclusive, equitable and sustainable global
growth and would require continued focus on these goals even beyond 2015,
entailing enhanced financing support.
36. We attach the highest importance to economic growth that supports
development and stability in Africa, as many of these countries have not yet
realised their full economic potential. We will take our cooperation forward to
support their efforts to accelerate the diversification and modernisation of their
economies. This will be through infrastructure development, knowledge exchange
and support for increased access to technology, enhanced capacity building, and
investment in human capital, including within the framework of the New
Partnership for Africa's Development (NEPAD).
37. We express our commitment to the alleviation of the humanitarian crisis that
still affects millions of people in the Horn of Africa and support international
efforts to this end.
38. Excessive volatility in commodity prices, particularly those for food and
energy, poses additional risks for the recovery of the world economy. Improved
regulation of the derivatives market for commodities is essential to avoid
destabilizing impacts on food and energy supplies. We believe that increased
energy production capacities and strengthened producer-consumer dialogue are
important initiatives that would help in arresting such price volatility.
39. Energy based on fossil fuels will continue to dominate the energy mix for the
foreseeable future. We will expand sourcing of clean and renewable energy, and
use of energy efficient and alternative technologies, to meet the increasing
demand of our economies and our people, and respond to climate concerns as
well. In this context, we emphasise that international cooperation in the
development of safe nuclear energy for peaceful purposes should proceed under
conditions of strict observance of relevant safety standards and requirements
concerning design, construction and operation of nuclear power plants. We stress
IAEA's essential role in the joint efforts of the international community towards
enhancing nuclear safety standards with a view to increasing public confidence in
nuclear energy as a clean, affordable, safe and secure source of energy, vital to
meeting global energy demands.
40. We have taken note of the substantive efforts made in taking intra-BRICS
cooperation forward in a number of sectors so far. We are convinced that there is
a storehouse of knowledge, know-how, capacities and best practices available in
our countries that we can share and on which we can build meaningful
cooperation for the benefit of our peoples. We have endorsed an Action Plan for
the coming year with this objective.
xliii
41. We appreciate the outcomes of the Second Meeting of BRICS Ministers of
Agriculture and Agrarian Development at Chengdu, China in October 2011. We
direct our Ministers to take this process forward with particular focus on the
potential of cooperation amongst the BRICS to contribute effectively to global
food security and nutrition through improved agriculture production and
productivity, transparency in markets and reducing excessive volatility in
commodity prices, thereby making a difference in the quality of lives of the
people particularly in the developing world.
42. Most of BRICS countries face a number of similar public health challenges,
including universal access to health services, access to health technologies,
including medicines, increasing costs and the growing burden of both
communicable and non-communicable diseases. We direct that the BRICS Health
Ministers meetings, of which the first was held in Beijing in July 2011, should
henceforth be institutionalized in order to address these common challenges in the
most cost-effective, equitable and sustainable manner.
43. We have taken note of the meeting of S&T Senior Officials in Dalian, China
in September 2011, and, in particular, the growing capacities for research and
development and innovation in our countries. We encourage this process both in
priority areas of food, pharma, health and energy as well as basic research in the
emerging inter-disciplinary fields of nanotechnology, biotechnology, advanced
materials science, etc. We encourage flow of knowledge amongst our research
institutions through joint projects, workshops and exchanges of young scientists.
44. The challenges of rapid urbanization, faced by all developing societies
including our own, are multi-dimensional in nature covering a diversity of inter-
linked issues. We direct our respective authorities to coordinate efforts and learn
from best practices and technologies available that can make a meaningful
difference to our societies. We note with appreciation the first meeting of BRICS
Friendship Cities held in Sanya in December 2011 and will take this process
forward with an Urbanization and Urban Infrastructure Forum along with the
Second BRICS Friendship Cities and Local Governments Cooperation Forum.
45. Given our growing needs for renewable energy resources as well as on energy
efficient and environmentally friendly technologies, and our complementary
strengths in these areas, we agree to exchange knowledge, know-how, technology
and best practices in these areas.
46. It gives us pleasure to release the first ever BRICS Report, coordinated by
India, with its special focus on the synergies and complementarities in our
economies. We welcome the outcomes of the cooperation among the National
Statistical Institutions of BRICS and take note that the updated edition of the
BRICS Statistical Publication, released today, serves as a useful reference on
BRICS countries.
xliv
47. We express our satisfaction at the convening of the III BRICS Business Forum
and the II Financial Forum and acknowledge their role in stimulating trade
relations among our countries. In this context, we welcome the setting up of
BRICS Exchange Alliance, a joint initiative by related BRICS securities
exchanges.
48. We encourage expanding the channels of communication, exchanges and
people-to-people contact amongst the BRICS, including in the areas of youth,
education, culture, tourism and sports.
49. Brazil, Russia, China and South Africa extend their warm appreciation and
sincere gratitude to the Government and the people of India for hosting the Fourth
BRICS Summit in New Delhi.
50. Brazil, Russia, India and China thank South Africa for its offer to host the
Fifth BRICS Summit in 2013 and pledge their full support.
Delhi Action Plan
1. Meeting of BRICS Foreign Ministers on sidelines of UNGA.
2. Meetings of Finance Ministers and Central Bank Governors on sidelines of G20
meetings/other multilateral (WB/IMF) meetings.
3. Meeting of financial and fiscal authorities on the sidelines of WB/IMF
meetings as well as stand-alone meetings, as required.
4. Meetings of BRICS Trade Ministers on the margins of multilateral events, or
stand-alone meetings, as required.
5. The Third Meeting of BRICS Ministers of Agriculture, preceded by a
preparatory meeting of experts on agro-products and food security issues and the
second Meeting of Agriculture Expert Working Group.
6. Meeting of BRICS High Representatives responsible for national security.
7. The Second BRICS Senior Officials' Meeting on S&T.
8. The First meeting of the BRICS Urbanisation Forum and the second BRICS
Friendship Cities and Local Governments Cooperation Forum in 2012 in India.
9. The Second Meeting of BRICS Health Ministers.
10. Mid-term meeting of Sous-Sherpas and Sherpas.
11. Mid-term meeting of CGETI (Contact Group on Economic and Trade Issues).
12. The Third Meeting of BRICS Competition Authorities in 2013.
13. Meeting of experts on a new Development Bank.
14. Meeting of financial authorities to follow up on the findings of the BRICS
Report.
15. Consultations amongst BRICS Permanent Missions in New York, Vienna and
Geneva, as required.
16. Consultative meeting of BRICS Senior Officials on the margins of relevant
environment and climate related international fora, as necessary.
17. New Areas of Cooperation to explore:
(i) Multilateral energy cooperation within BRICS framework.
(ii) A general academic evaluation and future long-term strategy for BRICS.
xlv
(iii) BRICS Youth Policy Dialogue.
(iv) Cooperation in Population related issues.
New Delhi March 29, 2012
Sumber: http://www.brics5.co.za/about-brics/summit-declaration/fourth-summit/
Lampiran 5 Fifth BRICS Summit
BRICS and Africa: Partnership for Development, Integration and
Industrialisation
eThekwini Declaration
1. We, the leaders of the Federative Republic of Brazil, the Russian Federation,
the Republic of India, the People’s Republic of China and the Republic of South
Africa, met in Durban, South Africa, on 27 March 2013 at the Fifth BRICS
Summit. Our discussions took place under the overarching theme, “BRICS and
Africa: Partnership for Development, Integration and Industrialisation”. The Fifth
BRICS Summit concluded the first cycle of BRICS Summits and we reaffirmed
our commitment to the promotion of international law, multilateralism and the
central role of the United Nations (UN). Our discussions reflected our growing
intra-BRICS solidarity as well as our shared goal to contribute positively to global
peace, stability, development and cooperation. We also considered our role in the
international system as based on an inclusive approach of shared solidarity and
cooperation towards all nations and peoples.
2. We met at a time which requires that we consider issues of mutual interest and
systemic importance in order to share concerns and to develop lasting solutions.
We aim at progressively developing BRICS into a full-fledged mechanism of
current and long-term coordination on a wide range of key issues of the world
economy and politics. The prevailing global governance architecture is regulated
by institutions which were conceived in circumstances when the international
landscape in all its aspects was characterised by very different challenges and
opportunities. As the global economy is being reshaped, we are committed to
exploring new models and approaches towards more equitable development and
inclusive global growth by emphasising complementarities and building on our
respective economic strengths.
3. We are open to increasing our engagement and cooperation with non-BRICS
countries, in particular Emerging Market and Developing Countries (EMDCs),
and relevant international and regional organisations, as envisioned in the Sanya
Declaration. We will hold a Retreat together with African leaders after this
Summit, under the theme, “Unlocking Africa’s potential: BRICS and Africa
Cooperation on Infrastructure”. The Retreat is an opportunity for BRICS and
xlvi
African leaders to discuss how to strengthen cooperation between the BRICS
countries and the African Continent.
4. Recognising the importance of regional integration for Africa’s sustainable
growth, development and poverty eradication, we reaffirm our support for the
Continent’s integration processes.
5. Within the framework of the New Partnership for Africa’s Development
(NEPAD), we support African countries in their industrialisation process through
stimulating foreign direct investment, knowledge exchange, capacity-building and
diversification of imports from Africa. We acknowledge that infrastructure
development in Africa is important and recognise the strides made by the African
Union to identify and address the continent’s infrastructure challenges through the
development of the Programme for Infrastructure Development in Africa (PIDA),
the AU NEPAD Africa Action Plan (2010-2015), the NEPAD Presidential
Infrastructure Championing Initiative (PICI), as well as the Regional
Infrastructure Development Master Plans that have identified priority
infrastructure development projects that are critical to promoting regional
integration and industrialisation. We will seek to stimulate infrastructure
investment on the basis of mutual benefit to support industrial development, job-
creation, skills development, food and nutrition security and poverty eradication
and sustainable development in Africa. We therefore, reaffirm our support for
sustainable infrastructure development in Africa.
6. We note policy actions in Europe, the US and Japan aimed at reducing tail-risks
in the world economy. Some of these actions produce negative spillover effects on
other economies of the world. Significant risks remain and the performance of the
global economy still falls behind our expectations. As a result, uncertainty about
strength and durability of the recovery and the direction of policy in some major
economies remains high. In some key countries unemployment stays unusually
elevated, while high levels of private and public indebtedness inhibit growth. In
such circumstances, we reaffirm our strong commitment to support growth and
foster financial stability. We also underscore the need for appropriate action to be
taken by advanced economies in order to rebuild confidence, foster growth and
secure a strong recovery.
7. Central Banks in advanced economies have responded with unconventional
monetary policy actions which have increased global liquidity. While this may be
consistent with domestic monetary policy mandates, major Central Banks should
avoid the unintended consequences of these actions in the form of increased
volatility of capital flows, currencies and commodity prices, which may have
negative growth effects on other economies, in particular developing countries.
8. We welcome the core objectives of the Russian Presidency in the G20 in 2013,
in particular the efforts to increased financing for investment and ensure public
debt sustainability aimed at ensuring strong, sustainable, inclusive and balanced
growth and job creation around the world. We will also continue to prioritise the
xlvii
G20 development agenda as a vital element of global economic stability and long-
term sustainable growth and job creation.
9. Developing countries face challenges of infrastructure development due to
insufficient long-term financing and foreign direct investment, especially
investment in capital stock. This constrains global aggregate demand. BRICS
cooperation towards more productive use of global financial resources can make a
positive contribution to addressing this problem. In March 2012 we directed our
Finance Ministers to examine the feasibility and viability of setting up a New
Development Bank for mobilising resources for infrastructure and sustainable
development projects in BRICS and other emerging economies and developing
countries, to supplement the existing efforts of multilateral and regional financial
institutions for global growth and development. Following the report from our
Finance Ministers, we are satisfied that the establishment of a New Development
Bank is feasible and viable. We have agreed to establish the New Development
Bank. The initial contribution to the Bank should be substantial and sufficient for
the Bank to be effective in financing infrastructure.
10. In June 2012, in our meeting in Los Cabos, we tasked our Finance Ministers
and Central Bank Governors to explore the construction of a financial safety net
through the creation of a Contingent Reserve Arrangement (CRA) amongst
BRICS countries. They have concluded that the establishment of a self-managed
contingent reserve arrangement would have a positive precautionary effect, help
BRICS countries forestall short-term liquidity pressures, provide mutual support
and further strengthen financial stability. It would also contribute to strengthening
the global financial safety net and complement existing international
arrangements as an additional line of defence. We are of the view that the
establishment of the CRA with an initial size of US$ 100 billion is feasible and
desirable subject to internal legal frameworks and appropriate safeguards. We
direct our Finance Ministers and Central Bank Governors to continue working
towards its establishment.
11. We are grateful to our Finance Ministers and Central Bank Governors for the
work undertaken on the New Development Bank and the Contingent Reserve
Arrangement and direct them to negotiate and conclude the agreements which will
establish them. We will review progress made in these two initiatives at our next
meeting in September 2013.
12. We welcome the conclusion between our Export-Import Banks (EXIM) and
Development Banks, of both the “Multilateral Agreement on Cooperation and Co-
financing for Sustainable Development” and, given the steep growth trajectory of
the African continent and the significant infrastructure funding requirements
directly emanating from this growth path, the “Multilateral Agreement on
Infrastructure Co-Financing for Africa”.
13. We call for the reform of International Financial Institutions to make them
more representative and to reflect the growing weight of BRICS and other
developing countries. We remain concerned with the slow pace of the reform of
xlviii
the IMF. We see an urgent need to implement, as agreed, the 2010 International
Monetary Fund (IMF) Governance and Quota Reform. We urge all members to
take all necessary steps to achieve an agreement on the quota formula and
complete the next general quota review by January 2014. The reform of the IMF
should strengthen the voice and representation of the poorest members of the
IMF, including Sub-Saharan Africa. All options should be explored, with an open
mind, to achieve this. We support the reform and improvement of the international
monetary system, with a broad-based international reserve currency system
providing stability and certainty. We welcome the discussion about the role of the
SDR in the existing international monetary system including the composition of
SDR’s basket of currencies. We support the IMF to make its surveillance
framework more integrated and even-handed. The leadership selection of IFIs
should be through an open, transparent and merit-based process and truly open to
candidates from the emerging market economies and developing countries.
14. We emphasise the importance of ensuring steady, adequate and predictable
access to long term finance for developing countries from a variety of sources. We
would like to see concerted global effort towards infrastructure financing and
investment through the instrumentality of adequately resourced Multilateral
Development Banks (MDBs) and Regional Development Banks (RDBs). We urge
all parties to work towards an ambitious International Development
Association(IDA)17 replenishment.
15. We reaffirm our support for an open, transparent and rules-based multilateral
trading system. We will continue in our efforts for the successful conclusion of
the Doha Round, based on the progress made and in keeping with its mandate,
while upholding the principles of transparency, inclusiveness and multilateralism.
We are committed to ensure that new proposals and approaches to the Doha
Round negotiations will reinforce the core principles and the developmental
mandate of the Doha Round. We look forward to significant and meaningful
deliverables that are balanced and address key development concerns of the
poorest and most vulnerable WTO members, at the ninth Ministerial Conference
of the WTO in Bali.
16. We note that the process is underway for the selection of a new WTO
Director-General in 2013. We concur that the WTO requires a new leader who
demonstrates a commitment to multilateralism and to enhancing the effectiveness
of the WTO including through a commitment to support efforts that will lead to an
expeditious conclusion of the DDA. We consider that the next Director-General of
the WTO should be a representative of a developing country.
17. We reaffirm the United Nations Conference on Trade and Development’s
(UNCTAD) mandate as the focal point in the UN system dedicated to consider the
interrelated issues of trade, investment, finance and technology from a
development perspective. UNCTAD’s mandate and work are unique and
necessary to deal with the challenges of development and growth in the
increasingly interdependent global economy. We also reaffirm the importance of
xlix
strengthening UNCTAD’s capacity to deliver on its programmes of consensus
building, policy dialogue, research, technical cooperation and capacity building,
so that it is better equipped to deliver on its development mandate.
18. We acknowledge the important role that State Owned Companies (SOCs) play
in the economy and encourage our SOCs to explore ways of cooperation,
exchange of information and best practices.
19. We recognise the fundamental role played by Small and Medium-Sized
Enterprises (SMEs) in the economies of our countries. SMEs are major creators of
jobs and wealth. In this regard, we will explore opportunities for cooperating in
the field of SMEs and recognise the need for promoting dialogue among the
respective Ministries and Agencies in charge of the theme, particularly with a
view to promoting their international exchange and cooperation and fostering
innovation, research and development.
20. We reiterate our strong commitment to the United Nations (UN) as the
foremost multilateral forum entrusted with bringing about hope, peace, order and
sustainable development to the world. The UN enjoys universal membership and
is at the centre of global governance and multilateralism. In this regard, we
reaffirm the need for a comprehensive reform of the UN, including its Security
Council, with a view to making it more representative, effective and efficient, so
that it can be more responsive to global challenges. In this regard, China and
Russia reiterate the importance they attach to the status of Brazil, India and South
Africa in international affairs and support their aspiration to play a greater role in
the UN.
21. We underscore our commitment to work together in the UN to continue our
cooperation and strengthen multilateral approaches in international relations based
on the rule of law and anchored in the Charter of the United Nations.
22. We are committed to building a harmonious world of lasting peace and
common prosperity and reaffirm that the 21st century should be marked by peace,
security, development, and cooperation. It is the overarching objective and strong
shared desire for peace, security, development and cooperation that brought
together BRICS countries.
23. We welcome the twentieth Anniversary of the World Conference on Human
Rights and of the Vienna Declaration and Programme of Action and agree to
explore cooperation in the field of human rights.
24. We commend the efforts of the international community and acknowledge the
central role of the African Union (AU) and its Peace and Security Council in
conflict resolution in Africa. We call upon the UNSC to enhance cooperation with
the African Union, and its Peace and Security Council, pursuant to UNSC
resolutions in this regard. We express our deep concern with instability stretching
from North Africa, in particular the Sahel, and the Gulf of Guinea. We also
l
remain concerned about reports of deterioration in humanitarian conditions in
some countries.
25. We welcome the appointment of the new Chairperson of the AU Commission
as an affirmation of the leadership of women.
26. We express our deep concern with the deterioration of the security and
humanitarian situation in Syria and condemn the increasing violations of human
rights and of international humanitarian law as a result of continued violence. We
believe that the Joint Communiqué of the Geneva Action Group provides a basis
for resolution of the Syrian crisis and reaffirm our opposition to any further
militarization of the conflict. A Syrian-led political process leading to a transition
can be achieved only through broad national dialogue that meets the legitimate
aspirations of all sections of Syrian society and respect for Syrian independence,
territorial integrity and sovereignty as expressed by the Geneva Joint
Communiqué and appropriate UNSC resolutions. We support the efforts of the
UN-League of Arab States Joint Special Representative. In view of the
deterioration of the humanitarian situation in Syria, we call upon all parties to
allow and facilitate immediate, safe, full and unimpeded access to humanitarian
organisations to all in need of assistance. We urge all parties to ensure the safety
of humanitarian workers.
27. We welcome the admission of Palestine as an Observer State to the United
Nations. We are concerned at the lack of progress in the Middle East Peace
Process and call on the international community to assist both Israel and Palestine
to work towards a two-state solution with a contiguous and economically viable
Palestinian state, existing side by side in peace with Israel, within internationally
recognized borders, based on those existing on 4 June 1967, with East Jerusalem
as its capital. We are deeply concerned about the construction of Israeli
settlements in the Occupied Palestinian Territories, which is a violation of
international law and harmful to the peace process. In recalling the primary
responsibility of the UNSC in maintaining international peace and security, we
note the importance that the Quartet reports regularly to the Council about its
efforts, which should contribute to concrete progress.
28. We believe there is no alternative to a negotiated solution to the Iranian
nuclear issue. We recognise Iran´s right to peaceful uses of nuclear energy
consistent with its international obligations, and support resolution of the issues
involved through political and diplomatic means and dialogue, including between
the International Atomic Energy Agency (IAEA) and Iran and in accordance with
the provisions of the relevant UN Security Council Resolutions and consistent
with Iran’s obligations under the Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear
Weapons (NPT). We are concerned about threats of military action as well as
unilateral sanctions. We note the recent talks held in Almaty and hope that all
outstanding issues relating to Iran’s nuclear programme will be resolved through
discussions and diplomatic means.
li
29. Afghanistan needs time, development assistance and cooperation, preferential
access to world markets, foreign investment and a clear end-state strategy to attain
lasting peace and stability. We support the global community’s commitment to
Afghanistan, enunciated at the Bonn International Conference in December 2011,
to remain engaged over the transformation decade from 2015-2024. We affirm our
commitment to support Afghanistan’s emergence as a peaceful, stable and
democratic state, free of terrorism and extremism, and underscore the need for
more effective regional and international cooperation for the stabilisation of
Afghanistan, including by combating terrorism. We extend support to the efforts
aimed at combating illicit traffic in opiates originating in Afghanistan within the
framework of the Paris Pact.
30. We commend the efforts of the AU, the Economic Community of West
African States (ECOWAS) and Mali aimed at restoring sovereignty and territorial
integrity of Mali. We support the civilian efforts of the Malian Government and
its international community partners in realising the transitional programme
leading up to the presidential and legislative elections. We emphasise the
importance of political inclusiveness and economic and social development in
order for Mali to achieve sustainable peace and stability. We express concern
about the reports of the deterioration in humanitarian conditions in Mali and call
upon the international community to continue to cooperate with Mali and its
neighbouring countries in order to ensure humanitarian assistance to civilian
population affected by the armed conflict.
31. We are gravely concerned with the deterioration in the current situation in the
Central African Republic (CAR) and deplore the loss of life. We strongly
condemn the abuses and acts of violence against the civilian population and urge
all parties to the conflict to immediately cease hostilities and return to
negotiations. We call upon all parties to allow safe and unhindered humanitarian
access. We are ready to work with the international community to assist in this
endeavour and facilitate progress to a peaceful resolution of the conflict. Brazil,
Russia and China express their sympathy to the South African and Indian
governments for the casualties that their citizens suffered in the CAR.
32. We are gravely concerned by the ongoing instability in the Democratic
Republic of the Congo (DRC). We welcome the signing in Addis Ababa on 24
February 2013 of the Peace, Security and Cooperation Framework for the
Democratic Republic of the Congo and the Region. We support its independence,
territorial integrity and sovereignty. We support the efforts of the UN, AU and
sub-regional organisations to bring about peace, security and stability in the
country.
33. We reiterate our strong condemnation of terrorism in all its forms and
manifestations and stress that there can be no justification, whatsoever, for any
acts of terrorism. We believe that the UN has a central role in coordinating
international action against terrorism within the framework of the UN Charter and
in accordance with principles and norms of international law. In this context, we
lii
support the implementation of the UN General Assembly Global Counter-
Terrorism Strategy and are determined to strengthen cooperation in countering
this global threat. We also reiterate our call for concluding negotiations as soon as
possible in the UN General Assembly on the Comprehensive Convention on
International Terrorism and its adoption by all Member States and agreed to work
together towards this objective.
34. We recognize the critical positive role the Internet plays globally in promoting
economic, social and cultural development. We believe it’s important to
contribute to and participate in a peaceful, secure, and open cyberspace and we
emphasise that security in the use of Information and Communication
Technologies (ICTs) through universally accepted norms, standards and practices
is of paramount importance.
35. We congratulate Brazil on hosting the UN Conference on Sustainable
Development (Rio+20) in June 2012 and welcome the outcome as reflected in
“The Future we Want”, in particular, the reaffirmation of the Rio Principles and
political commitment made towards sustainable development and poverty
eradication while creating opportunities for BRICS partners to engage and
cooperate in the development of the future Sustainable Development Goals.
36. We congratulate India on the outcome of the 11th Conference of the Parties to
the United Nations Conference on Biological Diversity (CBD COP11) and the
sixth meeting of the Conference of the Parties serving as the Meeting of the
Parties to the Cartagena Protocol on Biosafety.
37. While acknowledging that climate change is one of the greatest challenges and
threats towards achieving sustainable development, we call on all parties to build
on the decisions adopted in COP18/CMP8 in Doha, with a view to reaching a
successful conclusion by 2015, of negotiations on the development of a protocol,
another legal instrument or an agreed outcome with legal force under the
Convention applicable to all Parties, guided by its principles and provisions.
38. We believe that the internationally agreed development goals including the
Millennium Development Goals (MDGs) address the needs of developing
countries, many of which continue to face developmental challenges, including
widespread poverty and inequality. Low Income Countries (LICs) continue to
face challenges that threaten the impressive growth performance of recent years.
Volatility in food and other commodity prices have made food security an issue as
well as constraining their sources of revenue. Progress in rebuilding macro-
economic buffers has been relatively slow, partly due to measures adopted to
mitigate the social impact of exogenous shocks. Many LICs are currently in a
weaker position to deal with exogenous shocks given the more limited fiscal
buffers and the constrained aid envelopes, which will affect their ability to sustain
progress towards achieving the MDGs. We reiterate that individual countries,
especially in Africa and other developing countries of the South, cannot achieve
the MDGs on their own and therefore the centrality of Goal 8 on Global
liii
Partnerships for Development to achieve the MDGs should remain at the core of
the global development discourse for the UN System. Furthermore, this requires
the honouring of all commitments made in the outcome documents of previous
major international conferences.
39. We reiterate our commitment to work together for accelerated progress in
attaining the Millennium Development Goals (MDGs) by the target date of 2015,
and we call upon other members of the international community to work towards
the same objective. In this regard, we stress that the development agenda beyond
2015 should build on the MDG framework, keeping the focus on poverty
eradication and human development, while addressing emerging challenges of
development taking into consideration individual national circumstances of
developing countries. In this regard the critical issue of the mobilization of means
of implementation in assisting developing countries needs to be an overarching
goal. It is important to ensure that any discussion on the UN development agenda,
including the “Post 2015 Development Agenda” is an inclusive and transparent
inter-Governmental process under a UN-wide process which is universal and
broad based.
40. We welcome the establishment of the Open Working Group on the
Sustainable Development Goals (SDGs), in line with the Rio+20 Outcome
Document which reaffirmed the Rio Principles of Sustainable Development as the
basis for addressing new and emerging challenges. We are fully committed to a
coordinated inter-governmental process for the elaboration of the UN
development agenda.
41. We note the following meetings held in the implementation of the Delhi
Action Plan:
• Meeting of Ministers of Foreign Affairs on the margins of UNGA.
• Meeting of National Security Advisors in New Delhi.
• Meetings of Finance Ministers, and Central Bank Governors in Washington DC
and Tokyo.
• Meeting of Trade Ministers in Puerto Vallarta.
• Meetings of Health Ministers in New Delhi and Geneva.
42. We welcome the establishment of the BRICS Think Tanks Council and the
BRICS Business Council and take note of the following meetings which were
held in preparation for this Summit: • Fifth Academic Forum
• Fourth Business Forum
• Third Financial Forum
43. We welcome the outcomes of the meeting of the BRICS Finance Ministers
and Central Bank Governors and endorse the Joint Communique of the Third
Meeting of the BRICS Trade Ministers held in preparation for the Summit.
44. We are committed to forging a stronger partnership for common development.
To this end, we adopt the eThekwini Action Plan.
liv
45. We agree that the next summit cycles will, in principle, follow the sequence of
Brazil, Russia, India, China and South Africa.
46. Brazil, Russia, India and China extend their warm appreciation to the
Government and people of South Africa for hosting the Fifth BRICS Summit in
Durban.
47. Russia, India, China and South Africa convey their appreciation to Brazil for
its offer to host the first Summit of the second cycle of BRICS Summits, i.e. the
Sixth BRICS Summit in 2014 and convey their full support thereto.
eThekwini Action Plan:
1. Meeting of BRICS Ministers of Foreign Affairs on the margins of UNGA.
2. Meeting of BRICS National Security Advisors.
3. Mid-term meeting of Sherpas and Sous-Sherpas.
4. Meetings of Finance Ministers and Central Bank Governors in the margins of
G20 meetings, WB/IMF meetings, as well as stand-alone meetings, as required.
5. Meetings of BRICS Trade Ministers on the margins of multilateral events, or
stand-alone meetings, as required.
6. Meeting of BRICS Ministers of Agriculture and Agrarian Development,
preceded by a preparatory meeting of experts on agro-products and food security
issues and the Meeting of Agriculture Expert Working Group.
7. Meeting of BRICS Health Ministers and preparatory meetings.
8. Meeting of BRICS Officials responsible for population on the margins of
relevant multilateral events.
9. Meeting of BRICS Ministers of Science and Technology and meeting of
BRICS Senior Officials on Science and Technology.
10. Meeting of BRICS Cooperatives.
11. Meetings of financial and fiscal authorities in the margins of WB/IMF
meetings as well as stand-alone meetings, as required.
12. Meetings of the BRICS Contact Group on Economic and Trade Issues
(CGETI).
13. Meeting of the BRICS Friendship Cities and Local Governments Cooperation
Forum.
14. Meeting of the BRICS Urbanisation Forum.
15. Meeting of BRICS Competition Authorities in 2013 in New Delhi.
16. 5th Meeting of BRICS Heads of National Statistical Institutions.
17. Consultations amongst BRICS Permanent Missions and/or Embassies, as
appropriate, in New York, Vienna, Rome, Paris, Washington, Nairobi and
Geneva, where appropriate.
18. Consultative meeting of BRICS Senior Officials in the margins of relevant
sustainable development, environment and climate related international fora,
where appropriate.
lv
New areas of cooperation to be explored
- BRICS Public Diplomacy Forum.
- BRICS Anti-Corruption Cooperation.
- BRICS State Owned Companies / State Owned Enterprises.
- National Agencies Responsible for Drug Control.
- BRICS virtual secretariat.
- BRICS Youth Policy Dialogue.
- Tourism.
- Energy.
- Sports and Mega Sporting Event.
Durban March 27, 2013
Sumber: http://www.brics5.co.za/about-brics/summit-declaration/fifth-summit/