CTL

41
PROPOSAL PENELITIAN 1. Judul Penelitian Pengaruh Strategi Pembelajaran Contextual Teaching And Learning ( CTL) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Semester Genap Kelas XI IPS SMA Pahlawan Jember Tahun Pelajaran 2013/2014. 2. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal. Pendidikan sebagai informasi nilai, dalam proses harus selalu memperhatikan siswa sebagai subyek pendidikan. Pendidikan berintikan interaksi pendidikan dan anak didik dalam upaya membantu mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan akan terwujud apabila proses pengajaran dengan baik. Sebagaimana yang telah disamapaikan oleh presiden kita bapak Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato memperingati hari anak nasional (majalah profesi guru,2006:20) bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang 1

description

ctl

Transcript of CTL

Page 1: CTL

PROPOSAL PENELITIAN

1. Judul Penelitian

Pengaruh Strategi Pembelajaran Contextual Teaching And Learning ( CTL)

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn) Semester Genap Kelas XI IPS SMA Pahlawan Jember Tahun Pelajaran

2013/2014.

2. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

sengaja teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan

perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana

dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa

belajar berbagai macam hal.

Pendidikan sebagai informasi nilai, dalam proses harus selalu

memperhatikan siswa sebagai subyek pendidikan. Pendidikan berintikan interaksi

pendidikan dan anak didik dalam upaya membantu mencapai tujuan pendidikan.

Tujuan pendidikan akan terwujud apabila proses pengajaran dengan baik.

Sebagaimana yang telah disamapaikan oleh presiden kita bapak Susilo Bambang

Yudhoyono dalam pidato memperingati hari anak nasional (majalah profesi

guru,2006:20) bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang baik pendidikannya.

Bangsa yang jelek pendidikannya tidak akan pernah menjadi bangsa yang maju.

Anehnya, hingga saat ini di negara kita yang paling banyak disoroti oleh

masyarakat adalah tentang perkembangan pendidikan yaitu kemampuan peserta

didik di bidang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) yang dikenal oleh siswa

sebagai pelajaran yang tidak menyenangkan dan membosankan. Padahal yang kita

ketahui bahwa Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah ilmu mendasar dalam

kehidupan manusia, khususnya norma-norma, HAM, Korupsi, Pengembangan

diri, kedaulatan, Dasar negara,Globalisasi, Konstitusi negara,dll.

Bahkan dapat kita katakan bahwa Pendidikan kewarganegaraan (PKn)

merupakan bidang ilmu pembentukan karakter generasi muda khususnya

1

Page 2: CTL

disekolah-sekolah formal ataupun informal. Pendidikan kewarganegaraan (PKn)

cukup berperan penting dalam memajukan Negara Indonesia dan untuk

mensejahterakan bangsa Indonesia melalui perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi (IPTEK) yang tidak lepas dari dasar ilmu yaitu Pendidikan

kewarganegaraan (PKn) . Ini terbukti bahwa Pendidikan kewarganegaraan (PKn)

adalah ilmu yang menjadi dasar untuk membentuk seorang warga negara yang

baik.

Di dalam proses pembelajaran, proses belajar memengang peran yang

sangat penting atau vital. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar

dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa

(Tohirin, 2005: 58). Sedang belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya (slameto, 1995: 2).

Mengingat begitu pentingnya proses belajar yang dialami siswa maka

seorang guru harus kompeten dan lebih mampu untuk membelajarkan siswa.

Peran guru dalam proses belajar mengajar bukan lagi menyampaikan pengetahuan

melaikan memupuk pengetahuan serta membimbing siswa untuk belajar sendiri,

karena keberhasilan siswa sebagian besar bergantung pada kemampuannya untuk

belajar secara sendiri dan memonitor belajar mereka sendiri (Nur, 2004: 44).

Kemampuaan untuk menemukan sendiri dianggap dapat dipelajari yakni siswa

harus belajar berbagai macam strategi yang ada dan bagaiaman menggunakan

strategi yang benar.

Selama ini proses pembelajaran yang digunakan guru sering bersifat

searah, dimana siswa hanya mendengarkan penjelasan guru jika diperhatikan,

mencatat jika disuruh, sehingga siswa kurang memahami apa yang dijelaskan oleh

guru. Atau sering kita sebut bersifat pasif. Siswa tidak diberi kesempatan belajar

mandiri ketika dikelas. Akibatnya, siswa cenderung merasa bosan dan tidak aktif

ketika pembelajaran.

Dari hasil wawancara peneliti dengan guru bidang studi Pendidikan

kewarganegaraan (PKn) kelas XI IPS SMA Pahlawan Jember diperoleh informasi

2

Page 3: CTL

bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan menguasai pelajaran.

Akibatnya nilai ketuntasan belajar lebih dari 50% siswa di bawah Standar

Ketuntasan Minimal (SKM) yaitu 70. Oleh karena itu, keberhasilan atau

kegagalan dalam belajar khususnya Pendidikan kewarganegaraan (PKn), sangat

tergantung bagaimana proses pembelajaran itu dilaksanakan.

Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan

kewarganegaraan (PKn) dapat ditunjukkan dengan keaktifan siswa di dalam

kelas, misalnya apakah siswa tersebut memperhatikan saat guru menerangkan

di kelas, dan menanyakan apa yang menjadi ganjalan dalam pikiran serta

apakah siswa tersebut dapat berkomunikasi timbal balik dalam pembelajaran

(Sudarma dan Sakdiyah, 2007). Partisipasi siswa di dalam kelas akan

menciptakan kegiatan pembelajaran yang aktif.

Saat ini kita semua menginginkan adanya perubahan pendidikan yang

lebih baik, sudah saatnya permasalahan yang ada harus segera diatasi agar proses

belajar mengajar lebih menarik dan tidak membosankan melainkan menjadikan

pembelajaran itu menjadi menyenangkan sehingga siswa bisa berperan aktif

dalam mengikuti pembelajaran. Salah satunya yaitu adanya perubahan sikap guru

dalam menyampaikan materi.

Dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep Pendidikan

kewarganegaraan (PKn), Penulis mencoba menggunakan model pembelajaran

yang lebih mengutamakan partisipasi aktif siswa, belajar menjadi menyenangkan,

dalam kegiatan pembelajaran sehingga aktifitas siswa lebih dominan daripada

kegiatan guru dalam mengajar. Peran guru hanya sebagai fasilitator dalam rangka

mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Model pembelajaran yang tepat yaitu model pembelajaran yang

menyenangkan,siswa aktif, dinamis dan berlaku sebagai subjek. Namun bukan

berarti guru harus pasif, tetapi guru harus lebih aktif dalam menfasilitasi belajar

siswa dengan suara, gambar atau alat peraga lainnya. Guru berperan sebagai

pemandu yang penuh dengan motivasi, pandai berperan sebagai mediator dan

kreatif.

3

Page 4: CTL

Penerapan model pembelajaran ini diharapkan dapat menambah wawasan

baru dalam pembelajaran dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar dan

keaktifan siswa untuk berfikir terhadap materi dan siswa dapat mencapai

ketuntasan belajar yang maksimal. Selain untuk mencapi ketuntasan belajar yang

maksimal, hal ini juga berupaya untuk meningkatkan aktifitas belajar, semangat

untuk belajar, dan menciptakan suasana hati yang positif untuk belajar siswa

dalam kelas sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik.

Permasalahan-permasalahan tersebut harus segera diatasi agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai dengan hasil yang optimal. Salah satu upaya

untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan strategi

pembelajaran yang tepat, yang berorientasi pada siswa. Strategi Contextual

Teaching And Learning ( CTL) merupakan salah satu cara yang dapat

digunakan untuk mengembangkan sistem belajar yang efektif dan efisien

untuk mengaktifkan siswa dengan merangsang kemampuan berfikir analitis

siswa.

Untuk dapat menghasilkan hasil belajar yang baik maka proses belajar

mengajar perlu di pilih dan dilakukan pengajaran yang sesuai serta dapat membuat

siswa ikut serta dalam proses belajar. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat

akan sangat membantu kelancaran proses belajar-mengajar. Strategi yang perlu

diterapkan adalah Strategi Contextual Teaching And Learning ( CTL) adalah cara

atau prosedur pemecahan masalah yang selalu berorientasi pada tujuan yang akan

dicapai. Strategi ini menuntun siswa agar menemukan perbedaan apa yang telah

dapat dilakukan dengan tujuan yang akan dicapai.

Kemudian menuntun siswa memikirkan dan melakukan penyelesaian yang

relevan dengan tujuan, sampai siswa mencapai tujuan yang akan dicapai, dimana

strategi pembelajaran Contextual Teaching And Learning ( CTL) memberi

keluasan pada siswa untuk menemukan dan mendapatkan ide serta gagasan baru

dalam belajar.

4

Page 5: CTL

3. Rumusan Masalah

Melalui latar belakang tersebut di atas maka, dapatlah ditarik suatu

rumusan masalah sebagai berikut: Adakah pengaruh strategi pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar siswa pada mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) semester genap kelas XI IPS SMA

Pahlawan Jember tahun pelajaran 2013/2014?

4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

4.1 Tujuan Penelitian

Menurut suharsimi arikunto, “Tujuan penelitian adalah rumusan yang

menunjukkan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai”

(1996:52).

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

ada tidaknya peningkatan hasil belajar dengan penerapan Contextual Teaching

and Learning (CTL) pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

semester genap kelas XI IPS SMA Pahlawan Jember tahun pelajaran 2013/2014.

4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat peneitian diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Bagi Siswa

Dapat menjadi motivasi karena pembelajaran yang disajikan

menyenangkan dan dapat mendorong keaktifan belajar siswa.

b. Bagi Guru

Pembelajaran dengan Contextual Teaching And Learning (CTL) ini

dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) yang tidak membosankan dalam upaya

meningkatkan hasil belajar.

5

Page 6: CTL

c. Bagi Penulis

penelitian ini memberikan pengalaman dalam rangka mengembangkan

pengetahuan terhadap penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi

dan sebagai bekal untuk terjun ke dunia pendidikan.

5. Batasan Operasional

Untuk menghindari suatu pembahasan yang tidak tentu ujungnya, karena

kurang tegasnya dalam memberikan batasan-batasan, maka peneliti telah

memberikan batasan-batasannya sesuai kebutuhan.

5.1 Pembelajaran Contextual Teaching And Learning ( CTL)

Pembelajaran kontekstual / Contextual Teaching and Learning (CTL),

menurut Nurhadi, dkk. (2004) merupakan suatu konsep belajar dimana guru

menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi

siswa untuk memecahkan persoalan, berpikir kritis, dan melaksanakan observasi

serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks

itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa

mereka, dan bagaimana mencapainya.

Sedangkan pengertian menurut istilah pembelajaran Contextual Teaching

and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan

dalam kehidupan sehari-hari John Dewey (1916).

6

Page 7: CTL

5.2 Hasil belajar

Menurut hasil belajar adalah seluruh kecakapan (achievement) yang

diperoleh melalui proses belajar, yang dinyatakan dengan nilai-nilai prestasi

belajar berdasarkan hasil tes prestasi belajar (Nana Sudjana,2002: 22)

Berdasarkan beberapa definisi di atas mengenai hasil belajar, maka dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil dari belajar yang dinyatakan dengan

nilai-nilai berdasarkan hasil tes prestasi belajar atau hasil keahlian dalam karya

akademis yang dinilai oleh guru lewat tes dan non tes.

Hasil belajar juga merupakan proses perubahan di dalam kepribadian

manusia, yang terbentuk melalui pengetahuan awal atau pengalaman yang

bermakna baginya dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk

peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,

pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan

kemampuan-kemampuan yang lain.

6. Kajian Teori dan Hipotesis Tindakan

6.1 Kajian Teori Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning(CTL) adalah konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan

situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

Pengajaran  kontekstual sendiri pertama kali dikembangkan di  Amerika

Serikat yang diawali dengan dibentuknya Washington State Consortum for

Contextual oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat. Antara tahun 1997

sampai tahun 2001 sudah diselenggarakan tujuh proyek besar yang bertujuan

untuk mengembangkan, menguji, serta melihat efektifitas penyelenggaraan

pengajaran kewarganegaraan secara kontekstual. Proyek tersebut melibatkan 11

perguruan tinggi, dan 18 sekolah dengan mengikutsertakan 85 orang guru dan

profesor serta 75 orang guru yang sudah diberikan pembekalan sebelumnya.

7

Page 8: CTL

6.2 Karakteristik Contextual Teaching And Learning ( CTL)

Beberapa karakteristik strategi pembelajaran Contextual Teaching And

Learning ( CTL) menurut Schell dalam Direktorat Pendidikan Umum (2002;21-

22),diantaranya:

Peserta didik aktif belajar.

Pesrta didik belajar dari satu peserta ke peserta yang lain melalui

kerja sama dan refleksi.

Pembelajaran dengan dunia nyata atau simulasi terhadap masalah

yang bermakna.

Peserta didik bertanggung jawab atau memantau dan

mengembangkan pembelajaran mereka sendiri.

Menghargai pendekatan konteks kehidupan pesertadidik dan

pengalaman-pengalaman peserta didik.

Peserta didik merupakan partisipasi yang aktif dalam peningkatan

masyarakat.

Pembelajaran peserta didik memiliki nilai dan di hargai .

Pengajar bertindak sebagai fasilitator dalam pembelajaran

Pengajar menggunakan berbagai teknik pembelajaran yang tepat

Lingkungan pembelajaran dinamis dan menyenangkan

Menekan pada berfikir mecahatingkat tinggi dan pemecahan masalah

Peserta didik dan pembelajar disiapkan untuk berekperimen dengan

pendektan-pendekatan kreatifitas seseorang.

Proses pembelajaran sama pentingnya dengan kontek yang di

pelajari

Pembelajaran terjadi dalam setting dan kontek ganda

Pengetahuan merupakan antar disiplin dan di perluas tidak hanya

sebatas di dalam kelas.

Guru menerima perannya sebagai fasilitator.

Peserta didik mengidentifikasi dan memecahkan masalah.

8

Page 9: CTL

Berdasarkan uraian di atas bahwa pembelajaran Contextual Teaching And

Learning ( CTL)yaitu :

a) Peserta didik sebagai subjek belajar.

b) Peserta didik memperolah kesempatan lebih untuk meningkatkan

hubungan kerja sama antar teman

c) Pesrta didik memperoleh kesempatan lebih untuk mengembangkan

aktifitas, kreatifitas, sikap kritis, kemandirian, dan berkomunikasi

dengan orang lain.

d) Pesrta lebih memiliki peluang-peluang untuk menggunakan

keterampilan.

e) Tugas pengajar sebagai fasilitator.

Menurut Nurhadi,(2004) Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan

terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu mengaitkan (relating),

mengalami (experiencing), menerapkan (applying), bekerjasama (cooperating)

dan mentransfer (transferring):

a) Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti

konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketika ia

mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa.

Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa

dengan informasi baru.

b) Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan

berarti menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun

pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa

dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-

bentuk penelitian yang aktif.

c) Menerapkan Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan

kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan

memberikam latihan yang realistis dan relevan.

d) Kerjasama Siswa yang bekerja secara individu sering tidak

membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang

9

Page 10: CTL

bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang

komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya

membantu siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan

dunia nyata.

e) Mentransfer Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman

belajar dengan focus pada pemahaman bukan hapalan.

6.3 Perbedaan Contextual Teaching And Learning( CTL) Dengan

Konvensional

Pembelajaran kontekstual berbeda dengan pembelajaran konvensional,

Departemen Pendidikan Nasional (2002:5) mengemukakan perbedaan antara

pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dengan pembelajaran

konvensional sebagai berikut:

CTL Konvensional

Pemilihan informasi kebutuhan

individu siswa;

Pemilihan informasi ditentukan oleh

guru;

Cenderung mengintegrasikan  beberapa

bidang (disiplin);

Cenderung terfokus pada satu bidang

(disiplin) tertentu;

Selalu mengkaitkan informasi dengan

pengetahuan awal yang telah dimiliki

siswa;

Memberikan tumpukan informasi

kepada siswa sampai pada saatnya

diperlukan;

Menerapkan penilaian autentik melalui

melalui penerapan praktis dalam

pemecahan masalah;

Penilaian hasil belajar hanya melalui

kegiatan akademik berupa ujian/ulang

6.4 Peran guru dalam Pembelajaran Contextual Teaching And

Learning(CTL)

Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai

berikut:

1) Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa .

10

Page 11: CTL

2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses

pengkajian secara seksama.

3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang

selanjutnya memilih dan mengkaitkan dengan konsep atau teori yang akan

dibahas dalam pembelajaran kontekstual.

4) Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang

dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan

lingkungan hidup mereka.

5) Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya

nanti dijadikan bahan refeksi terhadap rencana pemebelajaran dan

pelaksanaannya.

6.5 Pelaksanaan Contextual Teaching And Learning( CTL)

Contextual Teaching Learning (CTL) dapat diterapkan dalam kurikulum

apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.

Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) dalam kelas cukup mudah.

Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam

Contextual Teaching Learning (CTL) adalah sebagai berikut:

a) kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan

cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan

keterampilan barunya

b) laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic

c) kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

d) ciptakan masyarakat belajar

e) hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

f) lakukan refleksi di akhir pertemuan; dan

g) lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) dengan

berbagai cara.

11

Page 12: CTL

Berikut Langkah-langkah Model Pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) :

 1. Kegiatan Awal

Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti

proses pembelajaran,

Apersepsi, sebagai penggalian pengetahuan awal siswa terhadap materi

yang akan diajarkan.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi yang

akan dipelajari

Penjelasan tentang pembagian kelompok dan cara belajar.

2. Kegiatan Inti

Siswa bekerja dalam kelompok menyelesaikan permasalahan yang

diajukan guru.

Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil penyelesaian dan alasan

atas jawaban permasalahan yang diajukan guru.

Siswa dalam kelompok menyelesaikan lembar kerja yang diajukan guru.

Guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi, dan memfasilitasi kerja

sama.

Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan

kelompok yang lain menanggapi hasil kerja kelompok yang mendapat

tugas,

Dengan mengacu pada jawaban siswa, melalui tanya jawab, guru dan

siswa membahas cara penyelesaian masalah yang tepat,

Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang hal-

hal yang dirasakan siswa, materi yang belum dipahami dengan baik, kesan

dan pesan

selama mengikuti pembelajaran.

3.  Kegiatan Akhir

12

Page 13: CTL

Guru dan siswa membuat kesimpulan cara menyelesaikan soal yang di

bahas bersama.

Siswa mengerjakan lembar tugas.

Siswa menukarkan lembar tugas satu dengan yang lain, kemudian, guru

bersama siswa membahas penyelesaian lembar tugas dan sekaligus dapat

memberi nilai pada lembar tugas sesuai kesepakatan yang telah diambil

(ini dapat dilakukan apabila waktu masih tersedia)

6.6 Penilaian pembelajaran Contextual Teaching And Learning( CTL)

Proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran

belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru

agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran yang benar.

Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa

mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan

yang tepat agar siswa agar siswa terbebas dari kemacetan belajar.

Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan disepanjang

proses pembelajaran, maka penilaian tidak dilakukan diakhir periode seperti akhir

semester. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melalui hasil, dan dengan

berbagai cara. Tes hanyalah salah satunya, itulah hakekat penilaian yang sebarnya.

Penilain tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain.

Karakteristik penilain sebenarnya adalah:

a) dilaksanakan selama dan sesuadah proses pembelajaran berlangsung

b) bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif

c) yang diukur keterampilan dan performasi, bukan hanya mengingat fakta

d) berkesinambungan

e) terintegrasi

f) dapat dipergunakan sebagaifeed back

Dengan demikian pembelajaran yang benar memang seharusnya

ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how

to learn) sesuatu, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin

informasi diakhir periode pembelajaran.

13

Page 14: CTL

6.7 Kajian Teori Tentang Hasil Belajar

Belajar merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap manusia.

Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang penting dalam

penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan keberhasilan pencapaian tujuan

pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah

dan di lingkungan sekitarnya.

Belajar memiliki beberapa definisi dan teori yang dikemukakan oleh

beberapa ahli pendidikan. Menurut Syah yang dikutif oleh Jihad mengatakan

bahwa belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif

dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif.1 Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase belajar.

Menurut Witting ada tiga tahapan dalam belajar, antara lain:

a. Tahapan Acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi

b. Tahapan Storage, yaitu tahapan menyimpan informasi; dan

c. Tahapan Retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi.

Menurut Hamalik yang dikutip oleh Jihad ada dua pengertian yang umum

tentang belajar yaitu:

a. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

pengalaman (Learning is difined as the modification or streng hening

of behavior through experiencing).

b. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui

interaksi dengan lingkungan.

Karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dalam diri orang itu terjadi

suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Jadi

dalam teori ini siswa belajar akan mendapatkan hasil belajar yaitu berupa

perubahan kepribadian sebagai pola baru, misalnya pemahaman atau pengetahuan

yang didapat dari proses pembelajaran.

Belajar berlangsung sepanjang hayat, karena belajar merupakan kebutuhan

setiap manusia. Prinsip belajar sepanjang hayat yang dibuat oleh Komisi Delors

1

14

Page 15: CTL

dari United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO)

terbagi 4 pilar, yaitu :

a. Learning to Know

Learning to know atau learning to learn memiliki definisi bahwa

belajar itu pada dasarnya tidak berorientasi kepada produk atau hasil.

Akan tetapi juga harus beroientasi kepada proses belajar.

b. Learning to Do

Learning to do mengandung pengertian bahwa belajar bukan hanya

sekedar mendengar dan melihat dengan tujuan akumulasi pengetahuan,

tetapi belajar untuk berbuat dengan tujuan akhir penguasaan

kompetensi yang sangat diperlukan dalam era persaingan global.

c. Learning to Be

Learning to be berarti belajar itu membentuk manusia yang “menjadi

dirinya sendiri”. Dengan kata lain, belajar untuk mengaktualisasikan

dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang memiliki

tanggung jawab. Sebagai manusia dan juga memiliki tanggung jawab

sebagai khalifah yang menyadari akan segala kekurangan dan

kelemahannya.

d. Learning to Live Together

Learning to live together adalah belajar untuk kerjasama. Hal ini

diperlukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam masyarakat global,

dimana secara individu dan kelompok tidak mungkin bisa hidup

sendiri atau mengasingkan diri bersama kelompoknya.

Dari segi psikologi, menurut Whitetherington psikologi yang dikutip oleh

Ngalim Purwanto, mengemukakan bahwa Belajar adalah suatu perubahan

tindakan di dalam, kepribadian yang menyatakan diri sebagai pola baru dari pada

reaksi yang berupa kecakapan sikap kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.

Dalam proses belajar terdapat beberapa hal yang penting yaitu

pengalaman, proses berpikir, dan perubahan tingkah laku. Pada proses belajar,

siswa merupakan subyek sedangkan guru diharapkan sebagai fasilitator dan

pembimbing. Agar terjadi proses belajar yang baik, dituntut adanya suatu

15

Page 16: CTL

Interaksi Multi Arah antara siswa dan guru. Setiap individu berperan aktif

melibatkan diri dengan segala pemikiran dan kemauan untuk berinteraksi dengan

lingkungannya.

Hasil yang didapat dari sekolah harus dapat digunakan dan diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar yang telah diperoleh disimpan dalam

ingatan untuk kemudian digali dari ingatan bila dibutuhkan. Suatu pembelajaran

dikatakan efektif bila proses pembelajaran tersebut dapat mewujudkan sasaran

atau hasil belajar tertentu. Beraneka ragam tingkah laku yang diperoleh dalam

belajar yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Menurut Abdurrahman yang dikutip oleh Asep Jihad, hasil belajar adalah

kemampuan yang diperoleh kegiatan belajar. Dalam pembelajaran guru

menetapkan tujuan belajar, siswa yang berhasil belajar adalah yang berhasil

mencapai tujuan-tujuan permbelajaran. Berikut merupakan tujuan pencapaian

hasil belajar:

a) Nilai UASSesuai permendiknas nomor 20 tahun 2007 tentang penilaian,

bahwa yang disebut ulangan adalah proses yang dilakukan untuk

mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan

dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan, melakukan

perbaikan pembelajaran, dan penentuan keberhasilan belajar peserta didik.

Sedangkan UAS adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk

mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. cakupan

ulangan meliputi seluruh indikator yang mempresentasikan KD pada

semester tersebut

b) Nilai UTS

Menurut Ki Hajar Dewantara Ulangan tengah semester (UTS) ialah

suatu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian

kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 - 9 minggu kegiatan

pembelajaran. cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang

mempresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.

16

Page 17: CTL

c) Nilai Harian

Menurut Ki Hajar Dewantara Ulangan Harian adalah kegiatan yang

dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta

didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.

Jadi dapat disimpulkan hakikat hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn) adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa dalam mempelajari Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) Terpadu untuk menghasilkan perubahan tingkah laku

dan hasil belajar. Setelah guru selesai menyampaikan materi tertentu tindak

mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Evaluasi hasil belajar

dapat dilakukan menggunakan alat evaluasi yang berupa tes hasil belajar.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah kemampuan yang dimiliki dan dicapai oleh siswa yang ditandai dengan

adanya perubahan tingkah laku yang dapat diketahui melalui suatu penilaian (tes).

Penilaian ini menetapkan buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran yang

menekankan diperolehnya informasi tentang perubahan siswa dalam mencapai

tujuan pembelajaran yang ditetapkan.

7. Hipotesis

Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti,

tetapi masih harus dibuktikan, dites, atau diuji kebenarannya (Suharsimi

Arikunto,2010:64).

Berdasarkan kajian pustaka dan rumusan masalah yang telah diuraikan,

maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Ada Pengaruh

Penggunaan strategi pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

terhadap Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan(PKn) semester Genap kelas XI IPS SMA Pahlawan Jember

tahun pelajaran 2013/2014.

Namun karena data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data

kuantitatif, maka akan dianalisis dengan menggunakan statistik inferensial. Dan

hipotesis yang digunakan adalah hipotesis nihil(Ho), yaitu tidak ada Pengaruh

Penggunaan Strategi pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

17

Page 18: CTL

terhadap Hasil Belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn) semester genap kelas XI IPS SMA Pahlawan Jember tahun pelajaran

2013/2014.

8. Metode Penelitian

8.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian adalah tempat dimana proses studi yang digunakan untuk

memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung (Sukardi, 2009: 53).

Penentuan daerah penelitian ini peneliti menggunakan metode Purposive

Sampling area atau Sampel Bertujuan .

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:183) sampel bertujuan dilakukan

dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, atau random tetapi

didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena

beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana

sehingga tidak dapat mengmbil sampel yang besar dan jauh..

Adapun daerah penelitian yang penulis tetapkan sebagai tempat penelitian

adalah SMA Pahlawan Jember tahun pelajaran 2013/2014.

8.2 Metode penentuan Responden

Responden merupakan orang- orang mampu memberikan jawaban atau

tanggapan terhadap masalah yang diteliti. Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa

“responden juga disebut sampel, sebagai individu yang diselidiki” (1994: 2)

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, responden adalah orang yang

dapat merespon, memberikan info tentang data penelitian (2009:88).

Adapun dalam menentukan sampel yang sebenarnya tidak ada suatu

ketentuan yang pasti dan mutlak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suharsimi

Arikunto (2006:134) memberikan pendapat sebagai berikut: “untuk sekedar ancer-

ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Dengan pertibangan tersebut diatas serta demi keakuratan dan keobjektifan

data yang dikumpulkan, maka peneliti menetapkan respondennya dengan

mengggunakan populasi reset. Menurut Suharsismi Arikunto (2010:173) populasi

18

Page 19: CTL

riset adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti

semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan

penelitian populasi. Studi atau penelitian juga disebut studi populasi atau studi

sensus.

Penelitian populasi hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan

subjeknya tidak banyak. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS

SMA Pahlawan Jember tahun pelajaran 2013/2014.

8.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian selalu terjadi proses pengumpulan data. Data yang

dikumpulkan nantinnya akan digunakann untuk menguji kebenaran suatu

hipotesa. Dalam proses pengumpulan data bisa menggunakan satu atau beberapa

metode, jenis metode yang dipilh dan digunakan dalam pengumpulan data

tentunnya harus sesuai dengan sifat dan karakteristik penelitian yang dilakukan.

Suharsimi Arikunto (2010:192) menyatakan bahwa metode pengumpulan

data adalah cara bagaimana dapat diperoleh data mengenai variabel-variabel.

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

adalah:

- Observasi

- Wawancara

- Dokumentasi

- Angket

1. Observasi

Suharsimi Arikunto (2010:199) menyatakan bahwa Observasi adalah

kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu dengan menggunakan seluruh alat

indra atau dapat dikatakan observasi adalah pengamatan langsung. Metode

observasi digunakan karena merupakan cara yang paling efektif untuk

mengumpulkan data dengan mengamati secara langsung terhadap objek, kejadian,

gerak atau proses yang terjadi secara langsung.

Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah

melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument,

19

Page 20: CTL

format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang

digambarkan akan terjadi.

Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan

untuk menyebut jenis observasi, yaitu:

1. Observasi

non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak

menggunakan instrument pengamatan.

2. Observasi

sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan

pedoman sebagai instrument pengamatan.

Menurut Yatim Riyanto (2001: 98) observasi dibedakan menjadi lima

jenis yaitu :

1. Observasi Partisipan

Observasi partisipan, yaitu dimana orang yang melakukan pengamatan

berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan orang yang diobservasi.

2. Observasi Non Partisipan

Observasi non partisipan, yaitu apabila observer tidak berperan serta ikut

ambil bagian kehidupan observernya.

3. Observasi Sistematik

Observasi sistematik yaitu, apabila pengamat menggunakan pedoman

sebagai instrumen pengamatan.

4. Observasi Non Sistematik

Observasi non sistematik, yaitu apabila pengamat tidak menggunakan

intrumen penelitian.

5. Observasi Eksperimental

Observasi Eksperimental dilakukan dengan cara orang yang observasi

dimasukkan kedalam suatu kondisi atau situasi tertentu.

Dalam penelitian ini, observer yang digunakan adalah observasi sistematis,

karena dalam pelaksanaannya observasi menggunakan istrumen pengamatan. Hal

ini untuk menjaga- jaga agar data- data yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang

20

Page 21: CTL

akan dicapai. Observasi yang dilakukan meliputi pengamatan terhadap aktivitas

siswa dan kinerja guru selama pembelajaran dengan strategi CTL berlangsung.

2. Wawancara (interview)

Suharsimi Arikunto (2010:198) menyatakan bahwa Interview yang sering

disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang

dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari

terwawancara (interviewer). Interviu digunakan oleh peneliti untuk menilai

keadaan seseorang. Metode ini sangat baik karena secara langsung dapat

berhadapan dengan responden untuk tanya jawab dan mendapatkan data yang kita

inginkan.

Dalam metode interviw ini, peneliti menggunakan pedoman wawancara

yang banyak digunakan yaitu “semi terstruktured”. Dalam semi structured, mula-

mula interviw menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur,

kemudian satu per satu diperdalam untuk mengorek keterangan lebih lanjut.

Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variable, dengan

keterangan yang lengkap dan mendalam. Dan tidak menutup kemungkinan sama

halnya dengan menggunakan interviu bebas terpimpin.

3. Metode Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mendapatkan dokumen-dokumen disekolah

yang berhubungan dengan masalah peneliti yang dilakukan dengan tujuan agar

dokumen-dokumen tersebut dapat membantu dalam memecahkan permasalahan

peneliti.

Menurut Sukardi (2009:81), bahwa dokumentasi adalah cara yang

dimungkinkan oleh peneliti untuk memperoleh informasi dari bermacam-macam

sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat, di mana

responden bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-hari. Sedangkan

menurut Arikunto (2006:158), dokumentasi dapat diartikan sebagai proses dalam

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, dan sebagainya.

21

Page 22: CTL

Dari berbagai pengertian diatas, maka dapat ditarik benang merahnya

bahwa dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi

penelitian, baik berupa sumber tertulis, film,  gambar (foto), dan karya-karya

monumental, yang semua itu menberikan informasi bagi proses penelitian.

4. Angket atau Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau

hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2010:194).

Ada dua macam angket, antara lain:

1. Angket anonym, merupakan angket yang tanpa nama

2. Angket bernama, merupakan angket yang diberi nama

Penelitian yang dilakukan oleh francis J. Di Vesta memberikan gambaran

hasil bahwa tidak ada perbedaan ketelitian jawaban yang diberikan oleh orang

dewasa, baik yang anonym maupun yang bernama. Factor-faktor yang

mempengaruhi perlu tidaknya angket diberi nama adalah:

1. Tingkat kematangan

responden.

2. Tingkat subjektivitas

item yang menyebabkan responden enggan memberikan jawaban.

3. Kemungkinan tentang

banyaknya angket.

4. Prosedur (tekhnik)

yang akan diambil pada waktu menganalisis data.

Kuesioner dapat dibeda-bedakan atas beberapa jenis, tergantung pada sudut

pandang:

a. Dipandang dari cara menjawab, maka ada:

22

Page 23: CTL

1. Kuesioner

terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk

menjawab dengan kalimatnya sendiri.

2. Kuesioner

tertutup, yang sudah disediakan jawabanya sehingga responden

tinggal memilih.

b. Diapandang dari jawaban yang diberikan ada:

1. Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya.

2. Kuesioner tidak langsung, yaitu responden menjawab tentang

orang

lain.

c. Dipandang dari bentuknya maka ada:

1. Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama

dengan kuesioner tetutup.

2. Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka.

3. Check list, sebuah daftar, dimana responden tinggal

membutuhkan tanda check (v) pada kolom yang sesuai.

4. Rating-scale, (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan

diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan,

misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju.

9. Metode Analisa Data

Analisi data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistika

inferensial. Menurut H.M Sukardi (2008:154) statistik inferensial adalah tekhnik

statistik di mana pembuatan keputusan tentang populasi yang diteliti berdasarkan

kepada data yang diperoleh dari sampel.

Statistika inferensial lebih kompleks dan memungkinkan peneliti untuk

menguji signifikansi statistik dari perbedaan di antara dua atau lebih kelompok

atau untuk menguji tingkat korelasi di antara dua variabel. Signifikansi statistik

merujuk pada keputusan yang diambil dari hasil prosedur statistik yang

23

Page 24: CTL

memungkinkan peneliti untuk mengambil kesimpulan bahwa temuan dari satu

studi tertentu (misalnya, tingkat perbedaan di antara dua kelompok atau kekuatan

hubungan di antara dua variabel) sudah cukup besar didalam sampel yang

dipelajari sehingga bisa mewakili perbedaan atau hubungan yang bermakna

didalam populasi yang menjadi sumber sampelnya (Craig A. Mertler; 2011:18)

Tujuan statistika inferensial adalah untuk menentukan seberapa besar hasil

statistiaka tertentu mewakili seluruh populasi yang didasarkan pada subkelompok

yang lebih kecil, atau sampel, dari populasi tersebut.

Prosedur statistika inferensial lazimnya digunakan sebagai sarana analisis

bagi rancangan-rancangan penelitian yang memusatkan kajian pada perbandingan.

Jenis statistika inferensial yang lazim bagi jenis-jenis rancangan di atas adalah uji

t ukuran-indpenden, uji t ukuran-berulang, analisis variansi, dan uji chi square

(Craig A. Mertler; 2011:270).

Jenis statistika inferensial yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah

Chi square (Chi Quadrat) dan dilanjutkan dengan Koefisien Kontingensi (harga

Chi-kuadrat yang diperoleh) dengan rumus :

Dan

Rumus ini digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan frekuensi yang

diobservasi f0, (frekuensi yang diperoleh bedasarkan data), dengan frekuensi yang

diharapkan fh. Apabila dari perhitungan ternyata harga x2 sama atau lebih besar

dari harga kritik x2 yang tertera dalam tabel, sesuai dengan taraf signifikansi yang

telah ditetapkan, maka kesimpulannya adalah ada perbedaan yang meyakinkan

antara f0 dengan fh. Akan tetapi sebaliknya apabila dari perhitungan ternyata x2

lebih kecil dari harga kritik dalam tabel menurut taraf signifikansi yang telah

24

Page 25: CTL

ditentukan, maka kesimpulannya tidak ada perbedaan yang meyakinkan antara f0

dengan fh.

Dan untuk mengetahui korelasi tingkat pengaruh digunakan nilai standart

sebagai berikut:

0,000 – 0,200 :Nihil

0.201 – 0,400 : Berkorelasi Rendah

0,401 – 0,600 : Berkorelasi Sedang

0,601 – 0,800 : Berkorelasi Cukup

0,801 – 1,000 : Berkorelasi Tinggi (2006: 276)

25

Page 26: CTL

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi.2006. prosedur Penelitian suatu pendekatan

praktek.Jakarta.rineka cipta.

Departemen pendidikan nasional.2008. pengembangan silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran dalam KTSP.Dirjen Jakarta:PMTK.

Prof.Dr.Hamruni,M.Si. strategies pembelajaran.Jogjakarta:PT.Insane madani.

Dimyati. Et.AL.2002. Belajar dan pembelajaran.

Hobri.2007.penelitian tindakan kelas untuk guru dan para petaksi. Jember.center

for society studies (css).

Margono,S.2005.metodelogi penelitian pendidikan.Jakarta:PT Rineka cipta.

Ruminiati.2007. pengembangan pendidikan kewarganegaraan sekolah menengah

atas.Jakarta: Dirjen dikti.

Sanjaya,Wina.2010. penelitian tindakan kelas.Jakarta:Prenada media group.

Sugiono.2008. metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.Bandung:Alfabeta

26

Page 27: CTL

27