Cerpen Bunga Emas

6
Bunga emas amanah namanya seorang gadis yang tumbuh dewasa dengan mengikuti perkembangan za man. Perkenalanku dengannya berawal dari hubungan yang tak biasa. Aku mengenalny a dari seseorang yang pekerjaanya ialah menjual daging. Tetapi daging yang ini b erbeda dengan daging yang dijual pada umumnya. Amanah selalu mengingatkanku kepa da seseorang yang sangat berarti dalam hidupku. Aku sendiri tidak tahu mengapa a ku berjumpa dan memberikan perasaanku kepadanya. Setelah aku negosiasi dengan si penjual daging tersebut, aku penasaran mengapa ia tidak menjual daging yang ses ungguhnya. Temannya pun menjawab kita sama seperti halnya dengan kuli bangunan, h anya saja jika mereka menjual tenaga mereka, kita menjual segala hal yang bisa k ita jual, kita sama seperti mereka kita menjual otot, daging, bahkan tenaga. Kal au bisa perasaan ini akan aku jual juga . Aku tersipu malu mendengar jawaban terse but. Mengitari lampu kota dan remang-remangnya jalanan sambil berpelukan dengan seped ah motor bututku aku melihat tatapan orang yang merasa aneh dengan tingkahku. Te rkadang akupun sering mendengar bisikan dari orang lain yang ingin sekali menggo da kami berdua. Pada saat di jalan amanah bilang jika kita sudah di kamar nanti t olong panggil Amanda . Aku makin penasaran lagi mengapa kamu merubah namamu? . aku mal u, dengan nama yang diberikan kedua orangtuaku setelah mendengarkan ceritanya den gan seksama, aku mengerti dengan penderitannya selama ini. Tidak hanya beban psi kologis saja, beban dari nama itu membuat dia malu. Sama yang aku alami sekarang . Jujur akupun merasakan perasaan yang sama terlebih lagi aku berbohong soal kea daanku sebenarnya kepada keluargaku. Aku mengerti benar dengan perasaannya, tapi aku juga harus mengerti akan kebutuhanku yang tak bisa terpenuhi oleh pasangank u. Ketika sudah sampai di hotel yang dimaksut. Aku dan Amanda masuk ke dalam hot el, kami memang terlintas terlihat seperti kakak dan adiknya. Setelah masuk di kamar aku hanya memandanginya. Tiba-tiba aku terkaget dengan sikapnya yang berub ah. Tadinya wajahnya cantik, manis berubah menjadi merah padam seperti singa yan g sudah ingin makan daging, kini didepannya sebuah daging sudah tersaji dan siap untuk di makan. Akupun melepas cengkraman singa lapar ini dari terkamannya deng an lembut tanpa membuat perasaanya tersinggung. Setelah itu kami mengobrol. Baru aku ketahui ia menceritakan mengapa ia mengenal dengan temannya si penjual dagi ng itu. Ia dari kampung dan kedua orangtuanya tahu ia disini berkerja menjadi tu kang service, dalam hati aku berkata memang sih tidak salah tukang service karena keahliannya menservice akupun tersenyum sendiri mendengar katanya. Tetapi pas ak u bilang apakah kamu bisa menservice diriku. Dia mengatakan baru pertama kali, t etapi karena dia butuh uang untuk kedua orangtuanya yang sakit makanya ia melaku kan ini semua. Akupun menaruh beberapa lembar uang yang bergambar dan bertuliska n proklamasi, tetapi tulisan itu tidak cocok karena menurutku kita semua masih t erjajah. Buktinya saja aku terjajah dengan keadaan ini. Pagi harinya aku melihat wajah cantiknya berada didekat wajahku. Ada perasaan in gin sekali menolongnya. Tapi bagaimana caranya, aku menyelamatkan diriku dan rum ah tanggaku saja tak mampu. Sekarang aku tinggal menunggu di panggil kepengadila n. Aku mulai mengerti, berkata jujur seperti yang dilakukan oleh ajaran agamaku tidak bisa menyelamatkan rumah tanggaku. Dalam termenung tiba-tiba Amanda bangun kakak, aku lapar rengekkanya membuat ku gemas, rasanya aku baru mendapatkan bayi baru. Bedanya bayi ini sudah besar dan remaja. Segeralah aku memesan beberapa ma kanan kepada pelayan kamar melalui layar LCD yang tersedia. Tak lama kemudian ma kananpun tersedia di depan pintu kamar. Sambil santai dengan baju semalam yang m asih lengkap aku mengambil dan mendorong troli makanan itu masuk. Ternyata amana da melahap semua makanan yang ada. Ia berterimakasih dengan semua yang aku berik an kepadanya. Tetapi ia bertanya kepadaku mengapa aku bisa seperti ini aku beruba h dan memang dulu pernah ada seseorang yang aku cintai tetapi ia meninggalkanku, aku benci dia dan kaumnya. Entah ada yang salah, aku sekarang menikah tetapi ak u tak bisa menikmati kenikmatan hidup ketika bersama pasanganku. Mungkin aku ing in mencari ia kembali yang dulu aku benar-benar cintai. Agar aku hidup dengan no rmal, tetapi yang aku dapat hanya kekecewaan lagi karena ia sudah menikah dengan orang lain. Sempat aku mencoba mengulangi denganya tapi rasanya hampa. Baru kus adari ku dapatkan kenikmatan itu ketika aku bersama dirimu dan kaumku Amanda hany a tersenyum bingung. Aku menanyakan ke dia mengapa ia berbuat begini. Ternyata A

description

cerpen iseng gagal terbit masukin ke sini aja deh ceritanya :Dini bener2 konsep di notepad loh blm kena editing sama sekali

Transcript of Cerpen Bunga Emas

Page 1: Cerpen Bunga Emas

Bunga emasamanah namanya seorang gadis yang tumbuh dewasa dengan mengikuti perkembangan zaman. Perkenalanku dengannya berawal dari hubungan yang tak biasa. Aku mengenalnya dari seseorang yang pekerjaanya ialah menjual daging. Tetapi daging yang ini berbeda dengan daging yang dijual pada umumnya. Amanah selalu mengingatkanku kepada seseorang yang sangat berarti dalam hidupku. Aku sendiri tidak tahu mengapa aku berjumpa dan memberikan perasaanku kepadanya. Setelah aku negosiasi dengan si penjual daging tersebut, aku penasaran mengapa ia tidak menjual daging yang sesungguhnya. Temannya pun menjawab �kita sama seperti halnya dengan kuli bangunan, hanya saja jika mereka menjual tenaga mereka, kita menjual segala hal yang bisa kita jual, kita sama seperti mereka kita menjual otot, daging, bahkan tenaga. Kalau bisa perasaan ini akan aku jual juga�. Aku tersipu malu mendengar jawaban tersebut.Mengitari lampu kota dan remang-remangnya jalanan sambil berpelukan dengan sepedah motor bututku aku melihat tatapan orang yang merasa aneh dengan tingkahku. Terkadang akupun sering mendengar bisikan dari orang lain yang ingin sekali menggoda kami berdua. Pada saat di jalan amanah bilang �jika kita sudah di kamar nanti tolong panggil Amanda�. Aku makin penasaran lagi �mengapa kamu merubah namamu?�. �aku malu, dengan nama yang diberikan kedua orangtuaku� setelah mendengarkan ceritanya dengan seksama, aku mengerti dengan penderitannya selama ini. Tidak hanya beban psikologis saja, beban dari nama itu membuat dia malu. Sama yang aku alami sekarang. Jujur akupun merasakan perasaan yang sama terlebih lagi aku berbohong soal keadaanku sebenarnya kepada keluargaku. Aku mengerti benar dengan perasaannya, tapi aku juga harus mengerti akan kebutuhanku yang tak bisa terpenuhi oleh pasanganku. Ketika sudah sampai di hotel yang dimaksut. Aku dan Amanda masuk ke dalam hotel, kami memang terlintas terlihat seperti kakak dan adiknya. Setelah masuk di kamar aku hanya memandanginya. Tiba-tiba aku terkaget dengan sikapnya yang berubah. Tadinya wajahnya cantik, manis berubah menjadi merah padam seperti singa yang sudah ingin makan daging, kini didepannya sebuah daging sudah tersaji dan siap untuk di makan. Akupun melepas cengkraman singa lapar ini dari terkamannya dengan lembut tanpa membuat perasaanya tersinggung. Setelah itu kami mengobrol. Baru aku ketahui ia menceritakan mengapa ia mengenal dengan temannya si penjual daging itu. Ia dari kampung dan kedua orangtuanya tahu ia disini berkerja menjadi tukang service, dalam hati aku berkata �memang sih tidak salah tukang service karena keahliannya menservice� akupun tersenyum sendiri mendengar katanya. Tetapi pas aku bilang apakah kamu bisa menservice diriku. Dia mengatakan baru pertama kali, tetapi karena dia butuh uang untuk kedua orangtuanya yang sakit makanya ia melakukan ini semua. Akupun menaruh beberapa lembar uang yang bergambar dan bertuliskan proklamasi, tetapi tulisan itu tidak cocok karena menurutku kita semua masih terjajah. Buktinya saja aku terjajah dengan keadaan ini. Pagi harinya aku melihat wajah cantiknya berada didekat wajahku. Ada perasaan ingin sekali menolongnya. Tapi bagaimana caranya, aku menyelamatkan diriku dan rumah tanggaku saja tak mampu. Sekarang aku tinggal menunggu di panggil kepengadilan. Aku mulai mengerti, berkata jujur seperti yang dilakukan oleh ajaran agamaku tidak bisa menyelamatkan rumah tanggaku. Dalam termenung tiba-tiba Amanda bangun �kakak, aku lapar� rengekkanya membuat ku gemas, rasanya aku baru mendapatkan bayi baru. Bedanya bayi ini sudah besar dan remaja. Segeralah aku memesan beberapa makanan kepada pelayan kamar melalui layar LCD yang tersedia. Tak lama kemudian makananpun tersedia di depan pintu kamar. Sambil santai dengan baju semalam yang masih lengkap aku mengambil dan mendorong troli makanan itu masuk. Ternyata amanada melahap semua makanan yang ada. Ia berterimakasih dengan semua yang aku berikan kepadanya. Tetapi ia bertanya kepadaku mengapa aku bisa seperti ini �aku berubah dan memang dulu pernah ada seseorang yang aku cintai tetapi ia meninggalkanku, aku benci dia dan kaumnya. Entah ada yang salah, aku sekarang menikah tetapi aku tak bisa menikmati kenikmatan hidup ketika bersama pasanganku. Mungkin aku ingin mencari ia kembali yang dulu aku benar-benar cintai. Agar aku hidup dengan normal, tetapi yang aku dapat hanya kekecewaan lagi karena ia sudah menikah dengan orang lain. Sempat aku mencoba mengulangi denganya tapi rasanya hampa. Baru kusadari ku dapatkan kenikmatan itu ketika aku bersama dirimu dan kaumku� Amanda hanya tersenyum bingung. Aku menanyakan ke dia mengapa ia berbuat begini. Ternyata A

Page 2: Cerpen Bunga Emas

manda memiliki kisah yang sama saat dia di kampungnya ia malu dengan dirinya. Para pemuda hanya ingin mengambil nikmatnya dengan bilang �aku pasti akan menikahimu�. Setelah mendapatkan yang dia inginkan ada saja alasan untuk berpisah. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke daerah sini bersama temanku itu. Ternyata disini jauh lebih untung daripada di kampung. Kalau di kampung hanya dapat kenikmatanya saja tetapi tidak di bayar hanya modal cinta dan alas atau gubuk kosong ditengah sawah. Disini jauh lebih enak dibandingkan dengan di kampung. Aku bertanya apakah kamu tidak takut dosa. Yang aku dapat hanyalah tangisan yang membuat seisi kamar pecah. Dia memelukku dengan erat, perasaanku menjadi bersalah menyanyakan pertanyaan yang seharusnya tidak aku lontarkan itu. Wajahnya yang cantik kini hanya berisikan air mata yang mengalir dengan deras.Akupun menangis ketika mengapa semua ini bisa terjadi disini. Aku tak bisa terus berada di posisi ini dan dalam keadaan yang begini. Yang aku inginkan kehidupan yang normal, sudah kudapatkan tapi sayang. Orang normal tidak selalu dapat menerimaku. Perasaan sedih itu yang terus menusuk hatiku. Perasaan bersalah yang membuatku terpuruk dan menjadikan semua ini sebagai takdirku.Setelah melakukan pembayaran soal hotel kamipun pulang ketempat masing-masing. Entah hal apa, aku sangat rindu bersamanya lagi. Apakah amanah juga begitu sama seperti yang aku rasakan ketika kita sama-sama tersakiti satu sama lain karena dunia ini. Kehidupanku kembali lagi seperti semula. Saat ini tambah parah dengan dia membawa orang lain masuk dalam kehidupan ini. Betapa sedihnya melihat anakku yang masih kecil itu di gendong oleh orang itu. Rasanya aku ingin menghancurkan hidupnya. Rasa dendamku membara hingga membuat ku ingin memukulnya. Ketika ku sudah berada didekatnya, ternyata anakku berkata dan ingin sekali memeluk diriku. Begitu terharunya perasaan ini karena hanya ia yang dapat menerimaku. Mungkin karena ia masih kecil dan polos karena tidak tahu apa-apa tentang kehidupan ini. Aku ingat ketika ia berada dalam pelukkanku. Tiba-tiba terdengar, �lepaskan anak itu sekarang aku tak mau ia tertular dengan penyakitmu itu�. Sungguh menyakitkan mendengarkan kata-kata dari pasanganmu sendiri, yang aku ingat ialah anakku menangis sambil terus menyebut namaku dan mereka semua pergi dari kehidupanku sejak saat itu.Keesokannya pengadilan memutuskan untuk menyetujui permintaannya. Aku hanya diam menerimanya dengan pasrah. Apa yang salah denganku, aku ingin teriak melontarkan semua perasaanku ini. Tetapi aku malu dengan keadaan seperti ini yang lebih parahnya aku tidak di izinkan untuk mengurus anakku. Dengan alasan ia sudah mendapatkan penggantinya. Dunia ini memang tidak adil, setelah selesai persidangan dengan cincin di jari manisku ku leparkan jauh hingga aku tak ingin mencarinya lagi. Aku pulang dengan mobilku semua harta gono-gini yang disebutkan pengadilan dirampas dengan paksa oleh dia. Aku merasa kehidupanku makin terpuruk lagi. Akhirnya aku pulang ke rumah orang tuaku dimana dulu aku ingat sekali sering bermain disekitar halaman tersebut. Halaman ini tidak seindah dulu karena semua penghuninya sudah tiada. Kini aku sendirian yang harus menempati rumah yang besar ini. Setelah beres dan bersih dengan sisa uangku punya membeli peralatan mebel dan interior di MALL. Tanpa sengaja aku melihat amanah sedang berjalan dengan laki-laki lain. Aku menyapanya �hay Amanda� ia pun membalasnya dengan senyuman. Ia memperkenalkan aku kepada laki-laki tersebut. Dengan senyum dan pikiran kotornya laki itu bersalaman dengaku. Aku tak ingin menjabat tangannya lama-lama bagiku itu merasa jijik dan kotor menyentuh lelaki seperti itu. Amanda bilang bahwa aku kakaknya yang sudah lama berpisah. Dengan sigapnya dia memujiku dari kecantikan sampai pada bagian-bagian yang lain. Pikiranku mengatakan �dasar lelaki kalau sudah ada maunya jangankan adiknya sendiri kakaknyapun kalau bisa dilahap dan juga diembat pasti ia juga ingin� berhubung aku tak mempan dengan rayuan gombal ala kampungan, aku memutuskan meninggalkan mereka berdua. Tak berapa lama kemudian seseorang datang dari belakang sambil memelukku. Dalam hati �siapa sih nih??�, tapi kurasakan tanganya yang halus memberikan sensasi tersendiri bagiku. Kulirik kebelakang oh ternyata Amanda. Aku bertanya �kok tidak jadi jalan dengan cwo yang tadi, emang cwonya kemana?�. Amanda menjawab dengan tertawa-tawa. Kata dia �cwonya ketahuan bininya, dan yang lebih parahnya lagi ternyata bininya lagi gandengan dengan cwo lain. Ya sudahlah mereka bertengkar. Aku pergi dan mencari kakak. Hahahaha �aku juga tertawa mendengar ceritanya. Akhirnya diapun menemani aku belanja dan menyarankanku meng

Page 3: Cerpen Bunga Emas

ambil beberapa barang untuk menambahkan prabotan rumah. Karena wawasan Amanda sendiri luas, mengerti dengan perabotan yang mahal dan sedang trend saat ini, maklum dia sering keluar masuk hotel. Hampir seharian aku mengajaknya berkeliling mall untuk memberi peralatan rumah tangga tiba-tiba ia bertanya �untuk apa ini semua?�, aku menjawab �untuk rumah baruku, tapi bukan baru sih itu peninggalan kedua orangtuaku dulu dan sekarang aku tinggal disitu�. �Wah sepertinya boleh tuh Amanda main yah kak� celotehnya kepadaku. �kalau aku sih boleh aja sekarang aku sedang sendiri dan tak tahu rumah sebesar itu harus dihuni siapa� sambil menunjukkan jari manisku yang indah kepadanya. Dari raut mukanya sepertinya ia paham betul apa yang aku maksut. Maklum dalam bisnis ini harus jeli memilih mangsa jangan seperti cwo tadi. Setelah makan malam bersamanya aku segera pulang kerumah. Saat didalam rumah aku baru ingat, aku tak punya ranjang. Yang ada hanyalah sebuah sofa panjang dan televisi diruang tengah. Kulirik ia sepertinya capek sekali maka aku menyuruhnya untuk tidur di atas sofa. Tanpa ragu ia segera tidur dan aku mencarikan selimut karena udara mulai dingin. Setelah aku menyelimutinya dan ia memelukku dengan lembut. Aku merasa keadaan ini sudah membuatku cukup untuk kuat menghadapi dunia ini. Begitu bermaknanya hidupku.Ternyata pagi harinya aku tinggalkan sarapan yang sudah ku siapkan sebelum aku berangkat berkerja. Memang kalau rumah tanggaku yang dulu aku yang berkerja sedangkan suamiku hanya sebagai pengurus rumah tangga. Mungkin dunia ini sudah terbalik kali. Tetapi aku tidak mempermasalahkan semua itu. Aku sangat enjoy dengan kehidupanku sekarang dan yang lalu. Teman-teman sekantorku tidak mempermasalhakan soal kehidupanku yang terjadi lalu. Hanya saja mereka tidak tahu banyak dengan kehidupan pribadiku. Di sana aku termasuk orang yang supel dan cepat bergaul dengan orang-orang tetapi tidak banyak yang dekat. Terlebih lagi lawan jenisku, mereka selalu mundur di tengah jalan jika ingin dekat denganku. Hanya saja rumah tanggaku itu berbeda, aku di jodohkan karena orang tuaku kasihan melihatku sendiri terus. Tetapi hasilnya menjadi tidak diharapkan begini. Setelah pulang aku hanya dikejutkan dengan sebuah nomor yang di tulis di atas kertas berada di atas meja. Begitu kagetnya karena rumah yang tadinya sepi sekarang menjadi penuh barang-barang yang sudah tertata rapih sesuai dengan keinginanku selama ini. Aku sendiri merasa puas dengan bentuk seperti ini. Karena terlalu lelah setelah seharian bekerja aku hanya mendengarkan lagu kesukaanku sambir terus berdansa di lantai ruang tengah sendiri. Hingga aku lelah dan tertidur dilantai. Begitu kagetnya aku ketika sudah mendapati diriku berada di ranjang. Aku melihat kearah sampingku. Ternyata amanah sudah pulang kerumah dan mungkin ia menggendongku menuju kamar. Katanya aku mabuk berat semalam, padahal aku hanya meminum sedikit, untuk menghangatkan badan. Mungkin juga aku terlalu banyak pikiran jadi aku tenggak semua sampai habis dan hal itu memebuatku tak sadarkan diri. Pagi ini entah mengapa kepalaku pusing sekali, sekarang gantian Amanah yang datang membawakan makanan sebisa yang ia masak. Jujur saja masakanya memang tidak seenak dengan masakanku. Tetapi aku menghargainya dengan melahap sampai habis, kebetulan juga memang perutku lapar. Setelah itu aku mencarinya dan ingin mengucapkan terimakasih. Pemandangan menarik yang aku dapatkan. Ketika ia sedang melakukan shalat. Tak menyangka masih ada orang yang seperti itu. Berbeda dengan sisi kehidupannya yang lain. Setelah itu ia menghadap kepadaku dan berbincang sebentar. Ia berbisik kepadaku �aku sungguh berterimakasih karena pernah berkenalan dengan kakak, aku berharap bisa hidup berdua dengan kakak. Itulah doaku selalu setelah ku shalat�. Dengan sepuntung rokok dan aku hembuskan asapnya keatas iapun tersenyum. Kata-kata yang sungguh berarti dan membuat hidupku semakin bersyukur lagi. Entah apa yang kurasakan aku sudah lupa caranya beribadah. Tersadar dari lamunanku ia memelukku. Kurasakan kehangatan yang luar biasa membuat tubuh ini tak mampu bergerak dan hanya diam untuk menikmati serejenak. Kumatikan sebatang rokok tersebut karenaku tahu bahwa amanah tidak suka dengan asap rokok. Ia menatapku dengan tulus sekali, hingga membuatku terhipnotis. Perasaan yang tak bisa tergambarkan oleh kata-kata. Kebetulan hari ini kantorku libur jadi aku bisa seharian menikmati hidup bersamanya. Aku bertanya kepadanya �apakah engkau sudah tidak berkerja lagi?� . �aku sudah lelah dengan semua ini kak, aku ingin bersama kakak� ia menjawab dengan penuh tatapan yang mendalam menyentuh hati yang sudah tak berbentuk lagi. �emang aku punya apa apa amanah?� . �kakak memberikan apa yang tak bisa diberikan oleh

Page 4: Cerpen Bunga Emas

orang lainnya, aku merasakan hanya kakaklah jalanku pulang, ketika aku memang harus di suruh pulang untuk meninggalkan semua ini. Aku ingin di kehidupan selanjutnya aku bertemu dengan kakak lagi. Walau itu permintaan yang sulit sekali, tapi bahagialah aku ketika bertemu dengamu kelak. Beban yang ku pikul rasanya hilang, lelah yang kurasa seakan pergi ketika bertemu denganmu� ketika ia menjawab begitu, jatuhlah seluruh air mata ini. Hidupku kini jauh lebih berharga. Ketika kekecewaan datang silih berganti, ku tahu bahwa banyak misteri dan rahasia yang tuhan berikan kepadaku.Ia tiba-tiba mengajarkanku membaca kembali sebuah buku petunjuk bagi orang-orang yang tersesat sepertiku. Aku tahu agamaku memang kurang memadai untuk membaca hal-hal tersebut. Bayangkan saja aku hanya shalat 2 kali dalam setahun. Itu saja karena hari-hari besar dan karena aku malu sama keluarga besarku. Selanjutnya aku lupa untuk shalat. Ia hanya bilang kepadaku,� kak, tak perlu hafal semua bacaan solat, yang penting kakak niat menghadap tuhan, fokuskan saja pada tuhan. Bukan pada bacaanya, bacaanya nanti kita juga bisa belajar sama-sama, yang terpenting hati kakak menghadap tuhan dan ihklas menerima semua ini jangan lupa bersyukur kepadanya apapun yang sudah diberikan dalam hidup ini�. Setelah itu aku pakai apa yang ia pakai. Mungkin punyaku jauh lebih bagus dan lebih cantik, karena memang aku sendiri jarang menggunakannya berbeda dengan punyanya amanah yang sudah kusam. Aku baru sadari kenikmatan yang memang membuat hati ini tenang. Semua masalah di dunia sejenak seakan tertinggal di belakang. Aku hanya ingat tuhan dan kebaikan yang ia berikan kepadaku. Dalam salatku aku baru sadari ini semua. Banyak orang melakukan shalat tiap hari, tetapi yang mereka lakukan hanya sekedar gerakan. Bukan apa yang dirasakan oleh ruh yang ada di dalam tubuh ini. Mereka hanya melakukan kewajiban karena takut. Bukan karena kebutuhan akan ketenangan dan ketentraman jiwa. Sekarang aku mulai merasakan kebaikan yang ada dalam diriku ini. Mungkin dulu hanya tertutup rasa kecewa yang tak bisa terungkap oleh siapapun. Kini aku sadari aku memiliki kehidupan yang lebih baik lagi. Aku berterimakasih kepada amanah karena telah menyadarkan diriku untuk berbuat jauh lebih baik lagi.Seharian kami berbincang-bincang dari masalah politik sampai masalah pribadi. Keinginanku untuk shalat semakin mantap lagi ada perasaan yang kehilangan setelah selesai shalat. Perasaan yang menginginkan ketenangan dan ketentraman selama ini yang belum pernah aku dapatkan dan berikan oleh siapapun, mungkin dulu ada tetapi itu semua semu. Amanah merasa senang karena aku menyambut kebaikan dirinya dengan baik dan hangat. Aku ingin memberikan pekerjaan kepada amanah untuk mengurusi rumah yang sebesar ini. Aku juga ingin punya teman, jika sendiri di rumah ini aku merasa seram juga. Amanah menyambutnya dengan baik, setidaknya ia bisa memberikan kepada orang tuanya makanan yang halal. Kebaikan yang ia berikan kepadaku selaluku ingat. Tetapi aku merasa semua ini tidak merubah ketertarikanku padanya. Aku tahu semua itu dilarang, kecuali aku pergi ke Amerika. Tetapi di sini keadaanya jauh berbeda. Bahkan agamaku melarangnya, jujur saja walau aku berubah tetapi tetap saja untuk tertarik kepada lawan jenis itu sulit. Jadi aku menikmati saja apa yang diberikan tuhan saat ini. Amanah mengajarkanku banyak hal tentang agama, aku tak pernah lupa selalu mencoba walau kata orang sudah terlambat untuk seusiaku. Semakin hari aku rasakan diriku semakin membaik. Tetapi jika beribadah saja, bukan dengan hal kepribadianku.Aku putuskan untuk berfikir, aku lakukan semua ini karena tuhan. Aku begini juga karena tuhan. Aku inginkan hidup normal kembali, tetapi rasanya sulit sekali memulainya. Sudah beberapa orang yang aku dekati tetap saja aku tidak tetarik. Mereka membuat aku benci, bahkan dulu aku pernah dekat dengan seseorang. Hapir saja aku dipaksa untuk melayani nafsunya. Semakin besar pula kebencianku kepada mereka. Amanah selalu ada dalam hidupku dan itu selalu membuatku tenang. Suatu ketika aku bertanya kepadanya, �amanah apakah kamu tidak ingin menikah?�, ia menjawab �aku sudah bosan menikah, aku sudah bosan merasakan surganya dunia�. Aku bertanya lagi kepadanya dengan lebih serius �menikah itu ibadah bukan?�. Iapun menjawab �aku merasa ibadahku bersama dengan kakak sekarang, yuk kakak kita menikah�. Akupun hanya tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban yang ia berikan. Iapun tersipu malu yang membuatnya makin cantik dan manis saja. Suatu saat aku sedang shalat tahajut dan aku hanya merenung dan mencoba menelaah

Page 5: Cerpen Bunga Emas

makna hidup ini untukku. Akankah aku begini terus hingga akhir hayatku nanti. Apakah ia seseorang yang engkau kirim untuk benar-benar menjadi pendamping hidupku ini. Apapun yang engkau berikan dan siapapun dia yang engkau tunjuk tetaplah ku ingin terus beribadah denganmu, berhubungan denganmu, dan aku bahagia karena terus mengingatmu. Jangan berikan aku dosa karena aku merasa tak berdosa selama ini jika aku memang benar-benar sudah mencintainya. Hanya sekedar cinta, tak lebih dari mencintaimu.Karena hanya ia yang bisa menyadarkanku kepadamu. Tanpa dirinya aku hanya mahlukmu yang terus berdosa. Salahkah aku disatu sisi aku berubah lebih baik karenanya di sisi lain aku salah jika mencintainya. Inilah dilemma yang aku alami selama ini. Tapi kubiarkan hidupku trus begini, karena aku tak pernah sedikpun menyentuhnya dengan sentuhan nafsu yang membuat cintaku berubah. Aku biarkan diriku dihakimi oleh orang-orang yang mungkin jauh merasa lebih baik dan berkuasa melebihi kuasamu. Merasa benar tanpa mengerti apa yang terjadi. Aku jauh lebih ihklas dihakimi jika aku terus memiliki perasaan yang memang engkau ciptakan begini adanya. Aku hanya mahlukmu yang tak punya kuasa untuk melawanmu. Begitupula perasaanku kepadanya. Suatu ketika aku dan amanah sedang jalan-jalan mengelilingin Mall ketika itu aku dikagetkan dengan seorang anak yang sekarang tumbuh dewasa dan manis sekali. Wajahnya mengingatkanku saatku kecil dulu. Aku melihat sekelilingku tetapi tak seorangpun yang mencarinya. Aku menanyakan �kemana ibumu???�, terlihat amanah juga sedang mencari-cari siapa yang kehilangan anak ini. Anak itu menjawab �kamu ibuku, ia mengucapkan namaku dengan benar�. Sungguh aku tak percaya ini anakku dulu, sekarang sudah sebesar ini. Aku sampai lupa jika dulu aku mempunyai anak. Karena setelah dari pengadilan tersebut aku tak pernah melihat anakku lagi. Ia terlihat manis dengan baju pink begitu juga serasi dengan roknya. Sepertinya ia suka sekali dengan boneka yang ada di tasnya ia ingin memberikan kepadaku dan mengajaku bermain. Amanah juga merasakan hal yang sama, ia cepat beradaptasi dengan situasi seperti ini. Setelah itu ku suruh amanah untuk melaporkannya kepusat informasi, biarlah aku yang mejaga anak ini dan bermain dengannya dulu. Anak ini bersikap manis sekali, sepertinya taka da tanda-tanda kelainan seperti diriku karena aku sendiri yakin ini bukanlah penyakit genetis. Amanah datang bersama kedua orang tua yang mencari-cari anaknya. Benar saja itu adalah mantanku dulu, aku mencoba bersikap hangat kepada mereka. Dengan cepatnya ia mengambil anak itu dari pelukanku. Tanpa mengucapkan terimakasih ia pergi bersama anaku, sama seperti dulu. Tetapi kini keadaanya jauh berbeda, ia sekarang sudah besar dan tidak nangis seperti dulu lagi. Ia hanya memberikan senyuman terindah yang pernah kulihat kepadaku dan mengucapkan �tha..tha�.mama�.mama�.�. amanah tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya memberikan sebuah tisu dan memelukku sampai aku tenang kembali. Mengapa semua ini menyakitkan untuk kuterima. Seharusnya aku berhak untuk merawatnya menjaganya, melihat perkembanganya. Tetapi hak kehidupanku seakan-akan tercabut karena keadaanku yang seperti ini.Setelah kejadian itu aku berterimakasih kepada tuhan setidaknya aku sudah melihat perkembangan anakku sekarang seperti apa. Semoga ia tak bernasib sama sepertiku. Hanya saja melawan semua yang sudah tuhan berikan, jujur jika aku bisa kembali utuh seperti dulu. Aku ingin sekali, tetapi semua itu sulit sesulitpelajaran hidup yang engkau berikan kepadaku. Aku sekarang makin mengerti tuhan berikan itu pasti aka nada tujuannya nanti. Aku ingin kembali kejalanmu yang benar, tapi untuk masalah merubah pandanganku itu sulit sekali.Aku sempat berfikir apakah ibadahku yang selama ini, aku lakukan bisa diterima disisi tuhan. Sedangkan aku terus di laknat oleh orang-orang. Aku hanya pasrah, tidak ada jalan lain selain pasrah. Apa harus aku menikah lagi walau hanya untuk mendapatkan status hidup normal. Tetapi hatiku tidak sedikitpun bisa menerima pasanganku. Memang aku dulu pernah hamil, itu normalkan, aku memiliki anak yang cantiknya sama denganku. Tetapi hatiku, tak bisa menerima pasanganku. Aku lebih tertarik dengan kaumku. Karena mereka yang hanya mengerti dengan perasaanku ini. Setiap malam ku berdoa, hanya untuk mendapatkan kehidupan yang normal.Amanah sekarang telah pergi kembali ke kampung halamannya, pengabdiannya kepadaku harus usai karena kedua orangtuanya sedang sakit parah dan ia harus menemuinya takut terjadi hal yang tidak dinginkan. Akupun menyetujuinya dan mengantarkanny

Page 6: Cerpen Bunga Emas

a sampai stasiun. Maafkan aku tak bisa mengantarmu karena aku tak bisa mengambil cuti dan pekerjaanku sedang menumpuk. Amanah mengerti dengan keadaanku ini dan ia pergi bersama jalan yang panjang menuju rumahnya. Dalam hati �apa salahku, ini hanya sebuah perasaan�. Hingga sekarang yang aku lakukan sama seperti adik dan kakaknya tak lebih. Tak ada yang namanya sampai bermain di atas ranjang. Aku katakan sekali lagi �ini adalah masalah perasaan� entah mengapa kebutuhanku sepertinya biasa saja. Aku lupa harus memenuhinya bagaimana karena bagiku aku sudah cukup merasa terpenuhi oleh cinta dan perhatiannya padaku. Salahkah aku berkata begitu, salahkah aku menghianati agamaku karena perasaanku. Aku tak pernah sedikitpun melakukan dengannya karena kujaga cintaku agar terhindar dari nafsu. Aku merasa hanya menyimpang perasaan bukan menyimpang sexual. Apakah aku berdosa selama ini. Hanya tuhan yang tahu apakah nantinya aku diterima disinya atau bukan. Jika kau penasaran temuilah aku di akhirat nanti. Akan kutunggu jawaban dari-Nya dan aku luruskan pandangan kalian tentang diriku ini.