Chitosan from irradiated chitin -Dr.Ir gatot Trimulyadi
-
Upload
drir-gatot-trimulyadi-rekso-msi-indonesia -
Category
Technology
-
view
1.193 -
download
1
description
Transcript of Chitosan from irradiated chitin -Dr.Ir gatot Trimulyadi
PENGARUH DOSIS IRADIASI PADA KHITIN TERHADAP SIFAT KIMIA DAN FISIKA TURUNANNYA KHITOSAN
Gatot Trimulyadi Rekso
Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan RadiasiJl. Cinere, Ps Jumat, PO Box 7002 JKSL, Jakarta 12070
Fax 021-7691607,751327, E-mail ; [email protected]
ABSTRAK
Pengaruh dosis iradiasi pada khitin terhadap sifat kimia dan fisika turunannya khitosan. Telah dilakukan penelitian pengaruh dosis iradiasi pada khitin yang selanjutnya dibuat turunannya khitosan . Sumber iradiasi yang digunakan adalah sinar gamma yang berasal dari sumber Co-60 dengan dosis total 5, 10, 20, 30 dan 50 kGy. Khitin diperoleh dari hasil isolasi limbah kulit udang putih. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa iradiasi berpengaruh terhadap sifat kimia dan fisika khitosan . Derajat deasetalisasi khitosan meningkat dari 63,6 % sampai 85,2 % dan juga kelarutannya dalam 1% asam asetat dari 0,045 sampai 0,113 gr/ml dengan meningkatnya dosis iradiasi. Viskositas larutan formulasi khitosan menurun dari 246,5 cps menjadi 65,5 cps pada dosis 50 kGy. Hasil pengukuran sifat mekanik film khitosan yang bersumber dari khitin yang di iradiasi memperlihatkan kekuatan tarik film yang menurun dengan meningkatnya dosis iradiasi. Tampa iradiasi kekuatan tariknya sekitar 244 kg/cm2 , dengan iradiasi 50 kGy kekuatan tariknya menurun menjadi 130 kg/cm2 . Hasil analisa gugus fungsi khitin dan khitin yang di iradiasi menunjukkan gugus fungsi karbonil yang menunjukan gugus asetaamida masih muncul dan terjadi penurunan pada ikatan glikoksida.
ABSTRACT The influence of irradiation dose of chitin affected on chemical and physical properties of its derivative chitosanl. The influence of irradiation dose of chitin affected on chemical and physical properties of its derivative chitosan was investigate. The irradiation source used was gamma ray of Co-60 at variation doses of 0, 5,10,20,30 and 50 kGy. Chitin was isolated from white shrimp shell. The result shows that the irradiation of chitin affected to the properties of chitosan. Degree of deacetylation increases from 63,3 % to 85,2 %, and the solubility in 1% acetic acid also increase from 0,045 gr/ml to 0,113 gr/ml by increasing the irradiation dose. The viscosity of chitosan solution decreases from 246,5 cPs to 65,5 cPs for irradiation dose 50 kGy. The mechanical properties of chitosan film such as tensile strength decreases by increasing the irradiation dose . With out irradiation the tensile strength of the film was 244 kg/ cm2 , after irradiation at dose 50 kGy becomes 130 kg/cm2 .
1
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki area perairan yang luas sehingga
mempunyai potensi yang cukup besar bagi berbagai jenis ikan dan inveterbrata. Dewasa
ini komoditi industri perikanan terutama udang merupakan ekspor yang utama sebagai
penghasil devisa negara. Udang di eksport hanya bagian dagingnya saja, sehingga perlu
terlebih dahulu dilakukan proses pembersihan dengan melakukan pembuangan bagian
kepala, ekor dan kulit badan udang. Hasil buangan tersebut dianggap sebagai limbah
udang. Dengan demikian, bertambah banyak udang beku yang diproduksi, bertambah
banyak pula limbah udang yang dihasilkan.
Selama ini pemanfaatan limbah udang belum dilakukan secara optimal, hanya terbatas
sebagai bahan dasar tambahan untuk pembuatan makanan tradisional seperti terasi, petis
dan sebagai protein tambahan untuk makanan unggas (2). Hasil penelitian menyatakan
limbah udang mengandung senyawa yang disebut khitin yang dapat diproses lebih lanjut
menjadi khitosan yang merupakan bahan dasar yang sangat bermanfaat dalam bidang
industri, kesehatan dan pertanian. Hasil penelitian Knoor, dkk, (1984) menyatakan bahwa
khitin yang terkandung dalam limbah udang kering sekitar 14 –27 % dan pada kepiting
kering sekitar 13 – 15 %, bergantung dari jenis speciesnya. Purwatiningsih (1992)
menyimpulkan kandungan khitin pada limbah udang windu (Penaeus Monodon) kering
sebesar 21 % .
Faktor yang sangat mendorong dilakukannya penelitian menggunakan bahan dasar khitin,
karena khitin merupakan bahan polimer alam yang sumbernya sangat berlimpah, mudah
diperoleh dan bersifat tidak beracun serta mudah terdegradasi(4) . Selain itu aplikasi khitin
juga sangat luas karena bahan ini dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan
pengkelat, pengemulsi, pengkoagulasi, dan bahan pembentuk film sehingga memiliki
prospek yang cerah untuk kebutuhan industri pengganti bahan polimer sintetis (5) .
Khitin merupakan biopolimer terbanyak kedua setelah selulosa dan banyak ditemukan
pada limbah udang, kepiting, insekta serta beberapa jamur. Pemanfaatan dan kegunaan
khitin sering dibatasi oleh sifatnya yang sukar larut dalam air, larutan basa encer dan
pekat, larutan asam encer dan pelarut – pelarut organik. Sifat lain dari khitin yang sulit
2
dipisahkan dari bahan lain terutama protein menyebabkan dalam pemanfaatannya,
biopolimer ini lebih banyak digunakan dalam bentuk turunannya yaitu khitosan. Khitosan
adalah produk deasetilasi khitin, yang merupakan polimer rantai panjang glukosamin.
.
Kitosan memiliki berbagai sifat kimia dan fisika yang dapat dimanfaatkan
kemampuannya sebagai pembentuk film sehingga dapat digunakan untuk bahan dasar
film bioplastik. Tetapi kitosan juga masih memiliki kekurangan khususnya sifatnya yang
sukar larut dalam air . Derajat deasetilasi dan bobot molekul merupakan kriteria yang
amat penting dalam aplikasi dari kitin dan kitosan dalam farmasi dan industri. Semakin
tinggi derajat deasetilasi dan semakin rendah bobot molekul, maka kelarutan dari kitosan
semakin baik. Pada penelitian yang dilakukan Sabharwal dkk ternyata pengaruh iradiasi
terhadap selulosa dapat meningkatkan sifat kelarutannya karena terjadi pemutusan pada
rantai pada 1,4--glikosida. Karena struktur dasar dari selulosa identik dengan struktur
kitin, maka iradiasi berpengruh pula pada pemutusan rantai kitin. Akibat pemutusan
rantai 1,4--glikosida, maka rantai kitin menjadi lebih pendek sehingga dapat
memperkecil efek sterik sehingga proses deasetilasi dapat lebih sempurna sehingga dapat
diperoleh kitosan dengan derajat deasetilasi yang tinggi, sehingga meningkatkan sifat
kimianya.
.
Bahan dan metode
Bahan penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah limbah kulit udang putih ( Peneaus
Merguensis ) yang diperoleh dari desa Gebang – Cirebon. Cangkang dengan bobot
lebih kurang 0,5 kg yang telah kering dibersihkan dari kotoran kototan yang masih
melekat, sehingga diperoleh cangkang yang bersih selanjutnya dikeringkan dalam oven
vakum pada temperatur 500 C.
Isolasi khitin
Proses isolasi terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
3
a. Demineralisasi
Sebanyak 1000 g cangkang limbah kulit udang dimasukan ke dalam larutan asam
klorida 1 N dengan perbandingan padatan dan larutan 1 : 10 b/v. Campuran dibiarkan
pada suhu kamar selama 24 jam sambil diaduk sesekali,
b. Deproteinisasi
Hasil dari proses demineralisasi masing-masing ditambahkan ke dalam larutan
natrium hidroksida 1N dengan perbandingan padatan dan larutan 1 : 10 b/v pada suhu
80oC selama 5 jam sambil diaduk .
Iradiasi sinar gamma dari Kobalt-60
Khitin yang diperoleh hasil isolasi yang telah dibagi menjadi lima bagian diiradiasi
pada dosis yang berbeda-beda :
a. Kantong pertama diiradiasi pada dosis 0 kGy
b. Kantong kedua diiradiasi pada dosis 10 kGy
c. Kantong ketiga diiradiasi pada dosis 20 kGy
d. Kantong keempat diiradiasi pada dosis 30 kGy
e. Kantong kelima diiradiasi pada dosis 50 kGy
Isolasi khitosan
Khitin yang telah di iradiasi untuk masing-masing dosis iradiasi di bagi menjadi dua
bagian dengan bobot yang sama. Kemudian khitin tersebut dideasetilasi untuk
mendapatkan khitosan.
Khitin dimasukkan ke labu bulat bermulut dua dan ditambahkan ke dalamnya larutan
natrium hidroksida 50% b/b, dengan perbandingan padatan dan larutan 1 : 20 b/v.
Campuran dipanaskan pada suhu 110oC sampai 120oC selama satu jam dan tiga jam.
Setelah itu disaring dan padatan yang diperoleh dicuci dengan air suling sampai netral
dan dikeringkan dalam oven bersuhu kurang lebih 50o-80oC
Pengamatan
a. Derajat Deasetilasi Khitosan
4
Spektrum infra merah khitosan dibuat dengan menggunakan spektrofotometer infra
merah. Frekuensi yang digunakan berkisar antara 4000 cm-1sampai dengan 400 cm-1.
Derajat deasetilasi khitosan ditentukan dengan metode “base line” .
:
Dimana : A1655 = Nilai absorbansi pada 1655 cm-1 , A3450 = Nilai pada 3450 cm-1
b. Bobot molekul khitosan
Pengukuran bobot molekul khitosan dilakukan dengan metoda viskositas , dengan
mempergunakan persamaan Mark-Houwink sebagai berikut :
() = k Ma dimana
() = Viskositas intrinsic k, a = Tetapan
M = Bobot molekul larutan
c. .Kelarutan
Pengamatan sifat kelarutan khitosan dilakukan dengan metoda gravimetric dalam larutan asam asetat 1 %..
d. Viskositas
Viskositas diukur dengan Rotary Viskosimeter (Visconic ED-100).
e. Kekuatan tarik Kekuatan tarik dari film bio-plastik diukur menggunakan alat Instron (Stograph R1 ), dan ketebalannya mengunakan micrometer yang memiliki ketelitian 0,001.
Hasil dan pembahasan
5
Derajat deasetilasi
Khitosan dibentuk melalui proses deasetilasi khitin. Proses deasetilasi ini
bertujuan untuk menghilangkan gugus asetilamino pada khitin menjadi gugus amino
bebas. Besarnya gugus asetil yang dapat dihilangkan dari suatu molekul dinyatakan
dengan derajat deasetilasi. Salah satu cara yang dapat digunakan untik menghitung
derajat deasetilasi adalah dengan spektrum IR, yaitu dengan membandingkan absorbansi
pada panjang gelombang 1655 cm-1 ( pita serapan untuk gugus asetil ) dan absorbansi
pada panjang gelombang 3450 cm-1 (pita serapan untuk gugus amino bebas ).
Iradiasi diharapkan dapat mendegradasi rantai khitin, sehingga menjadi terputus
dan lebih pendek. Hasil analisis spectrum IR pada khitin menunjukkan adanya penurunan
intensitas serapan akibat iradiasi tersebut. Sehingga dengan penggunaan suhu yang tidak
terlalu tinggi dan waktu deasetilasi yang tidak terlalu lama dapat mempermudah proses
deasetilasi. Proses deasetilasi dapat dilakukan dengan cara merefluks khitin di dalam
larutan NaOH 50 % ( b/b) pada suhu tinggi.
Dari hasil penelitian didapatkan nilai derajat deasetilasi khitosan berkisar antara
63,2 sampai 75,2 % dimana derajat deasetilasi ini akan meningkat dengan semakin besar
dosis radiasi yang diberikan.
Tabel 1. Hasil analisis derajat deasetilasi khitosan
No Dosis iradiasi ( kGy) Derajat deasetilasi (%)
1 0 63,2
2 10 66,2
3 20 74,0
4 30 82,5
5 50 85,2
Menurut standar kualitas khitosan yang ditetapkan oleh Protan Laboratorium Inc,
derajat deasetilasi khitosan paling sedikit 70 %. Berdasarkan data penelitian yang
didapat, khitosan pada dosis 0 kGy , 10 kGy dan 20 kGy tidak memenuhi standar mutu
karena standar deasetilasinya kurang dari 70 %. Dari data penelitian terlihat bahwa dosis
6
iradiasi dapat mempengaruhi derajat deasetilasi khitosan. Adanya radiasi menyebabkan
rantai polimer terdepolimerisasi sehingga dengan bertambah dosis iradiasi pemutusan
rantai menjadi semakin banyak. Hal ini akan mempermudah proses deasetilasi, dimana
gugus asetil yang terlepas akan semakin banyak.
Bobot Molekul
Bobot molekul khitosan dianalisis berdasarkan metode viskositas. Pemakaian
metode ini mempunyai beberapa keuntungan, antara lain analisisnya lebih mudah dan
lebih cepat, alatnya relatif murah dan perhitungannya yang sederhana . Alat yang
digunakan adalah viskometer Oswald - Cannon Fenske.
Dari hasil penelitian diperoleh bobot molekul untuk beberapa variasi dosis
iradiasi, yaitu berkisar antara 5,888 x 103 sampai 1,659 x 103 Dalton.
Tabel 2. Hasil analisis Bobot molekul
No Dosis Iradiasi ( kGy) Bobot Molekul
1 0 kGy 1,659 x 104
2 10 kGy 1,113 x 104
3 20 kGy 1,035 x 104
4 30 kGy 7,774 x 103
5 50 kGy 5,888 x 103
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis iradiasi berpengaruh terhadap bobot
molekul khitosan yang dihasilkan, dimana semakin besar dosis iradiasi bobot khitosan
semakin menjadi semakin kecil. Hal ini disebabkan karena iradiasi dapat mengakibatkan
rantai polimer tergradasi sehingga mengalami pemutusan, dengan bertambahnya dosis
radiasi maka pemutusan ikatan menjadi semakin banyak sehingga bobot molekulnya
menjadi lebih kecil. Pemutusan ikatan oleh sinar = terjadi pada posisi yang mana saja
dalam molekul ( non selektif ), tetapi menurut J. Rosiak et, al iradiasi pada polisakarida
seperti pati, selulosa, alginate, khitin dan khitosan mengakibatkan pemutusan rantai
terutama pada ikatan glikosida.
7
Mekanisme degradasi khitin akibat iradiasi dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Memperlihatkan pemutusan rantai pada khitin akibat iradiasi.
Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan, pemberian iradiasi menyebabkan
suatu polimer mengalami depolimerisasi, sehingga bobot molekulnya mengalami
penurunan sejalan dengan bertambahnya dosis iradiasi.
Viskositas
Viskositas merupakan ukuran kekentalan suatu larutan. Pada penelitian ini
khitosan yang telah dilarutkan dalam asam asetat, diukur viskositasnya dengan
menggunakan Rotary viskometer (visconic ED – 100 ). Hasil analisis viskositas larutan
khitosan pada berbagai variasi dosis iradiasi diperlihatkan pada tabel 4.16
Tabel 3. Hasil analisis viskositas
No Dosis Iradiasi Viskositas ( cPs)
1 0 kGy 246,6
2 10 kGy 201,5
3 20 kGy 172,0
4 30 kGy 83,5
5 50 kGy 65,5
Pada penelitian ini didapatkan nilai viskositas berkisar antara 65,5 sampai 246,7 cPs. Di
sini terlihat bahwa dosis iradiasi berpengaruh terhadap viskositas larutan khitosan,
8
dimana nilai viskositas akan turun sejalan dengan bertambahnya dosis radiasi yang
diberikan. Hal ini dapat dijelaskan dengan menghubungkannya dengan bobot molekul.
Adanya radiasi menyebabkan rantai polimer terdipolimerisasi, semakin besar dosis
radiasi, bobor molekul dan viskositasnya menjadi berkurang. Berdasarkan standar mutu
yang dikeluarkan laboratorium Protan, Inc, viskositas larutan khitosan pada dosis 0 dan
10 kGy termasuk sedang, kemudian viskositas pada dosis 20, 30 dan 50 kGy termasuk
rendah.
Kelarutan
Kelarutan didefinsikan dalam besaran kuatitatif sebagai konsentrasi zat terlarut
dalam larutan jenuh. Pada penelitian ini sifat kelarutan khitosan dilakukan dalam asam
asetat 1 % sampai terbentuk larutan jenuh. Larutan khitosan tersebut kemudian diuapkan
sampai kering. Jumlah khitosan yang larut adalah banyaknya khitosan yang ada dalam
wadah setelah diuapkan tiap ml volume yang dipipet. Tabel 4.17 memperlihatkan
kelarutan khitosan pada beberapa variasi dosis iradiasi.
Table 4. Hasil analisis kelarutan khitosan dalam asam asetat
No Dosis Iradiasi Kelarutan (g/ml)
1 0 kGy 0,045
2 10 kGy 0.071
3 20 kGy 0,097
4 30 kGy 0,107
5 50 kGy 0,113
Berdasarkan data diatas kelarutan khitosan dalam asam asetat berkisar antara 4,50
x 10 –2 sampai 1,13 x 10 –1 g/ml. Di sini terlihat hubungan antara dosis iradiasi dengan
kelarutan, dimana semakin besar dosis iradiasi, sifat kelarutannya menjadi bertambah.
Hal ini dapat dijelaskan dalam hubungannya dengan derajat deasetilasi. Semakin besar
dosis iradiasi menyebabkan derajat deasetilasi khitosan menjadi lebih tinggi, ini berarti
bahwa dalam rantai polimer gugus asetil menjadi semakin sedikit dan gugus amino bebas
9
menjadi bertambah. Hal ini mengakibatkan kelarutan khitosan dalam asam asetat menjadi
meningkat.
Pengukuran sifat mekanik film khitosan
Pengembangan khitosan diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif pengganti
pemakaian plastik sintetis sebagai bahan pengemas. Sifat mekanik ini sangat penting
perlu diperhatikan dalam pengemasan dan penyimpanan produk, Karena peranannya
cukup besar dalam melindungi produk dari faktor – faktor mekanis seperti tekanan fisik
( jatuh dan gesekan ), adanya getaran serta benturan.
Pada penelitian ini, film lapisan tipis dibuat dengan melarutkan khitosan dalam
asam asetat 1 % sampai jenuh, kemudian ditambahkan plasticizer ( pemelastis ) yaitu
gliserin 0,25 % dengan tujuan untuk meningkatkan fleksibilitas dari film yang dihasilkan.
Hasil pengukuran sifat mekanik dari film bioplastik diperlihatkan pada table 4.18
Tabel 5. Hasil pengukuran sifat mekanik film khitosan
No Dosis Iradiasi (kGy) Kekuatan tarik ( kg/cm2)
1 0 244,1
2 10 179,7
3 20 146,9
4 30 142,0
5 50 130,9
Ketebalan merupakan parameter penting yang berpengaruh terhadap sifat – sifar barrier
maupun sifat mekanik dari film khitosan. Pada film – film hidrofilik, permeabilitas
oksigen dan uap air merupakan fungsi ketebalan. Dari hasil penelitian didapatkan
ketebalan berkisar antara 7,2 x 10-2 x sampai 9,6 x 10-2 mm. Sedangkan kekuatan tarik
dari film bioplastik berkisar antara 130,9 sampai 244,1 kg/cm2. Kekuatan tarik di sini
menunjukkan ukuran ketahanan film, yaitu regangan maksimum yang dapat diterima
suatu film sampai putus. Berdasarkan penelitian, terlihat bahwa dosis iradiasi
berpengaruh terhadap sifat mekanik. Adanya radiasi mengakibatkan rantai polimer
10
terdepolimerisasi sehingga mengalami pemutusan ikatan. Hal ini menyebabkan film
bioplastik menjadi lebih rapuh, sehingga dengan bertambahnya dosis radiasi yang
diberikan kekuatan tarik dari film menjadi menurun.
Spektrum khitin tampa iradiasi dan iradiasi 50 kGy
Gambar 2 dan 3 dibawah ini merupakan spektrum FTIR khitin tampa iradiasi dan khitin
yang di iradiasi dengan dosis iradiasi 50 kGy.
T (%)
Bilangan gelombang (cm-1)
Gambar 2 Spektrum IR khitin tanpa radiasi
T (%)
11
Bilangan gelombang (cm-1)
Gambar 3 Spektrum IR khitin yang di iradiasi 50 kGy
Tabel 6. Perubahan intensitas dari khitin yang tanpa radiasi dan yang di iradiasi pada dosis 50 kGy
Bil. Gel Gugus fungsi/Jenis vibrasi tanpa radiasi iradiasi 50 kGy
34502950165015501380
1150,1100,1050
Vibrasi ulur –OHVibrasi ulur C-H
Vibrasi ulur -C=OVibrasi ulur –NH
Vibrasi tekuk –C-HVibrasi -C1-O-C4
kuatkuatkuatkuatkuat
lemah
kuatkuatkuatkuatkuat
melemah
Data pada Tabel 6 menunjukkan vibrasi -C1-O-C4 melemah, ini menandakan
terjadinya pemutusan rantai ikatan 1-4 glukoksida.
Data pada Tabel 6 menunjukkan vibrasi -C1-O-C4 melemah, ini menandakan
terjadinya pemutusan rantai ikatan 1-4 glukoksida.
Adapun mekanisme pemutusan rantai glukosida khitosan jika diiradiasi adalah sebagai
berikut (Ulan’ski , P,1992)
R-H R(C1-C6) + H (1)
R-H + H R(C1-C6) + H2 (2)
R(C1,C4) F1 + F2 (3)
R-NH2 +H R(C2) + NH3 (4)R-H dan R-NH2 adalah molekul besar khitosan dan R(Cn ) adalah radikal besarnya,
sedangkan F1 dan F2 adalah bagian utama rantai setelah terjadi pemutusan. Absorpsi
radiasi pengion dapat menghasilkan sisi radikal pada beberapa atom karbon dari unit
dasar khitin (Reaksi 5.1 dan 5.2), tetapi hanya transformasi radikal terlokalisasi yaitu
pada atom karbon C1 dan C4 saja yang berperan secara langsung pada splitting pada
12
ikatan 1-4 glukosida, sehingga mengakibatkan pemutusan pada rantai utama (Reaksi 3),
sedangkan reaksi pada radikal yang lain mengakibatkan splitting ikatan di dalam unit
dasar khitin namun tidak sampai memutuskan rantai.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan , dapat disimpulkan bahwa iradiasi pada
khitin dapat mempengaruhi sifat khitosan dan film bio-plastik yang dihasilkan :
1. Hasil analisa derajat deasetalisasi khitosan menunjukan bahwa derajat
deasetalisasi mengalami kenaikan dengan meningkatnya dosis iradiasi yaitu
berkisar antara 63,2 sampai 85,2 %.
2. Kelarutan khitosan dalam asam asetat 1% meningkat dengan meningkatnya dosis
iradiasi dengan kisaran antara 0,045 –0,113 g/ml.
3. Sebaliknya bobot molekul khitosan menurun dengan makin meningkatnya dosis
iradiasi, hal yang sama juga juga terjadi pada viskositas larutan khitosan .
4. Hasil analisa kekuatan tarik dari film khitosan menunjukan adanya penurunan
dengan bertambahnya dosis iradiasi yang diberikan , yaitu berkisar antara 130,9
sampai 244,0 kg/cm2 .
5. Hasil analisa gugus fungsi dengan FTIR terjadi penurunan intensitas pada ikatan
glokoksida pada khitin.
DAFTAR PUSTAKA
(1) COWD.M.A., “ Kimia Polimer, Institut Teknologi Bandung, Bandung”, hal 15-1,(1991.
(2) SUPTIJAH, “Modifikasi Protein Konsentrat dan Flavor dari Kepala Udang”, Tesis, Facultas Perikanan, IPB,Bogor, hal18-13,(1994)
(3) KNOR.D.,” Use of Chitosan Polymer in Food Science”, 48(7)85-70, (1984
13
(4) MUZZARELLI.R.A.A.,”New Derivative of Chitin and Chitosan in Industrial Polysacharides”, Gordon and Beach Science, New York,357-76, (1985)
(5) AUSTIN.P.R.,” Chitin New Facets of Reaseach, Applied Science”, 28(6)212-110, (1981)
(6) CHUDHARI.C.V.,”Radiation Processing of Natural Polymers”, Proceeding Meeting Radiation Processing Polysacharides, Vietnam Atomic Energy Commission, hal 7-1, (2000).
(7) BASTMAN.S.,”Studies of Degradation andExtraction of Chitin and Chitosan From Prown Shells”, The Queens Univ, hal 60-50, (1989).
(8) SABHARWAL.S.,“Potensial Application of Radiation Processed Polysacharides in Food Processing and Waste Water Treatment”, Proceeding Meeting Radiation Proceesing of Polysacharides, Vietnam Atomic Energy Commission, hal 7-1, (2000).
(9) CANH.T.T.,” Radiation of Chitin and Chitosan”, Proceeding Meeting Radiation of Polysacharides, Vietnam Atomic Energy Commission, hal 8-1, (2000).
(10)ULANSKI, ROSIAK J, (1992). Preliminary studies on Radiation –Induced
Change in Chitosan, Radiat. Phys. Chem, Vol 39, No 1, Pergamon Press, Great
Britain.
14