DAFTAR ISI JUDUL i iv vi xv - sinta.unud.ac.id · Afiksasi terdiri atas prefiks, infiks, sufiks,...
-
Upload
vuongtuyen -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of DAFTAR ISI JUDUL i iv vi xv - sinta.unud.ac.id · Afiksasi terdiri atas prefiks, infiks, sufiks,...
x
x
DAFTAR ISI
JUDUL
HALAMAN JUDUL……………………………………….………. i
HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA……….….… ii
PERNYATAAN KEASLIAN……………………………….….…. iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING…………….……… iv
LEMBAR PENGESAHAN……………………………….……..... v
PANITIA PENGUJI……………………………………….……… vi
KATA PENGANTAR……………………………………………... vii
DAFTAR ISI………………………………………………………. x
DAFTAR SINGKATAN………………………………………….. xiii
DAFTAR LAMBANG…………………………………………….. xiv
ABSTRAK…………………………………………………………. xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………….…………….. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………….…. 3
1.3 Tujuan………………………………………………. 4
1.3.1 Tujuan Umum………………………………………. 4
1.3.2 Tujuan Khusus……………………………………... 4
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………. 5
1.4.1 Manfaat Teoretis…………………………………… 5
1.4.2 Manfaat Praktis…………………………………….. 5
1.5 Kajian Pustaka, Konsep, dan Landasan Teori……… 5
1.5.1 Kajian Pustaka……………………………………… 5
1.5.2 Konsep……………………………………………… 7
1.5.2.1 Morf………………………………………………… 7
1.5.2.2 Alomorf…………………………………………….. . 7
1.5.2.3 Morfem……………………………………………… 8
xi
xi
1.5.2.4 Kata…………………………………………………. 8
1.5.3 Landasan Teori………………………………………. 9
1.5.3.1 Morfologi……………………………………………. 9
1.6 Metode dan Teknik Penelitian………………………. 17
1.6.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data……………… 18
1.6.2 Metode dan Teknik Analisi Data……………………. 18
1.6.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisi Data…... 19
BAB II PROSES PEMBENTUKAN KATA DALAM KUMPULAN CERPEN
1 PEREMPUAN 14 LAKI-LAKI KARYA DJENAR MAESA AYU
2.1 Afiksasi………………………………………………. 20
2.1.1 Bentuk………………………………………………… 21
2.1.1.1 Prefiks ………………………………………………… 21
2.1.1.2 infiks…………………………………………………. 29
2.1.1.3 Sufiks………………………………………………… 29
2.1.1.4 Konfiks…..……………………………………………. 31
2.1.1.5 Simulfiks………………………………………………. 33
2.1.2 Fungsi……….………………………………………….. 34
2.1.2.1 Prefiks………………………………………………… 34
2.1.2.2 Sufiks…….…………………………………………… 39
2.1.2.3 Konfiks………………………………………………… 40
2.1.3 Makna……………………………………………….... 42
2.1.3.1 Prefiks….……………………………………………. 42
2.1.3.2 Sufiks….……………………………………………… 49
2.1.3.3 Konfiks………………………………………………... 52
2.2 Reduplikasi…………………………………………….. 55
2.2.1 Reduplikasi Morfemis………………………………… 56
2.2.1.1 Reduplikasi akar………………………………………. 56
2.2.1.2 Reduplikasi berafiks…………………………………… 57
2.3 Komposisi……………………………………………… 60
xii
xii
BAB III SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan……………………………………………… 63
3.2 Saran………………………………………………….. 64
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….. 65
LAMPIRAN…………………………………………………………. 67
xv
x
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses pembentukan kata
dalam kumpulan cerpern 1 Perempuan 14 Laki-Laki karya Djenar Maesa Ayu.
Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh dari buku yang berisi 14 cerpen
di dalamnya. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak.
Data dianalisis dengan menerapkan metode agih, dengan cara memaparkan
menggunakan teori morflogi. Dengan pendekatan dan teori tersebut, dipaparkan
proses pembentukan kata pada kumpulan cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki karya
Djenar Maesa Ayu.
Proses pembentukan kata pada kumpulan cerpen 1 Perempuan 14 Laki-
Laki karya Djenar Maesa Ayu terdiri atas afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.
Proses pembentukan kata diteliti mengenai bentuk, fungsi, dan maknanya.
Afiksasi terdiri atas prefiks, infiks, sufiks, konfiks, dan simulfiks. Prefiks yang
ditemukan dalam kumpulan cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki karya Djenar
Maesa Ayu adalah prefiks meng-, ke-, ber-, di-, se-, per-, peng-, dan ter-. Infiks
yang ditemukan adalah infiks -el- dan -em-. Sufiks yang ditemukan adalah -an, -i,
-kan, dan -nya. Konfiks yang ditemukan adalah ke-…-an, ber-…-an, per-…-an,
peng-…-an, dan se-…-nya. Sementara itu, simulfiks yang ditemukan adalah
simulfiks meng-…-kan, meng-…-i, dan meng-per…-kan. Selain afiksasi
ditemukan juga proses pembentukan kata melalui reduplikasi. Reduplikasi yang
ditemukan adalah reduplikasi morfemis. Reduplikasi morfemis terdiri atas dua
macam, yaitu reduplikasi akar dan reduplikasi berafiks. Selain itu, ditemukan juga
proses pembentukan kata melalui komposisi. Komposisi yang ditemukan hanya
komposisi nominal. Komposisi nominal terdiri atas komposisi nominal bermakna
gramatikal dan komposisi nominal bermakna idiomatik.
Kata kunci : proses pembentukan kata, kumpulan cerpen, dan Djenar Maesa Ayu
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2011:364), cerita pendek
adalah kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal
yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi. Cerpen
(cerita pendek) termasuk salah satu prosa fiksi selain novel dan drama. Salah
seorang sastrawan yang menciptakan karya sastra berupa cerpen adalah Djenar
Maesa Ayu. Djenar Maesa Ayu adalah seorang sastrawan yang sudah
menciptakan beberapa karya sastra yang berupa cerpen dan novel. Dia juga
sempat beberapa kali menjadi sutradara, penulis skenario, dan membintangi
beberapa film. Djenar juga beberapa kali mendapat penghargaan tentang karya
sastranya yang telah terbit.
Karya sastra pertama yang diterbitkan oleh Djenar Maesa Ayu berupa
cerpen yang berjudul “Lintah” (2002) yang mengusung tema tentang faminisme
dan dimuat di Kompas. Sementara itu, buku pertama Djenar yang berupa
kumpulan cerpen berjudul “Mereka Bilang, Saya Monyet!” (2004). Buku tersebut
telah dicetak ulang sebanyak delapan kali dan masuk dalam sepuluh buku terbaik
Khatulistiwa Literary Award 2003.
Penelitian ini menggunakan salah satu karya sastra Djenar Maesa Ayu
yang berupa kumpulan cerpen yang berjudul “1 Perempuan 14 Laki-laki”. Dalam
kumpulan cerpen ini Djenar berkolaborasi dengan 14 laki-laki yang sudah
terkenal di Indonesia. Orang-orang yang berkolaborasi dengan Djenar dalam
2
cerpen “1 Perempuan 14 Laki-Laki” ini adalah (1) Agus Noor, (2) Arya
Yudistira Syuman, (3) Butet Kartaredjasa, (4) Enrico Soekarno, (5) Indra
Herlambang, (6) JRX, (7) Lukman Sardi, (8) Mudji Sutrisno, (9) Nugroho
Suksmanto, (10) Richard Oh, (11) Robertus Robet, (12) Sardono W. Kusumo,
(13) Sujiwo Tejo, (14) Totot Indrarto.
Dalam penelitian ini digunakan teori morfologi. Morfologi adalah bagian
ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk struktur kata
serta pengaruh perubahan-perubahan struktur kata terhadap golongan dan arti kata
(Ramlan, 1985:2). Ada juga pendapat lain morfologi adalah ilmu yang
menyelidiki morfem-morfem dan penggabungannya menjadi kata (Simpen,
2009:4). Bahasa karya sastra dituangkan dalam bentuk kata-kata. Kata dalam
bahasa Indonesia dibentuk melalui proses morfologis dan di luar proses
morfologis. Proses morfologis, yaitu proses pembentukan kata-kata dari satuan
lain yang merupakan bentuk dasarnya. Dengan kata lain, proses morfologis adalah
proses penggabungan satu morfem dengan morfem yang lain agar menjadi kata.
Ciri kata yang sudah mengalami proses morfologis adalah (1) kata tersebut sudah
berubah bentuk, (2) kata tersebut mengalami perubahan makna, dan (3) kata
tersebut mengalami perubahan jenis kata. Ada beberapa cara pembentukan kata
melalui proses morfologis, yaitu afiksasi, reduplikasi, pemajemukan, derivasi
balik, abreviasi, dan penganamatopean (Simpen, 2009:47-50). Akan tetapi, dalam
penelitian ini hanya digunakan tiga proses pembentukan kata, yaitu afiksasi,
reduplikasi, dan pemajemukan atau komposisi.
3
Cerpen “1 Perempuan 14 Laki-Laki” dijadikan objek penelitian karena di
dalamnya terdapat kata-kata yang jarang digunakan masyarakat pada umumnya.
Biasanya pembaca harus berpikir untuk memahami hal yang ingin disampaikan
oleh pengarang. Dalam cerpen tersebut banyak kata yang jarang digunakan oleh
masyarakat untuk berkomunikasi sehari-hari. Di samping itu, dalam kumpulan
cerpen tersebut cukup banyak terdapat proses morfologi, seperti afiksasi,
reduplikasi, dan pemajemukan. Contohnya kalimat “Menyeruput Kopi Di Wajah
Tampan” biasanya masyarakat menggunakan kata “meminum kopi” tetapi Djenar
menggunakan kata “menyeruput”. Kata dasar “seruput” dan mendapatkan afiks
meng- menjadi “menyeruput” dan memiliki makna “melakukan pekerjaan”.
Penulis memilih cerpen tersebut sebagai objek penelitian karena ingin mengetahui
lebih dalam lagi tentang macam-macam fungsi, bentuk, dan makna yang terdapat
dalam pembentukan kata. Alasan inilah yang melatarbelakangi dilakukan
penelitian proses pembentukan kata pada kumpulan cerpen karya Djenar Maesa
Ayu yang berjudul “1 Perempuan 14 Laki-Laki”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut.
1) Proses afiksasi apa sajakah yang terdapat pada kumpulan cerpen 1
Perempuan 14 Laki-Laki karya Djenar Maesa Ayu?
2) Proses reduplikasi apa sajakah yang terdapat pada kumpulan cerpen 1
Perempuan 14 Laki-Laki karya Djenar Maesa Ayu?
4
3) Pemajemukan apa sajakah yang terdapat pada kumpulan cerpen 1
Perempuan 14 Laki-Laki karya Djenar Maesa Ayu?
1.3 Tujuan
Setiap penelitian yang dilakukan memiliki tujuan yang hendak dicapai.
Adapun tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan tersebut diuraikan secara terperinci sebagai berikut.
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data kebahasaan
terutama morfologi. Dalam karya sastra yang diteliti terdapat data kebahasaan
yang mengandung proses pembentukan kata. Di dalamnya terdapat proses
mengenai afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1) menganalisis afiksasi pada kumpulan cerpen 1 Perempuan 14 Laki-
Laki karya Djenar Maesa Ayu;
2) menganalisis reduplikasi pada kumpulan cerpen 1 Perempuan 14 Laki-
Laki karya Djenar Maesa Ayu; dan
3) menganalisis pemajemukan pada kumpulan cerpen 1 Perempuan 14
Laki-Laki karya Djenar Maesa Ayu.
5
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi dunia pendidikan
dan masyarakat luas, khususnya para peneliti yang mempelajari ilmu kebahasaan.
Manfaat penelitian dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.
Kedua manfaat ini dapat diuraikan sebagai berikut.
1.4.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memperkaya
kajian keilmuan dalam bidang mikrolinguistik, khususnya dalam bidang
morfologi. Di samping itu, manfaat teoretis lainnya adalah untuk menunjang
pengembangan pengetahuan mahasiswa tentang proses pembentukan kata, seperti
afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
mahasiswa yang akan meneliti kembali proses pembentukan kata. Pada zaman
sekarang banyak mahasiswa yang mengaku anak Sastra Indonesia, tetapi tidak
mengerti tentang proses pembentukan kata, seperti afiksasi, reduplikasi, dan
pemajemukan.
1.5 Kajian Pustaka, Konsep, dan Landasan Teori
1.5.1 Kajian Pustaka
Penelitian mengenai pembentukan kata pada kumpulan cerpen karya
Djenar Maesa Ayu yang berjudul “1 Perempuan 14 Laki-Laki” sampai saat ini
6
belum ada yang melakukan. Beberapa pustaka atau hasil penelitian yang berkaitan
dengan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
Tongeng (2012) dalam artikelnya yang berjudul “Analisis Kesalahan
Berbahasa dalam Pembentukan Kata” menyatakan bahwa kesalahan berbahasa
Indonesia adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan yang
meliputi kata, kalimat, paragraf yang menyimpang dari sistem kaidah bahasa
Indonesia baku. Selain itu, pemakaian ejaan dan tanda baca menyimpang dari
sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan dalam buku Ejaan Bahasa
Indonesia yang disempurnakan. Ada dua jenis kesalahan berbahasa, yakni 1.
kesalah terbuka dan 2. kesalahan tertutup. Kesalahan terbuka adalah kesalahan
berbahasa pada tingkat ketatabahasaan yang terlihat dalam kalimat-kalimat yang
dihasilkan dalam proses pembelajaran. Kesalahan tertutup merupakan kesalahan
yang tersembunyi di balik kalimat yang tersusun secara benar menurut tata bahasa
yaitu, secara benar menurut kaidah ketatabahasaan tetapi tidak benar dari sudut
semantiknya.
Ifauzi dkk. (2012) dalam makalahnya yang berjudul “Pembentukan Kata”
menyatakan bahwa pembentukan kata itu terdiri atas lima komponen, yaitu
afiksasi, reduplikasi, komposisi, abreviasi, dan derivasi balik. Afiksasi terdiri atas
prefiks, infiks, sufiks, konfiks, simulfiks, suprafiks, interfiks, transfiks, dan
kombinasi afiks. Reduplikasi terdiri dari reduplikasi morfemis, reduplikasi
sintaksis, reduplikasi fonologis, dwipurwa, dwilingga, dwilingga salin swara,
dwiwasana, dan trilingga. Selanjutnya komposisi. Abreviasi antara lain singkatan,
penggalan, akronim, kontrasi, dan lambang huruf. Terakhir derivasi balik.
7
Wiryananda (2015) dalam skripsinya berjudul “Pembentukan Kata pada
Lirik Lagu Ebiet G. Ade” meneliti afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan.
Skripsi tersebut membahas bentuk, fungsi, dan makna dari afiksasi, reduplikasi,
dan pemajemukan dalam lagu Ebiet G. Ade. Tujuan penelitian ini untuk
mendapatkan proses terbentuknya afiksasi, reduplikasi, pemajemukan, dan
kekhasan bentukan kata dalam lirik lagu Ebiet G. Ade.
1.5.2 Konsep
Konsep-konsep yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah morf, alomorf,
morfem, dan kata. Adapun konsep-konsep yang dijelaskan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1.5.2.1 Morf
Morf adalah tiap bentuk terkecil yang mempunyai makna, yang tidak atau
belum dibicarakan dalam hubungan keanggotaan terhadap suatu morfem
(Kentjono dalam Kentjono,ed., 1982:45). Sementara itu, dalam Kamus Linguistik
disebutkan bahwa morf adalah fonem atau urutan fonem yang berasosiasi dengan
suatu makna (Kridalaksana, 2008:157). Misalnya: meng-, mem-, meny-, me-,
menge-, men-.
1.5.2.2 Alomorf
Alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam pertuturan) dari sebuah
morfem (Chaer, 2007:150). Sementara itu, dalam Kamus Linguistik disebukan
bahwa alomorf adalah anggota morfem yang telah ditentukan posisinya
(Kridalaksana, 2008:11). Dengan kata lain, alomorf adalah bagian dari morfem.
8
Misalnya: pe-, peng-, peny-, penge-, pen-, pem- merupakan alomorf dari morfem
peng-.
1.5.2.3 Morfem
Morfem adalah satuan gramatik yang paling kecil, satuan gramatik yang
tidak mempunyai satuan lain sebagai unsurnya (Ramlan, 1985:28). Pengertian
morfem dalam Kamus Linguistik adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya
secara relatif stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih
kecil (Kridalaksana, 2008:157). Sementara itu, menurut Djoko Kentjono (dalam
Kentjono, ed., 1982:39) dalam buku Dasar-Dasar Linguistik Umum disebutkan
bahwa morfem adalah satuan gramatikal yang terkecil. Sebagai satuan gramatikal
morfem mempunyai makna. Sebagai satuan terkecil morfem tidak dapat dipecah
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang masing-masing mengandung makna.
Misalnya pada kalimat: Adik membeli alat tulis dalam kalimat tersebut terdapat
lima morfem, yaitu: Adik mem- beli alat tulis.
1.5.2.4 Kata
Pengertian kata menurut tata bahasawan tradisonal berdasarkan arti dan
ortografi adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian, atau kata adalah
deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti (Chaer,
2007:162). Kata dalam Kamus Linguistik adalah morfem atau kombinasi morfem
yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan
sebagai bentuk yang bebas (Kridalaksana, 2008: 110). Sementara itu, menurut
Djoko Kentjono (dalam Kentjono, ed., 1982:44) dalam buku Dasar-Dasar
Linguistik Umum disebutkan bahwa kata adalah satuan gramatikal bebas yang
9
terkecil. Menurut Bloomfield (dalam Chaer, 2007:163), kata adalah satuan bebas
terkecil tidak pernah diulas atau dikomentari, seolah-olah batasan itu sudah
bersifat final. Misalnya: kata rumah terdiri dari dua suku kata, yaitu ru- dan -mah.
1.5.3 Landasan Teori
Penelitian mengenai pembentukan kata dalam kumpulan cerpen 1
Perempuan 14 Laki-Laki menggunakan landasan teori morfologi. Unsur-unsur
morfologi yang dijabarkan dalam landasan teori ini adalah afiksasi, reduplikasi,
dan pemajemukan.
1.5.3.1 Morfologi
Secara etimologis kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti
‘bentuk’ dan kata logos yang berarti ‘ilmu’. Jadi, secara harfiah kata morfologi
berarti ‘ilmu mengenai bentuk’. Dalam kajian linguistik, morfologi berarti ‘ilmu
mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata’ (Chaer, 2008:3). Morfologi
adalah ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk kata serta fungsi perubahan-
perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik
(Ramlan, 1987:21). Menurut Kridalaksana (1989:26), morfologi adalah ilmu
tentang pembentukan kata. Dalam morfologi terdapat istilah pembentukan kata.
Pembentukan kata memiliki tujuh bagian, yaitu afiksasi, reduplikasi,
pemajemukan, abreviasi, derivasi balik, suplisi, dan penganamatopean. Dalam
penelitian ini hanya akan membahas tiga proses pembentukan kata, yaitu afiksasi,
reduplikasi, dan pemajemukan.
10
1. Afiksasi
Afiksasi adalah proses morfologis yang mengubah sebuah leksem menjadi
kata setelah mendapat afiks yang dalam bahasa kita cukup banyak jumlahnya
(Arifin dan Junaiyah, 2009:10). Afiksasi adalah pembubuhan afiks pada suatu
satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk
membentuk kata (Ramlan, 1985:54). Afiksasi adalah penggabungan akar kata atau
pokok dengan afiks (Samsuri, 1985:190). Afiks dibagi menjadi tiga macam, yaitu
prefiks (awalan), infiks (sisipan), dan sufiks (akhiran). Sementara itu, menurut
Kridalaksana (1989:28) afiksasi adalah proses yang mengubah leksem menjadi
kata kompleks. Dalam proses afiksasi leksem berubah bentuknya, menjadi
kategori tertentu sehingga berstatus kata (atau bila telah berstatus kata berganti
kategori), dan sedikit banyak berubah maknanya.
Jenis-jenis afiks dalam bahasa Indonesia menurut Kridalaksana (1989:28)
diklaifikasikan sebagai berikut.
a) Prefiks, yaitu afiks yang dilekatkan di depan bentuk dasar. Misalnya:
meng-, ke-, ber-, di-, se-, peng-, ter- per-.
b) Infiks, yaitu afiks yang dilekatkan di dalam bentuk dasar. Misalnya: -el-,
-em-, -er-, -in-.
c) Sufiks, yaitu afiks yang dilekatkan di belakang bentuk dasar. Misalnya:
-an, -kan,-i.
d) Simulfiks, yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental
yang dileburkan pada dasar.
11
e) Konfiks, yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur, satu di depan bentuk dasar
dan satu di belakang bentuk dasar dan berfungsi sebagai satu morfem
terbagi. Misalnya: ke-…-an, ber-…-an, peng-…-an, per-…-an.
Sementara itu, menurut Arifin dan Junaiyah (2009:6) jenis-jenis afiks
dalam bahasa Indonesia diuraikan sebagai berikut.
a) Prefiks adalah imbuhan yang dilekatkan di depan bentuk dasar, Misalnya:
meng-, ke-, ber-, di-, se-, peng-, ter-, per-.
b) Infiks adalah imbuhan yang dilekatkan di tengah bentuk dasar, Misalnya:
-el-, -em-, -er-, -in-.
c) Sufiks adalah imbuhan yang dilekatkan pada akhir dasar, Misalnya: -i,
-kan, -an, -man, -wan, -wati, -wi (-wiah), -nya.
d) Konfiks lazim juga disebut imbuhan terbelah, adalah imbuhan yang
dilekatkan sekaligus pada awal dan akhir bentuk dasar, Misalnya: ke-…-
an, ber-…-an, peng-…-an, per-…-an, se-…nya.
e) Simulfiks atau imbuhan gabungan adalah dua imbuhan atau lebih yang
ditambahkan pada kata dasar tidak sekaligus, tetapi secara bertahap,
Misalnya: member-…-kan yang melekat pada kata memberlakukan. Afiks
yang pertama kali melekat pada kata dasar laku adalah prefiks ber-
menjadi berlaku setelah itu sufiks -kan menjadi berlakukan. Akhirnya baru
prefiks meng- dilekatkan pada kata tersebut sehingga menjadi
memberlakukan.
Afiks pembentuk verba
Prefiks meng-
12
a) meng- V Vtr “melakukan”
1. Adik saya mengarang sebuah puisi.
2. Iran telah mengusir empat diplomat Perancis yang dituduh mata-
mata.
b) meng- V Vintr “melakukan”
Murid-murid menyanyi dengan merdu.
Prefiks ber-
c) ber- V V “sedang mengerjakan (atelis)”
1. Berpikir itu pelita hati.
2. Bertanam padi merupakan mata pencarian penduduk di pulau ini.
d) ber- N V “mengusahakan sebagai mata pencaharian”
1. Sekolahnya dibiayai orang tuanya yang hidup bersawah di desa.
2. Dengan berternak ayam ia menghidupi keluarganya.
Konfiks ber-R
e) ber-R A V “dalam keadaan”
1. Dia selalu bermalas-malas apabila sudah pukul 12.00.
2. Anak itu selalu berfoya-foya semenjak usaha bapaknya lancar.
Prefiks per-
f) per- N V “menjadikan atau membuat sesuatu jadi”
1. Jangan perbudak orang-orang miskin itu!
2. Peristrilah wanita yang baik dan cantik itu!
Prefiks ter-
g) ter- V V “sudah di, perfektif”
13
Kangkung yang baru saja kubeli itu terikat jadi satu.
h) ter- N V “spontan”
Ia terpesona melihat gadis yang lewat di depannya.
Prefiks ke-
i) ke- “menyatakan kumpulan”
1. Kedua pasangan itu sedang berduaan di taman.
2. Ketiga orang itu sedang makan di kantin.
j) ke- “menyatakan urutan”
1. Pak Agus membangun rumah ketiga di daerah Deanpasar.
2. Letakkan saja buku itu di meja keempat dari depan!
2. Reduplikasi
Menurut Harimurti Kridalaksana reduplikasi terdapat beberapa macam.
Ada tiga macam bentuk reduplikasi, yaitu:
a) reduplikasi fonologis;
b) reduplikasi morfemis; dan
c) reduplikasi sintaksis.
Selain pembagian atas tiga macam reduplikasi, gejala yang sama dapat
pula dibagi atas:
a) dwipurwa;
b) dwilingga;
c) dwilingga salin swara;
d) dwiwasana; dan
e) trilingga.
14
a) Reduplikasi Fonologis
Dalam reduplikasi fonologis tidak terjadi perubahan makna, karena
pengulangannya hanya bersifat fonologis artinya bukan atau tidak ada
pengulangan leksem. Misalnya: dada, pipi, kuku.
b) Reduplikasi Morfemis
Dalam reduplikasi morfemis terjadi perubahan makna gramatikal
atas leksem yang diulang, sehingga terjadilah satuan yang berstatus kata.
Reduplikasi morfemis inilah yang menjadi pembicaraan dalam morfologi.
Misalnya: dada-dada, pipi-pipi
c) Reduplikasi Sintaksis
Reduplikasi sintaksis adalah proses yang terjadi atas leksem yang
menghasilkan satuan yang berstatus klausa, jadi berada di luar cakupan
morfologi. Misalnya:
1. Jauh-jauh, didatangi juga rumah sahabat lamanya itu.
2. Asam-asam, dimakannya juga mangga itu.
d) Dwipurwa
Dwipurwa adalah pengulangan suku pertama pada leksem dengan
pelemahan vokal. Misalnya: tetangga, lelaki, tetamu, sesama.
e) Dwilingga
Dwilingga adalah pengulangan leksem. Misalnya: rumah-rumah,
makan-makan, pagi-pagi.
f) Dwilingga salin swara
15
Dwilingga salin swara adalah pengulangan leksem dengan variasi
fonem. Misalnya: pontang-panting, bolak-balik, corat-coret.
g) Dwiwasana
Dwiwasana adalah pengulangan bagian belakang dari leksem.
Misalnya: pertama-tama, perlahan-lahan, sekali-kali.
h) Trilingga
Trilingga merupakan pengulangan onomatope tiga kali dengan
variasi fonem. Misalnya:
1. Ibu-ibu itu lebih suka cas-cis-cus dalam bahasa Belanda daripada
berbahasa Indonesia.
2. Hatiku dag-dig-dug menunggu pengumuman hasil ujian.
3. Terdengar dar-der-dor terus-menerus malam itu di Beirut Barat.
Reduplikasi Pembentuk Verba
a. Dwilingga V V “sungguh-sungguh (intensif)”
1. Jangan bongkar-bongkar lagi, semua sudah teratur rapi.
2. Sebaiknya beres-beres dari sekarang.
b. Dwilingga V V “berkali-kali (iteratif)”
Kami cuma keliling-keliling di kebun teh.
c. Kombinasi me- + R V V “sungguh-sungguh (intensif)”
Tina jangan suka mengada-ada. Lama-kelamaan tidak ada orang yang
mempercayaimu lagi.
d. Kombinasi me- + R V V “Berkali-kali (iteratif)”
Anjing itu mencakar-cakar pintu rumah minta dibukakan pintu.
16
e. Konfiks ber- + R + -an N V V “berbalasan, sungguh-
sungguh(respirokal, intensif)”
1. Rama dan Sinta sedang bercinta-cintaan di taman.
2. Kedua anak itu berpukul-pukulan memperebutkan sebatang cokelat.
Reduplikasi Pembentuk Adjektiva
f. Dwilingga A A “yang mempunyai sifat itu lebih dari satu”
1. Murid sekolah itu kaya-kaya tetapi tidak sombong.
2. Anak Pak Hasan cantik-cantik.
g. Dwilingga + -an A A “ketidakpastian”
Kamu tidak boleh mengerjakan soal ujian itu secara untung-untungan
h. Dwilingga salin suara “sungguh-sungguh (intensif)”
1. Dia lari pontang-panting dikejar anjing gila.
2. Ketika terdengar bunyi tembakan, barisan itu menjadi kucar-kacir.
i. Konfiks R + infiks V V
Keris itu pusaka turun-temurun keluarga kami.
Reduplikasi Pembentuk Nomina
j. Dwilingga N N “jamak”
1. Rumah-rumah di Jakarta tidak diatur sedemikian rupa sehingga
kelihatan semrawut.
2. Pohon-pohon di sepanjang Sungai Batanghari sangat rimbun.
k. Dwipurwa A N “yang dianggap”
Leluhur bangsa Indonesia adalah orang-orang pemberani.
17
l. Konfiks R + -an V N
Ramu-ramuan ini dapat menyembuhkan penyakit rematik.
3. Pemajemukan
Pemajemukan adalah proses penggabungan dasar dengan dasar untuk
mewadahi suatu “konsep” yang belum tertampung dalam sebuah kata (Chaer,
2008:209). Makna yang timbul akibat penggabungan tersebut ada yang dapat
dilihat dari unsur pembentuknya dan ada yang maknanya tidak berkaitan dengan
unsur pembentuknya dan ada juga yang memiliki makna yang aneh/unik.
Sementara itu, menurut Kridalaksana (1989:104) pemajemukan adalah proses
penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata.
Misalnya: pisang goreng
tua renta
kumis kucing
dua hati
tertangkap basah Pemajemukan berafiks
membawa diri Pemajemukan berafiks
beralih nama Pemajemukan berafiks
1.6 Metode dan Teknik Penelitian
Metode adalah cara yang ditempuh peneliti untuk mengamati, mendekati,
menganalisis, dan menjelaskan suatu fenomena (Kridalaksana, 2008:153). Metode
sebagai suatu cara yang harus dilaksanakan sedangkan teknik adalah cara
melaksanakan metode (Sudaryanto, 1993:9). Metode dan teknik dibagi menjadi
18
tiga tahapan, yaitu (1) metode dan teknik pengumpulan data, (2) metode dan
teknik analisis data, (3) metode dan teknik penyajian hasil analisis data.
1.6.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode simak. Metode simak dilakukan dengan menyimak penggunaan
bahasa (Sudaryanto, 1993:133). Penelitian ini dilakukan dengan cara menyimak
percakapan yang ada di kumpulan cerpen tersebut lalu dilanjutkan dengan teknik
mencatat. Setiap kata dan kalimat yang terdapat dalam kumpulan cerpen tersebut,
yang berhubungan dengan pembentukan kata dicatat. Selanjutnya data tersebut
dipilah-pilah berdasarkan kategorinya. Misalnya yang merupakan afiksasi
dijadikan satu dengan afiksasi, begitu pula dengan reduplikasi digabungkan
dengan reduplikasi. Sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan cerpen
karya Djenar Maesa Ayu yang berjudul “1 Perempuan 14 Laki-laki” yang terbit
pada cetakan keempat pada Juni 2011. Dalam kumpulan cerpen “1 Perempuan 14
Laki-Laki” terdapat 14 Cerpen.
1.6.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Metode dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode agih, yaitu metode yang pelaksanaannya dengan menggunakan
unsur penentu yang berupa unsur bahasa itu sendiri (Sudaryanto, 1993:15).
Sementara itu, teknik yang digunakan adalah teknik urai unsur terkecil atau UCA
(Ulitimate Constituent Analysis), yaitu teknik dengan cara mengurai suatu satuan
lingual tertentu atas unsur-unsur terkecilnya. Unsur terkecil yang mempunyai
19
makna biasanya disebut morfem, misalnya berlari, unsur terkecilnya adalah ber-
dan lari.
1.6.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Metode dan teknik penyajian hasil analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode formal dan informal. Metode formal berupa
penyajian, dengan menggunakan tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto,
1993:145). Sementara itu, metode informal adalah perumusan kata-kata biasa
(Sudaryanto, 1993:145). Metode informal merupakan metode yang cara
menyampaikannya hasil penelitian secara verbalitas, yaitu menggunakan kalimat
atau gambar, sementara itu, metode formal merupakan metode yang cara
menyampaikannya dengan menggunakan tanda dan lambang-lambang.