Content of Tumor Hipofisis
-
Upload
fitriani-nassyam -
Category
Documents
-
view
125 -
download
12
Transcript of Content of Tumor Hipofisis
TUMOR HIPOFISIS
I. KONSEP MEDIS TUMOR HIPOFISIS
A. Defenisi
Tumor hipofisis adalah neoplasma intracranial yang relative sering
dijumpai, serta merupakan 10-15 % dari seluruh neoplasma intracranial.
Tumor jenis ini seringkali sulit diobati dan tidak jarang terjadi kambuhan,
meskipun telah dilakukan tindakan bedah. Walaupun telah banyak penelitian
mengenai tumor hipofisis, pathogenesis terjadinya tumor ini belum jelas
seluruhnya (Rani, 2006).
Tumor hipofisis biasanya adalah tumor lunak berbatas tegas yang
mungkin jika tumornya kecil, terbatas di sella tursika. Dan lesi yang lebih
besar biasanya meluas kea rah superior melalui diafragma sella ke dalam
region supersella, tempat tumor biasa menekan kiasma optikus dan organ di
dekatnya (Kumar, dkk, 2007).
Menurut Patrick Davey (2005), tumor hipofisis merupakan kelainan
hipofisis yang paling sering terjadi dan merupakan 10% kasus neoplasma
intrakranial. Menururt ukurannya, tumor hipofisis diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu:
1. Mikroadenoma
Berdiameter < 1 cm. Tidak menyebabkan efek massa hipopituitarisme.
Lokasi selalu masih dalam cella turcica dan belum menginvasi struktur
yang berdekatan seperti sphenoid dan sinus cavernosum.
2. Makroadenoma
Berdiameter > 1 cm. Dapat menyebabkan efek massa dan
hipopituitarisme. Biasanya sudah meluas dari cella turcica dan sudah
menginvasi struktur yang berdekatan. Biasanya ditemukan karena adanya
Tumor Hipofisis | 1
efek kompresi dari tumor, seperti bitemporal hemianopsi, selain adanya
gangguan endokrin, bisa hyper atau hiposekersi. Biasanya nonfungsional,
tapi dapat menyebabkan sekresi hormon berlebihan. Makroadenoma
nonfungsional merupakan bentuk yang paling sering ditemukan.
Menurut Iskandar Japardi (2010), tumor hipofisis dibedakan menjadi
dua jenis berdasarkan hormon yang diproduksinya, yaitu:
1. Adenoma hipofisis non fungsional
Tumor ini berkisar 30 % dari seluruh tumor pada hipofisis.
Biasanya muncul pada decade ke-4 dan ke-5 dari kehidupan, dan biasanya
lebih sering ditemukan pada laki-laki daripada wanita. Karena tumor ini
tidak memproduksi hormon, maka pada tahap dini seringkali tidak
memberikan gejala apa-apa. Sehingga, ketika diagnose ditegakkan
umunya tumor sudah dalam ukuran yang sangan besar atau gejala yang
timbul karena efek massanya. Tumor biasanya solid walaupun bisa
ditemukan tumor dengan campuran solid dan kistik.
2. Adenoma hipofisis fungsional
Pada penelitian dari 800 pasien yang menderita tumor
hipofisis, 630 pasien merupakan tipe functioning pituitary tumors yang
terdiri dari:
a. Adenoma yang bersekresi prolaktin
b. Adenoma yang bersekresi growth hormon (GH)
c. Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
d. Adenoma yang bersekresi adrenokortikotropik hormon (ACTH)
Kelenjar hipofisis bagian anterior berperan dalam sekresi dan
pengaturan dari berbagai hormon peptida dan stimulating factor. Tumor
yang berasal dari bagian ini akan memproduksi secara berlebihan
beberapa atau salah satu dari hormon peptide, jika ini terjadi maka
dinamakan fungsional atau secreting adenoma (Molina, 2006).
Tumor Hipofisis | 2
B. Etiologi
Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil, atau
basofil dari hipofisis anterior. Dan sebagian besar diduga tumor hipofisis
hasil dari perubahan pada DNA dari satu sel, menyebabkan pertumbuhan sel
yang tidak terkendali. Cacat genetik, sindroma neoplasia endokrin multipel
tipe I dikaitkan dengan tumor hipofisis. Namun, account cacat ini hanya
sebagian kecil dari kasus-kasus tumor hipofisis. Selain itu, tumor hipofisis
didapat dari hasil penyebaran (metastasis) dari kanker situs lain. Kanker
payudara pada wanita dan kanker paru-paru pada pria merupakan kanker
yang paling umum untuk menyebar ke kelenjar pituitari. Kanker lainnya yang
menyebar kekelenjar pituitari termasuk kanker ginjal, kanker
prostat, melanoma, dan kanker pencernaan (Rani, 2006).
C. Patofisiologi
Kemajuan biologi molekuler membuktikan tumor ini berasal dari
monoklonal, yang timbul dari mutasi sel tunggal diikuti oleh ekspansi klonal.
Neoplasia hipofisis merupakan proses multi-step yang meliputi disregulasi
pertumbuhan sel atau proliferasi, diferensiasi dan produksi hormon. Ini terjadi
sebagai hasil aktifasi fungsi onkogen setelah inaktifasi gen tumor supresor.
Tumor Hipofisis | 3
Proses aktivasi fungsi onkogen merupakan hal yang dominan, karenanya
gangguan allel tunggal dapat menyebabkan perubahan fungsi sel.
D. Manifestasi klinis
Menurut Iskandar Japardi (2010), manifestasi klinis tumor hipofisis
adalah:
1. Adenoma hipofisis non fungsional
a. Nyeri kepala
Adenoma hipofisis yang besar memberikan gejala yang akut akibat
adanya perdarahan atau infark. Tumor intrakranial yang paling sering
menimbulkan perdarahan adalah adenoma hipofisis. Adanya perdarahan
yang besar ke dalam tumor hipofisis akan menyebabkan gejala nyeri
kepala yang tiba-tiba, penurunan kesadaran, gangguan penglihatan dan
insufisiensi adrenal yang akut.
b. Gangguan lapang pandang/penglihatan
Hal ini terjadi karena perluasan tumor ke area supra sella, maka akan
menekan chiasma optikum, timbul gangguan lapang pandang
bitemporal. Karena serabut nasal inferior yang terletak pada aspek
inferior dari chiasma optik melayani lapang pandang bagian temporal
superior (Wilbrand’s knee), maka yang pertama kali terkena adalah
lapang pandang quadrant bitemporal superior. Selanjutnya kedua papil
akan menjai atrophi.
c. Kelumpuhan pada NIII, IV, VI, V2, V1 jika tumor meluas ke sinus
cavernosus yang berupa ptosis, nyeri wajah, dan diplopia. Oklusi dari
sinue akan menyebabkan proptosis, chemosis dan penyempitan
dari arteri karotis (oklusi komplit jarang).
d. Tumor yang tumbuh perlahan akan menyebabkan gangguan fungsi
hipofisis yang progressif dalam beberapa bulan atau beberapa tahun
berupa: hypotiroidism, tidak tahan dingin, myxedema, rambut yang
kasar, hypoadrenalism, hipotensi ortostatik, cepat lelah,
Tumor Hipofisis | 4
hypogonadism, amenorrhea (wanita), kehilangan libido dan
kesuburan.
2. Adenoma hipofisis fungsional
a. Adenoma yang bersekresi Prolaktin
Hyperprolactinemia pada wanita didahului amenorhoe, galactorhoe,
kemandulan dan osteoporosis. Pada laki-laki biasanya asimptomatik atau
timbul impotensi atau daya sexual yang menurun. Karena perbedaan
gejala tersebut maka tumor ini pada laki-laki biasanya ditemukan jika
sudah menibulkan efek kompresi pada struktur yang berdekatan.
b. Adenoma yang bersekresi growth hormon
Gejala timbul secara gradual karena pengaruh meningginya kadar GH
secara kronik. Dari sejumlah kasus menunjukkan bahwa gejala yang
timbul lebih karena efek kompresi local dari massa tumor, bukan karena
gangguan somatiknya. Gejala ini berupa visceromegali, hiperhidrosis,
muka kasar dan skin tags yaitu perubahan pada cutis dan jaringan
subcutis yang lambat berupa fibrous hyperplasia terutama ditemukan
pada jari-jari, bibir, telinga, dan lidah. Adanya skin tags ini penting
karena hubungannya dengan keganasan pada kolon (Price & Wilson,
2005).
c. Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH) Kecuali untuk
tumor yang bersekresi TSH, yang menunjukkan gejala : hypertiroidism
glycoprotein secreting adenoma tidak memberikan gejala yang spesifik
sehubungan dengan hipersekresinya, sehingga adenoma ini biasanya
baru ditemukan sesudah memberikan efek kompresi pada struktur
didekatnya seperti chiasma optikum atau tangkai hipofisis. Selain itu
juga, Hipertiroid yang disebabkan oleh TSH adenoma berbeda dengan
Graves disease, graves disease merupakan penyakit yang diturunkan,
dimana terdapat resistensi yang efektif terhadap hormon tiroid yang
menyebabkan pengaruh umpan balik negatif dari hormon tiroid atau
Tumor Hipofisis | 5
TSH lemah, sehingga timbul hipersekresi TSH. Kelainan ini sering
bersamaan dengan bisu tuli, stipled epiphyse dan goiter, ini yang
membedakan dengan hipertiroid akibat adanya adenoma. Pada
hipertiroid akibat TSH adenoma, biasanya lebih banyak mengenai
wanita,gejala lainnya yaitu gangguan lapang pandang, pretibial edema
dan kadar serum immunoglobulim stimulasi tiroid jumlahnya sedikit.
d. Adenoma yang bersekresi ACTH
Biasanya menyerang wanita sekitar usia 40 tahun. Khas ditandai dengan
truncal obesity, hipertensi, hirsutisme (wanita), hyperpigmentasi,
diabetes atau glukosa intoleran, amenorrhea, acne, striaeabdominal,
buffallo hump dan moon facies. Kelainan endokrinologik yang berat ini
sudah muncul pada tahap sangat dini dari tumornya yang menyulitkan
dalam mendeteksi dan identifikasi sumbernya.
E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Aziz Rani (2006), ada beberapa pemeriksaan penunjang
untuk mendiagnosis penyakit tumor hipofisis, yaitu antara lain:
1. Pemeriksaan laboratorium (pengujian biokimia)
Diagnosis sekresi hormon hipofisis yang meningkat atau menurun dibuat
berdasarkan temuan biokimia. Kadar hormon dapat diukur dalam darah
atau sampel urin melalui tes laboratorium yang mendeteksi kelebihan
produksi atau kekurangan. Seringkali, kelebih hormon stimulasi .
2. Scan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI, standar tes pencitraan untuk tumor hipofisis, menggunakan medan
magnet dan gelombang radio untuk menghasilkan gambar. MRI scan
sangat berguna dalam mendiagnosis tumor hipofisis. Kadang-kadang
cairan khusus disuntikkan ke dalam aliran darah untuk membedakan
tumor dari jaringan sehat. MRI dapat dengan mudah mengidentifikasi
tumor besar (macroadenomas) dari kelenjar hipofisis maupun untuk
mengidentifikasi tumor yang paling kecil (microadenomas). Tapi, MRI
Tumor Hipofisis | 6
mungkin tidak mendeteksi banyak microadenomas lebih kecil dari 3
milimeter (kira-kira delapan inci). Antara 5 persen dan 25 persen dari
orang sehat memiliki beberapa minor abnormal pada kelenjar hipofisis
yang muncul di MRI scan. Setelah terdiagnosis tumor hipofisis melalui
pemeriksaan fisis, hormonal dan pencitraan (CT Scan), maka pasien
diputuskan untuk mendapatkan terapi medis, pembedahan, atau radioterapi
(Aswin, 2010).
3. Biopsy
Sebuah biopsi (mengambil contoh tumor dan memeriksanya di bawah
mikroskop) mungkin kadang-kadang dianjurkan untuk verifikasi definitif.
Pituitary tumor dapat diperiksa di bawah mikroskop sebelum atau setelah
pembedahan untuk menentukan jenis tumor.
F. Komplikasi
Komplikasi akan muncul jika adenoma hipofisis tidak ditangani segera
walaupun sesungguhnya adenoma hipofisis ini bersifat jinak, namun karena
tidak mendapatkan penanganan yang baik, adenoma akan bermetastasi pada
organ lain yang akan menimbulkan kanker dan organ yang terdekat dapat
diserang adalah otak yang mengakibatkan menjadi tumor ataupun kanker
Tumor Hipofisis | 7
otak. Komplikasi pada pembedahan hemoragik, peningkatan CSS, diabetes
insipidus, dan infeksi pasca operasi (Japardi, 2010).
G. Penatalaksanaan
Menurut Aziz Rani (2006), tujuan utama pengobatan tumor hipofisis
ialah mengembalikan fungsi hipofisis senormal mungkin dan mencegah
terjadinya kambuhan massa tumor. Tujuan lain adalah memperbaiki gangguan
penglihatan, mengatasi gangguan neurologis, serta memperbaiki gangguan
endokrin dan metabolik. Cara pengelolaan terbaik untuk tumor hipofisis harus
ditentukan secara komprehensif dengan mempertimbangkan beberapa faktor,
yaitu adanya gangguan endokrin terkait, besar dan ekspansi massa tumor,
usia, serta keadaan klinis pasien.
1) Pengobatan
Pengobatan adenoma hipofisis dimulai dengan koreksi elektrolit
disfungsi dan penggantian hormon hipofisis, jika perlu, segera setelah
spesimen darah diagnostic telah terkirim. Penggantian hormon tiroid atau
adrenal adalah sangat penting. Steroid penggantian harus cukup untuk
situasi stres, termasuk periode perioperatif. Tujuan perawatan berbeda
sesuai dengan aktivitas fungsional tumor. Untuk tumor endokrinaktif,
pendekatan yang agresif terhadap normalisasi hipersekresi sangat penting
sekaligus mempertahankan fungsi hipofisis normal. Hal ini biasanya dapat
dicapai dengan bedah eksisi, tetapi beberapa Prolaktinoma lebih baik
dikontrol secara medis. Untuk nonsecreting tumor, pengobatan diarahkan
bedah pengurangan efek massa bertanggung jawab atas gejala, dengan
tetap menjaga fungsi hipofisis. Meskipun bedah reseksi lengkap
diinginkan, yang radiosensitivity tumor ini mengundang subtotal
debulking diikuti dengan terapi radiasi untuk mengurangi risiko
kekambuhan atau keganasan. Adenomas asimtomatik insidentil tidak
memerlukan intervensi tetapi harus diikuti dengan pemeriksaan secara
Tumor Hipofisis | 8
berkala bidang visual dan MRI. Timbulnya gejala atau MRI dokumentasi
pertumbuhan indikasi untuk perawatan.
2) Pembedahan
Keberhasilan dan keselamatan pendekatan transsphenoidal
membuat prosedur pilihan untuk menghilangkan adenomas. Kebanyakan
tumor lunak dan gembur,dan transsphenoidal akses, meskipun terbatas,
memungkinkan untuk penghapusan lengkap bahkan jika ada suprasellar
signifikan ekstensi atau sella tidak diperbesar. Tingkat kematian kurang
dari 1%.
3) Terapi radiasi
Terapi radiasi melengkapi operasi dalam mencegah perkembangan
atau kekambuhan. Standar teknik radiasi melibatkan penggunaan tiga
bidang (bidang menentang sejajar dengan bidang koronal) atau teknik
rotasi untuk menghindari dosis yang tidak perlu di lobus temporal. Dosis
4.500-5.000 cGy disampaikan dalam pecahan 180-cGy disarankan. Secara
umum, pasien dengan tumor subtotally resected diberikan terapi radiasi.
Walaupun radiasi mengurangi risiko kekambuhan atau penundaan
kambuhnya setelah bruto total reseksi, kita ikuti serial pasien dengan MRI
scan dan pemeriksaan bidang visual danmenahan radiasi kecuali ada
tumor didokumentasikan regrowth. Untuk tumor termasuk kelenjar
pituitary adenoma hipofisis, prolactinoma dan penyakit Cushings,
keputusan yang berkaitan dengan pengobatan untuk tumor kelenjar
hipofisis bergantung pada pemahaman lengkap tentang risiko dan
manfaat untuk pengobatan yang berbeda. Pilihan untuk perawatan tumor
kelenjar pituitari dapat mencakup operasi, radiosurgery dan gamma pisau.
H. Pencegahan
Menurut Irianto Rony (2010), kelenjar hipofisis merupakan master
kelenjar seluruh tubuh. Pada usia 25 tahun biasanya fungsi kelenjar
pituitary/hipofisis mulai menurun, menurunnya fungsi kelenjar tersebut
Tumor Hipofisis | 9
menyebabkan fungsi kelenjar lainnya juga menurun, organ-organ tubuh mulai
aus, dan tubuh mengalami penuaan. Dengan memperbaiki fungsi kelenjar
hipofisis, maka fungsi kelenjar seluruh tubuh menjadi normal dan mencegah
terjadinya kanker maupun tumor. Jika dikombinasikan dengan vitamin C akan
benar-benar membuat tubuh menjadi lebih muda, kulit wajah lebih halus,
lebih cerah, lebih lembab, lebih lentur dan mempercepat penyembuhan
penyakit.
Berikut manfaat kelenjar pituitary jika berfungsi maksimal:
Peremajaan, awet muda, penyegaran, dalam taraf tertentu menumbuhkan sel
sel yg telah rusak dan mati, memperbaiki penyakit degeneratif, meningkatkan
hormon kenyamanan, semangat dan gairah, keceriaan, kelenturan kulit dan
otot, kelembaban kulit, menyegarkan otak, pelembut kulit, memperlancar
aliran darah, membuat semua organ berfungsi sempurna, membantu
metabolisme tubuh, meningkatkan imunitas, mengatasi keausan sampai
wilayah sel, meningkatkan pembentukan dan awet muda, memperbaiki syaraf
mata dan organ mata, memperbaiki kelenjar tiroid, meningkatkan feromon, dll
Melihat fungsi kelenjar hipofisis, sangatlah penting mengomsumsi
vitamin C yang dapat meningkatkan fungsi kelenjar hipofisis serta mencegah
kanker yang merupakan salah satu factor predisposisi tumor hipofisis.
I. Prognosis
Tumor hipofisis yang mengeluarkan adrenocorticotropic hormon
sering terjadi komplikasi yang kuat untuk kambuh. Sekitar 5% dari tumor
hipofisis menginvasi jaringan terdekat dan tumbuh dalam ukuran besar.
Metastasis tumor hipofisis sangat jarang terjadi. Namun, tumor hipofisis
dapat bermetastasis dan berhubungan dengan prognosis yang buruk (Japardi,
2010).
Tumor Hipofisis | 10
II. KONSEP KEPERAWATAN TUMOR HIPOFISIS
Menurut Anggraeni Putri,dkk (2010), konsep proses keperawatan penyakit
tumor hipofisis adalah:
1. Pengkajian
a. Pengkajian sekunder
1) Identitas
Terjadi pada wanita dan pada laki-laki dengan pevalensi seimbang dan
mempunyai insiden puncak antara usia 20 dan 30 tahun.
2) Keluhan Utama
Klien mengeluhkan sakit kepala pada satu atau keduanya, atau di
tengah, penglihatan ganda; kehilangan samping (perifer) visi, ptosis
yang disebabkan oleh tekanan pada saraf yang menuju ke mata,
perasaan mati rasa pada wajah, demensia, perasaan mengantuk, kepala
membesar, makan berlebih atau berkurang.
3) Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan kepalanya sering mengalami sakit pada kepalanya,
dan pandangan kabur.
4) Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah sebelumnya klien pernah mengalami tumor pada bagian
tubuh, Kaji apakah klien pernah mengalami cedera kepala berat
ataupun ringan.
5) Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit tumor hipofisis.
b. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
a) Klien tampak mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh
bagian tubuh (jika timbul saat usia dini)
Tumor Hipofisis | 11
b) Klien tampak mengalami akromegali atau pembesaran yang
abnormal pada ujung-ujung tubuh seperti kaki, tangan, hidung, dagu
(timbul pada saat usia dewasa)
c) Klien tampak mengalami diplopia (pandangan ganda)
d) Tampak atropi pada pupil
e) Klien tampak susah membedakan warna
f) Klien tampak susah menggerakkan organ-organ tubuh karena
kelemahan otot
2) Palpasi
a) Terdapat nyeri kepala
b) Terdapat kelemahan tonus otot.
c. Pengkajian data dasar
1) Aktifitas /istirahat :
a) Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
b) Sakit kepala yang hebat saat aktivitas.
c) Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan.
d) Kelemahan otot.
2) Sirkulasi
a) Edema pada ekstermitas kaki dan tangan.
b) Takikardi.
3) Integritas ego
Ketidakberdayaan/putus asa sehubungan dengan perubahan penampilan
fisik.
4) Eliminasi
a) Perubahan pola berkemih.
b) Perubahan warna urin contoh kuning pekat.
5) Makanan/cairan
a) Nafsu makan menurun
Tumor Hipofisis | 12
b) Malnutrisi
c) Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot.
d) Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema.
6) Neurosensori
a) Pening, disorientasi (selama sakit kepala), tidak mampu
berkonsentrasi.
b) Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas)
7) Nyeri/kenyamanan
Nyeri hebat, menetap, menyeluruh atau intermiten, sering sekali
membuat pasien terbangun. Mungkin terlokalisasi, pada posisi tertentu.
8) Keamanan
a) Demam
b) Suhu meningkat (37,950 C atau lebih)
c) menggigil
Tumor Hipofisis | 13
Tumor Hipofisis | 14
3. Diagnosa
a. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus.
b. Gangguan penglihatan berhubungan dengan penekanan pada chiasma
optikum.
c. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan metabolic ( hipermetabolik)
d. Hipertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
4. Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus.
Tujuan : Nyeri dapat dihilangkan/ditangani
Kriteria hasil : 1) Melaporkan nyeri berkurang.
2) Klien tampak tenang
3) Skala nyeri bahkan hilang.
Intervensi Rasional
1. Kaji keluhan nyeri, perhatiakan lokasi, itensitas, dan waktu nyeri.
2. Letakan kantung es pada kepala klien.
3. Dorong pengungkapan perasaan
klien.
4. Lakukan tindakan paliatif.
Misalnaya pengubahan posisi.
1.Mengindikasikan kebutuhan
untuk intervensi dan juga tanda-
tanda perkembangan komplikasi.
2.Meningkatkan vasokontriksi,
penumpulkan resepsi sensori
yang selanjutnya akan
menurunkan nyeri atau sakit
kepala.
3.Dapat mengurangi ansietas,
sehingga mengurangi persepsi
akan intensitas rasa nyeri.
4.Meningkatkan relaksasi dan
menurunkan ketegangan otot.
Tumor Hipofisis | 15
5. Berikan analgesik/antipiretik,
analgesic narkotik sesuai dengan
indikasi.
5.Memberikan penurunan nyeri
atau tidak nyaman.
b. Gangguan penglihatan berhubungan dengan penekanan pada chiasma
optikum
Tujuan : Penglihatan klien dipertahankan pada tingkat sebaik
mungkin
Kriteria hasil: 1) Penurunan tajam dan lapang pandang klien semakin
membaik
2) Klien mangatakan pandangan kabur dan ganda mulai
berkurang bahkan hilang.
Tumor Hipofisis | 16
Intervensi Rasional
1. Tentukan ketajaman penglihatan,
catat satu atau kedua mata
terlibat.
2. Kaji adanya ptosis, diplopia,
gerakan bola mata dan visus.
3. Gunakan obat tetes mata
dan pelindung.
4. Lakukan tindakan untuk
membantu pasien menangani
keterbatasan penglihatan.
1. Kebutuhan individu dan pilihan
intervensi bervariasi, sebab
kehilangan penglihatan terjadi
lambat dan progresif.
2. Dapat mengidentifikasi penyebab
keluhan dan mengetahui besar
tajamserta lapang pandang
penglihatanklien
3. Memberikan lubrikan dan
melindungi mata.
4. Menurunkan bahaya keamanan
sehubungan dengan perubahan
lapang pandang.
c. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan metabolic ( hipermetabolik)
Tujuan : Nutrisi klien adekuat.
Kriteria hasil: Berat badan stabil dan bebas tanda malnutrisi.
Intervensi Rasional
1. Pantau intake makanan tiap hari
2. Ukur tinggi, berat badan.
Timbang berat badan setiap hari
atu sesuai indikasi.
3. Dorong pasien untuk makan diet
tinggi kalori kaya nutrient,
dengan masukan cairan adekuat.
1.Mengidentifikasi keadekuatan dan
defisisiensi nutrisi
2. Membantu dalam identifikasi
malnutrisi protein kalori,
khususnya bila berat badan
kurang dari normal.
3. Kebutuhan jaringan metabolic
ditingkatkan.
d. Hipertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder
Tujuan : Perubahan suhu tubuh yang normal.
Kriteria hasil : Suhu tubuh klien dalam rentang normal, yaitu 36,5 – 37,5 0C
Intervensi Rasional
1. Pantau suhu tubuh pasien (derajat
dan pola) perhatikan adanya
menggigil.
2. Pantau suhu lingkungan.
Batasi penggunaan selimut.
1.Demam biasanya terjadi
karena proses inflamasi tetapi
mungkin merupakan komplikasi
darikerusakan pada hipotalamus.
2.Suhu ruangan/jumlah selimut
harus diubah untuk
Tumor Hipofisis | 17
3. Berikan kompres hangat jika ada
demam.
4. Pantau masukan dan haluaran.
Catat karakteristik urine, turgor
kulit, dan membrane mukosa.
5. Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (Tylenol).
mempertahankan suhumendekati
normal
3.Kompres air hangat menyebabkan
tubuh dingin melalui proses
konduksi.
4.Hipertermia meningkatkan
kehilangan air tak kasat mata dan
meningkatkan resiko dehidrasi,
terutama jika tingkat kesadaran
menurun /munculnya mual
menurunkan pemasukan melalui
oral.
5. Digunakan untuk mengurangi
demam dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus, berguna juga
untuk membatasi pertumbuhan
organisme dan meningkatkan
autodestruktif dari sel-sel yang
terinfeksi.
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
Tujuan : Harga diri klien meningkat.
Kriteria Hasil : 1) Menunjukkan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh.
2) Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola
hidup.
Intervensi Rasional
1. Diskusikan arti perubahan
dengan pasien. Identifikasi
persepsi situasi/harapan yang
1.Mengidentifikasi/mengartikan
masalah untuk memfokuskan
perhatian dan intervensi secara
Tumor Hipofisis | 18
akan datang.
2. Catat reaksi emosi, contoh
kehilangan, depresi, marah.
3. Susun batasan pada prilaku
maladaptive, bantu pasien
untuk mengidentifikasi prilaku
positif yang akan membaik.
4. Rujuk pasien kesumber
pendukung. Contoh, ahli terapi
psikologis.
konstruktif.
2. Pasien dapat depresi cepat setelah
perubahan penampilan fisik.
Penerimaan perubahan tak dapat
dipaksakan.
3. Penolakan dapat mengakibatkan
penurunan harga diri dan
mempengaruhi gambaran
penerimaan diri yang baru.
4. Pendekatan menyeluruh diperlukan
untuk membantu pasien
menghadapi rehabilitasi dan
kesehatan.
5. Evaluasi
a. Nyeri akut berkurang ditandai dengan klien melaporkan nyerinya berkurang
dan tampak tenang.
b. Penglihatan klien membaik ditandai dengan klien mengatakan pandangan
kabur dan ganda yang ia alami sudah berkurang.
c. Nutrisi klien adekuat ditandai dengan berat badan klien stabil dan bebas
tanda malnutrisi.
d. Suhu tubuh klien dalam rentang normal yaitu 36,5 – 37,5 0C.
e. Harga diri klien meningkat ditandai dengan klien mampu beradaptasi dengan
perubahan tubunya dan mulai mengembangkan rencana untuk perubahan
pola hidupnya.
Tumor Hipofisis | 19