CompVisit-ExecB-27C-Indofood-v2.doc

29
1 Company Visit Report Indofood CBP - Bekasi Operations Management Dosen: Adi Djoko Guritno P!"D Disiapkan O#e!: $im Penu#is %e#as &ksekutif B '( C Ri)ky De#ia * +indarti * ,ar!an

Transcript of CompVisit-ExecB-27C-Indofood-v2.doc

1

Company Visit ReportIndofood CBP - BekasiOperations ManagementDosen:

Adi Djoko Guritno, Ph.D

Disiapkan Oleh:

Tim Penulis Kelas Eksekutif B 27 CRizky Delia Windarti Zarhan FDAFTAR ISI

2DAFTAR ISI

3A. PENGANTAR

5B. PROFIL PERUSAHAAN

8C. TEORI DAN PENERAPAN

81. DASAR TEORI

192. PENERAPAN

32DAFTAR PUSTAKA

A. PENGANTARPada awalnya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. adalah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan makanan dan minuman yang didirikan pada tahun 1971. Pada akhir tahun 1980, PT Indofood Sukses Makmur Tbk. mulai bergerak di pasar Internasional dengan mengekspor mi instan ke banyak negara. Sedangkan, di Indonesia sendiri, PT Indofood Sukses Makmur Tbk. telah memiliki 15 pabrik yang tersebar di 15 kota di seluruh Indonesia.

Sebagai salah satu produsen mi instan terbesar di dunia, Divisi Mi Instan Indofood senantiasa berada di posisi terdepan dalam industri mi instan Indonesia, dikenal atas produknya yang berkualitas dan memiliki cita rasa yang tinggi dengan harga terjangkau. Perusahaan ini mencanangkan suatu komitmen untuk menghasilkan produk makanan bermutu, aman, dan halal untuk dikonsumsi. Aspek kesegaran, higienis, kandungan gizi, rasa, praktis, aman, dan halal untuk dikonsumsi senantiasa menjadi prioritas perusahaan ini untuk menjamin mutu produk yang selalu prima.

Dalam beberapa dekade ini, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (Indofood) telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Total Food Solutions dengan kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di rak para pedagang eceran.

Seiring perkembangan zaman, teknologi pangan pun ikut berpengaruh terhadap perkembangan pengolahan bahan makanan sehingga banyak industri-industri yang mengolah bahan makanan yang menggunakan teknologi canggih. Tak terelakkan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk juga merupakan salah satu industri pangan yang mengandalkan kemajuan teknologi tersebut yang mampu memproduksi makanan dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang singkat. Berkaitan dengan hal itu, kami mahasiswa MMUGM Jakarta mengunjungi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk di Cibitung Bekasi, untuk mengetahui secara langsung proses produksi pembuatan Mi Instant dan operasional PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.B. PROFIL PERUSAHAANPT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (dahulu PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Gizindo Primanusantara, PT Indosentra Pelangi, PT Indobiskuit Mandiri Makmur, dan PT Ciptakemas Abadi) (IDX: ICBP) merupakan produsen berbagai jenis makanan dan minuman yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1990 oleh Sudono Salim dengan nama PT Panganjaya Intikusuma. Pada tahun 1994 - Berganti nama menjadi PT Indofood Sukses Makmur. Pada tahun 1995 - Mengakuisisi pabrik penggilingan gandum yaitu Bogasari. Setelah mengakuisisi pabrik penggilingan gandum Bogasari pada tahun 1997 - Mengakuisisi 80% saham perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan, agribisnis serta distribusi. Tahun 2005 - Membentuk perusahaan patungan dengan Nestl, mengakuisisi perusahaan perkebunan di Kalimantan Barat.

Pada tahun 2006 - Mengakuisisi 55, 0% saham perusahaan perkapalan Pacsari Pte. Ltd. Kemudian pada tahun 2007 - Mencatatkan saham Grup Agribisnis di Bursa Efek Singapura dan menempatkan saham baru. Pada tahun2008 - Mengakuisisi 100% saham Drayton Pte. Ltd. yang memiliki secara efektif 68, 57% saham di PT Indolakto, sebuah perusahaan dairy terkemuka. Kemudian pada tahun 2009 - Memulai proses restrukturisasi internal Grup CBP melalui pembentukan PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) dan pemekaran kegiatan usaha mi instan dan bumbu yang diikuti dengan penggabungan usaha seluruh anak perusahaan di Grup Produk Konsumen Bermerek (CBP), yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Perseroan, ke dalam ICBP. Pada tahun 2010 - Menyelesaikan restrukturisasi internal Grup CBP melalui pengalihan kepemilikan saham anak perusahaan di Grup CBP dengan jumlah kepemilikan kurang dari 100% ke ICBP dan melakukan Penawaran Saham Perdana yang dilanjutkan dengan pencatatan saham ICBP di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 7 Oktober 2010.

PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) terbagi dalam beberapa divisi berdasarkan jenis produk yang dihasilkan, yaitu : dairy products, snacks, biscuits, food seasonings, beverages & nutritions & special foods, dimana termasuk didalamnya adalah makanan untukinfants, babies, and expectant & lactating mothers.

PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) memiliki 16 pabrik produksi mie instant, dimana 15 pabrik terdapat di Indonesia dan 1 pabrik di Malaysia dan telah mendapat sertifikat halal MUI dan sertifikat halal dari Johor Malaysia. Pabrik yang didirikan tersebar hampir di seluruh Indonesia bertujuan untuk mengurangi supply chain cost. Khusus untuk Indonesia bagian timur tidak terdapat pabrik produksi karena kebutuhan dan permintaan masih dapat dipenuhi oleh pabrik terdekat meskipun di luar pulau.

PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) Cibitung terdiri dari 3 pabrik dengan luas 25,75 ha, karyawan berjumlah 2.640 orang dengan komposisi terdiri dari 60% warga sekitar pabrik dan memiliki turn over yang kecil. Office-hour selama 7 jam termasuk waktu istirahat dan untuk proses produksi terbagi dalam 3 shift dalam 24 jam dengan tujuan memaksimalkan hasil dari proses produksi. Set up line produksi dilakukan untuk sehari sekali saja, misal : untuk 1 produk Indomie, dan hari berikutnya diganti untuk produk Sarimi, begitu seterusnya.

C. TEORI DAN PENERAPAN1. DASAR TEORISebagaimana dinyatakan dalam Heizer dan Render, 2014, bahwa terdapat empat macam strategi proses dalam suatu organisasi atau perusahaan. Strategi proses itu sendiri merupakan suatu caraatau pendekatan dari perusahaan untuk mengubah sumberdaya yang ada (bahan baku) menjadi produk (barang) dan jasa. Empat pendekatan itu adalah:

1. Process focus, dimana produksi dioptimalkan untuk pembuatan barang yang bersifat low-volume, high-variety atau disebut juga job shops.

2. Repetitive focus, dimanalebih mengarah pada jalur perakitan yang sebagian besar digunakan pada industri otomotif dan peralatan rumah tangga (bersifat modular).3. Product focus (continuous process), dimana lebih mengarah pada produk yang bersifat high-volume, low-variety, disertai fasilitas produksi yang diatur disekitar produk itu sendiri.4. Mass customization focus, dimana bersifat rapid, low-cost production untuk memenuhi keinginan dari pelanggan yang sifatnya unik atau berbeda-beda.Berikut ini adalah keempat proses tersebut sebagaimana tergambar dalam Gambar 1 dibawah ini,

Gambar 1. Empat Pendekatan Proses ProduksiProcess focus disebut juga continuous process dikarenakan mereka mempunyai proses produksi yang lama, berkelanjutan terus-menerus. Contoh process focusseperti produksi gelas, kertas, bir dan keripik kentang. Untuk proses ini, sangat dibutuhkan perusahaan yang efektif dalam standarisasi serta kontrol kualitas untuk menghasilkan produk yang high-volume dan low variety.

Berdasarkan sifat diatas, maka dapat kita bandingkan karakteristik dari ke empat proses tersebut dalam tabel I dibawah ini,

Tabel I. Perbandingan Karakteristik Empat Macam Tipe Proses (diadaptasi dari Heizer dan Render, 2014)

Process FocusRepetitive FocusProduct FocusMass Customization

Small quantity and large variety of productsLong runs, a standardized product for modulesLarge quantity and small variety of productsLarge quantity and large variety of products

Broadly skilled operatorsModerately trained employeesLess broadly skilled operatorsFlexible operators

Instructions for each jobFew changes in job instructionsStandardized job instructionsCustom orders requiring many job instructions

High inventoryLow inventoryLow inventoryLow inventory relative to the value of the product

Finished goods are made to order and not storedFinished goods are made to frequent forecastsFinished goods are made to a forecast and storedFinished goods are build-to-order (BTO)

Scheduling is complexScheduling is routineScheduling is routineSophisticated scheduling accommodates custom orders

Fixed costs are low and variable costs highFixed costs are dependent on flexibility of the facilityFixed costs are high and variable cost lowFixed costs tend to be high and variable costs low

Tidak kalah pentingnya dengan penentuan proses industri bersangkutan, lokasi juga merupakan salah satu parameter kritis bagi perusahaan. Pemilihan lokasi yang tepat akan dapatmeminimalkan biaya, dimanatujuan akhirnya adalah lokasi yang bisa memberikan keuntungan maksimal dari perusahaan terkait pemilihan lokasi itu sendiri. Beberapa faktor yang biasanya mempengaruhi proses pemilihan lokasi dari sisi Negara, komunitas atau wilayah, dan site seperti dinyatakan dalam Heizer dan Render, 2014 yaitu dalam tabel II dibawah ini:Tabel II. Faktor Kunci Pemilihan Lokasi Terkait Negara, Komunitas dan Site (diadaptasi dari Heizer dan Render, 2014)

Country DecisionRegion/Community DecisionSite Decision

Political risks, government rules, attitudes, incentivesCorporate desiresSite size and cost

Cultural and economic issuesAttractiveness of region (culture, taxes, climate, etc.)Air, rail, highway, and waterway systems

Location of marketsLabor availability, costs, attitudes toward unionsZoning restrictions

Labor talent, attitudes, productivity, costsCost and availaibility of utilitiesProximity of services/supplies needed

Availability of supplies, communication, energyEnvironmental regulations of state and townEnvironmental impact issues

Exchange rates and currency riskGovernment incentives and fiscal policies

Proximity to raw materials and customers

Land/construction costs

Setelah perusahaan dapat menentukan proses produksi serta lokasi yang akan digunakan, maka perusahaan juga harus mempertimbangkan faktor tata letak untuk proses produksi itu sendiri, dimana tujuan strategi penentuan layoutadalah untuk menentukan layout yang efektif dan efisien yang akan dapat memenuhi kebutuhan dari perusahaan itu sendiri. Penentuan layaut harus mempertimbangkan beberapa faktor dibawah ini sebagaimana dinyatakan dalam Heizer dan Render, 2014, beserta strategi pendekatan layout yang dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut:

1. Higher utilization of space, equipment, and people

2. Improved flow of information, materials, or people

3. Improved employee morale and safer working conditions

4. Improved customer/client satisfaction

5. Flexibility (whatever the layout is now, it will need to change).

Beberapa macam pendekatan terkait layout adalah seperti berikut ini:

1. Office layout: Positions workers, their equipment, and spaces/offices to provide for movement of information.

2. Retail layout: Allocates shelf space and responds to customer behavior.

3. Warehouse layout: Addresses trade-offs between space and material handling.

4. Fixed-position layout: Addresses the layout requirements of large, bulky projects such as ships and buildings.

5. Process-oriented layout: Deals with low-volume, high-variety production (also called job shop, or intermitten production).

6. Work-cell layout: Arranges machinery and equipment to focus on production of a single product or group of related products.

7. Product-oriented layout: Seeks the best personnel and machine utilization in repetitive or continuous production.Terkait product-oriented layout, dimana dirancang untuk produk produk yang bersifat high-volume dan low-variety, maka layout ini mempunyai keunggulan dan kelemahan seperti dalam tabel III dibawah ini:

Tabel III. Keunggulan dan Kelemahan Product-oriented Layout (diadaptasi dari Heizer dan Render, 2014)

Main AdvantagesDisadvantages

The low variable cost per unit usually associated with high-volume, standardized products

Low material handling costs

Reduced work-in-process inventories

Easier training and supervision

Rapid throughput The high volume required because of the large investment needed to establish the process

Work stoppage at any one point ties up the whole operation

A lack of flexibility when handling a variety of products or production rates

Selain permasalahan pada proses produksi, lokasi, dan layout, manajemen pembelian dan persediaan juga merupakan hal yang sangat kritis dalam perusahaan, terutama untuk perusahaan yang sangat mengandalkan bahan baku yang sifatnya cenderung perishable, seperti tepung terigu dan tepung tapioka. Terkait hal ini, terdapat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan manufaktur akan menghabiskan sekitar 56 sen untuk setiap 1 dollar yang dihasilkan (revenue) untuk direct cost pembelian barang bahan baku produksi, sebagaimana dinyatakan dalam Monczka et al., 2002 dan Handfield, 2002 dalam Wallin et al., 2006. Hal ini masih ditambah dengan biaya untuk menangani persediaan tersebut yang dapat menghabiskan sekitar 30-35 persen dari nilai pembelian barang yang bersangkutan (Chase et al.,2004 dalam Wallin et al., 2006). Karena itu tidak mengherankan bahwa banyak perusahaan manufaktur yang berupaya untuk mengefisienkan manajemen persediaan mereka dikarenakan besarnya beban biaya yang harus ditanggung untuk membeli,menangani, dan menyimpan persediaan barang tersebut.Kebutuhan diatas akan memaksa perusahaan manufaktur untuk mencari manajemen persediaan yang tepat untuk suatu barang tertentu, dikarenakan tidak semua barang yang dibutuhkan dalam satu perusahaan yang sama akan menggunakan metode manajemen persediaan yang sama pula.

Berdasarkan Wallin et al., 2006, terdapat empat metode manajemen persediaan yang digunakan secara umum oleh perusahaan, yaitu:

1. Inventory speculation, dimana dalam pendekatan metode ini, perusahaan akan membeli dan menyimpan barang yang dibutuhkan dalam fasilitas penyimpanan mereka sendirisebelum kebutuhan barang tersebut dapat diketahui secara pasti dimasa yang akan datang.

2. Inventory postponement, sangat berbeda dengan inventory speculation, metode ini akan membuat perusahaan untuk tidak membeli dan menyimpan barang sama sekali sampai dengan adanya kebutuhan yang pasti dimasa datang.

3. Inventory consignment (konsinyasi), untuk metode ini, perusahaan akan menyimpan barang yang dibutuhkan dalam fasilitas penyimpanan mereka sendiri, tetapi kepemilikan barang masih ditangan vendor/supplier yang bersangkutan. Pembelian kepada supplier baru akan terjadi setelah pelanggan membeli barang tersebut.4. Reverse inventory consignment, metode ini jarang digunakan, biasanya berlaku apabila perusahaan telah membeli barang yang dibutuhkan, tetapi tetap menyimpannya ditempat supplier/vendor sampai barang tersebut dibutuhkan.

Keempat metode diatas dapat disimpulkan sebagaimana tabel IV dibawah ini,

Tabel IV. Pendekatan Manajemen Persediaan (diadaptasi dari Wallin et al., 2006)Inventory Management ApproachWho owns inventory?Where is inventory located?BenefitsRisks

Inventory speculationBuyerBuyer Inventory on-hand to ll customer orders

Protection against future price increases

Volume discounts and reduced inboundtransportation expense Inventory investment opportunity cost

Inventory storage, handling and trackingexpense

Inventory obsolescence expense

Inventory postponementSupplierSupplier No inventory obsolescence expense

No inventory investment opportunity cost

No inventory storage, handling and trackingexpense Lost sales when inventory is not availablein time to meet customer demand

Higher inbound transportation expense

Subject to future price increases

Inventory consignmentSupplierBuyer Inventory on-hand to ll customer orders

No inventory investment opportunity cost

No inventory obsolescence expense Lost sales when inventory is not availablein time to meet customer demand

Higher inbound transportation expense

Subject to future price increases

Reverse inventory consignmentBuyerSupplier Inventory on-hand at supplier location

Protection against future price increases

No inventory storage, handling and trackingexpense Inventory investment opportunity cost

Inventory obsolescence expense

Dari beberapa pendekatan manajemen persediaan diatas, maka dapat kita lihat framework untuk memilih manajemen persediaan yang tepat bagi suatu perusahaan. Sebagai tercantum dalam tabel V dibawah ini,Tabel V. FrameworkUntuk Pendekatan Manajemen Persediaan (diadaptasi dari Wallin et al., 2006)Decisions Factors and underlying drivers

Customer RequirementsNature of the

Supply LineBargaining PowerInventory Management Approach

CLT < SLT + CT + DTC

Difcult to predict customer demand

or usage requirements

Stable customer preferencesUnreliable supply line

Unpredictable delivery and quantityperformanceFew suppliers to choose fromSupplier provides a uniqueproductInventory speculation

(Firm owns and holds inventory)

CLT > SLT + CT + DTC

Easy to predict customer demand

or usage requirements

Rapidly changing customer preferencesReliable supply line

Predictable delivery and quantityperformanceMany suppliers to choose fromSupplier provides a non-unique

productInventory postponement

(Supplier owns and holdsinventory)

CLT < SLT + CT + DTC

Difcult to predict customer demand or

usage requirements

Rapidly changing customer preferencesUnreliable supply line

Unpredictable delivery and quantity

performanceMany suppliers to choose fromSupplier provides a non-unique

productInventory consignment

(Firm holds but supplier ownsinventory)

CLT > SLT + CT + DTC

Easy to predict customer demand or

usage requirements

Stable customer preferencesReliable supply line

Predictable delivery and quantityperformanceFew suppliers to choose fromSupplier provides a uniqueproductReverse inventory consignment

(Firm owns but supplier holds

inventory)

Notes: CLT customer order-to-delivery lead-time; SLT supplier order-to-fulllment lead-time; CT rms cycle time; DTC delivery-to-customerlead-time

Pendekatan metode proses produksi, lokasi, layout dan manajemen persediaan yang tepat akan membuat suatu perusahaan lebih kompetitif, efektif dan efisien dalam proses produksinya untuk dapat memberikan pelayanan serta hasil produksi yang memenuhi harapan konsumen, serta dapat memberikan keunggulan kompetitif dibandingkan dengan para pesaingnya.2. PENERAPANPT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk - Pabrik Cibitung Bekasi merupakan salah satu pabrik yang didirikan di wilayah Jabodetabek untuk melayani permintaan yang ada di area ???. ( area distribusi adalah ke wilayah di sekitar kota dimana pabrik berada (pabrik di 15 kota terdiri dari Medan, Pekanbaru, Palembang, Tangerang, Lampung, Pontianak, Manado, Semarang, Surabaya, Banjarmasin, Makasar, Cibitung, Jakarta, Bandung dan Jambi) hal ini bertujuan agar produk yang diterima oleh konsumen dalam keadaan segar serta membantu program pemerintah melalui pemerataan tenaga kerja lokal. Pabrik mi yang ada, merujuk pada studi kasus PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk adalah menganut system product process oriented, dikarenakan berproduksi untuk menghasilkan mi instan dengan karakteristik hasil produksi yang bersifat high-volume, low-variety, continuous process, few inputs. Proses produksi mi instan memang menghasilkan beberapa ragam rasa, tetapi rasa yang berbeda-beda tersebut sudah dalam bentuk produk jadi (kaldu dalam bentuk sachet) yang tinggal dimasukkan dalam produk akhir dari mi instan. Sehingga secara proses produksi hanya terdiri atas beberapa macam produk utama. Proses produksinya sendiri berlangsung secara continuous berdasarkan batch dengan beberapa bahan masukan yang relatif sedikit atau kurang bervariasi, seperti tepung terigu, tepung tapioka dan beberapa bahan kimiawi lainnya (food gradeingredients). Proses penjadwalan produksi berjalan secara rutin dan tidak bersifat mendadak (akan diganti dikarenakan perubahan selera pasar yang dengan singkat berubah-ubah). Dilihat dari sisi produksinya, jumlah karyawan juga tidak terlalu banyak dikarenakan banyak pekerjaan yang sudah dilakukan langsung oleh mesin tanpa melibatkan campur tangan manusia kecuali dibagian packing dan distribusinya. Sehingga fixed cost-nya lebih tinggi tetapi variable cost-nya lebih rendah dikarenakan secara forecast lebih stabil dan hasil akhirnya dapat disimpan lebih lama.(need more discussion)Dilihat dari lokasi pabrik yang berada ditengah-tengah penduduk saat ini, mungkin kurang ideal dikarenakan pergerakan barang, terutama material dan hasil produksi menjadi agak terhambat dikarenakan beban jalan yang sudah terlalu padat oleh lalu lintas umum (cenderung sudah macet). Apalagi kalau kita melihat UMK Kota dan Kabupaten Bekasi yang termasuk tertinggi di Indonesia (nomor 2 dan nomor 3 setelah Karawang) untuk tahun 2015. Hal ini sepertinya belum terjadi di masa awal pendirian pabrik ini, dikarenakan letaknya sendiri sebenarnya cukup menjauhi pusat kota dan berada di pinggiran kabupaten Bekasi. Beberapa parameter awal yang menjadi pemilihan lokasi mungkin mengacu pada kemudahan seperti kondisi lahan yang masih luas dan memudahkan untuk ekspansi kedepannya, kemudahan dari sisi penyediaan air bersih dan kelistrikan, serta akses menuju kawasan industri (MM2100 & BFIE) dan jalan raya bebas hambatan (jalan tol), serta ketersediaan tenaga kerja yang mungkin awalnya relatif murah dan banyak tersedia.(need more discussion)Sedangkan terkait layout dari pabrik Indofood, dikarenakan pendekatan product process oriented, maka layout yang digunakan memang juga sama-sama menggunakan pendekatan product-oriented layout, dimana pola pikir utamanya adalah mencari personel terbaik dan penggunaan mesin (utilisasi) yang tinggi dalam repetitive process atau continuous production. Layout tersebut mempunyai keunggulan seperti variable cost yang biasanya lebih rendah dikarenakan high-volume products, biaya penanganan material yang lebih rendah, minimnya WIP serta kemudahan untuk traning kepada karyawan serta keluaran mesin yang tinggi (high throughput). (need more discussion)Dari sisi manajemen persediaan, Indofood mempunyai bahan baku yang sifatnya perishable, seperti tepung terigu dan tepung tapioka. Hal ini menyebabkan pabrik akan menyimpan bahan baku untuk jangka waktu tertentu dan harus segera melakukan proses produksi terhadap material tersebut. Berdasarkan dari kondisi dipasaran, Indofood saat ini menguasai pasar mi instan di Indonesia, hal ini menjadikan Indofood lebih mudah untuk mengetahui preferensi pelanggan, akan tetapi tetap membutuhkan kemampuan untuk memprediksi permintaan dari pelanggan itu sendiri. Supplier untuk bahan baku untuk tepung terigu dan tapioka dipenuhi oleh salah satu perusahaan yang notabene masih satu grup, yaitu PT Bogasari, sehingga memudahkan untuk koordinasi, pemesanan dan kontinuitas produk yang dibutuhkan oleh pabrik-pabrik Indofood. Berdasarkan dari kondisi tersebut, maka Indofood menerapkan Inventory Speculation (firm owns and holds inventory). (need more discussion)2.1 Proses Pembuatan Mie Instan

2.2.1 Bahan baku (mie)a. Tepung teriguTepung terigu merupakan bahan dasar pembuatan mie. Tepung terigu diperoleh dari biji gandum (Triticum vulgare) yang digiling. Tepung terigu berfungsi membentuk struktur mie, sumber protein dan karbohidrat. Kandungan protein utama tepung terigu yang berperan dalam pembuatan mie adalah gluten. Gluten dapat dibentuk dari gliadin (prolamin dalam gandum) dan glutenin. Protein dalam tepung terigu untuk pembuatan mie harus dalam jumlah yang cukup tinggi supaya mie menjadi elastis dan tahan terhadap penarikan sewaktu proses produksinya. Bahan-bahan lain yang digunakan antara lain air, garam, bahan pengembang, zat warna, bumbu dan telur. Tepung terigu diperoleh dari PT. Bogasari.

b. AirAir berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dan karbohidrat, melarutkan garam, dan membentuk sifat kenyal gluten.Pati dan gluten akan mengembang dengan adanya air. Air yang digunakan sebaiknya memiliki pH antara 6 9, hal ini disebabkan absorpsi air makin meningkat dengan naiknya pH. Makin banyak air yang diserap, mie menjadi tidak mudah patah. Jumlah air yang optimum membentuk pasta yang baik.

c. GaramGaram berperan dalam memberi rasa,memperkuat tekstur mie, meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas mie serta mengikat air. Garam dapat menghambat aktivitas enzim protease dan amilase sehingga pasta tidak bersifat lengket dan tidak mengembang secara berlebihan.

d. Putih telurPutih telur akan menghasilkan suatu lapisan yang tipis dan kuat pada permukaan mie. Lapisan tersebut cukup efektif untuk mencegah penyerapan sewaktu digoreng dan kekeruhan saus mie sewaktu pemasakan.

e. LesitinLesitin pada kuning telur merupakan pengemulsi yang baik, dapat mempercepat hidrasi air pada terigu, dan bersifat mengembangkan adonan.

f. Bahan tambahanBahan tambahan yang digunakan pada bumbu : Garam gula penguat rasa bubuk bawang putih bawang merah ekstrak ragi perasa merica agen anti pengembangProduksi bumbu beserta kecap dan sambal tidak dilakukan di pabrik Cibitung, namun berasal dari pabrik yang terletak di Cikampek.

2.2.2 Pemilihan bahan makanan

PT. Indofood CBP Sukses Makmur TBK bekerja sama dengan beberapa pemasok (supplier) yang ditunjuk untuk pengadaan bahan baku (raw material) dan bahan pendukung lainnya.

2.2.3Penyimpanan bahan makananMie yang telah terbungkus rapi ditransfer ke salah satu bagian pabrik kemudian kardus yang berisi mie ini disusun diatas mesin bermotor pengangkut barang dengan menggunakan tenaga manusia yang selanjutnya dibawa ke bagian gudang sirkulasi yang teratur.Sistem penyimpanan dan pengeluaran menggunakan metode First In First Out (FIFO) dimana barang yang terlebih dahulu masuk ke gudang penyimpanan yang akan didahulukan untuk dipasarkan.

2.2.4 Teknik Pengolahan yang digunakan

Ada tiga tahap penting dalam pengolahan mie instan sampai siap dipasarkan. Tahap yang pertama yaitu tahap pendahuluan, tahap pembuatan, dan tahap terakhir adalah penyimpanan.

a. Tahap pendahuluanMelakukanquality controlyaitu dengan melakukan seleksi bahan-bahan agar sesuai standar yang diinginkan, misalnya terigu. Tujuan dari proses ini adalah agar produk yang dihasilkan berkualitas dan tahan lama. Bahan yang tidak memenuhi standar dikembalikan pada pihak produsen bahan.

b. Tahap PembuatanTahap kedua dalam proses produksi adalah pembuatan mie. Tahapan ini terbagi menjadi beberapa proses, yaitu:

Mixing Proses mixing adalah proses awal pada pengolahan mie. Pada tahap ini tepung terigu yang sudah berada di alat mixer dicampurkan dengan air dan bahan tambahan (larutan alkali yang sudah dibuat sesuai dengan jenis mie yang akan diproduksi) agar menjadi suatu adonan. Air yang dicampurkan harus sesuai dengan kadar air sebesar 32% sampai dengan 34%, sehingga adonan tidak terlalu lembek atau terlalu keras. Proses pencampuran ini berlangsung kurang lebih selama 15 menit dengan suhu 35oC. Pada proses ini pemeriksaan yang harus dilakukan adalah pengamatan terhadap cemaran, jumlah alkali yang ditambahkan, dan jumlah penambahan air serta kadar air pada adonan. Kadar air yang masih terkandung dalam proses mixing sebesar 60%.

Tiap 250 kg bahan adonan dapat menghasilkan + 4000 bungkus, sedangkan proses produksi tiap jamnya menghasilkan + 42.000 bungkus.

Penggilingan

Proses ini membentuk adonan menjadi tipis. Selain adonan menjadi homogen, campuran tersebut masuk ke dalam mesin pengepres adonan. Di dalam mesin pengepres, adonan melalui beberapa roll press. Adonan akan mengalami peregangan pada saat dipress dan terjadi relaksasi pada saat keluar dari roll press. Hal ini terjadi beberapa kali pada saat melalui roll press sehingga terbentuk lembaran yang lembut, homogen, elastik, dan tidak terputus dengan ketebalan tertentu. Penipisan adonan mie terdapat dalam tiga ukuran dengan ketebalan yang berbeda. Penipisan pertama adonan digiling dengan cukup tebal, penipisan kedua ukurannya sudah lebih tipis dari yang pertama, dan yang terakhirpenggilingan adonan dengan ukuran yang lebih tipis dari penipisan kedua dengan ketebalan sekitar 2 milimeter.Apabila terdapat adonan mie yang ukuran dan ketebalannya tidak sesuai, maka akan dilakukan reject dan dilakukan penghancuran adonan yang kemudian dijual kepada produsen pengolah makanan ternak. Rata-rata defect product dalam sehari-hari sebesar 2-3% (target ideal 0,3%). Slicing(pengirisan)

Penyisiran dan penggelombangan yaitu adonan mie yang sudah digiling tipis, diiris menjadi 8 bagian sesuai ukuran kemudian adonen mie dimasukkan ke mesin yang didalamnya terdapat alat seperti sisir yang membelah adonan menjadi bagian-bagian yang panjang dan bergelombang. Pengirisan dan penggelombangan adonan mie ketebalannya tidak selalu sama, tergantung pada setiap rasa mie instan yang dihasilkan.

Pengukusan

Adonan mie yang telah berbentuk panjang dan bergelombang digiring ke dalam mesin steambox (pengukusan). Proses pengukusan akan berlangsung selama dua menit dengan suhu pemanasan 65oC. Tujuannya adalah memasak mie mentah menjadi mie dengan sifat fisik padat. Dalam proses streaming ini akan terjadi proses gelatinisasi pati dan koagulasi gluten, yang menyebabkan gelombang mie bersifat tetap dan memiliki tekstur lembut, lunak, elastis, dan terlindungi dari penyerapan minyak yang terlalu banyak pada proses penggorengan atau frying. Cutting(pemotongan) dan pelipatan

Mie yang telah dikukus sebelumnya dipotong dengan ukuran panjang yang telah diatur kemudian mie dilipat dua sehingga berbentuk persegi panjang berlapis, selanjutnya mendistribusikannya ke mangkok penggorengan. Mie dipotong dengan menggunakan alat berupa pisau yang berputar. Frying(penggorengan)Mie ditransfer ke dalam mesin penggorengan tertutup yang berisi minyak goreng merk Bimoli dengan suhu + 130 derajat celcius. Proses ini menghasilkan limbah berupa sisa minyak yang kemudian akan dilakukan tindakan preventive maintenance setiap seminggu sekali untuk menjaga agar kadar lemak jenuh dalam minyak tersebut dapat terkendali. Tujuan dari proses penggorengan adalah untuk mengurangi kadar air dalam mie dan pemantapan pati tergelatinisasi. Kadar air setelah penggorengan adalah 4% sehingga mie menjadi matang, kaku dan awet. Cooling(pendinginan)

Proses dimana mie yang telah digoreng dengan suhu tinggi didinginkan menggunakan mesin pendingin. Tujuan proses pendinginan adalah untuk mendinginkan mie panas yang keluar dari proses penggorengan hingga diperoleh suhu 30oC sebelum mie dikemas. Dengan diperolehnya suhu mie yang rendah sebelum dikemas maka mie akan lebih awet untuk disimpan dalam etiket selama beberapa waktu dan menghindari penguapan air yang kemudian menempel pada permukaan bagian dalam etiket yang dapat menyebabkan timbulnya jamur. Lamanya proses pendinginan adalah kurang lebih dua menit. Limbah yang dihasilkan berupa limbah cair hasil proses pendinginan. WrappingdanPackingSetelah dilakukan proses cooling, mie akan diberi bumbu yang telah disediakan kemudian di wrapping dan packing. Wrapping merupakan pembungkusan mie dengan kemasan yang sesuai dengan mie yang telah dibuat dan kemudian diberi kode produksi dan tanggal kadaluarsa. Operator bumbu diwajibkan untuk membersihkan tangan dengan alkohol tiap 2 jam sekali agar bakteri tidak berkembang dan berguna untuk mengurangi kejenuhan pegawai.

Pada proses packing, mie yang telah terkemas dan diberi kode produksi ditumpuk pada karton kemasan sesuai jumlah yang telah ditentukan, kemudian mie diberi lakban. Tujuan dari pemberian karton kemasan adalah untuk melindungi produk dari kotoran, debu dan penggangu lainnya yang dapat menurunkan kualitas mie.

Proses pengemasan dan pengepakan dilakukan secara manual guna memenuhi anjuran pemerintah untuk menjalankan program padat karya dengan memberdayakan masyarakat sekitar pabrik.

Pada proses wrapping dan packing tiap line terdiri dari 2 operator pengisian bumbu, 1 petugas kontrol dan 1 checker.Secara sistematis alur proses produksi mie instant adalah sebagai berikut :

c. Tahap PenyimpananMie yang telah jadi kemudian disimpan dalam gudang sebelum dipasarkan. Tinggi tumpukan karton telah ditentukan maksimal 8 karton dan menggunakan manajemen hama terpadu dengan alas untuk menghindari kelembaban yang dapat merusak mie, bumbu maupun kecap dan sambal.

2.2.5 Proses distribusi

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk merupakan market leader yang memiliki jaringan distribusi mie instant yang terluas di Indonesia dan telah menembus sampai hampir ke setiap sudut kepulauan. Jumlah titik stok/stock point (gudang) semakin diperbanyak secara agresif sejak tahun 2005, sehingga mampu melakukan penetrasi pasar yang lebih luas melalui rantai suplai dan penghantaran. Gudang stok ditempatkan pada area-area yang memiliki outlet retail yang banyak, termasuk pasar tradisional, sehingga setiap gudang dapat melayani masing-masing area geografis dalam waktu yang sesingkat mungkin. Strategi dalam menghadapi persaingan industri makanan instant yang sering disebut dengan Stock Point ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kekosongan stok di pasaran yang dapat berakibat berpindahnya konsumen kepada produk mie instant lainnya.

Produk yang dihasilkan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk tidak hanya dipasarkan didalam negeri saja tetapi juga diekspor ke luar negeri, antara lain : ke kawasan ASEAN, Timur Tengah, Hongkong, Taiwan, Belanda, Inggris, Jerman, Australia, Amerika dengan kemasan yang disesuaikan dengan peraturan dan kondisi negara tersebut.

2.2.6 Catatan Tambahan

Kandungan MSG (Mono Sodium Glutamate) pada bumbu mie instant + 0,3 mg (standar max/hari = 6 gram), sedangkan pada mie tidak terkandung MSG. Tidak terkandung bahan pengawet pada bumbu, kecap, sambal maupun mie instant. Bahan-bahan tersebut dapat bertahan lama/awet selama + 8 bulan karena melalui penyempurnaan pada pada proses produksinya dengan suhu panas tertentu sehingga bakteri sulit berkembang.

Bahan pewarna menggunakan Tartrazine CL 19140 yang aman (food grade). Mie tidak mengandung lapisan lilin. Buih putih yang sering muncul pada proses pemasakan terjadi akibat proses pengeringan mie yang menggunakan minyak goreng pada suhu tertentu. Cup kemasan untuk produk Pop Mie menggunakan Styrofoam expandable polysterin yang aman digunakan (food grade) Saran penyajian seperti yang tertera pada setiap kemasan.DAFTAR PUSTAKAHeizer, Jay. andRender, Barry. 2014.Operations Management Sustainability and Supply Chain Management, Global Edition, Pearson, England.Wallin, Cynthia., Rungtusanatham, M. Johnny. and Rabinovich, Elliot. What is the right inventory management approach for a purchased item?,International Journal of Operations and Production Management. Vol. 26, No. 1, pp 50-68.