Common Effective Preferential Tarif Scheme
-
Upload
nickhen-sutarno -
Category
Documents
-
view
178 -
download
0
Transcript of Common Effective Preferential Tarif Scheme
Common Effective Preferential Tarif Scheme
Skema CEPT
A. Pengertian CEPT
ASEAN merupakan organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang salah
satu tujuannya adalah untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut.
Upaya dalam mewujudkan tujuan tersebut, maka ASEAN membentuk ASEAN Free
Trade Area (AFTA) dengan skema CEPT sebagai instrumennya.
Skema CEPT (Common Effective Preferential Tarif Scheme) merupakan
mekanisme untuk melaksanakan AFTA. AFTA melalui CEPT merupakan wujud dari
kesepakatan negara-negara anggota ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas
perdagangan dengan program tahapan penurunan tarif dan penghapusan hambatan
non-tarif yang disepakati bersama oleh negara-negara ASEAN. Dalam rangka
meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan
ASEAN sebagai basis produksi dunia.
B. Daftar Klasifikasi Produk CEPT
CEPT-AFTA mencakup semua produk manufaktur, termasuk barang modal
dan produk pertanian olahan, serta produk-produk yang tidak termasuk dalam definisi
produk pertanian. Produk-produk pertanian yang sensitif dan sangat sensitif
dikecualikan dari skema CEPT-AFTA. Produk CEPT diklasifikasikan kedalam 4
daftar, yaitu :
1. Inclusion List (IL)
Yaitu daftar yang berisi produk-produk yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Di sertai jadwal penurunan tarif
b. Tidak ada pembatasan kwantitatif
c. Non-tarifnya harus dihapuskan dalam waktu 5 tahun.
2. General Exception List (GEL)
Yaitu daftar produk yang dikecualikan dari skema CEPT oleh suatu negara
karena dianggap penting untuk alasan perlindungan keamanan nasional, moral
masyarakat, kehidupan dan kesehatan dari manusia, binatang atau tumbuhan, nilai
barang-barangseni, bersejarah atau arkeologis. Ketentuan mengenai General
Exceptions dalam perjanjian CEPT konsisten dengan Artikel X dari General
Agreement on Tariffs and Trade (GATT).
Contoh : senjata dan amunisi.
3. Temporary Exclusions List (TEL)
Yaitu daftar yang berisi produk-produk yang dikecualikan sementara untuk
dimasukkan dalam skema CEPT. Produk-produk TEL barang manufaktur harus
dimasukkan kedalam IL paling lambat 1 Januari 2002. Produk-produk dalam TEL
tidak dapat menikmati konsensi tarif CEPT dari negara anggaota ASEAN lainnya.
Produk dalam TEL tidak ada hubungannya sama sekali dengan produk-produk
yang tercakup dalam ketentuan General Exceptions.
4. Sensitive List (SL)
Yaitu daftar yang berisi produk-produk pertanian bukan olahan (Unprocessed
Agricultural Products = UAP ).
a. Produk-produk pertanian bukan olahan adalah bahan baku pertanian dan
produk-produk bukanolahan yang tercakup dalam pos tarif 1-24 dari
Harmonized System Code (HS), dan bahan baku pertanian yang sejenis serta
produk-produk bukan olahan yang tercakup dalam pos-pos tarif HS
b. Produk-produk yang telah mengalami perubahan bentuk sedikit dibanding
bentuk asalnya.Produk dalam SL harus dimasukkan kedalam CEPT dengan
jangka waktu untuk masing-masing negara sbb: Brunai Darussalam,
Indonesia, Malaysia, Filipina dan Thailand tahun 2003; Vietnam tahun 2013;
Laos dan Myanmar tahun 2015; Kamboja tahun 2017. Contoh : beras, gula,
produk daging, gandum, bawang putih, cengkeh.
C. Jadwal Penurunan dan atau Penghapusan Tarif Bea Masuk
1. Inclusion List
Negara Anggota AFTA Jadwal Penurunan/Penghapusan
ASEAN -6 1. Tahun 2003 : 60% produk dengan tarif 0%
2. Tahun 2007 : 80% produk dengan tarif 0%
3. Tahun 2010 : 100% produk dengan tarif 0%
Vietnam 1. Tahun 2006 : 60% produk dengan tarif 0%
2. Tahun 2010 : 80% produk dengan tarif 0%
3. Tahun 2015 : 100% produk dengan tarif 0%
Laos dan
Myanmar
1. Tahun 2008 : 60% produk dengan tarif 0%
2. Tahun 2012 : 80% produk dengan tarif 0%
3. Tahun 2015 : 100% produk dengan tarif 0%
Kamboja 1. Tahun 2010 : 60% produk dengan tarif 0%
2. Tahun 2015 : 100% produk dengan tarif 0%
2. Non Inclusion list
TEL harus dipindah ke IL
GEL dapat dipertahankan apabila konsisten dengan artikel 9
CEPT Agreement, yaitu untuk melindungi :
Keamanan Nasional
Moral
Kehidupan Manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan dan kesehatan
Benda-benda seni, bersejarah dan purbakala
D. Syarat Produk memperoleh konsesi CEPT
Suatu produk yang dapat memperoleh konsesi CEPT apabila memenuhi syarat
sebagai berikut:
1. Produk yang bersangkutan harus sudah masuk dalam Inclusion List (IL) dari
negara eksportir maupun importer.
2. Produk tersebut harus mempunyai program penurunan tarif yang disetujui oleh
Dewan AFTA (AFTA Council);
3. Produk tersebut harus memenuhi persyaratan kandungan lokal 40%. Suatu produk
dianggapberasal dari negara anggota ASEAN apabila paling sedikit 40% dari
kandungan bahan didalamnya berasal dari negara anggota ASEAN. CEPT-AFTA
juga memasukan syarat perjanjian perdagangan regional mengenai asal barang
(Rules of Origin).
Pengertian asal barang dalam CEPT adalah sebagai sejumlah kriteria yang
digunakan untuk menentukan negara atau wilayah pabean asal dari suatu barang atau
jasa dalamperdagangan internasional. Selain mengatur penghapusan tarif CEPT-
AFTA juga mengatur penghapusan hambatan pembatasan kwantitatif (quantitative
restriction) dan hambatan non-tarif (non-tariffs barriers) serta pengecualian terhadap
pembatasan nilai tukar terhadap produk-produk CEPT.Struktur dalam CEPT-AFTA
adalah menteri-menteri Ekonomi ASEAN.
Dalam rangka implementasi perjanjian CEPT-AFTA maka telah dibentuk
Dewan Menteri dari negara-negara anggota ASEAN dan Sekretaris Jenderal ASEAN.
Dewan AFTA bertugas mengawasi,mengkoordinasikan dan mengadakan perjanjian
terhadap inplementasi Perjanjian CEPT-AFTA.CEPT-AFTA juga mengatur tentang
mekanisme pengaman (Safeguard Measures) ketentuan tersebut diatur dalam pasal 6
perjanjian CEPT yaitu apabila implementasi skema CEPTmengakibatkan impor dari
suatu produk tertentu meningkat sampai pada suatu tingkat yang merugikan terhadap
sektor-sektor atau industri-industri yang memproduksi barang sejenis, maka negara
anggota pengimpor dapat menunda pemberian konsensi untuk sementara, sebagai
suatutindakan darurat. Penundaan tersebut harus konsisten dengan pasal XIX dari
General Agreementon Tariffs and Trade (GATT).
Negara anggota yang mengambil tindakan darurat tersebut, harus menotifikasi
segera kepada Dewan AFTA melalui sekretariat ASEAN dan tindakan tersebut perlu
dikonsultasikan dengan negara-negara anggota lain yang terkait.Selain CEPT-AFTA
ada beberapa instrumen hukum yang berkaitan pelaksanaan mekanis metersebut yaitu:
1. Revised Agreement on the Common Effective Preferential Tariff (CEPT) Scheme
for the ASEAN Free Trade Area (AFTA)
2. Daftar produk CEPT dan jadwal penurunan tariff
3. Surat keputusan Menteri Keuangan tentang penepatan Tarif Bea Masuk atas
Impor BarangDalam Rangka Skema CEPT.
Artikel terkait :
CEPT-AFTA: Implikasi Terhadap Indonesia
Ardhilla Parama'arta – detikNews
Rabu, 06/01/2010 08:10 WIB
Jakarta - Perdagangan bebas antar negara di wilayah Asia Tenggara telah memasuki babak
baru. Program yang dicanangkan oleh ASEAN Secretariat dengan menurunkan biaya tariff
diharapkan dapat meningkatkan volume perdagangan intra ASEAN lebih tinggi lagi
dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 25% pada tahun 2007.
Biaya tariff pada 7.881 produk yang diperdagangkan di antara keenam Negara ASEAN
dihapuskan pada hari Jumat, 1 Januari 2010. Keenam negara tersebut kini dapat melakukan
kegiatan ekspor dan impor pada 54.457 tipe produk dengan nol tariff di bawah Common
Effective Preferential Tariffs for ASEAN Free Trade Area (CEPT-AFTA).
Sementara empat Negara ASEAN lainnya yaitu Kamboja, Myanmar, Laos, dan Vietnam,
akan memberlakukan tariff tersebut pada tahun 2015. Pemberlakuan tariff nol tersebut pada
barang-barang yang diperdagangkan di dalam ASEAN memberikan suatu keuntungan bagi
tidak hanya para konsumen di dalam negara-negara anggota ASEAN.
Pemberlakuan tariff nol dapat menekan biaya distribusi antar negara ASEAN sehingga
produk yang berada di dalamnya dapat dipasarkan dengan harga yang lebih terjangkau bagi
para konsumen. Konsumen mendapatkan suatu pilihan barang yang lebih beragam dan
dengan harga yang murah.
Tidak hanya konsumen yang mendapatkan keuntungan. Tetapi, juga para produsen sebagai
pihak pengekspor. Para produsen dapat memasarkan barang produksinya dengan harga yang
lebih kompetitif. Dengan diberlakukannya pengurangan tariff ini dapat meningkatkan akses
pasar bagi para pengusaha. Pengusaha sekarang mampu memiliki akses pasar yang lebih
besar lagi dari sebelumnya ke Negara-negara anggota ASEAN dengan tariff impor yang
hampir nol persen (pengurangan tariff impor sampai saat ini adalah 99.11%).
Kompetisi semakin terbuka di antara para pengusaha dengan memiliki tariff yang sangat
rendah. Hal ini memfasilitasi mereka untuk dapat menghasilkan suatu produk yang beredar di
pasar dengan harga yang kompetitif. Namun, tidak pula menurunkan kualitas dari barang
produksinya.
Implikasi Terhadap Indonesia
Peluang dan kesempatan seperti ini sepatutnya dapat dimanfaatkan oleh pengusaha-
pengusaha Indonesia. Baik pengusaha besar maupun usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM). Peluang ini harus ditanggapi dengan kesiapan bagi produsen dengan
meningkatkan kualitas dan efisiensi dalam melakukan kegiatan produksi. Dengan demikian
pengusaha Indonesia dapat berkompetisi dengan pengusaha-pengusaha lain dari negara
anggota ASEAN dengan tingkat produktivitas yang tinggi dan kualitas yang baik.
Pengusaha besar yang sebelumnya telah memiliki akses pasar di luar Indonesia dapat terus
meningkatkan penjualan dengan harga yang lebih kompetitif. Kemajuan suatu perusahaan
yang telah berkecimpung di dunia internasional, dalam hal ini ASEAN, mampu berkontribusi
positif terhadap ketenagakerjaan di level domestik Indonesia. Suksesnya suatu perusahaan
Indonesia di wilayah internasional sudah tentu dapat memberikan lapangan pekerjaan yang
begitu luasnya bagi para warga Indonesia usia produktif untuk mendapatkan penghidupan
yang lebih layak.
Tidak hanya pengusaha besar saja yang dapat mendapatkan keuntungan dari pemberlakuan
tariff nol ini. Pengusaha mikro, kecil, dan menengah pun dapat berkontribusi. Indonesia
memiliki begitu banyak usaha kecil. Terutama pada barang-barang kreatif yang kemudian
dapat menjadi komoditas ekspor ke mancanegara. Dapat terlihat bahwa pemberlakuan tariff
baru ini dapat dijadikan suatu peluang yang sangat baik bagi usaha ini. Pada akhirnya usaha
kecil dan menengah ini juga dapat berkontribusi untuk menurunkan level pengangguran di
Indonesia.
Dalam rangka memperoleh semua kesempatan tersebut tentu harus diimbangi dengan usaha
nyata dari pihak nasional Indonesia sendiri. Salah satunya adalah akses bagi para pengusaha
tersebut untuk dapat melakukan penjualan barang produksi mereka ke negara anggota
ASEAN.
Kemudahan akses dan prosedur yang sederhana sepatutnya diperhatikan. Terdapat
kemungkinan bahwa para pengusaha Indonesia 'enggan' untuk mencoba berkecimpung di
pasar internasional karena akses yang sulit dan prosedur yang sungguh berbelit. Oleh karena
itu sangatlah penting bagi pemerintah nasional Indonesia memerhatikan kedua aspek tersebut
guna meningkatkan penjualan dan produksi para pengusaha Indonesia.
Kerja sama teknis antar departemen dan pihak-pihak yang berkaitan langsung terhadap
kegiatan ekspor dan impor ini sangat diperlukan. Departemen Perdagangan dan Direktorat
Bea dan Cukai (customs) bekerja sama satu sama lain terkait hal teknis agar dapat
meningkatkan kegiatan perekonomian tersebut melalui perdagangan intra ASEAN. Kerja
sama teknis ini yang kemudian yang mampu memfasilitasi meningkatnya volume penjualan
produk-produk buatan Indonesia dengan implikasi positif bagi ketenagakerjaan Indonesia
Sumber : http://news.detik.com/read/2010/01/06/081054/1272389/471/cept-afta-implikasi-
terhadap-indonesia