Chapter I
-
Upload
alif-nugraha-ramadhan -
Category
Documents
-
view
256 -
download
0
Transcript of Chapter I
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia bisnis telah menjelma menjadi industri paling berkuasa selama setengah
abad terakhir ini. Instituisi yang dominan di masyarakat tersebut bagaimanapun
harus tetap mengambil tanggung jawab untuk kepentingan bersama. Setiap
keputusan yang dibuat dan setiap tindakan yang diambil haruslah dilihat kerangka
tanggung jawab tersebut.
Perusahaan, terutama perusahaan besar telah memberi pengaruh yang sangat
besar kepada seluruh aspek kehidupan masyarakat luas dekade terakhir ini.
Perusahaan, pemerintah dan masyarakat luas adalah satu kesatuan yang saling
bergantung satu sama lain. Perusahaan-perusahaan memberikan peluang kerja,
menyumbang pendapatan negara melalui pajak, menyediakan kebutuhan
masyarakat dengan barang dan jasa.
Pemerintah membuat peraturan-peraturan yang pada intinya memberikan
perlindungan dan jaminan kepada perusahaan, sedangkan masyarakat membeli
barang dan jasa, menyediakan tenaga kerja dan sebagainya. Jadi, jika kebijakan
perusahaan memberi pengaruh baik positif maupun negatif kepada masyarakat,
tindakan-tindakan masyarakat juga dapat mempengaruhi kinerja perusahaan baik
secara langsung maupun tidak.
Peran perusahaan yang saat ini yang menjadi perhatian terbesar dalam
masyarakat adalah peningkatan kepekaan dan kepedulian perusahaan terhadap
lingkungan dan masalah etika. Masalah seperti kerusakan lingkungan, perlakuan
tidak layak terhadap karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan
ketidaknyamanan ataupun bahaya bagi konsumen menjadi berita utama dalam
media massa. Peraturan pada beberapa negara mengenai lingkungan hidup dan
permasalahan sosial semakin tegas, juga standar dan hukum internasional dibuat
untuk mempertegas hal-hal tersebut.
Perusahaan sudah seharusnya bertanggung jawab terhadap keseluruhan
lingkungan, baik internal maupun eksternal perusahan seiring dengan semakin
besar dan luasnya pengaruh perusahaan terhadap kehidupan masyarakat. Dengan
demikian setiap keputusan dan tindakan yang diambil perusahaan harus
mencerminkan tanggung jawab perusahaan tersebut.
Perusahaan telah banyak menyadari arti penting dari pertanggung jawaban
sosial sehingga mereka memasukkan tanggung jawab sosial dalam isu strategis
bisnisnya. Perusahaan-perusahaan saat ini telah banyak memasukkan isu tanggung
jawab sosial ke dalam visi dan misi perusahaannya. Pertanggung jawaban sosial
ini lazim disebut sebagai corporate social responsibility (CSR). Corporate social
responsibility biasanya dipahami sebagai cara sebuah perusahaan dalam mencapai
keseimbangan atau integritas dari ekonomi, environment atau lingkungan dan
persoalan-persoalan sosial dan dalam waktu yang sama bisa memenuhi harapan
dari shareholders maupun stakeholders (www.wikipedia.com/1 Pebruari 2009).
Pengaruh globalisasi dan internasionalisasi juga memaksa perusahaan untuk
dapat menerapkan fungsi tanggung jawab sosial perusahaan. Bentuk globalisasi
dan internasionalisasi ini dapat berupa tekanan dari pihak ketiga (distributor,
pembeli, client, dan shareholder) yang menjadi bagian atau mitra kerja dari
perusahaan lokal. Mereka dapat menetapkan suatu kondisi yang harus diikuti oleh
perusahaan lokal dalam memenuhi tanggung jawab sosialnya. Kondisi ini
biasanya dialami oleh perusahaan yang berada di negara miskin dan berkembang
yang memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi kepada investor dari negara
maju.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh United State-based Business for Social
Responsibility (BSR) pada tahun 2002, banyak sekali keuntungan yang didapatkan
oleh perusahaan yang telah memperaktekkan corporate social responsibility
antara lain (www.wikipedia.com/1 Pebruari 2009):
1. Meningkatkan kinerja keuangan
2. Mengurangi biaya operasional
3. Meningkatkan brand image dan reputasi perusahaan
4. Meningkatkan penjualan dan loyalitas pelanggan.
Program corporate social responsibility akan menciptakan suatu kaitan
emosional antara masyarakat dengan perusahaan apabila dikembangkan dengan
baik, yang nantinya akan berdampak pada brand awareness, dan lama-kelamaan
akan dikembangkan menjadi brand loyalty yang akan menciptakan ekuitas merek
yang menguntungkan bagi perusahaan (Temporal dan Trott, 2005:37).
Kekuatan merek juga bisa dibangun melalui kegiatan-kegiatan yang tidak
berhubungan dengan penjualan. Brand image yang tinggi dapat dibangun melalui
kegiatan-kegiatan ini memang tidak secara langsung akan menaikkan penjualan
akan tetapi apabila dilakukan secara tepat, jitu dan menyentuh kepentingan-
kepentingan sosial dari masyarakat yang sedang menghadapi kesulitan maka
brand image akan cepat meningkat.
Corporate social responsibility (CSR) bagi kalangan dunia usaha bukan lagi
menjadi persoalan cost center, namun sudah menjadi bagian dari profit center,
sebab program corporate social responsibility kini sudah terintegrasi dengan
strategi bisnis dan marketing. Pola program corporate social responsibility yang
dikemas dengan pola marketing yang cerdas akan meningkatkan kinerja
pemasaran dan penjualannya. Salah satu perusahan yang besar yang telah
menerapkan corporate social responsibility selama bertahun-tahun adalah
Unilever. Unilever telah membuat program corporate social responsibility dengan
baik dan sitematis. Bahkan telah memasukkan unsur-unsur tangung jawab sosial
dalam visi dan misi perusahaan. Misi Unilever adalah untuk menambahkan
vitalitas dalam kehidupan. Unilever memenuhi kebutuhan masyarakat akan
nutrisi, kebersihan, dan perawatan pribadi dengan menyediakan produk-produk
yang akan membantu masyarakat untuk merasa, melihat, dan menjadi lebih baik
dalam kehidupan. Pada tahun 2007 Unilever memperoleh penghargaan dalam
Anugrah Business Review 2007 yang diselenggarakan oleh majalah Business
Review sebagai perusahaan yang paling sukses dan serius menjalankan program
corporate social responsibility (CSR). (www.unilever.com/, 1 Pebruari 2009)
Produk-produk dari Unilever yang terdiri dari consumer goods telah tersebar
di seluruh dunia dengan total penjualan lebih dari 27 juta Euro, 29 %
disumbangkan dari penjualan produk mereka di Asia dan Afrika
(www.unilever.com, 1 Februari 2009). Di Indonesia, salah satu produk Unilever
yang menjadi pemimpin pasar adalah Lifebuoy. Menurut hasil survei yang
dilakukan Swa bersama MarkPlus dan MARS, Lifebuoy adalah salah satu produk
yang memiliki brand value tertinggi pada tahun 2003 - 2008 untuk kategori sabun
mandi padat. Berikut adalah penghargaan yang pernah diraih Lifebuoy (2005-
2009):
Tabel 1.1 Penghargaan yang diraih Lifebuoy (2005-2009)
Tahun Jenis Penghargaan
2005 1st Indonesia Packaging Consumer Branding Awards 2005
2006 Indonesian Consumer Satisfaction Award (ICSA)
2007 The Most Poerful Distribution Performance 2007
2007 PR Program & PR People of the Year
2009 Social through Integrated Health Promotion Programme
Sumber: www.unilever.com/(diolah), (1 Pebruari 2009)
Majalah MARKETING tahun 2008 sekali lagi bekerja sama dengan Frontier
Consulting Group mengeluarkan merek-merek yang termasuk kategori perawatan
pribadi untuk merek sabun mandi dengan Top Brand Index mencapai 43%.
Tabel 1.2 Top Brand Index Sabun Mandi 2008
MEREK TOP BRAND INDEX Lifebuoy 43,0%
Lux 23,2% Nuvo 8,2% Giv 8,0%
Shinzu’i 2,9% Dettol 2,6%
Harmony 2,5% Medicare 1,5%
Sumber: Majalah Marketing Vol 1, (2008).
Ada 6 brand yang termasuk ke dalam tiga besar Indeks Loyalitas Konsumen
Indonesia adalah Dove dan Sunsilk (kategori Sampo), CloseUp (kategori pasta
gigi) Lux dan Lifebuoy (kategori sabun mandi batang) dan Vaseline (kategori
hand & body lotion). Penyerahan penghargaan dilakukan pada tanggal 28 Maret
2006 di Four Season Hotel Jakarta.
The Indonesian Customer Loyalty Award adalah program reguler pemberian
penghargaan terhadap merek-merek di setiap kategori yang dinilai mendapat
loyalitas tertinggi dari konsumen, dengan berpijak pada suatu survei nasional di
beberapa kota besar terhadap beragam merek. Survei dilaksanakan oleh majalah
SWA dan biro riset MARS dengan melibatkan 1.723 responden dari berbagai
tingkat sosial di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Medan.
Pengukuran tingkat loyalitas terhadap suatu merek dilakukan dengan
menggunakan model loyalitas pelanggan yang mempertimbangkan aspek nilai
pelanggan (customer value), karakteristik pelanggan (customer characteristic),
hambatan peralihan (switching barier), kepuasan pelanggan (customer
satisfaction), tingkah laku loyalitas merek (brand loyalty behaviour) dan kepuasan
kompetitif (competitive satisfaction). Tujuan dari ICLA award ini sendiri adalah
untuk mengukur tingkat loyalitas konsumen terhadap merek-merek yang beredar
di pasaran.
Faktor yang mempengaruhi brand loyalty terdiri dari
1. Faktor internal, dijelaskan Dr. Budi Suharjo, Direktur MARS yang
bertanggung jawab atas survei loyalitas, sangat erat kaitannya -- dengan
perilaku konsumen. Ada konsumen yang memiliki perilaku kebiasaan
dan nilai-nilai yang dibawa sejak kecil atau yang diajarkan orang tuanya -
- persis mengikuti kata orang tua, sehingga mereka mengonsumsi produk
dan merek seperti orang tuanya tanpa perlawanan. “Faktor heritage
memengaruhi pilihan konsumen,” ujar Budi. Ada pula karakter
konsumen yang tidak suka berpindah-pindah merek, selama produk yang
dipakai bisa memenuhi semua kebutuhan dan harapannya. Biarpun merek
lain itu memberikan fitur atau manfaat yang lebih dari merek yang sudah
biasa dikonsumsinya, konsumen tidak peduli.
2. Faktor eksternal menyangkut kondisi yang terjadi di luar produk.
Soal ketersediaan barang atau gerai, umpamanya, bisa menjadi pemicu
ketidakloyalan konsumen. Walaupun seseorang suka, puas, dan selalu
menggunakan sabun Lifebuoy, misalnya, giliran ketika membutuhkan
produk itu dan kebutuhan akan sabun ini tidak bisa ditunda, maka
konsumen dengan mudah akan pindah ke merek lain karena informasi
tentang merek lain dengan mudah diperoleh yang dianggap bisa
memberikan manfaat sama dengan sabun Lifebuoy.
Menurut Budi, jika produk yang beredar sudah sangat banyak dan
merupakan produk kebutuhan sehari-hari yang sudah sangat biasa, konsumen
akan lebih mudah mempertaruhkan loyalitasnya. Sebaliknya, semakin tinggi
risiko yang akan dialami/ditanggung oleh orang yang berpindah ke merek lain dari
merek yang biasa dikonsumsinya, maka orang itu akan semakin loyal pada merek
yang sudah biasa dikonsumsinya. Itulah sebabnya, produk durable goods
cenderung memiliki konsumen yang loyal dibanding produk consumer goods.
Loyalitas sering kali juga tergerus nilainya oleh daya beli. Konsumen yang
memiliki daya beli terbatas akan mengonsumsi produk/jasa sesuai dengan daya
belinya, tanpa mempertimbangkan apakah mereka puas atau tidak. Keloyalan
ini, dinyatakan konsultan riset Yessy C. Muy dari Asia Insight sebagai loyalitas
tanpa komitmen. Bahwa konsumen itu memang loyal karena terus-menerus
menggunakan produk/jasa tertentu, tapi ia tidak ingin merekomendasikan kepada
orang lain untuk menggunakan produk/jasa yang digunakannya. Bahkan, besar
kemungkinannya jika daya beli meningkat, si konsumen akan meninggalkan
produk/jasa itu seketika. (www.wikipedia.com, diakses 1 Februari 2009).
Perlindungan dan kebersihan adalah komitmen Lifebuoy untuk masyarakat.
Oleh karena itu, sejak bertahun-tahun yang lalu Lifebuoy telah membuat program-
program pertanggung jawaban sosial untuk memberikan pengertian dan
pemahaman kepada masyarakat tentang arti penting menjaga kebersihan.
Program-program yang telah dilakukan oleh Lifebuoy antara lain, kampanye
membudayakan mencuci tangan dengan sabun, kampanye kebersihan lingkungan,
menyumbang sarana MCK (mandi, cuci, kakus) untuk masyarakat miskin,
menyumbang sarana kebersihan untuk sekolah-sekolah dalam program “berbagi
sehat” yang pada intinya mengajak masyarakat untuk saling mengingatkan untuk
menjaga kebersihan.
Pihak Lifebuoy menggelar kampanye pentingnya cuci tangan pakai sabun
sejak tahun 2004. Bersama Koalisi untuk Indonesia Sehat (KUIS) membangun
sarana sanitasi untuk untuk 200 keluarga di daerah Pinggiran Makasar dan
membangun 1.200 unit jamban untuk masyarakat Purbalingga, Jawa Tengah. Bagi
sebagian politisi cuci tangan dan jamban adalah urusan remeh, namun Lifebuoy
terus melanjutkan kampanye cuci tangan pakai sabun pada 2006. Kali ini
ditujukan pada pos pelayanan terpadu (posyandu), sekolah-sekolah dan tempat
umum seperti restoran, stasiun, dan food court. Program ini makin melebar
dengan pembangunan sarana sanitasi di sejumlah SD di Purwakarta bersama
Yayasan Nurani Dunia dan di Yogyakarta menggandeng Integrated Health
Promotion Program (IHPP). Selain itu, mereka menggelar acara Gugur Gunung
untuk Yogya Sehat dan Bersih di Malioboro Yogyakarta.
Gaya promosi yang mengetuk hati nurani konsumen menjadi warna tersendiri
di antara gebyar hadiah yang ditawarkan perusahaan. Promosi jenis ini penting
untuk variasi, karena kita bisa memilah dan mengukur berapa besar konsumen
yang loyal kepada produk yang memiliki kepedulian sosial atau membeli bukan
karena hadiah semata. Selain itu, menjadi ajang promosi simpatik guna menjaring
konsumen yang mau membeli sekalian beramal. Pola baru promosi simpatik yang
mengundang konsumen untuk terlibat dalam program kepedulian kini mulai
diminati produsen. Promosi itu menjadi sarana edukasi dan kehumasan (public
relations/PR) yang ampuh untuk merebut simpatik publik, karena selain berusaha
menggaet pembeli, sekaligus menanamkan citra perusahaan yang peduli terhadap
problema sosial. Program Lifebuoy Berbagi Sehat (LBS) sebenarnya bukan hanya
kampanye produk, namun membawa nama baik Unilever, sebuah edukasi yang
terintegrasi mulai dari iklan anak kerja bakti, kampanye cuci tangan dengan
sabun, hingga Lifebuoy Health Camp. (www.wikipedia.com, diakses 1 Februari
2009).
Kegiatan corporate social responsibility merupakan salah satu alternatif yang
inovatif dan sulit ditiru oleh kompetitor dalam membina hubungn baik dengan
konsumen (consumer relationship). Setiap perusahaan mempunyai strategi
sendiri-sendiri dalam penerapan program corporate social responsibility. Banyak
penelitian yang menyebutkan bahwa program corporate social responsibility
mendatangkan banyak keuntungan bagi perusahaan dan membawa efek yang
positif bagi masyarakat. Namun perilaku pembelian konsumen akan berpengaruh
atau tidak oleh program-program corporate social responsibility. Kegiatan
corporate social responsibility yang telah dilakukan Lifebuoy diintegrasikan ke
dalam bauran pemasaran (khususnya bauran promosi) seperti yang telah
disebutkan dalam bagian latar belakang dalam penelitian ini. Akan tetapi
perusahaan perlu mengetahui apakah program corporate social responsibility
yang telah mereka lakukan membawa dampak yang signifikan terhadap perilaku
konsumen terutama loyalitas merek atau tidak. Oleh karena dasar itulah penulis
bermaksud untuk mengetahui bagaimanakah respon konsumen terhadap kegiatan
corporate social responsibility yang dilakukan Lifebuoy dan apakah kegiatan
corporate social responsibility yang dilakukan Lifebuoy ini membawa efek
langsung terhadap perilaku pembelian konsumen dengan melakukan penelitian
yang berjudul PENGARUH PERSEPSI KONSUMEN TENTANG
PENERAPAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITI (CSR)
TERHADAP BRAND LOYALTY SABUN MANDI LIFEBUOY. Penelitian
dilakukan dengan melakukan survei terhadap mahasiswa Akademi Kebidanan
(AKBID) dan Keperawatan (AKPER) Putra Abadi Langkat (PAL) Stabat. Penulis
memilih mahasiswa Akbid dan Akper PAL Stabat adalah karena mahasiswa
Akbid dan Akper PAL sebahagian besar mahasiswa universitas tersebut
menggunakan sabun mandi Lifebuoy. Mahasiswa Akbid dan Akper PAL Stabat
mereka mempelajari tentang kesehatan lebih mendalam dan mereka dituntut untuk
menjadi orang-orang yang perduli terhadap segala bentuk kegiatan kepedulian
terhadap kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui respon
mahasiswa Akbid dan Akper PAL Stabat berupa persepsi mereka tentang program
CSR yang diterapkan Lifebuoy.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian ini maka perumusan
masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh
yang signifikan dan positif antara persepsi konsumen tentang penerapan
program corporate social responsibility terhadap brand loyalty sabun mandi
Lifebuoy?”
C. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan pondasi utama dimana sepenuhnya proyek
itu ditujukan, hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang secara
logis diterangkan, dikembangkan, dan dikolaborasikan dari perumusan masalah
yang telah diidentifikasikan melalui proses wawancara, observasi, dan survey
literatur. Hubungan antara survey literatur dan kerangka konseptual adalah survey
literatur meletakkan pondasi yang kuat untuk membangun kerangka konseptual
(Kuncoro, 2003:44)
Oliver dalam Tjiptono (2005:387) mengemukakan bahwa loyalitas merek
adalah komitmen yang dipegang teguh untuk membeli ulang atau berlangganan
dengan produk/jasa yang disukai secara konsisten di masa mendatang, sehingga
menimbulkan pembelian merek yang sama secara berulang meskipun pengaruh
situasional dan upaya pemasaran berpotensi menyebabkan perilaku beralih merek.
Kerangka konseptual ini mengemukakan tentang variabel yang akan diteliti
yaitu variabel persepsi konsumen yang merupakan variabel bebas dan perilaku
pembelian yang merupakan variabel terikat.
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan uraian tersebut, maka
dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut, yaitu:
Persepsi Konsumen Tentang Penerapan Program
Corporate Social Responsibility(X) Brand Loyalty (Y)
Sumber: Setiadi (2003:3), Durianto (2001:128), diolah oleh penulis Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian
D. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan kerangka konseptual,
maka hipotesis dari penelitian ini adalah: “Terdapat pengaruh yang signifikan
dan positif antara persepsi konsumen tentang penerapan program corporate
social responsibility terhadap brand loyalty sabun mandi Lifebuoy”.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh persepsi konsumen dalam penerapan program CSR yang dilakukan
Lifebuoy terhadap brand loyalty sabun mandi Lifebuoy.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari dilakukannya penelitian ini
antara lain:
a. Bagi Perusahaan, sebagai bahan referensi jika perusahaan ingin
mengetahui apakah penerapan program CSR mempengaruhi perilaku
pembelian konsumen.
b. Bagi Penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mahasiswa terutama mengenai CSR.
c. Bagi peneliti lain, penelitian ini bermanfaat sebagai informasi tambahan
untuk penelitian lebih lanjut tentang penerapan CSR.
F. Metode Penelitian
1. Batasan Operasional
Penelitian yang baik adalah penelitian yang dilakukan secara terfokus dan
dalam. Agar penelitian dapat dilakukan secara terfokus, maka tidak semua
masalah akan diteliti. Untuk itu diperlukan batasan, variabel apa saja yang akan
diteliti serta bagaimana hubungan variabel tersebut dengan variabel yang lain.
Penelitian ini hanya dibatasi mengenai persepsi konsumen pada program CSR
yang telah dilakukan oleh Lifebuoy dan pengaruhnya terhadap brand loyalty
sabun mandi Lifebuoy.
2. Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Likert sebagai alat untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial (Sugiyono, 2006:86). Peneliti memberikan 5 alternatif jawaban
kepada responden dengan menggunakan skala 1 sampai 5 untuk keperluan analisis
kuantitatif penelitian, yang dapat dilihat pada tabel 1.4 berikut ini:
Tabel 1.3 Instrumen Skala Likert
No Alternatif Jawaban Skor 1. Sangat Setuju 5 2. Setuju 4 3. Netral 3 4. Tidak Setuju 2 5. Sangat Tidak Setuju 1
3. Definisi Operasional
Pada penelitian ini variabel yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok besar,
yaitu variabel bebas (independen variable) dan variabel terikat (dependent
variable). Defenisi operasional untuk masing-masing variabel adalah sebagai
berikut:
a. Variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi penyebab terjadinya perubahan atau
timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2006:33). Pada penelitian ini
variabel bebasnya adalah persepsi konsumen dalam penerapan program
corporate social responsibility (X)
Persepsi pada penerapan program corporate social responsibility adalah
gambaran dan penilaian konsumen terhadap penerapan program CSR.
Persepsi pada penerapan program CSR terdiri dari: Komponen kognitif,
yaitu berupa kepercayaan (beliefs) konsumen terhadap motivasi, tujuan
dan kesesuaian (fit) program CSR yang dilakukan oleh Lifebuoy, perasaan
(senang atau tidak senang) konsumen pada penerapan program CSR yang
dilakukan Lifebuoy.
b. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006:33). Dalam
penelitian ini yang digunakan sebagai variabel terikat adalah brand loyalty
(Y) terhadap sabun mandi Lifebuoy setelah perusahaan menerapkan
kegiatan CSR.
Indikator-indikator variabel bebas tersebut tersusun berdasarkan
pertanyaan yang masing-masing item diberi range skor dalam skala Likert.
Menurut Ridwan (2003:12) skala Likert digunakan untuk mngukur
persepsi, pendapat, dan sikap seseorang atau kelompok tentang kejadian
atau gejala sosial. Dalam penelitian ini, kuisioner disusun dengan
menggunakan skala Likert.
Tabel 1.4 Operasional Variabel
Variabel Defenisi Indikator Skala
Persepsi Konsumen (X)
Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Pemberian makna ini dapat berjajar dari ekstrem positif hingga ekstrem negatif.
a. Kognitif (Kepercayaa) b. Afektif (Perasaan) c. Konatif (tindakan)
Likert
Brand Loyalty (Y)
Brand loyalty yaitu komitmen yang dipegang teguh untuk membeli ulang atau berlangganan dengan produk/jasa yang disukai secara konsisten di masa mendatang, sehingga menimbulkan pembelian merek yang sama secara berulang meskipun pengaruh situasional dan upaya pemasaran berpotensi menyebabkan perilaku beralih merek.
a. Faktor tingkat harga (price premium) b. Faktor Keyakinan
pilihan produk c. Faktor menyukai merek
(liking the brand) d. Faktor kebiasaan
(habitual buying) e. Word of mouth
Likert
Sumber: Setiadi (2003:3), Durianto (2001:128), diolah
4. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari dan direncakan sampai dengan
Juni 2009. Lokasi penelitian adalah Kampus Akademi Kebidanan (AKBID) dan
Keperawatan (AKPER) Putra Abadi Langkat (PAL) Stabat Jl. Mayjen. R.
Soeprapto No.10 Stabat.
5. Populasi dan Sample
a. Populasi
Menurut Iqbal Hasan (2002:58) populasi adalah totalitas dari semua objek
atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang
akan diteliti. sasaran.
Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh mahasiswa Akademi
Kebidanan dan Keperawatan Putra Abadi Langkat (PAL) yang masih aktif.
Adapun jumlah Mahasiswa Akademi Kebidanan dan Keperawatan PAL Stabat
saat ini adalah sebanyak 628 orang,
Tabel 1.5
Jumlah Mahasiswa Akbid dan Akper PAL
Tingkat I-III dan Jalur Khusus Tahun 2009
Tingkatan Akademi
Kebidanan Keperawatan I 256 38 II 132 38 III 109 41 Jalur Khusus 44 - Jumlah 541 117 Total 658
Sumber: Bagian Kemahasiswaan Akbid dan Akper PAL
b. Sampel
Menurut Hasan (2002:58) sampel adalah bagian dari populasi yang
diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik
tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap dapat mewakili populasi.
Penlitian ini menggunakan cara non-probabilitas, yaitu dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiono (2006:78),
purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu.
Dalam penelitian ini, kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut:
a. Mahasiswa Akademi Kebidanan (AKBID) dan Akademi Keperawatan
(AKPER) Putra Abadi Langkat (PAL) Stabat.
b. Mereka (mahasiswa) mengetahui tentang penerapan program CSR dari
Lifebuoy.
c. Mereka yang telah membeli sabun mandi Lifebuoy sebanyak 3 kali
dalam 3 bulan terakhir.
Jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini dihitung
dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2008:78) yaitu:
21 NeNn
+=
2)1,0(6281628
+=n
=n 86
Dimana n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = persentase kelonggaran
Tabel 1.6 Sample Frame
Tingkatan Akademi
Kebidanan Keperawatan I 7 8 II 7 8 III 7 8 Jalur Khusus 41 - Jumlah 62 24 Total 86
6. Sumber Data
Dalam penelitian ini, data yang akan digunakan bersumber dari:
a. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
responden melalui wawancara dan pengamatan langsung terhadap sumber
yang diteliti. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari penyebaran
kuisioner kepada mahasiswa Akademi Kebidanan (Akbid) dan
Keperawatan (Akper) PAL Stabat.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dan diperoleh dari
pihak-pihak lain. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari
literatur dan sumber-sumber lain yang mendukung antara lain internet dan
majalah. Bentuk data yang diambil untuk penelitian ini adalah berupa data
jumlah mahasiswa Akbid dan Akper PAL Stabat, data perusahaan
Unilever dalam penerapan program CSR yang didapat melaui Internet,
data yang diambil melalui majalah berupa Brand Indeks serta teori
mengenai program CSR.
7. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Angket (kuisioner)
Teknik yang menggunakan angket atau kuisioner adalah suatu cara
pengumpulan data dengan memberikan dan menyebarkan daftar
pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka dapat memberikan
respon atas nama daftar pertanyaan tersebut.
b. Wawancara
Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung
dengan responden secara sistmatis sesuai dengan tujuan penelitian.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mengadakan pencatatan langsung terhadap dokumen
atau arsip yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
8. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan kualitas hasil penelitian yang bermutu dan baik sudah
semestinya jika rangkaian penelitian yang dilakukan harus baik juga. Perencanaan
yang matang mutlak diperlukan, lalu alat-alat yang digunakan juga harus dalam
kondisi yang baik pula. Oleh karena itulah seringkali sebelum penelitian
dilakukan, alat-alat yang digunakan diterapkan terlebih dahulu. Tidak lain dan
tidak bukan, supaya data yang diperoleh valid dan reliable.
a) Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2006:123) pengujian validitas dilakukan dengan
kriteria sebagai berikut:
(1) Jika rhitung > rtabel, maka pertanyaan dinyatakan valid.
(2) Jika rhitung < rtabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.
b) Uji Reliabilitas
Menurut Ghozali dalam Situmorang (2008:40) Pengujian dilakukan
dengan menggunakan program SPSS, butir pertanyaan yang sudah
dinyatakan valid dalam uji validitas ditentukan reliabilitasnya dengan
kriteria sebagai berikut: pertanyaan dinyatakan reliable jika memberikan
nilai Cronbanch Alpha > 0,60.
9. Metode Analisis Data
a. Metode Analisis Deskriptif
Metode ini merupakan suatu metode analisis dimana data yang
dikumpulkan mula-mula disusun, diklasifikasikan dan dianalisis sehingga
akan memberikan gambaran yang jelas mengenai perusahaan dan masalah
yang sedang diteliti.
b. Uji Klasik
Uji asumsi klasik yang terdiri atas uji normalitas, uji heteroskedastisitas
dan uji multikolinieritas:
1. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi
sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi nomal, yakni distribusi
data dengan bentuk loncenga dan distribusi data tersebut tidak melenceng
ke kiri atau melenceng ke kanan. Uji normalitas dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kolmogorv sminorv. Dengan menggunakan
tingkat signifikan 5% (0,05) maka jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) di atas
nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal
(Situmorang, 2008:55).
2. Uji Heteroskedastisitas
Tujuan Uji ini pada perinsipnya adalah ingin menguji apakah
sebuah grup mempunyai varians yang sama di antara anggota grup
tersebut. Artinya jika varians variabel independen adalah konstan (sama)
untuk setiap nilai tertentu variabel independen disebut homoskedastisitas.
Sedangkan heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji glejser
dengan pengambilan keputusan jika variabel independen signifikan secara
statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi
heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikan di atas tingkat kepercayaan
5% (0,05) dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya
heteroskedastisitas, (Situmorang, 2008:63).
3. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau
pasti antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model
regresi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas dapat
dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan variance Inflation Factor
(VIF) dengan membandingkan sebagai berikut:
a. VIF < 5 maka tidak terdapat multikolinieritas
b. Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolinieritas
4. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas
dari satu observasi ke observasi lainnya, (Situmorang, 2008:52).
c. Analisis Regresi Sederhana
1. Uji-t (Uji secara parsial)
Dilakukan untuk variabel bebas (X) yaitu persepsi konsumen apakah
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y) yaitu
brand loyaty secara parsial. Kriteria penelitian adalah sebagai berikut:
Ho : bi = 0
Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel bebas (X) yaitu persepsi konsumen terhadap
variabel terikat (Y) yaitu brand loyalty.
0:0 ≠biH Artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
dari variabel bebas (X) yaitu persepsi konsumen apakah mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y) yaitu brand loyalty
(sugiyono, 2006:121).
Kriteria pengambilan keputusan:
H0 diterima jika %5=< αpadatt tabelhitung
H0 diterima jika %5=> αpadatt tabelhitung >
2. Analisis Regresi Sederhana
Digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan dan pengaruh
variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). untuk
memperoleh hasil yang lebih terarah, maka penelitian menggunakan
bantuan program software SPSS versi 13 dengan rumus:
Y = a + bX + e
Dimana:
Y = brand loyalty terhadap sabun mandi Lifebuoy
a = konstanta
b = koefisien regresi
X = persepsi konsumen dalam penerapan program corporate social
responsibility.
e = standard error
3. Pengujian Koefisien Determinan (R2)
Determinan digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat. Koefisien determinan (R2) berkisar
antara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu), ( )10 2 ≤≤ R . Hal ini berarti bila
R2 = 0, menunjukkan tidak adanya pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat, dan bila R2 mendekati 1, menunjukkan semakin kuatnya
pengaruh bariabel bebas terhadap variabel terikat.