Contoh Tentang Aplikasi GIS Untuk Kegiatan
-
Upload
toha-prasetyo -
Category
Documents
-
view
736 -
download
11
Transcript of Contoh Tentang Aplikasi GIS Untuk Kegiatan
1. Contoh Tentang Aplikasi GIS Untuk Kegiatan
a) Pemantauan Produksi Dibidang Pertanian,
Integrasi data satelit dan model produktivitas tanaman merupakan metode analisis
kuantitatif yang penting untuk menduga hasil pa-nen pada skala lokal dan regional.
Data penginderaan jauh praktis di-gunakan untuk permodelan tana-man dengan
kondisi kanopi yang selalu dinamis berubah dalam waktu dan ruang.
Sebelumnya telah diuraikan me-tode pendugaan hasil tanaman ya-ng dilakukan
berdasarkan data sa-telit dengan menggunakan indika-tor biomassa tanaman dan IV.
Wa-laupun pendekatan IV dapat dika-takan sederhana, hubungan anta-ra IV dengan
hasil dapat dikatakan bersifat lokal dan sensitif terhadap terhadap tanah dan kondisi
atmos-fer. Untuk prediksi hasil pertanian pada berbagai kondisi, dibutuhkan
parameter lainnya yang dapat menjelaskan mekanisme fisiolo-gis/biologis yang
mengontrol per-tumbuhan dan perkembangan tanaman. Oleh karena itu dibutuhkan
model-mo-del mekanistis yang mampu me-ngintegrasikan berbagai parameter
(biofisik tanaman, tanah, iklim dan sistem budidaya) yang mempenga-ruhi produksi
tanaman. Beberapa model tanaman seperti halnya En-vironmental Policy Integrated
Cli-mate (EPIC) dan FAO model: Specific Water Balance (CS-WB) telah
diintegrasikan dengan SIG untuk menghasilkan model tanaman spasial yang
kemudian diintegrasi-kan data penginderaan jauh yang terkini berhasil mensimulasi
hasil produksi tanaman secara efisien dalam skala regional.
Modeling agroekosistem berbasis SIG merupakan metode powerful di mana dapat
membantu pengelo-la/pengambil keputusan di bidang pertanian untuk menganalisis
se-cara langsung bukan hanya penga-ruh lingkungan biofisik terhadap produksi
tanaman tetapi juga me-nganalisis pengaruh sistem budi-daya terhadap hasil panen..
Gambar 1. Hasil pencarian blok individu tanaman kelapa sawit.
b) Penilaian Resiko Usaha Pertanian,
Dalam teknologi pangan, GIS dapat digunakan untuk memetakan keberadaan tanaman
pangan. Aplikasi GIS yang digunakan dalam teknologi pangan diantaranya adalah
foodtrace dan quality trace. Aplikasi ini telah dikembangkan oleh THailand. Dengan
aplikasi ini kita dapat memperoleh informasi mengenai bahan baku suatu produk baik
itu dari segi mutu dan asal bahan baku. Di Thailand, salah satu perusahaan
pengalengan jagung menggunakan aplikasi ini untuk mencantumkan informasi bahan
baku dan ada kode-kode yang dapat dicek oleh konsumen untuk mengetahui asal
bahan baku. Selain itu, GIS juga dapat dipergunakan untuk memetakan ketahanan
pangan suatu wilayah berdasarkan data-data yang dimasukkan dalam GIS.
c) Pengendalian Hama Dan Penyakit,
Serangan organisme pengganggu tanaman dapat menyebabkan target pertanian
menurun. Kini prediksi serangan organisme pengganggu tanaman dapat diakses
melalui Internet. Organisme pengganggu tanaman (OPT), seperti gulma, hama, dan
mikroorganisme patogenik merupakan musuh bebuyutan para petani.
Organisme-organisme itu dapat menyebabkan tanaman rentan terserang penyakit dan
menurunkan kualitas tanaman. Oleh karena itu, untuk menghasilkan tanaman
berkualitas, diperlukan upaya pengendalian OPT yang menyeluruh. Fungsional
pengendali OPT dari Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BB-
POPT) Departemen Pertanian, berbagai upaya pengendalian hama terpadu (PHT)
untuk mencegah serangan OPT terus dikembangkan hingga saat ini. Secara
operasional, penerapan PHT mencakup upaya preemtif dan responsif.
Upaya preemtif ialah pengendalian hama berdasarkan informasi dan pengalaman
status OPT waktu sebelumnya. Upaya tersebut mencakup penentuan pola tanam,
varietas, waktu tanam, keserentakan tanam, pemupukan, pengairan, jarak tanam, dan
penyiangan. Tujuan upaya preemtif ialah membudidayakan tanaman sehat. Di
samping upaya preemtif, dilakukan pula upaya responsif, yaitu pengendalian
berdasarkan informasi status OPT dan faktor yang berpengaruh terhadap
berlangsungnya musim saat itu.
Beberapa bentuk upaya responsif, antara lain penggunaan musuh alami, pestisida
alami, pestisida kimia, serta pengendalian mekanis. Upaya itu kerap
mempertimbangkan biaya pengendalian yang perlu dilakukan. Untuk menerapkan
tindakan operasional tersebut diperlukan informasi berupa model prediksi kejadian
serangan atau peramalan OPT di suatu daerah. Peramalan itu mencakup suatu
kegiatan yang diarahkan untuk mendeteksi dan memprediksi serangan OPT. Tidak
hanya itu, peramalan juga bertujuan untuk memprediksi kemungkinan penyebaran dan
akibat yang ditimbulkan serangan OPT dalam ruang dan waktu tertentu.
Menurut Peneliti dari Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam (PTISDA)
BPPT, Hartanto Sanjaya, jaringan komputer Neonet didukung 16 prosesor dengan
memori 16 gigabyte. Sedangkan kapasitas hardisk untuk menyimpan data sebesar 9
terabyte.
Agar ramalan yang dibuat cukup akurat, perlu dilakukan peningkatan mutu
(upgrading) informasi hasil ramalan, deskripsi, dan pengembangan model peramalan.
Kegiatan itu dilakukan oleh BB-POPT. Edi menerangkan metode peramalan tersebut
menggunakan model runtun waktu, yaitu menyelidiki pola dalam deret data historis
atau data masa lalu dan mengekstrapolasikannya ke masa depan. Metode tersebut
hanya menggunakan satu variabel, yaitu serangan OPT pada masa lampau. Asumsi
yang digunakan dalam penerapan model runtun waktu itu mengganggap kejadian
serangan OPT pada masa lalu akan terus berulang setiap tahunnya. Cara membaca
data peta sebaran OPT secara nasional terbilang cukup mudah. Mula-mula kursor
diarahkan ke menu komoditas untuk memilih padi, jagung, atau kedelai. Setelah itu
pengguna bisa memilih enam jenis OPT yang tersedia, misalkan penggerek batang,
wereng cokelat, tikus, tungro, BLB, dan blas. Proses selanjutnya, pengguna mengatur
keterangan yang akan ditampilan di peta berupa grid, kota, jalan, sungai, dan provinsi.
Kursor kemudian diarahkan ke menu pembesar, pengecil, penggeser, dan penampil
keseluruhan peta. Untuk mengetahui detail ramalan OPT di peta sebaiknya pengguna
memilih menu pembesar. Selanjutnya, kursor diarahkan ke suatu provinsi untuk
mengetahui perkiraan luas daerah yang terserang OPT.
Kelemahan lain dari sistem informasi itu ialah pada data sebaran OPT belum
dilengkapi petunjuk cara pengendalian yang harus dilakukan para petani. Misalnya,
apabila terjadi serangan BLB, apa yang harus dilakukan petani untuk dapat mengatasi
persoalan itu. Metode peramalan dengan model yang menggunakan satu variabel itu
juga dinilai memiliki akurasi rendah. Menurut Hartanto, selama ini data serangan
OPT diperoleh secara manual dari pemantauan petugas pengendali OPT di lapangan.
Padahal, selama ini jumlah petugas yang tersedia tidak sebanding dengan luasnya
lahan pertanian yang dipantau. Dampaknya, kebanyakan data akhirnya didasarkan
pada perkiraan-perkiraan.
Gambar 2. Informasi pesebaran hama/penyakit dan pengendaliannya pada tanaman
sawit
a) pemantuan Budidaya Pertanian,
Sebagai contoh dengan penggunaan aplikasi GIS kita dapat mengetahui keadaan
tanaman, parameter tanah, informasi mengenai lingkungan tumbuh di lapang,
mendeteksi pertumbuhan tanaman, kadar air tanah dan tanaman, hama dan penyakit
tanaman, pemetaan sumber daya, irigasi, mengetahui kebutuhan pupuk, menentukan
posisi lahan, monitoring lingkungan, dan lain sebagainya. GIS juga dapat digunakan
untuk membuat peta persebaran tanaman pangan dalam suatu wilayah, peta
persebaran komoditi hortikultura, jenis tanah, dan lain sebagainya.
Gambar 3. Informasi kelengkapan pemupukan N, P, dan K pada tanaman sawit
b) Presisi Pertanian,
Pertanian Presisi (precision farming/PF) merupakan informasi dan teknologi pada
sistem pengelolaan pertanian untuk mengidentifikasi, menganalisa, dan mengelola
informasi keragaman spasial dan temporal di dalam lahan untuk mendapatkan
keuntungan optimum, berkelanjutan, dan menjaga lingkungan. Tujuan dari PF adalah
mencocokkan aplikasi sumber daya dan kegiatan budidaya pertanian dengan kondisi
tanah dan keperluan tanaman berdasarkan karakteristik spesifik lokasi di dalam lahan.
Pada saat ini banyak produsen tanaman menerapkan site-specific crop management
(SSCM). Pemantauan hasil secara elektronis (electronic yield monitoring) seringkali
menjadi tahap pertama dalam mengembangkan SSCM atau program PF. Data hasil
tanaman yang presisi dapat digabungkan dengan data tanah dan lingkungan untuk
memulai pelaksanaan pengembangan sistem pengelolaan tanaman secara presisi
(precision crop management system). PF diprediksi pada geo-referencing, yaitu
penandaan koordinat geografi untuk titik-titik pada permukaan bumi. Dengan global
postioning system (GPS) dimungkinkan menandai koordinat geografi untuk beberapa
objek atau titik dalam 5 cm, walaupun keakuratan dari aplikasi pertanian kisaran
umumnya adalah 1 sampai 3 meter. GPS adalah sistem navigasi berdasarkan satelit
yang dibuat dan dioperasikan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. GPS
telah terbukti menjadi pilihan dalam postioning system untuk PF. Metode untuk
meningkatkan keakuratan pengukuran posisi disebut koreksi diferensial atau DGPS
(differential global postiong system). Perangkat keras yang diperlukan adalah GPS
receiver, differential correction signal receiver, GPS antenna, differential correction
antenna, dan computer/monitor interface.
c) Pengelolaan Sumberdaya Air
Rice Irrigation Management System (RIMS) di Tanjung Karang, Malaysia
Sistem ini dikembangkan oleh Eltaeb Saeed, Rowshon, M.K., Amin, M.S.M. Tujuan
pembangunan RIMS yang didukung teknologi GIS (Geographic Information System)
adalah untuk melakukan efisiensi penggunaan air dan meningkatkan produktifitas
lahan pertanian. Teknologi GIS berfungsi untuk menyimpan data ke dalam basis data
komputer sehingga memungkinkan untuk melakukan analisa wilayah geografi dalam
hal ini wilayah yang dilalui saluran irigasi. Kemampuan sistem RIMS yang
menggunakan teknologi GIS dapat mengembangkan manajemen air dengan baik.
Sistem RIMS diterapkan di wilayah irigasi Tanjung Karang, Malaysia.
d) Kajian Biodiversitas Bentang Lahan Untuk Kegiatan Pertanian Berlanjut
Dalam aspek konservasi hutan dan keragaman hayati, menentukan area prioritas dan
hotspot dari keragaman hayati adalah hal paling mendasar. Aplikasi SIG untuk ini,
baik di negara maju maupun di negara berkembang, sudah cukup banyak. Hutan
tropis mempunyai peranan yang signifikan dalam perubahan iklim global. SIG
merupakan alat yang sangat berguna dalam penelitian perubahan iklim, yaitu dalam
hal pengorganisasian data, dalam bentuk basisdata global, dan kemampuan analisa
spasial untuk pemodelan. Aplikasi SIG untuk penelitian perubahan iklim berkembang
pesat, tetapi untuk negara berkembang masih sangat terbatas. Basisdata spasial akan
semakin penting dalam hal mendukung pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan pengelolaan hutan. Beberapa basisdata global yang mencakup area hutan
tropis sudah tersedia, yaitu meliputi basisdata topografi, hutan tropis basah, iklim
global, perubahan iklim global, citra satelit, konservasi dan tanah.
2. Penjelasan aplikasi tersebut terkait dengan dimana kegiatan tersebut dilakukan, pada
sistem pertanian yang bagaimana penerapkan GIS tersebut dilakukan, macam data spatial
apa saja yang dibutuhkan dalam menyusun contoh tersebut, bagaimana manfaat
penerapan GIS tersebut dalam menjalankan sistem pertanian.
a. Penjelasan GIS
Geographic Information System atau lebih dikenal dengan sebutan GIS
merupakan suatu sistem informasi yang terintegrasi dan secara khusus digunakan
untuk mengelola berbagai data yang mempunyai suatu informasi dalam bentuk
spasial (keruangan) dimana teknologi sistem informasi geografis ini dapat
digunakan untuk investigasi ilmiah, pengelolaan sumber daya, perencanaan
pembangunan, kartografi bahkan data juga digunakan untuk melakukan
perencaraan terhadap rute. Secara praktisnya kita bisa menyebutkan bahwa
Geographic Information System adalah suatu sistem komputerisasi yang
mempunyai kemapuan untuk membangun, mengelola, menganalisa, menyimpan
dan menampilkan suatu informasi geografis dalam bentuk pemetaan dimana user
yang membangun data serta mengoperasikannya juga termasuk dari bagian sistem
tersebut.
b. System pertanian yang dapat digunakan GIS
GIS sering digunakan di Indonesia berupa system pertanian perkebunan dengan
skala kewilayahan. Sehingga perlu adanya monitoring menggunakan satelit untuk
pengambilan keputusan dalam mengambil tindakan budidaya pertaniannya.
c. Data spasial yang digunakan dalam GIS
Data spasial merupakan data yang berkaitan dengan aspek keruangan dan
merupakan data yang menyajikan lokasi geografis atau gambaran nyata suatu
wilayah di permukaan bumi. Umumnya macam data spasial yang digunakan dapat
berupa berupa grafik, peta, atau pun gambar dengan format digital dan disimpan
dalam bentuk koordinat x,y (vektor) atau dalam bentuk image (raster) yang
memiliki nilai tertentu.
Kebutuhan data dalam perancangan prototipe GIS dapat diilustrasikan antara lain
meliputi
Divisi Planning and Survey Department :
o Peta Kesesuaian Lahan
o Peta Tata Ruang (Blok, Afdeling)
o Peta Topografi
o Peta Infrastruktur Transportasi
o Peta Prasarana Umum dan Prasarana Sosial
o Peta Pengairan/Drainage
o Divisi Agronomi Department
Data/Peta Sebaran Tanaman :
o Data Perlakuan Pemupukan terhadap tanaman
o Perencanaan dan Monitoring Pemupukan
o Data/Peta Perawatan Tanaman (Piringan dan Gawangan)
o Data/Riwayat Serangan Hama
o Data Pola Penanggulangan serangan hama
Perencanaan dan Monitoring Panen :
o Peta tingkat Produksi
o Data Pemungutan Hasil Panen
o Data Perawatanan tanaman pasca panen (pruning)
o Data Kebutuhan SDM
Gambar 4. Input data dan hasil output data dari GIS
d. Manfaat dalam penerapan GIS dalam menjalankan system pertanian berupa:
a. Mengelola Produksi Tanaman
GIS dapat digunakan untuk membantu mengelola sumber daya pertanian dan
perkebunan seperti luas kawasan untuk tanaman, pepohonan, atau saluran air.
Kita dapat menggunakan GIS untuk menetapkan masa panen,
mengembangkan sistem rotasi tanam, dan melakukan perhitungan secara
tahunan terhadap kerusakan tanah yang terjadi karena perbedaan pembibitan,
penanaman, atau teknik yang digunakan dalam masa panen.
b. Mengelola Sistem Irigasi
Kita dapat menggunakan GIS untuk membantu memantau dan mengendalikan
irigasi dari tanah-tanah pertanian. GIS dapat membantu memantau kapasitas
sistem, katup-katup, efisiensi, serta distribusi menyeluruh dari air di dalam
sistem.
c. Perencanaan dan riwayat sumber daya kehutanan
Perencanaan dan riwayat manajemen pertanahan serta integrasinya dengan
sistem hukum dan integrasinya dengan manajemen basis data relasional
sistem-sistem. ArcView, aplikasi untuk GIS penggunaan GIS ini biasanya
dengan aplikasi tertentu. Yang paling umum dipakai adalah ArcView.
Walaupun saat ini penggunaan GIS dalam bidang pertanian belum umum
dipakai, karena seringnya GIS diapakai untuk melihat kerusakan lahan akibat
bencana alam, tapi bukanya tidak mungkin penerapan GIS dalam dunia
pertanian akan makin sering dipakai. Sistem GIS ini bukan semata-mata
software atau aplikasi komputer, namun merupakan keseluruhan dari
pekerjaan managemen pengelolaan lahan pertanian, pemetaan lahan,
pencatatan kegiatan harian di kebun menjadi database, perencanaan system
dan lain-lain. Sehingga bisa dikatakan merupakan perencanaan ulang
pengelolaan pertanian menjadi sistem yang terintegrasi.
3. Uraian bagaimana peluang masing-masing contoh tersebut diterapkan di salah satu sistem
pertanian di Indonesia menuju penerapan pertanian berlanjut.
Teknologi Informasi Komunikasi merupakan faktor yang sangat penting dalam
mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pelayanan pemerintah kepada
masyarakat. Teknologi informasi mempunyai tiga peranan pokok:
1. Instrumen dalam mengoptimalkan proses pembangunan, yaitu dengan memberikan
dukungan terhadap manajemen dan pelayanan kepada masyarakat.
2. Produk dan jasa teknologi informasi merupakan komoditas yang mampu memberikan
peningkatan pendapatan baik bagi perorangan, dunia usaha dan bahkan negara dalam
bentuk devisa hasil eksport jasa dan produk industry telematika.
3. Teknologi informasi bisa menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa, melalui
pengembangan sistem informasi yang menghubungkan semua institusi dan area
seluruh wilayah nusantara.
Kesadaran pentingnya Teknologi Komunikasi dan Informasi yang biasanya disebut ICT
(Information and Communication Technologi), bukan hanya monopoli kalangan pengusaha
besar saja tetapi juga bertumbuh di kalangan pengusaha kecil dan kekuatan-kekuatan
masyarakat lain, seperti Koperasi, Kelompok Tani, dan Masyarakat biasa. ICT diyakini
berperan penting dalam pengembangan bisnis, kelembagaan organisasi, dan juga mampu
mendorong percepatan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat.
Manfaat yang dapat diperoleh melalui kegiatan aplikasi teknologi informasidan komunikasi
khususnya dalam mendukung pembangunanpertanian berkelanjutan di antaranya adalah:
1.Mendorong terbentuknya jaringan informasi pertanian di tingkat lokal dan nasional.
2.Membuka akses petani terhadap informasi pertanian untuk:
1). Meningkatkanpeluang potensi peningkatan pendapatan dan cara pencapaiannya;
2).Meningkatkan kemampuan petani dalam meningkatkan posisi tawarnya, serta
3). Meningkatkan kemampuan petani dalam melakukan diversifikasi usahatanidan
merelasikan komoditas yang diusahakannya dengan input yang tersedia,jumlah produksi yang
diperlukan dan kemampuan pasar menyerap output.
3.Mendorong terlaksananya kegiatan pengembangan, pengelolaan danpemanfaatan informasi
pertanian secara langsung maupun tidak langsung untuk mendukung pengembangan
pertanian lahan marjinal.
4.Memfasilitasi dokumentasi informasi pertanian di tingkat lokal (indigeneousknowledge)
yang dapat diakses secara lebih luas untuk mendukungpengembangan pertanian lahan
marjinal.
4. Pembahasan Umum dan Kesimpulan.
Pembangunan pertanian dan perdesaan yang berkelanjutan merupakan isu penting
strategis yang universal diperbincangkan dewasa ini. Dalam menghadapiera globalisasi
pembangunan pertanian berkelanjutan tidak terlepas dari pengaruh pesatnya
perkembangan iptek termasuk perkembangan di bidang teknologi informasi dan
komunikasi. Integrasi yang efektif antara TIK dalam sektor pertanian akan menuju pada
pertanian berkelanjutan melalui penyiapan informasi pertanian yang tepat waktu relevan,
yang dapat memberikan informasi yang tepat kepadapetani dalam proses pengambilan
keputusan berusahatani untuk meningkatkan produktivitasnya. TIK dapat memperbaiki
aksesibilitas petani dengan cepat terhadap informasi pasar, input produksi, tren
konsumen, yang secara positif berdampak pada kualitas dan kuantitas produksi mereka.
Informasi pemasaran,praktek pengelolaan ternak dan tanaman yang baru, penyakit dan
hamatanaman/ternak, ketersediaan transportasi, informasi peluang pasar dan hargapasar
input maupun output pertanian sangat penting untuk efisiensi produksi secara ekonomi.
Daftar Pustaka
Chairunisa, Ivani. 2012. Peran Teknologi Iformasi untuk Bidang Pertanian. http://phaniphanol.blogspot.com/2012/06/peran-teknologi-informatika-untuk.html. diakses tanggal 16 October 2012.
Maruf, Yasin. 2012. Pemanfaatan Teknologi Pertanian GIS dalam Pemanfaatan Penggunaan Lahan. http://a1l109008.blogspot.com/2012/06/pemanfaatan-teknologi-pertanian-gis.html. diakses tanggal 16 oktober 2012.
Sari, Indah Purnama. 2012. Pemanfaatan Aplikasi GIS. http://indahamoyblue.blogspot.com/2012/03/pemanfaatan-aplikasi-gis.html. diakses tanggal 16 October 2012.
Yuhardin. 2005. Pemanfaatan Teknologi Informasi Bagi Sektor Pertanian. http://www.scriptintermedia.com/view.php?id=26&jenis=ITKnowledge. Diakses tanggal 16 oktober 2012
Syahputra, Firdaus. 2012. Penggunaan Sistem dan Komputer di Bidang Teknologi Industri Pertanian. Politeknik Indonesia Venezuela (POLIVEN). Aceh Besar