Cerpen "Permberian Terindah Dari Tuhan"

6

Click here to load reader

Transcript of Cerpen "Permberian Terindah Dari Tuhan"

Page 1: Cerpen "Permberian Terindah Dari Tuhan"

Pemberian terindah dari tuhanKarya :Syifa S

Bulan Juni akan segera tiba. Ya, pada bulan itu kami santri pondok pesantren Al-Azhar akan mengadakan Pentas Muhadoroh Akbar. Yaitu pentas seni islami yang diadakan 1 tahun sekali, guna untuk menampilkan karya seni kratif islami ,juga sebagai persembahan terakhir dari santri-santri yang telah dinyatakan lulus dan akan meninggalkan pondok pesantren Al-Azhar ini .

Suatu kebanggaan bagiku ketika teman-teman menunjukku sebagai ketua penyelenggara pentas itu. Semangat 45 pun menyirami jiwaku, tak banyak berfikir , aku pun menerima tawaran tersebut. “ Ye.. Selamat Ya Syifa, sukses buat acara kita ini” Ujar Rubby, sahabatku yang sekaligus menjadi wakilku dalam acara tersebut. “ Iya By ,syukran. Ma’annajah ” jawabku sambil berjabat tangan dengannya. Semuanya bersorak, menunjukkan rasa antusias ,sekaligus kegembiraan untuk mempersembahkan pentas nanti.

O ya, namaku Syifa. Lumayan dikenal oleh banyak orang di pesantren sekaligus SMP Al-Azhar ini, maklum, aktivis sih,hehe. Di penghujung kelas 9 ini, aku berusaha untuk melakukan yang terbaik bersama teman-temanku pada Muhadoroh Akbar nanti. “Ekhem..ekhem.. Jadi, 1 minggu lagi kita akan berpentas, dan 1 minggu setelah itu kita akan berpisah. Hayoh, aku pengen liat kamu nangis deh di perpisahan nanti,haha” Tanya Rubby,mengagetkanku yang sedang duduk di sekitar lapang basket. “ O ya? Haha, sudahlah ga usah mikirin perpisahan. Mending mikirin Muhadoroh Akbar. Huu dasar Rubey” jawabku , tak ingin membahas mengenai perpisahan.

Sedikit bercerita tentang Rubby, dia adalah sosok sahabat yang begitu setia. Dan dia juga merupakan orang yang hebat. Selain jadi wakil ketua osis (jabatannya ada di atasku,sedikit sih, soalnya aku hanya menjadi sekretaris OSIS), dia juga merupakan santri terbaik disini, huft.. tak ada yang mampu menyaingi keshalehahannya deh. Tak salah, jika dia menjadi wakil ketua pelaksana Muhadoroh Akbar ini.

Strategi terbaik telah disiapkan, teman-temanku sibuk berbincang mengenai ide-ide cemerlang untuk pentas nanti. Begitu pun aku dan Rubby, tak kalah sibuk menguruskan segala hal yang diperlukan. Kala itu kami mengadakan rapat di Masjid Putri, sore hari. “ Sekurang-kurangnya, kita akan mengadakan 10 jenis penampilan seni yang akan di tampilkan nanti, semoga Allah mengizinkan ya “ Kataku sambil membawa agenda yang berisikan susunan acara Muhadoroh Akbar. “ Waw, banyak sekali.. Apa aja itu?, aku jadi greget pengen cepet-cepet tampil nih!” Tanya Windy dengan antusias. “ Mmm, apa ya?.. rinciannya ada di sini deh,coba lihat aja Win. “ Jawab Rubby, mewakiliku. Diantara 10 susunan acara yang telah di siapkan, aku mendapatkan giliran pentas ‘Sing a Song’ bersama Rubby dan 3 temanku lainnya. Waw, ini bukan main-main. Sebuah kebanggaan(lagi) untuk menyanyikan lagu Westlife yang berjudul My Love, lagu legendaris yang sering di putar oleh

Page 2: Cerpen "Permberian Terindah Dari Tuhan"

Brother, panggilan sang master Bahasa Inggris di Pesantren ini. Banyak santri pula yang menyukainya, termasuk aku.

Terlihat langit sudah berwarna orange, sepertinya matahari akan terbenam. Maka, kami sudahi rapat itu dengan segera, dan bersiap-siap untuk menjalankan shalat maghrib berjama’ah.

Pikirankanku terselimuti oleh bayangan Bulan Juni yang akan datang, siap tak siap kami hanya memiliki waktu 1 minggu untuk mempersiapkannya. Gelisah memang, tanggung jawab terbesar ada padaku. Saat itu , setelah tadarus Q.S Al-Kahfi , aku duduk di teras mesjid, menikmati malam sambil menatapi langit yang begitu indah, serta bulan dan bintang menghiasinya dengan sempurna. Memberikan ketenangan pada jiwa yang resah, dan memberikan kekuatan pada jiwa yang lemah. Subhanallah,Maha Suci Allah. “ Kau tau By? Diantara malam-malam sebelumnya, malam ini lah yang paling indah menurutku. Rasa lelahku tergantikan dengan ketakjuban malam ini, bersama bulan dan bintang yg begitu indah. Aku berharap, bulan dan bintang menghiasi malam pentas nanti. Akan terbayang betapa indahnya malam pentas itu..” Curahan hatiku pada Rubby yang duduk di belakangku. “ Kalo aku sih pengennya pelangi” Jawab Rubby sambil tertawa, mengajak bercanda. “ Pelangi? Mana ada pelangi di malam hari By” Jawabku sedikit sewot. “ Hehe, just kidding Syif, haduh.. haduh. Allah itu memberikan keindahan pada waktu yang tepat,dan terkadang Allah memiliki yang lebih indah dari apa yang kita anggap indah.” Kata Rubby. “ O ya? Mmm, i believe it “ jawabku sambil tersenyum, terkesima atas jawabannya.

Memang tak mudah untuk mengatur latihan untuk pentas nanti, selalu ada kendala tatkala latihan sedang berlangsung. Masih banyak teman-teman yang mempertahankan egonya, padahal aku sudah berusaha menjelaskan.Ada lagi teman yang hanya bisa memprotes atas latihan ini dengan beragam alasan tak berlogika. Entah karena mereka malas, atau bahkan tidak mau berpartisipasi. “ Tusowwil khobis anti (pikasebeleun kamu) ! “ bisikku pada diri sendiri, merasa tidak dihargai atas perjuanganku ini. Tapi, tak apa lah, segala puji bagi Allah, semuanya dapat teratasi.

5 hari telah berlalu, tenagaku benar-benar terkuras untuk mempersiapkan Muhadoroh itu. Kesana kemari sambil membawa agenda yang amat penting itu. Mengontrol kondisi latihan, sebagai jaminan persiapan untuk nanti. Setidaknya aku masih bisa memberikan dukungan untuk mereka, supaya tetap semangat aja sih. Hari demi hari ketegangan semakin berarti, jantungku semakin berdetak kencang. Ya, rasanya seperti mimpi, bukan sok lebay, tapi pada nyatanya mimpiku untuk menampilkan yang terbaik bersama teman-teman tercinta ini akan segera terwujud. Dan energi dalam tubuhku semakin bertambah. Aku benar-benar optimis dengan semua ini.

Dan tibalah hari yang dinanti, tanggal 10 Juni. Panggung yang bertemakan istana kerajaan telah terpasang rapi di depan gedung sekolah. Desainnya yang megah, membuatku terpesona melihatnya. Ingin rasanya segera berada di atas panggung itu, di simak banyak orang, serasa artis yang dipuja-puja oleh fansnya ,hihi. Kali ini, teman-temanku benar-benar kompak, mereka mempersiapkan semuanya dengan serius. Tak ada lagi yang egois, semuanya menjadi peduli satu sama lain. Mungkin ini adalah cara terbaik Allah, dengan

Page 3: Cerpen "Permberian Terindah Dari Tuhan"

saling peduli, mereka akan saling mengerti, betapa berartinya sebuah kekompakan untuk hasil yang memuaskan.

Tak lama lagi, sekitar 3 jam yang akan datang pentas akan dimulai. Rencananya pentas akan berlangsung pada pukul 20.00 – 23.00 WIB. Ba’da shalat maghrib dan tadarus, kami diizinkan untuk mempersiapkan semuanya. Maka, bergegaslah kami menuju kamar untuk membawa alat-alat yang di perlukan di pentas. Ada yang sibuk membawa busana-busana unik seperti busana madam,pesulap,pengantin,baju koran,rock,peri,dan lain-lain. Ada juga yang sibuk menghafalkan teks pidato bahasa Arab,Inggris,Indonesia dan Sunda. O ya, Windy dan Kartika (teman-temanku) juga tak kalah sibuk untuk menjadi artis tiruan. Sungguh, mereka sangatlah luar biasa. Dan para ppenonton pun terlihat siap untuk menyaksikan perfoma kami.

Namun, saat itu perasaanku menjadi tak enak. Entahlah, mungkin hanya sedikit nervous saja. Aku pun melangkahkan kaki menuju kamar, dan aku merasakan rintik hujan mengenai kepalaku. Untuk meyakinkan, aku pun melihat langit. Tak ada bulan ataupun bintang satu pun. Dan tak lama kemudian gerimis pun datang, itu berarti hujan akan turun. Serentak teman-temanku bergerumuh, semuanya berkata bahwa hujan akan tiba. Maka segeralah kami meneduh di depan kamar, dengan gelisah aku pun berlari menuju kamar. Pikiranku tak karuan, berharap mukjizat datang dan memberhentikan gerimis itu. Namun, apa daya, hujan lebat menyirami dunia malam itu. Aku putus asa, teman-temanku pun terlihat kecewa. Dan suasana semakin memburuk.

Aku berlari menuju panggung, tak peduli seberapa basah bajuku terekena air hujan. Yang penting aku dapat bertanya kepada Kakak Ro’is “ Kak, acara akan dimulai pukul 20.00, tapi sekarang malah hujan, lalu bagaimana ini” . “ Tunggu saja sampai pukul 20.30, jika hujannya tak kunjung reda. Akan saya pikirkan dulu kedepannya” Jawab Kakak Ro’is, memberikan kesempatan untuk menunggu.

Lalu aku kembali menuju kamar, memberitahu teman-teman agar tidak panik dan tetap menunggu sampai hujan reda. Kemudian berjalan menghampiri kamar Rubby, dan aku melihatnya berdiri di dekat pagar tembok,depan kamarnya. “ Aku tak bisa mengungkapkan betapa lemahnya jiwa ini, padahal aku tahu ini adalah takdirNya ” kataku sambil menghampiri Rubby. Ternyata dia menangis, suaranya pun serak, akibat dari latihan vokal untuk pentas nanti. Wajahnya memerah, membuat air mataku terjatuh dengan sendirinya. “ Syif, sejujurnya tadi aku bermimpi. Pelangi yang indah datang ketika hujan deras melanda. Dan tafsiranku memang benar, malam ini terjadi hujan, mungkin esok tuhan kan janjikan pelangi untuk kita. Mungkin ini persembahan Allah, Ia merencanakan yang lebih indah ” Ujar Rubby menceritakan mimpinya. “ Kenapa Allah tak hendaki kita untuk melihat bulan dan bintang-bintang yang bersinar di malam ini? Padahal jika bulan dan bintang-bintang menyinari malam ini, semua akan nampak indah. Tapi, Allah malah memberikan hujan di malam ini. Membuatku basah kuyup, membuat semua orang menghelakan nafas panjang. Aku tak tahu mungkinkah esok kita akan tampil semangat atau tidak “ Kataku sambil melihat langit, merasakan dinginnya malam bersama hujan. “ Syif, cobalah bersabar. Ini cobaan dari Allah, kita tak tahu apa yang Ia rencanakan, optimislah bahwa esok kan lebih baik” Jawab Rubby meyakiniku tentang hari esok.

Page 4: Cerpen "Permberian Terindah Dari Tuhan"

Pada akhirnya hujan tak juga reda. Telah lama menunggu, akhirnya Kak Ro’is pun memutuskan agar pentas di laksanakan di esok hari,pukul 08.00. Terpaksa, semuanya harus menunda persiapan menuju panggung. Aku tak bisa tidur malam itu, sampai waktu shubuh tiba. Bergegaslah aku, Rubby, dan teman-teman yang lain untunk mengambil wudlu, bertawakal kepadanya. Berharap pagi nanti adalah waktu terbaik dan terindah bagi penampilan kami.

Tibalah pentas Muhadoroh Akbar pun dimulai, dengan semangat yang berkobar, kami mengucapkan bismillahirrahmaanirrahiim bersama-sama. Bertepuk tangan, bersorak-sorak riang gembira . Semua audience berkumpul di depan panggung, duduk dengan santai. Semua pemain mempersiapkan penampilannya dengan begitu repot. Alhamdulillahirabbil ‘aalamiin, rasa syukur yang tak terhingga aku panjatkan kepada Allah S.W.T , semuanya terlihat gembira. Kala itu, parade drumband dan the buss membuka acara yang telah dinanti-nanti, semuanya memang mengejutkan. Jauh dari apa yang dibayangkan.

“Hore....” Gebyar tepuk tangan yang begitu meriah dari audience, membuat kami(pemain muhadoroh akbar) menjadi lebih semangat untuk tampil. Haduh haduh, greget rasanya ingin segera tampil. “ Ini kejutan dari Allah Syif, benar kan?” Kata Rubby menatapku sambil tersenyum. “ Iya By, ini kejutan terindah untuk kita!” Seru ku menjawab tanyanya. “Eh Syif, coba lihat ke langit!” kata Rubby, menyuruhku segera menatap langit. “ Waw, Subhanallah.. indah sekali pelanginya !” kataku. “ Ternyata mimpiku menjadi nyata ! Allah menggantikan bulan dan bintang di malah hari, dengan pelangi berwarna-warni “ Kata Rubby. Aku merasa bahagia, benar-benar bahagia. Ini adalah kuasaNya, keindahanNya.

Aku, Rubby, dan 3 temanku lainnya akhirnya mampu menyanyikan lagu legendaris yang berjudul ‘My Love’, dengan suasana hati yang begitu tentram, membuatku begitu menghayati lirik-lirik lagu tersebut. Aku merasakan CintaNya, CintaNya yang begitu agung nan suci. Membuatku mengerti, betapa Mulianya Allah untuk mempersembahkan Indahnya hidup pada setiap hamba yang yang mampu untuk bersabar.

Dan kini aku mengerti, mengapa Allah tak mempersembahkan bulan dan bintang di malam tadi seperti apa yang telah aku harapkan sebelumnya. Ternyata, Ia memberikan Pelangi yang jauh lebih indah dari apa yang aku harapkan tadi. Ya, sebaik apapun rencana kita, rencanaNya adalah yang terbaik untuk kita. Aku belajar banyak hal dari semua ini, dan aku berharap semoga aku akan lebih mengerti tentangNya, tentah Kasih SayangNya. Tuhan, terimakasih atas segalanya.