DAFTAR ISIsiasat.fkip-umt.ac.id/.../pdf/1688201100_DIEN_MAULIDINA.docx · Web viewTanpa mengetahui...
Transcript of DAFTAR ISIsiasat.fkip-umt.ac.id/.../pdf/1688201100_DIEN_MAULIDINA.docx · Web viewTanpa mengetahui...
ANALISIS PUISI “PERJAMUAN KHONG GUAN” KARYA JOKO PINURBO : KAJIAN STRUKTURAL
DAN STILISTIKADisusun untuk memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
Nama : Dien Maulidina
NIM : 1688201100
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI...................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Fokus Penelitian............................................................................................6
C. Rumusan Penelitian.......................................................................................6
D. Tujuan Penelitian..........................................................................................7
E. Manfaat Penelitian........................................................................................7
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................9
A. Landasan Teori..............................................................................................9
1. Hakikat Puisi.............................................................................................9
2. Struktural.................................................................................................20
3. Stilistika...................................................................................................29
B. Penelitian Yang Relevan.............................................................................39
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................41
A. Pendekatan dan Jenis Metode Penelitian....................................................41
B. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................42
C. Sumber dan Jenis Data Penelitian...............................................................43
D. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................44
E. Instrumen Penelitian...................................................................................44
i
F. Teknik Analisis Data...................................................................................46
G. Keabsahan Data...........................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................50
ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Mahasiswa : DIEN MAULIDINA
Nomor Pokok Mahasiswa : 1688201100
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : ANALISIS PUISI “PERJAMUAN KHONG GUAN” KARYA JOKO PINURBO: KAJIAN STRUKTUR DAN STILISTIKA
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Skripsi untuk mengikuti Sidang Skripsi.
Tangerang,
Tim Pembimbing Tanda Tangan
Pembimbing I
Soleh Ibrahim, M.PdNBM.121 1173
........................................................
Pembimbing II
Nori Anggraini, S.Pd., MANBM. 114 6136
.........................................................
Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Blewuk Setyo Nugroho, M.PdNBM.1094914
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara mengenai sastra tidak akan lepas dari manusia dan
masyarakat. Sastra terlahir melalui ungkapan ekspresi manusia dan
masyarakat sendirilah yang akan menilai kehadiran karya sastra tersebut.
Karya sastra merupakan produk imajinatif pengarang terhadap buah pikir
yang ia tuangkan dalam bentuk karya sastra. Perasaan, emosi, dan pesan
yang akan disampaikan lewat karyanya. Sastra merupakan suatu kegiatan
kreatif yang menghasilkan sebuah karya sastra. Karya sastra diciptakan
untuk dinikmati dan diapresiasi. Dalam hal ini setiap pengarang memiliki
cara dalam mengamukakan gagasan dan gambarannya untuk menimbulkan
efek-efek tertentu bagi pembacanya. Karya sastra dibedakan menjadi dua
macam, yaitu sastra tulis dan sastra lisan. Karya sastra tulis memiliki tiga
bentuk seperti puisi, prosa, dan drama. Tujuan karya sastra adalah hasil
pengekpresian seorang pengarang ke dalam puisi, prosa atau pun drama.
Puisi merupakan bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran
dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan
mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian
struktur fisik dan struktur batinnya serta penggunaan pada gaya bahasa
1
yang digunakan pengarang. Puisi adalah karya sastra yang mengalami
perkembangan baik dari segi strukturnya maupun segi makna.
Puisi merupakan salah satu karya sastra yang sekaligus menjadi
media dalam sastra untuk mengekspresikan perasaan, ide, gagasan
seseorang. Puisi dituangkan dalam media bahasa yang indah dan diksi
yang memiliki makna seperti teka-teki. Puisi berbeda dengan jenis karya
satra lain dikarenakan struktur fisiknya yang memiliki kaidah-kaidah yang
menyusun larik dalam bait. Puisi sebagai salah satu karya seni sastra yang
dapat dikaji dari bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji
strukturnya dan unsur-unsurnya, dapat dikaji dengan stilistika melihat
keindahan dalam pemakaian gaya bahasanya.
Setiap karya sastra mempunyai unsur pembangun yang secara
bersama-sama membentuk kesatuan dan susunan yang indah sehingga
dapat dinikmati pembaca. Analisis struktural merupakan kajian kesustraan
yang menitikberatkan pada hubungan antar unsur pembangun sebuah
karya sastra. Struktur karya sastra yang hadir dihadapan pembaca harus
dipandang sebagai sebuah totalitas yang saling berhubungan. Dalam kajian
struktur puisi adalah hal terpenting karena mampu mengungkapkan makna
secara menyeluruh dan memiliki keterkaitan dan keterjalalinan semua
unsur dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna
secara utuh. Dengan mengkaji struktur, kita akan memperoleh gambaran
yang dimaksud oleh pengarang akan puisinya. Kajian struktur puisi
merupakan unsur paling penting dalam membangun puisi. Kajian struktur
2
puisi dalam hal ini dapat dengan menguraikan Unsur atau struktur fisik
puisi (Diksi, Imaji, Kata Kongret, Gaya Bahasa) dan struktur batin puisi
( Tema, Rasa, Nada, Amanat). Struktur fisik dan struktur batin puisi
ditelaah unsur-unsurnya. Struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris yang
bersama-sama membangun bait-bait puisi. Struktur fisik puisi adalah
media pengungkap struktur batin puisi. Struktur batin puisi merupakan apa
yang hendak disampaikan oleh penyair dengan perasaan dan suasana
jiwanya. Kedua struktur itu harus mempunyai kepaduan dan unsur-unsur
puisi tidaklah berdiri sendiri, tetapi merupakan sebuah struktur yang sudah
tersusun dan merupakan kesatuan yang menunjukan hubungan keterjalinan
antar unsur satu dengan yang lainnya.
Stilistika adalah ilmu yang membahas tentang penggunaan bahasa
dan gaya bahasa di dalam karya sastra. Stilistika dimaksudkan untuk
mengungkapkan berbagai makna gaya bahasa dan efeknya. Puisi sebagai
kajian dari stilistika menggunakan gaya bahasa sastra sebagai media untuk
menemukan nilai estetisnya. Puisi disampaikan melalui kata-kata karena
puisi adalah keindahan yang menjelma dalam kata-kata. Bahasa
merupakan media pembangun. Sebagai media, bahasa berfungsi untuk
mengungkapkan atau mengekspresikan sebuah gagasan yang ada dalam
pikiran pengarang untuk disampaikan kepada pembaca dan setiap penulis
mempunyai cara masing-masing dalam mengekspresikan sebuah gagasan
yang ada dalam pikirannya dan menuangkannya kedalam kata-kata yang
dapat disebut gaya bahasa. Puisi memiliki ciri khas kepadatan pemakaian
3
bahasa, sehingga paling besar kemungkinannya untuk menampilkan ciri-
ciri stilistika dibandingkan dengan karya sastra yang lainnya puisilah yang
paling dominan. Melalui gaya bahasa sastra yang memiliki kekhasan serta
kekuatan estetik yang ada dalam puisi membuat seakan-akan gaya bahasa
memiliki kekuasaan yang kuat. Adapun aspek-aspek dalam gaya bahasa
yang dikaji dalam stilistika adalah gaya bunyi, gaya leksikal, gaya
gramatikal, kohsei dan bahasa figuratif (pemajasan), penyiasatan struktur
dan citraan.
Joko Pinurbo lahir di Sukabumi, Jawa Barat pada 11 Mei 1962.
Penyair yang populer dengan panggilan Jokpin memulai kariernya dengan
menekuni dunia jurnalistik dan menjadi redaktur di majalah Basis hingga
1992, kemudian sempat bergabung dengan penerbit Grasindo, dan pada
2008 merupakan editor pada Biro Naskah Gramedia. Joko Pinurbo
dianggap sebagai salah satu penyair generasi 2000-an yang terpenting.
Sajak-sajaknya yang dikenal karena gaya, bahasa dan tema khas yang
digunakan.
Joko Pinurbo telah menerbitkan belasan buku puisi, antara lain:
Celana, Tahilalat, Surat Kopi, Bulu Matamu: Padang Ilalang, Selamat
Menunaikan Ibadah Puisi, Malam Ini Aku Akan Tidur di Matamu, Buku
Latihan Tidur, dan sebuah buku cerita berjudul Srimenanti. Jokpin telah
menerima berbagai penghargaan: Hadiah Sastra Lontar (2001),
Penghargaan Sastra Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (2002, 2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015), South
4
East Asian ( SEA) Write Award (2014), dan Anugerah Kebudayaan
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (2019). Karya-karyanya telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, Mandarin, dll.
Buku kumpulan puisi “Perjamuan Khong Guan” yang di tuliskan
oleh penyair kondang Joko Pinurbo diterbitkan pada awal tahun 2020 oleh
Gramedia Pustaka Utama. Melihat sampul depan buku “Perjamuan Khong
Guan” karya Joko Pinurbo, seketika langsung teringat pada kaleng biskuit
Khong Guan. Berwarna merah dengan desain gambar keluarga yang terdiri
atas ibu dan dua anak dalam lingkaran sedang minum teh. Buku kumpulan
puisi “Perjamuan Khong Guan” terdiri atas empat kaleng (sebagai kata
ganti bab), dengan jumlah total sebanyak 80 puisi dengan variasi panjang
dan pendek. Kaleng pertama menjelaskan mengenai kehidupan sehari-hari
manusi, rasa kemanusiaan yang sebagian besar ditulis pada tahun 2018.
Pada kaleng kedua, Joko Pinurbo menyajikan permainan bunyi bahasa
Indonesia yang unik ditulis pada tahun 2017. Kaleng ketiga berisi
hubungan seseorang dengan buku yang diwujudkan dalam sosok Minnah
yang ditulis pada tahun 2019. Pada kaleng keempat mengenai segala hal
yang berkaitan dengan Khong Guan, yang ditulis hanya rentang dua bulan
sejak september 2019. Buku kumpulan puisi “Perjamuan Khong Guan”
yang diambil dari salah satu puisinya dengan judul yang sama. Selebihnya
puisi-puisi Khong Guan lain sangat menarik untuk disimak dan dibaca.
Dari kaleng Khong Guan, ternyata bisa bercerita mengenai banyak hal.
5
Berdasarkan uraian di atas peneliti memilih judul “ Analisis Puisi
Perjamuan Khong Guan Karya Joko Pinurbo: Kajian Struktural dan
Stiliska”. Puisi ini sangat menarik untuk dianalisis. Dalam penelitian ini
penulis akan menganalisis struktur batin puisi dan menganalisis
penggunaan stilistika pada bahasa figuratif (pemajasan) dan citraan yang
terdapat pada puisi Perjamuan Khong Guan Karya Joko Pinurbo.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka untuk
menghindari pembahasan yang terlalu luas, peneliti akan memfokuskan
dalam penelitian ini adalah:
1. Mengkaji struktur batin puisi yang mencangkup (tema, nada, perasaan,
dan amanat) dalam “Analisis Puisi Perjamuan Khong Guan Karya
Joko Pinurbo”.
2. Mengkaji stilistika yang mencangkup bahasa figuratif (pemajasan) dan
citraan dalam “Analisis Puisi Perjamuan Khong Guan Karya Joko
Pinurbo”.
C. Rumusan Penelitian
Berdasarkan fokus masalah tersebut, dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur batin puisi yang terdapat dalam puisi Perjamuan
Khong Guan Karya Joko Pinurbo ?
2. Apa saja bahasa figuratif (pemajasan) dan citraan yang terdapat pada
puisi Perjamuan Khong Guan Karya Joko Pinurbo ?
6
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian dan rumusan penelitian yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan dan menganalisis struktur batin puisi yang terdapat
pada puisi Perjamuan Khong Guan Karya Joko Pinurbo.
2. Mendeskripsikan dan menganalisis bahasa figuratif (pemajasan) dan
citraan puisi yang terdapat pada puisi Perjamuan Khong Guan Karya
Joko Pinurbo.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh
penulis adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan dalam
kesusastraan khususnya hasil karya sastra yang berbentuk puisi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, kajian ini dapat menambah pengetahuan dalam
menganalisis karya sastra dan dapat menjadi referensi dalam
mengkaji karya sastra khususnya puisi.
b. Bagi institusi, dengan adaya penelitian ini berarti pihak lembaga
dapat menambah koleksi kepustakaan yang bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan karya sastra khususnya puisi.
c. Bagi pecinta dan pembaca karya sastra, kajian ini dapat menjadi
referensi dalam memberikan peniliaian terhadap karya sastra.
7
d. Bagi masyrakat, dapat meningkatkan kecintaan masyarakat akan
karya sastra Indonesia khususnya puisi.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Hakikat Puisi
Puisi adalah bentuk karya sastra yang berasal dari hasil ekspresi
pemikiran yang dapat membangkitkan perasaan, merangsang imajinasi
melalui panca indera. Puisi adalah bagian dari hasil penggambaran
yang diungkapkan melalui bahasa yang dirangkai dengan indah
sehingga kata-kata yang diungkapkan bermakna dan mewakilkan
perasaan penyair.
a. Pengertian Puisi
Dibia (2018) mengatakan “Puisi adalah salah satu bentuk
kesustraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair
secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua
kekuatan bahasa, yakni dengan mengonsentrasikan struktur fisik
dan struktur batinnya” (h.77). Pendapat ahli di atas puisi adalah
suatu kekuatan bahasa untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
dengan tetap memerhatikan struktru fisik dan struktur batin puisi.
Zulfahnur (2016) berpendapat “Puisi termasuk salah satu
sastra yang berisi ungkapan penyair mengandung rima dan irama.
9
Serta diungkapkan dalam pilihan kata yang cermat dan tepat.
Bahasa yang dipergunakan penyair harus mewakili rasa dan pesan
yang hendak disampaikan” (h.5.2). Maksud Zulfahnur puisi adalah
karya sastra yang diungkapkan dengan pemilihan kata dan bahasa
yang tepat sehingga dapat mewakili rasa dan pesan yang hendak
disampaikan.
Pradopo (2014) mengemukakan “Puisi itu mengekspresikan
pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang
imajinasi pancaindra dalam susunan yang berirama. Semua itu
merupakan sesuatu yang penting yang direkam dan diekspresikan,
dinyatakan dengan menarik dan memberikan kesan. Puisi itu
merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang
penting. Digubah dalam wujud yang paling berkesan” (h.7).
Maksud Pradopo puisi adalah bentuk dari mengekspresikan
perasaan dengan menggunakan imajinasi pancaindra yang berirama
untuk pengalaman yang memberikan kesan.
Berdasarkan pendapat ketiga ahli tersebut puisi adalah
bentuk karya sastra yang berisi ungkapan-ungkapan dan
pengalaman penyair dalam mengungkapkan perasaan melalui
imajinasi pancaindra, pemilihan kata, dan permainan bahasa.
Namun, tetap memperhatikan struktur fisik puisi dan struktur batin
puisi untuk menyampaikan kesan dan pesan yang terdapat
didalamnya.
10
b. Jenis-jenis Puisi
Dibia (2018) mengemukakan berdasarkan bentuknya kita
mengenal puisi terikat dan puisi bebas. Puisi terikat dapat
dikatakan sebagai puisi lama, puisi yang diciptakan oleh
masyarakat lama, seperti pantun, syair, dan gurindam. Puisi lama
merupakan puisi yang terikat oleh syarat-syarat, seperti jumlah
lirik dalam setiap bait, jumlah suku kata dalam setiap lirik, pola
rima dan irama, serta muatan setiap bait. Sedangkan puisi baru,
puisi bebas atau yang dikenal sebagai puisi modern merupakan
bentuk pengucapan puisi yang tidak menginginkan pola-pola
estetika yang kaku dan patokan-patokan yang membelenggu
kebebasan jiwa penyair. Dengan demikian, nilai puisi modern
dapat dilihat pada keutuhan, keselarasan, dan kepadatan ucapan,
dan bukan terletak pada jumlah bait dan lirik yang membangunnya
(h.78).
Zulfahnur (2016) menggolongkan puisi berdasarkan
kemunculannya. Diantaranya:
1) Puisi lama
Puisi lama telah lahir sebelum kesustraan Indonesia mendapat
pengaruh dari kebudayaan barat. Masyarakat pada masa itu
yang cenderung bersifat kolektif, melahirkan bentuk puisi yang
sangat terikat oleh berbagai aturan. Puisi lama juga harus
11
mengandung rima, memiliki jumlah larik tertentu, bahkan juga
ditentukan jumlah suka kata dalam larik terutama dalam
pantun. Ada beberapa jenis pantun lama, diantaranya:
a) Mantra
Mantra ialah susunan kalimat yang mengandung
kekuatan gaib. Biasanya mantra diucapkan oleh orang
tertentu. Pada waktu dam tempat yang tertentu pula. Mantra
baru diucapkan jika ada kegiatan dengan maksud khusus.
Orang yang bertugas mengucapkan mantra dinamakan
pawang. Jenis mantra yang dinamakan sesuai dengan
kegiatan yang dilakukan. Misalnya mantra pengusir setan,
mantra penolak hujan, ataupun mantra nyrirep.
b) Bidal
Bidal ialah susunan kalimat yang mengandung
kiasan, dipergunakan untuk menyatakan sesuatu namun
tidak berterus terang, melainkan melalui sindiran ataupun
perlambangan. Jenis bidal ini mencakup peribahasa,
pepatah, tamsil, perumpamaan, ibarat, serta pemeo. Seluruh
jenis tersebut dinyatakan dalam kalimat-kalimat singkat.
c) Pantun dan Karmina
Pantun dipergunakan untuk menyatakan berbagai
perasaan untuk menasihati. Pantun merupakan jenis sastra
yang sangat terikah oleh berbagai aturan, diantaranya:
12
(1) Tiap larik hanya terdiri atas 8-12 suku kata;
(2) Tiap bait terdiri dari 4 larik;
(3) Dua larik pertama merupakan sampiran, sedangkan dua
larik berikutnya merupakan isi pantun, dan
(4) Bersajak sengkelang dengan rumusan a-b-a-b
Adapun pantun yang terdiri dari 2 larik disebut pantun kilat.
Karmina merupakan pantun yang terdiri dari 2 larik, yang
masing-masing larik berupa sampiran dan isi serta bersajak
sama a-a.
d) Talibun
Talibun termasuk jenis pantun yang jumlah lariknya
selalu genap dengan jumlah minimal 6 larik dalam 1 bait.
Dengan demikian jumlah larik talibun dapat terdiri 6,7,8,10
dan seterusnya dalam 1 bait. Seperti layaknya pantun,
talibun juga terdiri dari sampiran dan isi yang masing-
masing setengah bagian. Apabila sebuah talibun terdiri dari
6 larik maka 3 larik pertama merupakan sampiran. Talibun
bersajak a-b-c-a-b-c atau a-b-c-d-a-b-c-d.
e) Seloka
Sekola ialah susunan kalimat yang berisi nasihat,
sindiran, ataupun seloroh. Tiap bait terdiri dari 4 larik,
perbedaannya dengan pantun ialah bersajak a-a-a-a, ada
sebagaian pakar yang berpendapat bahwa seloka
13
merupakan pantun berkait. Jenis sekola yang aslinya
berasal dari India ini memang kurang populer di Indonesia.
f) Gurindam
Gurindam ialah susunan kalimat yang berisi nasihat
atau petuah yang setiap baitnya terdiri dari 2 larik. Larik
pertama merupakan sebab atau alasan, sedangkan larik
kedua merupakan akibat atau balasan. Kebanyakan
gurindam bersajak sempurna a-a, namun ada pula yang
bersajak a-b. Penyair gurindam yang sangat terkenal ialah
Raja Ali Haji, dengan karyanya yang berjudul Gurindam
XII. Sesuai dengan judulnya, gurindam ini memiliki 12
pasal.
g) Syair
Syair adalah susunan kalimat yang dipergunakan
untuk melukiskan atau menceritakan sesuatu yang
mengandung unsur mitos atau sejarah. Setiap bait terdiri
dari 4 larik, yang setiap lariknya terdiri 8-12 suku kata.
syair bersajak sama a-a-a-a, serta tidak memiliki sampiran.
Keempat larik syair merupakan satu rangkaian cerita yang
utuh. pengguban syair yang terkena; diantaranya bernama
Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dan Hamzah Fansuri.
14
2) Puisi Baru
Puisi baru banyak mendapat pengaruh dari kebudayaan
Eropa. Puisi ini lahri pada masa penjajahan Belanda, dengan
demikian sulit dielakan adanya pengaruh kebudayaan Eropa
terhadap puisi baru yang masih mendapat persamaan bentuk
antara puisi lama dengan puisi baru, yaitu masih terikat pada
jumlah larik dalam satu bait. Namun jumlah suka kata dalam
setiap larik serta rima sudah tidak lagi terikat oleh aturan yang
ketat.
Ada delapan jenis puisi baru, di antaranya:
a) Disticon
Puisi yang terdiri dari 2 larik dalam 1 bait atau disebut juga
sajak 2 seuntai.
b) Terzina
Puisi yang terdiri dari 3 larik dalam 1 bait atau disebut juga
sajak 3 seuntai.
c) Quatrain
Puisi yang terdiri dari 4 larik dalam 1 bait atau disebut juga
sajak 4 seuntai.
d) Quint
Puisi yang terdiri dari 5 larik dalam 1 bait atau disebut juga
sajak 5 seuntai.
15
e) Sextet
Puisi yang terdiri dari 6 larik dalam 1 bait atau disebut juga
sajak 6 seuntai.
f) Septima
Puisi yang terdiri dari 7 larik dalam 1 bait atau disebut juga
sajak 7 untai.
g) Stanza atau Oktaf
Puisi yang terdiri dari 8 larik dalam 1 bait atau disebut juga
sajak 8 seuntai.
h) Soneta
Puisi yang dalam satu bait mengandung 14 larik. Biasanya
soneta dibagi menjadi 4 bait yang terdiri dari 2 quatrain dan
2 sextet. Bentuk soneta di Indonesia tidak terlalu sama
dengan soneta asli yang berasal dari Italia.
3) Puisi Modern
Puisi modern bercirikan bentuk puisi yang bebas dari
aturan, baik bentuk maupun aturan isi. Bahkan dalam puisi
modern ada yang hanya memiliki beberapa kata atau bahkan
hanya terdiri dari satu kalimat saja. Puisi modern memang lebih
mementingkan isi dibandingkan dengan bentuk. Namun,
bentuk fisik puisi atau tipografi yang dibuat secara khas oleh
penyair, digunakan untuk mendukung isi puisi.
16
Puisi modern dapat digolongkan berdasarkan cara pengungkapan
penyair, yaitu terdiri dari:
a) Puisi epik adalah puisi puisi yang mengandung unsur-unsur
epik dan narasi. Puisi ini disebut puisi kiasan, karena
dipergunakan penyair untuk mengisahkan suatu peristiwa.
Yang termasuk jenis puisi ini adalah: puisi epik, balada, dan
roman.
b) Puisi lirik adalah puisi yang mengandung curhatan rasa dan
suasan hati, sebagai cetusan isi hati penyairnya. Yang termasuk
kedalam jenis puisi lirik adalah hymne, ode, soneta, dan elegi.
c) Puisi dramatik menekankan pada unsur-unsur dramatik, berupa
tikaian emosi akulirik. Unsur dramatik yang dipergunakan
terutama adalah monolog dan dialog untuk mengungkapkan
sikap akulirik puisi dramatik berupaya mengungkapkan
suasana atau peristiwa tertentu dan analisis akulirik tentang
peristiwa yang dihadapi.
Sedangkan menurut Kokasih (2012) berdasarkan cara
penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak
disampaikan, puisi terbagi ke dalam jenis-jenis puisi. sebagai
berikut:
17
1) Puisi Naratif
Puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair.
puisi ini terbagi ke dalam beberapa macam, yakni balada dan
romansa. Balada adalah puisi yang berisi cerita tentang orang-
orang perkasa ataupun tokoh pujian. Contohnya Balada Orang-
Orang Tercinta dan Blues untuk Bonnie Karya W.S Rendra.
Romansa adalah jenis puisi cerita yang menggunakan bahasa
romantik yang berisi kisah percintaan yang menggunakan
bahasa romantik yang berisi kisah percintaan, yang diselingi
perkelahian dan petualangan. Rendra juga banyak menulis
romansa. Kirdjomuljo menulis romansa yang berisi kisah
petualangan dengan judul Romance Perjalanan. Kisah cinta ini
juga dapat berarti kisah cinta tanah kelahiran seperti puisi-puisi
Ramadhan K.H.
2) Puisi Lirik
Jenis puisi ini terbagai ke dalam beberapa macam, misalnya
elegi, ode, dan serenada. Elegi adalah puisi yang
mengungkapkan perasaan duka. Misalnya Elegi Jakarta karya
Asrul Sani yang mengungkapkan perasaan duka penyair di
Kota Jakarta. Serenada ialah sajak percintaan yang dapat
dinyanyikan. Kata “serenada” berarti nyanyian yang teoat
dinyanyikan pada waktu senja. Ode adalah puisi yang berisi
pujaan terhadap seseorang, sesuatu hal atau sesuatu keadaan
18
yang banyak ditulis ialah pemujaan terhadap tokoh-tokoh yang
dikagumi.
3) Puisi Deskriptif
Dalam jenis puisi ini, penyair bertindak sebagai pemberi kesan
terhadap keadaan/peristiwa, benda, atau suasana yang
dipandang menarik perhatiannya. Puisi yang termasuk ke daam
jenis puisi deskriptif, misalnya adalah satire, puisi yang bersifat
kritik sosial, dan puisi-puisi impresionistik.
Satire adalah puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas
penyair terhadap suatu keadaan, namun dengan cara menyindir
atau menyatakan keadaan sebaliknya. Puisi kritik sosial adalah
puisi yang juga menyatakan ketidaksenangan penyair terhadap
keadaan atau terhadap diri seseorang, namun dengan cara
membeberkan kepincangan atau ketidakberesan keadaan/orang
tersebut. Kesan penyair juga dapat kita hayati dalam puisi-puisi
impresionistik yang mengungkapkan kesan (impres) penyair
terhadap suatu hal.
4) Puisi Kontemporer
Dalam jenis puisi ini, puisi kontemporer lebih mengutamakan
kekuatan bunyi daripada makna. Puisi ini dapat dirumuskan
sebagai puisi yang mengutamakan permainan bunyi dan
mengabaikan arti.
19
2. Struktural
Pendekatan struktrual dipelopori oleh kaum Formalis Rusia dan
Strukturalisme Praha. Ia mendapat pengaruh langsung dari teori
Saussure yang mengubah studi lingustik dari pendekatan diakronik ke
sinkronik. Pada pendekatan ini unsur-unsur pembangun karya sastra
merupakan hal terpenting dalam penyajian makna. Kesatuan karya
sastra mampu mengungkapkan makna secara menyeluruh.
Nurgiyantoro (2015) mengemukakan “Kajian struktural teks-teks
kesastraan penting untuk memahami makna keseluruhan karya yang
bersangkutan.” (h.61). Pendapat di atas bahwa kajian struktural sangat
penting dalam memahami makna sebuah karya sastra.
Winarni (2013) mengungkapkan bahwa kajian strukturalisme
bertujuan dalam memaparkan secermat dan sedetail mungkin
keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra yang
bersama-sama menghasilkan makna secara utuh. (Hudhana, 2018,
h.78). Maksud Winarni kajian strukturalisme merupakan sebuah kajian
yang sangat detail hubungannya dengan semua unsur dan aspek yang
terdapat dalam karya sastra untuk menghasilkan makna secara utuh.
Suhardiyanto dan Yundi Fitrah (2018) berpendapat bahwa
pendekatan struktural adalah suatu pendekatan dalam ilmu sastra yang
cara kerjanya menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun
karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaitan unsur-
unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna.(h.85).
20
Maksud pendapat di atas bahwa pendekatan struktural adalah
menganalisis unsur-unsur yang membangun untuk mencari keterkaitan
antar unsur dan kebulatan makna.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas kajian struktural sangat penting
dalam memahami sebuah karya sastra dengan menguraikan secara
detail hubungannya dengan semua unsur dan aspek yang terdapat
dalam karya sastra untuk mencari keterkaitan antar unsur dan
menghasilkan makna secara utuh.
a. Struktur Puisi
Nurgiyantoro (2015) mengemukakan bahwa struktur
pembangun sastra terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Yang termasuk unsur instrinsik adalah unsur yang secara langsung
membangun cerita dari dalam karya sastra itu. Ada pula unsur yang
berada diluar karya sastra tetapi turut membangun karya sastra
tersebut dari luar, dinamakan unsur ekstrinsik. Meskipun unsur
ekstrinsik berada diluar karya sastra namun tetap memiliki peran
penting bagi karya tersebut.
1) Unsur Instrinsik Puisi
Pendapat yang berkembang bahwa puisi dibangun oleh unsur
instrinsik dan unsur ekstrinsik yang termasuk unsur instrinsik
ialah tema, amanat, sikap atau nada, perasaan, tipografi,
ejambemen, akulirik, citraan, serta gaya bahasa.
21
a) Tema, ialah persoalan pokok yang mendasari suatu karya
sastra. tema muncul di awal kegiatan penciptaan karya
sastra, karena adanya dorongan yang kuat pada diri penyair
untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya. Oleh sebab
itu, tema bersifat khusus atau khas untuk setiap penyair.
Dengan kata lain tema berkaitan erat dengan keyakinan
penyair dalam memaknai hidup dan kehidupan.
b) Amanat, adalah pesan yang ingin disampaikan penyair
kepada pembaca melalui karyanya. Dalam karya sastra
lama, amanat lebih banyak disampaikan penyair secara
langsung atau tersurat di dalam puisinya. Sedangkan pada
karya sastra modern, lebih bayak menuangkan amanat
secara samar yaitu tersembunyi di dalam puisi atau tersirat.
c) Sikap penyair yang tertuang di dalam puisi disebut juga
sebagai nada puisi, karena sikap penyair turut menentukan
nada setiap karyanya.
d) Perasaan penyair selalu terekspresikan dalam puisi-puisi
ciptaannya. Perasaan ini pulalah yang membedakan satu
penyair dengan penyair lainnya dalam memilih kata.
Meskipun melukiskan objek yang sama, namun latar
belakang pengalaman serta pandangan hidup penyair turut
berperan membedakan ekspresi mereka dalam berkarya.
22
e) Tipografi, salah satu pembeda antara puisi dengan prosa
adalah tipografi. Tiporgrafi disebut juga ukiran bentuk puisi
yang tidak membentuk kesatuan sintaksis melainkan tertata
ke bawah membentuk bait.
f) Enjambemen, pemindahan bagian kalimat pada larik
berikutnya dinamakan enjambemen. Selain dapat
menimbulkan nuansa makna, enjambemen juga berfungsi
mempererat hubungan makna antar larik. Penciptaan
enjambemen tidak memiliki aturan yang khusus. Penyair
dapat menggunakan enjambemen pada puisinya untuk
menciptakan efek tertentu, atau bahkan tidak ingin
menggunakannya.
g) Akulirik, tokoh yang berbicara dalam puisi disebut akulirik.
Akulirik tidak selalu identik dengan penyairnya, meskipun
penyair dapat sekaligus bertindak sebagai akulirik.
h) Rima, ialah persamaan bunyi yang berulang secara teratur
pada kata yang letaknya berdekatan, baik yang terdapat
pada satu larik atau antarlarik. Pada puisi lama rima
merupakan sarana struktrual terpenting, namun sekarang
kedudukannya mulai bergeser. Puisi modern tetap
mengandung rima, namun tidak terlalu mementingkan
unsur rima.
23
i) Citraan, penyair menciptakan puisi bukan sekedar untuk
dibaca, melainkan juga untuk dipahami dan dihayati oleh
pembacanya. Salah satu upaya penyair agar pembaca
mampu memahami dan menghayati puisi, dilakukan
melalui penggunaan citraan-citraan yang kuat. Pilihan kata
yang tepat agar dapat menimbulkan kiasan gambaran dalam
pikiran pembaca dinamakan citraan. Citraan atau disebut
juga imaji dapat digolongkan menjadi empat kelompok,
yaitu:
(1) Citraan Penglihatan (visual imagery)
Apabila pembaca seolah-olah dapat melihat objek yang
digambarkan penyair dalam puisinya.
(2) Citraan Pendengaran (audiotory imagery)
Apabila pembaca seolah-olah dapat mendengar bunyi-
bunyian dibalik kata yang dipergunakan oleh penyair.
(3) Citraan Penciuman (smell imagery)
Apabila pembaca seolah-olah dapat mencium bau yang
muncul dari kata-kata yang dipilih oleh penyair.
(4) Citraan Perasaan (tactile imagery)
Apabila pembaca seolah-olah dapat merasakan objek
yang diungkapkan oleh penyair dalam puisinya.
24
j) Gaya Bahasa, Cara khas yang dipakai penyair untuk
menimbulkan efek estetis. Seperti halnya dengan citraan,
gaya bahasa berfungsi menghimbau pancaindra pembaca
agar lebih cepat dapat memahami puisi. Penyair berusaha
memanfaatkan kekayaan bahasa yang dimilikinya, dalam
menciptakan puisi dengan gaya yang menawan.
2) Unsur Ekstrinsik Puisi
Unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap keutuhan isi
puisi. Oleh sebab itu, harus dipandang sebagai sesuatu yang
penting perannya. Unsur ekstrinsik dapat terdiri dari unsur
biografi penyair yang turut mempengaruhi puisinya, unsur
kesjahteraan yang menggambarkan keadaan zaman pada saat
puisi tersebut diciptakan, dan unsur kemasyarakatan. (h.4.2-
4.11)
Menurut kokasih (2019) unsur puisi meliputi unsur fisik
dan unsur batin. Selain itu, secara tidak langsung unsur
ekstrinsik pun berpengaruh pada sebuah puisi.
1) Unsur fisik
Unsur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Perwajahan puisi (tipografi), adalah bentuk puisi seperti
halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan kiri,
pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu
25
dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik. Hal tersebut menentukan pemaknaan terhadap puisi.
b) Diksi ialah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh
penyair dalam puisinya. Puisi menggunakan sedikit kata-
kata yang dapat mengungkapkan banyak hal sehingga kata-
kata tersebut harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan
kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna,
keselarasan bunyi, dan urutan kata.
c) Citraan (imaji) yaitu kata atau susunan kata yang
mengungkapkan pengalama indrawi, misalnya penglihatan,
pendengaran dan perabaan. Citraan-citraan itu
mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar,
dan merasakan sesuatu yang dialami penyair.
d) Kata konkret adalah kata yang dapat memunculkan imaji
karena dapat dianggap indra. Kata ini berhubungan dengan
kiasan atau lambang. Seperti kata konkret “salju” di mana
melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup; atau
kata “rawa-rawa” melambangkan tempat kotor, tempat
hidup bumi, kehidupan, dan lain-lain.
e) Gaya bahasa adalah penggunaan bahasa dengan
menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan
konotasi tertentu dengan bahasa figuratif yang
menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya
26
memancarkan banyak makna atau kaya makna. Gaya
bahasa disebut dengan majas. Macam-macam majas yang
mungkin digunakan dalam puisi yaitu metafora, simile,
personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi,
anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks,
satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
f) Rima/irama ialah persamaan bunyi puisi baik diawal,
tengah, maupun akhir baris puisi. rima sangat menonjol
dalam pembacaan puisi. Rima mencangkup onomatope
(aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak
berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repitisi bunyi
(kata), dan sebagainya); pengulangan kata/ungkapan selain
rima dikenal pula ritma. Ritma merupakan tinggi rendah,
panjang pendek, atau keras lemahnya bunyi.
2) Unsur Batin
Unsur batin puisi, meliputi hal-hal berikut.
a) Tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang
dikemukakan pengarang. Kalaulah teks itu berbentuk puisi,
tema puisi merupakan pokok pikiran yang mendesak kuat
dalam jiwa penyair sehingga menjadi landasan utama
dalam pengungkapan puisinya.
b) Rasa (feeling) yaitu sikap penyair mengenai pokok
permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan
27
tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial
dan psikologi penyair, seperti latar belakang pendidikan,
agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam
masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis,
dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan teman dan
ketetapan dalam menyikapi suatu masalah tidak tergantung
dari kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya
bahasa, dan bentuk puisi saja. Namun juga dari wawasan,
pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk
oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
c) Nada (tone) adalah sikap penyair terhadap pembacanya.
Nada berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat
menyampaikan tema baik dengan nada yang menggurui,
mendikte, bekerja sama dengan pembaca dalam pemecahan
masalah, menyerahkan masalah kepada pembaca, dan lain-
lain.
d) Amanat (intention) adalah pesan dalam puisi yang hendak
disampaikan penyair kepada pembaca (h.463-470).
28
3. Stilistika
Stiliska (stylistic) adalah ilmu tentang gaya, sedangkan stile
(style) adalah cara-cara yang khas, bagaimana segala sesuatu
diungkapkan dengan cara tertentu, sehingga tujuan yang dimaksudkan
dapat dicapai secara maksimal. Stilistika berkaitan erat dengan stile.
Bidang garapan stilistika adalah stile, bahasa yang dipakai dalam
konteks tertetu, dalam ragam bahasa tertentu. jika style di
Indonesiakan dengan diadaptasikan menjadi ‘stile’ atau ‘gaya bahasa’,
istilah stylistic juga dapat diperlakukan sama, yaitu diadaptasi menjadi
‘stilistika’. Istilah stilistika juga lebih singkat dan efisien daripada
terjemahannya yang “kajian gaya bahasa’ atau ‘kajian stile’.
Menurut Ratna (2017) “dengan singkat stilistika berkaitan dengan
pengertian ilmu tentang gaya secara umum, meliputi seluruh aspek
kehidupan manusia. Stilistika dalam karya sastra merupakan bagian
stiliska budaya itu sendiri. Meskipun demikian, dengan adanya
intensitas penggunaan bahasa dalam karya sastralah pemahaman
stilistika paling banyak dilakukan” (h.5-6). Maksud Ratna bahwa
stilistika adalah ilmu tentang gaya bahasa yang meliputi aspek
kehidupan manusia dengan menggunakan bahasa sebagai intensitas
pemahamannya.
Nurgiyantoro (2019) berpendapat “kajian stilistika dimaksudkan
untuk menjelaskan fungsi keindahan penggunaan bentuk kebahasaan
tertentu. Mulai dari aspek bunyi, leksikal, struktur, bahasa figuratif,
29
sarana retorika, sampai grafologi. Hal ini dapat dipandang sebagai
bagian terpenting dalam analisis bahasa sebuah teks dengan
pendekatan stilistika” (h.75-76). Pendapat Nurgiyanto dimaksudkan
bahwa stilistika adalah suatu penggunaan bahasa yang memiliki
keindahan pada bentuk kebahasaan yang meliputi berbagai aspek.
Tarigan (2013) mengemukakan “gaya bahasa merupakan bentuk
retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk
meyakinkan atau mempengaruhi penyimak dan pembaca” (h.4).
Maksud Tarigan Gaya bahasa adalah penggunaan kata-kata untuk
mempengaruhi pembaca.
Berdasarkan pendapat ketiga Ahli di atas bahwa stilistika adalah
ilmu tentang gaya bahasa yang menggunakan kata-kata sebagai bentuk
bahasa yang memiliki keindahan pada bentuk kebahasaannya yang
dipandang sebagai intensitas pemahamannya. Gaya bahasa meliputi
beberapa aspek mulai dari aspek bunyi, leksikal, struktur, bahasa
figuratif, sarana retorika, sampai grafologi.
a. Tujuan Kajian Stilistika
Nurgiyantoro (2019) mengemukakan kajian stilistika dapat
juga bertujuan untuk menentukan seberapa jauh dan dalam hal apa
serta bagaimana pengarang mempergunakan tanda-tanda linguistik
untuk memperoleh efek khusus. Ada asumsi bahwa ketika
pengarang menggunakan bentuk-bentuk bahasa tertentu, memilih
berbagai bentuk komponen bahasa tertentu. Misalnya kata dan
30
ungkapan itu adalah sesuatu yang disengaja. Maka, pemilihan itu
memiliki tujuan tertentu, memiliki tujuan untuk mencapai efek
khusus, efek estetis. Hasil kajian stile akan memperkaya
pengetahuan, bahasa dalam suatu teks (sastra) (h.76).
Masih pendapat Nurgiyantoro bahwa tujuan kajian stile
(stilistika) adalah untuk mengapresiasi teks kesastraan. Hal itu
berarti kita harus menganalisis berbagai aspek bahasa teks. Aspek
yang dianalisis untuk teks sastra adalah berbagai tanda linguistik
(linguistik features) yang meliputi bunyi, diksi, struktur, bahasa
figuratif (pemajasan), sarana retorika (penyiasatan struktur), serta
konteks dan kohesi. Berbagai aspek inilah yang dikaji untuk
ditemukan keberadaannya dalam sebuah teks yang bersangkutan.
Hasilnya di deskripsikan dalam bentuk deskripsi kebahasaan
(linguistik description). Tujuan ini dimaksudkan untuk
menunjukan keunggulan dan atau ketepatan penggunaan berbagai
aspek kebahasaan dalam teks yang bersangkutan sehingga gagasan
dan pikiran yang dikemukakan jelas, dan karenanya dapat
dipahami oleh pembaca dengan baik (h.101-102).
b. Kajian (Unsur) Stile
Nurgiyantoro (2019) mengungkapkan Kajian terhadap stile
sebuah teks dilakukan dengan menganalisis unsur stile teks yang
bersangkutan. Teks-teks yang dikaji haruslah teks-teks yang jelas
konteksnya. Artinya, teks dengan ragam bahasa tertentu, misalnya
31
ragam bahasa sastra. unsur-unsur stile yang penting yang
dibicarakan di bawah ini adalah unsur bunyi, leksikal, struktur,
bahasa figuratif (pemajasan) dan sarana retorika (penyiasatan
struktur), citraan, serta kohesi.
1) Bunyi
Bahasa pertama-tama adalah bunyi, maka bunyi adalah
aspek penting dalam eksistensi bahasa. Bahasa terbentuk
karena adanya sistem konvensi masyarakat pemakai yang
bersangkutan lewat bunyi yang dihasilkan alat ucap. Bunyi
kemudian dikenal dengan dilambangkan lewat huruf-huruf dan
dikenal dengan bahasa tulis.
Unsur bunyi yang diidentifikasi antara lain mencakup hal-hal
sebagai berikut:
a) Persajakan dalam segala bentuknya, misalnya unsur bunyi
yang berwujud sajak awal, tengah, dan akhir untuk kata
larik, alitrasi, asonansi, dan lain-lain yang dapat ditemukan.
b) Irama dan semua cara untuk mencapainya. Misalnya
bentuk-bentuk bunyi yang menghasilkan suara melodis,
merdu, berirama, efoni atau kakafoni, bahkan mungkin juga
periodus, dan lain-lain.
c) Nada dan suasana yang terbangkitkan, misalnya nada dan
suasana riang gembira, bersemangat, romantis, rindu,
kagum, sedih, sendu, pasrah, tidak berdaya, dan lain-lain.
32
2) Leksikal
Aspek leksikal adalah satuan bentuk terkecil dalam konteks
struktur sintaksis dan wacana. Kalimat dibangun dan
dihadirkan lewat kata. Maka pemilihan kata-kata tersebut mesti
dilakukan secara hati-hati dan ketat dengan melewati
pertimbangan perihal ketepatan untuk memperoleh efek
tertentu yang diinginkan, khususnya efek estetis. Unsur leksikal
yang dimaksud adalah sama dengan pengertian diksi, yaitu
mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang
sengaja dipilih oleh pengarang untuk mencapai tujuan tertentu.
3) Gramatikal
Aspek gramatikal yang dimaksud dalam unsur stile ini
adalah struktur sintaksis yang di dalamnya terdapat unsur frase,
klausa, dan kalimat. Aspek struktur sintaksis merupakan
struktur yang lebih tinggi tingkatannya daripada unsur leksikal.
Struktur sintaksis tidak lain adalah susunan kata menurut aturan
tertentu. Artinya, kata-kata tidak dapat asal dideretkan begitu
saja tanpa tunduk pada sistem kaidah suatu bahasa. Sebuah kata
boleh saja sudah memiliki makna referensial, namun makna
yang secara pasti dikandungnya sebenarnya baru dapat
ditentukan setelah berada dala struktur kalimat atau bahkan
wacana yang memuatnya.
33
4) Kohesi
Kohesi merupakan hal penting dalam kaitannya dengan
wacana dan analisis wacana. Stilistika pada hakikatnya juga
merupakan analisis wacana. Maka kajian stilistika mesti juga
menempatkan khose sebagai salah satu unsur stile yang perlu
mendapat perhatian.
5) Bahasa Figuratif dan Sarana Retorika
Penggunaan bahasa figuratif dan sarana retorika dalam
bahasa sastra merupakan sesuatu yang sudah dikenal secara
umum. Bahkan tidak sedikit orang yang beranggapan bahasa
sastra mesti berwujud berbagai macam unsur bahasa figuratif
dan sarana retorika itu. Sebenarnya, kedua hal tersebut juga
banyak dimanfaatkan dalam bahasa nonsastra. Penggunaan
bahasa figuratif dan sarana retorika merupakan sarana untuk
memperoleh efek keindahan teks yang bersangkutan. Dalam
kenyataannya penggunaan stile sebuah penuturan, aspek
pemajasan (bahasa figuratif) dengan penyiasatan struktur
(sarana retorika) terjalin secara erat bahkan dalam satu kalimat.
Sebuah kalimat mungkin saja mengandung dan mendayakan
lebih dari satu unsur stile, yaitu yang berupa pemajasan dan
penyiasatan struktru sekaligus. Selanjutnya difokuskan pada
unsur stile pemajasan (bahasa figuratif) dan penyiasatan
struktur (sarana retorika).
34
a) Pemajasan
Istilah yang dipakai dapat majas atau bentuk
jadiannya pemajasan. Cakupan makna yang ditunjuk lebih
luas pemajasan. Pemajasan merupakan teknik
pengungkapan bahasa, penggayabahasaan, yang maknanya
tidak menunjuk pada mkan harfiah kata-kata yang
mendukungnya, melainkan pada makna yang ditambahkan
atau makna yang tersirat. Jadi pemajasan merupakan stile
yang bermain dengan makna, yaitu dengan menunjuk
makna yang dimaksud secara tidak langsung.
Dalam puisi kata dan bahasa adalah segalanya.
Keindahan puisi adalah keindahan bahasa. Tuntutan bahasa
puisi yang harus disingkat padat merupakan sebuah
konsentrasi seolah-olah “mengaharuskan” penggunaan
pemajasan agar dapat membangkitkan makna asosiatif yang
lebih luas. Maka pemajasan merupakan hal yang penting
kehadirannya. Penggunaan stile yang berwujud pemajasan,
apalagi dalam puisi, secara umum tampak memengaruhi
gaya dan keindahan teks-teks yang bersangkutan.
Majas memiliki bermacam jenis yang jumlahnya relatif
banyak, bahkan tidak sedikit literatur dan orang yang
memasukan stile yang bermain dengan struktur juga
sebagai pemajasan. Dari sekian banyak bentuk pemajasan,
35
tampak bahwa majas-majas itu pada umunya berupa majas
perbandingan dan sebagaian yang majas pertautan.
Ratna mengungkapkan Majas (figure of speech)
adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis
atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek
keindahan. Majas lebih banyak berkaitan dengan aspek
kebahasaan. Pada umumnya majas dibagi menjadi empat
macam, yaitu: a) majas penegasan, b) majas perbandingan,
c) majas pertentangan, d) majas sindiran. Dengan kalimat
lain, majas disamakan dengan gaya bahasa. Namun ruang
lingkup gaya bahasa lebih luas, sebaliknya majas lebih
sempit, sehingga majas bersifat membantu gaya bahasa. Di
dalam gaya bahasa inilah dimasukan penggunaan majas,
seperti repetisi, hiperbola, dan lainnya.
6) Citraan
Selain berbagai bentuk pemajasan dan penyiasatan struktur
cara khas lain yang laim digunakan dalam teks-teks sastra
adalah penggambaran secara konkret sesuatu yang sebenarnya
abstrak. Melalui ungkapan-ungkapan bahasa tertentu yang
ditampilkan dalam teks-teks sastra itu dapat merasakan indera
ikut terangsang, terbangkitkan seolah-olah ikut melihat atau
mendengar apa yang dilukiskan dalam teks tersebut.
36
Citraan merupakan suatu stile, gaya penuturan yang banyak
dimanfaatkan dalam penulisan sastra. Ia dapat dipergunakan
untuk mengkonkretkan pengungkapan gagasan-gagasan yang
sebenarnya abstrak melalui kata-kata dan ungkapan yang
mudah membangkitkan tanggapan imajinasi. Citra memberikan
kemudahan bagi pembaca. Citra terkait dengan panca indera
manusia, maka macam citraan juga ada lima buah. Kelima jenis
indera manusia dan kelima jenis citraan itu adalah:
a) Citraan penglihatan (visual)
Citraan visual adalah citraan yang terkait dengan
pengongkretan objek yang dapat dilihat oleh mata, objek
yang dapat dilihat secara visual. Jadi, objek visual adalah
objek yang tampak seperti meja, jendela, kursi, pintu, dan
lain-lain.
b) Citra Pendengaran (auditoris)
Citra pendengaran adalah pengkonkretan objek bunyi yang
didengar oleh telinga. Citra auditif terkait usaha
pengkonkretan bunyi-bunyi tertentu baik ditunjukan lewat
deskripsi verbal maupun tiruan, sehingga seolah-olah
pembaca dapat mendengar bunyi-bunyi itu walau hanya
secara mental rongga imajinasi.
37
c) Citraan Gerak (kinestetik)
Citraan gerak (kinestetik) adalah citraan yang terakit
dengan pengkonkretan objek gerak yang dapat dilihat oleh
mata. Hal itu mirip dengan citraan visual yang juga terkait
dengan penglihatan. Namun, dalam citraan gerak yang
dibangkitkan untuk dilihat adalah suatu aktivitas, gerak
motorik, bukan objek diam. Lewat penggunaan kata-kata
yang menyarankan pada suatu aktivitas, lewat kekuatan
iamjinasinya, pembaca (seolah-olah) juga dapat melihat
aktvitas yang dilukiskan.
d) Citraan Rabaan (taktil termal) dan Penciuman (olfaktori)
Citraan rabaan dan penciuman. Kedua citraan itu menunjuk
pada pelukisan rabaan dan penciuman secara konkret walau
hanya terjadi di rongga imajinasi pembaca. Tidak berbeda
dengan jenis-jenis citraan sebelumnya, kedua citraan itu
juga dimaksudkan untuk mengonkretkan dan
menghidupkan sebuah penuturan.
38
B. Penelitian Yang Relevan
Dalam penelitian proposal skripsi yang berjudul “Analisis Puisi
Perjamuan Khong Guan Karya Joko Pinurbo: Kajian Struktural dan
Stilistika”. Penelitian ini bukanlah satu-satunya yang membahas mengenai
Kajian Struktural dan Stilistika. Penelitian yang dijadikan sebagai
penelitian relevan, penelitian tersebut antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Muamar Ahmad Gardhafi mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2019 dengan judul
“Majas dan Citraan Dalam Antologi Puisi Surat Kopi Karya Joko
Pinurbo: Kajian Stilistika dan Relevansinya Sebagai Pembelajaran
Karya Sastra Di SMA”. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa Majas yang terkandung dalam 15 puisi dalam antologi puisi
Surat Kopi Karya Joko Pinurbo antara lain: hiperbola, personifikasi,
metafora, antitesis, ironi, repetisi, indo, klimaks, dan paradoks. Majas-
majas tersebut digunakan untuk memperindah menyampaikan makna
melalui bahasa kiasan yang indah dan menarik. Citraan yang terdapat
dalam 15 puisi dalam antologi puisi Surat Kopi Karya Joko Pinurbo
antara lain: citraan intelektual, pengecapan, penglihatan, pendengaran
dan perabaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan
menganalisis dengan kajian stilistika pada penggunaan majas dan
citraan masih paling dominan dan banyak ditemukan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Aditya Krisna Bayu mahasiswa Ilmu
Budaya Universitas Diponegoro dengan judul “Puisi “Batas” Dan
39
“Tidak Ada New York Hari Ini” Karya M. Aan Mansyur: Kajian
Struktur dan Stilistika”. Hasil analisis diksi dan gaya bahasa puisi
“Tidak Ada New York Hari Ini” banyak menggunakan diksi konotatif.
Puisi “Batas” lebih banyak menggunakan diksi dengan makna
denotatif. Pada puisi “Tidak Ada New York Hari Ini” gaya bahasa
yang paling sering digunakan adalah gaya bahasa berdasarkan tidak
langsungnya makna. Pada puisi “Batas” gaya bahasa juga lebih banyak
menggunakan gaya bahasa berdasarkan tidak langsung maknanya.
Dengan demikian, penelitian ini dilakukan dengan menganalisis
struktur fisik puisi yang berupa penggunaan diksi dan gaya bahasa
sebagai kajian dari stilistika.
Berdasarkan kedua penelitian relevan di atas, maka dapat dilihat
bahwa kajian struktur dan stilistika dengan memfokuskan kepada
majas dan citraan dapat membantu memecahkan masalah gaya bahasa
yang terdapat di dalam puisi, serta struktur yang dapat menjadi acuan
pertama untuk menemukan unsur pembangun pada puisi untuk
mengungkapkan keutuhan puisi.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode penelitian deskriptif kualitatif yang mendeskripsikan hasil
analisis puisi. Menurut Mahmud (2011) “Penelitian kualitatif merupakan
suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada
fenomena atau gejala yang bersifat alami. Karena orientasinya demikian,
sifatnya mendasar dan naturalistis atau bersifat kealamian, serta tidak bisa
dilakukan di laboratorium, melainkan di lapangan” (h.89). Sedangkan
metode deskriptif menurut Sumanto (1995) Penelitian deskriptif adalah
suatu penelitian yang diupayakan untuk mencandra atau mengamati
permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek
tertentu. Metode ini berusaha menggambarkan dan menginterpretasi apa
yang ada atau mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang
sedang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek
yang terjadi, atau kecenderungan yang tengah berkembang, (Mahmud,
2011, h.100)
Ada beberapa hal yang dipandang sebagai ciri pokok metode
deskriptif, yaitu :
41
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada
masa sekarang, pada masalah aktual;
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian
dianalisis (sehingga metode ini sering disebut metode analitik).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1) Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tidak terikat pada suatu tempat karena objek yang
dikaji berupa naskah (teks) sastra, yaitu puisi Perjamuan Kong Guan
Karya Joko Pinurbo. Penelitian ini bukan penelitian yang analisisnya
bersifat statis melainkan sebuah analisis yang dinamis yang dapat terus
dikembangkan.
2) Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dimulai dari pengajuan judul proposal sampai
pada ujian skripsi. Waktu penelitian dapat dilihat dalam tabel
penelitian berikut:
Tabel. 3.1
Jadwal Penelitian
No KegiatanBulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov
1 Pengajuan judul
2 Bimbingan proposal
3 Seminar Proposal
42
Skripsi4 Bimbingan
dan revisi hasil seminar
5 Pembuatan Instrumen Penelitian
6 Pengumpulan Data
7 Pengumpulan dan Analisis
Data8 Ujian Skripsi
C. Sumber dan Jenis Data Penelitian
Sumber data penelitian ini yaitu Puisi “Perjamuan Khong Guan”
Karya Joko Pinurbo yang diterbitkan oleh penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta pada tahun 2020. Puisi ini tebalnya 130 halaman dengan
empat bab/kaleng. Adapun Jenis data penelitian ini dapat dikelompokan
menjadi data primer dan data sekunder, yaitu sebagai berikut:
1) Data primer, yaitu data pokok yang menjadi objek penelitian ini. Data
penelitian ini adalah struktur batin puisi dan stilistika bahasa figuratif
(pemajasan) dan citraan yang terdapat dalam Puisi “Perjamuan Khong
Guan” Karya Joko Pinurbo. Sumber data primer berhubungan dengan
struktur dan stilistika bahasa figuratif (majas) serta citraan dalam puisi
Perjamuan Khong Guan” Karya Joko Pinurbo.
43
2) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber lain yang sudah
diteliti, serta data penunjang lainnya yang diperoleh dari buku atau
tulisan yang bermanfaat untuk mendapatkan teori maupun hal yang
dapat mendukung data sesuai dengan topik penelitian ini, yakni Jurnal,
Buku Puisi “Perjamuan Khong Guan” Karya Joko Pinurbo, dan buku-
buku referensi lainnya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2017) “Teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data,
maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan” (h.224). Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah teknik pustaka dan catat. Dalam hal ini kajian terhadap puisi
Perjamuan Khong Guan” Karya Joko Pinurbo sebagai data utama atau
data primer. Dalam penelitian ini, penulis menganalisis data dengan
menggunakan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Membaca puisi Perjamuan Khong Guan Karya Joko Pinurbo;
2. Memahami teks berdasarkan struktur batin dan stilistika bahasa
figuratif (pemajasan) serta citraan pada puisi;
3. Mengklasifikasikan data sesuai dengan instrumen yang digunakan;
4. Mendeskripsikan dan menganalisis data;
5. Memaparkan hasil penelitian secara menyeluruh serta membuat
kesimpulan.
44
E. Instrumen Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan
berperan serta, namun peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan
skenarionya. Instrumen dalam penelitian ini merupakan penelitian sendiri
dan dibantu dengan tabel analisis yang menekankan pada struktur puisi
dan stilistika bahasa figuratif (majas) yang terdapat dalam puisi yang
dianalisis. Menurut sugiyono (2017) dalam penelitian kualitatif segala
sesuatu yang akan dicari dari obyek penelitian belum jelas dan pasti
masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum jelas
(h.223).
Tabel 3.2Instrumen Penelitian Struktur Batin Puisi
NO STRUKTUR BATIN KUTIPAN PUISI KET
1 Tema
2 Nada
3 Perasaan
4 Amanat
Tabel 3.3
Instrumen Penelitian Bahasa Figuratif (Pemajasan)
NO MAJAS KUTIPAN PUISI KET
1 Penegasan
2 Perbandingan
45
3 Pertentangan
4 Sindiran
3.4
Instrumen Penelitian Citraan
NO JENIS CITRAAN TEMUAN PUISI KET
1 Penglihatan
2 Pendengaran
3 Gerak
4 Perabaan
5 Penciuman
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti mengarah pada kajian
analisis deskriptif. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam
menganalisis data adalah sebagai berikut:
1. Reduksi data
Setelah data-data dikumpulkan, maka tahap selanjutnya yaitu
mereduksi data tersebut. Reduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting. Dalam penelitian
data yang diperoleh adalah struktur batin puisi, tema, nada, rasa, dan
amanat, serta penggunaan bahasa figuratif (majas) dan citraan.
2. Penyajian Data
46
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
menyajikan data. Pada tahap ini peneliti membaca keseluruhan puisi
“Perjamuan Khong Guan” Karya Joko Pinurbo, kemudian peneliti
menganalisis mengenai struktur batin dan stilistika bahasa figuratif
(pemajasan) dan citraan yang terdapat dalam puisi “Perjamuan Khong
Guan” Karya Joko Pinurbo, sehingga dapat memperoleh data yang
berkenaan dengan struktur batin puisi (tema, nada, rasa, amanat) dan
bahasa figuratif (pemajas) dan citraan.
3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi
Setelah reduksi dan penyajian data, maka langkah akhir dalam
analisis data adalah tahap menarik kesimpulan. Pada tahap ini, peneliti
melakukan penarikan simpulan berdasarkan analisis data yang telah
diperoleh sejak awal hingga akhir penelitian. Simpulan ini masih
bersifat sementara, untuk itu perlu adanya verifikasi selama penelitian
berlangsung.
G. Keabsahan Data
Keabsahan data adalah suatu bukti untuk meyakinkan temuan-temuan
dalam penelitian dapat dipercaya ataupun dipertimbangkan. Untuk
meyakinkan bahwa deskripsi data yang telah disajikan di atas adalah data
yang absah dan memiliki derajat kepercayaan dilakukan teknik
penjaminan keabsahan melalui objektivitas (confirmability) dan kesahihan
internal (credibility).
1) Objektivitas (confirmability)
47
Untuk menjamin objektivitas hasil penelitian, desain penelitian telah
dibuat secara sistematis, fokus penelitian telah disesuaikan dengan
tujuan penelitian, kajian literatur yang relevan, teknik pengumpulan
data telah disesuaikan dengan fokus permasalahan penelitian.
Penelitian ini dari awal sampai akhir selalu merujuk pada puisi
“Perjamuan Khong Guan” Karya Joko Pinurbo.
2) Kesahihan Internal (credibility)
Sebuah hasil penelitian diperlukan validitas internal, dalam penelitian
ini, peneliti telah menyesuaikan data yang relevan dan telah
mengkonfirmasikan data. Adapun yang dilakukan peneliti untuk
mencapai kredibilitas sebagai berikut:
a. Triangulasi (peer debriefing)
Untuk mencapai keabsahan data, triangulasi salah satu teknik
pengecekan sebagai perbandingan terhadap data yang telah
diambil.
Berikut adalah sumber yang akan diwawancarai dengan dasar
kualifikasi pemilihannya, yaitu berdasarkan pendidikan dan latar
belakang narasumber:
1) Nama : Nori Anggraini, M.A
Alamat :
Pekerjaan : Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia-
Univeristas Muhammadiyah Tangerang.
2) Nama :
48
Alamat :
Pekerjaan :
b. Diskusi dengan teman sejawat
Mendeskripsikan hasil penelitian yang bersifat sementara untuk
mendapatkan saran dan berbagai pendapat dari hasil diskusi untuk
dijadikan bahan perbaikan dalam hasil penelitian sementara.
3) Kesahihan External (transferability)
Tahap ini berkomitmen dengan hasil penelitian yang dapat ditransfer
oleh orang lain dapat diaplikasikan dalam situasi lain. Untuk mencapai
kesahihan ekternal tersebut, penulis mewawancarai narasumber yang
berkompeten dibidangnya.
4) Keterandalan (dependability)
Keterandalan adalah berupa bentuk untuk menguji dan sudah
tercapainya keterandalan data dalam penampilan. Maka dengan ini,
peneliti siap apabila yang disajikan akan dilakukan audit kembali
terhadap keseluruhan penelitian yang dimulai dari menentukan fokus
masalah, memasuki lapangan pengambilan data penelitian, analisis
data penelitian, uji keabsahan penelitian sampai pada simpulan
penelitian.
49
DAFTAR PUSTAKA
Dibia, I Ketut. (2018). Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia. Depok: PT. Raja
Grafindo.
Hudhana, Winda Dwi. (2018). Metode Penelitian Sastra: Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Samudra Biru.
Kokasih, E. (2012). Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung:Yrama Widya.
Kokasih, E & Endang Kurniawan. (2019). 22 Jenis Teks. Bandung:Yrama Widya.
Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Nurgiyantoro, Burhan. (2015). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
Univercity Press.
Nurgiyantoro, Burhan. (2019). Stilistika. Yogyakarta: Gadjah Mada Univercity
Press.
Pinurbo, Joko. (2020). Kumpulan Puisi Perjamuan Khong Guan. Jakarta:PT
Gramedia Pustaka Utama.
Pradopo, Rachmat Djoko. (2014). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
50
Ratna, Nyoman Kutha. (2017). Stilistika, Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan
Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suhardiyanto, Yundi Fitrah (2018). “Seloko Adat Jambi: Kajian Struktur, Fungsi
Pragmatik dan Fungsi Sosial.” Jurnal DIKBASTRA: Pendidikan Bahasa dan
Sastra 1(1): 79-97.
https://online-journal.unja.ac.id/index.php/dikbastra
(diakses 07 April 2020)
Tarigan, Henry Guntur. (2013). Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: CV.
Angkasa.
Zulfahnur, dkk. (2016). Teori Sastra. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
51