Cr Creeping Eruption

23
BAB I PENDAHULUAN Cutaneus Larva Migran (CLM) adalah penyakit infeksi kulit parasit yang sudah dikenal sejak tahun 1874 1 . Awalnya ditemukan pada daerah – daerah tropikal dan subtropikal beriklim hangat, saat ini karena kemudahan transportasi keseluruh bagian dunia, penyakit ini tidak lagi dikhususkan pada daerah – daerah tersebut 2 . Creeping itch atau rasa gatal yang menjalar, merupakan karakteristik utama dari CLM 3 . Faktor resiko utama bagi penyakit ini adalah kontak dengan tanah lembab atau berpasir, yang telah terkontaminasi dengan feces anjing atau kucing 1 . Penyakit ini lebih sering dijumpai pada anak – anak dibandingkan pada orang dewasa. Pada orang dewasa, faktor resiko nya adalah pada tukang kebun, petani, dan orang – orang dengan hobi atau aktivitas yang berhubungan dengan tanah lembab dan berpasir 2 . CLM dapat diterapi dengan beberapa cara yang berbeda, yaitu: terapi sistemik (oral) atau terapi topikal. Berdasarkan beberapa penelitian yang ada terapi sistemik merupakan terapi yang terbaik karena tingkat keberhasilannya lebih baik daripada terapi topical. 1

description

kjhgfd

Transcript of Cr Creeping Eruption

Page 1: Cr Creeping Eruption

BAB I

PENDAHULUAN

Cutaneus Larva Migran (CLM) adalah penyakit infeksi kulit parasit yang sudah

dikenal sejak tahun 18741. Awalnya ditemukan pada daerah – daerah tropikal dan subtropikal

beriklim hangat, saat ini karena kemudahan transportasi keseluruh bagian dunia, penyakit ini

tidak lagi dikhususkan pada  daerah – daerah tersebut2. Creeping itch atau rasa gatal yang

menjalar, merupakan karakteristik utama dari CLM3.

Faktor resiko utama bagi penyakit ini adalah kontak dengan tanah lembab atau

berpasir, yang telah terkontaminasi dengan feces anjing atau kucing1. Penyakit ini lebih

sering dijumpai pada anak – anak dibandingkan pada orang dewasa. Pada orang dewasa,

faktor resiko nya adalah pada tukang kebun, petani, dan orang – orang dengan hobi atau

aktivitas yang berhubungan dengan tanah lembab dan berpasir2.

CLM dapat diterapi dengan beberapa cara yang berbeda, yaitu: terapi sistemik (oral)

atau terapi topikal. Berdasarkan beberapa penelitian yang ada terapi sistemik merupakan

terapi yang terbaik karena tingkat keberhasilannya lebih baik daripada terapi topical.

1

Page 2: Cr Creeping Eruption

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. DEFINISI DAN ETIOLOGI

Cutaneus larva migrans adalah kelainan kulit khas berupa garis lurus atau berkelok – kelok,

progresif, akibat larva yang kesasar1,3. Sedangkan creeping eruption, istilah ini digunakan

pada kelainan kulit yang merupakan peradangan berbentuk linear atau berkelok – kelok,

menimbul dan progresif, disebabkan oleh invansi larva cacing tambang yang berasal dari

anjing dan kucing1.

Cutaneous larva migrans dapat juga disebut creeping eruption, dermatosis linearis migrans4,

sandworm disease (di Amerika Selatan larva sering ditemukan ditanah pasir atau di pantai),

atau strongyloidiasis (creeping eruption pada punggung).

Etiologies umum dan di mana parasit dari kulit larva migrans (CLM) yang paling sering

ditemukan adalah sebagai berikut:

braziliense Ancylostoma (cacing tambang dan domestik anjing liar dan kucing) adalah

penyebab paling umum. Hal ini dapat ditemukan di Amerika Serikat tengah dan

selatan, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Karibia.

Ancylostoma caninum (cacing tambang anjing) ditemukan di Australia.

Uncinaria stenocephala (cacing tambang anjing) ditemukan di Eropa.

Bunostomum phlebotomum (ternak cacing tambang)

Etiologies Langka meliputi:

Ancylostoma ceylonicum

Ancylostoma tubaeforme (cacing tambang kucing)

Necator americanus (cacing tambang manusia)

2

Page 3: Cr Creeping Eruption

Strongyloides papillosus (parasit domba, kambing, dan sapi)

Strongyloides westeri (parasit kuda)

Ancylostoma duodenale

Pelodera (Rhabditis) strongyloides 4

II.2. PATOGENESIS

Penyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing tambang binatang anjing dan kucing,

yaituAncylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum. Selain itu dapat pula disebabkan

oleh larva dari beberapa jenis lalat, seperti Castrophillus (the horse bot fly) dan cattle fly.

Biasanya larva ini merupakan stadium ketiga siklus hidup. Nematoda hidup pada hospes

(anjing, kucing atau babi), ovum terdapat pada kotoran binatang dan karena kelembapan

berubah menjadi larva yang mempu mengadakan penetrasi kekulit. Larva ini tinggal di kulit

berjalan – jalan tanpa tujuan sepanjang dermo – epidermal, setelah beberapa jam atau hari,

akan timbul gejala di kulit4.

Reaksi yang timbul pada kulit, bukan diakibatkan oleh parasit, tetapi disebabkan oleh reaksi

inflammasi dan alergi oleh sistem immun terhadap larva dan produknya3. Pada hewan, Larva

ini mampu menembus dermis dan melengkapi siklus hidupnya dengan berkembang biak di

organ dalam. Sedangkan pada manusia, larva memasuki kulit melalui folikel, fissura atau

menembus kulit utuh menggunakan enzim protease, tapi infeksi nya hanya terbatas pada

epidermis karena tidak memiliki enzym collagenase yang dibutuhkan untuk penetrasi

kebagian kulit yang lebih dalam2.

II.3. GEJALA KLINIS

Masuknya larva ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan panas4. Mula – mula , pada point of

entry, akan timbul papul, kemudian diikuti oleh bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linear

atau berkelok – kelok (snakelike appearance – bentuk seperti ular) yang terasa sangat gatal,

menimbul dengan lebar 2 – 3 mm, panjang 3 – 4 cm dari point of entry, dan berwarna

kemerahan2,3,4. Adanya lesi papul yang eritematosa ini menunjukkan larva tersebut telah

berada dikulit selama beberapa jam atau hari4. Rasa gatal dapat timbul paling cepat 30 menit

setelah infeksi, meskipun pernah dilaporkan late onset dari CLM2.

3

Page 4: Cr Creeping Eruption

Perkembangan selanjutnya papul merah ini menjalar seperti benang berkelok- kelok,

polisiklik, serpiginosa, menimbul dan membentuk terowongan (burrow), mencapai panjang

beberapa sentimeter dan bertambah panjang beberapa milimeter atau beberapa sentimeter

setiap harinya4. Umumnya pasien hanya memiliki satu atau tiga lintasan dengan panjang 2 – 5

cm. Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam hari, sehingga pasien sulit tidur. Rasa gatal

ini juga dapat berlanjut, meskipun larva telah mati.

Terowongan yang sudah lama, akan mengering dan menjadi krusta, dan bila pasien sering

menggaruk, dapat menimbulkan iritasi yang rentan terhadap infeksi sekunder. Larva

nematoda dapat ditemukan terperangkap dalam kanal folikular, stratum korneum atau

dermis.Tempat predileksi adalah di tempat – tempat yang kontak langsung dengan tanah, baik

saat beraktivitas, duduk, ataupun berbaring, seperti di tungkai, plantar, tangan, anus, bokong

dan paha juga di bagian tubuh di mana saja yang sering berkontak dengan tempat larva

berada6.

Gambar 1. Pasien yang berjemur telanjang di sebuah pantai di Martinique disajikan dengan

klasik, erythematous, saluran serpiginosa di tumit kiri.

4

Page 5: Cr Creeping Eruption

Gambar 2. Larva migrans kulit di jempol kanan.

Gambar 3. Larva migrans kulit di paha kiri.

5

Page 6: Cr Creeping Eruption

II.4. DIAGNOSIS

Diagnosis terhadap Cutaneous larva migrains ini dapat dilakukan dengan hanya melihat

gejala klinisnya berupa bintik merah menonjol yang gatal kemudian menjadi memanjang dan

berkelok-kelok membentuk alur di bawah kulit dan riwayat penderita4.

II.5. DIAGNOSIS BANDING

Skabies: Pada skabies terowongan yang terbentuk tidak sepanjang seperti pada

penyakit ini

Dermatofitosis : Bentuk polisiklik menyerupai dermatofitosis

Dermatitis insect bite : Pada permulaan lesi berupa papul, yang dapat menyerupai

insect bite

 Herpes zooster : Bila invasi larva yang multipel timbul serentak, papul – papul lesi

dini dapat menyerupai herpes zooster stadium permulaan4

II.6. PROGNOSA

Penyakit ini dapat sembuh sendiri setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Pengobatan

dimaksudkan untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi rasa ketidaknyamanan

pasien. Umumnya pengobatan selalu memberikan hasil yang baik5.

II.7. MORTALITAS

Mortalitas karena penyakit ini belum pernah dilaporkan. Kebanyakan kasus larva migran

sembuh sendiri dengan atau tanpa pengobatan, dan tanpa diikuti efek samping jangka panjang

apapun3.

II.8. MORBIDITAS

Morbiditas dikaitkan dengan pruritus hebat dan kemungkinan infeksi bakterial sekunder.

Sangat jarang sekali, dapat terjadi migrasi ke jaringan dalam, seperti ke paru dan usus, yang

dapat menyebabkan pneumonitis (Loeffler’s Syndrome), enteritis, myositis (nyeri otot)3

II.9. PENCEGAHAN

Di Amerika serikat, telah dilakukan de-worming atau pemberantasan cacing pada anjing dan

kucing, dan terbukti mengurangi secara signifikan insiden penyakit ini5. Larva cacing

umumnya menginfeksi tubuh melalui kulit kaki yang tidak terlindungi, karena itu penting

sekali memakai alas kaki, dan menghindari kontak langsung bagian tubuh manapun dengan

6

Page 7: Cr Creeping Eruption

tanah5,6.

II.10. PENATALAKSANAAN

Modalitas topikal seperti spray etilklorida, nitrogen cair, fenol, CO2 snow, piperazine citrate,

dan elektrokauter umumnya tidak berhasil sempurna, karena larva sering tidak lolos atau

tidak mati. Demikian pula kemoterapi dengan klorokuin, dietiklcarbamazine dan antimony

jugatidak berhasil. Terapi pilihan saat ini adalah dengan preparat antihelmintes baik topikal

maupun sistemik2,7,8.

SISTEMIK (ORAL)

1. Tiabendazol (Mintezol), antihelmintes spektrum luas. Dosis 50 mg/kgBB/hari, sehari

2 kali, diberikan berturut – turut selama 2 hari. Dosis maksimum 3 gram sehari, jika

belum sembuh dapat diulangi setelah beberapa hari. Sulit didapat. Efek sampingnya

mual, pusing, dan muntah4.

2. Solusio topikal tiabendazol dalam DMSO, atau suspensi tiabendazol secara oklusi

selama 24 – 48 jam4. Dapat juga disiapkan pil tiabendazol yang dihancurkan dan

dicampur dengan vaseline, di oleskan tipis pada lesi, lalu ditutup dengan

band-aid/kasa. Campuran ini memberikan jaringan kadar antihelmints yang cukup

untuk membunuh parasit, tanpa disertai efek samping sistemik.

3.  Albendazol (Albenza), dosis 400mg dosis tunggal, diberikan tiga hari berturut –

turut4.

4.  Ivermectin (Stromectol)

AGEN PEMBEKU TOPIKAL

1. Cryotherapy dengan CO2 snow (dry ice) dengan penekanan selama 45 detik sampai 1

menit, selama 2 hari berturut – turut4.

2. Nitrogen liquid4

3. Kloretil spray, yang disemprotkan sepanjang lesi. Agak sulit karena tidak diketahui

secara pasti dimana larva berada, dan bila terlalu lama dapat merusak jaringan

disekitarnya4.

4. Direkomendasikan pula penggunaan Benadryl atau krim anti gatal (Calamine lotion

atau Cortisone) untuk mengurangi gatal4.

7

Page 8: Cr Creeping Eruption

BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : Nn. H

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 15 tahun

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Purwosari

Status : Single

Agama : Islam

II. ANAMNESA (autoanamnesis)

Keluhan Utama : terdapat bintil-bintil kemerahan yang menjalar seperti bentuk

benang berkelok pada paha kanan sebelah luar

Keluhan Tambahan : gatal terutama pada malam hari.

Riwayat Penyakit sekarang :

Pasien datang mengeluh terdapat bintil-bintil kemerahan yang menjalar seperti bentuk

benang yang berkelok-kelok yang disertai rasa gatal di paha kanan sebelah luar sejak

2 minggu yang lalu.

Bintil merah disertai rasa gatal timbul dua minggu yang lalu saat selesai acara kemah

sekolah. Keluhan gatal dirasakan terus menerus, namun lebih terasa gatal pada malam

hari. Akibat rasa gatal pasien sering menggaruk. Pada awalnya keluhan bintil kecil

berwarna merah tersebut tampak seperti bekas digigit serangga. Lama-kelamaan bintil

semakin banyak, menimbul dan menjalar seperti bentuk benang berkelok-kelok. Satu

minggu yang lalu, bintil-bintil kemerahan bertambah panjang. Kemudian pasien

memakai obat semprotan di daerah yang timbul bintil tersebut. Keluhan gatal

berkurang, namun bintil kemerahan semakin bertambah panjang dan menjalar.

Tidak ada keluhan kulit yang sama pada daerah sela jari kaki maupun tangan,

pergelangan tangan, bokong, genital, ataupun tempat lain. Pasien tidak memiliki

8

Page 9: Cr Creeping Eruption

riwayat kontak dengan binatang peliharaan seperti anjing atau kucing.

Riwayat penyakit dahulu:

riwayat penyakit kulit seperti ini sebelumnya disangkal

riwayat alergi makanan dan debu disangkal

riwayat sering bersin pagi hari dan gatal disangkal

riwayat penyakit asma disangkal

Riwayat penyakit keluarga:

riwayat penyakit kulit yang sama disangkal

riwayat penyakit asma disangkal

riwayat alergi makanan dalam keluarga disangkal

riwayat sering bersin pagi hari dan gatal di kulit disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital :

Nadi            : 80 kali per menit         

Pernapasan  : 20 kali per menit

Suhu : Afebris

BB : 44 kg

TB : 155 cm

Thoraks : dbn

Abdomen : dbn

KGB : dbn

STATUS DERMATOLOGIS

Pada regio femoralis lateral dextra terdapat papul eritem, multipel, polisiklik,

serpiginosa serta papul eritem,multipel, linear, yang membentuk seperti terowongan.

Tanda patogonomik : terdapat kelainan seperti benang yang lurus atau berkelok –

kelok, menimbul, dan terdapat papul diatasnya

9

Page 10: Cr Creeping Eruption

IV. RESUME

Pasien seorang perempuan berusia 15 tahun mengeluh terdapat bintil-bintil kemerahan yang

menjalar seperti bentuk benang yang berkelok-kelok yang disertai rasa gatal pada paha kanan

sebelah luar sejak 2 minggu yang lalu saat selesai acara kemah sekolah. Kemudian pasien

memakai semprotan di daerah yang timbul bintil tersebut, namun bintil kemerahan semakin

bertambah panjang. Tidak ada keluhan kulit yang sama pada daerah sela jari kaki maupun

tangan, pergelangan tangan, bokong, genital, ataupun tempat lain.

Pada regio femoralis lateral dextra terdapat papul eritem, multipel, polisiklik, serpiginosa

serta papul eritem,multipel, linear, yang membentuk seperti terowongan disertai erosi.

V. DIAGNOSIS BANDING

Creeping Eruption

Skabies

Dermatitis venenata

VI. DIAGNOSIS KERJA

Creeping Eruption

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

-

VIII. PENATALAKSANAAN

10

Papul eritem, multipel, linear, membentuk

terowongan

papul eritem, multipel, polisiklik, serpiginosa

Page 11: Cr Creeping Eruption

Umum :

Non medikamentosa

Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai kemungkinan penyakit

yang di alami oleh pasien berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang

dilakukan.

Memperbaiki kebersihan perorangan maupun lingkungan, dengan cara mencuci

tangan setelah melakukan kegiatan yang terpapar tanah.

Menggunakan sarung tangan dan alas kaki yang tertutup pada saat berkebun atau

kerja bakti.

Menghindari kontak dengan kotoran hewan seperti kotoran kucing dan anjing.

Khusus :

Medikamentosa :

Topikal :

o Menyemprotkan kloretil pada lesi.

Sistemik:

o Tidak diberikan

Prognosa

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Quo ad sanationam : Dubia

Follow Up

Kontrol jika obat habis

11

Page 12: Cr Creeping Eruption

BAB IV

ANALISIS KASUS

1. Apakah diagnosis sudah benar?

Menurut kepustakaan diagnosis creeping eruption dapat ditegakkan dengan hanya

melihat gejala klinisnya berupa adanya bintik merah menonjol yang gatal kemudian

menjadi memanjang seperti benang yang lurus atau berkelok-kelok membentuk alur

dibawah kulit dan riwayat penderita.

Pasien ini juga mengeluh terdapat riwayat berguling-guling ditanah saat acara kemah

sekolah, setelah itu muncul keluhan bintik merah disertai gatal terutama pada malam hari

yang kemudian bintik merah itu memanjang membentuk torowongan yang berkelok-

kelok.

2. Apakah diagnosis banding dari pasien ini sudah benar?

Diagnosis banding dari pasien ini yaitu

a. Skabies

Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oeh infestasi dan sensitisasi

terhadap Sarcoptes scabiei var, hominis dan produknya. Pada skabies, ada 4 tanda

kardinal, yaitu pruritas nokturna, menyerang manusia secara kelompok, adanya

terowongan pada tempat predileksi, dan ditemukannya tungau, S.Scabiei. Namun,

pada skabies terowongan yang terbentuk tidak sepanjang creeping eruption.

b. Insect bite

Insect bite adalah reaksi yang disebabkan oleh gigitan yang biasanya berasal dari

mulut serangga dan terjadi saat serangga berusaha untuk mempertahankan diri atau

saat serangga tersebut mencari makanannya. Dijadikan diagnosis banding karena

pada permulaan creeping eruption lesinya berupa papul, eritema, dan edema pada

jarigan sekitar gigitan. Pada pasien ini didapatkan papul eritem namun semakin lama

semakin memanjang dan berkelok-kelok serta khas dengan serpiginosa yaitu proses

yang menjalar ke satu jurusan diikuti oleh penyembuhan pada bagian yang

ditinggalkan.

12

Page 13: Cr Creeping Eruption

c. Herpes zoster

Herpes zoster merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varicella zoster

yang meyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi

setelh infeksi primer. Dimasukkan sebagai diagnosis banding creeping eruption

karena bila invasi larva yang multipel timbul serentak papul-papul lesi dini dapat

menyerupai herpes zoster stadium permulaan.

3. Apakah pemeriksaan penunjang pada kasus ini sudah tepat?

Pada kasus ini, tidak dilakukan pemeriksaan penunjang, karena diagnosis creeping

eruption sudah bisa ditegakkan hanya berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan

fisik dermatologis.

4. Apakah penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat?

Pengobatan pada kasus ini:

Pasien pada kasus ini hanya mendapatkan obat semprot Clorethyl.

Pengobatan tersebut belum tepat, karena menurut kepustakaan, obat semprot tersebut

hanya menghambat, tidak membunuh cacing. Larva cacing terhambat pada suhu di

bawah 10 derajat celcius, tetapi tidak mati, dan baru bisa mati pada suhu minus 15

derajat celcius. Cara beku dengan cloretil sepanjang lesi agak sulit karena kita tidak

mengetahui pasti dimana larva berada, dan bila terlalu lama dapat merusak jaringan

disekitarnya.

Obat yang dianjurkan antara lain:

Obat cacing

- Thiabendazole

Dosis: 25-50mg/kbBB/hari, diberikan 2x sehari selama 2-5 hari. Tidak

diperkenankan 3 gram perhari.

- Albendazole

Dosis dewasa dan anak di atas 2 tahun: 400 mg perhari, dosis tunggal selama

3 hari atau 200 mg 2x sehari selama 5 hari.

Dosis anak kurang dari 2 tahun: 200mg perhari selama 3 hari.

Atau 10-15 mg/kgBB, 4x sehari selama 3-5 hari.

- Mebendazole

Dosis dewasa dan anak di atas 2 tahun: 100-200 mg 2x sehari selama 4 hari.

13

Page 14: Cr Creeping Eruption

Anak kurang dari 2 tahun: tidak dianjurkan.

Anti alergi

Untuk mengurangi alergi lokal, misalnya menggunakan hidrokortison krim atau

sejenisnya

Antibiotik

Diberikan bila ada infeksi sekunder (bernanah).

14

Page 15: Cr Creeping Eruption

BAB V

KESIMPULAN

Cutaneous larva migrans (CLM) adalah penyakit kulit pada manusia disebabkan oleh

berbagai larva nematoda parasit, yang paling umum adalah Ancylostoma braziliense dan

Ancylostoma caninum. CLM dapat diterapi dengan beberapa cara yang berbeda, yaitu: terapi

sistemik (oral) atau terapi topikal. Berdasarkan beberapa penelitian yang ada terapi sistemik

merupakan terapi yang terbaik karena tingkat keberhasilannya lebih baik daripada terapi

topical.

15

Page 16: Cr Creeping Eruption

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymous. Cutaneous Larva Migrans: The Creeping Eruption. Diunduh

dari www.emedicine.com, November 2009.

2. Jusych, LA. Douglas MC.Cutaneous Larva Migrans: Overview, Treatment and

Medication. Diunduh dariwww.emedicine.com. Maret 2011. Update terakhir 20

November 2009.

3.   Anonymous. Clinical Presentation in Humans. Diunduh dari

www.stanford.edu/group/parasites/parasites2002/cutaneous_larva_migrans/clinical

%20presentation.html, 29 Desember 2009.

4. Aisah, Siti. 2008. Creeping Eruption, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke 5.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : Balai Penerbit FK UI. Hal 125

– 126

5. Dugdale,DC. Creeping Eruption. Diunduh dari

www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001454.htm . Update terakhir 12 Maret

2008

6. Anonymous. Cutaneous Larva Migrans. Diunduh

dari www.en.wikipedia.org/wiki/Cutaneous_larva_migrans 

7. Emmy dkk. 2005. Creeping Eruption, Penyakit Kulit yang Umum di Indonesia,

Sebuah Panduan Bergambar. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta :

PT Medical Multimedia Indonesia. Hal 71

8. Siregar, R.S. 2004. Creeping Eruption, Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke 2. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Hal 172.

16