case varisella
Click here to load reader
-
Upload
dinny-dhinknee-fitriany -
Category
Documents
-
view
563 -
download
1
Transcript of case varisella
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Varicella (Cacar Air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya terjadi pada
anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus Varicella Zoster. Varicella pada
anak, mempunyai tanda yang khas berupa masa prodromal yang pendek bahkan tidak ada
dan dengan adanya bercak gatal disertai dengan papul, vesikel, pustula, dan pada akhirnya,
crusta, walaupun banyak juga lesi kult yang tidak berkembang sampai vesikel.Normalnya
pada anak, gejala sistemik biasanya ringan. Komplikasi yang serius biasanya terjadi pada
dewasa dan pada anak dengan defisiensi imunitas seluler, dimana penyakit dapat
bermanifestasi klinis berupa, erupsi sangat luas, gejala konstitusional berat, dan pneumonia.
Terdapat kemungkinan fatal jika tidak ada terapi antivirus yang diberikan.
2. Epidemiology
Sebelum pengenalan vaksin pada tahun 1995, varisella merupakan penyakit infeksi
paling sering pada anak-anak di USA. Kebanyakan anak terinfeksi pada umur 15 tahun,
dengan persentasi dibawah 5% pada orang dewasa. Epidemik Varicella terjadi pada musim
dingin dan musim semi, tercatat lebih dari 4 juta kasus, 11.000 rawat inap, dan 100 kematian
tiap tahunnya. Varicella merupakan penyakit serius dengan persentasi komplikasi dan
kematian tinggi pada balita, dewasa, dan dengan orang imun yang terkompromi. Pada rumah
tangga, persentasi penularan dari virus ini berkisar 65%-86%
Manusia merupakan host alami yang diketahui untuk VZV, dimana dikaitkan dengan
dua bentuk kesakitan- yang bentuk primer sebagai varisela (chickenpox) dan bentuk
sekunder sebagai herpes zoster. VZV merupakan infeksi yang sangat menular dan menyebar
biasanya dari oral udara atau sekresi respirasi atau terkadang melalui transfer langsung dari
lesi kulit melalui transmisi fetomaternal. Serangan sekunder meningkat pada kontak rumah
yang rentan melebihi 85%.
Meskipun infeksi primer asimptomatik adalah jarang, studi serologis mendukung
bahwa reinfeksi subklinis adalah sering. Jarangnya, pasien dengan imunokompeten dapat
mengalami episode kedua dari varicella. Varicella dalam iklim temperatur lebih sering
timbul pada usia sebelum sekolah dan anak usia sekolah kurang dari usia 10 tahun dengan
insidensi tertinggi pada kelompok usia 3-6 tahun. Disamping prevalensi varisela pada anak-
anak, beberapa orang pada iklim temperatur dapat menenai orang dewasa tanpa adanya
paparan : sebuah studi rekrut militer di United States pada era prevaksin menunjukkan
bahwa 8% tentara yang direkrut adalah seronegatif, dengan peningkatn angka seronegative
pada non kulit putih dan lebih tinggi angka seronegative pada tentara yang asalnya di luar
United States.
3. Etiologi
Varicella disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (VZV) yang termasuk kelompok
Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150 – 200 nm. Inti virus disebut capsid yang
berbentuk icosahedral, terdiri dari protein dan DNA yang mempunyai rantai ganda yaitu
rantai pendek (S) dan rantai panjang (L) dan merupakan suatu garis dengan berat molekul
100 juta dan disusun dari 162 capsomer. Lapisan ini bersifat infeksius.
Varicella Zoster Virus dapat menyebabkan varicella dan herpes zoster. Kontak
pertama dengan virus ini akan menyebabkan varicella, oleh karena itu varicella dikatakan
infeksi akut primer, sedangkan bila penderita varicella sembuh atau dalam bentuk laten dan
kemudian terjadi serangan kembali maka yang akan muncul adalah Herpes Zoster.
4. Patogenesis
Virus Varicella Zooster masuk dalam mukosa nafas atau orofaring, kemudian
replikasi virus menyebar melalui pembuluh darah dan limfe ( viremia pertama ) kemudian
berkembang biak di sel retikulo endhotellial setelah itu menyebar melalui pembuluh darah
(viremia ke dua) maka timbullah demam dan malaise.Permulaan bentuk lesi pada kulit
mungkin infeksi dari kapiler endothelial pada lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel
pada epidermis, folikel kulit dan glandula sebacea dan terjadi pembengkakan. Lesi pertama
ditandai dengan adanya makula yang berkembang cepat menjadi papula, vesikel da akhirnya
menjadi crusta. Jarang lesi yang menetap dalam bentuk makula dan papula saja.
Vesikel ini akan berada pada lapisan sel dibawah kulit. Dan membentuk atap pada
stratum korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih
dalam.Degenarasi sel akan diikuti dengan terbentuknya sel raksasa berinti banyak, dimana
kebanyakan dari sel tersebut mengandung inclusion body intranuclear type A. Penularan
secara airborne droplet. Virus dapat menetap dan laten pada sel syaraf. Lalu dapat terjadi
reaktivitas maka dapat terjadi herpes Zooster.
5. Gejala Klinis
Gejala mulai timbul dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi pada anak-anak yang
berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit kepala demam sedang dan rasa tidak
enak badan, gejala tersebut biasanya tidak ditemukan pada anak-anak yang lebih musa. Pada
permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan
lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa
didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah
kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan
perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding
tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak
sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng
(krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap
(hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu
kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi.
Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk
lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi bakteri
terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan
menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa
muda, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang.
Papula di mulut cepat pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus), yang sering
menyebabkan gangguan menelan. Ulkus juga dapat ditemukan di kelopak mata, saluran
pernapasan bagian atas, rectum dan vagina.
Papula pada pita suara dan saluran pernapasan atas kadang menyebabkan gangguan
pada pernapasan. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening dileher bagian samping.
Cacar air jarang menyebabkan pembentukan jaringan parut, kalaupun ada hanya berupa
lekukan kecil di sekitar mata. Luka cacar air bisa terinfeksi akibat garukan dan biasanya
disebabkan oleh staphylococcus.Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa masalah.
Tetapi pada orang dewasa maupun penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa
berat atau bahkan berakibat fatal.
Pada anak sehat yang sebelumnya nirmal, penyakit ini secara umum dan biasanya
jinak, dengan komplikasi yang paling sering adalah infesi sekunder bakteri dari lesi kult.
Jaringan parut merupakan komplikasi lain yang sering. Komplikasi neurologis meliputi
encephalitis dan ataxia cerebellar akut. Varisela encephalitis dengan insiden 0,1% secara
umum tampak mengalami nyeri kepala, kejang, pola pemikiran yang terganggu, dan muntah,
dengan angka mortalitas sebear 5 hingga 20%. Ataxia serebelar akut sedikit lebih jarang
(0,025% insidensi) dibandingkan ensefalitis dan secara umum tampak dalam 1 minggu ruam
dengan ataxia, muntah, pembicaraan yang terganggu, vertigo, dan atau tremor, dengan
resolusi dalam 2 hingga 4 minggu.
Pada anak defisiensi imun atau kurang gizi yang tidak ditangani dengan asiklovir
intravena, angka kematian berkisar antara 15 hingga 18%. Kasus ini dikarakteristikan
dengan penyebaran, dengan pneumonia, miokarditis, artritis, hepatitis, perdarahan, dan
ensefalopaty (ataxia serebelar lebih sering). Super infeksi lesi kulit dengan Staphylococcus
aureus atau Streptococcus pyogenes dapat menyebabkan pioderma, impetigo, erysipelas,
nephritis, gangrene, atau sepsis. Pada tropis Amerika, varisella pada anak usia muda, anak
kekurangan gizi dapat berkomplikasi menjadi diare berat.
Orang dewasa tampak mempunyai penyakit yang lebih berat dibandingkan dengan
anak-anak. Dengan peningkatan 15 kali lipat pada mortalitasnya. Varisella onset dewasa
lebih sering berkomplikasi dengan pneumonitis dan ensefalitis, dengan secara klinis
pneumonitis lebih dari 15 % kasus.
Orang dari area tropis yang pindah ke area temperatur berada dalam resiko untuk
varisela onset dewasa, terutama jika kontak dengan anak usia muda. Varisela ibu pada
gestasi awal menimbulkan secara jarang ke sindrom varisela kongenital yang ditandai
dengan defek kulit, atrofi ekstremitas, dan disfungsi sistem otonom. Maternal varisela pada
gestasi akhir dapat menimbulkan varisela neonatus, dengan angka mortalitas sama tingginya
dengan 30% pada bayi yang tidak diterapi.
Infeksi VZV rekuren bermanifestasi sebagai herpes zoster (shingles), sebuah
penyakit yang biasanya terlihat pada orang dewasa dengan usia lebih dari 50 tahun. Data
menunukkan perbedaan rasial dalam resiko timbulnya zoster, dengan orang tua kulit putih
lebih sering berada dalam resiko dibandingkan dengan orang tua berkulit hitam. Zoster juga
dapat timbul jarang pada anak-anak. Zoster pada pasien imunnocompromise dapat menjadi
lebih berat.
Peningkatan insidensi zoster pada usia sama halnya dengan pasien
imunocompromised dikarenakan penurunan anti-VZV cell-mediated immunity. Menariknya,
ada bukti bahwa paparan pada orang yang seropositive terhadap varisela terlindungi dari
perkembangan zoster, tertama dengan menambah respon imunnya. Setelah infeksi primer,
VZV (seperti HSV) timbul pada keadaan latent dengan ganglia saraf kranial dan spinal.
Stimuli non spesifik seperti stress, imunodefisiensi atau malignansi dapat mengaktivasi virus
laten dengan keterlibatan distribusi saraf yang disalurkan melalui ganglion yang terkena.
Herpes zoster timbul setelah 3- to 4-day gejala prodromal demam, lesu, dan gangguan
gastrointestinal dan erupsi vesikular kutaneus yang nyerei pada distribusi dermatomal. Ruam
biasanya unilateral dan sepanjang hanya satu dermatom. Pada kasus yang berat, erupsi dapat
menjadi lebih umum dan variseliform. Vesikel sembuh dalam 5 hari, tetapi postherpetic
neuralgia dapat saja ada. Postherpetic neuralgia, terlihat pada lebih dari 50% pasien diatas
50 tahun, didefinisikan sebagai nyeri konstan atau intermiten lebih dari durasi satu bulan
pada area yang melibatkan dermatom. Infeksi dari mata, Herpes zoster
ophthalmicusmerupakan kondisi yang serius karena dapat menyebabkan kebutaan. Sindroma
Ramsay Hunt didefinisikan sebagai keterlibatan trias dari meatus auditorius eksternal,
hilangnya rasa pada lidah dan palsy fasialis ipsilateral. Keterlibatan dari medula spinalis
dapat menyebabkan kelumpuhan atau palsy saraf kranial.
Resiko dari ensefalitis meningkat pada orang tua dengan keterlibatan saraf kranial
dan pada pasien AIDS. Postzoster ensefalitis dapat timbul dalam 3 bentuk : infark yang
dikarenakan vaskulitis pembuluh darah besar, leukoensefalopati multifokal dan ventrikulitis.
6. DIAGNOSIS
Diagnosis klinik varisela pada anak-anak, saat ini variola (smallpox) telah
dieradikasi, biasanya tidaklah sulit. Ruam mempunyai karakteristik dan jarangkali
dibutuhkan untuk dibedakan dari eksantem enterovral, infeksi S. aureus, rekasi obat,
dermatitis kontak dan penyebaran infeksi HSV-1. Diagnosis dengan kultur dari cairan
vesikel kurang sensitif untuk HSV atau CMV dan dapat membutuhkan waktu 7 hari.
Metode ini telah diganti dengan metode shellvial sensitive dan ebih cepat, dimana
hasilnya diberikan dalam waktu 1-3 hari. Deteksi yang lebih cepat, sensitif, dan spedifik
dapat membentu sistem dasar kultur dimasa depan sebagaimana pewarnaan PCR multiple
menjadi lebih sering untuk digunakan. Mengambil dasar vesikel mungkin dapat
menunjukkan sel raksasa multinukleasi, dimana tidak dapat jelas dibedakan dari HSV.
Bagaimanapun, immunofluorescence pada kultur atau mengambil dengan menggunakan
antibodi spesifik dapat membedakan antara HSV-1, HSV-2, dan VZV. Deteksi serologis
IgM dan tingginya titer atau empatkali peningkatan IgG anti VZV antibodi dapat berguna
dalam beberapa kasus.
Deteksi dari IgM dapat meunjukkan infeksi primer (chicken pox), dimana baik tinggi
titernya atau empat kali peningkatan igG mengindikasikan rekurensi. Bagaimanapun,
peningkatan IgM juga dapat terlihat pada rekurensi. Diagnosis klinis herpes zoster virus
pada orang dewasa juga biasanya tidak sulit dalam memberikan karakteristik pola
dermatom.
7. Differensial Diagnosis
Differensial diagnosis dari infeksi varicella sendiri termasuk infeksi yang dapat
menimbulkan vesikular exanthema, seperti infeksi herpes secara umum, hand-foot-mouth
infection dan exanthema enteroviral lainnya. Dahulu, variola dan vaccinia merupakan
differensial diagnosis yang penting namun infeksi ini sudah sangat jarang ditemukan. Herpes
simpleks dapat dibedakan dari pengelompokan vesikelnya, lokasi, dan tes immunoflorescent
atau kultur, jika perlu. Tes Tzanck dapat membantu membedakan varicella dengan
enteroviral penyebab exanthem lainnya dengan memperlihatkan multinucleated giant cell
pada infeksi Herpes zoster.
8. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah tidak memberikan gambaran yang spesifik.
Untuk pemeriksaan varicella bahan diambil dari dasar vesikel dengan cara kerokan atau
apusan dan dicat dengan Giemsa dan Hematoksilin Eosin, maka akan terlihat sel-sel raksasa
(giant cell) yang mempunyai inti banyak dan epitel sel berisi Acidophilic Inclusion Bodies
atau dapat juga dilakukan pengecatan dengan pewarnaan imunofluoresen, sehingga terlihat
antigen virus intrasel.Isolasi virus dapat dilakukan dengan menggunakan fibroblast pada
embrio manusia. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel, kadang-kadang ada darah.
Antibodi terhadap varicella dapat dideteksi dengan pemeriksaan Complemen Fixation Test,
Neurailization Test, FAMA, IAHA, dan ELISA.
9. Pengobatan
Meskipun vidarabine dan interferon-α telah digunakan pada terapi infeksi VZV yang
berat, asiklovir tetaplah merupakan obat pilihan. Asiklovir lebih efektif pada infeksi VZV
yang berat jika diberikan secara intravena dalam 24 jam setelah timbul ruam. Terapi
asiklovir oral dari anak sehat dengan chickenpox sebaiknya dipertimbangkan , terutama pada
remaja dan kontak dengan orang rumah secara sekunder, meskipun keuntunggannya tetap
ada. Dikarenakan strain resisten asiklovor pada pasiein dengan AIDS, foscaranet harus
dipertimbangkan untuk infeksi berat dalam keadaan ini.
Untuk herpes zoster, obat pilihan adalah famciclovir dan valacyclovir. Terapi awal
dari zoster telah menunjukkan untuk memperpendek perjalan penyakit kutaneus dan
menurunkan durasi serta keparahan post herpetil neuralgia. Steorid topikal juga dapat
berguna pada uveitis herpetik dan keratitis. Zoster yang sangat nyeri dapat diterapi dengan
kompres basah dan analgesik yang menganduk kodein. Gabapentin, analog struktural
neurotransmitter gamma-aminobutyric acid, berguna dalam mengatasi postherpetic
neuralgia. Antihistamin dapat berguna untuk menyingkirkan rasa gatal varisella pada anak-
anak. Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit dikompres
dingin. Bisa juga dioleskan losyen kalamin, antihistamin atau losyen lainnya yang
mengandung mentol atau fenol.
Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya: kulit dicuci sesering
mungkin dengan ait dan sabun, menjaga kebersihan tangan, kuku dipotong pendek, pakaian
tetap kering dan bersih. Kadang diberikan obat untuk mengurangi gatal (antihistamin). Jika
terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik. Jika kasusnya berat, bisa diberikan obat anti-
virus asiklovir.
Untuk menurunkan demam, sebaiknya gunakan asetaminofen, jangan aspirin. Karena
aspirin dapat memberikan efek samping yang buruk pada anak-anak Obat anti-virus boleh
diberikan kepada anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Asiklovir biasanya diberikan kepada
remaja, karena pada remaja penyakit ini lebih berat. Asikloir bisa mengurangi beratnya
penyakit jika diberikan dalam wakatu 24 jam setelah munculnya ruam yang pertama.
Mekanisme Kerja Anti Herpes
Secara garis besar, asiklovir dan pensiklovir memiliki mekanisme antivirus yang
sama dalam melawan HSV. Keduanya, secara selektif diposforilasi oleh thymidine kinase
(TK) hanya dalam sel yang terinfeksi virus. Posforilasi lebih lanjut oleh enzim seluler
mengacu pada produksi asiklovir atau pensiklovir triposfat. Setelah itu keduanya
berkompetisi dengan natural nucleotide (dGTP), sehingga bisa menghambat DNA
polymerase virus. Penggabungan analog triposfat pada rantai DNA tadi, akan mencegah
perpanjangan rantai DNA lebih lanjut.
Meski demikian, beberapa studi telah mengamati ada perbedaan pada kerja kedua
obat tersebut. Pensiklovir ternyata memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap HSV TK
ketimbang asiklovir, makanya kadar pensiklovir triposfat pada sel terinfeksi lebih tinggi
dibandingkan asiklovir triposfat. Pensiklovir triposfat juga lebih stabil ketimbang asiklovir
triposfat pada sel terinfeksi, sehingga waktu paruh intraselulernya lebih lama sekitar 10-20
kali lipat. Selain itu, HSV DNA polymerase tampak memiliki afinitas yang lebih tinggi
terhadap asiklovir triposfat. Dalam beraksi, asiklovir triposfat lebih bertindak sebagai suatu
obligate DNA chain terminator. Sedangkan pensiklovir triposfat bertindak membatasi
perpanjangan rantai DNA (short-chain terminator) dengan memperbaiki gugus 3-hidroksil
pada sisi rantai asikliknya.
Semua mekanisme tersebut terjadi terutama pada sel terinfeksi dan terbatas pada sel
normal. Posforilasi asiklovir atau pensiklovir ditemukan minimal pada sel yang tidak
terinfeksi. Tak hanya itu, afinitas celluler DNA polymerase juga jauh lebih rendah terhadap
antivirus triposfat ketimbang HSV DNA polymerase. Hal ini merefleksikan bagaimana
selektifnya aksi dari asiklovir, pensiklovir, dan prodrug keduanya. Alhasil profil keamanan
obat ini cukup baik.
Penggunaan Klinis
Pemberian oral asiklovir, valasiklovir, dan famsiklovir ditujukan untuk pengobatan
episode pertama infeksi HSV genital, infeksi HSV genital berulang, herpes zoster, dan
sebagai terapi supresif mencegah kekambuhan HSV genital. Ketiganya juga biasa
diresepkan untuk mengobati mucocutaneous herpesvirus infection pada
immunocompromised patient. Sedangkan formulasi intravena asiklovir diberikan pada
pasien HSV atau varicella-zoster virus (VZV) parah, termasuk ensefalitis dan herpes
neonatus.
Selain secara oral dan intravena, pemberian topikal ternyata juga cukup membantu.
Formulasi topikal pensiklovir dan asiklovir efektif pada pasien herpes labialis berulang.
Salep asiklovir yang telah disahkan FDA sejak 15 tahun silam, diindikasikan untuk
tatalaksana awal infeksi genital dan infeksi mucocutaneous HSV tertentu pada
immunocompromised patient. Belakangan ini juga telah ada formulasi okular dari asiklovir.
Penggunaan klinis asiklovir secara luas tersebut tak lepas dari profil keamanannya
yang cukup baik. Khusus untuk famsiklovir, meski pengalaman klinisnya lebih pendek,
namun profil keamanannya sama dengan plasebo. Asiklovir, pensiklovir, dan prodrug-nya
juga digunakan secara luas, karena dikenal aman dan efektif mengobati infeksi virus herpes
pada populasi immunocompetent dan immunocompromised.
10. Strategi Tatalaksana
Pemberian profilaksi antivirus sangat efektif menurunkan risiko infeksi HSV pada
pasien dengan immunosuppression parah, semisal pasien yang menjalani transplantasi
sumsum tulang dan kemoterapi yang intensif. Biasanya insiden infeksi HSV simptomatik
berkurang dari 70% hingga 5-20%. Alhasil terapi profilaksis antivirus memiliki potensi lebih
rendah berkembang menjadi resisten ketimbang terapi akut.
Untuk pasien yang sakit parah, pemberian asiklovir intravena efektifdengan dosis 5
mg/kg setiap 12 jam. Risiko infeksi juga berkurang sangat baik pada pemberian oral;
asiklovir 400 mg tiga kali sehari; valasiklovir 500 mg dua kali sehari; famciclovir 500 mg
dua atau tiga kali sehari. Terapi profilaksis ini tidak disahkan oleh FDA untuk pasien
immunocompromised.
Asiklovir intravena (5 [atau 10] mg/kg [atau 250 mg/m2] tiga kali sehari)
diindikasikan untuk pasien dengan penyakit yang ekstensif, termasuk semua infeksi
sistemik. Pengobatan harus diteruskan sampai terbukti infeksi telah sembuh. Terapi oral
tambahan bisa dipertimbangkan sampai terjadi penyembuhan komplit. Untuk pasien dengan
infeksi HSV ringan sampai sedang, pemberian terapi oral saja cukup efektif. Dan, pemberian
oral prodrug valasiklovir dan famsiklovir lebih menguntungkan karena profil
farmakokinetiknya lebih baik. Meski demikian harganya lebih mahal dan asiklovir adalah
pilihan termurah.
11. Komplikasi
Adapun komplikasi yang bisa ditemukan pada cacar air adalah:
Pneumonia karena virus
Peradangan jantung
Peradangan sendi
Peradangan hati
Infeksi bakteri (erisipelas, pioderma, impetigo bulosa)
Ensefalitis (infeksi otak).
12. Prognosis
Dengan perawatan teliti dan memperhatikan higiene akan memberikan prognosis
yang baik dan jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit. Angka kematian pada
anak normal di Amerika 5,4 – 7,5 dari 10.000 kasus varicella.Pada neonatus dan anak
yang menderita leukimia, immunodefisiensi, sering menimbulkan komplikasi dan angka
kematian yang meningkat.
Angka kematian pada penderita yang mendapatkan pengobatan immunosupresif
tanpa mendapatkan vaksinasi dan pengobatan antivirus antar 7 – 27% dan sebagian besar
penyebab kematian adalah akibat komplikasi pneumonitis dan ensefalitis.
13. Pencegahan
Untuk mencegah cacar air diberikan suatu vaksin. Kepada orang yang belum
pernah mendapatkan vaksinasi cacar air dan memiliki resiko tinggi mengalami
komplikasi (misalnya penderita gangguan sistem kekebalan), bisa diberikan
immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin varisela biasanya
diberikan kepada anak yang berusia 12-18 bulan.
BAB II
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta : 2005
2. Mehta, Parang. Varicella. Emedicine from WebMD. Sept 2007
3. Rampengan, T.H. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta : 2005
4. Schachner, Lawrence. Pediatric Dermatology Third Edition. Mosby. 2003
5. von Bakay J: Über den aetiologischen Zusammenhang der Varizelllen met gewissen
Fällen von Herpes zoster. Wien Klin Wochenschr 22:1323, 1909.
6. Kundratitz K: Experimentelle Übertagungen von Herpes zoster auf Menschen and die
Beziehungen von Herpes zoster zu Varizellen. Z Kinderheilkol 39:379, 1925.
7. Weller TH, Witton HM, Bell EJ: The etiologic agents of varicella and herpes zoster. J
Exp Med 108:843, 1958.
8. Straus SE, Reinhold W, Smith HA, et al: Endonuclease analysis of viral DNAs from
varicella and subsequent zoster infections in the same patient. N Engl J Med 311:1362,
1984.
9. Davison AJ, Scott J: The complete DNA sequence of varicella-zoster virus. J Gen Virol
67:1759, 1986.
10. Davison AJ, Wilkie NM: Location and orientation of homologous sequences in the
genomes of five herpesviruses. J Gen Virol 64:1927, 1983.
11. Grose C: Glycoproteins of varicella-zoster virus and their herpes simplex virus homologs.
Rev Infect Dis 13:S960, 1991.
12. Hope-Simpson RE: Infectiousness of communicable diseases in the household (measles,
chickenpox, and mumps). Lancet 2:549, 1952.
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Melani / perempuan/ 12 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : -/ SD
c. Alamat : Lubuk Buaya
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : belum menikah
b. Jumlah Anak : -
c. Status Ekonomi Keluarga : kurang mampu
d. KB : -
e. Kondisi Rumah :
- Rumah semi permanen berlantai semen
- Perkarangan kecil, bersih dan kurang terawat
- Listrik ada
- Sumber air : air sumur gali, jarak sumur ke jamban ±4 meter
- Jamban ada 1 buah, di luar rumah,berlantai semen, kebersihan kurang
- Sampah di kumpulkan kemudian dibakar di pekarangan rumah
Kesan : higine dan sanitasi kurang baik
f. Kondisi Lingkungan Keluarga
- Jumlah penghuni 2 orang, pasien dan ibu pasien. Ibu pasien bekerja sebagai penjahit di rumah.
- Ayah pasien dan 2 saudara pasien tinggal di Jawa
3. Aspek Psikologis di keluarga
- Pasien tinggal dengan ibunya
- Hubungan dengan keluarga baik
- Faktor stress dalam keluarga (-)
4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
- Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
5. Keluhan Utama
Gelembung-gelembung berisi cairan yang gatal di tubuh, tangan dan kaki sejak 2 hari yang lalu
6. Riwayat Penyakit Sekarang
Gelembung-gelembung berisi cairan yang gatal di tubuh, tangan dan kaki sejak 2 hari yang lalu Awalnya pasien demam tidak tinggi, tidak menggigil dan tidak berkeringat, kemudian timbul
gelembung-gelembung berisi cairan bening, ukuran sebesar kepala jarum pentul, berdinding tipis dan terasa gatal di wajah,leher, dada,tangan dan kaki. nyeri tidak ada
Badan terasa lemas, nafsu makan tidak ada, nyeri-nyeri di persendian sejak 2 hari yang lalu Keluhan mata dan telinga tidak ada Riwayat tetangga dengan keluhan yang sama (+) Riwayat di gigit serangga (-),alergi obat dan makanan (-)
7. Pemeriksaan FisikStatus GeneralisKeadaan Umum : BaikKesadaran : CMCNadi : 80x/ menit
Nafas : 19x/menitTD : 120/80 mmHgSuhu : 37,6 0CBB : 28 Kg
Mata : Konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterikKulit : Turgor kulit baik , sianosis (-)Dada :Paru :
Inspeksi : simetris kiri = kananPalpasi : fremitus kiri = kananPerkusi : sonorAuskultasi : suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
JantungInspeksi : iktus tidak terlihatPalpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC VPerkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V Kanan : LSD Atas : RIC IIAuskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
AbdomenInspeksi : Perut tidak tampak membuncitPalpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )Perkusi : TimpaniAuskultasi : BU (+) N
Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-
Status Dermatologikus :Lokasi : wajah, leher, dada, perut, tangan dan kakiDistribusi : generalisataBentuk : khasSusunan : Tidak khasBatas : TegasUkuran : lentikulerEfloresensi : vesikel dengan dasar makula eritem , skuama halus (+)
8. Laboratorium Anjuran : Tzank test
9. Diagnosis Kerja
Varisella zooster
10. Diagnosis Banding : variola
11. Manajemen
a. Preventif :- Jaga daya tahan tubuh dengan makan makanan bergizi
- Menjaga kebersihan badan
- Jangan memecahkan gelembung dengan jangan digaruk atau dengan memakai bedak
b. Promotif :- menjelaskan pada pasien mengenai penyakitnya dan cara penularannya
c. Kuratif :- asiklovir tablet 400 mg (5 x 1 tablet/hari)
- paracetamol tablet 250 mg (3 x ½ tablet/hari)
- CTM tablet 4mg (2 x ½ tablet/hari)
- Bedak salisil talk
d. Rehabilitatif :- Jaga kebersihan kulit agar tidak infeksi
PUSKESMAS LUBUK BUAYADokter : DinnyTanggal : 22 februari 2011
R/ Asiklovir tab 400 mg No. XV
S 5 dd tab I £-------------------------------------------------------------------------R/ Paracetamol tab 500mg No.V
S 3 dd tab ½ £-------------------------------------------------------------------------R/ CTM tab 4 mg No. X
S 2 dd tab ½ £-------------------------------------------------------------------------R/ Salicyl talk No.I
S u e £-------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------Pro : MelaniUmur : 12 tahunAlamat : Lubuk Buaya
Case Report Session Rotasi II
Varisella Zooster
Oleh :Dinny Fitriany 05923088
Preseptor :Dr. Arina
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP IIFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ANDALAS
PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG
2011