Case OMSK

66
BAB I LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut “congek” adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otore) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous, atau purulen. Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. 1,2 Prevalensi OMSK di dunia adalah 65.000.000- 330.000.000 jiwa, 94% diantaranya terdapat di negara berkembang. Jumlah pasien OMSK tipe maligna adalah 64 setiap tahunnya. Jumlah penderita ini kecil kemungkinan untuk berkurang bahkan mungkin bertambah setiap tahunnya mengingat kondisi ekonomi yang masih buruk kesadaran masyarakat akan kesehatan yang masih rendah dan pengobatan yang tidak tuntas. Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit THT yang paling banyak ditemukan di negara sedang berkembang. Secara umum, insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% 1

description

Case OMSK

Transcript of Case OMSK

42

BAB ILATAR BELAKANG

1.1.Latar BelakangOtitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut congek adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otore) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous, atau purulen. Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa.1,2Prevalensi OMSK di dunia adalah 65.000.000-330.000.000 jiwa, 94% diantaranya terdapat di negara berkembang. Jumlah pasien OMSK tipe maligna adalah 64 setiap tahunnya. Jumlah penderita ini kecil kemungkinan untuk berkurang bahkan mungkin bertambah setiap tahunnya mengingat kondisi ekonomi yang masih buruk kesadaran masyarakat akan kesehatan yang masih rendah dan pengobatan yang tidak tuntas. Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit THT yang paling banyak ditemukan di negara sedang berkembang. Secara umum, insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan termasuk dalam klasifikasi tinggi dibandingkan dengan beberapa negara lain. Berdasarkan Survei Nasional Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran oleh Departemen Kesehatan RI tahun 1994-1996, angka kesakitan (morbiditas) Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT) di Indonesia sebesar 38,6% dengan prevalensi morbiditas tertinggi pada kasus telinga dan gangguan pendengaran yaitu sebesar 38,6% dan prevalensi otitis media supuratif kronis antara 2,1-5,2%. 3,4OMSK dapat terbagi atas 2 yaitu OMSK tipe aman dan OMSK tipe bahaya. Peradangan pada OMSK tipe aman terbatas hanya pada mukosa dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasinya terletak sentral dan jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Sedangkan OMSK tipe bahaya dapat mengenai tulang, ditandai dengan adanya kolesteatom dan dapat menimbulkan komplikasi intrakranial yang antara lain seperti meningitis, abses otak otogenik, empiema subdural, abses extradural, ensefalitis dan trombosis sinus lateralis. Komplikasi ekstrakranial yang dapat timbul adalah labirintis, paresis nervus fasialis, mastoiditis, petrositis.5Komplikasi ke intrakranial merupakan penyebab utama kematian pada OMSK di negara sedang berkembang, yang sebagian besar kasus terjadi karena penderita mengabaikan keluhan telinga berair. Kematian terjadi pada 18,6% kasus OMSK dengan komplikasi intrakranial seperti meningitis.3

BAB IILAPORAN KASUS

Identitas PenderitaNama: Ny. YUmur: 19 TahunStatus Poliklinik: 29 Desember 205Jenis Kelamin: PerempuanPekerjaan: Ibu Rumah TanggaAlamat: Kertapati

AnamnesisKeluhan Utama: Keluar cairan dari telinga kanan Keluhan Tambahan:Gatal, telinga suka berdengingRiwayat Perjalanan Penyakit: Pasien datang ke poli THT RSUD Palembang BARI dengan keluhan sejak 2 minggu yang lalu, cairan berwarna kuning dan mengeluarkan bau tidak sedap. Kadang-kadang os merasakan nyeri pada telinganya. Pasien mengeluh telinganya sering berdenging. Demam (-), Batuk pilek (-)Penyakit yang pernah diderita: Pasien memiliki keluhan yang sama pada telinga kanan dan kiri 3 bulan yang lalu. Riwayat mengalami pilek 1 minggu sebelum mengalami keluhan pada telinga . Riwayat alergi disangkal oleh pasien, riwayat Diabetes Mellitus disangkal, Riwayat sakit jangtung disangkal, riwayat penyakit asma disangkal.

PemeriksaanStatus GeneralisKesadaran Umum: Compos MentisKesadaran : E4, V5, M6Gizi: CukupTekanan Darah: 100/70 mmHgNadi : 84 kali/menitPernapasan: 22 kali/menitSuhu : 36,6CJantung: SI-SII normal, murmur (-), gallop (-)Paru-Paru: Vesikuler normal (+), wheezing (-), rhonki (-)Abdomen: Datar, lemas, nyeri epigastrium (-), BU (+)normal, pembesaran hepar dan lien (-)Ekstremitas: Hangat, edema (-), sianosis (-)

Status LokalisTelingaI. Telinga LuarKananKiri

Regio Retroaurikula Abses Sikatrik Pembengkakan Fistula Jaringan GranulasiRegio Zigomatikus Kista Brankial Klep Fistula Lobulus AksesoriusAurikula Mikrotia Efusi Perikondrium Keloid Nyeri tarik aurikula Nyeri tekan tragusMeatus Akustikus Eksternus Lapang/sempit Odeme Hiperemis Pembengkakan Erosi Krusta sekret (serous/seromukous/mukopus/pus) Perdarahan Bekuan darah Cerumen plug Epithelial plug Jaringan Granulasi Debris Benda asing Sagging Exostosis-----

---

-----

Lapang------

--++-----------

---

-----

Lapang-----+

--Ada minimal------

II. Membran timpani Warna (putih/suram/hiperemis/hematoma) Bentuk (oval/bulat) Reflek cahaya Retraksi Bulging Bulla Rupture Perforasi (sentral/perifer/marginal/attic) Pulsasi Sekret (serous/seromukous/mukopus/pus)(kecil/besar/subtotal/total) Tulang pendengaran Kolesteatoma Polip Jaringan granulasiT.A.K

Bulat+-----

---

T.A.K---Hiperemis

Bulat+-----

-+ (pus)-

T.A.K--+

Gambar Membran TimpaniKananKiri

III. Tes khususKananKiri

1. Tes garpu talaTes RinneTes WeberTes Scwabach--------

2. Tes Audiometri--

AudiogramFrekuensi (Hz) 125 250 500 1000 2000 4000 8000

TingkatPendengaranDalamDesibles (dB)

3. Tes Fungsi TubaKananKiri

Tes Valsava Tes Toynbee----

4. Tes KaloriKananKiri

Tes Kobrak--

Hidung I. Tes Fungsi HidungKananKiri

Tes aliran udara Tes penciumanTehKopiTembakau+

---+

---

II. Hidung luarKananKiri

Dosum nasi Akar hidung Puncak hidung Sisi hidung Ala nasi Deformitas Hematoma Pembengkakan Krepitasi Hiperemis Erosi kulit Vulnus Ulkus Tumor Duktus nasolakrimalis (Tersumat/tidak tersumbat)T.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.KT.A.K

III. Hidung DalamKananKiri

1. Rinoskopi Anteriora. Vestibulum nasi- Sikatrik- Stenosis- Atresia- Furunkel- Krustas- Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus)b. Kolumela- Utuh/tidak utuh- Sikatrik- Ulkusc. Cavum nasi- Luasnya (lapang/cukup/sempit)- Sekret (serous/seromukus/mukopus/ Pus) Krusta Bekuan darah Perdarahan Benda asing Rinolit Polip Tumord. Konka Inferior- Mukosa (erutropi/hipertrofi/atropi) (basah/kering) ( licin/tak licin) Warna (merah muda/hiperemis/pucat/livide) Tumori. Septum nasi- Mukosa (erutropi/hipertropi/atropi) ( basah/kering) (licin/tak licin) Warna (merah muda/hiperemis/pucat/livide) Tumor Deviasi ( ringan/sedang/berat)(kanan/kiri)(Superior/inferior)(Anterior/Posterior)(bentuk C/bentuk S) Krista Spina Abses Hematoma Perforasi Erosi Septum Anterior

------

T.A.KT.A.KT.A.K

Lapang-

-------

-

-

-

Eutropi

-

--

------

-----+

T.A.KT.A.KT.A.K

Lapang -

-------

-

-

-

Eutropi

-

--

------

Gambar Dinding Lateral Hidung Dalam

Gambar Hidung Dalam Potongan Frontal

2. Rinoskopi Posterior KananKiri

Postnasal drip Mukosa (licin/tak licin) (merah muda/hiperemis) Adenoid Tumor Koana (sempit/lapang) Fossa Russenmullery (tumor/tidak) Torus tobarius (licin/tak licin) Muara tuba (tertutup/terbuka) (secret/tuba)--

----

--

--

----

--

Gambaran Hidung Bagian Posterior

IV. Pemeriksaan Sinus ParanasalKananKiri

Nyeri tekan/ketok Infraorbitalis Frontalis Kantus medialis Pembengkakan Transluminasi Region infraorbitalis Region palatum durum----

------

--

Tenggorok I. Rongga MulutKananKiri

Lidah (hiperemis/edema/ulkus/fissure) ( mikroglosia/makroglosia) ( leukoplakia/gumma) ( papiloma/kista/ulkus) Gusi (hiperemis/edema/ulkus) Bukal (hiperemis/edema) (vesikel/ulkus/mukolel) Palatum durum (utuh/terbelah/pistel)(hiperemis/ulkus) (pembengkakan/abses/tumor)(rata/tonus palatinus) Kelenjar ludah (pembengkakan/litiasisi) (striktur/ranula) Gigi geligi (mikrodontia/makrodontia) (anadontia/supernumeri) (kalkulus/karies)T.A.K

T.A.KT.A.K

T.A.K

T.A.K

T.A.KT.A.K

T.A.KT.A.K

T.A.K

T.A.K

T.A.K

II. FaringKananKiri

Pallatum molle (hiperemis/edema/asimetris/ulkus) Uvula (edema/asimetris/bifida/elongating) Pilar anterior ( hiperemis/edema/perlengketan) ( pembengkakan/ulkus) Pilar posterior(hiperemis/edema/perlengketan) (pembengkakan/ulkus) Dinding belakang faring ( hiperemis/edema) ( granuler/ulkus) ( secret/membrane) Lateral band ( menebal/tidak) Tonsil palatina ( derajat pembesaran) ( permukaan rata/tidak) ( konsistensi kenyal/tidak) ( lekat/tidak) ( kripta lebar/tidak) ( detritus/membrane) ( hiperemis/edema) ( ulkus/tumor)T.A.K

SimetrisT.A.K

T.A.K

T.A.K

T.A.KT1

T.A.K

SimetrisT.A.K

T.A.K

T.A.K

T.A.KT1

Gambar Rongga Mulut dan Faring

Rumus Gigi-Geligi

III. Laring KananKiri

1. Laringoskopi tidak langsung (indirect Dasar lidah (tumor/kista) Tonsila Lingualis (eutropi / hipertropi) Valekula (benda asing/tumor) Fosa piriformis(benda asing /tumor) Epiglotis (hiperemis/ udem/ ulkus/ membran) Aritenoid (hiperemis/udem/ulkus/membran) Pita Suara (hiperemis/udem/menebal), (nodus/polip/tumor), (gerak simetris/asimetris) Pita suara palsu (hiperemis/udem) Rima glotis (lapang/sempit) trakea--

2. laringoskopi langsung (direct)--

Gambaran laringoskopi tidak langsung

Pemeriksaan laboratorium Darah : Tidak dilakukan Urine : Tidak dilakukan Feses : Tidak dilakukan Mikrobiologi kultur dan resistensiTidak dilakukan Tes Alergi (Prick Test)Tidak dilakukan

Pemeriksaan Radiologi CT-Scan Rontgen os mastoid

Diagnosis Banding Otitis Media akut Otitis Media supuratif kronik Banigna Otitis Media Supuratif kronik Maligna

Diagnosis kerja Otitis Media Supuratif Kronik dengan Granulasi MT

PengobatanIMedikamentosaTatalaksana medikamentosa antara lain antibiotik spektrum luas seperti klorampenikol 1% tetes telinga, 3x1 tetes sehari dan antibiotik sistemik yang berspektrum luas seperti sefalosforin namun tidak boleh lenih dari 1 minggu.

IIOperatifPendekatan ganda timpanoplasti untuk menganggkat granulasi

IIINasihatKontrol jika obat habis. Minum obat secara teratur dan sesuai dosis. Untuk antibiotik harus dihabiskan. Tatalaksana non medikamentosa yang dapat dilakukan yaitu jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila menderia infeksi saluran nafas.

VIPemeriksaan AnjuranPemeriksaan photo rontgen ataupun CT-Scan os mastoid

VIIPrognosisQuo ad vitam: BonamQuo ad functionam: Dubia e bonam

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

2.1.DefinisiOtitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustakhius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.5 Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut congek adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otore) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous, atau purulen.1,2,3Otitis Media Akut (OMA) dengan perforasi membran timpani dapat menjadi otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK, antara lain: terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh pasien yang rendah (gizi kurang), dan higiene yang buruk.52.2.Anatomi Telinga TengahTelinga tengah berbentuk kubus dengan :5Batas luar: membran timpaniBatas depan: tuba eustakhiusBatas bawah: vena jugular (bulbus jugularis)Batas belakang: aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalisBatas atas: tegmen timpani (meningen/ otak)Batas dalam: berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan promontorium.

Gambar 1. Anatomi Telinga.7

Gambar 2. Anatomi Telinga Tengah7Telinga tengah terdiri atas: membran timpani, kavum timpani, prosesus mastoideus, dan tuba eustakhius.1,5,61. Membran TimpaniMembran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran ini memiliki panjang vertikal rata-rata 9-10 mm, diameter antero-posterior kira-kira 8-9 mm, dan ketebalannya rata-rata 0,1 mm .Letak membran timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari belakang luar ke muka dalam dan membuat sudut 450 dari dataran sagital dan horizontal. Membran timpani berbentuk kerucut, dimana bagian puncak dari kerucut menonjol ke arah kavum timpani yang dinamakan umbo. Dari umbo ke muka bawah tampak refleks cahaya (cone of ligt).Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu :1a. Stratum kutaneum (lapisan epitel) berasal dari liang telinga.b. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.c. Stratum fibrosum (lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum dan mukosum.Secara Anatomis membran timpani dibagi dalam 2 bagian :1a. Pars tensaBagian terbesar dari membran timpani yang merupakan permukaan yang tegang dan bergetar, sekelilingnya menebal dan melekat pada anulus fibrosus pada sulkus timpanikus bagian tulang dari tulang temporal.b. Pars flaksida atau membran Shrapnell.Letaknya di bagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa. Pars flaksida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu : Plika maleolaris anterior (lipatan muka). Plika maleolaris posterior (lipatan belakang).Membran timpani terletak dalam saluran yang dibentuk oleh tulang dinamakan sulkus timpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak terdapat sulkus ini dan bagian ini disebut insisura timpanika (rivini). Permukaan luar dari membran timpani disarafi oleh cabang nervus aurikulo temporalis dari nervus mandibula dan nervus vagus. Permukaan dalam disarafi oleh nervus timpani cabang dari nervus glossofaringeal. Aliran darah membran timpani berasal dari permukaan luar dan dalam. Pembuluh-pembuluh epidermal berasal dari aurikula yang merupakan cabang dari arteri maksilaris interna. Permukaan mukosa telinga tengah didarahi oleh arteri timpani anterior cabang dari arteri maksilaris interna dan oleh stilomastoid cabang dari arteri aurikula posterior.

Gambar 3. Telinga kanan. Membran Timpani Normal12. Kavum TimpaniKavum timpani terletak di dalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter antero-posterior atau vertikal 15 mm, sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu : bagian atap, lantai, dinding lateral, medial, anterior, dan posterior.Kavum timpani terdiri dari :1,5a. Tulang-tulang pendengaran, terbagi atas: malleus (hammer/martil), inkus (anvil/landasan), stapes (stirrup/pelana)b. Otot, terdiri atas: otot tensor timpani (muskulus tensor timpani) dan otot stapedius (muskulus stapedius).c. Saraf korda timpani.d. Saraf pleksus timpanikus.

Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu : bagian atap, lantai, dinding lateral, dinding medial, dinding anterior, d inding posterior.1. Atap kavum timpani.Dibentuk oleh lempengan tulang yang tipis disebut tegmen timpani. Tegmen timpani memisahkan telinga tengah dari fosa kranial dan lobus temporalis dari otak. Bagian ini juga dibentuk oleh pars petrosa tulang temporal dan sebagian lagi oleh skuama dan garis sutura petroskuama. Dinding ini hanya dibatasi oleh tulang yangtipis atau ada kalanya tidak ada tulang sama sekali ( dehisensi). Pada anak-anak, penulangan dari sutura petroskuamosa belum terbentuk pada daerah tegmen timpani, sehingga memungkinkan terjadinya penyebaran infeksi dari kavum timpani ke meningen dari fosa kranial media. Pada orang dewasa bahkan vena-vena dari telinga tengah menembus sutura ini dan berakhir pada sinus petroskuamosa dan sinus petrosal superior dimana hal ini dapat menyebabkan penyebaran infeksi dari telinga tengah secara langsung ke sinus-sinus venosus kranial.2. Lantai kavum timpaniDibentuk oleh tulang yang tipis memisahkan lantai kavum timpani dari bulbus jugularis, atau tidak ada tulang sama sekali hingga infeksi dari kavum timpani mudah merembet ke bulbus vena jugularis.3. Dinding medial.Dinding medial ini memisahkan kavum timpani dari telinga dalam, ini juga merupakan dinding lateral dari telinga dalam. Dinding ini pada mesotimpanum menonjol kearah kavum timpani, yang disebut promontorium Tonjolan ini oleh karena didalamnya terdapat koklea. Didalam promontorium terdapat beberapa saluran-saluran yang berisi saraf-saraf yang membentuk pleksus timpanikus. Dibelakang dan atas promontorium terdapat fenestra vestibuli atau foramen ovale (oval windows), bentuknya seperti ginjal dan berhubungan pada kavum timpani dengan vestibulum, dan ditutupi oleh telapak kaki stapes dan diperkuat oleh ligamentum anularis. Foramen ovale berukuran 3,25 mm x 1,75 mm. Diatas fenestra vestibuli, sebagai tempat jalannya nervus fasialis. Kanalis ini didalam kavum timpani tipis sekali atau tidak ada tulang sama sekali ( dehisensi). Fenestra koklea atau foramen rotundum ( round windows), ditutupi oleh suatu membran yang tipis yaitu membran timpani sekunder, terletak dibelakang bawah. Foramen rotundum ini berukuran 1,5 mm x 1,3 mm pada bagian anterior dan posterior 1,6 mm. Kedua lekukan dari foramen ovale dan rotundum berhubungan satu sama lain pada batas posterior mesotimpanum melalui suatu fosa yang dalam yaitu sinus timpanikus. Suatu ruang secara klinis sangat penting ialah sinus posterior atau resesus fasial yang didapat disebelah lateral kanalis fasial dan prosesus piramidal. Dibatasi sebelah lateral oleh anulus timpanikus posterosuperior, sebelah superior oleh prosesus brevis inkus yang melekat kefosa inkudis. Lebar resesus fasialis 4,01 mm dan tidak bertambah semenjak lahir. Resesus fasialis penting karena sebagai pembatas antara kavum timpani dengan kavum mastoid sehingga bila aditus as antrum tertutup karena suatu sebab maka resesus fasialis bisa dibuka untuk menghubungkan kavum timpani dengan kavum mastoid.4. Dinding posteriorDinding posterior dekat keatap, mempunyai satu saluran disebut aditus, yang menghubungkan kavum timpani dengan atrum mastoid melalui epitimpanum. Dibawah aditus terdapat lekukan kecil yang disebut fosa inkudis yang merupakansuatu tempat prosesus brevis dari inkus dan melekat pada serat-serat ligamen. Dibawah fosa inkudis dan dimedial dari korda timpani adalah piramid, tempat terdapatnya tendon muskulus stapedius, tendon yang berjalan keatas dan masuk kedalam stapes. Diantara piramid dan anulus timpanikus adalah resesus fasialis. Dibelakang dinding posterior kavum timpani adalah fosa kranii posterior dan sinus Sigmoid. Disebelah dalam dari piramid dan nervus fasialis merupakan perluasan kearah posterior dari mesotimpani adalah sinus timpani. Perluasan sel-sel udara kearah dinding posterior dapat meluas seperti yang dilaporkan Anson dan Donaldson (1981), bahwa apabila diukur dari ujung piramid, sinus dapat meluas sepanjang 9 mm kearah tulang mastoid. Dinding medial dari sinus timpani kemudian berlanjut ke bagian posterior dari dinding medial kavum timpani dimana berhubungan dengan dua fenestra dan promontorium.5. Dinding anteriorDinding anterior kavum timpani agak sempit tempat bertemunya dinding medial dan dinding lateral kavum timpani. Dinding anterior bawah adalah lebih besar dari bagian atas dan terdiri dari lempeng tulang yang tipis menutupi arteri karotis pada saat memasuki tulang tengkorak dan sebelum berbelok ke anterior. Dinding ini ditembus oleh saraf timpani karotis superior dan inferior yang membawa serabut-serabut saraf simpatis kepleksus timpanikus dan oleh satu atau lebih cabang timpani dari arteri karotis interna1. Dinding anterior ini terutama berperan sebagai muara tuba eustachius. Tuba ini berhubungan dengan nasofaring dan mempunyai dua fungsi. Pertama menyeimbangkan tekanan membran timpani pada sisi sebelah dalam, kedua sebagai drainase sekresi dari telinga tengah, termasuk sel-sel udara mastoid. Diatas tuba terdapat sebeuah saluran yang berisi otot tensor timpani. Dibawah tuba, dinding anterior biasanya tipis dimana ini merupakan dinding posterior dari saluran karotis.6. Dinding lateralDinding lateral kavum timpani adalah bagian tulang dan membran. Bagian tulang berada diatas dan bawah membran timpani. Kavum timpani dibagi menjadi 3 bagian yaitu :a. Epitimpanum.Berada dibagian atas membran timpani. Merupakan bagian superior kavum timpani, disebut juga atik karena terletak diatas membran timpani. sebagian besar atik diisi oleh maleus inkus. Dibagian superior epitimpanum dibatasi oleh suatu penonjolan tipis os posterior. Dinding medial atik dibentuk oleh kapsul atik yang ditandai oleh penonjolan kanalis semisirkularis lateral. Pada bagian anterior terdapat ampula kanalis superior, dan lebih anterior ada ganglion genikulatum, yang merupakan tanda ujung anterior ruang atik.Dinding anterior terpisah dari maleus oleh suatu ruang yang sempit, disini dapat dijumpai muara sel-sel udara yang membuat pneumatisasi pangkal tulang pipi (zygoma). Dinding lateral atik dibentuk oleh os skuama yang berlanjut kearah lateral sebagai dinding liang telinga luar bagian tulang sebelah atas. Diposterior, atik menyempit menjadi jalan masuk ke antrum mastoid, yaitu aditus ad antrum.b. MesotimpanumTerletak kearah medial dari membran timpani. Disebelah medial dibatasi oleh kapsul otik, yang terletaknya lebih rendah dari pada nervus fasialis pars timpani. Dinding anterior mesotimpani terdapat orifisium timpani tuba eustachius pada bagian superior dan membentuk bagian tulang dinding saluran karotis asendens pada bagian inferior. Dinding ini biasanya mengalami pneumatisasi yang baik dan dapat dijumpai bagian-bagian tulang lemah.c. Hipotimpanum atau resesus hipotimpanikusTerletak dibawah membrana timpani, berhubungan dengan bulbus jugulare.Kavum timpani terdiri dari :1. Tulang-tulang pendengaran ( maleus, inkus, stapes).2. Dua otot.3. Saraf korda timpani.4. Saraf pleksus timpanikus.

3. Prosesus mastoideusRongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid terletak di bawah duramater pada daerah ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum.4. Tuba eustakhius.1,5,6Tuba eustakhius disebut juga tuba auditori atau tuba faringotimpani berbentuk seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu :a. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).b. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).Fungsi Tuba Eustakhius adalah ventilasi, drenase sekret dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tengah.Ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan di telinga tengah selalu sama dengan tekanan udara luar. Adanya fungsi ventilasi tuba dapat dibuktikan dengan melakukan perasat Valsava dan perasat Toynbee.5Perasat Valsava meniupkan dengan keras dari hidung sambil mulut dipencet serta mulut ditutup. Bila Tuba terbuka maka akan terasa ada udara yang masuk ke telinga tengah yang menekan membran timpani ke arah lateral. Perasat ini tidak boleh dilakukan kalau ada infeksi pada jalur nafas atas.5Perasat Toynbee dilakukan dengan cara menelan ludah sampai hidung dipencet serta mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka akan terasa membran timpani tertarik ke medial. Perasat ini lebih fisiologis.52.3 EpidemiologiOtitis media supuratif kronik merupakan penyakit THT yang paling banyak ditemukan di negara sedang berkembang. Secara umum insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia dan orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh, dan status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang sedang berkembang.3Survei prevalensi di seluruh dunia menunjukkan bahwa beban dunia akibat OMSK melibatkan 65330 juta orang dengan telinga berair, dimana 60% di antaranya (39200 juta) menderita kurangnya pendengaran yang signifikan.Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan termasuk dalam klasifikasi tinggi dalam tingkatan klasifikasi insidensi. Pasien OMSK meliputi 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia. Berdasarkan Survei Nasional Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran oleh Departemen Kesehatan R.I tahun 1994-1996, angka kesakitan (morbiditas) Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT) di Indonesia sebesar 38,6% dengan prevalensi morbiditas tertinggi pada kasus telinga dan gangguan pendengaran yaitu sebesar 38,6% dan prevalensi otitis media supuratif kronis antara 2,1-5,2%.4 Data poliklinik THT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006 menunjukkan pasien OMSK merupakan 26% dari seluruh kunjungan pasien.3

2.4 KlasifikasiOMSK dapat dibagi atas 2 tipe, yaitu :1,3a. Tipe tubotimpani (tipe jinak/tipe aman/tipe rinogen)Proses peradangan pada OMSK tipe tubotimpani hanya terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang. Tipe tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustakhius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah. Disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamosa juga berperan dalam perkembangan tipe ini. Sekret mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek.b. Tipe atikoantral (tipe ganas/tipe tidak aman/tipe tulang)Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Perforasi tipe ini letaknya marginal atau di atik yang lebih sering mengenai pars flaksida. Karakteristik utama dari tipe ini adalah terbentuknya kantong retraksi yang berisi tumpukan keratin sampai menghasilkan kolesteatom. 2.5 PatogenesisOMSK dimulai dari episode infeksi akut terlebih dahulu. Patofisiologi dari OMSK dimulai dari adanya iritasi dan inflamasi dari mukosa telinga tengah yang disebabkan oleh multifaktorial, diantaranya infeksi yang dapat disebabkan oleh virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh turun, lingkungan dan sosial ekonomi. Kemungkinan penyebab terpenting mudahnya anak mendapat infeksi telinga tengah adalah struktur tuba pada anak yang berbeda dengan dewasa dan kekebalan tubuh yang belum berkembang sempurna sehingga bila terjadi infeksi jalan napas atas, maka lebih mudah terjadi infeksi telinga tengah berupa Otitis Media Akut (OMA).1,3Respon inflamasi yang timbul adalah berupa udem mukosa. Jika proses inflamasi ini tetap berjalan, pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya ulkus dan merusak epitel. Mekanisme pertahanan tubuh penderita dalam menghentikan infeksi biasanya menyebabkan terdapatnya jaringan granulasi yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi polip di ruang telinga tengah. Jika lingkaran antara proses inflamasi, ulserasi, infeksi dan terbentuknya jaringan granulasi ini berlanjut terus akan merusak jaringan sekitarnya.berikut patogenesisnya 1,

Sembuh/ normalGangguan tubaFgs.tuba tetap tergangguInfeksi (-)Tekanan negatiftelinga tengahOMEefusiPerubahan tekanan tiba-tibaAlergiInfeksi Sumbatan : Sekret Tampon TumorTuba tetap terganggu + ada infeksiOtitis Media Akut(OMA)OMSK tipe malignaOtitis media Efusi(OME)Otitis Media Supuratif Kronik(OMSK)OMSK tipe benignaSembuh sempurna

2.6 Faktor RisikoTerjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis) dan mencapai telinga tengah melalui tuba eustakhius. Fungsi tuba eustakhius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan palatoskisis dan sindrom down. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi imun sistemik. Kelainan humoral, seperti hipogammaglobulinemia dan cell-mediated (infeksi HIV) dapat timbul sebagai infeksi telinga kronis.

Faktor-faktor risiko OMSK antara lain :1. Lingkungan1,3Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi terdapat hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosio ekonomi, dimana kelompok sosio ekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan, bahwa hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, dan tempat tinggal yang padat.2. Genetik1,3Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.3. Otitis media sebelumnya1,3Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut dan atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan berkembangnya penyakit ke arah keadaan kronis.4. Infeksi1,3Proses infeksi pada otitis media supuratif kronis sering disebabkan oleh campuran mikroorganisme aerobik dan anaerobik yang multiresisten terhadap standar yang ada saat ini. Kuman penyebab yang sering dijumpai pada OMSK ialah Pseudomonas aeruginosa sekitar 50%, Proteus sp. 20% dan Staphylococcus aureus 25%.Jenis bakteri yang ditemukan pada OMSK agak sedikit berbeda dengan kebanyakan infeksi telinga lain, karena bakteri yang ditemukan pada OMSK pada umumnya berasal dari luar yang masuk ke lubang perforasi tadi.5. Infeksi saluran nafas atas1,3Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.6. Autoimun1,3Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insidens lebih besar terhadap otitis media kronis.7. Alergi1,3Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteri atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti kebenarannya.8. Gangguan fungsi tuba eustakhius1,3Hal ini terjadi pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustakhius sering tersumbat oleh edema. Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada OMSK :1a) Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret telinga purulen berlanjut.b) Berlanjutnya obstruksi tuba eustakhius yang mengurangi penutupan spontan pada perforasi.c) Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme migrasi epitel.Pada pinggir perforasi, epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat di atas sisi medial dari membran timpani yang hal ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi.2.7 Gejala Klinis1. Telinga berair (otore)Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.1,32. Gangguan pendengaranIni tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom dapat menghantar bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.Penurunan fungsi koklea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat. Hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi koklea.1,33. Otalgia (nyeri telinga)Adanya nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti petrositis, subperiosteal abses, atau trombosis sinus lateralis.34. VertigoVertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Pada penderita yang sensitif, keluhan vertigo dapat terjadi karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan menyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanjut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada membran timpani.1Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :a. Adanya abses atau fistel retroaurikularb. Jaringan granulasi atau polip di liang telinga yang berasal dari kavum timpani.c. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)d. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.2.8 Diagnosis Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara:1. Anamnesis (history-taking) 1,3,6 Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair. Pada tipe tubotimpani sekretnya lebih banyak dan seperti benang, tidak berbau bususk, dan intermiten. Sedangkan pada tipe atikoantral sekretnya lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi atau polip, dan sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah. 2. Pemeriksaan otoskopi1,3,6 Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah. 3. Pemeriksaan audiologi1,3,6 Evaluasi audiometri dan pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran tulang dan udara penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur berguna untuk menilai speech reception threshold pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran. 4. Pemeriksaan radiologi1,3 Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis memiliki nilai diagnostik yang terbatas bila dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri. Pemeriksaan radiologi biasanya memperlihatkan mastoid yang tampak sklerotik dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang yang berada di daerah atik memberi kesan adanya kolesteatom. Proyeksi radiografi tyang sekarang biasa digunakan adalah proyeksi schuller dimana pada proyeksi ini akan memperlihatkan luasnya pnematisasi mastoid dari arah lateral dan atas.Pada CT scan akan terlihat gambaran kerusakan tulang oleh kolesteatom, ada atau tidaknya tulangtulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis semisirkularis horizontal.1,35. Pemeriksaan bakteriologiWalaupun perkembangan dari OMSK merupakan kelanjuan dari mulainya infeksi akut, bakteri yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda dengan yang ditemukan pada otitis media supuratif akut. Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Proteus sp. Sedangkan bakteri pada otitis media supuratif akut adalah Streptococcus pneumonie dan H. influenza.9Infeksi telinga biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus paranasal, adenoid, atau faring. Dalam hal ini penyebab biasanya adalah pneumokokus, streptokokus atau H. influenza. Akan tetapi, pada OMSK keadaan ini agak berbeda karena adanya perforasi membran timpani maka infeksi lebih sering berasal dari luar yang masuk melalui perforasi tadi.2.8 Diagnosis Diagnosis OMSK ditegakan dengan cara:1. Anamnesis (history-taking) 1,3,6 Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair. Pada tipe tubotimpani sekretnya lebih banyak dan seperti benang, tidak berbau bususk, dan intermiten. Sedangkan pada tipe atikoantral sekretnya lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi atau polip, dan sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah. 2. Pemeriksaan otoskopi1,3,6 Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah. 3. Pemeriksaan audiologi1,3,6 Evaluasi audiometri dan pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran tulang dan udara penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur berguna untuk menilai speech reception threshold pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran. 4. Pemeriksaan radiologi1,3 Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis memiliki nilai diagnostik yang terbatas bila dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri. Pemeriksaan radiologi biasanya memperlihatkan mastoid yang tampak sklerotik dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang yang berada di daerah atik memberi kesan adanya kolesteatom. Proyeksi radiografi tyang sekarang biasa digunakan adalah proyeksi schuller dimana pada proyeksi ini akan memperlihatkan luasnya pnematisasi mastoid dari arah lateral dan atas.Pada CT scan akan terlihat gambaran kerusakan tulang oleh kolesteatom, ada atau tidaknya tulangtulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis semisirkularis horizontal.1,35. Pemeriksaan bakteriologiWalaupun perkembangan dari OMSK merupakan kelanjuan dari mulainya infeksi akut, bakteri yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda dengan yang ditemukan pada otitis media supuratif akut. Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Proteus sp. Sedangkan bakteri pada otitis media supuratif akut adalah Streptococcus pneumonie dan H. influenza.9Infeksi telinga biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus paranasal, adenoid, atau faring. Dalam hal ini penyebab biasanya adalah pneumokokus, streptokokus atau H. influenza. Akan tetapi, pada OMSK keadaan ini agak berbeda karena adanya perforasi membran timpani maka infeksi lebih sering berasal dari luar yang masuk melalui perforasi tadi.2.9 PenatalaksanaanPada waktu pengobatan haruslah dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang menghalangi penyembuhan serta menganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat di telinga. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat -obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi.1,3,5,6Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luas infeksi, yang dapat dibagi atas: konservatif dan operasiA. Otitis media supuratif kronik benignaa. Otitis media supuratif kronik benigna tenangKeadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.b. Otitis media supuratif kronik benigna aktifPrinsip pengobatan OMSK adalah :1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani (toilet telinga)Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme.Cara pembersihan liang telinga (toilet telinga):1a) Toilet telinga secara kering (dry mopping).Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril, setelah dibersihkan dapat di beri antibiotik berbentuk serbuk. Pembersihan liang telinga dapat dilakukan setiap hari sampai telinga kering.b) Toilet telinga secara basah (syringing).Telinga disemprot dengan cairan untuk membuang debris dan nanah, kemudian dibersihkan dengan kapas lidi steril dan diberi serbuk antibiotik. Toilet telinga dengan pengisapan ( suction toilet)Pembersihan dengan suction pada nanah dengan bantuan mikroskopis operasi adalah metode yang paling populer saat ini. Setelah itu dilakukan pengangkatan mukosa yang berproliferasi dan polipoid sehingga sumber infeksi dapat dihilangkan. Pencucian telinga dengan H2O2 3% akan mencapai sasarannya bila dilakukan dengan displacement methode seperti yang dianjurkan oleh Mawson dan Ludmann.2. Pemberian antibiotika :1,3a) Antibiotik topikalPemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak tanpa dibersihkan dulu adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang atau tidak progresif lagi diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Irigasi dianjurkan dengan garam faal agar lingkungan bersifat asam yang merupakan media yang buruk untuk tumbuhnya kuman.Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah :1. Polimiksin B atau polimiksin EObat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif.2. NeomisinObat bakterisid pada kuman gram positif dan negatif. Toksik terhadap ginjal dan telinga.3. KloramfenikolObat ini bersifat bakterisid terhadap basil gram positif dan negatif kecuali Pseudomonas aeruginosa.b) Antibiotik sistemik.1,3Pemilihan antibiotik sistemik untuk OMSK juga sebaiknya berdasarkan kultur kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut.Untuk bakteri aerob dapat digunakan golongan kuinolon (siprofloksasin dan ofloksasin) atau golongan sefalosforin generasi III (sefotaksim, seftazidin, dan seftriakson) yang juga efektif untuk Pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral.Untuk bakteri anaerob dapat digunakan metronidazol yang bersifat bakterisid. Pada OMSK aktif dapat diberikan dengan dosis 400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu.B. Otitis media supuratif kronik maligna.1,3,5Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi. Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain :51. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya adalah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.2. Mastoidektomi radikalOperasi ini dilakukan pada OMSK tipe bahaya dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patolgik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi intrakranial, sementara fungsi pendengaran tidak diperbaiki. Kerugian operasi ini ialah pasien tidak boleh berenang seumur hidupnya dan harus kontrol teraut ke dokter.Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur pada rongga operasi serta membuat meatoplasti yang lebar sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus liang telinga luar menjadi lebar.3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasiOperasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.4. MiringoplastiOperasi ini merupakan operasi timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan di membran timpani. Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe aman dengan perforasi yang menetap. Operasi ini dilakukan pada AMSK tipe aman fase tenang dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani. 5. TimpanoplastiOperasi ini dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenagkan dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran.Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV, dan V. Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang operasi ini harus dilakukan 2 tahap dengan jarak waktu 6 s/d 12 bulan.6. Pendekatan ganda timpanoplasti (combined approach tympanoplasty)Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe aman dengan jaringan granulasi yang luas.Tujuan operasi ini ialah untuk menyembuhkan penyakit dan memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga). Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di membran timpani, dikerjakan melalui 2 jalan (combine approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timppanotomi posterior. Teknik operasi ini pada OMSK tipe bahaya belum disepakati oleh para ahli, oleh karena sering kambuhnya kolesteatom kembali.2.10 KomplikasiKomplikasi di telinga tengah :1. Perforasi membran timpani oersisten2. Erosi tulang pendengaran3. Paralisis nervus fasialisKomplikasi di telinga dalam :1. Fistula Labirin2. Labirinitis Supuratif3. Tuli saraf (sensoneural)Komplikasi ekstradural :1. Abses ekstradural2. Trombosis sius lateralis3. PetrositisKomplikasi ke susunan saraf pusat :1. Menigitis 2. Abses Otak3. Hidrosefalus otitis2.11 PrognosisPasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik apabila dilakukan kontrol yang baik terhadap proses infeksinya. Pemulihan dari fungsi pendengaran bervariasi dan tergantung dari penyebab. Hilangnya fungsi pendengaran oleh gangguan konduksi dapat dipulihkan melalui prosedur pembedahan, walaupun hasilnya tidak sempurna.10Keterlambatan dalam penanganan karena sifat tidak acuh dari pasien dapat menimbulkan kematian yang merupakan komplikasi lanjut OMSK yang tidak ditangani dengan segera. Kematian akibat OMSK terjadi pada 18,6% pasien karena telah mengalami komplikasi intrakranial yaitu meningitis.3,10

BAB IVPEMBAHASAN

Berdasarkan laporan kasus yang telah dilaporkan seorang pasien perempuan, usia 19 tahun datang ke poli THT RSUD Palembang BARI dengan keluhan sejak 2 minggu yang lalu telinga sebelah kanan keluar cairan, cairan berwarna kuning dan berbau tidak sedap. Cairan keluar secara terus-menerus. Kemudian Pasien merasakan gatal pada telinga kanan dan kadang-kadang suka berdenging. Pasien mengaku pernah pilek kurang lebih 1 minggu sebelum keluhan yang dirasakan saat ini. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik pada telinga dextra didapatkan membran timpani yang hiperemis, reflek cahaya (+), sekret berwarna kuning dan berbau busuk serta granulasi mesotimpanumBerdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka pasien didiagnosis menderita Otitis media supuratif kronik dengan granulasi mesotimpanium.Otitis media supuratif kronik adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otore) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Faktor- faktor yang bisa menyebabkan OMSK adalah terapi yang diberikan terlambat diberikan, terapi yang tidka adkuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh pasien yang rendah dan higiene yang buruk. Tatalaksana medikamentosa antara lain antibiotik spektrum luas seperti kloramfenikol 1% tetes telinga, 3x1 tetes pada telinga kanan dan antibiotik sistemik golongan spektrum luas seperti sefalosporin. Dan bisa dilakukan tindakan operasi pendekatan gandatimpanoplasti pada kasus OMSK maligna tipe aman dengan jaringan granulasi yang luas, namun harus dikonfirmasi terlebih dahulu dengan SC-Scan atau rontgen mastoid. Tatalaksana non medikamentosa yang dapat dilakukan yaitu jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila menderia infeksi saluran nafas.DAFTAR PUSTAKA

1. Nursiah S. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU/RSUP. H. Adam Malik Medan. Medan : FK USU. 2003.

2. WHO. Chronic suppurative otitis media burden off illness and management options. Child and Adolescent Health and Development Prevention of Blindness and Deafness. Geneva Switzerland. 2004.

3. Aboet A. Radang Telinga Tengah Menahun. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Bagian Ilmu Kesehatan Hidung Telinga Tenggorok Bedah Kepala Leher. Kampus USU. 2007.

4. Farida et al. Alergi Sebagai Faktor Resiko Terhadap Kejadian Otitis Media Supuratif Kronik Tipe Benigna. Medical Faculty of Hasanuddin. 2009.

5. Djaafar ZA. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala leher. Edisi 6. Jakarta : FKUI.2007.

6. Adams GL, Boies LR, Higler PA. Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid. Boies, Buku Ajar Penyakit THT Ed. 6. Jakarta:EGC;88-119.

7. Anonim. Otitits Media Kronis. 2009. Diunduh dari http://www.medicastore.com pada tanggal 1 Januari 2015.

8. Meyer TA, Strunk CL, Lambert PR. Cholesteatoma. In : Newlands SD et.al (editor). Head & neck surgery otolaryngology. 4th ed. 2006. Philadelphia : Lippincolt williams & wilkins. h. 2081-91.

9. Anonim. Ear Discharge. 2008. Diunduh dari http://www.myhealth.gov.my/myhealth pada tanggal 1 Januari 2015

10. Lutan R, Wajdi F. Pemakaian Antibiotik Topikal Pada Otitis Media Supuratif Kronik Jinak Aktif. Cermin Dunia Kedokteran No. 132.2001.

11. Parry D. Middle Ear, Chronic Suppurative Otitis, Medical Treatment:Follow-Up. Diunduh dari http://www.emedicine.medscape/otolaryngology pada tanggal 1 Januari 2015

12. Helmi, Djaafar ZA, Restuti RD. Komplikasi otitis media supuratif. Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD (editor). Buku ajar ilmu kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher. Edisi 6. 2009. Jakarta : FKUI. h.86.

1