Compile Dry Socket
-
Upload
danielgunawan92 -
Category
Documents
-
view
9 -
download
0
description
Transcript of Compile Dry Socket
-
Dry Socket
DEFINISI
Dry socket merupakan salah suatu komplikasi pasca ekstrasi atau pencabutan
gigi permanen yang sering ditemukan dimana terjadi infeksi pada saat proses
penyembuhan luka operasi. Dry socket bisa disebut juga sebagai alveolar osteitis.
Blum (2002) mendefinisikan dry socket sebagai nyeri paska operasi yang terjadi di
bagian dalam dan sekitar luka ekstraksi yang dapat memburuk dari waktu ke waktu
antara hari pertama dan ketiga setelah operasi.
Setelah pencabutan gigi, proses normal yang terjadi adalah terbentuknya
bekuan darah di tempat pencabutan, di mana bekuan ini terbentuk oleh jaringan
granulasi, dan akhirnya terjadi pembentukan tulang secara perlahan-lahan. Bila
bekuan darah ini rusak, maka pemulihan akan terhambat dan menyebabkan sindroma
klinis yang disebut dry socket atau alveolar osteitis. Dinamakan dry socket karena
ketika dibersikan dari debris-debris dan bekuan darah lubang bekas pencabutan gigi
akan tampak kering. Kondisi ini terjadi sekitar 0,5-5% pada ekstrasi gigi yang rutin
dilakukan dan 25-30% pada ekstrasi gigi molar 3 mandibula yang mengalami
impaksi.
Dry socket ini terjadi karena adanya perubahan plasminogen menjadi plasmin
yang menyebabkan fibrinolisis pada bekuan darah di soket bekas pencabutan. Ini
adalah sakit pasca operasi pada atau di sekitar soket gigi yang dapat meningkat tiap
waktu antara hari pertama dan hari ketiga setelah pencabutan yang ditandai dengan
hilangnya bekuan darah pada soket alveolar serta dengan atau tanpa halitosis.
Gambar 1 Dry socket post ekstraksi gigi
-
ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI
Terdapat beberapa faktor baik lokal maupun sitemik yang berperan dalam terjadinya
dry socket, antara lain:
a. Trauma bedah dan kesulitan dalam bedah
Hal ini karena lebih banyak pembebasan second direct tissue activator pada
inflamasi bone marrow yang dapat terjadi jika pencabutan gigi lebih sulit dan
traumatik. Pencabutan gigi secara bedah 10 kali lipat dapat meningkatkan
insidensi dry socket dibandingkan dengan pencabutan gigi secara non bedah.
b. Kurangnya pengalaman operator
Operator yang kurang berpengalaman dapat menyebabkan trauma yang lebih
besar selama pencabutan gigi, khususnya pencabutan gigi molar ketiga
mandibula secara bedah.
c. Molar ketiga mandibular
Dry socket lebih banyak ditemukan pada pencabutan gigi molar ketiga
mandibula. Hal ini berkaitan dengan kepadatan tulang yang meningkat,
vaskularisasi menurun dan berkurangnya kapasitas produksi jaringan granulasi
yang bertanggung jawab khusus pada daerah tersebut.
d. Penyakit sistemik
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa terdapat asosiasi antara penyakit
sistemik dengan dry socket. Pasien dengan immunocompromised atau diabetes
cenderung untuk mengalami dry socket karena mempengaruhi proses
penyembuhan luka.
e. Kontrasepsi oral
Penelitian membuktikan dry socket terjadi tiga kali lebih sering pada wanita yang
menggunakan obat kontrasepsi oral. Hal ini disebabkan oleh estrogen yang
berperan secara signifikan dalam proses fibrinolisis dengan meningkatkan
aktivitas plasma fibrinolitik. Estrogen dipercaya mengaktifkan sistem fibrinolitik
(meningkatkan faktor II, VII, VIII, X dan plasminogen) secara tidak langsung
dan kemudian menyebabkan peningkatan lisis bekuan darah.
f. Jenis kelamin
Dry socket paling banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki.
Penelitian telah membuktikan bahwa angka kejadian dry socket pada perempuan
lebih tinggi 4,1% dibandingkan pada laki-laki.
-
g. Merokok
Beberapa studi mengemukakan terdapat hubungan antara merokok dengan dry
socket. Merokok menurunkan aktivitas kemotaksis dan fagositosis oleh neutrofil
serta mengganggu produksi dari imunoglobulin. Nikotin yang merupakan zat
aktif dalam rokok diabsorbsi melalui mukosa oral mempunyai efek
meningkatkan agregasi platelet sehingga meningkarkan resiko trombosis
mikrovaskular dan iskemia perifer. Disamping itu proliferasi dari fibroblas dan
makrofag juga terhambat. Insidens dry socket pada perokok meningkat hingga
12% dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
h. Infeksi bakteri
Banyak studi yang mendukung bahwa infeksi bakteri merupakan faktor utama
terjadinya dry socket. Penelitian mengenai asosiasi antara Actinomyces viscosus
dan Streptococcus mutans pada dry socket menunjukkan penyembuhan luka yang
lambat dari daerah bekas pencabutan gigi setelah inokulasi mikroorganisme ini
pada model hewan. Terdapat aktivitas fibrinolitik pada kultur Treponema
denticola, yaitu mikroorganisme yang terdapat pada penyakit periodontal. Bakteri
yang umumnya berperan pada pembentukan dry socket antara lain Enterococcus,
Streptococcus viridans, Bacillus coryneform, Proteus vulgaris, Pseudomonas
aeruginosa, Citrobacter freundii, dan Escheria coli.
i. Irigasi yang berlebihan atau kuretase alveolus
Irigasi yang berlebihan secara berulang-ulang pada alveolus dapat mengganggu
pembentukan bekuan darah, sedangkan kuretase secara keras dapat melukai
tulang alveolar.
j. Umur
Semakin tua umur pasien, resiko untuk mengalami dry socket juga semakin
tinggi. Dikemukakan juga bahwa pengangkatan gigi molar ketiga mandibula
sebaiknya dilakukan sebelum umur 24 tahun.
k. Anestesi lokal dengan vasokonstriktor
Penggunaan obat obatan anestesi lokal dan vasokonstriktor dapat meningkatkan
insidensi dry socket. Obat vasokonstriktor menyebabkan iskemia sehingga suplai
darah berkurang dan akhirnya terjadi osteitis alveolar. Dikemukakan bahwa
frekuensi dry socket meningkat dengan anestesi infiltrasi.
l. Terdapat sisa fragmen tulang/akar pada luka
-
Fragmen sisa tulang atau akar dan debris dapat menyebabkan terganggunya
penyembuhan dan memiliki kontribusi dalam insidensi dry socket.
PATOGENESIS
Trauma dan infeksi adalah penyebab utama dari timbulnya dry socket. Orang
dengan kebersihan mulut yang buruk lebih beresiko mengalami dry socket paska
pencabutan gigi. Demikian juga pasien yang menderita gingivitis (radang gusi),
periodontitis (peradangan pada jaringan penyangga gusi), dan perikoronitis
(peradangan gusi di sekitar mahkota gigi molar tiga yang impaksi).Adanya trauma
dan infeksi menyebabkan timbulnya reaksi inflamasi pada sum-sum tulang dan akan
terjadi pelepasan tissue activator. Pelepasan ini akan menyebabkan terjadinya
perubahan plasminogen di dalam clot menjadi plasmin. Agen fibrinolitik ini akan
menghacurkan blood clot dan pada saat yang bersamaan, terjadi pelepasan kinin dari
kinogen, yang juga di dalam clot, sehingga akan menimbulkan terjadinya rasa sakit.
Gambar 2 Patogenesis Dry Socket
GAMBARAN KLINIS
Gejala dry socket adalah :
a. Rasa sakit
Pasien biasanya merasakan sakit pada hari ke 2 sampai dengan hari ke 5 setelah
pencabutan dengan keluhan sakit yang hebat pada daerah bekas pencabutan dan
rasa sakitnya dapat menjalar sampai ke telinga pada sisi yang sama atau bagian
-
yang lain dari wajah tetapi tidak dengan tanda-tanda gejala dari infeksi seperti
demam, pembengkakan dan erithema. Kadang-kadang dijumpai limfadenitis
regional, rasa sakit dirasakan berdenyut dan kadangkala juga rasa sakit tidak
hilang dengan obat-obatan analgesik.
b. Halitosis dan rasa tidak enak
Sisa-sisa makanan yang dapat menumpuk di dalam socket dapat menghasilkan
rasa yang tidak enak dan halitosis.
Secara keseluruhan, gejala timbul pada hari ke 3 sampai dengan hari ke 5
setelah pencabutan gigi dan apabila tidak ditangani gejalanya akan berlanjut sampai
dengan hari ke 7 atau sampai hari ke 14. Tanda klinis yang dapat dilihat adalah bare
bone dan margin gingiva.
a. Bare bone
Pada pemeriksaan probe test dengan menggunakan sonde lurus, tanda yang
sangat khas sekali adalah rasa sakit sekali apabila sonde menyentuh bare
bone. Dimana awalnya terdapat gambaran bekuan darah yang berwarna abu
abu kehitaman dan ketika bekuan darahnya hilang akhirnya terdapat jaringan
granulasi dari bare bone yang berwarna kuning keabu-abuan.
Gambar 3 Probe Test
b. Margin Ginggiva
Biasanya margin ginggiva pada daerah sekitar soket agak bengkak dan
berwarna merah tua.
GAMBARAN RADIOLOGIS
Pada pemeriksaan radiologis, dry socket dilihat pada area kosong yang tampak
radiolucent pada daerah bekas ekstraksi gigi.
-
Gambar 4 Gambaran radiologis dry socket
TATALAKSANA
Tujuan perawatan dry socket adalah untuk mengurangi rasa sakit yang
dirasakan oleh pasien akibat proses penyembuhan yang tertunda. Penatalaksanaan dry
socket dapat dilakukan dengan irigasi, dressing, analgesik, dan intervensi
pembedahan.
Irigasi dilakukan untuk membersihkan debris-debris, sekuestra, dan bakteri pada
tulang di dry socket. Irigasi dilakukan dengan normal saline solution.
Dressing dilakukan bersamaan dengan intervensi pembedahan yang berguna
untuk melindungi daerah atau tulang yang terekspos akibat pembedahan.
Dressing harus diberikan bersamaan dengan antiseptik berupa eugenol guaiacol
atau zinc oxide. Keuntungan Zinc oxide / eugenol adalah selain dapat meredakan
rasa sakit, dapat juga merupakan antimikroba yang luas. Ini juga memproteksi
bare bone dari iritasi seperti sisa makanan, saliva dan mencegah sisa makanan
berkumpul di dalam soket. Dressing perlu untuk diganti setiap hari selama
beberapa hari dan kemudian berkurang frekuensinya.
Penggunaan analgesik adalah secara umum memiliki tujuan yang sama yaitu
meringankan rasa sakit. Analgesik yang digunakan bervariasi mulai dari obat anti
inflamasi non steroid (OAINS) hingga ke obat golongan narkotika seperti kodein.
Pembedahan juga berguna untuk mengangkat jaringan granulasi yang umumnya
menimbulkan nyeri pada periodontal. Proses yang termasuk dalam pembedahan
adalah anestesi, debridement mekanik, dan penutupan dengan menggunakan
metode flap.
-
PENCEGAHAN
Chlorhexidine
Chlorhexidine (CHX) merupakan antiseptik biguanide yang digunakan untuk
mengirigasi dan sebagai pencuci mulut sehingga menurunkan perkembangan
dan aktivitas bakteri.
Antibiotik
Obat-obatan antibiotik seperti Penisilin, Klindamisin, Eritromisin and
Metronidasol kerap kali digunakan sebagai obat pilihan dalam pengobatan dry
socket. Untuk obat topikal dapat digunakan antibiotik golongan Tetrasiklin.
Antifibrinolitik
Antifibrinolitik seperti asam traxanemik mencegah pembentukan enzim
fibrinolitik plasmin dari plasminogen prekursor oleh pengaktivasi
plasminogen.