Chapter III V
-
Upload
ameliahildasari -
Category
Documents
-
view
33 -
download
0
Transcript of Chapter III V
-
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Farmasi kualitatif
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan di Laboratorium Kimia Bahan
Makanan pada bulan Mei 2010-Oktober 2010.
3.2 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan yaitu Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu mini
1240), neraca analitis (AND GF-200), water bath, hot plate, statif dan klem, cawan
porselen, termometer dan alat-alat gelas seperti labu takar, gelas ukur, erlenmeyer,
buret, tabung reaksi, beaker glass.
3.3 Bahan-bahan
Semua bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analisis
keluaran E-merck kecuali disebutkan lain yaitu asam klorida 37% v/v, gliserin
87% v/v, kurkumin, etanol 96% v/v, natrium karbonat anhidrat, natrium
hidroksida, asam sulfat 98%, metil orange, metil merah, asam oksalat,
fenolftalein, kalium bifthalat, aquadest (Lab. Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas
Farmasi USU).
3.4 Sampel
Sampel yang diperiksa dalam penelitian ini adalah bakso daging sapi
yang diambil dari beberapa pasar tradisional, pedagang asongan, dan warung-
warung bakso yang ada di kota Medan seperti pajak sore, pajak pringgan, pajak
aksara, pajak pagi, pajak petisah, bakso Arema, bakso ADS, bakso Podomoro.
Universitas Sumatera Utara
-
3.4.1 Pengambilan sampel
Pengambilan sampel secara purposif didasarkan atas pertimbangan
bahwa populasi sampel adalah homogen dan sampel yang akan dianalisis
dianggap sebagai sampel yang representatif. Penelitian ini lebih difokuskan pada
perbandingan penetapan kadar natrium tetraboraks secara titrasi asam basa dan
spektrofotometri sinar tampak (Sudjana, 1996).
3.4.2 Penyiapan sampel
Bakso yang dalam bentuk bulatan dipotong kecil-kecil dan dihaluskan
dengan menggunakan blender
3.5 Pembuatan Pereaksi
3.5.1 Larutan HCl 2N
Larutkan HCl 37% v/v sebanyak 16,70 ml diencerkan dengan air suling
hingga 100 ml (Ditjen POM,1979).
3.5.2 Larutan HCl 0,5 N
Diencerkan 4,1 ml HCl 37 % v/v dengan air suling hingga 100 ml (
Ditjen POM, 1995).
3.5.3 Pereaksi Kurkumin
Larutkan 40 mg kurkumin yang halus dan 5,0 g asam oksalat dalam etanol
95%. Tambahkan 4,2 ml HCl pekat dan encerkan hingga 100 ml dengan etanol
(Fishman, 1989).
3.5.4 Larutan Metil Orange 0,05% b/v
Larutkan 0,05 g metil orange dalam 100 ml air suling (Ditjen POM,1995).
3.5.5 Larutan Metil Merah 0,05% b/v
Larutkan 0,05 g metil merah dalam 100 ml air suling (Ditjen POM,1995).
Universitas Sumatera Utara
-
3.5.6 Larutan NaOH 0,2 N
Larutkan 8 g NaOH dengan aquadest bebas CO2 di labu 1000 ml (Ditjen
POM,1995).
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Pemeriksaan Kualitatif Natrium Tetraboraks pada sampel
Sampel bakso yang telah dihaluskan masing-masing ditimbang
sebanyak 10 g di dalam krus porselen, lalu dikeringkan di oven pada suhu 60C
hingga benar-benar kering, kemudian diabukan pada suhu 600oC selama 8 jam.
Abu yang diperoleh dilarutkan dalam 20 ml air suling. Sebanyak 1 ml larutan
filtrat dari abu sampel dimasukkan ke dalam cawan penguap. Ditambah 4 ml
pereaksi kurkumin dalam etanol, diuapkan di atas penangas air sehingga terbentuk
residu berwarna merah kecoklatan dan pada residu tersebut diberikan beberapa
tetes amonia encer. Diamati apakah warna merah kecoklatan berubah menjadi
hitam kehijauan (Prosedur modifikasi Balai Besar POM, 2007).
3.6.2 Analisa Kuantitatif Secara Spektrofotometri
3.6.2.1 Pembuatan Larutan Induk Baku I (LIB I)
Natrium tetraboraks ditimbang saksama 50 mg dimasukkan ke dalam
labu tentukur 100 ml. Ditambahkan air suling secukupnya dan dikocok hingga
homogen. Kemudian larutan dicukupkan dengan air suling hingga garis tanda dan
dihomogenkan (Konsentrasi 500 ppm).
3.6.2.2 Pembuatan Larutan Induk Baku II (LIB II)
Larutan induk baku I dipipet 2,5 ml ml lalu dimasukkan ke dalam labu
tentukur 50 ml. Ditambahkan air suling secukupnya dan dikocok hingga
Universitas Sumatera Utara
-
homogen. Kemudian larutan dicukupkan dengan air suling hingga garis tanda dan
dihomogenkan ( konsentrasi 25 ppm).
3.6.2.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Natrium
Tetraboraks
Larutan induk baku II dipipet 0,6 ml dan dimasukkan ke dalam cawan
penguap, lalu ditambahkan 4 ml pereaksi kurkumin dan goyang-goyangkan cawan
dengan hati-hati agar kedua larutan bercampur. Letakkan cawan diatas penangas
air, atur temperatur pada 552oC biarkan selama 80 menit sampai terbentuk residu
berwarna merah kecoklatan. Angkat cawan dan dinginkan. Setelah cawan dingin
pada suhu kamar, tambahkan 10 ml etanol 95%, aduk dengan hati-hati sampai
semua residu terlarut, masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml (konsentrasi 0,6
ppm). Bilas cawan dengan sedikit etanol 95% dan masukkan air bilasannya ke
labu tentukur. Selanjutnya ditambahkan etanol 95% hingga garis tanda lalu larutan
dihomogenkan. Diukur serapan maksimum pada panjang gelombang 400-800 nm
dengan menggunakan blanko yaitu 4 ml kurkumin yang diuapkan di cawan
penguap seperti halnya diatas dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml,
dicukupkan dengan etanol 95% hingga garis tanda (Fishman, 1989).
3.6.2.4 Penentuan Waktu Kerja Larutam Natrium tetraboraks
Larutan induk baku II dipipet 0,6 ml dan dimasukkan ke dalam cawan
penguap, lalu ditambahkan 4 ml pereaksi kurkumin dan goyang-goyangkan cawan
dengan hati-hati agar kedua larutan bercampur. Letakkan cawan diatas penangas
air, atur temperatur pada 552oC biarkan selama 80 menit sampai terbentuk residu
berwarna merah kecoklatan. Angkat cawan dan dinginkan. Setelah cawan dingin
pada suhu kamar, tambahkan 10 ml etanol 95%, aduk dengan hati-hati sampai
Universitas Sumatera Utara
-
semua residu terlarut, masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml (konsentrasi 0,6
ppm). Bilas cawan dengan sedikit etanol 95% dan masukkan air bilasannya ke
labu tentukur. Selanjutnya ditambahkan etanol 95% hingga garis tanda lalu larutan
dihomogenkan. Diukur serapan maksimum pada panjang gelombang yang
diperoleh (Fishman, 1989).
3.6.2.5 Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi Larutan Natrium Tetraboraks
Larutan Induk Baku II (LIB II) dipipet ke dalam cawan penguap
berturut-turut 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0.8 ml; dan 1 ml (0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1
ppm), lalu ditambahkan 4 ml pereaksi kurkumin dan goyang-goyangkan cawan
dengan hati-hati agar kedua larutan bercampur. Letakkan cawan diatas penangas
air, atur temperatur pada 552oC biarkan selama 80 menit sampai terbentuk residu
berwarna merah kecoklatan. Angkat cawan dan dinginkan. Setelah cawan dingin
pada suhu kamar, tambahkan 10 ml etanol 95%, aduk dengan hati-hati sampai
semua residu terlarut, masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml. Bilas cawan
dengan sedikit etanol 95% dan masukkan air bilasannya ke labu tentukur.
Selanjutnya ditambahkan etanol 95% hingga garis tanda lalu larutan
dihomogenkan. Diukur serapan maksimum pada panjang gelombang yang
diperoleh (Fishman, 1989).
3.6.3 Penentuan Kadar Natrium Tetraboraks dalam sampel
Sampel bakso yang telah dihaluskan masing-masing ditimbang
sebanyak 10 g di dalam krus porselen, lalu dikeringkan di oven pada suhu 60C
hingga benar-benar kering, kemudian diabukan pada suhu 600oC selama 8 jam.
Ke dalam abu yang telah dingin ditambahkan 20 ml akuades panas, sambil diaduk
dengan batang pengaduk. Kemudian disaring melalui kertas saring tidak berabu ke
Universitas Sumatera Utara
-
dalam labu ukur 1000 ml, bilas kertas saring dengan aquadest panas, dan
kemudian ditambahkan akuades hingga garis tanda, kocok larutan sampel
tersebut. Dipipet larutan sampel sebanyak 1 ml ke dalam cawan penguap lalu
ditambahkan 4 ml pereaksi kurkumin dan goyang-goyangkan cawan dengan hati-
hati agar kedua larutan bercampur. Letakkan cawan diatas penangas air, atur
temperatur pada 552oC biarkan selama 80 menit sampai terbentuk residu
berwarna merah kecoklatan. Angkat cawan dan dinginkan. Setelah cawan dingin
pada suhu kamar, tambahkan 10 ml etanol 95%, aduk dengan hati-hati sampai
semua residu terlarut, masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml. Bilas cawan
dengan sedikit etanol 95% dan masukkan air bilasannya ke labu tentukur.
Selanjutnya ditambahkan etanol 95% hingga garis tanda lalu larutan
dihomogenkan. Diukur serapan maksimum pada panjang gelombang yang
diperoleh (Fishman, 1989). Nilai absorbansi yang diperoleh berada dalam nilai
absorbansi kurva kalibrasi larutan baku sehingga konsentrasi Natrium tetraboraks
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan garis regresinya dan kadar
natrium tetraboraks dalam sampel dapat ditentukan dengan rumus :
Kadar (mcg/ml) = B sF pVC
Keterangan : C = Konsentrasi (mcg/ml)
V = Volume larutan sampel (ml)
Fp = Faktor pengenceran
Bs = Berat sampel (g)
3.7 Analisa Data secara Statistik
Rumus yang digunakan untuk menentukan Standart Deviasi yaitu :
Universitas Sumatera Utara
-
SD =1
)( 2
n
XXi
Data diterima jika thitung lebih kecil daripada ttabel pada interval kepercayaan 95%
dengan nilai = 0,05. Rumus yang digunakan untuk menentukan t hitung yaitu :
t hitung = nSD
XXi/
Keterangan : Xi = kadar natrium tetraboraks dalam satu perlakuan
X = kadar rata-rata natrium tetraboraks dalam sampel
n = jumlah perlakuan
SD = standard deviation
= tingkat kepercayaan
Untuk menghitung rentang kadar natrium tetraboraks secara statistik dalam
sampel digunakan rumus:
Rentang Kadar Natrium Tetraboraks () = X (t /2,dk x nSD / )
Keterangan : SD = standard deviation
X = kadar rata-rata natrium tetraboraks dalam sampel
= rentang kadar natrium tetraboraks
n = jumlah perlakuan
t = harga t tabel sesuai dk
3.8 Uji Validasi Metode
3.8.1 Akurasi
Akurasi ditentukan dengan menggunakan metode penambahan baku (the
method of standard additives), yakni ke dalam sampel bakso ditambahkan serbuk
kristal natrium tetraboraks baku sebanyak 1 g, kemudian dianalisis dengan
Universitas Sumatera Utara
-
prosedur yang sama seperti pada sampel. Hasil dinyatakan dalam persen
perolehan kembali (% recovery). Persen perolehan kembali dihitung dengan
menggunakan rumus sbb:
% Perolehan kembali %1 0 0*
=A
AF
CCC
Keterangan : CF = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan
larutan baku
CA = konsentrasi sampel awal
CA = konsentrasi larutan baku yang ditambahkan
3.8.2 Presisi
Uji presisi (keseksamaan) ditentukan dengan parameter RSD (Relative
Standard Deviation) dengan rumus :
RSD =
Keterangan : RSD = Relative Standard Deviation
SD = Standard Deviation
X = Kadar Rata-rata Natrium Tetraboraks dalam Sampel
3.8.3 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Batas deteksi (Limit Of Detection/LOD) dan batas kuantitasi (Limit Of
Quantitation/LOQ) dihitung dari persamaan regresi kurva kalibrasi baku
pembanding. Batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
%100xX
SD
2)( 2
=
nYiY
SD
SlopeSBxLOD 3=
SlopeSBxLOQ 10=
Universitas Sumatera Utara
-
Keterangan : SD = Standard Deviation
LOD = Limit of Detection (Batas Deteksi)
LOQ = Limit of Quantitation (Batas Kuantitasi)
3.9 Analisa Kuantitatif Secara Titrasi Asam Basa
3.9.1 Pembakuan NaOH 0,2 N Kalium bifthalat ditimbang seksama 100 mg kemudian dilarutkan
dalam air bebas CO2 sebanyak 30 ml. Ditambah 2 tetes indikator fenolftalein,
dititrasi dengan NaOH hingga terjadi warna merah muda mantap (Ditjen POM,
1995). Dilakukan perlakuan yang sama tiga kali dan dihitung normalitas larutan.
1 ml natrium hidroksida 1 N setara dengan 204,2 mg kalium biftalat.
3.9.2 Pembakuan HCl 0,5 N
Natrium karbonat anhidrat ditimbang seksama 150 mg, kemudian
dilarutkan dalam 15 ml air. Ditambah 2 tetes indikator metil merah, ditambahkan
asam klorida perlahan dari buret sambil diaduk hingga larutan berwarna merah
muda pucat. Dipanaskan larutan hingga mendidih, dinginkan, dititrasi kembali
bila perlu hingga warna merah muda pucat tidak hilang dengan pendidihan lebih
lanjut (Ditjen POM, 1995 ). Dilakukan perlakuan yang sama tiga kali dan dihitung
normalitas larutan.
1 ml asam klorida 1 N setara dengan 52,99 mg natrium karbonat anhidrat
3.9.3 Penetapan Kadar Natrium Tetraboraks Baku Pembanding
Natrium tetraboraks p.a ditimbang saksama 50 mg, larutkan dalam 10 ml
air, Ditambahkan 2 tetes indikator metil merah, Dititrasi dengan HCl 0,5 N (Ditjen
Universitas Sumatera Utara
-
POM, 1979). Dilakukan perlakuan yang sama tiga kali dan dihitung normalitas
larutan.
1 ml asam klorida 0,5 N setara dengan 95,34 mg Na2B4O7.10H2O
3.9.4 Analisa Natrium Tetraboraks dalam Sampel
Sampel bakso yang telah dihaluskan masing-masing ditimbang sebanyak
10 g di dalam krus porselen, lalu dikeringkan di oven pada suhu 60C hingga
benar-benar kering, kemudian diabukan pada suhu 600oC selama 8 jam. Ke dalam
abu yang telah dingin ditambahkan 20 ml akuades panas, sambil diaduk dengan
batang pengaduk. Lalu ditambahkan beberapa tetes larutan HCl 2 N sampai
larutan bersifat asam (diamati dengan kertas lakmus). Kemudian disaring melalui
kertas saring tidak berabu ke dalam labu ukur 50 ml, bilas kertas saring dengan
aquadest panas, dan kemudian ditambahkan akuades hingga garis tanda, kocok
larutan sampel tersebut. Pindahkan filtrat ke erlenmeyer 150 ml, tambahkan
beberapa tetes metil jingga sehingga larutan menjadi berwarna merah muda.
Titrasi hati-hati dengan larutan NaOH 0,2 N sampai warna merah muda berubah
jadi kuning. Ke dalam larutan di atas ditambahkan beberapa tetes gliserin dan 3
tetes fenolftalein. Dilanjutkan titrasi dengan NaOH 0,2 N sampai larutan berwarna
merah muda. Ke dalam larutan di atas ditambahkan lagi gliserin dan jika warna
merah muda hilang diteruskan titrasi sampai warna larutan menjadi merah muda
yang tetap, apabila ditambahkan gliserin (Prosedur modifikasi Herlich, 1990).
Dihitung volume NaOH 0,2 N yang terpakai.
1 ml natrium hidroksida 1 N setara dengan 61,83 mg H3BO3
3.10 Analisa Data secara Statistik
Universitas Sumatera Utara
-
Dilakukan dengan prosedur yang sama seperti penetapan kadar natrium
tetraboraks secara metode spektrofotometer sinar tampak.
3.11 Uji Validasi Analisis
Dilakukan dengan prosedur yang sama seperti penetapan kadar natrium
tetraboraks secara metode Spektrofotometer sinar tampak untuk persen perolehan
kembali saja.
Universitas Sumatera Utara
-
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Kualitatif dengan Menggunakan Pereaksi kurkumin-asam oksalat
4.1.1 Pemeriksaan Kualitatif Natrium Tetraboraks pada Sampel
Sebelum dilakukan analisa kuantitatif natrium tetraboraks pada sampel,
perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui ada tidaknya natrium tetraboraks
dengan menggunakan pereaksi kurkumin-asam oksalat. Metode yang dilakukan
ini merupakan metode modifikasi dari identifikasi natrium tetraboraks yang
terdapat di dalam Farmakope Indonesia dan prosedur modifikasi dari Balai POM
dimana kertas kurkuma diubah dalam bentuk larutan kurkuma. Sampel dinyatakan
positif mengandung natrium tetraboraks apabila dengan penambahan pereaksi
kurkumin yang telah diasamkan dengan asam klorida encer akan terbentuk warna
merah kecoklatan dan bila dikeringkan warna menjadi intensif dan bila diteteskan
amonia encer berubah menjadi hitam kehijauan (Ditjen POM, 1979).
Hasil pemeriksaan kualitatif natrium tetraboraks pada sampel diperoleh
data, seperti ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Natrium tetraboraks pada sampel
No. Sampel Kurkumin
1
2
3
4
5
6
7
8
Bakso Pajak sore
Bakso Arema
Bakso Podomoro
Bakso Pajak Pringgan
Bakso Pajak Aksara
Bakso Pajak Petisah
Bakso ADS
Bakso Pajak Pagi
Negatif
Negatif
Positif (Hitam kehijauan)
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Universitas Sumatera Utara
-
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa sampel memberikan hasil yang
positif yaitu warna hitam kehijauan yang jika direaksikan dengan pereaksi
kurkumin dan ditetesi dengan amonia. Hal ini menunjukkan bahwa sampel
mengandung natrium tetraboraks. Selanjutnya dilakukan penetapan kadar natrium
tetraboraks terhadap sampel yang positif mengandung natrium tetraboraks
tersebut.
Gambar hasil pemeriksaan kualitatif natrium tetraboraks dapat dilihat pada
lampiran 22.
4.2 Penentuan Kadar Natrium Tetraboraks secara Titrasi Asam-Basa
Kristal Natrium tetraboraks yang digunakan sebagai baku pembanding
dalam penelitian ini diperoleh dari distributor dengan kadar yang tidak tertera
pada etiket. Menurut Ditjen POM, natrium tetraborat mengandung tidak kurang
dari 99,0% dan tidak lebih dari 105,0% Na2B4O7.10H2O. Maka dari itu, untuk
lebih memastikan kadar natrium tetraboraks yang sebenarnya maka perlu
ditetapkan secara titrasi asam basa sehingga dapat digunakan sebagai baku
pembanding dalam penentuan kadar sampel secara spektrofotometri. Dari hasil
penetapan kadar natrium tetraboraks yang diperoleh berbeda dengan kadar yang
tertera pada etiket yaitu 98,7546%, hal ini disebabkan karena adanya molekul
hidrat dari natrium tetraboraks yang menguap sehingga persentasenya menjadi
lebih rendah (Ditjen POM, 1979).
Data dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 15.
Universitas Sumatera Utara
-
4..3 Penetapan Kadar Natrium Tetraboraks dengan Metode
Spektrofotometri Sinar Tampak
4.3.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Natrium
Tetraboraks
Hasil penentuan panjang gelombang maksimum larutan natrium
tetraboraks dengan konsentrasi 0,6 ppm, diperoleh panjang gelombang maksimum
pada 545 nm. Kurva serapan panjang larutan natrium tetraboraks dapat dilihat
pada gambar 1.
Gambar 1. Kurva Serapan Maksimum Larutan Natrium Tetraboraks dengan Konsentrasi 0,6 ppm secara Spektrofotometri Sinar Tampak
Universitas Sumatera Utara
-
Menurut Fishman (1989) komplek resocyanin memiliki serapan
maksimum dalam pelarut etanol pada panjang gelombang 540 nm. Dari hasil
penentuan panjang gelombang dengan konsentrasi pengukuran yaitu 0,6 mcg/ml
diperoleh panjang gelombang maksmum komplek resocyanin pada 545 nm
dengan serapan 0,3936. Adanya perbedaan panjang gelombang ini masih dalam
batas-batas yang diterima menurut Farmakope Indonesia edisi IV.
4.3.2 Penentuan Waktu Kerja Natrium Tetraboraks
Reaksi yang terjadi antara natrium tetraboraks dengan pereaksi kurkumin
umumnya tidak stabil sehingga perlu dilakukan penentuan waktu kerja natrium
tetraboraks. Penentuan waktu kerja (kestabilan warna) natrium tetraboraks dengan
pereaksi kurkumin secara spektrofotometri sinar tampak dilakukan dengan selang
waktu 2 menit setelah dikeringkan dari penangas air. Dari data waktu kerja,
diperoleh data yang mempunyai kesamaan angka 4 desimal yaitu pada menit ke-
10 hingga menit ke-12. Waktu ini cukup pendek, sementara untuk preparasi
sampel juga dibutuhkan waktu beberapa menit, oleh karena itu dalam hal ini
diambil sebagai waktu kerja adalah mulai dari menit ke-8 berhubung menit ke-8
dan menit ke-9 punya selisih yang cukup kecil dengan menit ke-10 hingga menit
ke-12. Dari data yang diperoleh, waktu pengukuran yang stabil dimulai dari menit
ke-8 sampai menit ke-12.
Data dapat dilihat pada lampiran 3.
4.3.3 Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi Natrium Tetraboraks
Pembuatan kurva kalibrasi larutan natrium tetraboraks dilakukan dengan
membuat berbagai konsentrasi pengukuran yaitu 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1,0 ppm,
Universitas Sumatera Utara
-
kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 545 nm. Gambar Linearitas
kurva kalibrasi natrium tetraboraks dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Kurva Kalibrasi Larutan Natrium Tetraboraks pada Panjang Gelombang 545 nm
Dari hasil perhitungan persamaan regresi kurva kalibrasi diatas diperoleh
persamaan garis Y = 0,7318X - 0,0034 dengan koefisien korelasi (r) sebesar
Universitas Sumatera Utara
-
0,9996. Hal ini berarti terdapat hubungan yang linear antara konsentrasi dengan
serapan, karena harga koefisien korelasi (r) mendekati 1 (Sudjana, 1996).
Data dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5.
4.3.4 Kadar Natrium Tetraboraks pada Sampel
Konsentrasi natrium tetraboraks dalam bakso ditentukan berdasarkan
persamaan garis regresi linier kurva kalibrasi natrium tetraboraks yaitu Y =
0,7318x 0,0034 dan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,9996. Dari hasil
pengukuran absorbansi larutan sampel maka dapat dihitung kadar sampel yang
diperoleh. Dari data tersebut diperoleh kadar rata-rata natrium tetraboraks yang
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Kadar rata-rata natrium tetraboraks dalam Sampel dengan menggunakan metode Spektrofotometri Sinar Tampak
Sampel Kadar rata-rata natrium tetraboraks(mg/g bahan) Bakso
1,97870,0305
Berdasarkan data yang diperoleh di atas dapat dilihat natrium tetraboraks
masih dipakai oleh pedagang bakso untuk mengawetkan dan memperbaiki tekstur
makanan, dan jumlah yang ditambahkan ternyata juga cukup besar.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/IX/1988,
asam borat dan senyawanya merupakan salah satu dari jenis bahan tambahan
pangan yang dilarang digunakan dalam produk makanan.
4.3.5 Uji Perolehan Kembali
Uji perolehan kembali dilakukan terhadap sampel bakso dengan
perulangan sebanyak 6 kali sesuai dengan prosedur yang sama dengan pengujian
sampel. Hasil uji perolehan kembali (% recovery) dapat dilihat pada Tabel 3.
Universitas Sumatera Utara
-
Tabel 3. % Perolehan Kembali Natrium Tetraboraks No Perolehan Kembali
(%) Perolehan Kembali
Rata-rata (%) 1 98,83 2 91,95
95,413 3 93,67 4 94,79 5 98,99 6 94,25
Hasil uji perolehan kembali (%) natrium tetraboraks dalam bakso adalah
sebesar 95,41%. Hasil persen perolehan kembali ini memenuhi persyaratan uji
akurasi dimana rentang rata-rata hasil perolehan kembali adalah 80-120 %. Dari
hasil yang diperoleh tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode ini
memberikan hasil yang akurat.
4.3.6 Uji Keseksamaan (RSD)
Uji keseksamaan dilakukan terhadap terhadap sampel bakso dengan
perulangan sebanyak 6 kali sesuai dengan prosedur pengujian sampel. Hasil %
Relatif Standar Deviasi yang diperoleh adalah 0,9452. Kriteria seksama diberikan
jika metode memberikan simpangan baku relatif atau koefisien variasi 2% atau
kurang (Harmita, 2004). Hasil yang diperoleh tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa metode ini memberikan hasil yang seksama.
4.3.7 Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ)
Untuk melihat kadar terkecil sampel yang masih dapat ditentukan oleh alat
maka dilakukan perhitungan LOD dan LOQ. Pada analisa natrium tetraboraks
diperoleh batas deteksi sebesar 0,0265 mg/g dan batas kuantitasi 0,0883 mg/g.
Hasil pengukuran sampel minimum yang diperoleh 1,9617 mg/g berarti
pengukuran sampel masih di dalam batas minimum dari ketelitian dan
kecermatan. (Harmita,2004).
Universitas Sumatera Utara
-
Contoh perhitungan dapat dilihat pada lampiran 6.
4.4 Penetapan Kadar Natrium Tetraboraks dengan Metode Titrasi Asam
Basa
4.4.1 Penentuan Kadar Natrium Tetraboraks dalam Sampel
Hasilnya diperlihatkan pada Tabel 4
Tabel 4 Kadar Natrium Tetraboraks dalam Sampel dengan metode Titrasi Asam Basa
Sampel Kadar rata-rata Natrium tetraboraks(mg/gram bahan) Bakso
2,2413 0,1154
Berdasarkan data yang diperoleh di atas dapat dilihat natrium tetraboraks
masih banyak dipakai oleh pedagang bakso untuk mengawetkan dan memperbaiki
tekstur makanan, dan jumlah yang ditambahkan ternyata juga cukup besar,
padahal pemerintah sudah mengeluarkan larangan agar jangan menggunakan
bahan pengawet ini dalam makanan
Asam borat atau boraks (boric acid) merupakan zat pengawet
berbahaya yang tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan
(Syah, 2005).
4.4.2 Uji Perolehan Kembali
Uji perolehan kembali pada metode titrasi asam basa dilakukan terhadap
sampel bakso dengan perulangan sebanyak 6 kali sesuai dengan prosedur yang
sama dengan pengujian sampel. Hasil uji perolehan kembali (% recovery) dapat
dilihat pada Tabel 3.
Universitas Sumatera Utara
-
Tabel 5. % Perolehan Kembali natrium tetraboraks No Perolehan Kembali
(%) Perolehan Kembali
Rata-rata (%) 1 2 3 4 5 6
88,98 90,18 90,50 90,83 90,52 90,49
90,25
Hasil uji perolehan kembali (%) natrium tetraboraks adalah sebesar
90,25%. Hasil persen perolehan kembali ini memenuhi persyaratan uji akurasi
dimana rentang rata-rata hasil perolehan kembali adalah 80-120 %. Namun bila
dibandingkan dengan hasil perolehan kembali (%) yang didapat dengan
menggunakan metode Spektrofotometri Sinar Tampak maka hasil perolehan
kembali (%) metode titrasi Asam Basa ini lebih rendah persentasenya, berarti
metode Spekrofotometri Sinar Tampak memiliki kecermatan yang lebih baik
dibandingkan dengan metode Titrasi Asam Basa.
4.5 Perbandingan Penetapan Kadar Natrium Tetraboraks dengan
Menggunakan Metode Titrasi Asam Basa dan dengan Menggunakan
Metode Spektrofotometri Sinar Tampak
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 6 .
Tabel 6 Perbandingan Kadar Natrium Tetraboraks yang Diperoleh dengan Metode Titrasi Asam Basa dan Metode Spektrofotometri Sinar Tampak
Spektrofotometri Sinar Tampak
Titrasi Asam Basa
Bakso (mg/g) 1,97870,0305 2,2413 0,1154
Berdasarkan data yang diperoleh, kadar Natrium Tetraboraks yang
diperoleh dengan metode Titrasi Asam Basa lebih tinggi dibandingkan dengan
yang diperoleh dengan menggunakan metode Spekrofotometri Sinar Tampak. Hal
Universitas Sumatera Utara
-
ini disebabkan karena Spektrofotometri Sinar Tampak memiliki kepekaan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan Titrasi Asam Basa. Pada Spektrofotometri Sinar
Tampak, absorbansi yang diperoleh merupakan serapan dari senyawa komplek
yang terbentuk antara boron dalam asam borat (hasil penguraian natrium
tetraboraks dalam air) sedangkan pada titrasi asam basa, banyaknya NaOH yang
ditambahkan belum tentu hanya menetralkan keasaman dari asam borat, senyawa-
senyawa yang ber-pH rendah juga ikut dinetralkan oleh NaOH. Oleh karena itu
volume NaOH yang ditambahkan akan lebih tinggi sehingga kadar natrium
tetraboraks yang diperoleh juga menjadi lebih tinggi.
Universitas Sumatera Utara
-
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil identifikasi natrium tetraboraks dalam bakso daging sapi menunjukkan
bahwa natrium tetraboraks ada digunakan sebagai pengawet pada bakso
daging sapi.
2. Hasil penetapan kadar natrium tetraboraks menunjukkan bahwa kadar natrium
tetraboraks dengan menggunakan metode spektrofotometri sinar tampak dan
metode titrasi asam basa tidak sama dimana kadar natrium tetraboraks yang
ditetapkan dengan metode spektrofotometri sinar tampak lebih rendah yaitu
1,97870,0305 mg/g dibandingkan dengan kadar natrium tetraboraks yang
ditetapkan dengan metode titrasi asam basa yaitu 2,2413 0,1154 mg/g.
Penetapan kadar natrium tetraboraks dengan metode Spektrofotometri Sinar
Tampak memiliki kepekaan yang lebih tinggi dan selektif terhadap natrium
tetraboraks yang diperiksa jika dibandingkan dengan Titrasi Asam Basa
(Volumetri).
5.2 Saran
Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti dengan
menggunakan sampel yang lain dan dengan menggunakan metode yang lain
sehingga dapat dibandingkan.
Universitas Sumatera Utara