COMPETITOR - ojs.unm.ac.id
Transcript of COMPETITOR - ojs.unm.ac.id
i
COMPETITORJURNAL PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
Terbit tiga kali setahun pada bulan Februari, Juni dan Oktober berisi artikel-artikel ilmiah yang menjelaskan danmeneliti seputar Ilmu Olahraga, Ilmu Kepelatihan, Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga, IlmuKesehatan dan Gizi. Artikel yang dimuat berupa analisis, kajian dan aplikasi teori, hasil penelitian, dan
pembahasan kepustakaan.
EDITOR IN CHIEFSahabuddin, Universitas Negeri Makassar, SINTA ID : 6709128, Indonesia
MANAGING EDITORMuslim Syaharuddin, Universitas Negeri Makassar, Indonesia
EDITORSAnak Agung Ngurah Putra Laksana, IKIP PGRI Bali, SINTA ID : 6685162, Indonesia
Apta Mylsidayu, Universitas Islam 45 Bekasi, SINTA ID : 6024387, IndonesiaAshar, Universitas Muhammadiyah Makassar, SINTA ID: 6041007, Indonesia
Awaluddin, Universitas Megarezky, SINTA ID : 199477, IndonesiaHendra Mashuri, Universitas Nusantara PGRI Kediri, SINTA ID : 5998845, Indonesia
Muhammad Ishak Naim, Universitas Negeri Makassar, IndonesiaNukhrawi Nawir, Universitas Negeri Makassar, SINTA ID : 6463299, Indonesia
Nurjamal, Universitas Mulawarman, SINTA ID : 6664292, IndonesiaNurussyariah, Universitas Negeri Makassar, SINTA ID : 6181955, Indonesia
Resty Gustiawati, Universitas Singaperbangsa Karawang, SINTA ID : 6115205, IndonesiaRuslan Abdul Gani, Universitas Singaperbangsa Karawang, SINTA ID : 6678438, Indonesia
Saharullah, Universitas Negeri Makassar, SINTA ID : 6644543, IndonesiaWahyuddin, Universitas Negeri Makassar, Indonesia
REVIEWER TEAMAndi Ihsan, Universitas Negeri Makassar, SINTA ID : 6095120, Indonesia
Benny Badaru, Universitas Negeri Makassar, SCOPUS ID: 57216510594, IndonesiaBujang, Universitas Islam 45 Bekasi, SINTA ID : 6162563, Indonesia
Firmansyah Dlis, Universitas Negeri Jakarta, SCOPUS ID: 57210597274, IndonesiaFredrik Alfrets Makadada, Universitas Negeri Manado, SINTA ID : 6033608, Indonesia
Hari Amirullah Rachman, Universitas Negeri Yogyakarta, SINTA ID : 6025445, IndonesiaHasmyati Hasmyati, Universitas Negeri Makassar, SCOPUS ID: 57202601362, Indonesia
Rahma Dewi, Universitas Negeri Medan, SCOPUS ID: 57208125242, IndonesiaRidwan Sinurat, Universitas Pasir Pangaraian, SINTA ID : 6107453, Indonesia
Saharuddin Ita, Universitas Cenderawasih, SCOPUS ID: 56624934600, IndonesiaSugiharto, Universitas Negeri Semarang, SCOPUS ID: 57204619272, Indonesia
Syahruddin, Universitas Negeri Makassar, SCOPUS ID: 57211493922, IndonesiaSukendro, Universitas Negeri Jambi, SINTA ID : 6678644, Indonesia
IT SUPPORT EDITORArman Fadillah, Universitas Negeri Makassar, Indonesia
Muhamad Ihsan Azhim, Universitas Negeri Makassar, IndonesiaMuhammad Qasash Hasyim, Universitas Negeri Makassar, Indonesia
SEKRETARIATJurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Fakultas Ilmu Keolahraga Universitas Negeri MakassarJl. Wijaya Kusuma Raya No.14, Kampus FIK UNM Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
Sahabuddin (Editor In Chief): 0821 9088 1339, Website: https://ojs.unm.ac.id/competitorEmail : [email protected]
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa Tim Publis penjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, berkat Rahmat
dan HidayahNya, Tim Publikasi COMPETITOR: Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga telah
menerbitkan Volume 12 Nomor 1, Februari 2020 sesuai yang diharapkan. Dengan terbitnya artikel-
artikel pada COMPETITOR: Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga ini diharapkan segala
penelitian dan pemikiran berkaitan/seputar Ilmu Olahraga, Ilmu Kepelatihan, Pengajaran Pendidikan
Jasmani dan Olahraga, Ilmu Kesehatan dan Gizi dapat terpublikasi dan dapat dimanfaatkan oleh
khalayak umum. Serta diharapkan menjadi media komunikasi ilmiah dan salah satu wadah untuk
mendesiminasikan berbagai hasil temuan ilmiah dan pemikiran baik diantara sesama anggota sivitas
akademika maupun kepada khalayak luas.
Pada kesempatan yang baik ini kami sampaikan ucapan terima kasih kepada para author yang
telah mempercayakan artikelnya untuk di publis, dan tak lupa pula kepada tim reviewer dan editor yang
telah membantu dalam merevisi dan mengedit artikel-artikel yang ingin di publis pada
COMPETITOR: Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga.
Makassar, 24 Februari 2020
Editor In Chief
iii
DAFTAR ISI
ARTICLES page:
PENGARUH LATIHAN FISIK TERHADAP PERUBAHAN KEKUATAN OTOT PEMAINFUTSAL CHERUBIM FCAco TangHendrikInosensius Gabriel Nining Wean
10.26858/com.v12i1.13531
1-6
PEMANFAATAN APLIKASI ANDROID COACH EYE UNTUK MENINGKATKAN HASILBELAJAR BIOMEKANIKADian PujiantoBayu InsanistyoSantun Sihombing
10.26858/com.v12i1.13523
7-13
PERBANDINGAN GAYA MENGAJAR KOMANDO DENGAN GAYA MENGAJAR DISKOVERITERHADAP HASIL BELAJAR SHOOTING DALAM PEMBELAJARAN BOLA BASKETHari Wibowo Sampurno
10.26858/com.v12i1.13525
14-20
METODE MENGAJAR DAN MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILANSERVIS FLATTENIS LAPANGAN(STUDI EKSPERIMEN PADA MAHASISWA FIK UNMMAKASSAR)Hasbunallah ASAhmad Rum Bismar
10.26858/com.v12i1.13526
21-28
ANALISISSIKAP FAIR PLAYPADA PERMAINAN FUTSALSMA SE-KOTA BINJAINurkadriRini AndrianiImam Aris Munandar Hutagaol
10.26858/com.v12i1.13527
29-34
HUBUNGAN KEMAMPUAN PASSING DENGAN KETEPATAN SHOOTING DALAMPEMBELAJARAN SEPAK BOLA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 CIKARANG UTARAQorry Armen GemaelFebi KurniawanDeden Akbar Izzuddin
10.26858/com.v12i1.13528
35-40
HUBUNGAN MEROKOK DAN HEMOGLOBIN TERHADAP DAYA TAHANSonang Rona
10.26858/com.v12i1.9133
41-47
EFEKTIFITAS METODE MENGAJAR KESELURUHAN DENGAN METODE MENGAJARBAGIAN PERBAGIAN TERHADAP HASIL BELAJAR MENGUMPAN (PASSING) KAKIBAGIAN DALAM PADA PERMAINAN FUTSAL MAHASISWA FIK UNMSudirmanAndi Mas Jaya
10.26858/com.v12i1.13530
48-57
1
COMPETITOR: Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga Volume 12 Nomor 1, Februari 2020 e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389 This work is licensed under a Creative Commons Attribution
4.0 International License
PENGARUH LATIHAN FISIK TERHADAP PERUBAHAN
KEKUATAN OTOT PEMAIN FUTSAL CHERUBIM FC
Aco Tang1, Hendrik2, Inosensius Gabriel Nining Wean3
Keywords :
Physical Exercise; Muscle Strength.
Corespondensi Author 1 Fisioterapi, Poltekkes
Kemenkes Makassar, [email protected] 2 Fisioterapi, Poltekkes Kemenkes Makassar,
[email protected] 3 Fisioterapi, Poltekkes
Kemenkes Makassar, [email protected]
Article History
Received: Desember 2019;
Reviewed: Januari 2020;
Accepted: Januari 2020;
Published: Februari 2020
ABSTRACT This study was quasy experimental involving treatment variables, namely physical exercise, while the response variable is muscle
strength. The study design was a pretest-post test two group design. The target population is the futsal player Cherubim Fc as many as 25 people, while the sample of this study is the futsal player
Cherubim Fc as many as 20 people, at the time of the study, with random sampling technique divided into 2 (two) groups, one
treatment group totaling 10 people and one control group of 10 people. This study uses leg dynamometer to measure muscle strength before and after intervention twice a week for 6 weeks. The
provision of physical exercise resulted in an increase in muscle strength of 36.25 ± 11.307 while in the control group an increase of 7.92 ± 9643. In the different influence test, it was found that the
value of p = 0,000 <0.05 which means that there were significant differences between the treatment and control groups. It is
recommended to coaches to provide physical training to increase the muscle strength of futsal players Cherubim Fc.
ABSTRAK Penelitian ini termasuk penelitian quasy eksperimen yang
melibatkan variabel perlakuan yaitu latihan fisik, sedangkan variabel respons adalah Kekuatan Otot. Desain penelitian adalah
pretest-post test two group design. Populasi target adalah pemain futsal Cherubim Fc sebanyak 25 orang, sedangkan Sampel penelitian ini adalah pemain futsal Cherubim Fc sebanyak 20
orang, pada saat penelitian berlangsung, dengan teknik sampling secara random sampling dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, satu kelompok perlakuan yang berjumlah 10 orang dan satu kelompok
kontrol yang berjumlah 10 orang. Penelitian ini menggunakan sit and reah test untuk mengukur Kekuatan Otot sebelum dan sesudah
pemberian intervensi 2 kali seminggu selama 6 minggu. Pemberian latihan fisik menghasilkan peningkatan kekuatan otot sebesar 36,25± 11,307 sedangkan pada kelompok kontrol terjadi
peningkatan sebesar 7,92± 9,643. Pada Uji beda pengaruh didapatkan nilai beda nilai p = 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dan
kontrol. Disarankan kepada pelatih agar memberikan latihan fisik untuk meningkatkan kekuatan otot pemain futsal Cherubim Fc.
e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389
2
PENDAHULUAN Salah satu cabang olahraga yang
digemari di kalangan masyarakat saat ini adalah cabang olahraga futsal. Olahraga futsal
merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah berkembang di masyarakat luas, di
klub-klub, kantor-kantor, desa-desa, maupun di sekolah-sekolah. Di sekolah, olahraga futsal
digunakan sebagai pembelajaran di luar mata pelajaran atau disebut ekstrakurikuler (Halim, 2013). Olahraga futsal adalah olahraga dengan
lapangan tertutup dan menjadi salah satu olahraga yang paling banyak diminati dari
semua kalangan (Suryamen, 2016). Pemain
futsal harus memiliki kebugaran yang baik karena futsal adalah olahraga yang dimainkan
dengan waktu 2 x 20menit, sehingga untuk bias bertahan dalam permainan yang baik
diperlukan kebugaran fisik yang prima (Ninzar,
2018).
Salah satu unsur yang sangat penting untuk olahraga futsal adalah kondisi fisik
seorang pemain. Dengan adanya program berupa latihan kondisi fisik, maka pemain
dapat mempertahankan dan meningkatkan kebugaran jasmani sehingga berada dalam
kondisi yang prima untuk menghadapi pertandingan. Latihan kondisi fisik juga sangat
berpengaruh dalam tingkat prestasi pemain. Apabila kondisi fisik baik, maka akan ada
terjadi peningkatan kelenturan, kelincahan, kecepatan, daya tahan umum dan komponen
kondisi fisik lainnya . Untuk mempertahankan atau meningkatkan performa pemain, maka
perlu diberikan program latihan lain selain latihan teknik yang bertujuan meningkatkan
kebugaran pemain. Program latihan yang di maksud adalah latihan latihan fisik. Latihan fisik adalah satu bentuk latihan terpadu yang
didalamnya berisi latihan kebugaran, latihan fleksibilitas, latihan strength, latihan power,
dan latihan kelincahan. Latihan periode persiapan umum bertujuan meningkatkan
kebugaran fisik secara umum, termasuk kekuatan otot. Menurut Matthew et all, 2003,
resisten training dapat meningkatkan kekuatan otot.
Kekuatan otot adalah kemampuan atau potensi otot untuk menghasilkan suatu
ketegangan yang dinamis yaitu gerakan terhadap tahanan (resistant) atau menjadi
suatu beban yang statis yaitu menghasilkan suatu ketegangan tanpa gerakan juga kekuatan
otot dapat dideskripsikan sebagai potensi dari
otot yang mampu untuk melakukan kontraksi
yang maksimal. Kekuatan otot sangat diperlukan oleh
semua cabang Olahraga, termasuk futsl. Kekuatan otot yang paling dibutuhkan oleh
cabang olahraga futsal adalah adalah kekuatan otot tungkai, Kekuatan otot tungkai diukur
dengan menggunakan leg dynamometer yang bertujuan untuk melihat perkembangan
kekuatan otot pemain. Berdasarkan obesrvasi yang dilakukan di
Klub Futsal Cherubim, ada beberapa hal yang dikeluhkan oleh pelatih dan para pemain,
yaitu minimnya prestasi yang diraih oleh klub ini. Prestasinya tahun 2018 dalam adalah
hanya masuk 16 besar dari 32 tim yang berkompetisi di liga lokal. Harapan mereka,
timnya bisa masuk 10 besar. Hal lain yang dikeluhkan oleh pelatih adalah kurang kekuatan otot dari para pemain.
METODE PENELITIAN Penelitian merupakan penelitian quasi
eksperimen yaitu penelitian percobaan semu
yang menggunakan kelompok pembanding terhadap kelompok yang akan diteliti, dimana
terdapat 2 kelompok sampel yang akan diteliti untuk melihat perlakuan atau intervensi mana
yang lebih baik atau lebih efektif. Dikatakan semu karena beberapa faktor potensial yang
mempengaruhi kondisi sampel tidak dapat di kontrol sehingga dapat mempengaruhi hasil
terapi. Populasi target adalah pemain futsal Cherubim Fc sebanyak 25 orang. Sampel
penelitian ini adalah pemain futsal Cherubim Fc sebanyak 24 orang pada saat penelitian
berlangsung dengan menggunakan teknik purpossive sampling. Sampel dibagi dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol,
masing masing 12 orang. Sampel sebanyak 24 orang, yang berjenis kelamin laki-laki yang
dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan sebanyak 12 orang dengan
kelompok kontrol sebanyak 12 orang. Setelah seluruh data terkumpul dari hasil pengukuran
pada nyeri lutut, dilakukan pengolahan data melalui langkah-langkah berikut: (1)
pengelompokan data (tabulasi) yaitu mengelompokan data-data dalam bentuk
tabel-tabel dari data yang telah dikumpulkan, (2) menetapkan skala nilai untuk masing-
masing variabel, kemudian direkapitulasi. Dalam menganalisis data yang telah
diperoleh, maka peneliti menggunakan
Volume 12 Nomor 1, Februari 2020
3
beberapa uji statistik, antara lain: (1) Uji
Normalitas; Untuk menentukan bentuk uji statistik yang tepat, maka salah satu yang
perlu diketahui adalah apakah sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang
berdistribusi normal atau tidak normal, dan (2) Uji Hipotesis; Uji hipotesis digunakan untuk
menguji signifikansi nilai kekuatan otot sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan
pada kedua kelompok penelitian. Apabila data
berdistribusi normal, maka yang digunakan
adalah uji t berpasangan yang dilanjutkan dangan uji t independen. Sedangkan apabila
data tidak berdistribusi normal, maka yang digunakan adalah uji wilcoxon yang
dilanjutkan dangan uji Mann whitney.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. distribusi kekuatan otot pre test dan post test kelompok perlakuan
Kategori kekuatan
otot
Pre test Post Test
n % n %
Baik Sekali - - - -
Baik - - 1 8,3
Sedang 11 91,7 11 91,7
Kurang 1 8,3 - -
Kurang Sekali - - - -
Jumlah 12 100,0 12 100,0
Tabel 1. menunjukkan bahwa kekuatan
otot pre test terdapat 11 orang (91,7%) sedang, dan 1 orang (8,3%) kurang. Sedangkan pada
post test terdapat 1 orang (91,7%) baik dan 11
orang (91,7%) sedang.
Tabel 2. distribusi kekuatan otot pre test dan post test kelompok kontrol
Kategori kekuatan
otot
Pre test Post Test
n % n %
Baik Sekali - - - -
Baik - - - -
Sedang 12 100,0 12 100,0
Kurang - - - -
Kurang Sekali - - - -
Jumlah 12 100,0 12 100,0
Tabel 2. menunjukkan bahwa kekuatan otot pre test terdapat 12 orang (100,0%)
sedang. Sedangkan pada post test terdapat 12 orang (100,0%) sedang.
Tabel 3. Analisis nilai kekuatan otot pemain futsal sebelum dan sesudah
pemberian latihan fisik pada kelompok perlakuan
Kondisi Nilai Rerata Standar Deviasi n
Pre test 166,67 36,948 12
Post test 202,92 38,932
e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389
4
Tabel 3. memperlihatkan nilai rerata pre
test yaitu 166,67 dengan nilai minimum 100 dan maksimum 200. Nilai rerata post test
yaitu 202,92 dengan nilai minimum sebesar 150 dan maksimum 250. Perubahan nilai
rerata yang diperoleh menunjukkan adanya
peningkatan kekuatan otot setelah pemberian
latihan fisik. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian latihan fisik dapat menghasilkan
peningkatan kekuatan otot pada pemain Futsal.
Tabel 4. Analisis nilai kekuatan otot pemain futsal sebelum dan sesudah
pemberian latihan fisik pada kelompok kontrol
Kondisi Nilai Rerata Standar Deviasi n
Pre test 168,75 28,455 12
Post test 176,67 33,80
Tabel 4. memperlihatkan nilai rerata pre
test yaitu 168,75 dengan nilai minumum 130 dan nilai maksimum 200 sedangkan nilai
rerata post test yaitu 176,67 dengan nilai
minmum 135 dan nilai maksimim 230.
Perubahan nilai rerata yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan kekuatan
otot pada kelompok kontrol.
Tabel 5. Nilai kekuatan otot pemain futsal sebelum dan sesudah pemberian latihan fisik pada kelompok perlakuan
Kondisi n Mean Beda Rerata p
Pre test 12 168,75 36,25 0,002
Post test 12 176,67
Tabel 5. menunjukkan nilai beda rerata
diperoleh peningkatan kekuatan otot pre test yaitu 166,67 dengan nilai minimum 100 dan
maksimum 200. Nilai rerata post test yaitu 202,92 dengan nilai minimum sebesar 150 dan
maksimum 250, dengan nilai p = 0,000 < 0,05
yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna setelah nilai pre test dan post pada
kelompok perlakuan dengan peningkatan sebesar 36,25.
Tabel 6. Nilai kekuatan otot pemain futsal sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol
Kondisi n Mean Beda Rerata p
Pre test 12 168,75 7,92 0,006
Post test 12 176,67
Tabel 6. menunjukkan nilai beda rerata diperoleh peningkatan kekuatan otot sebesar
7,92 dengan pre test sebesar 168,75 dengan nilai minumum 130 dan nilai maksimum 200
sedangkan post test sebesar 176,67 dengan
nilai minimum 135 dan nilai maksimum 230. Adapun nilai p = 0,006 < 0,05 yang berarti
bahwa ada perbedaan yang bermakna setelah nilai pre test dan post pada kelompok kontrol
dengan peningkatan sebesar 7,92.
Tabel 7. Nilai kekuatan otot setelah perlakuan antar kelompok
Kondisi n Mean z p
Peningkatan Kelompok
Perlakuan 12 36,25
-3,913 0,000 Peningkatan Kelompok Kontrol 12 7,92
Volume 12 Nomor 1, Februari 2020
5
Tabel 7. menunjukkan p = 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan pengaruh
yang bermakna antara kedua kelompok dimana kelompok perlakuan lebih baik
dibandingkan kelompok kontrol. Kelompok perlakuan mengalami peningkatan sebesar
36,25 dengan nilai minimum 15 dan nilai maksimum, sendangkan kelompok kontrol
mengalami peningkatan sebesar 7,92 , ini berarti ada pengaruh latihan fisik terhadap
peningkatan kekuatan otot.
Pembahasan Kekuatan otot merupakan kemampuan
seseorang untuk dapat mengubah arah dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak
tanpa kehilangan keseimbangan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan latihan
fisik dalam melatih kekuatan otot pemain Futsal Cherubim Fc Makassar.
Berdasarkan hasil hasil Uji beda pengaruh, didapatkan hasil p = 0.000, dimana
p < 0.05. berarti ada pengaruh pemberian latihan fisik latihan fisik terhadap perubahan
kekuatan otot pemain Futsal. Penelitian ini relevan dengan hasil penelitian Winartha,
Kanca, Sudarmada, and Or (2015) yang menyatakan side jump traning berpengaruh
terhadap kekuatan, kecepatan dan kelincahan pada Siswa Peserta Ekstrakurikuler Pencak Silat SMA Negeri 1 Abiansemal.
Kekuatan otot dipengaruhi oleh banyak faktor seperti hipertrofi, rekruitmen motor
unit, rate coding, jumlah sinkronisasi motor unit, siklus stretch shortening, derajat
neuromuscular inhibisi dan type serabut hipertrofi. Khususnya otot skeletal, program
latihan dapat menyebabkan hipertrofi. Kebanyakan hipertrofi ini lebih disebabkan
oleh peningkatan diameter serat otot daripada oleh peningkatan jumlah serat, tetapi hal ini
tidak semuanya benar karena beberapa serat otot yang sangat membesar diyakini di
tengah, di seluruh panjang otot untuk membentuk serat-serat yang seluruhnya baru,
sehingga sedikit meningkatkan jumlah seratnya (Guyton and Hall, 2015).
Perubahan yang terjadi di dalam serat otot yang hipertrofi itu sendiri meliputi: (1)
peningkatan jumlah myofibril, sebanding dengan derajat hipertrofi; (2) peningkatan
komponen sistem metabolisme fosfagen, termasuk ATP dan fosfokreatin sebanyak 60
sampai 80 persen; (4) peningkatan cadangan glikogen sebanyak 50 persen. Akibat semua
perubahan ini, kemampuan sistem metabolik aerobik dan anaerobik meningkat, terutama
meningkatkan kecepatan oksidasi maksimum dan efisiensi sistem metabolisme oksidatif
sebanyak 45 persen (Guyton and Hall, 2015). Ukuran dasar otot seseorang terutama
ditentukan oleh hereditas ditambah kadar sekresi testosteron, yang pada pria, akan
menyebabkan otot yang lebih besar daripada wanita. Akan tetapi, dengan latihan, otot
dapat mengalami hipertrofi, mungkin tambahan sebanyak 30 sampai 60 persen.
Kebanyakan hipertrofi ini lebih disebabkan oleh peningkatan diameter serat otot daripada
oleh peningkatan jumlah serat, tetapi hal ini tidak semuanya benar karena beberapa serat otot yang sangat membesar diyakini di
tengah, di seluruh panjang otot untuk membentuk serat-serat yang seluruhnya baru,
sehingga sedikit meningkatkan jumlah seratnya (Guyton and Hall, 2015).
Peningkatan area cross sectional berkontribusi terhadap peningkatan hipertrofi otot terlihat
dalam respon terhadap resisten training. Peningkatan area cross sectional pada otot
meningkatkan jumlah elemen kontraktil dan meningkatkan kemampuan membangkitkan
tenaga. Serabut otot tipe II menunjukkan plastisitas, yang ditandai dengan peningkatan
hipertrofi yang lebih cepat dalam respon terhadap training dan atrofi yang lebih cepat
dalam respon terhadap detraining dari tipe serabut ini (Bompa & Buzzichelli, 2015).
Kekuatan dari sebuah otot ditentukan terutama oleh ukurannya, dengan suatu daya
kontraktilitas maksimum antara 3 dan 4 kg/cm2 dari satu daerah potongan melintang
otot. Jadi, manusia yang mempunyai jumlah testosteron normal akan memiliki pembesaran
otot yang sesuai, sehingga lebih kuat daripada orang yang tidak mendapat keuntungan yang
diberikan oleh testosteron. Juga, atlet yang telah membesarkan ototnya melalui suatu
program latihan kerja akan memiliki kekuatan otot yang bertambah (Guyton and Hall,
2015). Perubahan ukuran serat terutama akibat
peningkatan sintesis protein filamen myosin dan aktin, yang memungkinkan peluang
interaksi untuk cross-bridge yang lebih besar dan dengan demikian meningkatkan kekuatan
otot. Telah dilaporkan bahwa diameter otot
e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389
6
rangka meningkatkan sekitar 30% sebagai
akibat dari resisten training (hipertrofi), saat otot bekerja menunjukkan peningkatan 46%
pada jumlah nukleus dalam dalam serat otot (McArdle et al., 2001 dalam John Gormley
2005). Hal ini juga sejalan degan penelitian Tacito (2011) menyimpulkan bahwa latihan
beban dengan creatin suplemen dapat meningkatkan kekuatan otot, power dan
hipertrofi otot. Selain faktor hipertrofi, kekuatan juga
di pengaruhi oleh inhibisi neuromuskular. Inhibisi neural dapat terjadi sebagai hasil dari
umpan balik neural dari berbagai reseptor otot dan sendi yang dapat mengurangi produksi
tenaga. Misalnya, inhibisi terjadi pada golgi tendo organs yang bekerja sebagai mekanisme
proteksi, mencegah harmfull tenaga otot selama usaha maksimal atau hampir maksimal. Jika pola aktivasi neural ini
dikurangi, disinhibisi dapat terjadi dan kemampuan menghasilkan kekuatan
meningkat, dukungan terhadap pendapat ini dapat dilihat pada penelitian Aagard dan
kolega (Bompa & Buzzichelli, 2015) Dimana setelah latihan berat selama 4 minggu, dapat
menurunkan respon inhibisi neuromuscular. Hasil penurunan inhibisi neuromuscular
dapat dijelaskan sebagai peningkatan kemampuan menghasilkan kekuatan sebagai
hasil dari dari training.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Ada Pengaruh pemberian latihan fisik terhadap perubahan kekuatan otot pemain
Futsal Cherubim Fc dengan nilai p=0,000 atau <0,05.
2. Kekuatan otot pemain Futsal Cherubim Fc pada kelompok perlakuan yaitu pre
test sebesar 166,67 dan nilai post test yaitu 202,92. Ini berarti terjadi peningkatan
kekuatan otot sebesar 36,25. 3. Kekuatan otot pemain Futsal Cherubim
Fc pada kelompok perlakuan yaitu pre test sebesar 168,75 dan nilai post test yaitu
176,67. Ini berarti terjadi peningkatan kekuatan otot sebesar 7,92.
DAFTAR RUJUKAN
Bompa, T., & Buzzichelli, C. (2015).
Periodization Training for Sports, 3E:
Human kinetics.
Guyton and Hall, J. E. (2015). textbook of medical physiology e-Book: Elsevier
Health Sciences.
Halim, S. R. (2013). Minat Siswi SMA Dr. Soetomo Surabaya pada Kegiatan
Ekstrakurikuler Futsal. Jurnal Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan, 1(1).
Ninzar, K. (2018). Tingkat Daya Tahan Aerobik (Vo2 Max) Pada Anggota Tim Futsal Siba
Semarang. e-Jurnal Mitra Pendidikan,
2(8), 738-749.
Suryamen, d. (2016). Pembangunan Sistem Informasi Geografis Lapangan Futsal Kota
Padang Berbasis Web. Jurnal Teknologi
dan Sistem Informasi, 2(1), 45-54. Winartha, I. P. G., Kanca, I. N., Sudarmada,
I. N., & Or, S. (2015). Pengaruh Pelatihan Side Jump Sprint Terhadap
Kecepatan Dan Kelincahan. Jurnal Ilmu
Keolahragaan Undiksha, 3(1).
7
COMPETITOR: Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga Volume 12 Nomor 1, Februari 2020 e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389 This work is licensed under a Creative Commons Attribution
4.0 International License
PEMANFAATAN APLIKASI ANDROID COACH EYE UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOMEKANIKA
Dian Pujianto1, Bayu Insanistyo2, Santun Sihombing3
Keywords :
Learning Outcomes; Biomechanics; Coach Eye.
Corespondensi Author 1 Pendidikan Jasmani,
Universitas Bengkulu [email protected] 2 Pendidikan Jasmani, Universitas Bengkulu
[email protected] 3Pendidikan Jasmani,
Universitas Bengkulu [email protected]
Article History
Received: Desember 2019;
Reviewed: Januari 2020;
Accepted: Januari 2020;
Published: Februari 2020
ABSTRACT
This study aims to improve the learning outcomes of biomechanics
courses that have low success rates. Based on this reason, improvements will be made in the lecture process, thereby increasing learning outcomes that can reach the minimum standard (KKM).
Success in lectures is the achievement of learning outcomes that achieve the minimum standard (KKM) value determined by the
study program. This type of research is a classroom action research study with students of physical education and recreation study programs that attend biomechanics lectures 40 students and
lecturers supporting biomechanics courses. The results showed that pre-cycle students were able to finish learning 15%, in cycle 1 50%,
and at the end of period 2 95%. Based on this fact, motion analysis based on the Android Coach Eye application based on biomechanics courses has improved the learning outcomes of FKIP
PJKR students at Bengkulu University.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar mata kuliah biomekanika yang selama ini memiliki tingkat keberhasilan
yang rendah. Berdasarkan alasan ini maka akan dilakukan perbaikan dalam proses perkuliahan, sehingga berdampak pada hasil belajar yang dapat mencapai KKM. Keberhasilan dalam
perkuliahan adalah dicapainya hasil belajar yang mencapai nilai KKM yang telah ditetapkan oleh program studi. Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan subyek penelitian mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi yang mengikuti perkuliahan biomekanika 40
mahasiswa dan dosen pengampu mata kuliah biomekanika. Hasil penelitian menunjukkan pada pra siklus mahasiswa yang mampu tuntas belajar 15%, pada siklus 1 50%, dan pada akhir siklus 2
95%. Berdasarkah fakta ini analisis gerak berbasis aplikasi android coach eye pada mata kuliah biomekanika telah meningkatkan hasil
belajar mahasiswa PJKR FKIP Universitas Bengkulu.
PENDAHULUAN Mata kuliah biomekanika merupakan
mata kuliah wajib program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Mata kuliah
ini mengkaji tentang mekanika gerak tubuh
manusia atau mengkaji bagaimana setiap segmen tubuh bergerak secara efektif dan
efisien. Mata kuliah ini menjadi sangat penting bagi mahasiswa program studi
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389
8
karena mahasiswa ketika sudah lulus dan
menjadi guru pendidikan jasmani harus menguasai tentang teknik gerak yang efektif
dan efisien. Begitu pentingnya mata kuliah ini maka setiap mahasiswa wajib lulus.
Mata kuliah ini menjadi mata kuliah dasar dan wajib pada prodi pendidikan
jasmani kesehatan dan rekreasi, sehingga mahasiswa wajib lulus dengan nilai minimal C
atau 2 dengan skala 1 sampai 4. Pada proses perkuliahan yang telah dilakukan pada
minggu pertama sampai ketiga telah diberikan materi analsisa gerak olahraga dengan
mempelajari tentang gerak menendang bola dan melempar bola. Setelah tiga minggu
perkuliahan maka dilakukan kuis untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa
terhadap materi yang ada dan ternyata ada 80 mahasiswa yang nilainya masih berada di nilai C dan di bawahnya, sehingga berdasarkan ini
perlu adanya perbaikan dalm perkuliahan. Perbaikan yang akan dilakukan dengan
penerapan media video dalam menganalisis gerak olahraga.
Media menurut Smaldino, Lowther, dan Russell ( 2011:7 ), menyatakan media sebagai
bentuk jamak dari medium (perantara), sebagai sarana komunikasi, media
digolongkan dalam enam kategori, yaitu; teks, audio, visual, video, modifikasi, dan manusia.
kemudian menurut Samsudin ( 2014 : 2), media merupakan setiap orang, bahan, alat,
atau suatu peristiwa yang dapat menciptakan suatu kondisi yang mampu memberikan
masukan kepada pembelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media merupakan alat
untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain, baik itu berupa perlatan elektronik,
peralatan gambar, atau manuisa sendiri sebagai penyampai informasi. Arsyad ( 2015 :
20 ) menyatakan bahwa media pembelajaran terdiri dari 5 bentuk, yaitu; (1) Media berbasis
manusia, (2) Media berbasis visual, (3) Media berbasis audio, (4) Media berbasis audio
visual, dan (5) Media berbasis komputer. Media berbasis manusia adalah media
yang paling tua digunakan. Manusia sebagai media dalam menyampaikan informasi.
Manusia sebagai model dalam menyampaikan sebuah materi ajar terutama pada sebuah
keterampilan olahraga atau manusia mendemonstrasikan keterampilan. Media
berbasis visual, media ini dapat berupa gambar
atau apapun yang berkaitan dengan cetakan.
Pada media ini siswa hanya mampu memahami materi melalui gambar yang
disediakan oleh pengajar. Media berbasis audio atau suara, media ini menyediakan
suara sebagai sumber informasi dalam proses pembelajaran pada siswa.
Media audio visual, media ini menyediakan suara dan gambar dalam
menayjikan informasi dalam proses belajar mengajar, sehingga sisiwa mampu secara
optimal menyerap informasi yang disediakan oleh pengajar. Media berbasis komputer,
media ini berkaitan dengan penggunaan komputer dalam menyampaikan informasi.
Seiring kemajuan jaman penggunaan komputer dengan jaringan internet yang
makin cepat maka penggunaan media komputer semakin menjadi sebuah tren dalam proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini
media yang digunakan adalah media video. Media video yang menyajikan tentang gerak
kecabangan olahraga, bagaimana teknik menendang bola dan menangkap bola serta
berbagai teknik lainnya, untuk dianalisis secara mekanika.
Bidang mekanika dalam olahraga ada dalam mat kuliah biomekanika. Biomekanika
merupakan mata kuliah wajib yang ada dalam program studi pendidikan jasmani, kesehatan,
dan rekreasi. Biomekanika merupakan disiplin ilmu gerak yang bertautan dengan disiplin
ilmu olahraga. “Biomechanics is the study of body movement and of the forces acting on the
musculoskeletal, used in sport analysing complex movement to improve efficiency and help avoid
injury”. Morc Coulson (2006:29). Biomekanika
merupakan ilmu yang mempelajari gerak
manusia dan gaya yang ada di dalamnya, digunakan dalam analisa olahraga atau dalam
gerak yang komplek untuk meningkatkan efisiensi gerak dan menghindari terjadinya
cedera.
David A. Winter (2009:1), “Biomechanics of the human movement can be defined as the interdiscipline that describe analyzes and asseses
human movement”. Pendapat ini menyatakan
bahwa biomekanika gerak tubuh manusia
diartikan sebagai interdisiplin ilmu yang menggambarkan, menganalisa, dan
mengevaluasi gerak manusia.. Kemudian Hamill dan Knuzets (2009:5) menyatakan
bahwa biomekanika dapat diartikan menjadi
dua (2); “first biomechanics is the application of the laws of mechanics to animate motion, second the
Volume 12 Nomor 1, Februari 2020
9
study of forces acting on and generated within a
body and effects of these forces on the material use
for the diagnosis, treatment or research purposes.”
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pertama biomekanika
merupakan aplikasi dari hukum mekanika untuk menganimasikan sebuag gerakan atau
gerak. Kedua biomekanika sebagai sebuah kajian yang mempelajari gaya dari gerak
tubuh secara umum, bagaimana gaya tersebut memberikan pengaruh dan dipengaruhi oleh
materi sekitar, dan digunakan untuk mendiagnosa, menguji. Hasil dari pengujian ini menjadi sebuah hasil belajar dari
mahasiswa dalam perkuliahan biomekanika. Hasil belajar merupakan hasil nilai yang
diperoleh siswa dari hasil evaluasi setelah melaksanakan proses pembelajaran. Menurut
Winkel (1997:28) meyatakan bahwa hasil belajar adalah bukti keberhasilan dan usaha
yang dilakukan dan merupakan kemampuan atau kecakapan yang diperoleh melalui
kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan yang dinyatakan dengan angka.
Suryabrata (1998:56) mengemukakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi
hasil belajar seseorang, yaitu: (1) faktor yang berasal dari luar diri si pelajar, yaitu faktor
sosial dan faktor non sosial, (2) faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, yaitu faktor
psikologis dan fisiologis. Hal ini sejalan dengan pendapat hasil belajar yang dicapai
siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu: faktor dari dalam siswa dan faktor yang
datang dari luar diri siswa atau lingkungan. Faktor dari dalam diri siswa terutama
menyangkut kemampuan yang dimiliki siswa. Berkaitan dengan faktor dari dalam diri siswa,
selain faktor kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi belajar, minat, perhatian, sikap,
kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi ekonomi, kondisi fisik dan psikis. Sedangkan faktor dari
luar atau lingkungan yang paling dominan
mempengaruhi hasil belajar adalah kualitas
pembelajaran. Hasil belajar ini jika dikaitkan dengan
hasil belajar mata kuliah Anatomi maka dapat ditunjukkan dengan perubahan tingkah laku
pada diri mahasiswa, dalam aspek kognitif. Perubahan itu terjadi setelah adanya proses
pembelajaran Anatomi yang dilaksanakan di lingkungan kampus yang diukur dengan
menggunakan alat ukur dalam bentuk tes tertulis. Dan hasil belajar itu dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu: faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa, dan faktor dari dalam diri
mahasiswa yang terdiri dari motivasi belajar, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar,
ketekunan, kondisi ekonomi, kondisi fisik dan psikis.
METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas. Karena akan memberikan sebuah perlakuan pada sebuah kelas yang memiliki
hambatan dalam sebuah proses pembelajaran, dan tindakan ini berupaya untuk memperbaiki
kondisi proses pembelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto
(2006:3) bahwa penelitian tindakan kelas merupakan sebuah pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam kelas secara
bersama. Menurut Suhardjono (2006:58) penelitian tindakan kelas adalah penelitian
tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki mutu praktik
pembelajaran. Dari kedua pendapat di atas jelas bahwa penelitian yang akan dilaksanakan
ini adalah penelitian tindakan kelas.
HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus Pertama
Berdasarkan hasil observasi kegiatan mahasiswa pada pra siklus diperoleh data
sebagai berikut;
Tabel 1. Hasil Observasi Kegiatan Mahasiswa
No Kategori Frekuensi Prosentase
1 Baik Sekali (A) 2 5
2 Baik (B) 4 10
3 Cukup (C) 12 30
4 Kurang (D) 20 50
5 Kurang Sekali (E) 2 5
Jumlah 40 100
e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389
10
Berdasarkan hasil observasi kegiatan mahasiswa yang terdapat pada tabel 1
diperoleh gambaran bahwa dalam proses perkuliahan masih terdapat mahasiswa
memperoleh nilai kurang sekali 2 mahasiswa. Mahasiswa yang meperoleh nilai kurang 20
mahasiswa, berarti ini menunjukkan bahwa proses perkuliahan belum sesuai dengan apa
yang diharapkan. Proses perkuliahan belum dapat
dioptimalkan karena masih banyak mahasiswa datang terlambat, sehingga sering mengganggu
teman-temannya yang telah ada dalam
ruangan. Berdasarkan permasalahan ini maka dosen dan teman sejawat berdiskusi untuk
mengatasi masalah ini. Hasil diskusi menyatakan untuk proses perkuliahan pada
siklus kedua mahasiswa diberikan batas waktu 15 menit untuk masuk setelah perkuliahan
dimulai, jika lebih dari 15 menit maka mahasiswa dianggap tidak masuk. Setelah
mengamati proses perkuliahan, selanjutnya teman sejawat mengamati dosen sebagai
pengajar dengan lembar observasi yang telah disiapkan. Berikut ini hasil pengamatan pada
siklus pertama; Tabel 2.
Hasil Observasi Dosen
No Hal-Hal yang Diamati Ya Tidak
1. Ada SAP dan Silabus V
2. Dosen menyiapkan peralatan dan sarana perkuliahan V
3. Dosen mengabsensi mahasiswa V
4. Dosen membuka kuliah dengan berdoa V
5. Dosen memberikan apersepsi pada setiap awal pertemuan V
6. Dosen memberikan kegiatan kuis sebelum inti V
7. Dosen memeberikan masukan dan penguatan saat proses perkuliahan V
8. Dosen mampu memecahkan permasalahan yang muncul saat
perkuliahan berlangsung
V
9. Dosen menutup perkuliahan dengan evaluasi perkuliahan dan berdoa. V
Jumlah 7
Berdasarkan hasil pengamatan teman sejawat ketika dosen memberikan proses
perkuliahan diperoleh gambaran bahwa dari 9 item pengamatan dosen telah melaksanakan 7
item pengamatan. Ada 2 item pengamatan yang belum dilaksanakan, yaitu pemberian
kuis pada mahasiswa dan evaluasi setelah perkuliahan. Dari hasil pengamatan teman
sejawat, item pemberian kuis belum dilaksanakan karena kelengkapan mahasiswa
ketika kuliah masih 60 %. Untuk item dosen menutup dengan evaluasi belum terlaksana
karena materi kuliah yang padat, sehingga
sampai waktu telah selesai materi belum selesai dan dosen belum memiliki kesempatan
memberikan evaluasi. Observasi proses perkuliahan dan proses
dosen memberikan kuliah telah digambarkan, selanjutnya diakhir siklus pertama mahasiswa
diberikan tes pengetahuan untuk mengetahui ada tidak peningkatan pengetahuan
mahasiswa setelah diberikan materi dengan media video analisis gerak olahraga. Berikut
ini hasil tes yang telah dilaksanakan setelah siklus pertama selesai;
Tabel 3.
Nilai Kuis Siklus 1
No Nilai Frekuensi Prosentase
1 A 8 20
2 B 12 30
3 C 10 25
4 D 10 25
5 E 0 0
Jumlah 40 100
Volume 12 Nomor 1, Februari 2020
11
Berdasarkan tabel 3 diperoleh bahwa
masih ada 10 atau 25% mahasiswa yang memiliki nilai di bawah cukup. Jika di pra
siklus nilai di bawah cukup ada 55% setelah siklus 1 ternyata tinggal 25%, sehingga dari
gambaran ini dapat ditarik simpulan bahwa ada peningkatan prosentasi mahasiswa yang
telah mencapai nilai cukup pada mata kuliah
Biomekanika. Selanjutnya setelah siklus 1
selesai dilanjutkan dengan siklus 2.
Siklus Kedua Berdasarkan hasil observasi pada siklus 2
diperoleh data sebagai berikut;
Tabel 4.
Hasil Observasi Kegiatan Mahasiswa
No Kategori Frekuensi Prosentase
1 Baik Sekali 15 37,5
2 Baik 20 50
3 Cukup 5 12,5
4 Kurang 0 0
5 Kurang Sekali 0 0
Jumlah 40 100
Berdasarkan hasil observasi kegiatan
mahasiswa yang terdapat pada tabel 4 diperoleh gambaran bahwa dalam proses
perkuliahan telah terlaksana sesuai dengan harapan, mahasiswa yang terlambat telah
mengikuti peraturan yang telah disepakati. Sehingga mahasiswa 100% tidak terlambat
lagi. Proses kuliah telah berjalan kondusif sesuai apa yang diharapkan.
Proses perkuliahan telah dapat
dioptimalkan dengan pembuatan aturan yang telah disepakati bersama. Setelah mengamati
proses perkuliahan,selanjutnya teman sejawat mengamati dosen sebagai pengajar dengan
lembar observasi yang telah disiapkan. Berikut ini hasil pengamatan pada siklus 2 ;
Tabel 5. Hasil Observasi Dosen
No Hal-Hal yang Diamati Ya Tidak
1. Ada SAP dan Silabus V
2. Dosen menyiapkan peralatan dan sarana perkuliahan V
3. Dosen mengabsensi mahasiswa V
4. Dosen membuka kuliah dengan berdoa V
5. Dosen memberikan apersepsi pada setiap awal pertemuan V
6. Dosen memberikan kegiatan kuis sebelum inti V
7. Dosen memeberikan masukan dan penguatan saat proses perkuliahan V
8. Dosen mampu memecahkan permasalahan yang muncul saat
perkuliahan berlangsung
V
9. Dosen menutup perkuliahan dengan evaluasi perkuliahan dan berdoa. V
Jumlah 9
Berdasarkan hasil pengamatan teman sejawat ketika dosen melaksanakan proses
perkuliahan diperoleh gambaran bahwa dari 9 item pengamatan, dosen telah melaksanakan
semua item pengamatan. Observasi proses perkuliahan dan proses dosen memberikan
kuliah telah digambarkan pada tabel 5. Pada akhir siklus 2 mahasiswa diberikan
tes pengetahuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan prosentase kelulusan dari
siklus 1 ke siklus 2. Tes ini diberikan setelah
siklus 2 berakhir. Pada siklus 2 mahasiswa diberikan materi dengan media video analisis
gerak olahraga. Berdasarkan proses perkuliahan telah berjalan dengan kondusif
dan baik serta penyajian dosen yang telah baik juga, maka selanjutnya, apakah ada
peningkatan pengetahuan mahasiswa ketika proses telah berjalan dengan baik? Berikut ini
hasil tes yang telah dilaksanakan setelah siklus 2 selesai;
e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389
12
Tabel 6.
Nilai Kuis Siklus 2
No Nilai Frekuensi Prosentase
1 A 18 45
2 B 20 50
3 C 2 5
4 D 0 0
5 E 0 0
Jumlah 40 100
Berdasarkan tabel 6 diperoleh bahwa
masih ada 2 atau 5 % mahasiswa yang memiliki nilai cukup. 20 mahasiswa atau 50%
nilai baik, dan 18 mahasiswa atau 45% nilai baik sekali, dan tidak ada nilai di bawah
cukup. Sehingga dari gambaran ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa ada peningkatan prosentasi mahasiswa yang telah mencapai
nilai cukup pada mata kuliah biomekanika.
15
50
95
0
20
40
60
80
100
PraSiklus
Siklus 1 Siklus 2
Gambar 1.
Histogram Hasil Belajar
Berdasarkan gambar 1 menunjukkan peningkatan hasil belajar sebelum penelitian,
setelah siklus 1, dan setelah siklus 2. Pada pra siklus mahasiswa yang memperoleh nilai B ke
atas hanya ada 15 %. Pada akhir siklus 1 mahasiswa yang memperoleh nila B ke atas
meningkat menjadi 50 %, dan pada siklus 2 mahasiswa yang memperoleh nilai B ke atas
telah mencapai 95 % atau telah mencapai indikator keberhasilan dari penelitian ini.
Pembahasan Hasil penelitian telah menunjukkan
bahwa mahasiswa yang memperoleh nilai A dan B pada pra siklus ada 15%. Kemudian
pada akhir siklus 1 mahasiswa yang memperoleh nilai A dan B ada 50 % dan pada akhir siklus 2 mahasiswa yang memperoleh
nila A dan B ada 95 %. Peningkatan hasil belajar ini menjadi dampak dari makin
kondusifnya suasana perkuliahan yang dapat diamati melalui lembar kegiatan proses
perkuliahan. Perkuliahan sebelum dilakukan penelitian sering terjadi keterlambatan
mahasiswa maka setelah pemberian materi dengan media video analisis geak olahraga
dan dengan pembuatan aturan maka mahasiswa menjadi lebih tertarik dan
memperhatikan ketika proses kuliah berlangsung.
Media media video analisis gerak olahraga merupakan sebuah media yang
menyediakan suara dan gambar dalam menyampaikan informasi berupa gerak
olahraga. Jika pada sebelum penelitian dosen selalu menyampaikan materi dengan
menggunakan media gambar cenderung mahasiswa bosan. Maka pada proses
perkuliahan ini selain menggunakan media gambar, dosen juga menampilkan animasi
audio dan video dari gerak kecabangan olahraga yang sesungguhnya, sehingga
mahasiswa benar-benar melihat kondisi gerak kecabangan olahraga secara berulang,
13
bagaimana bentuk gerak lari, bagaimana
bentuk gerak memukul, bagaimana bentuk sebuah gerak yang kurang tepat saat
berolahraga dan masih banyak lagi. Media video olahraga baik yang di
download melalui youtube maupun aplikasi
Coach’ Eye telah memberikan warna
tersendiri dalam proses perkuliahan, mahasiswa menjadi lebih tertarik dan antusias
untuk memperhatikan setiap penjelasan dari media maupun penjelasan dari dosen. Media
video olahraga baik yang di download melalui
youtube maupun aplikasi Coach’ Eye
menggambarkan secara nyata gerak olahraga
pada manusia, dan bagaimana semua sistem gerak yang ada bekerja secara bersama-sama
secara sistematis. Media ini juga menjelaskan bagaimana bentuk kesalahan gerak secara
terperinci yang sering dilakukan oleh atlet pemula atau orang yang mulai berolahraga.
SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan Media video olahraga baik yang
di download melalui youtube maupun aplikasi
Coach’ Eye telah memberikan manfaat dalam
peningkatan hasil belajar pada mata kuliah Biomekanika pada materi analisis gerak
kecabangan olahraga. penggunaan media ini telah melengkapi dan menyempurnakan
penggunaan media gambar yang telah ada. Media ini mampu memberikan pemahaman
kepada mahasiswa lebih mendalam pada materi analisis gerak kecabangan olahraga.
Berdasarkan simpulan ini maka penggunaan
Media video olahraga baik yang di download
melalui youtube maupun aplikasi Coach’ Eye
dapat dianjurkan sebagai media tambahan
pada perkuliahan Biomekanika. Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas sehingga hasilnya hanya dapat berlaku pada kelas percobaan, akan tetapi
dengan hasil penelitian yang menunjukkan peningkatan hasil belajar Biomekanika maka,
dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut;
a. Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam pemilihan media perkuliahan.
b. Hasil penelitian ini dapat dipertimbangkan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya.
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian yang memiliki
kesamaan dengan kondisi pada subyek
penelitian
DAFTAR RUJUKAN Azhar Arsyad,(2015).Media Pembelajaran,
Raja Grafindo Persada : Depok.
Coulson, M. (2006). Dictionary of Sport and
Exercise Science. A&C Black : London.
David A. Winter. (2009). Biomechanics and
Motor Control of Human Movement.
Canada : John Williey and Sons.
David Hopkins (1993). Teachers Guide To
Claasroom Research. Open University
Press. Buckingham Philadelphia.
.Hamill, J, and Knutzen, KM. (2009).
Biomechanical Basis of Human Movement.
China : William & Wilkins.
McNiff J, Whithead J. (2006) All You Need To
Know About ActionResearch. London: Sage
Publication.
Metzler M.W. (2000) Intructional Model For
Physical Education. Booston: Allyn Bacon.
Peter R, Hilary B (2001). Hand Book of Action
Research Participative Inquiryand Practice.
Stage Publication. London.
Pujianto, D. (2017). The Differences of Intructional Media and Coordination in Learning Outcomes of Groundstrokes Tennis
on Novice Level Athletes. JIPES - Journal of Indonesian Physical Education and
Sport, 3(1), 19 - 25.
https://doi.org/10.21009/JIPES.031.03 Samsudin, (2014). Media Pembelajaran
Pendidikan Jasmani. Lintera : Jakarta.
Sharon E. Smaldino, Deborah L. Lowther,
James D. Russell, (2011)Intructional
Tecnology & Media for Learning. Pearson :
USA.
Suharsimi A, Suhardjono, Supardi.(2006).
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta.Bumi
Aksara.
Suryabrata, S. (1998). Psikologi Pendidikan.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Winkel, WS (1997). Psikologi Pendidikan dan
Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia
14
COMPETITOR: Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga Volume 12 Nomor 1, Februari 2020 e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389 This work is licensed under a Creative Commons Attribution
4.0 International License
PERBANDINGAN GAYA MENGAJAR KOMANDO DENGAN
GAYA MENGAJAR DISKOVERI TERHADAP HASIL BELAJAR
SHOOTING DALAM PEMBELAJARAN BOLA BASKET
Harry Wibowo Sampurno1
Keywords: The Style of Teaching Command; The Style of
Teaching Discovers; Learning Outcomes of Shooting
Corespondensi Author 1 STKIP Situs Banten, [email protected]
Article History
Received: Desember 2019;
Reviewed: Januari 2020;
Accepted: Januari 2020;
Published: Februari 2020
ABSTRACT The purpose of this study is to improve and improve the quality of shooting learning. The research hypothesis proposed is "the style of
teaching discovers greater influence compared to the command teaching style of learning outcomes of shooting in basketball
games". The research method used was an experimental method, with the research design using posttest only control group design. The study population was vocational student. Affordable
population is 205 class XI Pelita Bandung students, totaling 205 students. The sampling technique uses propotional randomized sampling technique. The research sample of 40 female students,
randomly and proportionally divided into two groups, namely group A and group B. Group A is students who are taught in the
command teaching style and group B is students who are taught in the style of discovers teaching. Based on the percentile value for the
ttable distribution at the significance level α = 0.05 with (n1 + n2 -2) = 38, the price of t (0.95) = 1.68, while the t-test results = 2.8. So
thus the value of t is greater than the table value then Ho is rejected.
It can be interpreted that the teaching style of cover (x ̅ = 10.05, s = 6.19) has a greater influence compared to the command teaching
style (x ̅ = 7.9, s = 4.87) on the learning outcomes of shooting a basketball .
ABSTRAK Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran shooting. Hipotesis penelitian yang diajukan
adalah ”gaya mengajar diskoveri lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan gaya mengajar komando terhadap hasil
belajar shooting dalam permainan bolabasket”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, dengan desain penelitian menggunakan posttest only control group design.
Populasi penelitian adalah siswa SMK. Populasi terjangkau adalah siswi kelas XI SMK Pelita Bandung yang berjumlah 205 orang siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik
propotional randomized sampling. Sampel penelitian sebanyak 40 orang siswa puteri, yang secara random dan proposional dibagi
menjadi dua kelompok yaitu kelompok A dan Kelompok B. Kelompok A adalah siswa yang diajar dengan gaya mengajar komando dan kelompok B adalah siswa yang diajar dengan gaya
mengajar diskoveri. Berdasarkan nilai persentil untuk distribusi
ttabel pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan (n1 + n2 -2) = 38,
Vol 12 No 1, Februari 2020
15
harga t (0,95) = 1,68, sedangkan thitung hasil pengujian = 2,8.
Maka dengan demikian nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel maka Ho ditolak. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa gaya mengajar
diskoveri (x ̅ = 10,05, s= 6,19) memberikan pengaruh lebih besar
dibandingkan dengan gaya mengajar komando ( x ̅ = 7,9 , s =
4,87) terhadap hasil belajar shooting bolabasket.
PENDAHULUAN Permainan bolabasket merupakan salah
satu cabang olahraga yang banyak dimainkan
oleh masyarakat, di samping olahraga lain seperti sepakbola dan bolavoli. Banyaknya
masyarakat yang bermain bolabasket di antaranya disebabkan oleh aturan
permainannya sederhana, bisa dimainkan oleh anak-anak, remaja, tua, muda, perempuan dan
lelaki, lapangannya tidak terlalu sulit, masal, dan mengandung unsur-unsur permainan.
Permainan bolabasket juga mengajarkan toleransi, sportifitas, fair play, mendidik,
kompetitif, menghibur dan menyehatkan melalui aktivitas fisik sehingga kebugaran
jasmani bisa ditingkatkan. Jon Oliver (2007: Vi) mengemukakan bahwa “olahraga bola
basket adalah olahraga yang menyenangkan, kompetitif, mendidik, menghibur, dan
menyehatkan.” Melalui permainan bolabasket, seluruh potensi dari seluruh aspek
yang diajarkan dalam permainan ini diyakini dapat berpotensi untuk dapat ditumbuh
kembangkan. Sampai batas-batas tertentu, apalagi jika kegiatan pembelajaran pendidikan
jasmani tersebut diintervensi oleh guru Penjas yang memiliki kompetensi sebagai tenaga
pendidik. Maka nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam permainan bolabasket
tersebut akan lebih dikembangkan lagi secara lebih luas. Sehingga Dengan keyakinan
terhadap nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam permainan bolabasket, maka tidak salah pada saat ini permainan
bolabasket menjadi salah satu cabang olahraga yang masuk ke dalam struktur kurikulum
pendidikan jasmani mulai dari SD, SMP, dan SMA, bahkan diajarkan di beberapa
perguruan tinggi, sehingga permainan bolabasket menjadi suatu kewajiban dalam
pembelajaran pendidikan jasmani. Dalam konteks permainan atau bermain,
tujuan bermain bolabasket adalah (1) memasukkan bola ke dalam keranjang lawan
dan (2) mencegah lawan untuk memasukkan
bola ke keranjang sendiri. Sesuai dengan
peraturan Perbasi (2006:1), yang menjelaskan bahwa bola basket adalah: Permainan yang
dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing terdiri dari lima orang pemain, tujuan dari tiap masing-masing regu adalah memasukkan bola
ke keranjang lawan dan berusaha mencegah regu lawan memasukkan bola.
Dengan demikian ada dua hal persoalan penting yang dapat menunjang keberhasilan
bermain bolabasket yaitu bagaimana agar dapat memasukkan bola ke dalam keranjang
lawan sebanyak-banyaknya dan bagaimana agar lawan tidak dapat memasukkan bola ke
keranjang sendiri. Memperhatikan konsep tujuan permainan
bolabasket maka teknik shooting merupakan keterampilan teknik yang inti untuk dipelajari.
Sehingga wajar jika dalam pembelajaran bolabasket keterampilan teknik shooting
dijadikan fokus utama pembelajaran. Bahkan jika dilihat dari motivasi siswa berlatih,
shooting merupakan salah satu keterampilan teknik yang paling digemari terutama oleh
siswa yang baru belajar bolabasket. Dengan demikian maka keterampilan teknik shooting
harus dipelajari seorang pemain bolabasket karena keterampilan shooting yang baik sering
menjadi penentu kemenangan dalam sebuah pertandingan. Seperti yang dijelaskan oleh Hal
Wissel (1939: 32) yang mengemukakan bahwa: Shooting is the most important skill
basketball. The fundamental skills of passing, driblling, defence, and rebaounding may
enable you get a high percentage shot, but you must still be able to make the shot. In fact,
good shooting can often overcome weaknesses in other fundamental skill.
Melalui berbagai teknik, metoda, dan strategi pembelajaran yang digunakan oleh
guru, keterampilan shooting harus menjadi fokus utama di dalam pembelajaran bolabasket dalam konteks pendidikan
Permasalahan yang nampak di dalam pembelajaran permainan bolabasket,
e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389
16
khususnya pembelajaran shooting di
antaranya sarana dan prasarana yang meliputi keterbatasan ring basket, ukuran ketinggian
ring basket, perbedaan secara genetika antara kekuatan putra dan putri dalam bermain
bolabasket. Kemudian kompetensi guru pendidikan jasmani terhadap penguasaan
pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran bolabasket.
Hampir di semua lapangan bolabasket yang ada, hanya terdapat dua buah ring
(basket) yang ada di belakang garis akhir lapangan permainan bolabasket, padahal
tujuan bermain adalah memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke ring lawan, seperti
halnya kebutuhan ring bolabasket untuk sesuatu pertandingan resmi, bukan untuk
pembelajaran. Jarang sekali ada lapangan bolabasket yang dilengkapi dengan jumlah ring basket yang memadai dengan jumlah
siswa. Ukuran ketinggian ring basket disesuaikan dengan karakteristik fisik anak,
misalnya tinggi rendahnya kedudukan ring basket. Seyogyanya dengan satu kelas yang
diasumsikan 40 siswa yang terdiri atas putera dan puteri, minimal harus terdapat 20 ring
untuk dapat menciptakan suasana pembelajaran shooting di sekolah dengan
sangat efektif. Di samping jumlah ring bolabasket yang kurang sesuai dengan rasio
jumlah siswa, juga ukuran ketinggian bolabasket yang kurang sesuai dengan
karakteristik siswa, terutama kekuatan siswa di SMP atau SMA/SMK sangat bervariasi,
apalagi terdapat putera dan puteri yang secara genetik berbeda. Masih banyak siswa puteri
yang tidak memiliki kekuatan untuk melakukan lemparan atau shooting setinggi
ring seperti halnya ring yang terdapat di peraturan bolabasket.
Berlatih Atau belajar memasukkan bola ke dalam keranjang harus merupakan fokus
utama dalam permainan bolabasket, namun faktanya masih banyak guru pendidikan
jasmani di Indonesia kurang memahami tujuan tersebut. Hal ini bisa dilihat bahwa
guru kurang memanfaatkan alokasi waktu yang disediakan ditambah dengan jumlah
siswa yang terlalu banyak, dan biasanya guru hanya memberikan bola kepada siswa,
kemudian membiarkan siswa bermain bolabasket dengan tidak ada konsep
pembelajarannya. Gaya mengajar yang dilakukan oleh guru
dalam praktik pendidikan jasmani cenderung
tradisional khususnya pembelajaran shooting.
Model dan metode-metode praktik dipusatkan pada guru (Teacher Centered) dimana pada
saat belajar shooting, kegiatan pembelajaran masih banyak yang berorientasi terhadap
penguasaan keterampilan teknik dengan melakukan latihan shooting dengan cara-cara
tertentu. Sementara dalam pembelajaran bolabasket memerlukan kreatifitas tentang
cara memasukkan bola ke dalam keranjang secara bervariasi. Latihan-latihan tersebut
hampir tidak pernah dilakukan oleh anak sesuai dengan inisiatif sendiri (Student
Centered). pada intinya model dan metode-metode praktik dipusatkan pada guru (Teacher
Centered) hanya pada penguasaan teknik dengan cara-cara shooting yang baku,
sementara model dan metode praktik yang terfokus pada siswa (Student Centered) lebih kepada mengembangkan daya pikir siswa
terhadap cara-cara memasukkan bola yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Shooting merupakan keterampilan gerak yang memiliki karakteristik dominan
keterampilan terbuka (open skill), keterampilan diskrit (discrete skil), dan
keterampilan kasar (groos skil). Dalam pelaksanaan permainan bolabasket yang
sebenarnya, keterampilan shooting banyak dipengaruhi oleh situasi dan kondisi saat
permainan berlangsung. Teknik dasar shooting yang baku kadang kala tidak dapat
dilaksanakan karena adanya lawan yang memblok, jarak dan sudut ketika ingin
melakukan shooting akan selalu berubah karena lawan yang menjaga, yang terpenting
dari keterampilan shooting dalam permainan bolabasket yang sebenarnya adalah bola
masuk ke dalam ring basket. hal ini sesuai dengan tujuan utama permainan bolabasket.
Gaya mengajar komando merupakan gaya mengajar yang berpusat pada guru.
Pembelajarannya menekankan pada keseragaman gerak, standar baku yang telah
ditentukan, dengan kaidah-kaidah anatomi gerak, biomekanika yang seragam. Jika
diterapkan pada pengajaran shooting yang memiliki karakteristik keterampilan tersebut
diatas, nampaknya kurang cocok dilaksanakan karena tidak sesuai dengan karakteristik
permainan bolabasket yang sebenarnya. Oleh karena itu, diduga dalam prakteknya siswa
akan terpaku pada suatu teknik standar yang baku yang telah diajarkan secara seragam.
Berbeda dengan gaya mengajar komando,
Volume 12 Nomor 1, Februari 2020
17
gaya mengajar diskoveri dapat membantu
siswa belajar membuat suatu kesimpulan terhadap suatu gerakan shooting dilakukan
pada saat situasi dan kondisi yang berubah-ubah. Hal ini sesuai dengan karakteristik
permainan bolabasket yang sebenarnya. Dengan penerapan gaya diskoveri, siswa
diberikan kebebasan sendiri untuk memutuskan kapan shooting dilakukan,
bagaimana teknik gerak shooting dilakukan (saat dijaga oleh lawan yang selalu berubah),
jarak dan sudut yang selalu berubah karena lawan yang menjaga. Memperhatikan situasi
dan kondisi diatas, penerapan gaya mengajar diskoveri dalam pengajaran shooting,
nampaknya cocok digunakan untuk melatih teknik shooting dalam situasi permainan
bolabasket yang sebenarnya. Gaya mengajar yang dilakukan oleh guru
dalam praktik pendidikan jasmani cenderung
tradisional khususnya pembelajaran shooting. Model dan metode-metode praktik dipusatkan
pada guru (Teacher Centered). Pada saat belajar shooting, kegiatan pembelajaran masih
banyak yang berorientasi terhadap penguasaan keterampilan teknik dengan melakukan
latihan shooting dengan cara-cara tertentu. Sementara dalam pembelajaran bolabasket
diperlukan kreativitas tentang cara memasukkan bola ke dalam keranjang secara
bervariasi. Latihan-latihan tersebut hampir tidak pernah dilakukan oleh anak sesuai
dengan inisiatif sendiri (Student Centered). Pada intinya model dan metode-metode
praktik dipusatkan pada guru (Teacher Centered) hanya pada penguasaan teknik
dengan cara-cara shooting yang baku, sementara model dan metode praktik yang
terfokus pada siswa (Student Centered) lebih kepada mengembangkan daya pikir siswa
terhadap cara-cara memasukkan bola yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
Guru pendidikan jasmani cenderung menekankan pada penguasaan keterampilan
cabang olahraga. Pendekatan yang dilakukan seperti halnya pendekatan pelatihan olahraga.
Dalam pendekatan ini, guru menentukan tugas-tugas ajarnya kepada siswa melalui
kegiatan fisik tak ubahnya seperti melatih suatu cabang olahraga. Kondisi seperti ini
mengakibatkan tidak optimalnya fungsi pengajaran shooting di sekolah, sehingga
mereka kurang mampu dalam melaksanakan profesinya secara kompeten. Mereka belum
berhasil melaksanakan tanggung jawabnya
untuk mendidik siswa secara sistematik
melalui pendidikan jasmani. Hal ini dipertegas oleh Cholik Mutohir (1983:19) bahwa
“tampak pendidikan jasmani belum berhasil mengembangkan kemampuan dan
keterampilan anak secara menyeluruh baik fisik, mental maupun intelektual.”
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis merumuskan masalah terhadap
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan yaitu
sebagai berikut : 1.Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara gaya mengajar komando
dengan gaya mengajar diskoveri terhadap hasil belajar shooting dalam pembelajaran bola
basket. penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya perbedaan hasil
belajar gaya mengajar komando dengan gaya mengajar diskoveri terhadap belajar shooting dalam pembelajaran bolabasket.
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode
eksperimen. Sugiyono (2012:80)
mengungkapkan bahwa Penelitian dengan metode eksperimen dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan (treatment)
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Sampel dalam penelitian
ini adalah siswi kelas XI SMK Pelita Bandung dengan jumlah sampel yang gunakan
sebanyak 40 siswi, yang didapat dari perhitungan 20 persen dari total populasi
penelitian sebanyak 205 siswa. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tes memasukkan bola ke dalam ringbasket (Nurhasan,2007:240). Tujuan dari tes ini yaitu untuk mengukur keterampilan (penguasaan)
teknik dasar shooting bolabasket. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Posttest
Only Control Group Design yaitu penelitian eksperimen yang membandingkan dua
kelompok yang diberi perlakuan yang berbeda, akhir dari eksperimen ini diberikan tes
shooting dengan menggunakan instrument yang sama. Kelompok pertama diberi
perlakukan keterampilan shooting dengan gaya mengajar komando dan kelompok kedua
diberi perlakuan keterampilan shooting dengan gaya mengajar diskoveri. Desain
penelitian dapat digambarkan dalam Matrik dibawah ini:
e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389
18
Gaya Mengajar
Hasil Belajar
Gaya Komando
Gaya Diskoveri
Hasil belajar Shooting X1 X2
Gambar 1. Desain Penelitian Posttest Only Control Group Design
(Campbell, D.T and Stanley J.C :1966:25)
Keterangan:
X1 adalah perlakuan melalui gaya mengajar komando. X2 adalah perlakuan melalui gaya mengajar diskoveri.
HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat
dideskripsikan seperti pada Tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1 Deskripsi data hasil penelitian
Kelompok A
Pembelajaran dengan gaya mengajar komando
Kelompok B
Pembelajaran dengan gaya mengajar Diskoveri
n = 20
1 = 7,9 sd1 = 4,87
n = 20
2 = 10,05 sd2 = 6,19
Keterangan: n = Jumlah Sampel
1 = Rata-Rata Sampel Kelompok A
2 = Rata-Rata Sampel Kelompok B sd1 = Standar Deviasi Kelompok A sd2 = Standar Deviasi Kelompok B
Tabel 2.
Hasil Pengujian Normalitas Liliefors Kedua Kelompok
Kelompok n Lhitung Ltabel kesimpulan
Pembelajaran dengan gaya mengajar Komando
20 0,916 0,190 Normal
Pembelajaran dengan gaya mengajar Diskoveri
20 0,807 0,190 Normal
Tabel 3.
Hasil Uji Bartlett Kedua Kelompok
Kelompok X2 X2 (1-α) (k-1) Kesimpulan
Gaya Mengajar Komando dan Gaya Mengajar Diskoveri
0,475 3,84 Homogen
Berdasarkan tabel nilai kritis L untuk
Liliefors pada taraf nyata α = 0,05 dapat
diketahui Ltabel kedua kelompok adalah 0,190. Nilai Lo dari kelompok pembelajaran
Volume 12 Nomor 1, Februari 2020
19
dengan gaya mengajar komando = 0,916 dan
Lo dari kelompok pembelajaran dengan gaya mengajar diskoveri = 0,807, maka dapat
dilihat pada matrik 4.2 nilai Lo kedua kelompok tersebut lebih kecil dari nilai
Ltabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel penelitian berasal dari populasi
yang berdistribusi normal. Berdasarkan tabel harga kritik Chi
Kuadrat pada taraf nyata α = 0,05 dapat diketahui Ftabel adalah 3,84 sedangkan Fhitung dari kelompok pembelajaran dengan
gaya komando dan gaya mengajar diskoveri adalah 0,475. Maka dapat dilihat dari matrik
4.3 nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen. Setelah diuji semua persyaratan analisis, dan
hasilnya memenuhi persyaratan, langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis
penelitian. Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata satu
pihak (pihak kanan) atau uji t (Sudjana,1992: 470). untuk distribusi ttabel pada taraf
signifikansi α = 0,05 dengan (n1 + n2 -2) = 38, harga t (0,95) dapat dketahui ttabel adalah 1,68, sedangkan thitung dari hasil pengujian
diperoleh nilai 2,8. Maka dapat dilihat pada matrik 4.4 nilai thitung lebih besar dari nilai
ttabel maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa kelompok yang
menggunakan pembelajaran gaya mengajar
diskoveri ( x ̅ = 10,05, s = 6,19) memberikan pengaruh lebih besar dibandingkan dengan
kelompok yang menggunakan pembelajaran
gaya mengajar komando ( x ̅ = 7,9 , s = 4,87) terhadap hasil belajar shooting bolabasket.
Hasil perhitungan pengolahan dan analisis seluruh data yang ada, maka hasilnya
memberikan jawaban bahwa Pembelajaran dengan menggunakan gaya mengajar
diskoveri dapat meningkatkan hasil belajar shooting bolabasket yang lebih besar
dibandingkan dengan pembelajaran dengan gaya mengajar komando. Atas dasar itu
disarankan untuk meningkatkan hasil belajar shooting siswi SMK dapat digunakan dalam
proses pembelajaran penjas., dan hal ini terlihat pada perbedaan dari perhitngan rata-
rata, simpangan baku, uji normalitas, uji homogenitas menunjukkan bahwa gaya mengajar diskoveri lebih besar daripada gaya
mengajar komando, serta berdasarkan perhitungan uji kesamaan dua rata-rata satu
pihak menunjukkan bahwa thitung lebih besar
dari nilai t tabel , maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa kelompok
yang menggunakan pembelajaran gaya
mengajar diskoveri ( x ̅ = 10,05, s = 6,19) memberikan pengaruh lebih besar
dibandingkan dengan kelompok yang menggunakan pembelajaran gaya mengajar
komando ( x ̅ = 7,9 , s = 4,87) terhadap hasil belajar shooting bolabasket.
Berdasarkan hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini, pembelajaran dengan gaya mengajar diskoveri memberikan
pengaruh yang lebih tinggi dibandingkan dengan gaya mengajar komando terhadap
hasil belajar shooting bolabasket. Berarti pembelajaran dengan gaya mengajar diskoveri memberikan pengaruh yang lebih efektif
terhadap hasil belajar shooting bolabasket pada siswi kelas XI SMK Pelita Bandung,
sehingga dapat dilihat dari penggunaan kedua gaya tersebut. Pada pembelajaran dengan
gaya mengajar diskoveri menuntut siswa belajar membuat suatu kesimpulan terhadap
suatu gerakan shooting dilakukan pada saat situasi dan kondisi yang berubah-ubah,
sehingga siswa diberi kebebasan sendiri untuk memutuskan kapan shooting dilakukan,
bagaimana teknik gerak shooting dilakukan (saat dijaga oleh lawan yang selalu berubah),
jarak dan sudut yang selalu berubah karena lawan yang menjaga. Oleh karena itu,
pembelajaran dengan gaya mengajar diskoveri ini dapat dijadikan sebagai acuan strategi
pembelajaran untuk menyempurnakan penampilan siswa dalam meningkatkan
keterampilan shooting dalam permainan bolabasket. Dengan demikian, pembelajaran
dengan gaya mengajar diskoveri memberikan kesempatan pada siswa untuk
mempraktikkan, dan mengembangkan performa siswa yang diperlukan berdasar
pada tujuan pembelajaran shooting itu sendiri.
Berbeda dengan gaya diskoveri, pembelajaran dengan gaya mengajar
komando cenderung menekankan pada perintah atau guru lebih memegang kendali
(otoriter) dalam menginstruksikan tugas gerak pada peserta didik. Dengan kata lain, seorang
guru akan memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan peserta didik dalam
pemberian informasi. Sehingga pembelajaran dengan gaya mengajar komando digunakan atas dasar bahwa seorang siswa akan dapat
e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389
20
lebih mengerti dan memahami apa yang
dipelajari dengan melihat dan menyaksikan contoh gerakan yang diperagakan atau
dipraktikkan secara langsung oleh guru. Dalam hal ini, siswa harus mengetahui
bagaimana gerakan yang harus dilakukan, karena guru hanyalah memberikan contoh-
contoh garis besarnya saja. Dengan demikian, hal tersebut dapat
membedakan bahwa pembelajaran gaya mengajar diskoveri lebih besar pengaruhnya
dibandingkan dengan gaya mengajar komando terhadap hasil belajar shooting
bolabasket. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya keseriusan sampel dalam
mengikuti proses pembelajaran, dan keterbatasn waktu dalam proses pembelajaran
serta faktor-faktor lain yang menyebabkan adanya hasil belajar dengan menggunakan gaya mengajar diskoveri dan gaya mengajar
komando seperti faktor psikologi, di antaranya tingkat ketegangan dan
kemampuan mengatasi tekanan dari dalam diri seperti kecemasan, ambisi, dan emosi
ketika melakukan pembelajaran dan tes shooting bolabasket, selain itu tingkat
kemampuan belajar dan pengalaman yang berbeda. Hasil penelitian ini pun dapat
menjelaskan bahwa pembelajaran gaya mengajar diskoveri dan gaya mengajar
komando merupakan suatu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar
shooting bolabasket pada siswi kelas XI SMK Pelita Bandung. Namun, peneliti
menganjurkan untuk menggunakan pembelajaran dengan gaya mengajar
diskoveri, karena pembelajaran dengan gaya mengajar diskoveri memberikan hasil yang
lebih besar dalam meningkatkan hasil belajar shooting bolabasket.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pengolahan dan
analisis data, maka dapat disimpulkan hasil penelitian ini adalah pembelajaran dengan
gaya mengajar Diskoveri (Kelompok B) memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan pembelajaran dengan
gaya mengajar komando (Kelompok A) terhadap hasil belajar shooting dalam
pembelajaran bolabasket di SMK Pelita Bandung. Dari hasil penelitian ini, untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran shooting di SMK, disarankan
untuk menggunakan pembelajaran dengan
gaya mengajar diskoveri.
Bagi para guru penjas serta pembaca pada umumnya, dalam proses pembelajaran
pendidikan jasmani terutama untuk meningkatkan hasil belajar shooting siswa,
sebaiknya diberikan gaya mengajar yang lebih sesuai dengan tuntunan dan tujuan
pembelajaran berdasarkan kurikulum. Salah satu gaya mengajar yang dapat digunakan
dalam penjas yang dapat dipilih adalah pembelajaran dengan gaya mengajar
diskoveri.
DAFTAR RUJUKAN Arikunto. Suharsimi. (2012). Prosedur Penelitan
Suatu Pendekatan Praktek. Bandung: Rineka
Cipta.
Campbell dan Stanley. (1992). Research Learning
Progrees. USA: Macmilan Publishing.
Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek
Psikologis dalam Coaching. Jakarta.
Juliantine, dkk. (2007). Teori Latihan. Bandung:
Depdiknas.
Kosasih, Danny. (2008). Fundamental Basketball
First Step to Win. Semarang: Karangturi
Media.
Muthohir, Cholik. (2007). Sport Development
Index. Jakarta: PT Indeks.
Nurhasan. (2008). Modul Mata Kuliah Statistik.
Bandung:FPOK UPI.
Oliver, Jon.(2004). Dasar- Dasar Basket. Jakarta:
Rineka cipta.
Sugiyono. (2012). Statistika untuk Penelitian.
Bandung: PT Alfabeta.
21
COMPETITOR: Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Volume 12 Nomor 1, Februari 2020 e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389 This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License
METODE MENGAJAR DAN MOTIVASI TERHADAP HASIL
BELAJAR KETERAMPILAN SERVIS FLAT TENIS LAPANGAN
(STUDI EKSPERIMEN PADA MAHASISWA FIK UNM MAKASSAR)
Hasbunallah AS1, Ahmad Rum Bismar2
Keywords :
Teaching Methods;
Motivation; flat Tennis
Service.
Corespondensi Author 1Pendidikan Jasmani
Kesehatan dan Rekreasi, Universitas Negeri Makassar.
[email protected] 2Pendidikan Kepelatihan
Olahraga, Universitas Negeri Makassar.
Article History
Received: Desember 2019;
Reviewed: Januari 2020;
Accepted: Januari 2020;
Published: Februari 2020
ABSTRACT The aim of this experimental study was to determine the effect of all teaching methods, part, mixed and motivation result learning
toward of flat service skill courts tennis. Learning motivation is divided into two parts, namely high andlow.This research was
conducted at Faculty of Sport Science State University of Macassar,the academic year 2014/2015. Experimental using factorial design method 2x3. The sample consisted of 60 students
were divided into 6 groups, each consisting of 10 students. Data analysis technique is a two-way analysis of variance (ANOVA)
followed by Tukey's test at a significance level of α = 0.05. The
results of this study indicate that ( (1) overall teaching methods higher effect of the part teacing methods on learning outcomes flat tennis service skills (2) overall teaching methods lower effect of the
part teacing methods on learning outcomes flat tennis service skills, (3) overall teaching methods lower effect of the part teacing methods on learning outcomes flat tennis service skills,(4) there is interaction
between the overall teaching methods, part teaching methods and combined teaching methods and learning motivation outcomes flat
tennis service skills,(5) overall teaching methods higher effect of the part teacing methods on learning outcomes flat tennis service skills using a high learning motivation, (6) overall teaching methods
lower effect of the part teacing methods on learning outcomes flat tennis service skills using a high learning motivation, (7) part teaching methods lower effect of the combined teacing methods on
learning outcomes flat tennis service skills using a high learning motivation, (8) overall teaching methods higher effect of the part
teacing methods on learning outcomes flat tennis service skills using a low learning motivation, (9) overall teaching methods lower effect of the part teacing methods on learning outcomes flat tennis service
skills using a low learning motivation, (10) part teaching methods lower effect of the combined teacing methods on learning outcomes
flat tennis service skills using a low learning motivation.
ABSTRAK Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode mengajar dan motivasi belajar terhadap hasil belajar servis
flat tenis lapangan. Motivasi belajar terbagi menjadi dua bagian yaitu tinggi dan rendah. Penelitian ini dilaksanakan di Fakultan Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Makassar Propinsi
Volume 12 Nomor 1, Februari 2020
22
Sulawesi Selatan, tahun akademik 2014/2015. Metode eksperimen
menggunakan desain faktorial 2x3. Sampel terdiri dari 60 mahasiswa dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing terdiri dari 10 mahasiswa. Teknik analisis data adalah dua-arah analisis
varians (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Tukey pada
tingkat signifikansi α = 0.05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1). Metode mengajar keseluruhan lebih tinggi pengaruhnya
dari metode mengajar bagian terhadap hasil belajar keterampilan servis flat tenis lapangan, (2) Metode mengajar keseluruhan lebih rendah pengaruhnya dari metode mengajar gabungan terhadap
hasil belajar keterampilan servis flat tenis lapangan, (3) Metode mengajar bagian lebih rendah pengaruhnya dari metode mengajar
gabungan terhadap hasil belajar keterampilan servis flat tenis lapangan, (4) Terdapat interaksi antara metode mengajar keseluruhan, metode mengajar bagian, metode mengajar gabungan
dan motivasi terhadap hasil belajar keterampilan servis flat tenis lapangan, (5) Metode mengajar keseluruhan lebih tinggi dari metode mengajar bagian terhadap hasil belajar keterampilan servis
flat tenis lapangan pada kelompok motivasi tinggi, (6) Metode mengajar keseluruhan lebih rendah dari metode mengajar
gabungan terhadap hasil belajar keterampilan servis flat tenis lapangan pada kelompok motivasi tinggi, (7) Metode mengajar bagian lebih rendah dari metode mengajar gabungan terhadap
hasil belajar keterampilan servis flat tenis lapangan pada kelompok motivasi tinggi, (8) Metode mengajar keseluruhan lebih tinggi dari metode mengajar bagian terhadap hasil belajar keterampilan servis
flat tenis lapangan pada kelompok motivasi rendah, (9) Metode mengajar keseluruhan lebih rendah dari metode mengajar
gabungan terhadap hasil belajar keterampilan servis flat tenis lapangan pada kelompok motivasi rendah, dan (10) Metode mengajar bagian lebih rendah dari metode mengajar gabungan
terhadap hasil belajar keterampilan servis flat tenis lapangan pada kelompok motivasi rendah.
PENDAHULUAN Pencapaian prestasi optimal dalam
bidang olahraga merupakan dambaan bagi setiap atlit, namun untuk mencapai hal
tersebut perlu perencanaan yang matang melalui suatu system pembinaan terpadu
sistematis dan berkesinambungan. Seiring dengan laju pembangunan bangsa yang
sedang berlangsung sampai sekarang ini, pembangunan bidang olahraga di Indonesia
diarahkan untuk mencapai cita-cita bangsa yaitu terbentuknya manusia Indonesia
seutuhnya yang sehat jasmani maupun rohani, serta terampil sehingga mampu
berprestasi dalam bidang olahraga guna mengangkat harkat, martabat dan derajat
bangsa. Perhatian pemerintah ditujukan kepada usaha penyebarluasan kegiatan
olahraga sebagaicara pembinaan kesehatan
jasmani dan rohani bagi setiap anggota
masyarakat. Mencermati hal tersebut, pemerintah telah mensyahkan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional,
bahwa system pembinaan olahraga harus dilakukan melalui 3 (tiga) pilar yaitu;
olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi.
Olahraga adalah bagian integrasi dari proses pendidikan yang merupakan arena
pedagogis dibidang gerak dan pengalaman gerak. Upaya untuk mencapai prestasi
olahraga dilakukan dalam bentuk latihan, pengajaran olahraga sebagai kegiatannya.
Latihan-latihan yang diberikan harus berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai
dan dinyatakan dengan perubahan tingkah laku yang bersifat menyeluruh. Keterampilan-
e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389
23
keterampilan tersebut hanya dapat dimiliki
melalui suatu proses belajar gerak. Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) adalah Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan bidang keolahragaan bagi calon guru pendidikan
jasmani dan lembaga pendidika non kependidikan di bidang olahraga. Lembaga
ini berperan sebagai pencetak tenaga kependidikan yang kompeten dan profesional
dalam bidang pendidikan jasmani dan pelatih olahraga untuk mencapai tujuan olahraga
yaitu berprestasi tinggi di bidang keolahragaan.
Dalam prestasi belajar maupun prestasi latihan pada semua cabang olahraga tidak
hanya ditentukan oleh penguasaan teknik-teknik dasar saja, tetapi juga dipengaruhi oleh
kemampuan dan kesiapan kondisi fisik yang dibutuhkan untuk kegiatan olahraga yang bersangkutan. Penguasaan keterampilan tenis
lapangan memiliki persyaratan kesiapan kondisi fisik untuk dapat menguasai berbagai
teknik dasar dan kemampuan bermain. Kondisi fisik yang dibutuhkan untuk olahraga
tenis lapangan, antara lain adalah kekuatan, kecepatan, kelentukan, daya tahan, daya
ledak (power), keseimbangan dan koordinasi
Pada kenyataannya menurut pengamatan dalam beberapa turnamen sebagian besar pemain Indonesia tersisih di
babak pertama dibandingkan dengan pemain Internasional. Secara teknik kualitas pukulan
belum memadai, terutama kurang maksimalnya pukulan servis yang dimiliki.
Pukulan servis yang mereka lakukan sangat mudah dikembalikan oleh lawan dan juga
banyak melakukan servis yang salah (fault),
artinya melakukan servis tidak tepat pada kotak servis sebagai sasaran.
Dalam permainan tenis lapangan, servis
merupakan pukulan paling penting. Servis adalah awal dari permainan, tetapi bagi
pemain top dunia servis bisa langsung mendapatkan point melalui ace servis. Dalam
permainan tenis lapangan, pemain yang melakukan servis keras selain harus memiliki
tinggi badan yang cukup, juga harus mengetahui bagaimana cara mendapatkan
tenaga dan cara menggunakan gerak pecut. Menurut Agusalim (2007 : 9)
Permainan tenis lapangan adalah salah satu permainan yang dikategorikan dalam
permainan bola kecil dan sangat banyak digemari masyarakat karena terkandung
banyak unsur kegembiraan dan sangat
menggairahkan untuk dilakukan. Berbagai
tingkat usia dapat melakukan dan menikmati permainan ini baik pria maupun wanita
karena olahraga ini tidak ada bahaya benturan badan waktu bermain dan masing-
masing pemain dapat mengatur cara dan tingkat permainan sesuai dengan kemampuan
serta kekuatan dan kecepatannya sendiri. Agus Salim menyatakan bahwa: Tenis
lapangan dimainkan sebagai kompetisi olahraga tingkat tinggi dan berkelas dunia,
namun perkembangan tersebut tetap tidak mengubah sebuah kenyataan bahwa
permainan atau olahraga ini sangat tinggi untuk rekreasi dan bergembira atau sebagai
media untuk kebugaran badan. Keterampilan mengandung arti pelaksanaan yang cepat
dalam penyelesaian tugas gerak itu dalam waktu yang minimum. Semakin cepat pelaksanaan suatu gerak, tanpa
mengorbankan hasil akhir (kualitas) yang diharapkan, maka akan membuat terakuinya
keterampilan orang yang bersangkutan. Keterampilan adalah kesanggupan
menggunakan pengetahuan seseorang secara efektif dan secara siap dalam pelaksanaan,
serta mencapai kemantapan dari suatu keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan.
Hal ini dapat diartikan bahwa keterampilan gerak seseorang pada tingkat tertentu, mampu
bergerak dengan mudah bergerak, luwes, dan dapat mengatasi masalah-masalah
lingkungannya. Menurut Ricard Magill (2011 : 3) seseorang dikatakan terampil apabila
memiliki kemampuan untuk memperagakan suatu tugas gerak dengan kualitas hasil gerak
yang baik (cepat, cermat dan tepat). Untuk individu yang terampil dalam melakukan
suatu tugas gerak akan nampak halus, dan luwes sehingga aktivitas gerak yang dilakukan
efektif dan efisien. Keterampilan adalah suatu kegiatan atau tugas yang memiliki tujuan
tertentu atau tujuan untuk mencapai indikator kualitas kinerja
Menurut Agus Mahendra (2007:273-275) Metode megajar keseluruhan merupakan
bentuk latihan keterampilan yang pelaksanaannya dilakukan secara utuh dari
keterampilan yang dipelajari. Dalam metode keseluruhan, pemain dituntut melakukan
gerakan keterampilan yang dipelajari secara keseluruhan. Apabila keterampilan olahraga
yang diajarkan itu sifatnya sederhana dan mudah dimengerti maka keterampilan
tersebut diajarkan secara keseluruhan, dan
Volume 12 Nomor 1, Februari 2020
24
setiap teknik bagian hanya dilatih secara
khusus apabila pemain atau subyek selalu membuat kesalahan pada teknik bagian
tersebut. Metode keseluruhan memberikan keuntungan maksimal jika yang dipelajari
ialah gerakan yang sederhana. Dilain pihak Agus Mahendra menyatakan bahwa: Metode
keseluruhan atau whole method adalah suatu metode mengajar yang beranjak dari yang
umum ke yang khusus. Dalam mengajarkan keterampilan gerak atau permainan, maka
bentuk yang utuh atau keseluruhan diajarkan terlebih dahulu kemudian dipecah-pecahkan
menjadi bagian-bagian. Metode mengajar bagian merupakan bentuk latihan
keterampilan yang dilakukan secara bagian per bagian dari keterampilan gerak yang
dipelajari. Bentuk keterampilan gerak yang dipelajari dipilah-pilah ke dalam bentuk gerakan yang lebih mudah dan sederhana.
Teori belajar Gestalt mengenalkan suatu pendekatan organisasi terhadap stimulus-
respons (S-R). S-R yang merupakan bagian-bagian dari suatu keterampilan, diorganisir
menjadi suatu bentuk keseluruhan Menurut Winarno (1994) Metode
Bagian – Keseluruhan (Part – Whole Methode) metode ini merupakan metode
gabungan dari keseluruhan dan bagian.Metode part and whole merupakan
metode pembelajaran yang dilakukan secara bertahap, dari pengenalan/pembelajaran
teknik bagian hingga gabungan dari
keseluruhan teknik bagian yang merupakan teknik gerakan yang utuh Metode part and
whole merupakan metode pembelajaran yang dilakukan secara bertahap,
dari pengenalan/pembelajaran teknik bagian hingga gabungan dari keseluruhan teknik
bagian yang merupakan teknik gerakan yang utuh
Menurut Djaali (2008:101) Motivasi merupakan faktor penting di dalam
memahami perilaku manusia termasuk didalam memahami hubungan dengan
manusia yang lain. Dan motivasi merupakan konsep hipotesis untuk suatu kegiatan yang
dipengaruhi oleh persepsi dan tingkah laku seseorang untuk merubah situasi yang tidak
memuaskan atau tidak menyenangkan. Motivasi merupakan proses psikis yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu.
Motivasi dapat berasal dari dalam diri maupun luar diri seseorang. Jadi motivasi
dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.Perubahan-perubahan dalam motivasi
timbul dari perubahan-perubahan tertentu di dalam organisme manusia, misalnya karena
terjadi perubahan dalam sistem pencernaan maka timbulnya motif lapar
METODE PENELITIAN
Metode dan Desain Penelitian
Tabel 1. Rancangan penelitian desain faktorial 2X3
Metode (A)
Motivasi (B)
Keseluruhan
(A1)
Bagian
(A2)
Gabungan
(A3)
Tinggi (B1) A1B1 A2B1 A3B1
Rendah (B2) A1B2 A2B2 A3B2
Total
A1
A2
A3
Keterangan : A = kelompok metode mengajar B = kelompok motivasi
A1 = kelompok metode mengajar keseluruhan A2 = kelompok metode mengajar bagian
A3 = kelompok metode mengajar gabungan A1B1 = kelompok metode mengajar keseluruhan dengan menggunakan kelompok
e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389
25
motivasi tinggi
A2B1 = kelompok metode mengajar bagian dengan menggunakan kelompok motivasi tinggi
A3B1 = kelompok metode mengajar gabungan dengan motivasi tinggi A1B2 = kelompok metode mengajar keseluruhan dengan menggunakan kelompok
motivasi rendah. A2B2
= kelompok metode mengajar bagian dengan menggunakan kelompok
motivasi rendah A3B2 = kelompok metode mengajar gabungan dengan menggunakan kelompok
motivasi rendah
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa putra FIK UNM
Program Studi Pendidikan Kepelatihan yang belum memprogramkan dan mengikuti mata
kuliah tenis lapangan berjumlah 200 0rang. Penentuan sampel penelitian dilakukan
dengan teknik Randomized group design, yaitu
dengan cara 200 orang diacak dan diambil
120 orang sampel. Kemudian dari 120 sampel tersebut diacak kembali untuk menentukan
masing-masing 40 orang sampel. Jumlah murid laki-laki sebanyak 60 siswa yang
terbagi ke dalam 6 sel, masing-masing sel berjumlah 10 orang Dengan demikian
terbentuk 6 (enam) sel dari ketiga kelompok metode mengajar tersebut yakni: (1)
Kelompok metode mengajar keseluruhan dengan tingkat motivasi tinggi (A1B1), (2) Kelompok metode mengajar keseluruhan
dengan tingkat motivasi rendah (A1B2), (3) Kelompok metode mengajar bagian dengan
tingkat motivasi tinggi (A2B1), (4) Kelompok metode mengajar bagian dengan tingkat
motivasi rendah (A2B2), (5) Kelompok metode mengajar gabungan dengan tingkat
motivasi tinggi (A3B1), dan (6) Kelompok metode mengajar gabungan dengan tingkat
motivasi rendah (A3B2). Teknik pengumpulan data yang dilakukan mengacu
kepada variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian ini, yakni: (1) Untuk data variabel
terikat di dapat melalui tes penilaian proses
gerak keterampilan teknik servis flat tenis
lapangan, (2) untuk data variabel atribut
didapat melalui tes motivasi. Teknik yang digunakan dalam menganalisis data adalah teknik analisis varian (ANAVA) dua arah
dengan taraf signifikansi α = 0,05. Persyaratan yang diperlukan dalam analisis varian adalah uji normalitas dengan
menggunakan uji Liliefors, dan uji homogenitas dengan menggunakan uji
Barlett, dan dilanjutkan dengan uji Tukey
jika terdapat interaksi. Teknik analisis data menggunakan SPSS Versi 20
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dikemukakan
adalah sebagai berikut: (1) terdapat perbedaan pengaruh metode mengajar keseluruhan
dengan metode mengajar bagian terhadap
hasil belajar keterampilan servis flat tenis
lapangan mahasiswa FIK UNM, diperoleh
perbedaan nilai rata-rata atau nilai Q-hitung 5,100 dan Q-tabel 2,95, terdapat perbedaan yang nyata sig (p) lebih kecil dari 0,05 (0,025
< 0,05), untuk terlihat pada tabel kolom Sig (p) adalah 0,025, atau probabilitas jauh di
bawah 0,05. Sehingga dapat diambil keputusan bahwa tolak H0 dan terima H1. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar keterampilan servis
flat pada permainan tenis lapangan antara
kelompok metode mengajar keseluruhan dengan kelompok metode mengajar bagian
pada mahasiswa FIK UNM. (2) terdapat perbedaan pengaruh metode mengajar
keseluruhan dengan metode mengajar gabungan terhadap hasil belajar keterampilan
servis flat tenis lapangan mahasiswa FIK
UNM, diperoleh perbedaan nilai rata-rata
atau nilai Q-hitung = -5,250 dan Q-tabel 2,95, terdapat perbedaan yang nyata sig (p) lebih
kecil dari 0,000 (0,000 < 0,05), untuk terlihat pada tabel kolom Sig (p) adalah 0,000, atau
probabilitas jauh di bawah 0,05. Sehingga dapat diambil keputusan bahwa tolak H0 dan terima H1. Jadi dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan
servis flat pada permainan tenis lapangan
antara kelompok metode mengajar keseluruhan dengan kelompok metode
mengajar gabungan pada mahasiswa FIK UNM. (3) terdapat perbedaan pengaruh
metode mengajar bagian dengan metode
Volume 12 Nomor 1, Februari 2020
26
mengajar gabungan terhadap hasil belajar
keterampilan servis flat tenis lapangan
mahasiswa FIK UNM, diperoleh perbedaan
nilai rata-rata atau nilai Q-hitung -10,350 dan Q-
tabel 2,95, terdapat perbedaan yang nyata sig
(p) lebih kecil dari 0,000 (0,000 < 0,05), untuk terlihat pada tabel kolom Sig (p) adalah 0,000,
atau probabilitas jauh di bawah 0,05. Sehingga dapat diambil keputusan bahwa tolak H0 dan terima H1. Jadi dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar keterampilan servis flat pada
permainan tenis lapangan antara kelompok metode mengajar bagian dengan kelompok
metode mengajar gabungan pada mahasiswa FIK UNM. (4) Terdapat interaksi antara
metode mengajar keseluruhan, metode mengajar bagian, metode mengajar gabungan
dan motivasi terhadap hasil belajar
keterampilan servis flat tenis lapangan hal ini
dibuktikan dengan perolehan Fhitung sebesar 6,012. Jika dibandingkan Fhitung lebih besar
dari Ftabel, (Fhitung 6,012 > Ftabel 3,17), dengan demikian dapat diambil keputusan bahwa
tolak H0 dan terima H1. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara
metode mengajar keseluruhan, bagian, gabungan dan motivasi terhadap hasil belajar
keterampilan servis flat pada permainan tenis
lapangan pada mahasiswa FIK UNM. (5)
terdapat perbedaan antara metode mengajar keseluruhan dan metode mengajar bagian
pada kelompok pemain yang memiliki motivasi tinggi terhadap hasil belajar
keterampilan servis flat tenis lapangan
mahasiswa FIK UNM, diperoleh perbedaan
nilai rata-rata atau nilai Q-hitung -10,800 dan Q-
tabel 4,9, terdapat perbedaan yang nyata sig (p)
lebih kecil dari 0,000 (0,000 < 0,05), untuk terlihat pada tabel kolom Sig (p) adalah 0,000,
atau probabilitas jauh di bawah 0,05. Sehingga dapat diambil keputusan bahwa tolak H0 dan terima H1. Jadi dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar keterampilan servis flat pada
permainan tenis lapangan antara kelompok metode mengajar keseluruhan dengan
kelompok metode mengajar bagian bagi mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi
pada mahasiswa FIK UNM. (6) tidak terdapat perbedaan antara metode mengajar
keseluruhan dan metode mengajar gabungan pada kelompok pemain yang memiliki
motivasi tinggi terhadap hasil belajar
keterampilan servis flat tenis lapangan
mahasiswa FIK UNM, diperoleh perbedaan nilai rata-rata atau nilai Q-hitung 2,500 dan Q-
tabel 3,15. Sedangkan pada uji signifikansi tidak terdapat perbedaan yang nyata karena
signifikansinya lebih besar dari 0,05 atau (0,959 > 0,05), untuk terlihat pada tabel
kolom Sig (p) adalah 0,959, atau probabilitas
jauh di diatas nilai 0,05. Sehingga dapat diambil keputusan bahwa tolak H1 dan terima
H0. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan
servis flat pada permainan tenis lapangan
antara kelompok metode mengajar
keseluruhan dengan kelompok metode mengajar gabungan bagi mahasiswa yang
memiliki motivasi tinggi pada mahasiswa FIK UNM. (7) terdapat perbedaan antara
metode mengajar bagian dan metode mengajar gabungan yang memiliki motivasi
tinggi terhadap hasil belajar keterampilan
servis flat tenis lapangan mahasiswa FIK
UNM, diperoleh perbedaan nilai rata-rata atau nilai Q-hitung 13,300 dan Q-tabel 3,15.
Sedangkan pada uji signifikansi terdapat perbedaan yang nyata sig (p) lebih kecil dari
0,005 atau (0,000 < 0,05), untuk terlihat pada tabel kolom Sig (p) adalah 0,000, atau
probabilitas jauh di bawah 0,05. Sehingga dapat diambil keputusan bahwa tolak H0 dan terima H1. Jadi dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar keterampilan
servis flat pada permainan tenis lapangan
antara kelompok metode mengajar bagian dengan kelompok metode mengajar gabungan
bagi mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi pada mahasiswa FIK UNM. (8)
terdapat perbedaan antara metode mengajar keseluruhan dan metode mengajar bagian
pada kelompok pemain yang memiliki motivasi rendah terhadap hasil belajar
keterampilan servis flat tenis lapangan
mahasiswa FIK UNM, diperoleh perbedaan
nilai rata-rata atau nilai Q-hitung -10,500 dan Q-
tabel 3,15. Sedangkan pada uji signifikasi
terdapat perbedaan yang nyata sig (p) lebih kecil dari 0,005 (0,001 < 0,05), untuk terlihat
pada tabel kolom Sig (p) adalah 0,001, atau
probabilitas jauh di bawah nilai 0,05. Sehingga dapat diambil keputusan bahwa tolak H0 dan terima H1. Jadi dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar keterampilan servis flat pada
permainan tenis lapangan antara kelompok
e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389
27
metode mengajar keseluruhan dengan
kelompok metode mengajar bagian bagi mahasiswa yang memiliki motivasi rendah
pada mahasiswa FIK UNM. (9) tidak terdapat perbedaan antara metode mengajar
keseluruhan dan metode mengajar gabungan pada kelompok pemain yang memiliki
motivasi rendah terhadap hasil belajar
keterampilan servis flat tenis lapangan
mahasiswa FIK UNM, diperoleh perbedaan nilai rata-rata atau nilai Q-hitung -4,600 dan Q-
tabel 3,15. Pada uji signifikansi terdapat perbedaan yang nyata sig (p) lebih kecil dari
0,05 (0,431 > 0,05), untuk terlihat pada tabel kolom Sig (p) adalah 0, 000, atau probabilitas
jauh di atas 0,05. Sehingga dapat diambil keputusan bahwa terima H1 dan tolak H0. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar servis flat pada
permainan tenis lapangan antara kelompok
metode mengajar keseluruhan dengan kelompok metode mengajar gabungan bagi
mahasiswa yang memiliki motivasi rendah pada mahasiswa FIK UNM dan (10) tidak
terdapat perbedaan antara metode mengajar bagian dan metode mengajar gabungan yang
memiliki motivasi rendah terhadap hasil
belajar keterampilan servis flat tenis lapangan
mahasiswa FIK UNM, diperoleh perbedaan nilai rata-rata atau nilai Q-hitung 5,900 dan Q-
tabel 3,15, sedangkan pada uji signifikansi tidak terdapat perbedaan yang nyata sig (p) lebih
besar dari 0,05 (0,942 > 0,05), untuk terlihat pada tabel kolom Sig (p) adalah 0,942, atau
probabilitas jauh di atas 0,05. Sehingga dapat diambil keputusan bahwa tolak H1 dan terima H0. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar
keterampilan servis flat pada permainan tenis
lapangan antara kelompok metode mengajar bagian dengan kelompok metode mengajar
gabungan bagi mahasiswa yang memiliki motivasi rendah pada mahasiswa FIK UNM.
SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pengujian hipotesis dan
pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut : (1) Metode mengajar keseluruhan lebih tinggi
pengaruhnya dari metode mengajar bagian
terhadap hasil belajar keterampilan servis flat
tenis lapangan pada kelompok mahasiswa, (2)
Metode mengajar keseluruhan lebih rendah pengaruhnya dari metode mengajar gabungan
terhadap hasil belajar keterampilan servis flat
tenis lapangan pada kelompok mahasiswa, (3) Metode mengajar bagian lebih rendah
pengaruhnya dari metode mengajar gabungan
terhadap hasil belajar keterampilan servis flat
tenis lapangan pada kelompok mahasiswa, (4) Terdapat interaksi antara metode mengajar
keseluruhan, metode mengajar bagian, metode mengajar gabungan dan motivasi
terhadap hasil belajar keterampilan servis flat
tenis lapangan, (5) Metode mengajar
keseluruhan lebih tinggi dari metode mengajar bagian terhadap hasil belajar
keterampilan servis flat tenis lapangan pada
kelompok motivasi tinggi, (6) Metode mengajar bagian lebih rendah dari metode
mengajar gabungan terhadap hasil belajar
keterampilan servis flat tenis lapangan pada
kelompok motivasi tinggi, dan (7) Metode mengajar keseluruhan lebih rendah dari
metode mengajar bagian terhadap hasil
belajar keterampilan servis flat tenis lapangan
pada kelompok motivasi rendah. Dari kesepuluh hipotesis penelitian yang
diajukan terdapat 3 (tiga) hipotesis penelitian yang ditolak, yaitu: hipotesis enam,
kesembilan dan kesepuluh yaitu: 6) tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan
antara metode mengajar keseluruhan dan metode mengajar gabungan terhadap hasil
belajar keterampilan servis flat tenis lapangan
motivasi belajar tinggi, 9) tidak terdapat
perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode mengajar keseluruhan dan metode
mengajar gabungan terhadap hasil belajar
keterampilan servis flat tenis lapangan
motivasi rendah, 10) tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode
mengajar bagian dan metode mengajar gabungan terhadap hasil belajar keterampilan
servis flat tenis lapangan motivasi rendah.
Berdasarkan kesimpulan hasil
penelitian dan implikasi sebagaimana diuraikan di atas maka diketengahkan saran-
saran sebagai berikut: 1. Karena secara keseluruhan metode
mengajar gabungan telah menunjukkan keunggulan. sebagai sebuah metode
mengajar dalam meningkatkan hasil
belajar keterampilan servis flat tenis
lapangan mahasiswa dibanding dengan metode mengajar bagian dan metode
mengajar keseluruhan maka bagi para dosen, guru, pelatih, peneliti, dan
Volume 12 Nomor 1, Februari 2020
28
mahasiswa dianjurkan untuk
memanfaatkan hasil penelitian ini dalam rangka meningkatkan hasil belajar
keterampilan servis flat tenis lapangan.
Dengan kata lain metode mengajar
gabungan dapat dijadikan sebagai pedoman pengajaran dalam proses belajar
mengajar, khususnya metode mengajar yang mempunyai karakterisatik yang
sama dengan meningkatkan hasil belajar
keterampilan servis flat tenis lapangan
mahasiswa, selain itu juga disarankan untuk mempertimbangkan faktor motivasi
dalam proses belajar mengajar. 2. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan
dengan menambahkan variabel dan memilih variabel kategori atau atribut
yang lainnya. 3. Penelitian ini dilakukan terhadap
mahasiswa putera FIK UNM Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
yang belum memprogramkan dan mengikuti mata kuliah tenis lapangan dan
tidak melibatkan mahasiswa puteri. Karena meningkatkan hasil belajar
keterampilan servis flat tenis lapangan
diperlukan juga oleh mahasiswa puteri,
maka sebaiknya juga dilakukan penelitian serupa dengan menggunakan sampel
puteri.
DAFTAR RUJUKAN
Djaali (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT
Bumi Aksara. 2008.
Magill.A.Richard. (2011). Motor Learning and
Control. Ninth Ed. New York: McGraw-
Hill.
Mahendra..Agus. (2007). Modul Teori Belajar
Mengajar Motorik. Bandung: FPOK UPI
Bandung.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2005.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan; Dalam
Undang-Undang R.I. Nomor 12 Tahun
2012 Bandung : Citra Umbara.2012.
Usman. Husaini. (2009). Manajemen: Teori
Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
29
COMPETITOR: Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga Volume 12 Nomor 1, Februari 2020 e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389 This work is licensed under a Creative Commons Attribution
4.0 International License
ANALISIS SIKAP FAIR PLAY PADA PERMAINAN FUTSAL
SMA SE-KOTA BINJAI
Nurkadri1, Rini Andriani2, Imam Aris Munandar Hutagaol3
Keywords : Attitude; Fair Play; Futsal.
Corespondensi Author 1Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Universitas Negeri
Medan, [email protected] 2SMA Negeri 7 Binjai, Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera
Utara, [email protected] 3Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Universitas Negeri
Medan, [email protected]
Article History
Received: Desember 2019;
Reviewed: Januari 2020;
Accepted: Januari 2020;
Published: Februari 2020
ABSTRACT
This research is to find out how much is the understanding of the attitude of fair play in high school clubs in the city of Binjai. The
research sample, namely the high school futsal club in the city of Binjai, among them are SMAN 1 Binjai, SMAN 2 Binjai, SMAN 4 Binjai, and SMAN 5 Binjai with 70 respondents. Data collection
methods using questionnaire techniques that will be filled by respondents, the data were analyzed using descriptive analysis of percentages. Based on the results of the study note that the award
for opposing players was 14.54%, cheating 5.3%, playing skills 9.3%, and respecting teammates 16.78%. It can be concluded that
most of the futsal clubs in the city of Binjai are sufficient in understanding fair play. The researcher suggests to the school to pay more attention to improving the quality of coaching in futsal
training in schools in giving a fair play attitude. The trainer must continue to improve teaching the understanding of fair play on an ongoing basis to their students. So that in the future an exciting and
fun futsal game will be created, avoiding cheating and increasingly upholding the spirit of fair play.
ABSTRAK
Penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pemahaman sikap
fair play di klub SMA se-kota Binjai. Sampel penelitiannya, yaitu klub futsal SMA yang ada di kota Binjai, di antara nya adalah
SMAN 1 Binjai, SMAN 2 Binjai, SMAN 4 Binjai, dan SMAN 5 Binjai sejumlah 70 responden. Metode pengumpulan data menggunakan teknik kuesioner yang akan di isi oleh responden,
data dianalisis menggunakan analisis deskriptif persentase. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penghargaan untuk
pemain lawan sebanyak 14,54%, curang 5,3%, keahlian bermain 9,3%, dan menghormati rekan setim 16,78%. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar klub futsal di kota Binjai kategori cukup
dalam memahami fair play. Peneliti menyarankan pada pihak sekolah untuk lebih memperhatikan meningkatkan kualitas pembinaan dalam latihan futsal di sekolah dalam pemberian sikap
fair play. Bagi pelatih harus tetap meningkatkan lagi pengajaran pemahaman tentang fair play secara berkesinambungan pada anak
didiknya. Sehingga kedepannya tercipta sebuah permainan futsal yang menarik dan menyenangkan, terhindar dari sikap kecurangan dan semakin menjunjung tinggi semangat fair play.
e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389
30
PENDAHULUAN Keberadaan olahraga saat ini telah
menjadi bagian penting di kehidupan masyarakat (Hardiyono & Nurkadri, 2018);
(Prakoso & Sugiyanto, 2017). Futsal adalah salah satu kegiatan olahraga yang cukup
popular dan banyak diminati oleh warga negara Indonesia bahkan di dunia saat ini.
Hal ini terlihat dari antusiasme bermain futsal yang dilakukan oleh anak-anak, orang muda, orang tua, laki-laki, maupun perempuan,
yang begitu tertarik dengan olahraga ini. Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh
seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan
yang berarti (Nurkadri & Rizka Hayati, 2020); (EM Zul Fajri., Ratu Arilia Senja,
2008). Dalam rangka memfasilitasi prilaku dalam olahraga, beberapa aspek yang harus
dipertimbangkan dalam praktek, antara lain: kinerja dan prestasi seperti dalam kompetisi
olahraga fair play yang berarti melakukan
yang terbaik dan terus meningkatkan kinerja
dalam aturan yang sama berarti mengamati dan mempromosikan prinsip-prinsip dasar
dari ide ini dalam olahraga kesehatan.
Fair play berarti menjamin kesehatan
sesama pemain serta seseorang dan kesehatan
sendiri dalam olahraga dan juga menghasilkan kesejahteraan olahraga
(Mihaela Păunescu et al. / Procedia - Social and
Behavioral Sciences 92 (2013:693). Hasil jurnal
Ercan Zorba merupakan salah satu yang
mendasari peneliti untuk melakukan penelitian lanjutan. Peneliti Ercan Zorba
menerangkan bahwa sikap fair play dan
pendidikan membentuk karakter hubungan
yang kinetis dan dinamis. Bila sikap fair play
diaplikasikan dalam ruang lingkup sekolah,
maka sikap fair play akan semakin lebih baik
khususnya di cabang olahraga futsal.
Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas yang terencana dan terstruktur yang paling
berpengaruh dalam kelangsungan proses
pembentukan sikap. Pembentukan sikap fair
play dapat diberikan melalui olahraga secara
efisien dan ideal. Olahraga sangat mengutamakan tentang disiplin dan moral. Namun, hasil yang tidak diinginkan tetap bisa terjadi jika tidak benar-benar diperhatikan.
Olahraga yang menciptakan disiplin, moral, dan individu saling berinteraksi karena
dilakukan dengan kelompok. Proses ini harus
dilakukan untuk mengembangkan sikap fair
play dan kerja sama. Terutama, individu-
individu yang telah bisa menerima pendidikan tentang sikap bermain yang adil
ini sejak dini dalam kehidupan awal prestasi mereka.
Perilaku yang tidak fair play dalam
olahraga khususnya futsal, menjadi sesuatu
hal yang negatif karena dapat menyakiti, merugikan lawan ataupun dirinya sendiri.
Dalam olahraga dapat muncul pula perilaku agresif yang bertujuan untuk menyakiti
lawan. Perilaku yang tidak fair play yang tak
sepantasnya dilakukan oleh pemain futsal di
dalam lapangan baik secara individu maupun kelompok.
Penyerangan atau pun perkelahian yang terjadi pada pertandingan futsal, bahkan
kerap dialami pula oleh pemain futsal di kalangan seperti klub futsal SMA kota Binjai,
bahkan tak jarang pertandingan di hentikan pada saat ada kejadian dimana salah satu
pemain klub futsal SMA di kota Binjai
melakukan sikap yang tidak fair play kepada
pemain lawan. Sebagai contoh pemain futsal tim A di lapangan saling berebut bola di area
sudut lapangan dengan tim lawan B, lalu pemain tim A tidak terima karna pemain
lawan dari tim B melakukan aksi mendorong dan menarik-narik baju tim A, dan terjadi lah
keributan yang mengundang wasit untuk mengeluarkan kartu, karna wasit menganggap
tindakan yang dilakukan lawan dari tim B tidak seharus nya di lakukan karna dianggap
melanggar permainan dan tidak fair play,
Contoh lain yang masih sering terjadi adalah
pelatih yang tidak menerima keputusan wasit yang mengeluarkan kartu merah untuk
pemain nya yang sengaja menyentuh bola di area pinalti, pelatih merasa tim nya di rugikan
sebab hal itu tidak di sengaja karna pemain nya bertindak refleks atau spontan.
Dalam hal ini ternyata pengetahuan tentang fair play di sebagian tim futsal masih
sangat rendah, dan untuk masalah tersebut pelatih harus menanamkan kepada pemain
pengetahuan tentang sikap fair play pada saat
latihan, tidak hanya untuk pemain saja, tetapi
pelatih dari setiap tim juga harus memahami
tentang fair play dalam lapangan, agar
olahraga futsal terus berkembang baik dari segi bermain nya maupun peraturan nya,
karna peraturan di terapkan untuk di patuhi, dan sebagai pedoman tim agar lebih baik dan
fair play.
Volume 12 Nomor 1, Februari 2020
31
Menurut Vidoni dan Ward (2009) dalam
jurnal (Nevzat Mirzeoglu (2015:2470) fair play
merupakan keterampilan sosial seperti
pemenuhan harapan kelas, upaya siswa dikemukakan dalam hal keterlibatan mereka,
menghormati hak-hak siswa lain untuk belajar dan untuk berpatisipasi, bersikap mendukung
dengan rekan-rekan dan bermain menurut peraturan, dan menunjukkan rasa hormat
kepada lawan serta wasit. Sebuah tim yang sering mengikuti
pertandingan, sudah tentu setiap pemain harus memiliki pengetahuan memadai
tentang makna fair play yang sesungguhnya.
Akan tetapi berdasarkan pengamatan peneliti,
bahwa pemahaman setiap pemain terhadap
nilai-nilai fair play masih sangatlah minim,
artinya setiap pemain masih perlu diberikan
penjelasan yang benar tentang nilai- nilai fair
play. Hal inilah yang membuat peneliti
tertarik untuk meneliti topik tersebut. Maka penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif tipe survei. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji perilaku fair play
pemain futsal di SMA atau sederajat mengenai beberapa variabel. Berdasarkan
penelitian terdahulu pada Jurnal Ercan Zorba (2018) dan hasil observasi, maka peneliti akan
meneliti “Analisis sikap fair play pada
permainan futsal di klub SMA Kota Binjai.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat
sikap fair play pada siswa di klub Futsal SMA
Kota Binjai Tahun 2019. Tujuan dari analisis adalah untuk
menjelaskan suatu data agar lebih mudah dipahami, selanjutnya dibuat kesimpulan.
Suatu kesimpulan dari analisis data didapatkan dari sampel yang umumnya
dibuat berdasarkan pengujian. Menurut Ali Ata Alkhaldi dan Tamara Oshchepkova
(2018:228). Yang artinya penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,
perbuatan, dan lainnya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab, duduk
perkara, dan sebagainya).
Umumnya fair play di identifikasikan
sebagai sikap yang menunjukkan sikap hormat dan adil terhadap orang lain serta
sikap menerima dengan baik apapun
hasilnya. Fair play berarti semua peserta
memiliki kesempatan yang adil untuk mengejar kemenangan melalui sikap yang
elegan dan spotrif. Norma, aturan, dan perintah standar olahraga, serta norma-norma
sosial dan aturan tanda kehidupan sosial pada
perilaku, yang diinternalisasikan dan berperilaku dalam semangat bermain.
Menghormati lawan dan rekan satu tim, belajar dan menghormati aturan bermain dan
perilaku sosial mengarah ke semangat fairplay,
kebiasaan yang terjadi dalam setiap situasi
kehidupan. Popescu, Veronica, Gianina-Ana Masari (2011:24).
Menghargai peraturan dan ofisial meskipun tidak kompeten merupakan bentuk
lain dari moral yang harus dibina dalam olahraga, berjabat tangan setelah usai
pertandingan, mengakui lawan lebih baik merupakan bagian lain bentuk perilaku atlet
di lapangandan tidak menunjukkan perilaku temperamen setelah melakukan kesalahan
merupakan perilaku yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (Nono
Hardinoto, 2017:9). Dalam permainan futsal, sering terjadi
hal yang tidak di ingin kan, contoh nya pemain yang cedera di karenakan pemain
lawan yang bermain secara kasar dan tidak mengikuti peraturan permaian yang sudah di
terapkan oleh pelatih, terkadang ada juga seorang pelatih yang menghiraukan untuk
menerapkan sikap fair play kepada pemain
nya tersebut, alhasil pemain nya selalu
bermain tidak sportif, selalu mendapat kan kartu merah atau kuning akibat pelanggaran
yang di lakukan oleh pemain nya tersebut. Untuk hal tersebut setiap pelatih seharus
wajib melakukan atau menerapkan sikap fair
play kepada pemain nya, agar pemain nya
bermain dengan baik data bertanding. Bukan hanya pelatih dan pemain saja yang
terkadang tidak fair play, wasit juga terkadang
bisa melakukan hal yang tidak fair play,
contoh nya saja wasit mendukung salah satu tim agar bisa menang, banyak factor yang
mendukung, bisa saja wasit di bayar dengan mahal, alhasil di lapangan wasit tidak
memimpin pertandingan dengan baik, contoh lain adalah penonton atau supporter dari
masing masing tim yang melakukan hal hal yang jauh dari kata mendukung, seperti
mencaci maki pemain lawan untuk membuat tim lawan menjadi tidak konsentrasi saat
bertanding, ada juga penonton yang tidak menerima keputusan wasit, jika sudah seperti
itu maka wasit lah yang jadi sasaran para penonton karna tim yang di dukung nya
sudah merasa di rugikan, tidak jarang juga penonton atau supporter di larang untuk
e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389
32
mendukung tim nya di saat bertanding
dikarenakan masalah yang terjadi sebelum nya, hal itu sering terjadi di karena kan
kurang pengetahuan nya soal fair play.
Dan faktor-faktor yang menghambat
kemajuan dan perkembangan pemain futsal itu adalah selalu bermain curang, dan tidak
menghargai tim, lawan, pelatih wasit dan bahkan juga penonton. Untuk meningkatkan
sikap fair play terhadap lawan, wasit,penonton
bahkan tim, sebisa mungkin menerima atau
harus mengetahui tentang pembelajaran sikap
fair play pada permainan futsal, dan sebagai
peneliti yang melakukan penelitian lanjutan, harus membimbing dengan materi atau
pedoman fair play yang menarik dan dapat
membuat pemain futsal di klub SMA mengerti bahwa sangat penting untuk
menanamkan sikap fair play kepada diri
sendiri, untuk menunjukkan sikap professional
dalam bermain futsal. Karena setiap olahraga sudah ada peraturan nya masing-masing, dan
yang paling erat kaitan nya dengan peraturan
permainan adalah penerapan sikap fair play.
METODE Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah
dan di Tempat Latihan para pemain Klub
Futsal yang ada di Kota Binjai Sumatera Utara diantaranya, SMA Negeri 1, SMA
Negeri 2, SMA Negeri 4, dan SMA Negeri 5. Penelitian dilaksanakan pada akhir bulan juli 2019. Populai adalah seluruh objek penelitian
yang diteliti. Adapun populasi penelitian ini adalah seluruh atlet klub futsal yang ada di
SMA Negeri di Kota Binjai. SMA Negeri yang ada di Kota Binjai berjumlah 7
sekolah,dan yang memiliki klub futsal yang aktif hanya 4 SMA Negeri yaitu SMA Negeri
1 Kota Binjai, SMA Negeri 2 Kota Binjai, SMA Negeri 4 Kota Binjai, dan SMA Negeri
5 Kota Binjai. Sedangkan SMA Negeri 3 Kota Binjai, SMA Negeri 6 Kota Binjai, SMA
Negeri 7 Kota Binjai tidak memiliki klub futsal yang aktif. Jadi populasi penelitian ini
berjumlah 70 siswa. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti
(Suharsimi Arikunto, 2010:109). Pengambilan sampel untuk penelitian menurut (Suharsimi
Arikunto 2010:112), subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semuanya, jika
subjeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Jadi berdasarkan pendapat dari teori diatas
maka peneliti menentukan sampel untuk
penelitian ini adalah berjumlah 70 siswa. Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah yang mencakup tentang sikap fair play.
Berdasarkan permasalahan yang di ungkap
maka inti dalam penelitian ini adalah seberapa jauh pemain klub futsal di Kota
Binjai memahami tentang sikap fair play.
Dalam penelitian ini yang di maksud dengan
sikap fair play adalah kemampuan seseorang
untuk dapat menjelaskan suatu hal atau
materi fair play, Erwin Widiasworo., Mahir
Penelitian Pendidikan Modern., Araska., Yogyakarta-Indonesia (2018:hh83-84).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian di diketahui bahwa sikap
fair play pada klub futsal SMA Kota Binjai
tahun 2019 dengan tingkatan penghargaan
untuk konfesi, curang, keahlian bermain dan menghormati rekan setim secara umum dapat
disimpulkan cukup, hal ini juga menunjukan bahwa di klub futsal SMA Kota Binjai tahun
2019 masih cukup dalam menterjemahkan menafsirkan, memahami, dan mengartikan
fair play dalam sebuah pertandingan futsal.
Berarti pengetahuan menerapkan materi fair
play yang telah di pelajari selama latihan, tidak hanya secara teori namun mereka tidak
mempraktekan dengan baik dalam sebuah permainan futsal baik sebelum bertanding
maupun pada saat pertandingan berlangsung. Jika hal ini dihubungkan dengan
pengalaman yang mereka miliki dimana rata-rata atau sebagian besar pemain telah
menekuni futsal dalam jangka waktu yang bulum cukup lama rata-rata 2 tahun namun
mereka tidak mampu memahami dengan baik tentang pemahaman fair play pada
permainan futsal, hal ini sudah baik bagi mereka, apalagi mereka masih memiliki
waktu yang relatif lama untuk dapat memahami lebih jauh tentang materi fair play
baik secara teori maupun praktek secara langsung, diharapkan mereka bisa tetap
menjaga hasil baik ini dan nantinya bisa meningkat menjadi lebih baik. Selain itu
dengan usia yang relatif masih muda (16 tahun) dan dengan latar belakang pendidikan
sebagi siswa SMA maka mereka tidak akan mengalami kesulitan dalam menerima
informasi tentang materi fair play, mampu
menterjemahkan, memahami materi fair play
dalam pertandingan futsal dengan lebih baik,
Volume 12 Nomor 1, Februari 2020
33
diharapakan hasil ini harus semakin
ditingkatkan sehingga dapat tercipta sebuah permainan futsal yang lebih jujur, adil dan
lebih menjunjung tinggi semangat fair play. Pemahaman kemampuan seseorang
untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari
ingatan dan hafalan, atau sebagai kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat diinterprentasikan semua materi tersebut
secara benar, sangat relevan dengan hasil penelitian ini, dimana sebagian besar klub
futsal SMA Kota Binjai tahun 2019 masih memiliki pemahaman cukup terhadap arti,
tujuan, peraturan atau eksponen, nilai-nilai moral dan bentuk harga diri yang tekandung dalam fair play.
Hal ini menimbulkan suatu harapan bahwa pemain futsal di tim futsal tingkat
SMA Kota Binjai kedepan dapat menjadi contoh bagi sesama pemain futsal SMA
lainnya, baik di tingkat regional, karisidenan maupun nasional. Dalam memahami tentang
arti kata fair play yang sebenarnya, sebagian besar dari mereka atau sebanyak 34
responden telah memahami dengan sangat baik tentang arti kata fair play yang
sebenarnya. Berarti mereka telah mampu memahami apa yang dimaksud dengan fair
play yang senantiasa menjunjung tinggi semangat sportivitas dan bersikap ksatria serta
mematuhi semua peraturan peraturan yang ada dalam pertandingan untuk mewujudkan
permainan futsal yang besih dari kecurangan. Bermain fair mensyaratkan bahwa semua
kontestan memahami dan mematuhi tidak hanya dengan aturan formal permainan tetapi
juga semangat kerjasama dan aturan tidak tertulis bermain yang diperlukan untuk
memastikan agar pertandingan berjalan wajar. Dalam memahami bentuk harga diri
yang ada dalam fair play sebagian besar dari mereka atau sebanyak 34 responden sudah
baik dalam memahami bentuk harga diri yang ada dalam fair play. Hal ini menunjukan
bahwa sebagian besar pemain futsal telah mampu memahami bentuk harga diri yang
mencerminkan sikap fair play seperti : kejujuran dan rasa keadilan, rasa hormat
terhadap lawan baik dalam kekalahan maupun kemenangan, sikap dan perbuatan
ksatria tanpa pamrih, sikap tegas dan
berwibawa kalau terjadi lawan atau penonton
yang tidak berbuat fair play, kerendahan hati dalam kemenangan dan ketenangan atau
pengendalian diri dalam kekalahan untuk mewujudkan suatu pertandingan yang adil
dan jujur. Berdasarkan hasil penelitian, dengan
kemampuan pemahaman yang dimiliki pemain dapat memahami dengan cukup baik
peraturan-peraturan fair play dalam permainan futsal. Hal ini menunjukan bahwa
sebagian besar siswa klub futsal SMA Kota Binjai tahun 2019 sudah cukup mampu
memahami peraturan-peraturan fair play
dalam permainan futsal seperti tunduk dan
ikhlas terhadap keputusan juri atau wasit dalam pertandingan, tidak mencari
keuntungan pribadi atau tim untuk memenangkan pertandingan, memperlakukan
lawan secara terhormat dalam suatu permainan futsal berlangsung, berbuat adil
dan jujur saat pertandingan dan peraturan-
peraturan lain yang melanggar fair play. Hal
ini menunjukan bahwa sebagian besar pemain futsal di tim futsal tingkat klub futsal SMA
Kota Binjai tahun 2019 sudah cukup baik memahami peraturan-peraturan atau
eksponen fair play dalam pertandingan futsal
seperti tunduk dan ikhlas terhadap peraturan
juri atau wasit dalam pertandingan, tidak mencari keuntungan pribadi atau tim untuk
memenangkan pertandingan, memperlakukan lawan secara terhormat dalam suatu
pertandingan dan peraturan-peraturan lain yang melanggar fair play.
Dalam memahami nilai-nilai moral yang
terkandung dalam fair play, sebagian dari
besar mereka atau sebanyak 34 responden telah memahami dengan baik nilai-nilai moral
tersebut yang meliputi keadilan, yang artinya tidak memihak, tidak berat sebalah dan tidak
condong pada salah satu pihak. Keadilan ini diimplemantasikan dalam bentuk tidak
mencari keuntungan pribadi atau tim untuk memanangkan pertandingan, tidak
materialistik dan mampu menahan diri untuk berbuat yang tidak adil terhadap lawan. Nilai
moral yang kedua yaitu kejujuran yang artinya lurus hati, tidak curang serta ikhlas.
Nilai kejujuran ini meliputi menolak mengunakan cara-cara yang akan
menguntungkan diri sendiri, tidak memanfaatkan keuntungan-keuntunganyang
dapat diperoleh dari penerapan peraturan-peraturan yang ketat, tunduk dan ikhlas
e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389
34
kepada keputusan juri atau wasit meskipun
nyata-nyata merugikan dan bersedia membantu wasit atau juri serta berusaha
untuk membetulkan keputusan juri atau wasit yang telah memberikan keuntungan.
Nilai moral selanjutnya yaitu tanggung jawab dan kedamaian. Perilaku yang
menunjukan fair play akan diawali dengan
kemampuan untuk sepenuhnya 100% tunduk
kepada peraturan-peraturan yang tertulis.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan tentang pemahaman fair play pada permainan futsal tingkat SMA Kota
Binjai tahun 2019, dapat disimpulkan bahwa 0,157% mempunyai tingkat pemahaman fair
play yang sangat baik, 0,414% mempunyai tingkat pemahaman fair play yang baik,
0,371% mempunyai tingkat pemahaman fair flay yang cukup, 0,042% mempunyai tingkat
pemahaman fair flay yang kurang dan 0,014% mempunyai tingkat pemahaman fair play
yang sangat kurang. Secara umum tingkat pemahaman fair play pada permainan futsal
SMA di Kota Binjai tahun 2019 tergolong cukup. Berarti mereka tidak mampu
menerapkan materi fair play yang telah di pelajari selama latihan, tidak hanya secara
teori namun mereka tidak mampu mempraktekan dengan baik dalam sebuah
permainan futsal. Hal ini menunjukan bahwa sebagian
besar pemain futsal di klub SMA Kota Binjai tahun 2019 tidak mampu menciptakan suatu
bentuk pertandingan yang wajar, adil, jujur, berwibawa, tidak berat sebelah, damai jauh
dari kerusuhan baik pada saat kalah maupun menang.
DAFTAR RUJUKAN Amir Supriadi. (2015). Hubungan Koordinasi
Mata-Kaki Terhadap Keterampilan
Menggiring Bola Pada Permainan Sepakbola.
Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 14 (1) Januari – Juni 2015: 1-14.
Fonseca, S., et al. 2013. Measuring spatial interaction behavior in team sports using
superimposed voronoi diagrams. International
journal of performance analysis in sport, 13
(1), 179-189. Hardiyono, B., & Nurkadri, N. 2018.
Efektifitas Model Latihan Keseimbangan Badgan dan Model Latihan Keseimbangan
Konvensional Terhadap Hasil Pemanjatan
Pada Olahraga Panjat Dinding Untuk Pemanjat Pemula. Jurnal Prestasi.
https://doi.org/10.24114 /jp.v2i3.10131
Hardinoto, Nono, Syahbuddin Syah, Indra
Darma Sitepu, 2017., Perbedaan Karakter Olahraga Kompetitif (Studi Komparatif
Olahraga Individu Dan Olahraga Tim),
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Medan., Jurnal Prestasi Vol. 1(2)
: 7-12., p-ISSN : 2549-9394, e-ISSN : 2579-7093.,
Mirzeuglo, Nevzet, 2015., The validity and reliability of Turkish version of fair play questionnaire in Physical Education (FPQ-
PE) and an implementation., Academic
Journal, 10(17), 2469-2480. ISSN. 1990-
3839.
Nurkadri., Hayati, Rizka. 2020. Pengeruh Dataran Tinggi Terhadap Tingkat Kebugaran Jasmani Mahasiswa Universitas
Negeri Manado., Kinestetik: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Jasmani, 4(1), 79-84.
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/kinestetik/article/view/10411
Widiasworo, Erwin. 2018. Mahir Penelitian
Pendidikan Modern, Araska Publisher, 1-
238 halaman. ISBN 978–602–5805–72–
1.
Zorba, Ercan,2018.Fair Play Behavior in Futsal
: Study in High School Students“, Universal
Journal of Educational Risearch (UJER),
1449-1453, 6(7), (http://www.hrpub.org).
41
COMPETITOR: Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga Volume 12 Nomor 1, Februari 2020 e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389 This work is licensed under a Creative Commons Attribution
4.0 International License
HUBUNGAN MEROKOK DAN HEMOGLOBIN TERHADAP DAYA
TAHAN
Sonang Rona1
Keywords :
Merokok; Hemoglobin;
Daya Tahan.
Corespondensi Author 1Universitas Negeri Padang, [email protected]
Article History
Received: Desember 2019;
Reviewed: Januari 2020;
Accepted: Januri 2020;
Published: Februari 2020
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetauhi hubungan merokok dan hemoglobin terhadap daya tahan jenis peneletian korelasional dengan mengunakan metode kuantitatif. Penelitian dilakukan di
lakukan di padang dan di puskesmas air tawar padang dalam proses pengambilan data kadar hemoglobin yang dilakukan oleh
petugas laboratorium. Sampel yang digunakan dalam penelitian mahasiswa fakultas ilmu keolahragaan universitas negri padang dilakukan pada 18 maret hingga 1 april 2019. Teknik pengujian
hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik analisis statistik korelasi sederhana dan korelasi ganda yang dilanjutkan dengan
uji-t pada taraf signifikan α = 0,05. Dari hasil pengolahan data
yang telah dilakukan didapatkan nilai untuk ry1 = 0,143966 atau
˂ 0,05 yang mana artinya terdapat hubungan signifikan antara merokok dengan daya tahan. Hasil pengolahan data selanjutnya
didapatkan nilai ry2 = 0,670314 atau ˂ 0,05 yang mana artinya
terdapat hubungan signifikan antara kadar hemoglobin dengan daya tahan. Dan pengolahan data didapatkan nilai ry1,2 =
0,580062 atau ˂ 0,05 yang artiya terdapat hubungan signifikan antara merokok dan kadar hemoglobin terhadap daya tahan.
PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan jaman,
menjadikan banyak orang menjalani aktivitas
yang serba praktis, contohnya pergi ke suatu tempat tidak lagi dengan jalan kaki melainkan
dengan menggunakan mobil atau sepeda motor. Tanpa disadari, aktivitas tersebut justru
menjadi aktivitas yang tidak sehat karena minimnya gerakan. Salah satu contoh dampak
negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah banyaknya aktivitas manusia
yang digantikan peranannya oleh sebuah mesin atau robot yang berakibat pada
menurunnya mobilitas gerak manusia dan tingkat kebugaran jasmani seseorang(Fathan
Nurcahyo 2011) . Tidak hanya kebiasan aktifitas kekurangan dalam aktifitas gerak
akan mempengaruhi kesegaran jasmani.
Orang yang mulanya harus bekerja secara fisik, misalnya berjalan dari rumah ke tempat
bekerja, diganti oleh peran motor atau mobil sehingga orang cenderung statis kurang kerja
fisik dan bermalas-malasan (sedentary) (gilang okta prativi et al, 2013).selain aktifitas gerak
yang kurang pola makan juga berperan sangat penting dalam memperoleh kesegaran
jasmani. Pola hidup termasuk pola makan dengan tercukupi gizi serta pengaturan
istirahat yang baik yang merupakan faktor lain yang tidak kalah pentingnya untuk
menciptakan kesehatan maupun kebugaran tubuh (F. Suharjana & Heri purwanto 2008).
Pola makan juga sangat berpengaruh terhadap pola hidup sering kali seseorang
menghabaikan apa yang dikonsumsi nya akan memberikan efek terhadap tubuhnya. Makan
e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389
42
merupakan kebutuhan hidup manusia. Kita
adalah cerminan apa yang kita makan. Jika kita sehat maka sesungguhnya apa yang kita
makan adalah jenis makanan yang sehat pula (Ratu ayu dewi sartika 2008). efek yang
diterima akan sesuai dengan apa yang di konsumsi oleh tubuh tidak hanya makanan
kebiasaan mengkonsumsi yang mengandung zat lain seperti kopi juga menjadi hal yng
dapat berpengaruh terhadap tubuh. jika seseorang memiliki tumpatan resin komposit
jenis hybrith secara rutin mengkonsumsi minuman kopi maka tumpatan tersebut akan
mengalami kontak dengan zat warna dan zat asam yang terdapat di dalam minuman kopi
(aprilia et al, 2007) .selain pola makan kebiasaan buruk juga dapat mempengaruhi
pola hidup seperi rokok akan akan berpengaruh pada tubuh sesuai dengan kesegran jasmani kandungan zat yang kita
konsumsi. Kebiasaan merokok merupakan aktifitas
membakar tembakau kemudian dihisap yang dilakukan secara berulang-ulang yang menjadi
suatu hal yang dilakukan berkelanjutan. Merokok merupakan overt behavior dimana
perokok menghisap gulungan tembakau (Nindirah septia et al, 2016). Aktifitas
merokok menjadi hal yang sangat sering dijumpai di semua kalangan baik di kalangan
anak-anak remaja, dewasa, hingga orang tua. hal ini terjadi karna mudahnya proses
transaksi jual beli rokok dan harga yang masih dapat dijangkau oleh kalangan anak muda dan
mahasiswa. Kebiasaan merokok di perguruan tinggi juga makin banyak dijumpai, baik di
fakultas olahraga, fakultas kedokteran maupun fakultas lainnya (Alex Jakfar Zuhdi & Dita
Yuliastrid 2017). Dengan banyak nya orang yang mekonsumsi rokok akan menjadi
ancaman yang membahayakan dalam jangka pendek hingga panjang. Merokok merupakan
salah satu masalah utama yang terjadi di Indonesia dan menyebabkan lebih dari
200.000 kematian pertahunnya ( E eriwati, M azrin & Yovi 2014). Bahaya rokok tidak hanya
mempengaruhi proses pernapasan dan menggangu proses peredaran darah namun
rokok dapat menyerang apa saja yang berkaitan dengan pernafasan ini karena
merokok dapat menyebabkan saturasi oksigen dalam darah. Saturasi oksigen adalah jumlah
oksigen yang diangkut oleh hemoglobin, ditulis sebagai persentasi total oksigen yang
terikat pada hemoglobin (nindirah septia et al,
2016). Seiring dengan marak nya aktifitas
merokok kini tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga sering ditemui hal ini tentu sangat
membutuhkan perhatian khusus tidak hanya sampai disitu mereka yang seharus nya jauh
dari rokok namun idealnya tidak sesuai dengan realita diantaranya olahragawan yang
seharusnya pola hidup sehat tanpa rokok namun sering terjadi kealahan yang terlihat
pada olahragawan yang mengkonsumi rokok. Namun kenyataan menununjukkan bahwa
ditemukan para pengolahraga yang melakukan kegiatan merokok baik di rumah atau
lingkungannya, hingga ke tempat-tempat berolahraga, atau tempat berlatih, dan di
gelagang atau stadion olahraga (M. Nadjib Bustan 2013). Merokok menjadi persoalan yang serius hal ini benar-benar menjadi
masalah yang ingin di atasi pemerintah mengingat dampak mengkonsumsi zat pada
rokok tidak hanya mengganggu fisik tetapi juga mempengaruhi psikis. kandungan zat
dalam rokok khususnya nikotin juga mem‐ pengaruhi kondisi psikologi, sistem syaraf, serta aktivitas dan fungsi otak, baik pada
perokok aktif maupun pasif (Andrian liem, 2010). Mengingat banyak nya bahaya dari
nikotin pada rokok membuat organ di dalam tubuh tidak beroperasi sebagai mestinya
terutama pada organ-organ induk di dalam tubuh salah satunya jantung pemompaan
darah akan berjalan tidak normal karna adanya gangguan sistem kerja jantung akibat
nikotin dan karbon monoksida. Kebiasaan merokok mempengaruhi daya tahan
kardiovaskuler karena karbon monoksida yang dikeluarkan oleh asap sebesar 4% dan
mengikat kadar Hb lebih cepat dari pada oksigen (Cici violita dewi cintya & Sri widati
2017). Hameglobin merupakan salah satu
molekul yang mengikat oksigen dalam proses pemompaan darah serta keberlangsungan
proses sirkulasi darah. Hemoglobin (Hb) mengandung besi yang diperlukan untuk
bergabung dengan oksigen dan beredar ke seluruh tubuh (Ario Debbian Sr 2016).
Hameglobin berperan penting dalam proses pengedaran darah keseluruh tubuh
hemoglobin mengikat oksigen dalam darah dan diedarkan keseluruh tubuh. Hemoglobin
(Hb) adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia. Hb
Volume 12 Nomor 1, Februari 2020
43
merupakan senyawa pembawa oksigen pada
sel darah merah (Juwita Pramodya W et al, 2015). Hemoglobin berada pada sel darah
merah yang menjadikan darah menjadi warna merah hemoglobin sangat dibutuhkan dalam
proses sirkulasi darah. Hemoglobin adalah suatu protein majemuk yang mengandung
unsur non protein yaitu heme yang terdapat pada sel darah merah dan yang memberi
warna merah pada darah yang berfungsi untuk mengatur pertukaran oksigen dengan
karbondioksida di dalam jaringan – jaringan tubuh( Eko Yanuarto Mustaqim & Endang Sri
Wahyuni 2013). Peran hemoglobin sangat lah besar dalam
proses peredaran darah dilihat dari fungsi hemoglobin yang mengikat oksigen dan
melakukan pertukaran oksigen dengan karbondioksida tingkat hemoglobin seseorang tentu akan berpengaruh terhadap kemampuan
jantung dalam proses pengedaran darah keseluruh tubuh jantung akan memompakan
darah keseluruh tubuh dan dan hemoglobin mengikat darah dengan oksigen dan siap
diedarkan keseluruh tubuh. Oksigen secara normal sampai ke jaringan otot dibawa oleh
hemoglobin di dalam sel-sel darah merah. Pada saat orang bernafas, udara yang dihisap
terdiri dari oksigen, nitrogen, dan beberapa zat lain termasuk karbon monoksida yang
memiliki afinitas 200 kali lebih besar dari oksigen (Elina Wahyu Hapsari 2014).
Kadar hemoglobin setiap orang memiliki perbedaan hemoglobin seseorang tidak dapat
di tentukan dengan aktifitas nya saja tetapi banyak fator seperi penyakit, makanan, usia,
jenis kelamin dan termasuk kebiasan buruk juga dapat memepengaruhi tingkat
hemoglobin seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin dan sel
darah merah (eritrosit) pada seseorang adalah makanan, usia, jenis kelamin, aktivitas,
merokok, dan penyakit yang menyertainya seperti leukemia, thalasemia, dan tuberkulosi.
Makanan merupakan zat-zat gizi atau komponen gizi yang terdapat dalam makanan
yang dimakan digunakan untuk menyusun terbentuknya hemoglobin yaitu Fe (zat besi)
dan protein ( Dwi Aries Saputro & Said junaidi 2015). Dengan banyak nya faktor yang
dapat mempengaruhi kadar hemaglobin tentunya dapat memepengaruhi tingkat sisitim
kerja jantung dan kelancaran dalam proses sirkulasi darah sistem kerja jantung yang baik
akan menghasilkan tingkat kesehatan dan
kebugaran yang baik pada seseorang. Kesegaran jasmani itu sendiri merupakan
kemampuan daya tahan fisik atau tubuh seseorang dalam melakukan berbagai aktifitas
kehidupan sehari-hari, tanpa mengalami kelelahan yang berarti . Pola hidup termasuk
pola makan dengan tercukupi gizi serta pengaturan istirahat yang baik merupakan
faktor lain yang tidak kalah pendngnya unmk menciptakan kesehatan maupun kebugaran
jasmani. Lingkungan hidup yang higienis juga sangat mempengaruhi kondisi kesehatan
seseorang (Eka Swata Budayati (2011). Kesegaran jasmani seseorang akan
dipengaruhi dari banyak aspek diantaranya pola istirahat, kebiasaan dan zat gizi yang di
konsumsi oleh seseorang. Salah satu bentuk kebiasaan buruk yang
mempengaruhi kebugaran jasmani salah
satunya Merokok merupakan suatu kebiasaan yang sering kita jumpai kebiasaan merokok
tentunya sangat mempengaruhi kebugaran jasmani seseorang. Kebiasaan merokok
berpengaruh terhadap kesegaran jasmani, karena di dalam rokok terdapat bermacam-
macam zat yang merugikan tubuh, yaitu karbon monoksida, nikotin, tar, dan beberapa
zat lainnya (Elina Wahyu Hapsari 2014). Kesegaran jasmani tidak hanya dipengaruhi
oleh kebiasaan buruk seperi merokok aktifitas dan pola keseharian juga mempengaruhi
kondisi kesegaran jasmani seseorang. Setiap individu perlu memiliki tingkat kebugaran
jasmani yang ideal. Hal itu disesuaikan dengan tuntutan tugas maupun aktivitasnya
dalam kehidupan sehari-hari ( Rino Hariyono & Sasminta christina Yuli Hartati 2013).
Daya tahan termasuk dalam hal yang diperlukan dalam semua aktifitas baik aktifitas
keseharian juga dalam berolahraga untuk memperoleh kesegaran jasmani. Dalam proses
aktifitas kesegaran jasmani daya tahan menjadi hal yang penting untuk meraih
kesegran jasmani untuk memulai aktifitas membutuhkan daya tahan umum. Daya
tahan umum wajib dibutuhkan oleh seseorang dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Tanpa daya tahan umum yang baik maka, seseorang tidak akan dapat melakukan
aktivitas secara maksimal dalam menghadapi rutinitasnya sehari-hari( I Gusti Putu Ngurah
Adi Santika, S.Pd., M.Fis 2015). Dengan berolahraga akan membantu
pembentukan daya tahan dengan berolahraga
e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389
44
kapasitas oksigen akan bertamabah. Hal ini
karena tubuh yang kita guanakan untuk bergerak membutuhkan asupan oksigen dalam
proses berlangsungnya kegiatan olahraga agar tidak mengalami kelelahan (Ilman Alifa
Syahda et al, 2016). Dalam proses pembentukan konsisi fisik dapat dipengaruhi
dua faktor internal dan eksternal yaitu faktor dari dalam dan luar. Faktor internal adalah
sesuatu yang sudah terdapat dalam tubuh seseorang yang bersifat menetap, misalnya
genetik, umur, jenis kelamin, dan durasi latihan, sedangkan faktor eksternal di
antaranya aktivitas fisik, pola makan, istirahat, faktor lingkungan, dan seperti kebiasan
merokok (Muhammad Yobbie Akbar dan Widiyanto 2014). Daya tahan menjadi hal
yang perlu diperhatikan oleh orang yang memiliki aktifitas hal ini karena daya tahan yang baik bisa dimiliki dari kempuan jantung
dan paru dalam memompakan oksigen dan darah keseluruh tubuh akan berperan penting
dalam terjadinya daya tahan. Fungsi jntung dan paru yang baik akan
menghasilkan nilai konsumen oksigen maksimal (VO2 max) (Susiana Candrawati et
al, 2016). Daya tahan yang membutuhkan oksigen yang banyak karna oksigen
menentukan ketahanan seseorang dalam beraktifitas seperti daya tahan kardiorespirasi
kemampuan jantung dalam memompakan darah dan oksigen dalam waktu yang cukup
lama. Daya tahan kardiorespirasi merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan latihan
dinamis yang melibatkan banyak kelompok otot dalam waktu yang lama dengan intensitas
sedang hingga tinggi (Anak Agung Fridami Dewi & I Made Muliarta 2016).
Berdasarkan uraian diatas mengenai hubungan hemoglobin dan merokok terhadap
daya tahan maka peniliti ingin mengetahui
hubungan merokok dan hemoglobin terhadap daya tahan. maka peneliti ingin melakukan
penelitian untuk mengetahui keterkaitan dan hubungan antara ketiga variabel yaitu
merokok, tingkat hemoglobin, dan daya tahan.
METODE Jenis penelitian ini ialah penelitian
korelasional dengan menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan maret sampai april 2019 dan bertempat di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Padang dan laboratorium. Sampel diambil dengan menggunakan teknik obsevasi
dengan melakukan wawancara. jumlah populasi 30 orang dengn responden sebanyak
10 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data penggunaan rokok oleh
responden diketahui melalui kuesioner yang diisi oleh responden yang sebelumnya telah
menyatakan bersedia dan menyatakannya dalam lembaran informed consent.
Pemeriksaan kadar hemoglobin dilakukan di puskesmas air tawar padang oleh petugas
laboratorium. Jenis tes yang dilakukan untuk mengukur tingkat daya tahan menggunakan
tes lari 2,4 Km (cooper).
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi data dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran tentang penyebaran
yang data meliputi nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata, simpangan baku,
median, modus, varians, distribusi frekuensi, serta histogram dari masing-masing variabel
X1, X2 maupun Y. Berikut data lengkapnya:
Tabel 1 Deskripsi data penelitian
Variabel Merokok Kadar Hemoglobin Daya Tahan
Nilai tertinggi 8 17,4 15,09
Nilai terendah 3 13,7 11,11
Rata-rata 4,5 15,93 12,676
Standar deviasi 1,509231 1,043552 1,05855457
Median 4,5 16,3 12,33
Varian 2,277778 1,089 1,12053778
Variabel Merokok
Hasil penelitian ini menunjukan rentang
skor merokok (X1) adalah antara 3 sampai
8,03 dengan rata-rata sebesar 4,5, serta standar
deviasi 1,509231, dengan median 4,5 dan varian 2,277778.
Volume 12 Nomor 1, Februari 2020
45
Tabel 2
Distribusi frekuensi merokok
Interval Frekuensi Persentase
3 - 4,25
4,26 – 5,51 5,52 – 6,72
6,78 – 8,03
5
4 0
1
50%
40% 0%
10%
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel diatas dibandingkan
dengan nilai rata-rata terlihat tastee berada
Pada kelas raata-rata sebanyak 5 (50%) dan
yang berada dibawah rata-rata sebanyak 5 (50%) sedangkan testee yang berada di atas rata-rata 0 (0%)
Variabel kadar hemoglobin. Hasil penelitian ini menunjukan rentang
score kadar hemoglobin (X2) adalah antara
13,7 hingga 17,4, dengan rata-rata 15,93 ,serta standar deviasi 1,043552, dengan median 16,3
dan varian 1,089.
Tabel 3 Distribusi frekuensi kadar hemoglobin
Interval Frekuensi Persentase
13,7 – 14,63 14,64 – 15,57
15.58 – 16,51 16,52 – 17,45
1 1
6 2
10% 10%
60% 20%
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel diatas dibandingkan
dengan nilai rata-rata,terlihat testee yang
berada pada kelas rata-rata sebanyak 6 (60%)
dan yang berada dibawah rata-rata sebanyak 6
(60%) sedangkan testee yang berada di atas
rata-rata adalah 1 (10%).
Variabel daya tahan
Hasil penelitian ini menunjukan rentang score
tingkat daya tahan (y) adalah antara 11,11 sampai 15,09 dan rata-rata 12,676 , dengan
standar deviasi 1,05855457, serta median 12,33 dan varian 1,12053778.
Tabel 4
Distribusi frekuensi daya tahan
Interval Frekuensi Persentase
11,11 – 12.11
12,12 – 13,12 13,13 – 14,13
14,14 – 15,14
1
6 2
1
10%
60% 20%
10%
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel diatas dibandingkan
dengan nilai rata-rata, terlihat testee yang
berada pada kelas rata-rata sebanyak 6 (60%) dan yang berada dibawah rata-rata sebanyak 6
(60%) sedangkan testee yang berada diatas rata-
rata adalah 1 (10%). Dari hasil pengolahan data yang telah
dilakukan didapatkan nilai untuk ry1 =
0,143966 atau ˂ 0,05 yang mana artinya
terdapat hubungan signifikan antara merokok dengan daya tahan. Hasil pengolahan data
selanjutnya didapatkan nilai ry2 = 0,670314
atau ˂ 0,05 yang mana artinya terdapat hubungan signifikan antara kadar hemoglobin
dengan daya tahan. Dan pengolahan data
didapatkan nilai ry1,2 = 0,580062 atau ˂ 0,05 yang artiya terdapat hubungan signifikan
e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389
46
antara merokok dan kadar hemoglobin
terhadap daya tahan.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis dan pengolahan data
yang dilakukan dalam penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa sebagai berikut.
1. Adanya terdapat hubungan signifikan antara merokok dengan daya tahan
2. Adanya terdapat hubungan kadar hemoglobin dengan daya tahan
3. Adanya terdapat hubungan merokok dan kadar hemoglobin terhadap daya tahan
Dalam menjalani kehidupan hendaklah memperhatikan pola kebiasaan buruk yang
dapat memberikan kerugian pada diri sendiri dan orang lain. agar kesehatan dapat dimiliki
disarankan agar memulai hidup sehat dan menjauhi zat-zat berbahaya yang akan
menganggu tingkat kesehatan, kebugaran dan daya tahan tubuh.
DAFTAR RUJUKAN Erawati, E., Azrin, M., & Yovi, I. 2014.
Hubungan kebiasaan merokok dengan ketahanan kardiorespirasi pada dosen pria
fakultas ilmu sosial dan ilmu politik
Universitas Riau. Jurnal Online Mahasiswa
(JOM) Bidang Kedokteran, 1(2), 1-7.
Liem, A. 2010. Pengaruh Nikotin terhadap Aktivitas dan Fungsi Otak serta
Hubungannya dengan Gangguan
Psikologis pada Pecandu Rokok. Buletin
Psikologi, 18(2).
Septia, N., Wungouw, H., & Doda, V. 2016.
Hubungan merokok dengan saturasi oksigen pada pegawai di fakultas
kedokteran universitas Sam Ratulangi
Manado. Jurnal e-Biomedik, 4(2).
Sartika, R. A. D. 2008. Pengaruh asam lemak jenuh, tidak jenuh dan asam lemak trans
terhadap kesehatan. Kesmas: National
Public Health Journal, 2(4), 154-160.
Suharjana, F., & Purwanto, H. 2008. Kebugaran Jasmani Mahasiswa D II
PGSD Penjas FIK UNY. Jurnal
Pendidikan Jasmani Indonesia, 5(2).
Debbian, A. 2016. Profil Tingkat Volume
Oksigen Maskimal (VO2 Max) dan Kadar Hemoglobin (Hb) Pada Atlet Yongmoodo
Akademi Militer Magelang. Yanuarto Mustaqim, E.K.O. 2013. Hubungan
Kadar Hemoglobin (Hb) dengan Kebugaran Jasmani pada Siswa
Ekstrakurikuler Sepakbola SMA Negeri 1
Bangsal. Jurnal Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan, 1(3).
Saputro, D. A., & Junaidi, S. 2015. Pemberian vitamin C pada latihan fisik maksimal
dan perubahan kadar hemoglobin dan
jumlah eritrosit. Journal of Sport Sciences
and Fitness,4(3).
Hapsari, E. W. 2014. Perbedaan Kesegaran Jasmani Dan Status Gizi Antara Perokok
Dan Bukan Perokok Pada Siswa Putra Kelas IX SMPN 1 Tlogowungu Pati
Tahun Ajaran 2012/2013. Unnes Journal of
Public Health, 3(2).
Hariyono, R. 2013. Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa Kelas X
Berdasarkan Letak Geografis (Studi Pada Siswa Putera Kelas X SMA Negeri 1
Ngadirojo Dan Siswa Putera Kelas X
SMA Negeri 1 Tulakan). Jurnal
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, 1(2)
Budayati, E. S. 2011. Kebugaran Jasmani Dan
Indek Masa Tubuh Mahasiswa Program
Studi IKORA FIK UNY. Medikora, (1).
Wibowo, D. V., Pangemanan, D. H., & Polii,
H. 2017. Hubungan Merokok dengan Kadar Hemoglobin dan Trombosit pada
Perokok Dewasa. Jurnal e-Biomedik, 5(2).
Nurcahyo, F. 2011. Kaitan Antara Obesitas
Dan Aktivitas Fisik.Medikora, (1).
Santika, I. G. P. N. A. 2015. Hubungan
Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Umur Terhadap Daya Tahan Umum
(Kardiovaskuler) Mahasiswa Putra Semester II Kelas A Fakultas Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan IKIP PGRI Bali
TAHUN 2014. Jurnal Pendidikan
Kesehatan Rekreasi, 1(1), 42-47.
Aprilia, A., Rochyani, L., & Rahardianto, E.
2008. Pengaruh minuman kopi terhadap perubahan warna pada resin
komposit. Journal of Dentistry
Indonesia, 14(3), 164-170.
Syahda, I. A., Damayanti, I., & Imanudin, I.
2016. Hubungan Kapasitas Vital Paru-Paru Dengan Daya Tahan
Cardiorespiratory Pada Cabang Olahraga
Sepak Bola. Jurnal Terapan Ilmu
Keolahragaan, 1(1), 24-28.
Akbar, M. Y. 2014. Kemampuan Daya Tahan
Anaerobik Dandaya Tahan Aerobik Pemain Hoki Putra Universitas Negeri
Yogyakarta. Medikora, (1).
Volume 12 Nomor 1, Februari 2020
47
Bustan, M. N. 2014. Pentingnya Perokok Vs
Pengolahraga: Manfaat Olahraga Bagi Perokok dan Risiko Rokok Bagi
Pengolahraga. Jurnal Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan Indonesia, 3(01).
Septia, N., Wungouw, H., & Doda, V. 2016. Hubungan merokok dengan saturasi
oksigen pada pegawai di fakultas kedokteran universitas Sam Ratulangi
Manado. Jurnal e-Biomedik, 4(2).
Prativi, G. O. 2013. Pengaruh Aktivitas
Olahraga terhadap Kebugaran Jasmani.
Journal of Sport Sciences and Fitness, 2(3).
Candrawati, S., Sulistyoningrum, E., agung
Prakoso, D. B., & Pranasari, N. 2016. Senam Aerobik Meningkatkan Daya
Tahan Jantung Paru dan Fleksibilitas.
Jurnal Kedokteran Brawijaya, 29(1), 69-73.
Dewi, A. A. F., & Muliarta, I. M. 2016. Daya tahan kardiorespirasi siswa pemain basket
sekolah menengah atas di kota denpasar lebih baik dari pada siswa bukan pemain
basket. E-Jurnal Medika, 5(4), 1-7.
Jakfar Zuhdi, A.L.E.X. 2017. Hubungan
Kebiasaan Merokok Terhadap Volume Oksigen Maksimal (Vo2 Max) Pada
Mahasiswa Jurusan Penkesrek UNESA
Angkatan 2015. Jurnal Kesehatan
Olahraga, 5(1).
Cintya, C. V. D., & Widati, S. 2018. Pengaruh
Faktor Sikap, Norma Subjektif, Kontrol Perilaku terhadap Kebiasaan Merokok
pada Atlet di UKM Bulutangkis X
Surabaya. Jurnal Biometrika dan
Kependudukan, 6 (1), 26-34.
48
COMPETITOR: Jurnal Pendidikan Kepelatihan Olahraga Volume 12 Nomor 1, Februari 2020 e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389 This work is licensed under a Creative Commons Attribution
4.0 International License
EFEKTIFITAS METODE MENGAJAR KESELURUHAN DENGAN
METODE MENGAJAR BAGIAN PERBAGIAN TERHADAP HASIL
BELAJAR MENGUMPAN (PASSING) KAKI BAGIAN DALAM
PADA PERMAINAN FUTSAL MAHASISWA FIK UNM
Sudirman1, Andi Mas Jaya2
Keywords :
Metode; Mengajar
Keseluruhan; Mengajar Bagian; Hasil Belajar;
Passing Futsal.
Corespondensi Author 1Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi,
Universitas Negeri Makassar, [email protected] 2Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi,
Universitas Negeri Makassar, [email protected]
Article History
Received: Desember 2019;
Reviewed: Januari 2020;
Accepted: Januari 2020;
Published: Februari 2020
ABSTRACT This study aims to find out which is more effective between the overall method and the teaching method part by section on learning outcomes passing (passing) the inner leg in students who take Futsal
learning. This research was carried out by an experimental method in total sampling. The data analysis technique used to test the
hypothesis is the t-test, at a significant level α = 0.05, starting with calculating the t-count value to compare with the t-table value at a
significant level of 95%. (1) The whole method is obtained by t-count = 4, the value listed in t-table with degrees of freedom (dk) =
15-1 = 14. A significant level of 5% is 2.14, so t-count> t-table, means that there is a convincing (significant) difference before and after being given the overall method treatment. (2) The teaching
method part of division is obtained the value of t-count = 3.7, the value listed in t-table with degrees of freedom (dk) = 15-1 = 14. Significant level of 5% is 2.14, so t-count> t-table, means that there
is a convincing (significant) difference before and after the treatment method is given in part. And (3) The overall method and the part-
by-part teaching method obtained t-count = 3.2, the values listed in t-table with degrees of freedom (dk) = 15 + 15-2 = 28. A significant level of 5% is 2.05. So t-count> t-table.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mana yang lebih efektif antara metode keseluruhan dengan metode mengajar bagian perbagian terhadap hasil belajar mengumpan (passing) kaki bagian
dalam pada mahasiswa yang mengikuti pembelajaran Futsal. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen secara total
sampling. Teknik analisis data yang dipergunakan untuk menguji
hipotesis adalah uji-t, pada taraf signifikan α0,05, dimulai dengan menghitung nilai t-hitung untuk membandingkan dengan nilai t-tabel pada taraf signifikan 95%. (1) Metode keseluruhan diperoleh
nilai t-hitung =4, nilai yang tercantum dalam t-tabel dengan derajat kebebasan (dk) = 15-1=14. Taraf signifikan 5% adalah
2,14, jadi t-hitung > t-tabel, berarti ada perbedaan yang meyakinkan (signifikan) sebelum dan setelah diberikan perlakuan metode keseluruhan. (2) Metode mengajar bagian perbagian
diperoleh nilai t-hitung =3,7, nilai yang tercantum dalam t-tabel
Volume 12 Nomor 1, Februari 2020
49
dengan derajat kebebasan (dk) =15-1=14. Taraf signifikan 5%
adalah 2,14, jadi t-hitung > t-tabel, berarti ada perbedaan yang meyakinkan (signifikan) sebelum dan setelah diberikan perlakuan metode mengajar bagian perbagian. Dan (3) Metode keseluruhan
dan metode mengajar bagian perbagian diperoleh nilai t-hitung =3,2, nilai yang tercantum dalam t-tabel dengan derajat kebebasan
(dk) =15+15-2=28. Taraf signifikan 95% adalah 2,05. Jadi t-hitung > t-tabel.
PENDAHULUAN Futsal identik dengan permainan sepak
bola, hanya yang membedakan keduanya adalah sisi lapangan, peraturan, jumlah
pemain, dan cara bermain, Futsal tidak
mengenal panas ataupun hujan. Dikarenakan
tempatnya terbatas, permainan Futsal
membutuhkan kecepatan berpikir dalam
melakukan operan yang akurat dan juga
stamina yang bagus, dalam permainan Futsal
harus baik dalam mempertimbangkan
penggunaan teknik ketika masing-masing
pemain. Futsal adalah permainan sangat cepat
dan dinamis oleh karena itu diperlukan kerja
sama antar pemain lewat passing yang keras
dan akurat. Dan banyaknya jenis keterampilan
passing yang digunakan dalam menguasai bola
ketika melakukan serangan, lawan akan sulit dalam melakukan organisasi pertahanan
daerah gawangnya. Kadir Yusuf (1982:31) mengatakan bahwa, bermain bola sebenarnya
sederhana sekali, yakni bagaimana kita bisa kompak bertahan pada saat kehilangan bola
dan bagaimana bisa kompak menyerang pada saat menguasai bola. Mengumpan lebih efisien
dari pada menggiring, bahwa bermain Futsal
yang baik adalah selalu mengumpan bola
kepada kawan sebelum bola direbut lawan, sehingga bola yang diumpan dapat diterima
oleh kawan dengan mudah tanpa direbut lawan. Seorang pemain yang memiliki
keterampilan passing yang baik adalah pemain
yang melakukan passing tepat ke arah yang
dituju tanpa menyusahkan rekan satu tim yang menerima. Seperti yang dikemukakan oleh
Gerhard Bauer bahwa kualitas atau mutu dari
passing menentukan keberhasilan dalam
permainan kombinasi. Operan yang baik
adalah inti dari Futsal atau sepak bola, tetapi
ada beberapa pilihan yang harus ditentukan
sebelum mengoper. Pada saat menguasai bola
dan memulai suatu serangan dalam Futsal
membutuhkan kualitas passing yang baik dan
harus sering dilatih. Untuk menguasai
keterampilan passing diperlukan penguasaan
gerakan sehingga sasaran yang diinginkan
tercapai.
Menurut John D. Tenang (2008) Futsal
merupakan suatu permainan yang mengutamakan operan-operan pendek atau
istilah Passing Game, karena seorang pemain
harus menguasai teknik mengumpan atau
operan bola yang benar. Passing dalam sebuah
permainan Futsal banyak jenisnya ada passing
dekat, passing jauh, passing mendatar, passing
melambung, passing satu atau dua kali sentuh,
passing yang mematikan, passing melengkung
dan lain-lain. Yang paling pokok dari semua
jenis passing itu adalah mudah diterima rekan
satu tim tanpa ia bersusuah payah. Karena
passing yang baik adalah passing yang mampu
kita tujukan ke arah sasaran dengan teknik
yang benar. Untuk dapat melakukan passing
dengan baik dan benar pemain Futsal harus
mengetahui teknik dasar dalam
melakukannya, hal ini erat hubungannya dengan pelaksanaan di lapangan. Dalam
permainan Futsal teknik mengoper bola passing
yang dominan dengan menggunakan kaki
bagian dalam agar mudah untuk mengarahkan ke kawan pada saat tim menguasai bola,
dengan situasi lapangan yang kecil mengoper
bola passing harus tepat di kaki, apabila tidak
tepat di kaki maka lawan akan mudah
merebutnya. Keterampilan passing bola yang
benar dan harus siswa pelajari terlebih dahulu
biasanya disebut dengan push pass (operan
dorongan) karena bagian samping kaki sebenarnya mendorong bola. Menendang
adalah salah satu skill dasar permainan Futsal
yang sangat dibutuhkan oleh setiap pemain,
sebab hampir sebagian besar pemain Futsal
menggunakan tendangan atau menendang. Dalam hal ini adalah tendangan yang
bertujuan untuk passing ke arah teman, passing
yang baik adalah ketepatan dalam melakukan
e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389
50
tendangan bola ke arah sasaran yang
diinginkan. Adapun Menurut John D. Tenang (2008), terdapat tiga teknik dasar dalam
mengoper bola, yaitu: (1) Dengan kaki bagian
dalam (Inside of the foot), (2) Dengan kaki
bagian luar (Outside of the foot), dan (3) Dengan
punggung kaki (Instep of the foot).
Teknik dasar passing kaki bagian dalam.
Yaitu hanya passing yang menggunakan kaki
bagian dalam. Bagian dalam kaki adalah
bagian yang paling sering digunakan untuk menendang bola. Bagian kaki tersebut
memiliki permukaan yang paling luas untuk menendang bola dibandingkan bagian lain,
sehingga lebih mudah bagi siswa untuk menembak ke arah bola jika siswa
menendangnya, sehingga sangat ideal untuk melakukan operan yang akurat. Menurut Gill
Harvey (2003) definisi passing kaki bagian
dalam adalah: Passing menggunkan kaki
bagian dalam adalah dimana posisi kaki tumpu sejajar dan dekat dengan bola, lutut
kaki sedikit ditekuk, dengan lutut berputar arah keluar, posisi badan berada di atas bola
(menutup), tangan membentang kesamping untuk menjaga keseimbangan tubuh. Ketika
bola ditendang pada bagian tengah-tengah bola lalu diikuti gerakan lanjutan. Sedangkan
Joseph A. Luxbacher (1997), definisi passing
kaki bagian dalam sebagai berikut: Passing
menggunkan kaki bagian dalam adalah ketika berdiri menghadap kedepan letakan kaki yang
menahan keseimbangan di samping bola, arahkan kaki kedepan, bahu dan pinggul lurus
ke depan. Tekukkan sedikit lutut kaki, dan ayunkan kaki yang akan menendang ke
belakang. Pada saat tubuh berada di atas bola, ayunkan kaki yang akan menendang ke depan,
jaga kaki agar tetap lurus, tendang bagian tengah bola dengan bagian samping dalam
kaki, pindahkan berat badan ke depan, dan lajutkan gerakan searah dengan bola.
Pendapat lain dikemukakan oleh Justin Lhaksana (2006), definisi dalam melakukan
passing kaki bagian dalam adalah: Passing
menggunakan kaki bagian dalam adalah
tempatkan kaki tumpu disamping bola, gunakan kaki bagian dalam untuk melakukan
passing, kunci atau kuatkan tumit agar saat
sentuhan dengan bola lebih kuat. Pada saat
kaki dalam dari atas di arahkan ketengah bola (jantung) dan diteken kebawah agar bola tidak
melambung, dan diteruskan dengan gerakan lanjutan, dimana setelah sentuhan dengan
bola dalam melakukan passing ayunan kaki
jangan dihentikan. Pada saat melakukan
passing perkenaan kaki yang bersentuhan tepat
ditengah-tengah bola agar alur jalannya bola mendatar di permukaan lapangan. Kesalahan
umum yang biasa dilakukan pemain adalah
melakukan passing dengan mengayunkan kaki
secara menyilang di depan tubuh dan gerakan ini akan mengurangi kekuatan tendangan dan
sering membuat passing menjadi lemah dan
tidak efektif. Dengan demikian, yang
dimaksud dengan passing mengunakan kaki
bagian dalam, dalam penelitian ini adalah posisi kaki tumpu sejajar di samping bola,
posisi kaki tumpu mengarah ke depan, lutut kaki tumpu sedikit ditekuk, posisi kaki tumpu
menahan keseimbangan berat badan, posisi kaki ayun ditarik ke belakang dan diangkat,
posisi kaki ayun digerakan mengenai bola, sentuhan kaki menggunakan kaki bagian dalam, bola ditendang pada bagian tengah
bolanya, pada saat sentuhan dengan bola, posisi badan sejajar dengan kaki tumpu,
lanjutkan gerakan kaki ayun searah dengan bola, diikuti berat badan ke depan.
Hasil belajar merupakan informasi yang menjadi indikator masukan dari proses belajar
mengajar. Sedangkan proses biasanya berhubungan dengan metode proses belajar
mengajar. Untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar itu diperlukan penilaian
bersifat formatif maupun sumatif. Menurut Supandi (1992) belajar adalah sesuatu yang
masuk ke dalam proses belajar mengajar seperti siswa, guru, bahan ajar, media, sarana
dan prasarana. Proses adalah kegiatan-kegiatan yang menggarap, upaya, mengubah
masukan menjadi keluar, produk hasil out put dan hasil belajar akibat atau sebab dari proses
belajar mengajar. Dengan demikian, yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil
yang diperoleh atau disebabkan dari adanya kegiatan proses belajar mengajar yang
dirancang atau disusun oleh guru secara sistematis dengan dukungan alat bantu dan
metode belajar. Tetapi jika proses tersebut tidak dilakukan dengan benar, maka suatu
hasil belajar diperoleh dengan tidak maksimal. Ketidak berhasilan suatu hasil belajar
dikarenakan seorang guru yang tidak mempergunakan pendekatan yang tidak sesuai
dengan karakteristik siswa, seperti terlalu lelah atau kompleks.
Seorang pengajar harus bisa membuat pedoman tersendiri dalam mengatur
Volume 12 Nomor 1, Februari 2020
51
pembelajaran demi suksesnya proses belajar
mengajar. Menyampaikan nilai-nilai pendidikan serta pengembangan keterampilan
dan pengetahuan yang dimana kesemuanya ini mengarah pada tujuan yang di harapkan.
Dalam pendidikan jasmani mengajar harus mengetahui apakah siswa akan selalu siap
dalam menerima pengajaran sehubungan dengan kemampuan melakukan gerakan
dengan kekuatan ototnya. Pembelajaran adalah perubahan tingkah laku melalui
pembelajaran yaitu perubahan yang lebih maju, lebih tinggi dan lebih kecil baik dari
pada tingkah laku yang sedia ada sebelum aktivitas pembelajaran. Sedangkan Oemar
Hamlik (2005) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun yang meliputi unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran. Didalam pembelajaran yang mana suatu
kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, dengan keadaan
bahwa karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat
dijelaskan dengan dasar kecendrungan-kecendrungan reaksi asli, kematangan atau
perubahan sementara dari suatu organisme. Untuk dapat menjalankan proses
pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik peserta didik diperlukan sesuatu
yang dapat dijadikan acuan dalam pembelajaran. Pada pembelajaran
konvensional biasanya pendidik kurang mempergunakan berbagai metode, namun
dalam pembelajaran modern seperti saat ini seorang pendidik lebih diarahkan untuk
menggunakan berbagai metode dalam proses pembelajaran.
Metode yang digunakan oleh dosen di dalam mengajar tentunya tidak semua jenis
metode yang digunakan dalam menyajikan bahan pelajaran pendidikan jasmani, seorang
guru dapat menentukan metode mengajar yang dianggap tepat dan sesuai dengan materi
ajar serta dapat meningkatkan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Dalam istilah
metode berasal dari bahasa Yunani. Istilah ini
berasal dari kata meta dan hodos. Meta
diartikan sebagai seberang, sedangkan hodos
diartikan sebagai jalan. Perkembangan
selanjutnya metode didefinisikan menjadi menempatkan pelbagai hal atau menunjukan
pelbagai kegiatan yang sangat menyenangkan.
Menurut John M. Mickleson, (1987) dalam
(J. Matakupan, 1994/1995) Metode adalah suatu prosedur atau proses untuk memproleh
suatu objek, sebagai suatu rencana yang sistematis dalam menyajikan sesuatu dalam
pengajaran. Berarti metode sangat berpengaruh terhadap pembelajaran terhadap
pembelajaran yang kemudian membentuk konsepsi mengenai metode belajar untuk dapat
diterapkan dalam proses belajar. Mahasiswa FIK UNM dalam hal
melakukan tehnik passing masih banyak
mengalami kendala, terutama pada saat
perkenaan bola pada kaki terkhusus kaki bagian dalam. Ini dapat dilihat dengan masih
banyaknya mahasiswa yang mempergunakan ujung kaki bagian dalam dan tumit bagian
dalam. Dimana seharusnya perkenaan bola adalah bagian tengah sisi dalam kaki, ini
bertujuan untuk mudah dalam penguasaan bola dan terkontrol. Selain itu dengan
tepatnya bagian perkenaan bola maka pada saat mengumpan bisa terarah dan bola akan
mengarah tepat kesasaran yang akan diberikan. Pada saat melaksanakan
pembelajaran dengan mengandalkan kemampuan dosen dan mahasiswa yang
merupakan salah satu matakuliah yang
menyelenggarakan pembelajaran Futsal.
Kegiatan ini dilaksanakan guna membina kemampuan dan minat siswa terhadap cabang
olahraga Futsal. Minat yang besar perlu dibina
agar kemampuan mereka meningkat dan
dapat mencapai suatu pembelajaran yang optimal.
Pembelajaran metode keseluruhan dapat diartikan merupakan aktivitas gerak yang
dilakukan secara keseluruhan dengan metode ini biasanya digunakan untuk melatih teknik
dan gerakan yang sederhana atau apabila keseluruhan serangkaian gerak dari suatu
teknik olahraga, tidak bisa dipecah menjadi bagian-bagian. Proses belajar mengajar guru
harus dapat memilih metode mengajar yang tepat dan dapat diberikan peluang agar proses
belajar mengajar terjadi secara efektif dalam kegiatan intruksional. Dalam penggunaan metode mengajar keseluruhan perlu diketahui
tingkat kemampuan siswa terhadap materi yang akan disampaikan, juga perlu diketahui
apakah materi tersebut relatif sederhana atau tidak. Hal ini dijelaskan oleh Harsono (1993)
yang mengemukakan: Jika keterampilan dalam suatu cabang olahraga gerakannya
secara relatif sederhana dan mudah dipahami
e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389
52
atau dikuasai, keterampilan seperti itu dapat
dilatih sebagai satuan yang utuh, tidak perlu dipilah pilah menjadi beberapa bagian dan
dipelajari atau dilatih bagian demi bagian. Metode demikian disebut metode keseluruhan
atau whole method. Dalam proses belajar
mengajar terjadi interaksi antara guru dan
murid yang menjadi syarat utama keberhasilan dari proses belajar mengajar. Siswa dapat
berkembang dengan optimal berkat bimbingan dari guru, bimbingan ini adalah akibat suatu
metode yang diterapkan dalam penyampaian materi pelajaran. Adapun anggapan bahwa
bahan ajar itu seharusnya disampaikan secara utuh dan jangan sepotong-sepotong. Hal ini
didasarkan pada anggapan bahwa dalam kehidupan sehari-hari belajar dimulai dari
keseluruhan. Metode keseluruhan diartikan sebagai metode yang bersifat umum atau
global yang menyajikan materi secara utuh, suatu cara pendekatan dalam mengajar
dimana untuk menguasai gerakan, kepada mahasiswa diajarkan semua unsur rangkaian
gerakan secara keseluruhan sekaligus. Hal ini ditegaskan oleh sugiyanto bahwa: Metode
keseluruhan adalah cara pendekatan dalam mengajar dimana untuk menguasai suatu
rangkaian gerakan, kepada atlet diajarkan semua unsur rangkaian gerakan secara keseluruhan dan dipraktekkan secara
keseluruhan sekaligus pula. Dengan menggunakan metode keseluruhan mahasiswa
diharapkan untuk berkonsentrasi pada gerakan secara keseluruhan. Jika siswa lebih mudah
dan lebih cepat dapat menyesuaikan diri dengan metode keseluruhan ini, maka
sebaiknya metode tersebut diterapkan. Hal ini dapat menghemat waktu siswa dalam
mempelajari keterampilan secara keseluruhan. Adapun mengenai pelaksanaan metode
keseluruhan pada proses belajar mengajar
passing kaki bagian dalam ini adalah: (1)
Dosen memberikan penjelasan tentang
rangkaian gerakan passing kaki bagian dalam
dari tahap awalan hingga akhiran, (2)
Kemudian dosen mendemonstrasikan rangkaian gerakan tersebut berulang-ulang, (3) Selanjutnya siswa melakukan gerakan-gerakan
passing kaki bagian dalam dari tahap awalan
hingga akhiran secara berulang-ulang, dan (4) Dalam pengulangan-pengulangan yang
dilakukan oleh siswa ini guru memberikan koreksi tentang kesalahan gerak yang dibuat
oleh mahasiswa. Penggunaan metode keseluruhan mempunyai keuntungan seperti
yang dikemukakan Nana Kosasih (1994): (1)
Siswa mendapat insight yaitu pengertian yang
diperoleh secara mendadak dari hubungan
antara bagian-bagian tugas gerakan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam situasi
keseluruhan, (2) Siswa berusaha menghubungkan bagian yang satu dengan
bagian yang lainnya sebanyak mungkin, (3) Bagian-bagian dari gerakan dipelajari tidak
terlepas dari konteks keseluruhan tugas, (4) Siswa aktif terlibat dalam pemecahan masalah
yang dihadapi, dan (5) Jika kemampuan secara menyeluruh benar-benar telah dikuasi
maka akan terjadi transfer, bila suatu kemampuan telah dikuasai betul-betul maka
dapat dipindahkan untuk kemampuan yang lain. Metode keseluruhan sangat cocok untuk
mengajar keterampilan gerak yang sederhana. Metode ini memiliki efek yang baik dalam hal
membangun motivasi siswa, karena mereka melihat langsung contoh gerakan yang utuh
sehingga menimbulkan rasa ingin mencoba. Rasa ingin mencoba ini akan memungkinkan
terjadinnya pengulangan-pengulangan gerakan yang utuh dilakukan oleh siswa. Dengan
menggunakan metode keseluruhan mahasiswa berkonsentrasi pada gerakan secara
keseluruhan, sehingga hal ini akan dapat menghemat waktu dalam mempelajari keterampilan secara keseluruhan.
Metode bagian menurut Beltasar Tarigan (1999/2000), tugas gerak dipelajari
dan dilatih bagian demi bagian dan metode ini diterapkan apabila struktur gerak cukup
kompleks sehingga diperkirakan dengan mempelajari bagian demi bagian akan
memberikan hasil optimal. Jadi kegiatan yang paling strategis dalam pembelajaran adalah
pemilihan metode mengajar bagian disesuaikan dengan kebutuhan. Dari sekian
banyak metode mengajar yang dikenal diantaranya, yaitu metode mengajar bagian
perbagian dan metode mengajar keseluruhan. Kedua metode ini cukup dikenal dan dapat
diterapkan pada saat menetapkan strategi belajar mengajar Pendidikan Jasmani maupun
untuk bidang studi yang lainnya. Dalam penggunaan metode bagian perbagian
program pengajaran disajikan melalui bagian-bagian terkecil yaitu bagian-bagian gerakan
disusun menjadi unit-unit yang kecil sehingga setiap langkah pelajaran diharapkan dapat
dikuasai karena gerakannya menjadi lebih sederhana. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sugiyanto bahwa metode bagian perbagian
Volume 12 Nomor 1, Februari 2020
53
adalah cara pendekatan mengajar dimana
untuk menguasai suatu rangkaian gerakan kepada atlet diajarkan bagian demi bagian dari
unsur-unsur rangkaian gerakan untuk dipraktekkannya bagian demi bagian pula.
Sedangkan menurut Beltasar Tarigan (1999/2000) bahwa metode bagian adalah
tugas-tugas gerak dipelajari dan latihan bagian demi bagian.
Pelaksanaan metode mengajar bagian perbagian penyampaian materi pelajaran
dilakukan secara bertahap, yaitu dengan jalan membagi-bagi materi gerak menjadi bagian
yang lebih kecil atau sederhana. Metode ini biasanya digunakan untuk mempelajari materi
gerak keterampilan yang kompleks agar mudah dipelajarinya maka bahan-bahan itu
dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana. Pada metode bagian perbagian siswa harus mengusai dahulu satu bagian,
barulah dilanjutkan ke bagian yang lain dari yang mudah beralih ke yang sulit. Sehingga
dapat diketahui bagian-bagian mana yang telah dikuasai dan bagian-bagian mana yang
belum dikuasai oleh siswa, hal ini akan memudahkan guru dalam mengoreksi/
mencari bagian gerakan yang salah. Misalnya seorang guru mengajarkan gerakan sepak bola,
kepada siswa tidak langsung diajarkan gerakan sepak bola secara utuh. Mula-mula siswa
diajarkan gerakan ayunan kaki, tendangan bola dengan menyusur tanah dengan
menggerakan kaki bagian dalam ke arah bola, sehingga dalam melakukan koreksi juga per
bagian gerakan tersebut. Penggunaan metode bagian perbagian
diharapkan siswa dapat lebih mudah menerima maupun mempelajari materi
pelajaran yang disampaikannya. Diharapkan dengan menggunakan metode bagian
perbagian siswa lebih konsentrasi pada satu aspek saja dari keterampilan gerak
keseluruhan. Metode mengajar bagian perbagian juga lebih tepat jika digunakan pada
siswa yang kurang pandai, hal ini seperti yang disampaikan oleh Sugiyanto (1993): Jika
keterampilan gerak merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan secara efisien dan
efektif, merupakan perwujudan dari kualitas koordinasi dan kontrol atas bagian-bagian
tubuh yang terlibat dalam gerakan dan makin kompleks pola gerak yang harus dilakukan,
makin kompleks juga koordinasi dan kontrol
tubuh yang harus dilakukan dan ini berarti
makin sulit juga untuk dilakukan. Penggunaan metode baik keseluruhan maupun bagian
perbagian harus dipertimbangkan mengenai kompleksitas gerakan dan keeratan
hubungan/rangkaian antar unsur gerakan. Semakin kompleks gerakan atau rumitnya
unsur rangkaian gerakan, sebaiknya cendrung ke arah penggunaan metode bagian perbagian.
Sedangkan semakin erat hubungan/rangkaian antar unsur, sebaiknya cendrung ke arah
penggunaan metode keseluruhan.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode eksperimen yaitu
dengan uji-t dengan melakukan Pretest dan
Posttest design, yaitu dengan mengobservasi
pada dua kelompok yang mendapat perlakuan
yang berbeda. Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2018 berupa tes awal dan selesai pada bulan Agustus 2018 berupa tes akhir.
Pertemuan berlangsung dengan frekuensi tiga kali dalam seminggu dengan jumlah
pertemuan 12 kali. Teknik analis data yang dipergunakan untuk menguji hipotesis adalah
uji-t, pada taraf signifikan α = 0,05, dimulai dengan menghitung nilai t-hitung untuk membandingkan dengan nilai t-tabel pada
taraf signifikan 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
1. Data tes awal metode keseluruhan
terhadap proses hasil belajar mengumpan
(passing) kaki bagian dalam.
Data hasil tes awal (X1) diperoleh nilai
terendah 15 sampai nilai tertinggi 24 dan tes akhir (X2) nilai terendah 40 sampai nilai
tertinggi 44 dengan mean of difference (MD) =
21,2, nilai standar deviasi dari difference (SDD) =
2,8, nilai standar error dari mean difference
(SEMD) = 0,3 kemudian dari hasil perhitungan
selanjutnya diperoleh nilai t hitung (th) = 4 dan t table (tt) = 2,14. Di bawah ini disajikan
mengenai distribusi frekuensi dan grafik histrogam data hasil tes awal dan tes akhir
metode keseluruhan terhadap proses hasil
belajar passing kaki bagian dalam pada
mahasiswa yang mengikuti pembelajaran
Futsal di FIK UNM.
e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389
54
Tabel 1. Distribusi frekuensi tunggal tes awal (X1)
No Skor Frekuensi Prosentasi
1 15 1 6,66%
2 17 1 6,66%
3 18 1 6,66%
4 20 5 33,33%
6 22 3 20,00%
7 24 4 26,66%
Jumlah 15 100 %
Berdasarkan tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa frekuensi terbesar terdapat pada skor 20 berjumlah 5 orang dengan
33,33%.
Di bawah ini digambarkan grafik
diagram batang dari hasil tes awal (X1) metode mengajar keseluruhan terhadap proses hasil
belajar passing kaki bagian dalam.
15 17 18 20 22 24
Gambar 1. Grafik diagram batang hasil tes awal metode keseluruhan
Tabel 2.
Distribusi frekuensi tunggal hasil tes akhir (X2)
No Skor Frekuensi Prosentasi
1 40 2 13,33%
2 41 2 13,33%
3 42 6 40%
4 43 4 26,66%
5 44 1 6,66%
Jumlah 15 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa frekuensi terbesar terdapat pada skor 42 berjumlah 6 orang dengan
prosentasi 40 %.
Di samping digambarkan diagram batang
dari data hasil tes akhir (X2) metode keseluruhan
dengan proses hasil belajar mengumpan (passing)
kaki bagian dalam.
40 41 42 43 44
Volume 12 Nomor 1, Februari 2020
55
Gambar 2. Grafik diagram histogram hasil tes akhir metode Keseluruhan
2. Data hasil tes awal metode mengajar
bagian perbagian terhadap proses hasil
belajar mengumpan (passing) kaki bagian
dalam dengan uji t. Data hasil tes awal (X1) metode
mengajar bagian perbagian diperoleh nilai
terendah 20 dan nilai tertinggi 28, sedangkan data tes akhir metode mengajar bagian
perbagian (X2) diperoleh nilai terendah 38 sampai nilai tertinggi 43. Dengan demikian
mean of difference (MD) = 15,4. Nilai standar
deviasi dari difference (SDD) = 2,6. Nilai standar
error dari mean difference (SEMD) = 0,7 .
Kemudian dari hasil perhitungan selanjutnya diperoleh nilai t hitung (th) sebesar 3,7 dan t
table (tt) sebesar 2,14. Di samping disajikan mengenai
distribusi frekuensi dan grafik batang data hasil tes awal dan tes akhir metode mengajar
bagian perbagian terhadap proses hasil belajar
passing kaki bagian dalam.
Tabel 3. Distribusi frekuensi tunggal hasil tes awal (Y1)
No Skor Frekuensi Prosentasi
1 20 1 6,66%
2 21 2 13,33%
3 22 1 6,66%
4 23 1 6,66%
5 25 2 13,33%
6 26 2 13,33%
7 27 2 13,33%
8 28 4 26,66%
Jumlah 15 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa frekuensi terbesar pada skor 28 berjumlah 4 orang dengan 26,66 %. Di
samping digambarkan diagram batang dari
data hasil tes awal (Y1) metode mengajar
bagian perbagian terhadap proses hasil belajar
mengumpan passing kaki bagian dalam.
20 21 22 23 25 26 27 28
Gambar 3. Grafik diagram histogram tes awal metode mengajar bagian Perbagian
Tabel 4. Distribusi frekuensi tunggal tes akhir (Y2)
No Skor Frekuensi Prosentasi
1 38 2 13,33%
2 39 3 20,00%
3 40 2 13,33%
4 41 4 26,66%
5 42 2 13,33%
e-ISSN: 2657-0703 dan p-ISSN: 2085-5389
56
6 43 2 13,33%
Jumlah 15 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa frekuensi terbesar terdapat
pada skor 41 berjumlah 4 orang dengan 26,66 %. Di bawah ini digambarkan grafik diagram
lingkaran dari tes akhir (Y2) metode mengajar bagian perbagian terhadap hasil belajar
mengumpan passing kaki bagian dalam.
38 39 40 41 42 43
Gambar 4.
Grafik diagram histogram tes akhir metode mengajar bagian perbagian
PEMBAHASAN
1. Hasil tes awal dan tes akhir kelompok
metode keseluruhan Data yang terkumpul pada hasil tes
awal dan akhir diperoleh th sebesar 4 yang
kemudian dirujukan dengan t table pada taraf
kepercayaan α 0,05 dan derajat kebebasan N – 1 = 14, diperoleh tt = 2, 14 yang berarti nilai
th = 4 > tt = 2, 14. Maka Ho ditolak dan H1
diterima, berarti metode mengajar
keseluruhan efektif dalam meningkatkan
proses hasil belajar mengumpan (passing) kaki
bagian dalam pada mahasiswa yang
mengikuti pembelajaran Futsal di FIK UNM.
2. Hasil tes awal dan tes akhir kelompok
metode mengajar bagian perbagian Data yang terkumpul dari hasil tes
awal dan akhir diperoleh th sebesar 3,7 yang
kemudian dirujukan dengan t table pada taraf
kepercayaan α 0,05 dan derajat kebebasan N – 1 = 14, diperoleh tt = 2, 14 yang berarti nilai th = 3,7 > tt = 2, 14. Maka Ho ditolak dan H1
diterima, berarti metode mengajar bagian perbagian efektif dalam meningkatkan proses
hasil belajar mengumpan (passing) kaki bagian
dalam pada mahasiswa yang mengikuti
pembelajaran Futsal di FIK UNM.
3. Hasil akhir kelompok metode keseluruhan
dengan metode mengajar bagian
perbagian.
Data yang ada dari hasil tes akhir metode keseluruhan dan hasil akhir metode
mengajar bagian perbagian terhadap proses
hasil belajar mengumpan (passing) kaki bagian
dalam adalah sebagai berikut : hasil perhitungan tes akhir metode keseluruhan
diperoleh nilai rata-rata (x) = 40.4, nilai
standar deviasi (SD) sebesar = 1.6, nilai standar
error mean (SDMD) = 0.4, sedangkan nilai
standar error mean (SEMD) antara variabel (x)
dan variabel (Y) diperoleh hasil = 0,5. dan
hasil perhitungan tes akhir metode mengajar bagian perbagian diperoleh nilai rata-rata (x)
= 42, nilai standar deviasi (SD) sebesar = 1.1,
nilai standar error mean (SDMD) = 0.3,
Perhitungan selanjutnya diperoleh nilai t hitung (th) sebesar 3.2 dan nilai t-tabel (tt)
sebesar dan nilai t tabel (tt) sebesar 2.05 dengan taraf signifikann 5%. Dengan
demikian nilai th 3.2 > tt 2.05. Maka Ho
ditolak H1 diterima maka metode keseluruhan
lebih efektif dari pada metode mengajar bagian perbagian terhadap hasil belajar
mengumpan (passing) kaki bagian dalam pada
mahasiswa yang mengikuti pembelajaran
Futsal di FIK UNM.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian
menjelaskan bahwa dari kedua metode
mengajar tersebut, metode mengajar keseluruhan lebih efektif pengaruhnya
57
dibandingkan metode mengajar bagian
perbagian dalam meningkatkan hasil belajar
mengumpan (passing) kaki bagian dalam pada
mahasiswa yang mengikuti pembelajaran
Futsal di FIK UNM.
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini penulis menyarankan agar:
1. Dosen menggunakan metode keseluruhan dalam meningkatkan hasil belajar yang
optimal, dalam menyusun materi
mengumpan (Passing) kaki bagian dalam
pada mahasiswa yang mengikuti
pembelajaran Futsal.
2. Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan
khususnya Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi dapat meneliti
metode mengajar yang lain.
DAFTAR RUJUKAN Beltasar Tarigan. (1999/2000). Penjaskes
Adaptif. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.
Gill Harvey. (2003). Teknik Mengoper dan
Menembak. Jakarta: PT. Gapuramitra
Sejati.
Harsono. (1993). Prinsip-Prinsip Latihan,
Jakarta: KONI, Pusat Pendidikan Dan
Penataran.
J. Matakupan. (1994/1995). Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan. Jakarta: Dinas Pendidikan
dan Pengajaran DKI Jakarta Proyek Pembinaan Pendidikan Extrakulikuler.
John D. Tenang. (2008). Mahir Bermain Futsal,
Dilengkapi Teknik dan Strategi Bermain.
DAR! Mizan
Joseph A. Luxbacher. (1997). Sepakbola,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Justin Lhaksana. (2006). Futsal Coaching Clinik
Kelme Futsalismo. Jakarta: Difamata
Sport EO.
Kadir Yusuf. (1982). Sepakbola Indonesia.
Jakarta: PT. Gramedia.
Murhananto. (2006). Dasar-dasar Permainan
Futsal, (sesuai dengan peraturan FIFA).
Jakarta: Kawan Pustaka.
Nana Kosasih. 1994. Pengaruh Metode Belajar Keseluruhan Bagian Dan Bagian Keseluruhan Terhadap Hasil Belajar
Panahan Bagi Mahasiswa Yang Mempunyai Kekuatan Otot Punggung
Yang Berbeda. Jakarta: Lembaga
Penelitian IKIP Jakarta.
Oemar Hamlik. (2005). Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Suharjanto. 2007. Taktik, Strategi dan Teknik Dasar Futsal, (Jakarta: Difamata Sport
EO.
Sugiyanto. (1993). Belajar Gerak. Jakarta:
Koni Pusat Pendidikan dan Penataran.
Supandi. (1992). Strategi Belajar Mengajar
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Jakarta: Depdikbut Dirjen Pendidikan
Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.