CSS Kepribadian Pramorbid Skizofrenia

9
Kepribadian Pramorbid Skizofrenia Faktor predisposisi dan beresiko tinggi bagi terjadinya gangguan jiwa Skizofrenia, yaitu Kepribadian Paranoid, Skizoid, Skizotipal dan Ambang (Borderline) yang kriterianya sebagai berikut: Kepribadian Paranoid Seseorang yang berkepribadian paranoid menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut : A. Kecurigaan dan ketidakpercayaan yang pervasif dan tidak beralasan terhadap orang lain, seperti yang ditunjukkan oleh sekurangkurangnya 3 dari 8 hal berikut ini : 1. Merasa akan ditipu atau dirugikan, berprasangka buruk dan sukar untuk bisa percaya terhadap maksud baik dari orang lain. 2. Kewaspadaan yang berlebihan, yang bermanifestasi sebagai usaha meneliti secara terus-menerus terhadap tanda-tanda ancaman dari lingkungannya atau mengadakan tindakan-tindakan pencegahan yang sebenarnya tidak perlu. 3. Sikap berjaga jaga atau menutup-nutupi, melakukan pengamanan fisik dan tempat tinggalnya. 4. Tidak mau menerima kritik atau kesalahan, walaupun ada buktinya. Alam perasaan (afek) sensitif, reaktif dan mudah tersinggung.

description

psikiatri

Transcript of CSS Kepribadian Pramorbid Skizofrenia

Kepribadian Pramorbid Skizofrenia

Kepribadian Pramorbid Skizofrenia

Faktor predisposisi dan beresiko tinggi bagi terjadinya gangguan jiwa Skizofrenia, yaitu Kepribadian Paranoid, Skizoid, Skizotipal dan Ambang (Borderline) yang kriterianya sebagai berikut:

Kepribadian Paranoid

Seseorang yang berkepribadian paranoid menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut :

A. Kecurigaan dan ketidakpercayaan yang pervasif dan tidak beralasan terhadap orang lain, seperti yang ditunjukkan oleh sekurangkurangnya 3 dari 8 hal berikut ini :1. Merasa akan ditipu atau dirugikan, berprasangka buruk dan sukar untuk bisa percaya terhadap maksud baik dari orang lain.

2. Kewaspadaan yang berlebihan, yang bermanifestasi sebagai usaha meneliti secara terus-menerus terhadap tanda-tanda ancaman dari lingkungannya atau mengadakan tindakan-tindakan pencegahan yang sebenarnya tidak perlu.

3. Sikap berjaga jaga atau menutup-nutupi, melakukan pengamanan fisik dan tempat tinggalnya.

4. Tidak mau menerima kritik atau kesalahan, walaupun ada buktinya. Alam perasaan (afek) sensitif, reaktif dan mudah tersinggung.

5. Meragukan' kesetiaan orang lain, selalu curiga akan dikhianati dan karenanya sukar untuk mendapatkan kawan ataupun pasangan.

6. Secara intensif dan picik mencari-cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya, tanpa berusaha melihat secara keseluruhan dari konteks yang ada.

7. Perhatian yang berlebihan terhadap motifmotif tersembunyi dan arti-arti khusus; penuh kecurigaan terhadap peristiwa atau kejadian di sekitarnya yang diartikan salah dan dianggap ditujukan pada dirinya.

8. Cemburu yang patologik, tidak beralasan dan tidak rasional, dengan dalih yang dicari-cari untuk pembenaran dari rasa cemburunya itu.

B. Hipersensitivitas, seperti yang ditunjukkan oleh sekurang-kurangnya 2 dari 4 hal berikut ini :

1. Kecenderungan untuk mudah merasa dihina atau diremehkan dan cepat mengambil sikap menyerang (offensive).

2. Membesar-besarkan kesulitan yang kecil, tidak proporsional dan mendramatisasi seolah-olah sedang menghadapi kesulitan atau ancaman yang serius.

3. Siap mengadakan balasan apabila merasa terancam, serangan balik yang tidak pada tempatnya.

4. Tidak dapat santai, tidak tenang, selalu gelisah dan tegang karena tidak ada rasa aman dan terlindung (security feeling).

C. Keterbatasan kehidupan alam perasaan (afektif) seperti yang ditunjukkan oleh sekurang-kurangnya 2 dari 4 hal berikut ini :

1. Penampakan yang dingin dan tanpa emosi, ekspresi wajah kosong, "tidak hidup" bagaikan "topeng".

2. Merasa bangga bahwa dirinya selalu obyektif, rasional dan tidak mudah terangsang secara emosional, subyektivitas tinggi.

3. Tidak ada rasa humor yang wajar terkesan "serius" tidak suka bercanda, tidak ada sense of humor.

4. Tidak ada kehangatan emosional, lembut dan sentimental, seolah-olah tidak mempunyai perasaan, hambar dan tidak bereaksi terhadap rangsangan atau hal yang bagi orang lain sesuatu yang membuat lucu atau gembira.Pihak keluarga hendaknya mewaspadai manakala diantara anggota keluarga ada yang menunjukkan gejala-gejala kepribadian paranoid sebagaimana diuraikan di muka. Baik pihak keluarga maupun yang bersangkutan hendaknya berkonsultasi kepada dokter (psikiater) agar tipe kepribadian ini tidak mengalami gangguan yang pada gilirannya dapat menjelma dalam bentuk gangguan jiwa Skizofreni.Kepribadian SkizoidSeseorang yang berkepribadian skizoid menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut :A. Terdapat ciri emosional yang dingin dan tidak acuh serta tidak terdapatnya perasaan hangat atau lembut terhadap orang lain.

B. Sikap yang acuh tak acuh (indifferent) terhadap pujian, kritikan atau perasaan orang lain, tidak menghargai orang lain.

C. Hubungan dekat hanya satu atau dua orang saja, termasuk anggota keluarganya, tidak mampu bersosialisasi.

D. Tidak terdapat pembicaraan, perilaku, atau pikiran yang aneh (eksentrik), yang merupakan ciri khas kepribadian Skizotipal.

Pihak keluarga hendaknya mewaspadai manakala diantara anggota keluarga ada yang menunjukkan gejala-gejala kepribadian skizoid sebagaimana diuraikan di muka. Baik pihak keluarga maupun yang bersangkutan hendaknya berkonsultasi kepada dokter (psikiater) agar tipe kepribadian ini tidak mengalami gangguan yang pada gilirannya dapat menjelma dalam bentuk gangguan jiwa Skizofrenia.Kepribadian SkizotipalSeseorang yang berkepribadian skizotipal menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut, yaitu sekurang-kurangnya terdapat 4 dari 8 hal yang berikut ini :1. Pikiran magik atau gaib (magical thinking) seperti takhyul yang tidak sesuai dengan budayanya (superstitious), dapat melihat apa yang akan terjadi (clairvoyance), telepati, indera keenam, "orang lain dapat merasakan perasaan saya" (pada anak-anak dan remaja terdapat preokupasi dan fantasi yang aneh).

2. Gagasan mirip waham yang menyangkut diri sendiri (ideas of reference), merasa segala peristiwa atau kejadian di sekitarnya selalu ada kaitannya atau bersangkut-paut dengan dirinya.

3. Isolasi sosial, seperti tidak memiliki kawan akrab atau orang yang dapat dipercaya, kontak sosial hanya terbatas pada tugas sehari-hari yang seperlunya, kurang mampu bersosialisasi.

4. Ilusi yang berulang-ulang, seperti merasa adanya "kekuatan" atau "orang" yang sebenarnya tidak ada (misalnya merasa seolaholah ibunya yang sudah meninggal berada bersama dengan dirinya dalam ruangan), depersonalisasi atau derealisasi yang tidak berhubungan dengan serangan panik.

5. Pembicaraan yang ganjil (tetapi tidak sampai menjurus kepada pelonggaran asosiasi atau inkoherensi), seperti pembicaraan yang digresif, kabur, bertele-tele, sirkumstansial (berputar-putar), metaforik (perumpamaan).

6. Di dalam interaksi (tatap muka) dengan orang lain terdapat hubungan (rapport) yang tidak memadai (inadequate) akibat afek (alam perasaan) yang tidak serasi (inappropriate) atau afek yang terbatas (constricted), misalnya tampak dingin atau tidak acuh.

7. Kecurigaan atau ide paranoid, yaitu rasa curiga atau buruk sangka yang tidak rasional.

8. Kecemasan sosial yang tidak perlu atau hipersensitivitas yang berlebih terhadap kritik yang nyata ataupun yang dibayangkan.

Pihak keluarga hendaknya mewaspadai manakala diantara anggota keluarga ada yang menunjukkan gejala-gejala kepribadian skizotipal sebagaimana diuraikan di muka. Baik pihak keluarga maupun yang bersangkutan hendaknya berkonsultasi kepada dokter (psikiater) agar tipe kepribadian ini tidak mengalami gangguan yang pada gilirannya dapat menjelma dalam bentuk gangguan jiwa Skizofrenia.Kepribadian Ambang

Seseorang yang berkepribadian ambang menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut, yaitu paling sedikit terdapat 5 dari 8 kriteria di bawah ini :1. Impulsivitas atau perubahan yang tidak dapat diduga, setidak-tidaknya dalam dua aspek yang dapat merugikan diri, misalnya boros, hubungan seks, berjudi, penggunaan zat (NAZA: Narkotika, Alkohol & Zat Adiktif), mencuri di toko, makan berlebihan, tindakan cedera diri.

2. Ada pola hubungan interpersonal yang mendalam (intense) dan tidak stabil, seperti perubahan yang hebat dalam sikap, menyanjung, merendahkan, manipulasi (secara konsisten mengggunakan orang lain untuk kepentingan dirinya).

3. Kemarahan hebat dan tidak wajar, atau kurangnya pengendalian terhadap kemarahan, misalnya uring-uringan, kemarahan yang menetap.

4. Gangguan identitas yang bermanifestasi dalam ketidakpastian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan identitas, misalnya citra diri, identitas jenis (gender identity), cita-cita jangka panjang atau pemilihan karier, pola persahabatan, nilai-nilai dan loyalitas, misalnya "siapakah saya?", "saya merasa seperti kakak saya apabila saya sedang senang".

5. Alam perasaan (mood, affect) yang tidak mantap ditandai oleh perubahan hebat dari afek (mood) yang normal menjadi depresi, iritabilitas (mudah tersinggung/marah) atau cemas, biasanya berlangsung beberapa jam dan (sangat jarang) sehingga beberapa hari, dan kembali ke alam perasaan yang normal.

6. Tidak tahan untuk berada sendirian, misalnya ia berusaha keras untuk tidak berada sendirian, merasa depresif apabila berada sendirian.

7. Tindakan yang mencederai diri sendiri , misalnya usaha bunuh diri, mutilasi diri (pemotongan atau pengundungan bagian tubuh), kecelakaan berulang kali atau perkelahian fisik.

8. Perasaan kosong atau rasa bosan (jenuh) yang berkepanjangan (menahun/kronik).