Creative Accounting

23
PENDAHULUAN Latar Belakang Akuntansi merupakan salah satu cabang ilmu yang tidak terlepas dari dunia bisnis. Dengan adanya ilmu akuntansi maka pembukuan keuangan menjadi lebih mudah dan lebih akurat.Akan tetapi, dalam kenyataannya banyak pembukuan keuangan yang tidak sesuai dengan keuangan yang ada. Hal ini terjadi karena kekeliruan dari pembuatan laporan keuangan atau adanya kecurangan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu. Dalam melakukan penyusunan laporan keuangan perusahaan, seorang akuntan harus mengikuti aturan yang ada dalam pembuatan laporan keuangan, yaitu sesuai dengan aturan PSAK. Akan tetapi, dalam kenyataanya banyak perusahaan yang secara kreatif melakukan manipulasi data keuangan untuk mendapatkan respon yang baik dari beberapa kalangan. Hal ini disebut dengan akuntansi kreatif (‘Creatif Accounting’). Akuntansi kreatif bukan hal yang baru dalam dunia akuntansi, karena banyak perusahaan yang melakukan hal tersebut. Akuntansi kreatif oleh beberapa kalangan dianggap hal yang tidak etis karena memanipulasi data. Akan tetapi, kreatif akuntansi dalam pandangan teori akuntansi positif, sepanjang kreatif akuntansi tidak bertentangan dengan ptinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum tidak ada masalah yag harus dipersoalkan.

Transcript of Creative Accounting

Page 1: Creative Accounting

PENDAHULUAN

 Latar Belakang                                                                                                

Akuntansi merupakan salah satu cabang ilmu yang tidak terlepas dari dunia bisnis.

Dengan adanya ilmu akuntansi maka pembukuan keuangan menjadi lebih mudah dan lebih

akurat.Akan tetapi, dalam kenyataannya banyak pembukuan keuangan yang tidak sesuai

dengan keuangan yang ada. Hal ini terjadi karena kekeliruan dari pembuatan laporan

keuangan atau adanya kecurangan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.

Dalam melakukan penyusunan laporan keuangan perusahaan, seorang akuntan harus

mengikuti aturan yang ada dalam pembuatan laporan keuangan, yaitu sesuai dengan aturan

PSAK. Akan tetapi, dalam kenyataanya banyak perusahaan yang secara kreatif melakukan

manipulasi data keuangan untuk mendapatkan respon yang baik dari beberapa kalangan. Hal

ini disebut dengan akuntansi kreatif (‘Creatif Accounting’). Akuntansi kreatif bukan hal yang

baru dalam dunia akuntansi, karena banyak perusahaan yang melakukan hal tersebut.

Akuntansi kreatif oleh beberapa kalangan dianggap hal yang tidak etis karena

memanipulasi data. Akan tetapi, kreatif akuntansi dalam pandangan teori akuntansi positif,

sepanjang kreatif akuntansi tidak bertentangan dengan ptinsip-prinsip akuntansi yang

berterima umum tidak ada masalah yag harus dipersoalkan.

Banyak faktor yang menyebabkan perusahaan menggunakan kreatif akuntansi untuk

mempertahankan eksitensi perusahaan ditengah persaingan yang sangat ketat sekarang ini.

Oleh karena itu diperlukan cara-cara yang kreatif dalam penghitungan keuangan dalam dunia

bisnis, walaupun itu sering dianggap hal yang kurang etis. Berdasarkan hal yang telah

dijelaskan di atas maka penulis menyusun makalah dengan judul “Akuntansi Kreatif”.

Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan akuntansi kreatif?

2. Bagaimana cara mendeteksi terjadinya akuntasi kreatif perusahaan?

Tujuan Penulisan

1. Memahami pengertian akuntansi kreatif.

2. Memahami cara mendeteksi terjadinya akuntansi kreatif perusahaan.

Page 2: Creative Accounting

PEMBAHASAN

A.   PENGERTIAN ‘CREATIVE ACCOUNTING’

Banyak para pakar yang mengartikan ‘creative accounting’ sebagai kegitan

memanipulasi data keuangan di perusahaan. Tetapi, kata-kata ‘creative accounting’ terdiri

dari 2 kata yaitu ‘creative’ yang artinya kebolehan seseorang menciptakan ide baru yang

efektif, dan kata ‘akuntansi’ itu artinya pembukuan tentang financial events yang senantiasa

berusaha untuk setia kepada kondisi keuangan yang sebenarnya (faithful representation of

financial events). ‘Creative accounting’ menurut Amat, Blake dan Dowd [1999] adalah

sebuah proses dimana beberapa pihak menggunakan kemampuan pemahaman pengetahuan

akuntansi (termasuk didalamnya standar, teknik dsb.) dan menggunakannya untuk

memanipulasi pelaporan keuangan. Sedangkan, Stolowy dan Breton [2000] menyebut

‘creative accounting’ merupakan bagian dari ‘accounting manipulation’ yang terdiri dari

‘earning management’ , ‘income smoothing’ dan ‘creative accounting’ itu sendiri.

Sehingga arti dari ‘creative accounting’ yaitu akar dari sejumlah skandal akuntansi,

dan banyak usulan untuk reformasi akuntansi - biasanya berpusat pada analisis diperbarui

modal dan faktor produksi yang benar akan mencerminkan bagaimana nilai tambah.

Akuntansi kreatif dan manajemen laba merupakan eufemisme mengacu pada praktik

akuntansi yang mungkin mengikuti surat aturan praktik akuntansi standar, tapi jelas

menyimpang dari semangat peraturan tersebut.

B.   TUJUAN ‘CREATIVE ACCOUNTING’

Tujuan-tujuan seseorang melakukan creative accounting bermacam-macam, di

antaranya adalah untuk pelarian pajak, menipu bank demi mendapatkan pinjaman baru, atau

mempertahankan pinjaman yang sudah diberikan oleh bank dengan syarat-syarat tertentu,

mencapai target yang ditentukan oleh analisis pasar, atau mengecoh pemegang saham untuk

menciptakan kesan bahwa manajemen berhasil mencapai hasil yang cemerlang.

Motivasi materialisme merupakan suatu dorongan besar manajemen dan akuntan-

akuntan melakukan creative accounting. Banyak perusahaan yang terjebak masalah creative

accounting mempunyai sistem ‘executive stock option plan’ bagi eksekutif-eksekutif yang

mencapai target yang ditetapkan. Secara umum, para eksekutif biasanya lebih mengenal

perusahaan tempat mereka bekerja dibandingkan karyawan-karyawan di bawah mereka,

sehingga para eksekutif ini dapat dengan mudah memanipulasi data-data dalam laporan

keuangan (financial statement) dengan motivasi memperkaya diri mereka sendiri.

Page 3: Creative Accounting

Adapun klasifikasi tindakan yang meliputi kecurangan laporan keuangan adalah

sebagai berikut :

Pertama, sengaja distorsi laporan keuangan sebagai alat untuk bertindak curang

dengan mengecoh pemakai atau kelompoknya tentang hasil usaha perusahaan.Dalam hal ini

yang menerima keuntungan langsung adalah pihak perusahaan atau pelaku kecurangan.

Adapun tujuan khusus dari tindakan ini adalah :

a. Mendapatkan kredit, modal jangka panjang, atau tambahan modal investasi

berdasarkan informasi keuangan yang didistorsi atau dihapus

b. Menyembunyikan kinerja tidak baik dari perusahaan.

c. Menghapus hutang pajak.

d. Manipulasi harga saham.

e. Menyembunyikan kinerja tidak baik oleh manajemen.

Kedua, sengaja distorsi laporan keuangan untuk penyamaran tindakan kecurangan.dalam

hal ini yang diuntungkan tetap pihak perusahaan atau pelaku kecurangan. Adapun tujuan

khusus dari tindakan ini adalah:

a. Menyembunyikan penjualan fiktif atau harta milik dipalsukan.

b. Menyembunyikan pembayaran yang tidak benar.

c. Menyembunyikan tindakan penyelewangan dana atau harta.

C.   UNSUR-UNSUR ‘CREATIVE ACCOUNTING’

Menurut Charles W. Mulford & Eugene E. Comiskey membagi Creative Accounting

menjadi beberapa unsur, yaitu:

1. Recognizing Premature or Fictitious Revenue

Mengakui penghasilan prematur atau penghasilan fiktif itu berbeda jika ditinjau dari

sudut aggressive accounting.Untuk premature revenue, pengakuannya sudah sesuai dengan

GAAP. Sementara itu, untuk fictitious revenue , penghasilan dicatat tanpa adanya penjualan

yang terjadi.

Bentuk dari prematur revenue bisa berupa pengakuan penjualan dilakukan pada saat

barang sudah dipesan, tapi belum dikirim (goods ordered, but not shipped) atau barang sudah

dikirim, tapi belum dipesan (goods shipped, but not ordered). Sementara itu, contoh

penjualan fiktif adalah backdated invoice, tanggal pengiriman yang diubah, atau sengaja

salah mencatat penjualan.

Cara mendeteksi penjualan prematur atau fiktif yaitu:

a. Pahami kebijakan pengakuan pendapatan, termasuk perubahannya

Page 4: Creative Accounting

b. Cermati piutang usaha

c. Cermati akun-akun yang mungkin digunakan untuk meng-offset penjualan prematur

atau fiktif

d. Review transaksi hubungan istimewa

e. Perhatikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan sesuai laporan

2. Aggressive Capitalization & Extended Amortization Policies

Dalam kebijakan kapitalisasi yang agresif, perusahaan melaporkan beban atau rugi tahun

berjalan sebagai aset.Akibatnya, pengakuan biaya tertunda dan laba naik.Selanjutnya, aset

atau beban ditangguhkan tersebut diamortisasi selama beberapa tahun.

Cara mendeteksi kebijakan aggressive capitalitation & extended amortization policies

yaitu:

1) Pahami kebijakan kapitalisasi aset dan apakah aset yang dikapitalisasi tersebut

melebih nilai pasar

2) Proporsikan total biaya pengembangan software yang dikapitalisasi dan tentukan

apakah proporsi tersebut wajar

3) Cermati biaya bunga yang dikapitalisasi sehubungan dengan proyek konstruksi yang

sudah berakhir

4) Cermati alasan yang mendasari pencatatan normal operating expense ke dalam aset

3. Misreported Assets & Liailibities

Dalam banyak kasus, nilai aset overvalued dan/atau kewajiban undervalued dengan

tujuan agar earning power menjadi lebih tinggi dan posisi keuangan lebih kuat. Dengan laba

yang tinggi, otomatis saldo laba dan nilai ekuitas akan naik.

Beberapa akun aktiva yang potensial dilaporkan overvalued adalah piutang usaha,

inventori, investasi (yang diklasifikasikan dalam trading, held to maturity, atau available for

sale). Akun kewajiban yang dicatat undervalued di antaranya adalah accrued expense

payable, utang usaha, utang pajak, dan contingent liability.

Cara mendeteksi misreported asset & liability yaitu:

1) Tandingkan prosentase perubahan piutang usaha dengan perubahan penghasilan untuk

4-6 triwulan terakhir

2) Pastikan bahwa pembentukan cadangan piutang tak tertagih cukup untuk menutup

risiko inkolektibilitas

3) Cermati apakah persediaan yang overvalued tersebut disebabkan persediaan fiktif

4) Cermati apakah kasus overvalued inventory pernah terjadi sebelumnya

5) Cermati penurunan nilai pasar surat berharga yang held to maturity

Page 5: Creative Accounting

6) Cermati trend yang terjadi untuk accrued expense payable

7) Hitung umur utang untuk 4-6 bulan terakhir

8) Review total utang pajak yang tercatat di neraca dengan beban pajak yang dicatat di

laba rugi

9) Cermati kewajiban kontinjensi yang tidak dicatat di neraca

4. Getting Creative with the Income Statement

Permainan angka-angka di laporan laba rugi terjadi pada cara mempercepat atau

memperlambat pengakuan pendapatan dan biaya. Dalam hal ini laba diatur untuk beberapa

periode pelaporan.

Selain itu, penyajian laporan yang bisa berbentuk single step maupun step memungkinkan

perusahaan memainkan angka-angka subtotal, klasifikasi akun, dan catatan laporan

keuangan.Misalnya, unsur pendapatan usaha dilaporkan sebagai pendapatan di luar usaha

atau sebaliknya, pengeluaran yang termasuk dalam harga pokok penjualan direklasifikasikan

ke dalam kelompok akun beban operasi atau sebaliknya. Reklasifikasi demikian tentu saja

akan mempengaruhi angka sub total laba kotor atau laba operasi yang nota bene sering

dijadikan sebagai sumber informasi untuk pengambilan keputusan.

Contoh lainnya yang termasuk dalam kreativitas akuntansi di laporan laba rugi terjadi

dalam:

a. Kelompok akun other expense/income yang seringkali di-netting. Perusahaan hanya

melaporkan total other expense/income tanpa merinci detil dari kelompok akun

tersebut.

b. Penggunaan terminologi di dalam laporan laba rugi, seperti istilah restrukturisasi yang

ternyata biaya restrukturisasinya mencakup penghapusan inventori, pembayaran

pesangon dan biaya PHK, penghapusan aktiva, biaya relokasi, dan biaya penurunan

nilai aktiva.

c. Penentuan tingkat materialitas suatu transaksi. Dengan konsep materialitas ini,

perusahaan dapat mengelompokkan transaksi yang sebetulnya material menjadi tidak

material.

5. Problems with Cash-flow Reporting  

Seperti diuraikan sebelumnya dalam Share Price Effect, para investor tertarik dengan

perusahaan yang punya earning power yang bagus dan sustainable.Dengan demikian, future

cash flow-nya menjadi baik pula.Bagi para kreditur, dengan cash flow yang baik, utang

piutang menjadi lancar.

Page 6: Creative Accounting

Sudah menjadi hal yang umum bahwa arus kas bersih dari aktivitas operasi merupakan

manifestasi operating income yang ada di laporan laba rugi.Arus kas bersih ini menjadi alat

ukur utama tentang kemampuan perusahaan dalam mendapatkan sustainable cash flow.

Di dalam pelaporan arus kas menurut GAAP, arus kas terbagi menjadi arus kas dari

aktivitas operasi, aktivitas pembiayaan (financing) dan aktivitas investasi.Bentuk penyajian

laporan arus kas sendiri terdiri dari indirect method dan direct method.Dalam indirect

method, arus kas dari aktivitas operasi dihitung dari laba bersih yang disesuaikan dengan

transaksi-transaksi non kas di laporan laba rugi. Sementara itu, dalam direct method arus kas

dari aktivitas operasi ditampilkan berdasarkan transaksi-transaksi kas di laba rugi.

Di dalam praktiknya, arus kas dari aktivitas operasi hanya diketahui oleh segelentir

pengguna laporan keuangan, tapi tidak diketahui oleh para investor maupun kreditur.Kedua

stakeholder tersebut lebih fokus pada kinerja keuangan.Akibatnya, mereka cenderung

menganggap bahwa laporan arus kasnya sudah benar.Pada kenyataannya, laporan arus kas,

khususnya arus kas operasi, tidak terlepas juga dari ‘creative accounting’. Berikut ini adalah

contohnya:

a. Arus kas operasi memasukan unsur pembayaran pajak penghasilan (PPh), baik PPh

Badan maupun PPh final.

b. Operasi dalam penghentian (discontinued operation) juga dimasukkan dalam aktivitas

operasi, padahal di dalam laba rugi discontinued operation tersebut dikeluarkan dari

laba operasi.

c. Biaya operasi yang dikapitalisasi dimasukkan sebagai arus kas dalam aktivitas

investasi, padahal jika dibebankan pada tahun berjalan, masuk dalam arus kas operasi.

Untuk mendeteksi adanya ‘creative accounting’, laporan arus kas (setelah dikeluarkan

unsur non recurring cash flow seperti discontinued operation) bisa menjadi alat yang efektif.

Misalnya,

1. transaksi fiktif seperti prematur revenue atau fictitious revenue tidak akan pernah

muncul di laporan arus kas karena tidak melibatkan unsur kas; dan

2. aggressive accounting dapat meningkatkan laba perusahaan, tapi arus kas dari

aktivitas operasi tetap tidak berubah.                                                        

D.   PENYEBAB dan POLA ‘CREATIVE ACCOUNTING’

Stolowy dan Breton [2000] menyebut ‘creative accounting’ merupakan bagian dari

‘accounting manipulation’ yang terdiri dari ‘earning management’ , ‘income smoothing’ dan

‘creative accounting’ itu sendiri. Dalam pemahaman mengenai ‘creative accounting’ ini

Page 7: Creative Accounting

bukan berarti akuntan yang memanfaatkan pemahaman akuntansi tersebut, tetapi pihak-pihak

yang mempunyai kepentingan dan kekuatan untuk menggunakan ‘creative accounting’

tersebut, seperti manajer, akuntan, pemerintah, asosiasi industri dan sebagainya. Hal yang

menyebabkan terjadinya ‘creative accounting’ adalah karena adanya kebijakan dari

perusahaan yang menyebabkan banyak pihak manjemen yang melakukan manipulasi data

untuk mendapatkan keuntungan yang lebih khususnya manajer perusahaan. Manajer dalam

bereaksi terhadap pelaporan keuangan menurut Watt dan Zimmerman [1986] digolongkan

menjadi tiga buah hipotesis, yaitu :

a. Bonus plan hyphotesis

Healy [1985] dalam Scott [1997] menyatakan bahwa manajer seringkali berperilaku

seiring dengan bonus yang akan diberikan. Jika bonus yang diberikan tergantung pada laba

yang akan dihasilkan, maka manajer akan melakukan ‘creative accounting’ dengan

menaikkan laba atau mengurangi laba yang akan dilaporkan. Pemilik biasanya menetapkan

batas bawah laba yang paling minim agar mendapatkan bonus. Dari pola bonus ini manajer

akan menaikkan labanya hingga ke atas batas minimal tadi. Tetapi jika pemilik perusahaan

membuat batas atas untuk mendapatkan bonus, maka manajer akan berusaha mengurangkan

laba sampai batas atas tadi dan mentransfer laba saat ini ke periode yang akan datang. Hal ini

dia lakukan karena jika laba melewati batas atas tersebut manajer sudah tidak mendapatkan

insentif tambahan atas upayanya memperoleh laba di atas batas yang ditetapkan oleh pemilik

perusahaan. Formula bonus yang digunakan Healy didasarkan pada asumsi bahwa

perusahaan terdiri atas manajer yang menghindari resiko (risk averse) sehingga manajer akan

memilih discretionary accrual untuk  menurunkan earning ketika earning sebelum keputusan

accrual lebih kecil dari bogey (batas bawah) atau melebihi cap (batas atas) menaikkan

earning ketika earning sebelum keputusan accrual melebihi bogey tetapi tidak melebihi cap.

Implikasi yang dikemukakan oleh Healy adalah bahwa manajer akan berperilaku oportunistik

menghadapi intertemporal choice.

b. Debt-covenant hyphotesis

Penelitian dalam bidang teori akuntansi positif juga menjelaskan praktek akuntansi

mengenai bagaimana manajer menyikapi perjanjian hutang. Manajer dalam menyikapi

adanya pelanggaran atas perjanjian hutang yang telah jatuh tempo, akan berupaya

menghindarinya dengan memilih kebijakan-kebijakan akuntansi yang menguntungkan

dirinya. Fields, Lys dan Vincent [2001] mengemukakan ada dua kejadian dalam pemilihan

kebijakan akuntansi, yaitu pada saat diadakannya perjanjian hutang dan pada saat jatuh

Page 8: Creative Accounting

temponya hutang.Kontrak hutang jangka panjang (debt covenant) merupakan perjanjian

untuk melindungi pemberi pinjaman dari tindakan-tindakan manajer terhadap kepentingan

kreditur, seperti pembagian deviden yang berlebihan, atau membiarkan ekuitas berada di

bawah tingkat yang telah ditentukan. Semakin cenderung suatu perusahaan untuk melanggar

perjanjian hutang maka manajer akan cenderung memilih prosedur akuntansi yang dapat

mentransfer laba periode mendatang ke periode berjalan karena hal tersebut dapat

mengurangi resiko ‘default’. Sweeney [1994] dalam Scott [1997] menyatakan perilaku

‘memindahkan’ laba tersebut dilakukan oleh perusahaan bermasalah yang terancam

kebangkrutan dan ini merupakan strategi untuk bertahan hidup.

c. Political-cost hyphotesis.

Dalam pandangan teori agensi (agency theory), perusahaan besar akan mengungkapkan

informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Perusahaan besar melakukannya sebagai

upaya untuk mengurangi biaya keagenan tersebut.Perusahaan besar menghadapi biaya politis

yang lebih besar karena merupakan entitas yang banyak disorot oleh publik secara

umum.Para karyawan berkepentingan melihat kenaikan laba sebagai acuan untuk

meningkatkan kesejahteraannya melalui kenaikan gaji. Pemerintah melihat kenaikan laba

perusahaan sebagai obyek pajak yang akan ditagihkan. Sehingga pilihan yang dihadapi oleh

organisasi adalah dengan cara bagaimana lewat proses akuntansi agar laba dapat ditampilkan

lebih rendah. Hal ini yang seringkali disebut dengan political cost hyphoyesis [Watts dan

Zimmerman: 1986].

Berbagai macam pola yang dilakukan dalam rangka ‘creative accounting’ menurut

Scott [1997] sebagai berikut:

a. Taking Bath, atau disebut juga ‘big bath’. Pola ini dapat terjadi selama ada tekanan

organisasional pada saat pergantian manajemen baru yaitu dengan mengakui adanya

kegagalan atau defisit dikarenakan manajemen lama dan manajemen baru ingin

menghindari kegagalan tersebut. Teknik ini juga dapat mengakui adanya biaya-biaya

pada periode mendatang dan kerugian periode berjalan ketika keadaan buruk yang

tidak menguntungkan yang tidak bisa dihindari pada periode berjalan.

Konsekuensinya, manajemen melakukan pembersihan diri dengan membebankan

perkiraan-perkiraan biaya mendatang dan melakukan ‘clear the decks’. Akibatnya

laba periode berikutnya akan lebih tinggi dari seharusnya.

b. Income minimization. Cara ini mirip dengan ‘taking bath’ tetapi kurang ekstrem. Pola

ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar

tidak mendapatkan perhatian oleh pihak-pihak yang berkepentingan (aspek political-

Page 9: Creative Accounting

cost). Kebijakan yang diambil dapat berupa write-off atas barang modal dan aktiva

tak berwujud, pembebanan biaya iklan, biaya riset dan pengembangan, metode

successfull-efforts untuk perusahaan minyak bumi dan sebagainya. Penghapusan

tersebut dilakukan bila dengan teknik yang lain masih menunjukkan hasil operasi

yang kelihatan masih menarik minat pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan dari

penghapusan ini adalah untuk mencapai suatu tingkat return on assets yang

dikehendaki.

c. Income maximization. Maksimalisasi laba dimaksudkan untuk memperoleh bonus

yang lebih besar, dimana laba yang dilaporkan tetap dibawah batas atas yang

ditetapkan.

d. Income smoothing. Perataan laba merupakan cara yang paling populer dan sering

dilakukan. Perusahaan-perusahaan melakukannya untuk mengurangi volatilitas laba

bersih. Perusahaan mungkin juga meratakan laba bersihnya untuk pelaporan eksternal

dengan maksud sebagai penyampaian informasi internal perusahaan kepada pasar

dalam meramalkan pertumbuhan laba jangka panjang perusahaan.

e. Timing revenue and expense recognition. Teknik ini dapat dilakukan dengan

membuat kebijakan tertentu berkenaan dengan saat atau timing suatu transaksi seperti

adanya pengakuan yang prematus atas penjualan.

    

E.   CARA MENDETEKSI dan MENCEGAH  KECURANGAN AKUNTANSI dalam

PRAKTIK CREATIVE ACCOUNTING

‘Creative accounting’ memiliki dampak yang kurang baik untuk penusahaan baik itu

pemilik perusahaan tersebut maupun investor yang ingin menanamkan modalnya ke

perusahaan tersebut. Ada beberapa metode dan carayang bisa untuk mengetahui adanya

creative accounting dan cara mencegahnya.

Fraudulent financial reporting di suatu perusahaan merupakan hal yang akan

berpengaruh besar terhadap semua pihak yang mendasarkan keputusannya atas informasi

dalam laporan keuangan  (financial statement) tersebut. Oleh karena  itu akuntan publik harus

bisa menccegah dan mendeteksi lebih dini agar tidak terjadi fraud. Untuk mengetahui adanya

fraud, biasanya ditunjukkan oleh timbulnya gejala-gejala (symptoms) berupa red flag (fraud

indicators), misalnya perilaku tidak etis manajemen.Red  flag ini biasanya selalu muncul di

setiap kasus kecurangan (fraud) yang terjadi.

Hasil penelitian Wilopo (2006) membuktikan serta mendukung hipotesis yang

menyatakan bahwa perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi

Page 10: Creative Accounting

dapat diturunkan dengan meningkatkan kefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan

akuntansi, moralitas manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi. Hasil penelitian

Wilopo tersebut juga  menunjukkan bahwa  dalam upaya menghilangkan perilaku tidak etis

manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi memerlukan usaha yang menyeluruh,

tidak secara partial. Menurut Wilopo, upaya menghilangkan perilaku tidak etis manajemen

dan kecenderungan kecurangan akuntansi, antara lain:

1) Mengefektifkan pengendalian internal, termasuk penegakan hukum.

2) Perbaikan sistem pengawasan dan pengendalian.

3) Pelaksanaan good governance.

4) Memperbaiki moral dari pengelola perusahaan, yang diwujudkan dengan

mengembangkan sikap komitmen terhadap perusahaan, negara dan masyarakat.

The National Commission On Fraudulent Financial Reporting (The Treadway

Commission) merekomendasikan 4 (empat) tindakan untuk mengurangi kemungkinan

terjadinya fraudulent financial reporting, yaitu:

1) Membentuk lingkungan organisasi yang memberikan kontribusi terhadap integritas

proses pelaporan keuangan(financial reporting).

2) Mengidentifikasi dan memahami faktor- faktor yang mengarah ke fraudulent financial

reporting.

3) Menilai resiko fraudulent financial reporting di dalam perusahaan.

4) Mendisain dan mengimplementasikan internal control yang memadai untuk financial

reporting.

Mulfrod & Comiskey (2002) menulis buku terkait dengan creative accounting yang

berjudul “The Financial Numbers Game: Detecting Creative Accounting Practices”. Buku

tersebut meskipun lebih difokuskan bagi para investor sebagai pembelajaran untuk

mengetahui secara cepat adanya kecurangan akuntansi (fraudulent accounting), namun perlu

diketahui juga oleh auditor.

Beberapa atribut yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya risiko terdapat 

fraudulent financial reporting di perusahaan, antara lain:

1) Terdapat kelemahan dalam pengendalian intern (internal control).

2) Perusahaan tidak memiliki komite audit.

3) Terdapat hubungan kekeluargaan (family relationship) antara manajemen  (Director)

dengan karyawan perusahaan.

Klasifikasi dari  Creative Accounting Practices menurut Mulfrod & Comiskey, terdiri

dari :

Page 11: Creative Accounting

a. Pengakuan pendapatan fiktif (recognizing Premature or Ficticious Revenue).

b. Kapitalisasi yang agresif dan Kebijakan amortisasi yang terlalu lebar (Aggressive

Capitalization & Extended Amortization Policies).

c. Pelaporan keliru atas Aktiva & Utang (Misreported Assets and Liabilities).

d. Perekayasaan Laporan Laba Rugi  (Creative with the Income Statement).

e. Timbul masalah atas pelaporan Arus Kas (Problems with Cash-flow Reporting).

Menurut laporan dari The National Commission on Fraudulent Financial Reporting,

pencegahan (prevention)  dan pendeteksian (detection) awal atas fraudulent financial

reporting harus dimulai saat penyiapan laporan keuangan.

Rezaee (2002), dalam bukunya yang berjudul “Financial Statement Fraud: Prevention

and Detection”, membahas cukup mendalam tentang teknik untuk mencegah dan mendeteksi

adanya fraud dalam laporan keuangan. Dalam buku tersebut dijelaskan kasus kolapsnya

enron di Amerika Serikat, yang menghebohkan kalangan dunia usaha secara jelas dan

lengkap, termasuk adanya praktek kolusi.

Salah satu cara untuk mencegah timbulnya fraud yang diakibatkan kolusi antara

manajemen perusahaan dengan akuntan publik adalah pengaturan rotasi auditor (akuntan

publik). Sesuai Keputusan Menkeu (KMK) No. 359/KMK.06/2003 tentang perubahan KMK

No. 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik tertanggal 21 Agustus 2003, telah diatur

tentang pembatasan dan rotasi terhadap akuntan publik. Pasal 6 ayat 4  Kepmenkeu tersebut

dinyatakan bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat

dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama untuk lima tahun buku berturut-

turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama tiga tahun berturut-turut.

Page 12: Creative Accounting

PENUTUP

Kesimpulan

‘Creative accounting’ merupakan hal yang sering dilakukan oleh pihak internal

diperusahaan bukan hanya untuk memanipulasi data yang ada akan tetapi juga untuk

menyelamatkan peusahaannya. Akan tetapi, ada factor yang menyebabkan memanipulasi data

dilakukan oleh perusahaaan untuk mendapatkan respon yang positif dari beberapa pihak dan

keuntungan baik itu untuk pihak internal perusahaan maupun untuk umum.

Dalam melakukan kecurangan memanipulasi data ada banyak cara untuk

mendeteksinya dan mencegahnya. Hal itu, dapat dilakukan dengan mengevaluasi ulang data

yang ada dan memeriksa kembali sehingga kecurangan yang ada dapat terdeteksi dan

dicegah. Sehingga cara ‘creative accounting’ tdak disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu

hanya untuk keuntungan pribadinya bukan untuk kelangsungan perusahaan dan pemegang

saham perusahaan.

Page 13: Creative Accounting

REFERENSI

http://blog-punyaelin.blogspot.com/2010/11/etika-dalam-akuntansi-creative.html (diakses

tanggal 6 Mei 2013)

http://dhaniq.wordpress.com/2007/02/07/accounting-fraud/ (diakses tanggal 6 Mei 2013)

http://diaryintan.wordpress.com/2010/11/21/etika-dalam-akuntansi-creative-accounting-

fraud-auditing-accounting-dll/ (diakses tanggal 6 Mei 2013)

http://en.wikipedia.org/wiki/Creative_accounting  (diakses tanggal 6 Mei 2013)

www.fraud-magazine.com (diakses tanggal 6 Mei 2013)

http://konsultansolusipajak.blogspot.com/2009/01/creative-accounting-vs-tax-planning.html

(diakses tanggal 6 Mei 2013)

http://myedensor.wordpress.com/2008/05/21/creative-accounting (diakses tanggal 6 Mei

2013)

http://www.buletinpillar.org/artikel/creative-accounting (diakses tanggal 6 Mei 2013)

http://www.ekasulistiyana.web.id/kuliah/bahan-kuliah/apakah-creative-accounting-itu/

(diakses tanggal 6 Mei 2013)

Page 14: Creative Accounting

CREATIVE ACCOUNTING

Oleh:

A.Arini Lestari Patunru (A31110104)

Muh. Ichsan Gaffar (A31110301)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS HASANUDIN

MAKASSAR2013