Cerpen aku dan komputer ayah

download Cerpen aku dan komputer ayah

If you can't read please download the document

Transcript of Cerpen aku dan komputer ayah

UNSUR-UNSUR CERPEN LOMBA KOMPUTER

Disusun Oleh : NAMA KELAS : MICHELLA MONIQUE : IX D

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA SMP NEGERI 11 MANOKWARI 2010

Kata Pengantar

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan karunia Nya sehingg saya dapat membuat makalah ini sebagai pengetahuan bagi para pelajar. Saya berharap makalah ini salah satu makalah yang bisa menjadi satu bukti untuk tugas Bahasa Indonesia ini.

Terima Kasih

Michella Monique

Daftar Isi Tema Cerpen.................................................................................................................. Latar / Setting................................................................................................................ Tokoh............................................................................................................................. Watak............................................................................................................................. Penokohan..................................................................................................................... Gambar Alur.................................................................................................................. Daftar Pustaka...............................................................................................................

Tema : LOMBA KOMPUTER Latar (Setting) 1. Waktu : Siang hari 2. Latar tempat : di Sekolah, Rumah (Ruang Tamu), di lab komputer 3. Latar Suasana : Sedih Tokoh : Nindya Ardiansyah Febi Bi Sumi Ibu Watak : Nindy Febi Bi Sumi Ibu : Baik : Baik : Baik : Baik

Penokohan 1. Nindya 2. Febi 3. Bi Sumi 4. Ibu

Protagonis (baik) Aku berusaha tabah Jangan putus asa dulu dong

Antagonis (buruk) Ah. kenapa Bi Sumi ikutikutan berkata tadi!! kataku kembali jengkel

Gambar Alur

b c a d e

LOMBA KOMPUTER Sejak Ayah meninggal, aku sama sekali tidak berani menyentuh atau menggunakan komputer Ayah di ruang kerjanya. Aku benci pada komputer! Komputer membuatku kehilangan Ayah yang aku cintai. Karena mempertahankan sebuah disket berisi rahasia perusahaannya, ayahku merelakan nyawanya. Nin, kamu tidak ingin ikut lomba itu? tanya Febi suatu hari. Febi, sahabatku, memang semangat sekali menyuruhku mengikuti lomba komputer. Pengumuman lomba itu ditempel di mading sekolahku. Ngg... tidak ah. Aku tidak tertarik. Lagipula, semua pesertanya murid SMP kan? Kalau aku ikut, pasti kalah, jawabku malas-malasan. Jangan putus asa dulu, dong. Almarhum ayahmu kan ahli komputer. Dan sejak kecil kamu sudah belajar komputer. Kalau beliau masih hidup, pasti beliau juga akan menyuruhmu mengikuti lomba ini: Febi terus membujuk. Gayanya persis ibu guru yang sedang memberi semangat pada muridnya. Aku pura-pura tidak mendengar ucapan Febi. Huh, menyebalkan sekali. Semua temanku memaksaku untuk mengikuti lomba itu. Padahal aku betul-betul tidak mampu. Dan aku benci pada komputer. Setiba di rumah, aku membanting pintu, dan masuk ke ruang tamu. Dengan tergopoh-gopoh, Bi Sumi menghampiriku. Ada apa, Non Nindya? Kok kelihatan kesal sekali, tanya Bi Sumi. Aku segera menceritakan desakan guru-guru dan teman-temanku di sekolah. Bi Sumi tersenyum mendengar ceritaku, Bi Sumi memang pengasuhku yang sangat sabar. Sudah 11 tahun ia mengasuhku. Lalu, mengapa Non tidak mau ikut? tanya Bi Sumi. Ah, Bi Sumi kenapa ikutikutan berkata begitu? Semua orang di sekolahku sudah bilang begitu!! kataku kembali jengkel. Bukannya ikut-ikutan, Non! Tapi coba deh Non pikir. Andai Non menang di lomba itu, almarhum ayah Non kan pasti senang! ujar Bi Sumi sabar. Aku merenungkan kata-kata Bi Sumi. Seharian ini, entah sudah berapa orang yang berkata begitu. Hatiku mulai goyah juga. Aku lalu masuk ke kamar kerja ayahku. Sudah satu tahun aku tidak masuk ke ruangan ini. Aku lalu menghampiri seperangkat komputer Ayah di atas meja kerja.

Perlahan kubuka sarung penutup komputer itu, lalu menghidupkannya. Satu per satu kubuka file Ayah yang masih tersimpan di komputer. Ada satu file yang sudah bertahun-tahun tersimpan di komputer itu. Itu adalah file kegiatanku ketika masih di TK. Ada daftar nilai-nilaiku. Ada juga hasil scan gambar-gambarku yang pernah diikutkan dalam lomba menggambar. Air mataku menetes melihat semua itu. Selanjutnya, aku mencoba semua program yang pernah diajarkan Ayah dulu. Akhirnya aku tertidur di ruang kerja Ayah. Keesokan harinya, aku mendaftar menjadi peserta lomba komputer. Hari yang kutunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Hari ini aku akan berlomba membuat film animasi 10 menit. Bagiku ini tidak sulit. Dulu Ayah sempat mengajariku program yang lebih sulit dari ini. Walaupun begitu, aku tidak boleh merendahkan lawan-lawanku. Sebelum berangkat, aku memohon doa restu pada ibu, Bi Sumi, serta Febi. Adik-adik, saya akan mengabsen nama-nama peserta lomba ini. Arselina dari SLTP 1, Ridwan Putra dari SLTPN 3, Nindya Ardiansyah dari SD Indira 2... Ketika namaku disebut, semua peserta lomba menengok ke arahku tak percaya. Beberapa diantara mereka tersenyum geli. Namun aku tak peduli, karena aku sudah bertekad tidak akan membenci komputer lagi. Lomba pun dimulai. Ternyata soal-soal yang diberikan amat mudah. Setiap siswa hanya disuruh membuat animasi komputer tidak berwarna yang bertema cita-cita. Dalam lomba itu aku menjadikan Ayah sebagai tokoh dalam film animasiku. Dengan waktu sekitar satu setengah jam, aku dapat menyelesaikan filmku. Beberapa hari kemudian, hasil lomba pun diumumkan, Hatiku berdebar-debar. Ketika pemenang kedua dan ketiga disebutkan, ternyata bukan namaku yang muncul. Aku berusaha tabah, dan bercanda dengan teman-temanku. Aku memang sudah menduga, aku tak mungkin menang. Dan yang terakhir, kami bacakan juara pertama yakni... Nindya Ardiansyah, dari SD Indira 2! Aku hampir pingsan saat namaku disebut. Teman-teman mendorongku untuk berjalan menuju panggung dan menerima hadiah. Tepukan dan suara sorakan penonton tak kunjung berhenti. Terima kasih Tuhan, Ayah, Ibu, Bi Sumi dan semua yang telah mendukungku mengikuti lomba ini, Aku melemparkan senyum bahagia.