Cedera Kepala (Head Injury) Presentation By Karla Duha
-
Upload
karla-duha -
Category
Documents
-
view
64 -
download
6
description
Transcript of Cedera Kepala (Head Injury) Presentation By Karla Duha
REFERAT Cedera Kepala dipresentasikan oleh: Karla Duha, S.ked Konsulen: dr. Apriyanto, Sp.BS, Mkes
REFERATCEDERA KEPALA
Oleh: Karla Duha, S.kedPembimbing: dr. Apriyanto, Sp.BS, M.kes
KEPANITRAAN KLINIK SENIOR BAGIAN BEDAH RSUD RADEN MATTAHER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI 2013
1Definisi Cedera Kepala
Trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, bersifat temporer atau permanent.
2ANATOMI KEPALAKulit kepalaTulang tengkorakMeningen OtakSistim ventrikelTentorium
3Kulit kepala (S.C.A.L.P)
4Tulang Tengkorak - Kalvaria
5- Basis cranii
6Meningen
7Otak
8Sistim Ventrikel
9Tentorium
10Aspek FisiologiKonsep fisiologi yang berhubungan dengan cedera otak meliputi tekanan intrakranial, Doktrin monro-kellie dan aliran darah otakTekanan Intrakranial- Tekanan dalam rongga kranial - NormaL : 10 mmhg - TIK dipengaruhi oleh 3 faktor: Otak (80%), LCS (10%), darah (10%) - Kenaikan tekanan intrakranial dapat menurunkan perfusi otak dan menyebabkan atau memperberat iskemia. 11Doktrin Monro-KellieVolume intrakrnial (Vic) adalah sama dengan jumlah total volume komponen-komponennya yaitu volume jaringan otak (Vbr), Volume cairan serebrospinal (Vcsf) dan Volume darah (Vbl).
Vic=Vbr+Vcsf+Vbl
12Aliran Darah OtakSalah satu hal yang penting dalam TIK adalah cerebral perfusion pressure (CPP)Cerebral perfusion pressure (CPP) adalah mean arterial pressure dikurangi intracranial pressure.CPP=MAP-ICPCPP normal: 70-95 mmhg
13PatofisiologiPada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu cedera primer dan cedera sekunder.
14Klasifikasi Cedera Kepala
15MorfologiFraktur kraniuma. Gambaran fraktur, dibedakan atas :Linier Fraktur linier merupakan garis fraktur tunggal pada tengkorak yang meliputi seluruh ketebalan tulang.
16DiastaseFraktur yang terjadi pada sutura, sehingga terjadi pemisahan sutura cranial.
17- ComminutedFraktur dengan dua atau lebih fragmen fraktur.
18DepressedFraktur dengan tabula eksterna pada satu atau lebih tepi fraktur terletak dibawah level anatomik normal dari tabula interna tulang tengkorak sekitarnya yang masih utuh.
19b. Lokasi anatomis, dibedakan atas :Konveksitas (kubah tengkorak)Basis cranii (dasar tengkorak) yaitu fraktur yang terjadi pada tulang yang membentuk dasar tengkorak. Dasar tengkorak terbagi atas tiga bagian yaitu fossa anterior, fossa media, fossa posterior. Fraktur pada masing-masing fossa akan memberikan manifestasi yang berbeda.
C. Keadaan LukaTerbukaTertutup
20Fraktur basis cranii
21
22
23
24d. Lesi IntrakranialLesi intrakranial dapat diklasifikasikan sebagai fokal atau difusa.- Fokal
25- Difus a. KomosioGangguan fungsi otak tanpa adanya kerusakan anatomi jaringan otak akibat dari cedera kepalaCT-Scan: tidak ada kelainan b. KontusioGangguan fungsi otak akibat adanya kerusakan jaringan otak disertai adanya kerusakan anatomi jaringan otak akibat cedera otakCT-Scan: Daerah Hiperden pada jaringan otak
26c. Cedera aksonal difusKeadaan dimana penderita mengalami koma pasca cedera yang berlangsung lama dan tidak diakibatkan oleh suatu lesi masa atau serangan iskemia.CT-Scan: tidak ada kelainan27Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Anamnesis: informasi penting yang harus ditanyakan adalah mekanisme trauma.Pemeriksaan fisik secara lengkap dapat dilakukan bersamaan dengan secondary survey, meliputi tanda vital dan sistem organ. Pada bagian thoraks diperiksa fungsi pernapasan dan kardiovaskuler. pada daerah abdomen perlu diperhatikan adanya kemungkinan cedera organ dalam.Pemeriksaan neurologis seperti pemeriksaan GCS, pemeriksaan fungsi batang otak, saraf kranial, fungsi motorik, fungsi sensorik, dan reflek-reflek.
28Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan RadiologiFoto RontgenCT-ScanMRI
Pemeriksaan laboratorium darahPemeriksaan nilai Hb, LeukositosisPemeriksaan golongan darahPemeriksaan kadar gula darahPemeriksaan fungsi ginjalAnalisa gas darahPemeriksaan elektrolit
29Penatalaksanaan
Primary SurveyAirway dengan kontrol servikalBreathing dan ventilasiCirculation dengan kontrol perdarahanDisability (Neurological Evaluation)Exposure/kontrol lingkungan
30Airway dan Kontrol Cervical
31Breathing dan Ventilasi Ventilasi yang baik:Fungsi paruDinding dadaDiafragmaPemeriksaan FisikInspeksiPalpasiPerkusiAuskultasi32Circulation dengan Kontrol PerdarahanDinilai dari:Vol. Darah & Cardiac outputTingkat kesadaranWarna kulitNadiPerdarahan
33Diasability dengan Pemeriksaan Neurologi
GCSReaksi PupilTanda LateralisasiTingkat cedera spinal34Exposure/kontrol LingkunganPasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya, sering dengan cara menggunting, guna memeriksa dan evaluasi pasienSetelah pakaian dibuka, penting bahwa pasien diselimuti agar tidak terjadi hipotermia.35Secondary SurveyPada secondary survey, dilakukan pemeriksaan ulang tanda vital, pencatatan hal yang penting dan pemeriksaan fisik secara cepat namun menyeluruh dari kepala hingga kaki (Head to Toe). Setiap pemeriksaan yang lengkap memerlukan anamnesis mengenai riwayat perlukaan.Riwayat AMPLEA: AlergiM: Medikasi (obat yang diminum saat ini)P: Past Illness (Penyakit penyerta)L: Last mealE: Event/envoironment
36Algoritma Penatalaksanaan Cedera Otak Ringan
37*Indikasi pemeriksaan CT-ScanCT-Scan diperlukan pada cedera otak ringan (antara lain: adanya riwayat pingsan, amnesia, disorientasi dengan GCS 13-15 dan pada keadaan berikut:Faktor resiko tinggi tindakan bedah sarafNilai GCS < 15 dalam waktu 2 jam setelah cederaDicurigai adanya fraktur depres atau terbukaAdanya tanda-tanda klinis fraktur basis kraniiAdanya muntah lebih dari dua kali episodePasien berusia > 65 tahunFaktor resiko sedang perlu tindakan bedah sarafAmnesia retrogard > 30 menitMekanisme cedera yang berbahaya
38Algoritma Penatalaksanaan Cedera kepala sedang
39Algoritma Penatalaksanaan Cedera otak berat
40Terapi Medikamentosa Untuk Cedera Kepala
Tujuan utama --> Perawatan intensif adalah mencegah terjadinya kerusakan sekunder otak yang telah mengalami cedera.Cairan Intravena (IV)HiperventilasiAntikonvulsanMannitol
41Prognosis
Semua penderita mendapat terapi agresif menurut konsultasi seorang ahli bedah saraf. Terutama pada penderita anak-anak yang biasanya memiliki daya pemulihan yang baik. Penderita berusia lanjut biasanya mempunyai kemungkinan yang lebih rendah untuk pemulihan dari cedera kepala.
42TERIMA KASIH43
44