Ciri Khas Batik Gaya Yogyakarta

download Ciri Khas Batik Gaya Yogyakarta

of 6

description

ciri khas batik jogja

Transcript of Ciri Khas Batik Gaya Yogyakarta

Ciri khas batik gaya Yogyakarta , ada dua macam latar atau warna dasar kainCIPTONINGornamen hias berupa sisik/gringsing, wayang, parang dan gurdo. Simbol kebijaksanaan. Pemakainya pada zaman kerajaan, biasanya para pejabat pemerintahan dengan harapan agar bijaksana dlm mengatur negara.PARANG: simbol ketajaman berpikir, keberanian, kepemimpinanMotif parang termasuk ragam hias larangan, artinya hanya raja dan kerabatya diijinkan memakai. Besar kecilnya motif parang juga menyimbolkan status sosial pemakainya di dalam lingkungan kerajaan. Parang Barong, merupakan parang paling besar, diatas 20 cm ukuran besarnya garis putihMisal, para bupati hanya diperkenankan memakai parang ukuran 4 cm. Sedangkan raja, permaisuri, putra mahkota bebas memakai ukuran berapa pun. Para putra putri permaisuri diijinkan memakai ukuran 10 cm, sedangkan para selir raja dibawah ukuran tersebut (8 cm). Motif ini sangat baik dikenakan ksatria karena menyimbolkan usahanya dalam mempertahankan negara dari ancaman musuh. Parang pantang dipakai mempelai ketika prosesi panggih. Konon, rumah tangga mereka bakalan perang terus.Untuk gaya putri Jogja : arah parang dari kiri atas ke kanan bawahUntuk laki laki jogja : arah parang dari kanan atas ke kiri bawahUntuk gaya surakarta, laki laki dan putri sama arahnya, yaitu dari kanan atas ke kiri bawahPemakaian batik motif parang gaya Surakarta

SEGARAN CANDI BARUNABaruna merupakan dewa lautan, dewa yang mengajarkan makna hidup dan kehidupan kpd Bima dlm pencariannya mengenai hakiki hidup. Motif ini menjadi kebanggaan raja raja di Pura Pakualaman ABIMANYUAbimanyu merupakan putra Arjuna (Pandawa). Ia akan mempunyai keturunan (Parikesit) yg akan menurunkan ksatria yg menjadi raja-raja Jawa. Motif ini menyiratkan harapan agar pemakainya dapat memiliki sifat sifat ksatria seperti sang Abimanyu. KawungMotif Kawung berupa empat lingkaran atau elips mengelilingi lingkaran kecil sebagai pusat dengan susunan memanjang menurut garis diagonal miring ke kiri atau ke kanan berselang-seling. Melambangkan 4 arah angin atau sumber tenaga yang mengelilingi yang berporos pada pusat kekuatan, yaitu : timur (matahari terbit: lambang sumber kehidupan), utara (gunung: lambang tempat tinggal para dewa, tempat roh/kematian), barat (matahari terbenam : turunnya keberuntungan) selatan (zenit:puncak segalanya). Dalam hal ini raja sebagai pusat yang dikelilingi rakyatnya. Kerajaan merupakan pusat ilmu, seni budaya, agama, pemerintahan, dan perekonomian. Rakyat harus patuh pada pusat, namun raja juga senantiasa melindungi rakyatnya. Kawung juga melambangkan kesederhanaan dari seorang raja yang senantiasa mengutamakan kesejahteraan rakyatnya. Motif ini juga berarti sebagai symbol keadilan dan kesejahteraan.Ada yang beranggapan bahwa kawung merupakan salah satu jenis pohon palem atau aren dengan buah yang berbentuk bundar lonjong, berwarna putih agak jernih yang disebut kolang-kaling. Pendapat lain mengatakan bahwa kawung merupakan bentuk stirilisasi teratai (Lotus) yang bermakna kesakralan dan kesucian. Pada zaman klasik (pengaruh Hindu Budha), lotus merupakan simbol dewa-dewa. Oleh karena itu motif ini diartikan sebagai segal sesuatu yang murni, suci, kembali ke putih.Pada intinya motif kawung diartikan sebagai bentuk bulat lonjong atau elips. Udan Riris : Mengharapkan rejeki yang datang terus-menerus, meski tidak besar namun berlangsung secara berkesinambungan, seperti halnya hujan gerimis yang telah memberi kehidupan di bumi sehingga biji-bijian dapat bersemai dan tumbuh menjadi tanaman untuk dimakan manusia (memberi kesejahteraan/prosperity)Arti kedua, menggambarkan perasaan yang tengah berduka seperti rintik rintik air hujan.Motif GRINGSING(Gringsing buketan-Yogyakarta)Bentuknya seperti sisik ikan, di bagian tengah terdapat titik hitam. Menurut kamus van der Tuuk, geringsing adalah nama pakaian wayang jaman dulu. Pada umumnya gringsing menunjukkan motif bintik hitam. Warna geringsing adalah hitam dan putih. Makna warna hitam melambangkan kekekalan. Sedangkan warna putih lambang kehidupan. Keduanya bermakna sama dengan Bango Tulak. Motif ini dipakai sebagai penolak malapetakaSekar JagadSekar=bunga, Jagad= dunia, Ornamen motif ini berupa aneka bunga dan tanaman yang tumbuh di seluruh dunia, tersusun di dalam bentuk-bentuk elips. Sekar jagad melambangkan luapan kegembiraan hati serta kebahagiaan. Oleh karena itu pada berbagai kesempatan acara keluarga, sering dipakai, misal pada pertunangan, wisuda, syukuran, dll.Pada acara ijab kabul dipakai orang tua pengantin putri. Melambangkan kegembiraan hati orang tua karena putrinya telah mendapatkan jodoh.motif Huk Motif ini merupakan motif larangan, sebelum pemerintahan Sultan HB IX (1940-88), hanya boleh dipakai putra mahkota dan Raja. Simbol bahwa sbg pemimpin harus bertanggung jawab penuh pd rakyat. diibaratkan seperti Burung Hantu yang tajam penglihatannya, meskipun malam menyelimuti kerajaan, seorang pemimpin tetap waspada mengayomi rakyatnya. Huk merupakan kata lain dari burung hantu Sido LuhurLuhur berarti luhur. Dengan mengenakan kain motif tersebut diharapan kedua pengantin selalu berbudi luhur.Grompol atau GrombolGrompol dalam bahasa Jawa berarti berkumpul atau bersatu. Melambangkan harapan orang tua agar semua hal yang baik akan berkumpul, yaitu rejeki, kebahagiaan, kerukunan hidup, ketentraman untuk kedua keluarga pengantin. Selain itu, juga bermakna harapan supaya pasangan keluarga baru itu dapat berkumpul atau mengingat keluarga besarnya ke mana pun mereka pergi. Harapan yang lain agar semua sanak saudara dan para tamu akan berkumpul sehingga pesta pernikahan berjalan meriaTambalTambal dalam bahasa Jawa artinya menambal atau memperbaiki sesuatu menjadi lebih baik. Motif ini merupakan perpaduan berbagai motif yang diilhami pakaian para pendeta yang terbuat dari kain bertambal.Dipercaya pakaian pendeta itu dapat melawan pengaruh-pengaruh jahat atau tolak bala. Konon, orangsakit yang menggunakan motif tambal sebagai selimut akan lekas sembuh. Menurut Serat Sanasunu karya R.Ng. Yasadipura II, rakyat biasa dilarang memakai motif Tambal Kanoman karena menimbulkan sesuatu yang tidak baik. Motif ini pun sebaiknya tidak dipakai pengantin karena dikhawatirkan akan mendapat kesulitan ekonomi. Seperti telah disebutkan di atas motif tambal diilhami dari pakaian pendeta yang bertambal. Pakaian itu sering dianggap sebagai pakaian orang miskin.MOTIF SLOBOGartinya agar longgar. bagusnya untuk melayat. jangan dipakai untuk menghadiri pernikahan, dianggap memujikan agar cepat menuju kematian--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------TruntumBoleh dibilang motif truntum merupakan simbol dari cinta yang bersemi kembali. Menurut kisahnya, motif ini diciptakan oleh seorang Ratu Keraton Yogyakarta.Sang Ratu yang selama ini dicintai dan dimanja oleh Raja, merasa dilupakan oleh Raja yang telah mempunyai kekasih baru. Untuk mengisi waktu dan menghilangkan kesedihan, Ratu pun mulai membatik. Secara tidak sadar ratu membuat motif berbentukbintang-bintang di langit yang kelam, yang selama ini menemaninya dalam kesendirian. Ketekunan Ratu dalam membatik menarik perhatian Raja yang kemudian mulai mendekati Ratu untuk melihat pembatikannya. Sejak itu Raja selalu memantau perkembangan pembatikan Sang Ratu, sedikit demi sedikit kasih sayang Raja terhadap Ratu tumbuh kembali. Berkat motif ini cinta raja bersemi kembali atau tum-tum kembali, sehingga motif ini diberi nama Truntum, sebagai lambang cinta Raja yang bersemi kembaliAdapun beberapa kain batik yang sering dipergunakan dalam upacara pernikahan adat Jawa Gaya Yogyakarta adalah kain-kain batik sebagai berikut:a. Kain batik yang sering dipergunakan oleh para orang tua kedua mempelai:1. Kain Batik Truntum, kain batik ini di dalamnya terdapat beberapa motif, yaitu motif gurda dan motif truntum itu sendiri. Motif truntum sebenarnya termasuk jenis semen, karena arti truntum itu berarti juga bersemi atau tumbuh. Selain itu ada hubungannya dengan kata tumruntum, yang berarti berturut-turut dan merata. Motif truntum ini bentuknya terdiri dari segi tiga runcing berjumlah delapan, dan terdapat bulatan di tengahnya sehingga menyerupai bunga-bunga kecil. Adapun maksud yang terkandung dari kain batik ini secara keseluruhan adalah, agar adik-adik si calon pengantin nantinya dapat mengikuti jejak kakaknya berumah tangga, dan dapat dilakukan dengan selamat sebagaimana kakaknya terdahulu. Di samping itu, dengan menggunakan kain batik ini bermakna agar kedua pengantin bisa terus rukun, segera mempunyai keturunan serta mendapat banyak rejeki, dan selamat dalam berumah tangga.2. Kain Batik Cakar Ayam, cakar ayam melambangkan agar setelah berumah tanggasampai keturunannya nanti dapat mencari nafkah sendiri atau hidup mandiri.3. Kain Batik Grompol, grompol atau grombol, dalam Bahasa Jawa berarti berkumpul atau bersatu. Kain batik dengan motif ini biasa dikenakan pada saat upacara pernikahan oleh orang tua mempelai, baik calon mempelai pria atau calon mempelai wanita. Motif ini melambangkan harapan pemakai bahwa akan berkumpul semua sanak saudara dan tamu-tamu sehingga pesta pernikahan dapat berjalan meriah. Juga berkumpulnya semua hal yang baik yaitu rejeki, kebahagiaan, kerukunan hidup, ketenteraman untuk kedua keluarga tersebut. Namun juga dengan harapan bahwa pasangan keluarga baru itu nanti sejauh kemanapun perginya, tetap akan dapat mengumpul atau mengingat kepada induknya atau keluarga besarnya.4. Kain Batik Truntum, truntum berasal dari kata tum-tum artinya tumbuh kembali, namun ada yang mengatakan truntum berasal dari tumaruntum yang berarti menuntun, atau juga sering dikaitkan dengan tentrem (bahasa Jawa) yang berarti tenteram. Motif ini diciptakan oleh istri Raja yang sedang dilupakan karena Raja mempunyai kekasih baru. Untuk melupakan kepedihan hati, sang Ratu mulai membatik dengan motif bintang kecil dilangit yang selama ini menemaninya dalam kesepian dengan disertai doa agar sang Raja kembali kepadanya. Ketelatenan Ratu dalam membatik dapat menarik perhatian Raja kepada sang Ratu kembali, sehingga cinta kasih yang hilang dapat tumbuh kembali. Kain ini juga biasa digunakan orang tua pengantin pada saat pesta pernikahan yang melambangkan harapan agar orang tua mampu menuntun atau memberi contoh kepada putra-putrinya dalam memasuki kehidupan berumah tangga dan mencapai ketenteraman hidup.b. Kain batik yang sering dipergunakan oleh para pengantin:1. Kain Batik Sidomukti. Di dalam kain batik sidomukti ini juga terdiri dari beberapa motif, diantaranya yang terpenting dan yang utama adalah motif ukel (bentuknya seperti huruf koma), semakin kecil ukelnya maka semakin tinggi mutu seninya. Selain itu, kain ini dihias dengan kotak-kotak yang bergambar kupu-kupu dan semacam kereta pengantin yang ditandu dengan bahu. Makna yang terkandung dari kain batik sidomukti adalah agar kedua pasangan pengantin tersebut bisa mukti, yaitu kebahagiaan yang sempurna yakni kebahagiaan lahir batin. 2. Kain Batik Wahyu Tumurun, kain batik ini sering pula dipilih sebagai busana pada upacara pernikahan adat Jawa Gaya Yogyakarta. Wahyu temurun merupakan kain batik yang di dalamnya terdiri dari motif utamanya adalah termasuk motif semen. Dari arti katanya, wahyu memiliki pengertian sebagai kebahagiaan anugrah Tuhan (Jawa: pulung nugrahaning Allah), yaitu anugrah yang dapat berupa pangkat, derajat, kedudukan, keuntungan, dan lain-lain kemuliaan yang menjadi bagian dari sumber kebahagiaan umat manusia. Demikianlah wahyu temurun sebagai kain batik yang dipergunakan dalam pernikahan, memberikan makna dan harapan agar si pemakai mendapatkan anugerah kebahagiaan dari Sang Maha Pencipta di kelak kemudian hari.3. Kain Batik Sido Asih, Sido berarti jadi, asih berarti sayang, ragam hias ini mempunyai makna agar hidup berumah tangga selalu penuh kasih sayang.4. Kain Sindur, kain sindur juga diperuntukkan pula bagi kedua pengantin saat upacara panggih, dengan cara dikalungkan kepada keduanya secara bersama-sama, yang mengandung maksud bahwa pertemuan ini dianggap sebagai lambang dari permulaan akan adanya kelahiran atau suatu kehidupan baru di dunia. Dengan berakhirnya acara panggih, maka rangkaian upacara pokok pernikahan adat inipun dianggap selesai.Sebagaimana kita ketahui upacara pernikahan merupakan salah satu perwujudan dari upacara ritual yang berhubungan dengan siklus kehidupan seseorang untuk memohon perlindungan kepada kekuatan-kekuatan yang berada di luar diri manusia, maka batik tradisional sebagai salah satu alat perlengkapan pada upacara pernikahan tersebut menunjukkan bahwa di dalamnya sebenarnya mengandung arti yang sangat penting bagi para pemakainya. Pada dasarnya, batik-batik tradisional itu dimaksudkan untuk menggambarkan adanya daya-daya kekuatan yang menguasai alam semesta, yang tercermin dalam motif-motif batik tradisional tersebut. Kecuali itu, motif-motif batik ini sebenarnya juga dimaksudkan untuk memberikan jaminan maupun harapan-harapan bagi kehidupan manusia, misalnya ia berharap agar mendapat banyak rejeki, panjang usia, dikaruniai keturunan dan lain-lain yang sifatnya membahagiakan serta berharap pula agar terhindar dari malapetaka dan kemalangan-kemalangan yang di derita selama hidup di dunia. Dengan kata lain bahwa, sebenarnya batik-batik tradisional merupakan lambing sebagai alat penghubung antara manusia dengan alam supernaturalnya.Namun demikian, arti mengenai peranan batik tradisKESIMPULANDari uraian-uraian yang telah dikemukakan, dapat kita ketahui bahwa di balik batik-batik yang bermotif tradisional terdapat cerita-cerita suci mengenai alam semesta (mitologi) sesuai dengan kepercayaan yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Yogyakarta. Di dalam uraian tersebut antara lain disebutkan bahwa, orang Jawa percaya akan adanya kekuatan-kekuatan baik maupun jahat yang mendiami dunia gaib yang sangat mempengaruhi kehidupan mereka selama di dunia. Oleh karena itu, pandangan hidup orang Yogyakarta menekankan pada keselarasan dan keseimbangan dengan alam semesta. Perwujudan dari pandangan hidup mereka ini, tercermin dalam bentuk-bentuk upacara tradisional.Bagi masyarakat Yogyakarta, batik tradisional dianggap sebagai benda yang dapat mengungkapkan atau memberi pengetahuan atau pengertian tentang adanya daya-daya kekuatan yang menguasai alam semesta. Lebih daripada itu, apa yang tercermin baik pada motif, warna maupun nama-namanya nampak memberikan harapan-harapan ataupun jaminan bagi manusia berupa suatu kehidupan yang lebih baik selama di dunia.