CASE STUDY SERIES #7 IKEA - cfds.fisipol.ugm.ac.id

20
IKEA Inovasi Digital IKEA CASE STUDY SERIES #7

Transcript of CASE STUDY SERIES #7 IKEA - cfds.fisipol.ugm.ac.id

Page 1: CASE STUDY SERIES #7 IKEA - cfds.fisipol.ugm.ac.id

IKEAInovasi Digital IKEA

CASE STUDY SERIES #7

Page 2: CASE STUDY SERIES #7 IKEA - cfds.fisipol.ugm.ac.id

CASE STUDY SERIES #7

2

CfDS Case Study Series #7

Penulis : Lodang Kusumo Jati Nabeel Khawarizmy Muna Nitya Saputri Rizal

Editor : Viyasa Rahyaputra

Desain dan Tata Letak : Anaq Duanaiko Fidya Shabrina

Page 3: CASE STUDY SERIES #7 IKEA - cfds.fisipol.ugm.ac.id

CASE STUDY SERIES #7

1

Pengantar

1

IKEA dikenal sebagai salah satu peritel peralatan rumah tangga paling terkemuka yang didirikan pada tahun 1951. Sejak didirikan, IKEA kini telah memiliki 28 toko di 28 negara, 27 kantor layanan perdagangan di 23 negara, 33 pusat distribusi, dan 15 pusat distribusi pelanggan di 17 negara, serta 43 unit produksi industri IKEA di 11 negara. Kisah sukses IKEA belumlah berakhir setelah mereka berhasil mendirikan banyak showroom fisik. Saat ini, IKEA masih mengembangkan dan memperluas pangsa pasar melalui pengembangan aplikasi ritel dan seluler online mereka. Hal tersebut juga berkorelasi dengan perkembangan penjualan dan pendapatan IKEA saat ini. Pada tahun 2015, total penjualan IKEA meningkat 11,2%, dari €29,3 miliar di tahun 2014 menjadi €32,7 miliar pada tahun 2015. Selain itu, pada tahun yang sama, situs web IKEA telah dikunjungi oleh 1,9 miliar pengunjung. Sementara itu, toko o�line mereka hanya dikunjungi oleh 771 juta pelanggan.1 Fakta ini menunjukkan bahwa ada perubahan preferensi belanja pelanggan dari belanja o�line konvensional ke cara baru pengalaman belanja digital. Rupanya IKEA menyadari penuh akan adanya tren perubahan perilaku pelanggan mereka. Oleh karena itu, IKEA telah mengembangkan dan meningkatkan proses digitalisasi bisnis untuk memberikan layanan maksimal bagi pelanggan mereka. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, studi kasus ini akan mencoba menjawab beberapa pertanyaan penting tentang bentuk proses digitalisasi IKEA dan manfaat dari transformasi bisnis digital IKEA

Page 4: CASE STUDY SERIES #7 IKEA - cfds.fisipol.ugm.ac.id

CASE STUDY SERIES #7

2

Digitalisasi IKEAIKEA meluncurkan katalog cetak pertamanya pada tahun 1951, delapan tahun setelah perusahaan ini didirikan di tahun 1943. Katalog cetak IKEA yang pertama menawarkan bagian yang paling bertahan dari strategi konten pemasarannya. Katalog cetak ini menyajikan berbagai produk IKEA, dan pelanggan dapat menemukan serta membeli produk di showroom IKEA hanya setelah mereka membaca katalog. Masalah dengan strategi pemasaran konvensional ini adalah tentang efisiensi, karena menggunakan katalog cetak tidak hanya membutuhkan biaya mahal untuk memproduksinya, tetapi juga membutuhkan lebih banyak waktu dan upaya untuk mendistribusikannya ke seluruh dunia. Namun, katalog cetak hanyalah awal dari upaya branding dan pemasaran IKEA. Saat ini, 50 tahun setelah IKEA menerbitkan katalog cetak pertamanya, IKEA secara resmi meluncurkan toko onlinenya di tahun 2007, yang menandai inovasi mereka dalam strategi bisnis.

IKEA mungkin memiliki toko online paling progresif, yang terdiri dari situs web dan aplikasi perangkat lunak, terutama karena mereka menyediakan fitur-fitur canggih. Mereka memasukkan lebih dari 12.000 produk ke dalam situs web mereka, yang merepresentasikan seluruh rangkaian produk IKEA. Karena gagasan utama pembuatan situs web dan aplikasi adalah untuk lebih dekat dengan pelanggan online mereka, toko online IKEA bermaksud untuk memasukkan teknologi digital ke dalam lamannya melalui fitur augmented reality (AR).2 Augmented reality tentu saja merupakan fitur luar biasa yang memberikan pengalaman menakjubkan kepada pelanggan untuk memilih produk IKEA dalam tampilan 3D dengan berbagai warna dan sudut yang berbeda hanya dengan menggunakan tablet atau ponsel cerdas mereka. Namun, tidak seperti fitur augmented reality konvensional merek lain yang menggunakan kode respons cepat yang tampak seperti barcode acak, versi IKEA hanya menggunakan ikon kecil yang menyediakan konten tambahan untuk mengaktifkan fitur augmented reality.

Page 5: CASE STUDY SERIES #7 IKEA - cfds.fisipol.ugm.ac.id

CASE STUDY SERIES #7

3

Selain itu, untuk memberikan rasa puas bagi pelanggan dalam memilih produk, IKEA mengembangkan fitur teknologi canggih pada tahun 2013. Salah satu fitur telah dikembangkan sebagai perluasan dari augmented reality. Fitur yang disebut "Place Furniture in Your Room" ini telah dikembangkan dengan memanfaatkan kamera ponsel pintar untuk menangkap gambar ruang 360° secara real time dalam mengatur produk furnitur di kamar Anda secara virtual. Hal ini akan memungkinkan pelanggan untuk secara virtual mengatur dan menyesuaikan furnitur IKEA di kamar/rumah mereka, serta membantu pelanggan untuk memilih produk yang sesuai dengan ukuran, warna, dan dekorasi furnitur lain di kamar mereka. Fitur ini tentu akan memuaskan dan menciptakan rasa kagum bagi pelanggan IKEA. Kemudian, bagi pengguna Android atau iOS, aplikasi toko online IKEA juga dapat diunduh dengan mudah di Google Play Store dan Apple App Store.

Page 6: CASE STUDY SERIES #7 IKEA - cfds.fisipol.ugm.ac.id

CASE STUDY SERIES #7

4

Figure 1: Augm

ented Reality based IKEA

App

IKEA tidak hanya menginovasi strategi bisnis mereka, tetapi juga mengembangkan sistem layanan untuk memuaskan pelanggan. Sistem layanan ini telah dibuat terutama sebagai layanan pelengkap dari strategi bisnis digital mereka. Dalam layanan ini, pelanggan memiliki tiga pilihan berbeda setelah memilih produk, baik dari situs web atau katalog aplikasi seluler.3 Pilihan pertama adalah cara konvensional, yang umumnya disebut sistem swalayan. Melalui layanan ini, pelanggan dapat memilih produk secara online dan mencetak gambar produk favorit mereka. Kemudian, mereka dapat pergi ke toko o�line IKEA untuk langsung membeli dan membawa pulang produk itu sendiri. Sementara itu, pilihan kedua memungkinkan pelanggan untuk melakukan proses pembelian konvensional, tetapi lebih memilih agar produk dikirim oleh IKEA ke rumah mereka dengan biaya tambahan yang disepakati. Terakhir, pilihan ketiga adalah sistem layanan yang paling mutakhir. Sistem ini telah dirancang untuk memuaskan para pelanggan yang memiliki waktu terbatas. Melalui sistem layanan ini, pelanggan dapat melakukan setiap langkah dari memilih produk, memesan, serta membayarnya dari gawai atau komputer, dan menunggu produk dikirim ke alamat mereka.

Page 7: CASE STUDY SERIES #7 IKEA - cfds.fisipol.ugm.ac.id

CASE STUDY SERIES #7

5

Selain itu, untuk memperluas pangsa pasar, IKEA juga meningkatkan inovasi mereka dalam pemasaran online. IKEA mengembangkan strategi pemasaran untuk mengiklankan produk mereka melalui cara yang lebih unik dan menarik daripada peritel furnitur lainnya. Salah satu inovasi pemasaran paling cemerlang dari IKEA adalah seri web bermerek pada tahun 2008 berjudul "Easy to Assemble" yang berlangsung selama empat musim (ditambah sebuah seri musikal spin-o�) yang tersedia di YouTube. Seri web ini telah memenangkan dua Streamy Awards dan Webby Awards. Selain itu, IKEA juga meluncurkan kampanye “First: 59" di situs webnya, yang menampilkan kiat-kiat untuk memulai hari Anda dengan baik. IKEA juga membuat Share Space pada tahun 2011, yang merupakan sebuah situs berbagi foto komunitas yang menjadi penghubung bagi user-generated content merek tersebut untuk memberikan inspirasi dan cerita bagi satu sama lain.4 Proyek ini melanggengkan tujuan IKEA untuk membuat kehidupan orang-orang di rumah menjadi lebih baik. Inovasi pemasaran IKEA paling canggih lainnya adalah pembuatan pesta pernikahan online, yang memungkinkan pasangan untuk mengatur pesta pernikahan mereka secara online melalui proses yang menyerupai grup Skype massal.5 Hal ini dapat diatur tanpa mengeluarkan biaya besar dan tanpa masalah-masalah lainnya yang biasanya terjadi pada upacara pernikahan o�line. Di masa depan, inovasi pernikahan online ini mungkin akan memecahkan masalah utama pasangan muda untuk menikah, karena setiap tahun biaya pesta pernikahan selalu meningkat tajam.

Page 8: CASE STUDY SERIES #7 IKEA - cfds.fisipol.ugm.ac.id

CASE STUDY SERIES #7

6

7

Digitalisasi danPenambangan Data IKEASetelah menyelesaikan digitalisasi layanan mereka, bisnis seperti IKEA mendapatkan arus baru data pelanggan yang belum pernah mereka miliki sebelumnya. Dalam pengertian ini, data pelanggan bukan hanya informasi pribadi yang mereka da�arkan ke perusahaan, tetapi juga aktivitas belanja online mereka di situs web atau aplikasi perusahaan. Data tersebut begitu besar dan terus mengalir sehingga metode analitik data yang ditingkatkan, seperti big data, diperlukan untuk memproses data ini dengan baik untuk digunakan perusahaan.6 Data pelanggan digital ini dapat diproses dan dianalisis untuk mencari tahu berbagai pola dan tren, seperti jenis produk apa yang paling dicari pelanggan, atau apa yang mencegah pelanggan menyelesaikan transaksi mereka. Selain itu, data ini dapat digunakan untuk memutuskan cara terbaik melakukan operasi bisnis di masa depan, seperti melalui keterlibatan pelanggan.7 IKEA mendapatkan banyak dampak positif pasca membuka toko online dan mengembangkan aplikasi seluler. Sekarang, mereka dapat menciptakan pengalaman pelanggan dan pemasaran yang dipersonalisasi setelah mendapatkan data pelanggan yang kaya dan berharga melalui digitalisasi.8 Hal ini termasuk memberikan saran di situs web untuk produk yang mungkin diminati pelanggan sesuai dengan penelusuran dan pembelian sebelumnya. Dengan demikian, menurut berbagai survei, keterlibatan pelanggan IKEA membaik dan kepuasan pelanggan meningkat.9

Page 9: CASE STUDY SERIES #7 IKEA - cfds.fisipol.ugm.ac.id

CASE STUDY SERIES #7

7

Data pelanggan juga bermanfaat pada konteks ini karena telah membantu IKEA dalam menentukan operasi bisnis terbaik, salah satunya dalam komunikasi. IKEA telah mendapati bahwa mereka memiliki data demografi dan psikografis yang berhubungan dengan informasi spasial dan preferensi pelanggan mereka.10 Data tersebut telah digunakan oleh IKEA untuk mengelola operasi bisnis di kota-kota tertentu. Misalnya, perusahaan tersebut menemukan melalui data psikografis bahwa sejumlah besar pelanggan di Pittsburgh, Amerika Serikat menunjukkan respons lebih positif terhadap iklan yang terfokus pada harga rendah produk IKEA ketimbang karakteristik lainnya. Sejak saat itu, perusahaan ini telah menyesuaikan komunikasi pelanggan mereka dengan merancang komunikasi yang sangat dipersonalisasi dan terpusat pada harga yang rendah bagi pelanggan Pittsburgh. Berbagai perbaikan lain telah dilakukan dalam operasi bisnis IKEA yang didorong oleh digitalisasi, seperti pada layanan prediktif dan fokus yang bergeser ke iklan melalui media sosial. Melalui pengelolaan untuk memanfaatkan implikasi digitalisasi bisnis, IKEA menjadi salah satu peritel peralatan rumah tangga terbaik dalam segi pengalaman online. Menurut studi Qubit UX, IKEA merupakan peritel peralatan rumah tangga yang paling banyak dikunjungi dengan lebih dari 42 juta pengunjung bulanan di situs web, lima kali lebih besar dari situs pesaing terdekatnya.11 IKEA juga berhasil mengalahkan perusahaan sejenis lainnya dalam kategori “Choose” dan “Buy”, yang artinya IKEA memiliki halaman produk paling efektif dan mudah dibeli. Prestasi ini menunjukkan bahwa IKEA tidak hanya menggunakan data pelanggan dalam proses digitalisasi, tetapi juga melengkapinya dengan menyempurnakan antarmuka situs web.

Page 10: CASE STUDY SERIES #7 IKEA - cfds.fisipol.ugm.ac.id

Dari segi bisnis, proses digitalisasi memang tidak dapat dihindari oleh IKEA. Menurut laporan McKinsey, para industri unggulan perlu mentransformasi secara digital bisnis mereka secepat mungkin karena para pesaing muncul secara tidak terduga. Sebagai contoh, perusahaan kecil retail online mampu memilih sub-kategori produk dan menawarkan harga yang jauh lebih rendah dengan volume yang kecil, sehingga memaksa perusahaan-perusahaan yang lebih besar untuk melakukan hal serupa. Strategi ini, dikombinasikan dengan keunggulan digital yang tidak memerlukan jaringan distribusi kantor dan agen lokal, akan sangat membahayakan para perusahaan unggulan. Apabila mereka tidak bisa beradaptasi pada tren baru, yaitu dalam konteks ini digitalisasi bisnis mereka, perusahaan-perusahaan ini dapat tertinggal dan keluar dari kelompok “perusahaan unggulan”. Jangka waktu dan langkah-langkah yang perlu diambil para unggulan dalam digitalisasi bisnis mereka dapat dilihat pada grafis di bawah ini.12

CASE STUDY SERIES #7

8

Nilai Bisnis dan ProfitabilitasG

ambar 2: B

agaimana D

igitalisasi Mengubah Industri

Page 11: CASE STUDY SERIES #7 IKEA - cfds.fisipol.ugm.ac.id

Untuk menilai pentingnya digitalisasi di industri furnitur, patokan dari startup lain yang telah sepenuhnya menggunakan sarana digital dan perusahaan unggulan yang mengeluarkan usaha lebih sedikit dalam inovasi digital perlu dipelajari lebih lanjut. Wayfair, sebuah peritel alat rumah tangga Amerika yang beroperasi sepenuhnya secara online sebagai perusahaan e-commerce sejak 2002, merupakan salah satu patokan startup furnitur yang menikmati pertumbuhan pendapatan sejak fase digitalisasi pertamanya. Wayfair bermula dengan nama CSN Stores yang beroperasi pada satu situs, racksandstands.com, dan hanya menjual furnitur rumah dan ruang penyimpanan. Perusahaan tersebut kemudian berkembang dengan cara memasukkan pemasok lain yang menjual produk rumah tangga jenis lain melalui domain berbeda. Di tahun 2011, CSN Stores diberi merek ulang menjadi Wayfair dalam situs solid Wayfair.com untuk mengarahkan tra�ic ke dalam satu situs.13

Sejak pengoperasian pertamanya, Wayfair telah mengalami pertumbuhan besar secara ukuran karena peningkatan pendapatannya yang konstan. Perusahaan tersebut berpendapatan sebesar $100 juta pada tahun 2006, $380 juta pada tahun 2010, lebih dari $500 juta pada tahun 2011, lebih dari $600 juta pada tahun 2012, lebih dari $900 juta pada tahun 2013, lebih dari $1,4 miliar pada tahun 2014, dan $2,25 miliar di tahun 2015.14 Jumlah penjualan tercatat terbaru Wayfair cukup mengesankan bagi peritel yang hanya beroperasi secara online. Wayfair berhasil karena mereka tetap mempertahankan kehadiran online mereka, meskipun pada awalnya di tahun 2002, para produsen tidak tertarik dengan bisnis yang beroperasi semata-mata melalui Internet.15 Dengan berfokus pada pengembangan online dan memanfaatkan potensi besar e-commerce, Wayfair telah menjadi salah satu peritel peralatan rumah tangga online terbesar di dunia.

CASE STUDY SERIES #7

9

Page 12: CASE STUDY SERIES #7 IKEA - cfds.fisipol.ugm.ac.id

Di sisi lain, Roomstores, salah satu peritel furnitur terbesar di Amerika Serikat, mengajukan 'kebangkrutan bab 11' pada 18 Desember 2015. Penurunan ekonomi menjadi pemicu pengajuan ini. Tetapi, bahkan pasar pulih setelah krisis dan persaingan di marketplace meningkat secara signifikan. Menurut data pengajuan, penjualan kotor telah turun menjadi sekitar $70.7 juta pada tahun 2014 dari $76.2 juta di tahun 2013. Penjualan diharapkan mencapai $63 juta pada tahun 2015.16 Saat perusahaan tersebut memiliki pendapatan bersih sebesar $765.000 pada tahun 2013, dalam pengajuannya dikatakan bahwa perusahaan tersebut mengalami kerugian sekitar $476.000 pada tahun 2014. Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat empat kali lipat tahun ini karena adanya penurunan margin yang tengah berlangsung. Dalam pengajuannya, kebangkrutan terjadi karena meningkatnya persaingan dan pada gilirannya, margin dapat berkurang secara signifikan. Persaingan di sini sebagian besar terkait dengan inovasi bisnis digital di mana pelanggan mencoba mencari produk yang lebih murah dengan kualitas tinggi secara online. Pasca tahun 2010 hingga sekarang, ada banyak pesaing peritel furnitur yang menggunakan platform online sebagai alat untuk meningkatkan penjualan. Pesaing ini adalah Wayfair, Conn’s, Living Space, dan American Warehouse. Roomstores hanya melakukan sedikit digitalisasi dalam bisnis mereka. Satu-satunya digitalisasi yang dapat dilihat hanyalah situs web dan halaman facebook, tidak ada aplikasi atau medis digital lainnya. Perusahaan tersebut sangatlah bergantung pada penjualan o�line, dan sebagai hasilnya ia tidak dapat bersaing dengan para kompetitor yang telah beradaptasi dengan kemajuan teknologi.

CASE STUDY SERIES #7

10

Figur 3: Pertumbuhan Pendapatan Wayfair 2006-2015

2006 2010 2011 2012 2013 2014 2015

750

1500

2250

3000

Juta

US D

olar

($U

S)

Pertumbuhan Pendapatan Wayfair

Pertumbuhan Pendapatan Wayfair

Page 13: CASE STUDY SERIES #7 IKEA - cfds.fisipol.ugm.ac.id

Sebagai sebuah perusahaan unggulan dalam industri mebel, IKEA memahami bahwa inovasi bisnis digital adalah salah satu cara untuk bertahan. Dengan lebih dari 42 juta pengunjung bulanan di situs web mereka, yang lima kali lebih besar dari pesaing terdekatnya, IKEA berhasil melewati titik kritis dengan memanfaatkan tren terbaru augmented reality. Keputusan IKEA untuk merangkul augmented reality dapat dirasionalisasikan atas alasan profitabilitas. Satu tahun setelah IKEA meningkatkan aplikasi mobile-nya dengan augmented reality, Accenture mengadakan survei yang menyebutkan bahwa ada kemungkinan 86% pelanggan akan membeli produk melalui augmented reality.17 Teknologi ini sangat membantu meningkatkan konversi penjualan dengan memastikan bahwa pelanggan menemukan produk yang mereka inginkan bahkan jika, misalnya, barang yang diinginkan sedang tidak tersedia, dan hal ini pada saat yang sama juga menghemat waktu pelanggan.

Digitalisasi IKEA menyesuaikan dengan peningkatan penggunaan ponsel cerdas dalam periode waktu ini. Peningkatan ini menyebabkan pergeseran perilaku pelanggan dari pembelian produk langsung di toko fisik, ke penjelajahan dan pembelian di katalog online perusahaan. Dengan memahami bahwa penggunaan ponsel semakin meningkat dan perilaku pelanggan telah bergeser secara digital, perusahaan ini mengembangkan aplikasi untuk menempatkan furnitur dengan teknologi Augmented Reality untuk membantu pelanggan dalam memilih produk yang sesuai dengan ruangan di rumah mereka. Aplikasi ini telah merevolusi perbelanjaan peralatan rumah tangga karena telah menempatkan pelanggan di tengah panggung tiap transaksi dan telah memberikan makna baru bagi personalisasi pengalaman pelanggan. Aplikasi yang berpusat pada pengguna ini juga telah menjadi fitur yang berbeda dari IKEA.

CASE STUDY SERIES #7

11

Contoh penggunaan augmented reality apa yang dapatmeningkatkan kemungkinan Anda untuk membeli produk?

Gambar 4: Cara Augmented Reality Meningkatkan Pengalaman Pelanggan dan Mendorong Pertumbuhan18

Page 14: CASE STUDY SERIES #7 IKEA - cfds.fisipol.ugm.ac.id

Kemungkinan bagi kemampuan IKEA untuk meningkatkan penjualan melalui augmented reality dapat dilihat melalui statistik pendapatan. Dengan asumsi bahwa 1,9 miliar pelanggan yang mengakses situs web tersebut juga mengakses aplikasi dengan augmented reality, IKEA mungkin akan memperoleh laba penting pada tahun fiskal 2015 dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2015, total penjualan IKEA meningkat 11,2%, dari €29,3 miliar pada tahun 2014 menjadi €32,7 miliar di tahun 2015.19 Pendapatan ini menunjukkan bahwa bisnis digital meningkatkan skalabilitas perusahaan. Dalam pengertian ini, skala dapat diukur sebagai peningkatan pangsa pasar dan jumlah penjualan yang meningkat melalui pengalaman luar biasa pengguna yang diberikan oleh augmented reality. Titik kritis pendapatan mungkin tidak akan meningkat secara signifikan seperti pada kasus Wayfair dan startup furnitur lainnya. Namun, sebagai incumbent, kemampuan IKEA untuk mempertahankan penjualan dan meningkatkannya ke titik tertentu dapat dikatakan sebagai sebuah pencapaian. Hal ini dikarenakan incumbent yang tidak menggunakan atau kurang memperhatikan digitalisasi cenderung tertinggal atau mengalami penurunan. Di sisi lain, incumbent yang dapat beradaptasi dengan situasi akan bertahan tetapi tidak akan melihat peningkatan atau lompatan besar pada penjualan mereka.

CASE STUDY SERIES #7

12

Gam

bar 5: Pendapatan IKEA

2004-2015

Pendapatan Total 2004-2015

Page 15: CASE STUDY SERIES #7 IKEA - cfds.fisipol.ugm.ac.id

Selain pendapatan, digitalisasi bisnis juga membantu mengurangi biaya. Ada dua hal dari segi biaya yang dapat sangat ditekan melalui digitalisasi, yaitu biaya tenaga kerja dan pengurangan risiko laba. Pada biaya tenaga kerja, keuntungan biaya dapat menjadi signifikan karena peritel online dapat menghasilkan tiga kali lipat tingkat pendapatan per karyawan, bahkan sebagai discounter dengan kinerja terbaik.20 Di segi risiko, digitalisasi dapat meningkatkan laba atas investasi katalog IKEA, dan membantu memverifikasi bahwa materi mereka sudah diperbarui. IKEA secara berkala merilis katalog, dan melalui augmented reality, IKEA dapat mengamankan dan meningkatkan laba atas investasi katalog karena, melalui teknologi ini, tingkat konversi penjualan mencapai 86%.

CASE STUDY SERIES #7

13

Page 16: CASE STUDY SERIES #7 IKEA - cfds.fisipol.ugm.ac.id

IKEA menyadari sepenuhnya bahwa digitalisasi bisnis tidak hanya akan menyelamatkan mereka dari ketertinggalan dan penurunan penjualan, tetapi juga memberi mereka laba yang tinggi dalam jangka panjang. Ada dua hal yang dapat kita pelajari dari strategi digitalisasi industri furnitur unggulan ini. Pertama, digitalisasi bisnis akan mampu mendukung inovasi produk yang tepat dan maksimal melalui data yang cukup yang dapat diperoleh dalam dunia digital. Kecepatan data pelanggan yang lebih tinggi telah membantu IKEA dalam menentukan operasi bisnis terbaik, salah satunya dalam segi komunikasi. Seperti contohnya psikografis pelanggan di Pittsburgh, Amerika Serikat, yang pada akhirnya membuat IKEA menyesuaikan komunikasi pelanggan mereka dengan merancang komunikasi yang terfokus pada personalisasi tinggi dan harga rendah untuk pelanggan Pittsburgh. Selain itu, data tersebut memungkinkan IKEA untuk memiliki layanan yang preddiktif, dan perubahan fokus ke periklanan melalui media sosial telah berkontribusi untuk peningkatan produktivitas perusahaan.

Kedua, digitalisasi bisnis juga akan membantu incumbent untuk meraup penjualan lebih tinggi dan menurunkan biaya secara signifikan. Tren digital baru augmented reality membantu IKEA meraih pendapatan yang lebih tinggi karena adanya 86% konversi in-sale melalui teknologi ini. Peningkatan penjualan melalui augmented reality dapat dilihat melalui statistik pada tahun 2015. Penjualan total IKEA meningkat 11,2%, dari €29,3 miliar pada tahun 2014 menjadi €32,7 miliar pada tahun 2015. Dari segi biaya, keuntungan dapat menjadi signifikan karena peritel online dapat menghasilkan tiga kali lipat tingkat pendapatan per karyawan bahkan sebagai discounter berkinerja terbaik. Selain itu, hal tersebut dapat meningkatkan laba investasi katalog IKEA dan membantu memverifikasi bahwa materi mereka telah diperbarui.

CASE STUDY SERIES #7

14

Kesimpulan

Page 17: CASE STUDY SERIES #7 IKEA - cfds.fisipol.ugm.ac.id

[1] IKEA. (2016). ‘IKEA Key Figures’. [Daring]. Tersedia di: http://www.ikea.com/gb/en/this-is-ikea/about-the-ikea-group/key-figures/. [Diakses pada 26 November 2016]. [2] Krashinsky, S. (2012). ‘IKEA catalogue goes digital with ‘augmented reality.’ The Globe and Mail [Daring]. Tersedia di: http://www.theglobeandmail.com/technology/business-technology/ikea-catalogue-goes-digital-with-augmented-reality/article4435282/. [Diakses pada 19 November 2016]. [3] Krashinsky, S. (2012) [4] The Share Space. ‘The Share Space (Home)’. [Daring]. Tersedia di: http://www.theshare-space.com/. [Diakses pada 19 November 2016]. [5] Morgan, M. (2015). ‘Flatpacks, futons and a lifetime commitment for sale at IKEA: Store launches online wedding service for couples to tie the knot while guests watch from around the world.’ Daily Mail [Daring]. Tersedia di: http://www.dailymail.co.uk/femail/article-3038416/IKEA-launches-online-wedding-service-couples-tie-knot-guests-watch-world.html. [Diakses pada 19 November 2016]. [6] Cavanillas, J. M., Curry, E., & Wahlster, W. (2016). ‘New Horizons for a Data-Driven Economy: A Roadmap for Usage and Exploitation of Big Data in Europe.’ Springer Open Publishing. [7] Strategy&. (2013). ‘The Varying E�ects of Digitization on Economic Growth and Job Creation – A Global Perspective’. [Daring]. Tersedia di: http://www.strategyand.pwc.com/me/home/press_media/management_consulting_press_releases/details/52364755. [Diakses pada on 27 November 2016]. [8] American Marketing Association – Tampa Bay. (2016). ‘How IKEA uses Analytics to Shape the Customer Journey’. [Daring]. Tersedia di: http://www.amatampabay.org/market-research/ikea-uses-analytics-shape-customer-journey/. [Diakses pada 27 November 2016]. [9] Issakson, R, & Suljanovic, M. (2006) The Ikea Experience, Bachelor Thesis at Luleå University of Technology. [10] Harrison, N., (2012). ‘Analysis: How IKEA changed furniture retailing forever.’ RetailWeek. [Daring]. Tersedia di: https://www.retail-week.com/analysis-how-ikea-changed-furniture-retailing-forever/5042515.article. [Diakses pada on 27 November 2016]. [11] Ratcli�, C. (2014). ‘Homeware site UX test: IKEA, Pottery Barn and Crate & Barrel.’ Econsultancy [Daring]. Tersedia di: https://econsultancy.com/blog/64131-homeware-site-ux-test-ikea-pottery-barn-and-crate-barrel. [Diakses pada 27 November 2016].

CASE STUDY SERIES #7

15

Referensi

Page 18: CASE STUDY SERIES #7 IKEA - cfds.fisipol.ugm.ac.id

[12] Hirt, M. & Willmott, P. (2014). ‘Strategic Principles for Competing in The Digital Age.’ McKinsey [Daring]. Tersedia di: http://www.mckinsey.com/business-functions/strategy-and-corporate-finance/our-insights/strategic-principles-for-competing-in-the-digital-age.[Diakses pada 27 November 2016].[13] Taylor, C. (2011). ‘How Wayfair quietly built a $500M a year web business’. [Daring] Gigaom. Tersedia di: https://gigaom.com/2011/12/28/wayfair/ [Diakses pada 06 Jan. 2015]. [14] Wayfair, LLC (2016). Wayfair 2015 Annual Report. [PDF] hal. 49 [15] Primack, D. (2014). ‘Wayfair files for $350 million IPO.’ [Daring] Fortune. Tersedia di: http://fortune.com/2014/08/15/wayfair-files-for-350-million-ipo/. [Diakses pada 06 December 2016]. [16] Russel, T. (2015). ‘Bankruptcy Filing: Competition Killed The RoomStore’. [Daring]. Tersedia di: http://www.furnituretoday.com/article/526958-bankruptcy-filing-competition-killed-roomstor. [Diakses pada 10 January 2017]. [17] Accenture. (2014). ‘Life On The Digital Edge: How Augmented Reality Can Enhance Customer Experience And Drive Growth’. [Daring]. Tersedia di: https://www.accenture.com/t20150521T005730__w__/us-en/_acnmedia/Accenture/Conversion-Assets/DotCom/Documents/Global/PDF/Dualpub_8/Accenture-Augmented-Reality-Customer-Experience-Drive-Growth.pdf. [Diakses pada 19 November 2016]. [18] Accenture. (2014). [19] IKEA. (2016). [20] Hirt, M. & Willmott, P.

Di sisi lain, Roomstores, salah satu peritel furnitur terbesar di Amerika Serikat, mengajukan 'kebangkrutan bab 11' pada 18 Desember 2015. Penurunan ekonomi menjadi pemicu pengajuan ini. Tetapi, bahkan pasar pulih setelah krisis dan persaingan di marketplace meningkat secara signifikan. Menurut data pengajuan, penjualan kotor telah turun menjadi sekitar $70.7 juta pada tahun 2014 dari $76.2 juta di tahun 2013. Penjualan diharapkan mencapai $63 juta pada tahun 2015.16 Saat perusahaan tersebut memiliki pendapatan bersih sebesar $765.000 pada tahun 2013, dalam pengajuannya dikatakan bahwa perusahaan tersebut mengalami kerugian sekitar $476.000 pada tahun 2014. Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat empat kali lipat tahun ini karena adanya penurunan margin yang tengah berlangsung. Dalam pengajuannya, kebangkrutan terjadi karena meningkatnya persaingan dan pada gilirannya, margin dapat berkurang secara signifikan. Persaingan di sini sebagian besar terkait dengan inovasi bisnis digital di mana pelanggan mencoba mencari produk yang lebih murah dengan kualitas tinggi secara online. Pasca tahun 2010 hingga sekarang, ada banyak pesaing peritel furnitur yang menggunakan platform online sebagai alat untuk meningkatkan penjualan. Pesaing ini adalah Wayfair, Conn’s, Living Space, dan American Warehouse. Roomstores hanya melakukan sedikit digitalisasi dalam bisnis mereka. Satu-satunya digitalisasi yang dapat dilihat hanyalah situs web dan halaman facebook, tidak ada aplikasi atau medis digital lainnya. Perusahaan tersebut sangatlah bergantung pada penjualan o�line, dan sebagai hasilnya ia tidak dapat bersaing dengan para kompetitor yang telah beradaptasi dengan kemajuan teknologi.

CASE STUDY SERIES #7

16

Page 19: CASE STUDY SERIES #7 IKEA - cfds.fisipol.ugm.ac.id
Page 20: CASE STUDY SERIES #7 IKEA - cfds.fisipol.ugm.ac.id

CASE STUDY SERIES #7

20

Address: Center for Digital Society (CfDS) Room BC 202 -201, Faculty of Social and Political Sciences , Universitas Gadjah Mada Jalan Sosio Yustisia 1, Bulaksumur, Yogyakarta

Contact Us: E-mail :CfDS.�[email protected] Website : cfds.�sipol.ugm.ac.id Facebook : Center for Digital Society Line : @bvh2559y Twitter : cfds_ugm Instagram : cfds_ugm

Phone 0274 563362 ext 116