combustio
-
Upload
feni-diani -
Category
Documents
-
view
41 -
download
1
description
Transcript of combustio
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
30
LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA
Klinik Dokter Keluarga FK UNISMANo. Berkas :
Berkas Pembinaan KeluargaNo. RM:
Nama Pasien: Tn. M
Tanggal kunjungan pertama kali: 18 Februari 2012
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama Kepala Keluarga: Tn. Muniri
Alamat lengkap : desa. Tanjung sari kec. bantur
Bentuk Keluarga: Nuclear Family
Tabel 1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
No
Nama
Status
L/P
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Pasien Klinik
Ket
1
Muniti
Ayah
(KK)
L
52 th
SD
(tidak tamat)
Pedagang
Y
Combustio grade II
2
Arbainah
Anak
P
28 th
MTS
Wiraswasta
T
-
Sumber : Data Primer,20 Februari 2012
Kesimpulan :
Dalam keluarga Tn. M yang berbentuk nuclear family didapatkan Tn. M, laki-laki umur 52 tahun, sebagai Combustio grade II
BAB II
STATUS PENDERITA
PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita combustio grade II, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 52 tahun, mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat beserta permasalahannya seperti masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Combustio terutama masalah perawatan dan penanggulanggan komplikasinya. Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.
ANAMNESIS
Identitas Penderita
Nama:Tn. M
Umur:52 tahun
Jenis kelamin:Laki-laki
Pekerjaan:Pedagang
Pendidikan:SD (Tidak tamat)
Agama:Islam
Alamat:Ds. Tanjungsari, Bantur
Status Pernikahan:-
Suku :Jawa
Tanggal periksa:18 Februari 2012
Keluhan Utama : nyeri disertai panas di daerah punggung dan lengan kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
8 hari sebelum ke puskesmas pasien yang sedang berjualan bakso tertabrak sepeda motor sehingga tersiram kuah bakso panas, akibatnya lengan sebelah kiri, punggung, wajah dan paha sebelah kiri terkena kuah, kemudian pasien dibawa ke puskesmas dan langsung dirujuk RS. Mojokerto. Pada tanggal 17 Februari 2012 pasien keluar rumah sakit. Dan pada tanggal 18 Februari 2012 Dibawa ke puskesmas untuk perawatan luka. Saat dibawa ke puskesmas masih terasa nyeri, dan panas, pada siku lengan sebelah kiri dan terdapat jahitan akibat terkena gerobag bakso.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat hipertensi: disangkalRiwayat sakit gula: disangkalRiwayat mondok : (+)Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga dengan penyakit serupa: (-)Riwayat penyakit jantung: disangkalRiwayat hipertensi : disangkalRiwayat sakit gula : disangkal
Riwayat Kebiasaan
Riwayat olah raga: jarang Riwayat pengisian waktu luang dengan berbincang-bincang dengan keluarga jarang, berekreasi jarang.
Riwayat Psiko Sosio Ekonomi
Penderita adalah seorang kepala keluarga, tinggal bersama anak perempuannya. Kebutuhan sehari-hari dicukupi dengan berjualan bakso keliling di Mojokerto dengan penghasilan sekitar Rp. 750.000 per bulan. Hubungan Tn. M dengan anggota keluarga yang lain saling mendukung, namun kurang saling memperhatikan kondisi kesehatan. Dalam kehidupan sosial Tn. M kurang berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan
Riwayat Gizi.
Penderita makan sehari-hari biasanya antara 2-3 kali dengan nasi sepiring, sayur, dan lauk pauk seperti telur, tahu-tempe, kerupuk, dan jarang dengan daging, kadang makan buah-buahan dan jarang minum susu. Kesan gizi cukup.
Anamnesis Sistem
a. Kulit: lengan : nyeri (+), panas (+)
perut : nyeri (+), panas (+)
punggung : nyeri (-), panas (-)
paha : nyeri (+), panas (+)
wajah : hiperemis (+), luka kering (+), nyeri (-)
b. Kepala: Sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok, luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)
c. Mata: Pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-), ketajaman baik
d. Hidung: Tersumbat (-), mimisan (-)
e. Telinga: Pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)
g. Mulut: Sariawan (-), mulut kering (-)
h. Tenggorokan: Sakit menelan (-), serak (-)
i. Pernafasan : Sesak nafas (-), batuk lama (-), mengi (-), batuk darah (-)
j. Kardiovaskuler : Berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)
k. Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan
menurun (-), nyeri perut (-)
l. Genitourinaria : BAK lancar, 4-6 kali/hari warna dan jumlah biasa
m.Neuropsikiatri : Neurologik: kejang (-), lumpuh (-)
Psikiatrik: emosi stabil, mudah marah (-)
n. Muskuloskeletal: Kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)
o. Ekstremitas: Atas : bengkak (-), sakit (-)
Bawah: bengkak (-), sakit (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan cukup.
Tanda Vital Tanda Vital
Tensi: 110/70 mmHg
Nadi: 82 x/menit, reguler, isi cukup, simetris
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36,8 oC
Kulit:lengan : hiperemis (+), luka basah (+), nyeri (+), panas (+)
Perut : hiperemis (+), luka basah (+), nyeri (+), panas (+)
punggung : hiperemis (+), luka kering (+), nyeri (-)
paha : hiperemis (+), luka basah (+), nyeri (+), panas (+)
wajah : hiperemis (+), luka kering (+), nyeri (-)
Kepala:Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabutMata:Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-), radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)Hidung:Nafas cuping hidung (-), sekret (-),epistaksis(-), deformitas hidung (-), hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)Mulut:Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-)Telinga:Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga dalam batas normalTenggorokan:Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-) Leher:JVP (5+2) cmH2O tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
-Cor:I:Ictus cordis tak tampak
P:Ictus cordis tak kuat angkat
P:Batas kiri atas:SIC II 1 cm lateral LPSS
Batas kiri bawah:SIC V 1 cm lateral LMCS
Batas kanan atas:SIC II LSD
Batas kanan bawah:SIC IV LSD
Batas jantung kesan tidak melebar
A:BJ III intensitas normal, regular, bising (-)
-Pulmo:Statis (depan dan belakang)
I:Pengembangan dada kanan = kiri
P:Fremitus raba kanan = kiri
P:Sonor / sonor
A:Suara dasar vesikuler (+ /+ )
suara tambahan RBK (-/-), wheezing (-/-)
Dinamis (depan dan belakang)
I:Pergerakan dada kanan = kiri
P:Fremitus raba kanan = kiri
P:Sonor / sonor
A:Suara dasar vesikuler ( + /+ )
Suara tambahan RBK (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
I:Dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)
P:Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
P:Timpani
A:Peristaltik (+) normal
Sistem Collumna Vertebralis
I:Deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P:Nyeri tekan (-)
P:NKCV (-/-)
Ektremitas:palmar eritema(-/-)
akral dinginoedem
- -- -
- -- -
Sistem genetalia: Dalam batas normalPemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur: Dalam batas normal
Fungsi Vegetatif:Dalam batas normal
Fungsi Sensorik:Dalam batas normal
Fungsi motorik:
K 5 5 T N N RF 2 2 RP - -
5 5 N N 2 2 - -
Pemeriksaan Psikiatrik
Penampilan:Sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran:Kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis
Afek:Appropriate
Psikomotor:Normoaktif
Proses pikir:Bentuk:realistik
Isi :waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)
Arus :koheren
Insight:Baik
RESUME
Seorang laki-laki 52 tahun dengan keluhan utama nyeri disertai panas di daerah perut, paha dan lengan kiri. 8 hari sebelum ke puskesmas pasien tersiram kuah bakso panas, akibatnya lengan sebelah kiri, punggung, wajah dan paha sebelah kiri terkena kuah, kemudian pasien dibawa ke puskesmas dan langsung dirujuk RS. Mojokerto. Pada tanggal 17 Februari 2012 pasien keluar rumah sakit. Dan pada tanggal 18 Februari 2012 Dibawa ke puskesmas untuk perawatan luka. Pada pemeriksaan fisik didapatkan T : 110/70 mmHg, Nadi : 82 x/menit, reguler, isi cukup, simetris, Pernafasan : 22 x/menit, Suhu : 36,8 oC, lengan : hiperemis (+), luka basah (+), nyeri (+), panas (+), Perut : hiperemis (+), luka basah (+), nyeri (+), panas (+), punggung : hiperemis (+), luka kering (+), nyeri (-), paha : hiperemis (+), luka basah (+), nyeri (+), panas (+),wajah : hiperemis (+), luka kering (+), nyeri (-)
DIAGNOSIS HOLISTIK
Tn. M, dengan combustio grade II dengan keluarga yang saling memperhatikan kesehatan, dengan lingkungan yang tidak sehat.
1. Diagnosis Biologis
Combustio grade II
2. Diagnosis Psikologis
Hubungan dengan anggota keluarga yang lain saling mendukung, dan saling memperhatikan kondisi kesehatan.
3. Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
Status ekonomi kurang.Penyakit mengganggu aktifitas sehari-hari. Kurang berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
PENATALAKSANAAN
Non Medika mentosa
Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP).
Diharapkan agar penderita makan makanan yang bergizi tinggi, untuk meningkatkan daya tahan tubuh sehingga mempercepat kesembuhan luka.
Pencegahan kontraktur
Pengembalian fungsi dengan cara menganjurkan penggunaan anggota badan untuk ambulasi dan aktifitas lain. Menyingkirkan kebiasaan yang tidak baik dalam hal ambulasi, posisi dan penggunaan program pemeliharaan kekuatan dan ketahanan, diperlukan agar pemeliharaan tercapai dan untuk mencegah kontraktur sendi yang rekuren.
Mengurangi stress tertentu
Diharapkan penderita mendapat motivasi yang adekuat dari keluarga untuk kesembuhan penderita salah satunya dengan cara lebih banyak memberikan perhatian atau bermain dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Medikamentosa
Silver sulfadiazin salepAnalgesik : Asam mefenamat 3x1Antibiotik : ciprofloxacin 2x1
BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA
FUNGSI HOLISTIK
Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari penderita (Tn. M, 52 tahun), dan anaknya (Nn. A, 28 tahun). Penderita tinggal serumah dengan anaknya.
Fungsi Psikologis
Hubungan keluarga mereka terjalin cukup akrab, terbukti dengan permasalahan-permasalahan yang dapat diatasi dengan baik dalam keluarga ini. Hubungan dengan anggota keluarga yang lain saling mendukung, dan saling memperhatikan kondisi kesehatan.
Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan secara musyawarah dan dicari jalan tengah, serta dibiasakan sikap saling tolong menolong. Meskipun penghasilan mereka tak berkecukupan, namun mereka tetap hidup bahagia dan pasrah terhadap Tuhan.
Fungsi Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga Tn. M hanya sebagai anggota masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Dalam kehidupan sosial Tn. M kurang berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan penderita yang bekerja sebagai tukang bakso, dengan total penghasilan sebesar Rp 750.000,00 perbulannya.
Untuk biaya hidup sehari-hari seperti makan, minum, atau iuran membayar listrik hanya mengandalkan uang yang ada dan jarang menyisihkannya untuk menabung ataupun untuk biaya-biaya mendadak (seperti biaya pengobatan dan lain-lain). Untuk kebutuhan air dengan menggunakan sumur sendiri. Untuk memasak memakai kompor minyak. Penderita makan sehari-hari biasanya antara 2-3 kali dengan nasi sepiring, sayur, dan lauk pauk seperti telur, tahu-tempe, kerupuk, dan jarang dengan daging, kadang makan buah-buahan dan jarang minum susu.
Kesimpulan :
Dari poin satu sampai empat dari fungsi holistik keluarga adalah Tn. M, umur 52 tahun dengan Combustio derajad II, fungsi sosial ekonomi kurang baik karena kondisi ekonomi yang lemah.
FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE)
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-4 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik.
ADAPTATION
Dalam menghadapi masalah selama ini penderita selalu mendapatkan dukungan berupa nasehat dari keluarganya. Jika penderita menghadapi suatu masalah selalu menceritakan kepada istrinya. Penyakitnya ini kadang mengganggu aktivitasnya sehari-hari sebagai kepala keluarga.
PARTNERSHIP
Komunikasi terjalin satu sama lain, meskipun waktu kebersamaan dirasa singkat. Setiap ada permasalahan didiskusikan bersama dengan anggota keluarga lainnya, komunikasi dengan istri dan anggota keluarga lainnya berjalan dengan baik.
GROWTH
Pasien merasa bersyukur masih dapat mengurusi kebutuhan rumah tangganya.
AFFECTION
Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan istri dan kedua anaknya berjalan dengan lancar. Pasien juga sangat menyayangi keluarganya, begitu pula sebaliknya.
RESOLVE
Pasien kadang merasa puas dengan kebersamaan dan waktu yang diluangkan oleh istri dan kedua anaknya untuk melakukan aktivitas sehari-hari, walaupun sulit membagi waktu
Tabel 3. APGAR Tn .M terhadap keluarga
A.P.G.A.R Tn. M Terhadap Keluarga
Hampir selalu
Kadang-kadang
Hampir tidak pernah
A
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P
Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya
G
Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A
Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R
Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 8
Tn. M adalah seorang kepala keluarga, ia hanya mempunyai sedikit waktu untuk mengurus rumah dan memperhatikan anak-anaknya, oleh karena bekerja di Mojokerto.
Tabel 4. APGAR Nn. A terhadap keluarga
A.P.G.A.R Nn. A Terhadap Keluarga
Hampir selalu
Kadang-kadang
Hampir tidak pernah
A
Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P
Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya
G
Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A
Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R
Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 7
Nn..A adalah seorang anak yang selalu mengurus rumah, dan belum menikah.
A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (8+7) / 2=7.5
Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien sedang
Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R keluarga pasien adalah 15, sehingga rata-rata A.P.G.A.R dari keluarga pasien adalah 7.5. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien dalam keadaan sedang.
FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)
Fungsi patologis dari keluarga Tn.M dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M sebagai berikut :
Tabel 3. Fungsi patologis ( S.C.R.E.E.M ) dari keluarga Tn.M
SUMBER
PATOLOGI
KET
Social
Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan saudara, partisipasi mereka dalam kegiatan kemasyarakatan kurang aktif.
+
Cultural
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan.
-
Religion
Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran juga baik, hal ini dapat dilihat dari penderita dan keluarga yang rutin menjalankan sholat lima waktu di masjid. Sebelum sakit penderita rutin mengaji di sore hari di masjid dekat rumah.
-
Economic
Ekonomi keluarga ini tergolong rendah, untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu mencukupi kebutuhan sekunder rencana ekonomi tidak memadai, diperlukan skala prioritas untuk pemenuhan kebutuhan hidup
+
Education
Pendidikan anggota keluarga kurang memadai.Pendidikan dan pengetahuan penderita kurang. Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas pendidikan seperti buku dan koran terbatas.
+
Medical
Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga menggunakan pelayanan puskesmas
-
Keterangan :
Social (+) artinya keluarga Tn. M kurang berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.Economic (+) artinya keluarga Tn. M masih menghadapi permasalahan dalam hal perekonomian keluarga. Hal ini dapat dilihat dari pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang pas-pasan dan belum dapat memnuhi kebutuhan sekunder dan tertiernya.Education (+) artinya keluara Tn. M masih memiliki pengetahuan yang kurang
Kesimpulan :
Dalam keluarga Tn. M fungsi patologis yang positif adalah fungsi sosial, ekonomi dan pendidikan
GENOGRAM
Diagram1. Genogram keluarga Tn. M
Alamat lengkap: desa. Tanjung sari kec. bantur
Bentuk Keluarga: Nuclear Family
Diagram 1. Genogram Keluarga Tn .M
Sumber : Data Primer, 24Februari 2012
Kesimpulan :
Dari genogram di atas dapat disimpulkan bahwa combuctio yang diderita oleh Tn. M bukan merupakan penyakit yang ditularkan dari anggota keluarga yang lain dan juga bukan suatu penyakit keturunan.
Informasi Pola Interaksi Keluarga
Diagram 2. Pola Interaksi Keluarga Tn. M
Tn. M, 52 tahun
Nn. A, 28 tahun
Sumber : Data Primer, 24Februari 2012
Keterangan : hubungan baik
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Luka bakar adalah luka yang di sebakan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api,air panas,listrik,bahan kimia dan radiasi; juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah,luka bakar ini bisa menyebabkan kematian ,atau akibat lain yang berkaitan dengan problem fungsi maupun estetika. Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam Combustio adalah luka yang disebabkan oleh trauma termis, listrik, bahan kimia, dan radiasi yang mengenai kulit maupun jaringan bawah kulit .
Etiologi
Luka Bakar Bahan Kimia Luka Bakar Radiasi Luka Bakar Suhu Tinggi
- Gas
- Cairan
- Bahan padat Luka Bakar Sengatan Listrik
Epidemiologi
Penanganan dan perawatan luka bakar (khususnya luka bakar berat) memerlukan perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan tersendiri karena angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Di Amerika dilaporkan sekitar 2 3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian sekitar 5 6 ribu kematian per tahun. Di Indonesia sampai saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di unit luka bakar RSCM Jakarta, pada tahun 1998 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang dirawat dengan angka kematian 37,38%. Dari unit luka bakar RSU Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data bahwa kematian umumnya terjadi pada luka bakar dengan luas lebih dari 50% atau pada luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas dan 50% terjadi pada 7 hari pertama perawatan.
Statistik menunjukkan bahwa 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain, misalnya bus terbakar, ledakan bom, dan gunung meletus.
Fase Luka Bakar
Perjalanan penyakit luka bakar terutama yang mengancam nyawa dibedakan dalam 3 fase, yaitu fase akut, subakut, dan fase lanjut. Namun demikian tidak berarti terdapat garis pembatas yang tegas di antara ketiga fase ini. Kerangka berpikir dalam penanganan penderita tetap harus terintegrasi. Langkah penatalaksanaan fase sebelumnya akan berimplikasi klinis pada fase selanjutnya. Fase-fase tersebut dijelaskan sebagai berikut.
Fase akut/fase syok/fase awal
Fase ini mulai dari saat kejadia sampai penderita mendapat perawatan di instalasi gawat darurat atau di unit luka bakar. Pada fase ini penderita luka bakar, seperti penderita trauma lainnya, akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan napas), breathing (mekanisme bernapas), dan gangguan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terjadi trauma, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran napas akibat cedera inhalasi dalam 4872 jam pascatrauma. Cedera inhalasi merupakan penyebab kematian utama penderita pada fase akut. Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka bakar mengenai daerah muka atau wajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas akibat gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Edema laring dapat terjadi dan menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas.Pada fase ini dapat terjadi pula gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termal/panas yang berdampak sistemik. Pada luka bakar berat atau mayor terjadi perubahan permeabilitas kapiler yang akan diikuti dengan ekstravasasi cairan (plasma protein dan elektrolit) dari intravaskular ke jaringan interstisial dan mengakibatkan terjadinya hipovolemik intravaskular dan edema interstisial. Keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik terganggu sehingga sirkulasi ke bagian distal terhambat yang akhirnya menyebabkan gangguan perfusi sel atau jaringan atau organ (syok). Syok yang timbul harus segera diatasi dengan melakukan resusitasi cairan. Adanya syok yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih berkaitan dengan instabilitas sirkulasi.
Fase subakut
Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi. Luka yang terjadi dapat menyebabkan beberapa masalah yakni:
proses inflamasi atau infeksi,masalah penutupan luka,keadaan hipermetabolisme.Fase lanjut
Pada fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui rawat jalan. Masalah yang muncul pada fase ini adalah komplikasi berupa parut yang hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur.
Penyebab Luka Bakar
Berdasarkan penyebab luka bakar, luka bakar dibedakan atas beberapa jenis penyebab, antara lain:
Luka bakar karena apiLuka bakar karena air panasLuka bakar karena bahan kimiaLuka bakar karena listrik, petir, dan radiasiLuka bakar karena sengatan sinar matahariLuka bakar karena benda panas/tungku panas/udara panasLuka bakar karena ledakan bom
Derajat Kedalaman Luka Bakar
Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat panas sumber, penyebab, dan lamanya kontak dengan tubuh penderita. Pembagiannya terdiri atas 3 tingkat atau derajat, yakni:
Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial), kulit hiperemik berupa eritem, tidak dijumpai bula, dan terasa nyeri dengan intensitas ringan sedang karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu singkat (beberapa hari) tanpa pengobatan khusus
Gambar 1 luka bakar deraajat I dan II
Luka bakar derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi dan terdapat bula. Luka ini menimbulkan nyeri sedang berat karena terangsangnya nosiseptor dan tereksposnya ujung saraf bebas akibat kerusakan jaringan dermis yang berguna sebagai pelindung. Luka ini dibedakan atas dua bagian, yaitu:
Derajat II dangkal/superficial (IIA)
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari dermis. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea masih banyak. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk sikatriks.
Derajat II dalam/deep (IIB)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan epitel tinggal sedikit. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai mencapai jaringan subkutan, otot, dan tulang. Organ kulit mengalami kerusakan dan tidak ada lagi sisa elemen epitel. Tidak dijumpai bula. Kulit yang terbakar berwarna abu-abu sampai berwarna hitam kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar. Sensasi hilang dan tidak dijumpai rasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik rusak. Namun umumnya luka bakar derajat III merupakan bagian sentral dengan area luka bakar derajat II di sekitarnya yang sangat nyeri. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan. Penanganan luka secara umum meliputi upaya preparasi bed luka (debridement, penanganan infeksi, manajemen eksudat) serta penutupan luka (skin grafting).
Gambar 2 luka bakar derajat III
Luas Luka Bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian-bagian 9% atau kelipatan dari 9 yang dikenal dengan rule of nine atau rule of Wallace. Dalam perhitungan agar lebih mudah dapat dipakai luas telapak tangan penderita sebagai 1% dari luas permukaan tubuhnya. Pembagian luas luka bakar dijelaskan dalam skema berikut.
Gambar 3 rule of nine
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atau rule of wallace yaitu:
Kepala dan leher : 9%Lengan masing-masing 9% : 18%Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%Tungkai maisng-masing 18% : 36%Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
Kriteria berat ringannya luka bakar menurut American Burn Association ialah:
1. Luka bakar ringan
Luka bakar derajat II < 15% pada orang dewasaLuka bakar derajat II < 10% pada anak-anakLuka bakar derajat III < 2%
2. Luka bakar sedang
a. Luka bakar derajat II 15% 25% pada orang dewasa
b. Luka bakar derajat II 10% 20% pada anak-anak
c. Luka bakar derajat III < 10%
3. Luka bakar berat
a. Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa
b. Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak
c. Luka bakar derajat III 10% atau lebih
d. Luka bakar mengenai wajah, telinga, mata, dan genitalia/perineum
e. Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain
Patofisiologi Luka Bakar
Luka bakar perubahan mikrosirkulasi
- Penurunan jumlah darah di lokasi luka bakar
- Dilatasi arteriole
- Oedema
Oedema :
Luka bakar tak luas puncak 8 12 jam
Luka bakar luas puncak 8 24 jam
Pencegahan dan Penatalaksanaan Penderita Luka Bakar
Sebagian kasus luka bakar dapat dicegah, terutama dengan memberi pengertian serta memberi edukasi perilaku untuk orang-orang yang berkecimpung dengan berbagai penyebab luka bakar. Penggunaan bahan-bahan isolator juga bermanfaat untuk mengurangi risiko kejadian luka bakar. Pada penanganan penderita dengan trauma luka bakar, seperti pada penderita trauma-trauma lainnya, harus ditangani secara teliti dan sistematik. Prioritas pertama pada penderita luka bakar yang harus diperhatikan ialah jalan napas, proses bernapas, dan perfusi sistemik. Bila diperlukan, harus segera dilakukan intubasi endotrakeal atau pemasangan infus untuk mempertahankan volume sirkulasi. Selanjutnya, anamnesis untuk mengetahui penyebab dan memperkirakan perjalanan penyakit serta pemeriksaan fisik untuk memperoleh kelainan pada pasien mutlak diperlukan. Misalnya, apabila penderita terjebak pada ruang tertutup, maka perlu dicurigai kemungkinan trauma inhalasi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan derajat dan luas luka bakar.
Pemeriksa wajib memakai sarung tangan steril bila akan melakukan pemeriksaan. Penderita harus dijauhkan dari sumber panas, termasuk melepas pakaiannya bila terbakar. Untuk membebaskan jalan napas dapat dipasang pipa endotrakea. Apabila memerlukan resusitasi, dapat diberikan cairan Ringer Laktat dengan jumlah 30-50 cc/jam. Dilakukan pemasangan kateter Foley untuk memonitor jumlah urin yang diproduksi serta pemasangan pipa nasogastrik untuk dekompresi gastrik. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena. Obat yang umum dipergunakan pada nyeri luka bakar ialah golongan opioid, NSAID, dan obat anestesi. Bila diperlukan, tetanus toksoid dapat diberikan. Pencucian luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum. Setelah bersih dioles dengan sulfadiazin perak topikal sampai tebal. Rawat tertutup dengan kasa steril yang tebal, lalu pada hari kelima kasa dibuka dan penderita dimandikan dengan air dicampur Savlon 1:30
Penatalaksanaan
A. Resusitasi A, B, C.
1)Pernafasan:
Udara panas : mukosa rusak, oedem & obstruksi.Efek toksik dari asap (HCN, NO2, HCL, Bensin) : iritasi, bronkhokontriksi, obstruksi & gagal nafas.
2) Sirkulasi: gangguan permeabilitas kapiler (cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler) : hipovolemi relatif, syok, ATN & gagal ginjal.
B. Infus, kateter, Laboratorium, kultur luka.
C. Resusitasi cairan
Baxter :
Dewasa : RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal: RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal:< 1 tahun : BB x 100 cc
1 3 tahun : BB x 75 cc
3 5 tahun : BB x 50 cc
1/2 flash diberikan 8 jam pertama
1/2 flash diberikan 16 jam berikutnya.
Setelah 18 jam pertama :
Dewasa : Dextran 500 1000 + D5% / albumin.
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.
D. Monitor urine dan CVP.
E. Topikal dan tutup luka
Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.Tulle.Silver sulfa diazin tebal.Tutup kassa tebal.Evaluasi 5 7 hari, kecuali balutan kotor.
F. Obat obatan
Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai kultur.Analgetik : kuat (morfin, petidine)Antasida : kalau perlu
Penatalaksanaan tiap fase :
Fase akutHentikan dan hindarkan kontak langsung dengan penyebab luka bakarNilai Keadaan umum penderita : Obstruksi airway, nadi,tensi dan kesadaran (ABC)Obstruksi airway : bebaskan airway (intubasi, trakeostomi)Shock : segera infus (grojog), tanpa memperhitungkan luas luka bakar dan kebutuhan cairan (RL)Tidak shock : segera infus
c.Perawatan luka
Dimandikan / cuci : air steril dan antiseptikaBula kecil ( 2-3 cm) dibiarkan, Bula besar (>3 cm ) dilakukan bulektomi (dipecah)Obat-obat lokal (topikal) untuk luka : Silver Sulfadiazine (SSD) contoh : Silvaden, Burnazine, Dermazine dllPemberian antibiotika bersifat profilaktis jenis spektrum luas. Antibotik tidak diberikan bila penderita datang < 6 jam dari kejadian.AnalgetikaATS / ToxoidAntasidaPasang catheter untuk memantau produksi urinNGT(Nasogastric Tube), hindari ileus paralitikFase pasca akutLukaKeadaan umum penderitaDiet dan cairanEschar escharectomi (Eschar : jaringan kulit yang nekrose, kuman yang mati, serum, darah kering)Gangguan AVN distal karena tegang (compartment syndrome), dilakukan escharotomi atau fasciotomiKultur dan sensitivity test antibiotika. Antibiotika diberikan sesuai hasilnyaDimandikan tiap hari / 2 hari sekali
Jenis perawaan luka bakar :
Perawatan luka secara terbuka
Setiap hari penderita dimandikan setelah itu diolesi salep SSD
Perawatan luka secara tertutup