CASE Sarahh

37
Pembimbing: dr. Agah Gadjali, Sp. M dr. Gartati Ismail, Sp. M dr. Henry A. Wibowo, Sp. M dr. Hermansyah, Sp. M dr. Mustafa K. Shahab, Sp. M Disusun oleh: Syahirah Shahab 1102010274 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. I RADEN SAID SUKANTO Konjungtivitis Virus

description

CASE KONJ.VIRUS

Transcript of CASE Sarahh

Pembimbing:dr. Agah Gadjali, Sp. Mdr. Gartati Ismail, Sp. M

dr. Henry A. Wibowo, Sp. Mdr. Hermansyah, Sp. M

dr. Mustafa K. Shahab, Sp. M 

Disusun oleh:Syahirah Shahab

1102010274

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATARUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. I RADEN SAID SUKANTO

Konjungtivitis Virus

IDENTITAS PASIEN• No. Rekam Medis: 660522• Nama : An. A • Umur : 3 tahun• Jenis Kelamin : Perempuan• Tanggal lahir : 30 Maret 2012• Agama : Islam• Bangsa / Suku : Indonesia / Jawa • Pendidikan : Belum sekolah• Alamat : Komp. Polri EX SPN RT 03 / 05 No.

14, Jakarta Timur• Status : Belum menikah• Tanggal pemeriksaan : Jumat, 7 Agustus 2015

ANAMNESA (Alloanamnesis dengan ibu pasien pada 07 Agustus 2015)

• Keluhan Utama : Mata kanan merah dan kelopak bawah mata kanan bengkak sejak 1 hari SMRS.

• Keluhan tambahan : Mata kanan dan kiri berair

Riwayat Penyakit Sekarang:• Pasien diantar oleh ibunya datang ke Poliklinik Mata RS

Polri dengan keluhan mata kanan merah dan bengkak pada kelopak bawah mata kanan sejak 1 hari sebelum datang ke RS. Sebelumnya pasien mengatakan kepada orang tuanya bahwa mata kanan pasien seperti ada debu didalamnya. Menurut orang tua pasien, pasien sering “mengucek” matanya dan mata kanan dan kiri selalu berair. Cairan yang keluar berwarna bening seperti air mata. Orang tua pasien sudah mencoba untuk mencuci mata pasien dengan menggunakan air bersih, namun tidak ada perbaikan. Menurut orang tua pasien jika pasien melihat jauh pasien tidak memicingkan mata, dan jika menonton tv pasien tidak menonton dari jarak yang dekat.Pasien tidak mengeluh nyeri sekitar mata, sakit kepala dan muntah.

• Riwayat Penyakit Dahulu : • Riwayat penyakit diabetes melitus disangkal• Riwayat penyakit hipertensi disangkal• Riwayat mengalami benturan atau trauma benda lain disangkal• Riwayat menggunakan kacamata disangkal • Riwayat sakit serupa (-) • Riwayat alergi makanan disangkal• Riwayat alergi obat disangkal

Riwayat penyakit keluarga• Riwayat keluarga dengan sakit yang sama disangkal • Riwayat penyakit diabetes melitus disangkal• Riwayat penyakit hipertensi disangkal

PEMERIKSAAN FISIK

Status generalis:• Keadaan umum : Baik • Kesadaran : Compos Mentis• Tanda Vital• Tekanan darah : -• Nadi : 100 kali/menit• Respirasi : 24 kali/menit• Suhu : afebris • Pembesaran KGB preaurikular dan retroaurikular -/-

STATUS OFTALMOLOGI

• INSPEKSI

  OD OS

Visus Kesan Baik Kesan Baik

TIO Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi

Posisi Hirschberg ortoforia

Gerakan bola

mata  

 

 

 

Palpebra superior Edema (-), Hiperemis

(+),

Edema

(-),hiperemis (-),  

Palpebra

inferior

Edema(+),hiperemis

(+), 

Edema (-), hiperemis

(-) 

Konjungtiva

tarsalis

superior

Hiperemis (-), papil

(-)

Hiperemis (-), papil (-)

Konjungtiva

tarsalis inferior

Hiperemis (+), papil

(-), Epifora (+)

Hiperemis (+), papil

(-), Epifora (+)

Konjungtiva

bulbi

Injeksi konjungtiva

(+)

Tenang

Kornea Jernih Jernih

Bilik mata

depan

Sedang, jernih,

 

Sedang, jernih,

 

Iris Coklat, (+) radier (+)

,kripti (+)

Coklat (+), radier (+)

, kripti (+)

Pupil Bulat (+),Sentral (+),

RCL(+), RCTL (+)

Diameter 3 mm

Bulat (+),Sentral (+),

RCL(+), RCTL (+),

Diameter 3 mm

Lensa Jernih Jernih

Vitreous Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi

Fundus Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi

RESUME• Pasien perempuan berumur 3 tahun datang

dengan keluhan mata kanan merah dan bengkak pada kelopak bawah mata kanan sejak 1 hari sebelum datang ke RS. Sebelumnya pasien mengatakan kepada orang tuanya bahwa mata kanan pasien seperti ada debu didalamnya. Menurut orang tua pasien, pasien sering “mengucek” matanya dan mata kanan dan kiri selalu berair. Cairan yang keluar berwarna bening seperti air mata. Orang tua pasien sudah mencoba untuk mencuci mata pasien dengan menggunakan air bersih, namun tidak ada perbaikan. Menurut orang tua pasien jika pasien melihat jauh pasien tidak memicingkan mata, dan jika menonton tv pasien tidak menonton dari jarak yang dekat.

Pada pemeriksaan Status Oftalmologikus:• Palpebra inferior OD :

o Edema (+)o Hiperemis (+)

 • Konjungtiva tarsalis inferior ODS :

o Hiperemis (+)o Epifora (+)

 • Konjungtiva bulbi OD : 

o Injeksi konjungtiva (+)

DIAGNOSIS KERJA• Konjungtivitis Virus ODS

 

DIAGNOSIS BANDING• Konjungtivitis Bakteri ODS

PENATALAKSANAAN• Farmakologi :Dexamethasone sodium phosphate 1 mg/mL, polymixin b sulfate 10000 iu/mL, neomycin sulfate 3,5 mg/mL (Polydex) 4 x 1 tetes ODS

• Monitor :Visus, tanda – tanda infeksi dan tanda – tanda peradangan.

• Edukasi :o Menggunakan obat secara teraturo Dilarang menggosok mata dengan tangano Segera cuci tangan dengan sabun setelah kontak dengan mata,

terutama sebelum dan sesudah membersihkan mata dan memakai obat → untuk mencegah penularan.

o Tidur mengarah ke mata yang sakit.

PROGNOSIS• Quo Ad Vitam : Ad Bonam • Quo Ad Fungsionam : Ad Bonam• Quo Ad Sanactionam : Ad Bonam• Quo Ad Cosmetican : Ad Bonam

Tinjauan Pustaka Anatomi konjungtiva

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus.

Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:• Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan

posterior dari palpebra)• Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian

permukaan anterior bola mata)• Konjungtiva forniks (bagian transisi yang

membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra dan bola mata) 1

• Fungsi dari konjungtiva adalah memproduksi air mata, menyediakan  kebutuhan oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka dan melindungi mata, dengan mekanisme pertahanan nonspesifik yang berupa barier epitel, aktivitas lakrimasi, dan menyuplai darah. Selain itu, terdapat pertahanan spesifik berupa mekanisme imunologis seperti sel mast, leukosit, adanya jaringan limfoid pada mukosa tersebut dan antibodi dalam bentuk IgA. 3

Kelenjar konjungtiva1. Mucin secretoty glands: Merupakan sel goblet (kelenjar uniselullar yang terletak di dalam epithelium), crypts of henle (terdapat di konjungtiva tarsal) dan kelenjar manz (terdapat di limbal konjungtiva). Kelenjar ini menghasilkan mukus yang beguna untuk membasahi kornea dan konjungtiva.5

2. Kelenjar airmata asesori, meliputi:• Kelenjar Krause (terdapat di jaringan subkonjungtiva

fornik, dimana terdapar 42 kelenjar di fornik atas, dan 8 kelenjar di fornik bawah)

• Kelenjar Wolfring (terdapat di sepanjang bagian atas dari tasus superior maupun inferior).5

Konjungtivitis • Konjungtivitis adalah peradangan membran

mukosa yang membungkus permukaan bagian anterior mata (sklera) dan permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia dan berkaitan dengan penyakit sistemik.

Reaksi inflamasi ini ditandai dengan dilatasi vaskular, infiltrasi seluler dan eksudasi. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah.

1. Berdasarkan waktu: • Akut• Kronis2. Berdasarkan penyebabnya: 1

• Konjungtivitis Bakterio Konjungtivitis bakteri hiperakut (N gonorrhoeae, N meningitidis, N kochii)o Konjungtivitis mukopurulen (catarrhal)o Konjungtivitis difterio Konjungtivitis folikulero Konjungtivitis angularo Blefarokonjungivitis

• Konjungtivitis akut viralo Keratokonjungtivitis epidemikao Demam faringokonjungtivao Keratokonjungtivitis herpetiko Keratokonjungtivitis New Castleo Konjungtivitis hemoragik akut pendarahan subkonjungtiva (+)

• Konjungtivitis Klamidia o Trakomao Konjungtivitis Inklusi

• Konjungtivitis akut jamur• Konjungtivitis imunologik (alergika)

o Konjungtivitis vernalo Konjungtivitis flikten

• Konjungtivitis neonatorum• Konjungtivitis Rickettsia• Konjungtivitis parasit• Konjungtivitis akibat penyakit autoimun• Konjungtivitis kimia atau iritatif• Konjungtivitis yang penyebabnya tidak diketahui• Konjungtivitis yang berhubungan dengan penyakit sistemik3. Berdasarkan onset / waktu terjadinya penyakit 5 :

• Konjungtivitis Hiperakuto Noenatorum Gonoroe Conjunctivitiso Chemical Conjunctivitiso Adult Gonoroe Conjunctivitis

• Konjungtivitis Akuto Cataralis Acute Conjunctivitiso Adult Inclusion Conjunctivitiso Blennorhoe Inclusion Conjunctivitiso Acute Follicular Conjunctivitis

• Pharyngo Conjunctival Fever (PCF)• Epidemic Kerato Conjunctivitis (EKC)• Herpes Simpleks Conjunctivitis (HSC)• New Castle Conjunctivitis (NCC)• Acute Haemorrhagic Conjunctivitis (AHC)• Inclusion Conjunctivitis• Other Clamidya Conjunctivitis

• Konjungtivits Kroniko Konjungtivitis Trakomao Konjungtivitis Non-Trakoma

Temuan klinis dan sitologi Viral Bakterial Klamidial Alergik

Gatal - - - ++

Hiperemis + ++ + +

Eksudasi Minimal Berlebihan Berlebihan Minimal

Sekret Serous mucous Purulen, kuning, krusta Purulen, kuning, krusta Viscous

Kemosis ± ++ + ++

Lakrimasi ++ + + ±

Folikel + - + +

Papil - + + +

Pseudomembran ± ± ± -

Pembesaran kelenjar limfe ++ + + -

Panus - - + -

Bersamaan dengan keratitis ± ± ± -

Adenopati periaurikuler Umum Tidak umum Umum hanya pada

konjungtivitis inklusi

Tidak ada

Pewarnaan terhadap

eksudat dan kerokan

Monosit Bakteri, PMN PMN, sel plasma, badan

inklusi

Eosinofil

Sakit tenggorokan dan

demam yang menyertai

Kadang-kadang Kadang-kadang Tidak pernah Tidak pernah

Konjungtivitis Virus• Glandula lakrima aksesori (Kraus dan Wolfring)

serta sel Goblet yang terdapat pada konjungtiva bertanggung jawab untuk mempertahankan lubrikasi mata. Seperti halnya membrane mukosa lain, agen infeksi dapat melekat dan mengalahkan mekanisme pertahanan normal dan menimbulkan gejala kinis seperti mata merah, iritasi serta fotofobia. Pada umumnya konjungtivitis merupakan proses yang dapat menyembuh dengan sendirinya, namun pada beberapa kasus dapat menimbulkan infeksi dan komplikasi yang berat tergantung daya tahan tubuh dan virulensi virus tersebut.3

o Demam faringokonjungtival

• Tipe ini biasanya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan kadang-kadang tipe 4 dan 7. Demam faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3 - 400C, sakit tenggorokan, dan konjungtivitis pada satu atau dua mata. Folikel sering mencolok pada kedua konjungtiva, dan pada mukosa faring. Penyakit ini dapat terjadi bilateral atau unilateral. Mata merah dan berair mata sering terjadi, dapat disertai keratitis superficial sementara ataupun sedikit kekeruhan di daerah subepitel. Limfadenopati preaurikuler yang muncul tidak disertai nyeri tekan. Sindrom yang ditemukan pada pasien mungkin tidak lengkap, hanya terdiri atas satu atau dua gejala utama (demam, faringitis, dan konjungtivitis).1,2

o Keratokonjungtivitis epidemika:• Keratokonjungtivitis epidemika disebabkan oleh adenovirus

subgroup D tipe 8, 19, 29, dan 37. Konjungtivitis yang timbul umumnya bilateral. Awitan sering pada satu mata kemudian menyebar ke mata yang lain. Mata pertama biasanya lebih parah. Gejala awal berupa nyeri sedang dan berair mata, diikuti dalam 5-14 hari kemudian dengan fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. Fase akut ditandai dengan edema palpebra, kemosis, dan hiperemia konjungtiva. Dalam 24 jam sering muncul folikel dan perdarahan konjungtiva. Kadang-kadang dapat terbentuk pseudomembran ataupun membran sejati yang dapat meninggalkan parut datar ataupun symblepharon. Konjungtivitis berlangsung selama 3-4 minggu. Kekeruhan epitel terjadi di pusat kornea, menetap berbulan-bulan namun menyembuh tanpa disertai parut.1,2

o Konjungtivitis virus herpes simpleks (HSV)• Konjungtivitis HSV umumnya terjadi ada anak-anak dan merupakan keadaan luar

biasa yang ditandai pelebaran pembuluh darah unilateral, iritasi, disertai sekret mukoid, dan fotofobia. Konjungtivitis dapat muncul sebagai infeksi primer HSV atau pada episode kambuh herpes mata. Sering disertai keratitis herpes simpleks, dengan kornea menampakkan lesi-lesi eptelial tersendiri yang umumnya menyatu membentuk satu ulkus atau ulkus epithelial yang bercabang banyak (dendritik). Konjungtivitis yang terjadi mumnya folikuler namun dapat juga pseudomembranosa. Vesikel herpes kadang-kadang muncul di palpebra dan tepian palebra, disertai edema berat pada palpebra. Nodus preaurikuler yang nyeri tekan adalah gejala yang khas untuk konjungtivitis HSV.1,2

o Konjungtivitis hemoragika akut• Konjungtivitis hemoragika akut disebabkan oleh enterovirus tipe 70 dan kadang-

kadang oleh virus coxsakie tpe A24. Yang khas pada konjungtivitis tipe ini adalah masa inkubasi yang pendek (sekitar 8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-7 hari). Gejala dan tandanya adalah rasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air mata, edema palpebra, dan perdarahan subkonjungtiva. Kadang-kadang dapat timul kemosis. Perdarahan subkonjungtiva yang terjadi umumnya difus, namun dapat diawali oleh bintik-bintik perdarahan. Perdarahan berawal dari konjungtiva bulbi superior menyebar ke bawah. Pada sebagian besar kasus, didapatkan limfadenopati preaurikular, folikel konjungtiva, dan keratitis epithelia. Pada beberapa kasus dapat terjadi uveitis anterior dengan gejala demam, malaise, dan mialgia. Transmisi terjadi melalui kontak erat dari orang ke orang melalui media sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air.1,2

Konjungtivitis virus menahun meliputi:• Blefarokonjungtivitis Mulloskum KontagiosumMolluscum kontagiosum ditandai dengan adanya reaksi radang dengan infiltrasi mononuclear dengan lesi berbentuk bulat, berombak, berwarna putih-mutiara, dengan daerah pusat yang non radang. Nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis mata apat menimbulkan konjungtivitis folikuler menahun unilateral, keratitis superior, dan pannus superior, dan mungkin menyerupai trachoma.1

• Blefarokonjungtivitis varicella-zosterBlefarokonjungtivitis varicella-zoster ditandai dengan hiperemia dan konjungtivitis infiltratif yang disertai erupsi vesikuler sepanjang penyebaran dermatom nervus trigeminus cabang oftalmika. Konjungtivitis yang terjadi umumnya bersifat papiler, namun dapat pula membentuk folikel, pseudomembran, dan vesikel temporer yang kemudian berulserasi. Pada awal perjalanan penyakit dapat ditemukan pembesaran kelenjar preaurikula yang nyeri tekan. Selanjutnya dapat terbentuk parut palpebra, entropion, dan bulu mata salah arah. Lesi palpebra dari varicella dapat terbentuk di bagian tepi ataupun di dalam palpebra sendiri dan seringkali meninggalkan parut. Sering timbul konjungtivitis eksudatif ringan, tetapi lesi konjungtiva yang jelas (kecuali pada limbus) sangat jarang terjadi. Lesi di limbus menyerupai phlyctenula dan dapat melalui tahap-tahap vesikel, papula, dan ulkus. Kornea di dekatnya mengalami infiltrasi dan bertambah pembuluh darahnya.1

• Keratokonjungtivitis morbili.Enantema khas morbili seringkali mandahului erupsi kulit. Pada tahap awal konjungtiva nampak seperti kaca yang aneh, yang dalam beberapa hari diikuti pembengkakan lipatan semilunar (tanda Meyer). Beberapa hari sebelum erupsi kulit timbul konjungtivitis eksudatif dengan sekret mukopurulen. Bersamaaan dengan munculnya erupsi kulit akan timbul bercak-bercak koplik pada konjungtiva dan kadang-kadang pada carunculus. Keratitis epithelial dapat terjadi pada anak-anak dan orang tua.1

Penatalaksanaan • Konjungtivitis viral biasanya bersifat suportif dan

merupakan terapi simptomatis, belum ada bukti yang menunjukkan keefektifan penggunaan antiviral. Umumnya mata bisa dibuat lebih nyaman dengan pemberian cairan pelembab. Kompres dingin pada mata 3 – 4 x / hari juga dikatakan dapat membantu kesembuhan pasien. Penggunaan kortikosteroid untuk penatalaksanaan konjungtivitis viral harus dihindari karena dapat memperburuk infeksi

Pembahasan Teori Pasien

Gejala • Pembengkakan.• Rasa nyeri pada kelopak mata.• Perasaan tidak nyaman dan

sensasi terbakar pada kelopak mata.

• Epifora • Rasa mengganjal • Gatal

• Pembengkakan pada kelopak mata kanan bawah • Rasa mengganjal• Epifora• Gatal

Thank you