Case Neuro

37
STATUS NEUROLOGIS Pemeriksa : Keti Trirahmadani Tgl. Pemeriksaan : 30 Desember 2005 I. IDENTITAS PASIEN NAMA : S UMUR : 73 tahun JENIS KELAMIN : Perempuan ALAMAT : jl Adi Sucipto, Tanjung Karang Timur AGAMA : Islam PEKERJAAN : Pensiunan PNS STATUS : Menikah SUKU BANGSA : Lampung TANGGAL MASUK : 26 Desember 2005 pkl.10.00 WIB DIRAWAT YANG KE : I (Pertama) II. RIWAYAT PENYAKIT Autoanamnesis ( 30 Desember 2005 pkl.10.30 WIB) Keluhan utama : tangan dan kaki kanan sulit untuk digerakan Keluhan tambahan : sulit berbicara (pelo),nyeri kepala, nyeri leher, mual dan muntah Riwayat perjalanan penyakit Pasien datang dengan keluhan tangan dan kaki kanan mendadak sulit untuk digerakan sejak 1 hari SMRS. Awalnya pasien mengeluhkan nyeri kepala seperti ditusuk-tusuk hingga tengkuknya terasa kaku dan nyeri, pasien mengalami mual dan muntah. Pada saat serangan pasien sedang 1

description

neuro

Transcript of Case Neuro

Page 1: Case Neuro

STATUS NEUROLOGIS

Pemeriksa : Keti Trirahmadani

Tgl. Pemeriksaan : 30 Desember 2005

I. IDENTITAS PASIEN

NAMA : S

UMUR : 73 tahun

JENIS KELAMIN : Perempuan

ALAMAT : jl Adi Sucipto, Tanjung Karang Timur

AGAMA : Islam

PEKERJAAN : Pensiunan PNS

STATUS : Menikah

SUKU BANGSA : Lampung

TANGGAL MASUK : 26 Desember 2005 pkl.10.00 WIB

DIRAWAT YANG KE : I (Pertama)

II. RIWAYAT PENYAKIT

Autoanamnesis ( 30 Desember 2005 pkl.10.30 WIB)

Keluhan utama : tangan dan kaki kanan sulit untuk digerakan

Keluhan tambahan : sulit berbicara (pelo),nyeri kepala, nyeri leher, mual

dan muntah

Riwayat perjalanan penyakit

Pasien datang dengan keluhan tangan dan kaki kanan mendadak sulit untuk

digerakan sejak 1 hari SMRS. Awalnya pasien mengeluhkan nyeri kepala seperti

ditusuk-tusuk hingga tengkuknya terasa kaku dan nyeri, pasien mengalami mual dan

muntah. Pada saat serangan pasien sedang mengambil air wudhu, dan pasien dalam

keadaan sadar sehingga pasien dapat memanggil anaknya untuk membantunya. Sesaat

setelah serangan pasien mengaku kaki dan tangan kanan terasa lemah dan sulit untuk

digerakkan, juga pasien mengalami kesulitan berbicara (pelo). Serangan tersebut

merupakan yang pertama kalinya dirasakan pasien.

Pasien tidak pernah merokok, dan jarang minum kopi. Setiap hari pasien

mengkonsumsi jenis makanan yang berbeda-beda, lebih sering makan ikan dan jarang

makan daging.

1

Page 2: Case Neuro

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengaku memiliki riwayat darah tinggi sejak 5 tahun

yang lalu, namun os rajin kontrol ke puskesmas.

Pasien mengaku memiliki riwayat sakit jantung

Kencing manis (-)

Sakit ginjal (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada dalam keluarga yang mengalami sakit seperti ini.

Tidak ada dalam keluarga yang memiliki penyakit asma, kencing manis, sakit jantung,

darah tinggi, dan sakit ginjal.

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang pensiunan PNS. Saat ini pasien tinggal di rumah anak

perempuannya. Rumah putrinya dihuni 5 orang, sehari-hari pasien hanya melakukan

pekerjaan rumah tangga yang ringan dan sering dibantu oleh penghuni lainnya.

III. PEMERIKSAAN FISIK ( tanggal 30 desember 2005 )

Status Present

- Keadaan umum : Tampak sakit sedang

- Kesadaran : Compos Mentis

- GCS : E4 M6 V5 = 15

- Vital sign

Tekanan darah : 150/100 mmHg

Nadi : 76 x/menit

RR : 24 x/menit

Suhu : 36,9º C

- Gizi : lebih

Status Generalis

- Kepala

Rambut : Hitam, lurus dan tidak mudah dicabut

Mata : Konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik

Telinga : Liang lapang, membran timpani intak

Hidung : tampak normal, septum tidak deviasi

2

Page 3: Case Neuro

Mulut : bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor

- Leher

Pembesaran KGB : ( - )

Pembesaran tiroid : ( - )

JVP : Tidak meningkat

Trachea : Terletak di tengah

- Thorak

Cor

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V garis mid clavicula kiri

Perkusi : Batas kanan : Sela iga IV garis parasternal kanan

Batas kiri : sela iga VI garis midclavicula kiri

Batas atas : sela iga II garis parasternal kiri

Auskultasi : Bunyi jantung I – II murni, murmur ( - ), gallop ( - )

Pulmo

Inspeksi : Pergerakan nafas hemithorak kanan dan kiri simetris,

retraksi sela iga ( - )

Palpasi : Fremitus taktil paru kanan = paru kiri

Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : Vesikuler ( +/+ ), whezing ( -/- ), ronkhi ( -/- )

- Abdomen

Inspeksi : Perut rata dan simetris

Palpasi : Supel, Hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : Timpani, nyeri tekan (-), nyeri ketok ( - )

Auskultasi : Bising usus (+) normal

- Ekstremitas : Superior : edema (-/-)

Inferior : edema (-/-)

IV. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

Saraf cranialis Kanan / Kiri

N. olfaktorius ( N. I )

Daya penciuman hidung : ( N / N )

3

Page 4: Case Neuro

N. opticus ( N. II )

Tajam penglihatan : ( VOD >1/60 / VOS >1/60 )

Lapang penglihatan : Normal/Normal

Tes warna : Tidak dilakukan

Fundus oculi : Tidak dilakukan

N. occulomotorius, N. trochlearis, N. abducen ( N.III-N.IV-N.VI )

Kelopak mata :

Ptosis : ( - / - )

Endophtalmus : ( - / - )

Exopthalmus : ( - / - )

Pupil :

Diameter : ( 3 mm / 3 mm )

Bentuk : ( Bulat / Bulat )

Isokor / anisokor : Isokor

Posisi : ( Sentral / Sentral )

Reflek cahaya langsung : ( + / + )

Reflek cahaya tidak langsung : ( + / + )

Gerakan bola mata

Medial : ( + / + )

Lateral : ( + / + )

Superior : ( + / + )

Inferior : ( + / + )

Obliqus, superior : ( + / + )

Obliqus, inferior : ( + / + )

Reflek pupil akomodasi : ( + / + )

Reflek pupil konvergensi : ( + / + )

N. trigeminus ( N. V )

Sensibilitas

Ramus oftalmikus : ( Normal / Normal )

Ramus maksilaris : ( Normal / Normal )

Ramus mandibularis : ( Normal / Normal )

Motorik

M. maseter : ( Baik / Baik )

M. temporalis : ( Baik / Baik )

4

Page 5: Case Neuro

M. pterigoideus : ( Baik / Baik )

Reflek

Reflek kornea ( sensoris N. V, motoris N. VII ) : ( + / + )

Reflek bersin : ( + )

N. fascialis ( N. VII )

Inspeksi wajah sewaktu :

Diam : Simetris

Tertawa : Asimetris, deviasi ke kiri

Meringis : Asimetris, deviasi ke kiri

Bersiul : Tidak dapat bersiul, bocor

Menutup mata : Dapat dilakukan, simetris

Pasien disuruh untuk :

Mengerutkan dahi : simetris

Menutup mata kuat-kuat : simetris

Menggembungkan pipi : Asimetris, pipi kanan agak kempis

Sensoris

Pengecapan 2/3 depan lidah : ( + / + )

N. acusticus ( N. VIII )

N. cochlearis

Ketajaman pendengaran : ( + / + )

Tinitus : ( - / - )

N. vestibularis

Test vertigo : Tidak dilakukan

Nistagmus : ( - / - )

N. glossopharingeus dan N. vagus ( N. IX dan N. X )

Suara bindeng / nasal : ( - )

Palatum mole : Istirahat : simetris

Bersuara : terangkat, deviasi ke kiri

Arcus palatoglossus : Istirahat : simetris

Bersuara : sisi kiri lebih terangkat

Arcus pharingeus : Istirahat : simetris

Bersuara : sisi kiri lebih terangkat

Reflek batuk : (+)

Reflek muntah : (+)

5

Page 6: Case Neuro

Peristaltik usus : Bising usus (+) normal

Bradikardi : (-)

Takikardi : (-)

N. accesorius ( N. XI )

M. sternocleidomastoideus : ( Normal / Normal )

M. trapezius : ( Normal / Normal )

N. hipoglossus ( N. XII )

Atropi : (-)

Fasikulasi : (-)

Deviasi : lidah saat diam : tidak deviasi

Lidah saat dijulurkan : deviasi ke kanan

Tanda perangsangan selaput otak

Kaku kuduk : (+)

Kernig test : (-)

Lasseque test : (-)

Brudzinsky I : (-)

Brudzinky II : (-)

Sistem motorik Superior ka / ki Inferior ka / ki

Gerak hipoaktif / aktif hipoaktif / aktif

Kekuatan otot 3 / 5 3 / 5

Tonus Hipotonus / Normotonus Hipotonus / Normotonus

Klonus - / -

Atrophi - / - - / -

Reflek fisiologis Bicep ( + / + ) Pattela ( + / + )

Tricep ( + / +) Achiles ( + / +)

Reflek patologi Hoffman trommer ( - / - ) Babinsky ( + / - )

Chaddock ( - / - )

Oppenheim ( - / - )

Schaefer ( - / - )

Gordon ( - / - )

Gonda ( - / - )

Sensibilitas

- Eksteroseptif / rasa permukaan ( superior / Inferior )

6

Page 7: Case Neuro

Rasa raba : ( + / + )

Rasa nyeri : ( + / + )

Rasa suhu panas : (+ / + )

Rasa suhu dingin : (+ / + )

- Propioseptif / rasa dalam

Rasa sikap : ( + / + )

Rasa getar : tidak dilakukan

Rasa nyeri dalam : ( + / + )

- Fungsi kortikal untuk sensibilitas

Asteriognosis / Agnosa taktil : ( - )

Koordinasi

▪ Tes tunjuk hidung : ( tidak dapat dilakukan / + )

▪ Tes pronasi supinasi : ( tidak dapat dilakukan / + )

Susunan saraf otonom

▪ Miksi : terpasang catheter

▪ Defekasi : Normal

▪ Salivasi : Normal

Fungsi luhur

▪ Fungsi bahasa : Baik

▪ Fungsi orientasi : Baik

▪ Fungsi memori : Baik

▪ Fungsi emosi : Baik

Algoritma Gadjah Mada

◘ Penurunan kesadaran : ( - )

◘ Nyeri kepala : ( + )

◘ Refleks babinsky : ( + )

7

Page 8: Case Neuro

Stroke hemoragik

Score Djoenaedi

1. TIA sebelum serangan : Tidak ada = 0

2. Permulaan serangan : Mendadak (menit - 1 jam) = 6,5

3. Waktu serangan : Aktivitas = 6,5

4. Sakit kepala : Hebat = 7,5

5. Muntah : Mendadak = 7,5

6. Kesadaran : Tidak ada gangguan kesadaran = 0

7. Tekanan darah sistole : Waktu MRS tinggi (> 140/110) = 1

8. Tanda rangsangan : Kaku kuduk ringan = 5

9. Pupil : Isokor = 0

10. Fundus oculi : Tidak dilakukan = -

Jumlah = 34

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. CT Scan : - tampak perdarahan subarachnoid mengisi

sulci, falk serebri, cornu posterior ventrikel

lateral bilateral

- lokasi asal perdarahan tidak jelas

- struktur mediana tidak deviasi

- sistema ventrikel melebar, sulci dan gyri

prominen sesuai dengan gambaran atrofi

cerebri

- sinus paranasal dan celula mastoid tidak

tampak kelainan

8

Page 9: Case Neuro

RESUME

Pasien seorang wanita berumur 73 tahun datang dengan keluhan tangan dan kaki

kanan sulit digerakan secara mendadak. Nyeri kepala,leher kaku ,mual , muntah.

P/F : TD:150/100 mmHg, N:76 X/mnt, RR:24 x/mnt, S:36,9C. hemiparese

dekstra, parese N VII dekstra sentral, parese N XII

DIAGNOSIS

- Klinis = Hemiparese dekstra, parese N.VII sentral dekstra, Parese N.XII

dekstra

- Etiologi = Stroke Hemoragik

DIAGNOSIS BANDING

-

PENATALAKSANAAN

1. Umum

- Posisi kepala dan badan atas 30 derajat

- Dower catheter

- Diet lunak, rendah garam dan lemak

2. Medikamentosa

- Infus RL 20 tts/ mnt

- neurocet 3g/12jam

- captopril 2x 25mg

- nimotop 3 x 60 mg

3. Rehabilitasi

- fisiotherapy

PEMERIKSAAN PENUNJANG :

9

Page 10: Case Neuro

1. Laboratorium

- Darah Lengkap : Hb. Ht, Diff count, LED, Trombosit, CT, BT

- Biokimia : Fungsi ginjal (ureum, Creatinin, asam urat), lipid profil (kolesterol

total, HDL, LDL trigliserida), GDS, GDPP

2. EKG

3. Radiologi : Foto thorak

PROGNOSA

o Quo ad Vitam : ad bonam

o Quo ad Fungtionam : ad bonam

o Quo ad Sanationam : ad bonam

FOLLOW UP

10

Page 11: Case Neuro

Tanggal 31 Desember 2005

K.U : Tampak sakit sedang

Kesadaran : CM GCS : E4 M6 V5 = 15

Keluhan : tangan kanan dan tungkai kanan sulit untuk digerakan,

leher terasa sakit.

Tanda Vital : TD : 160/90 mmHg

N : 80 X/menit

RR : 24 X/menit

T : 36,5 C

Pupil : Bulat, sentral, isokor, RC +/+, Ø ± 3 mm / ± 3mm

Status Neurologis :

N I-XII : Parese N VII sentral dekstra, parese N. XII dekstra

Motorik : Superior Inferior

Gerak hipoaktif/ aktif hipoaktif / aktif

K. O 3 / 5 3 / 5

Tonus Hipotonus / N Hipotonus/ N

klonus - / -

Ref. Fisiologis + / + + / +

Ref. Patologis: Babinsky (+ / -), chaddock (- / -), Oppenheim(- / -),

Schaefer(- / -)

Sensorik : Tak ada kelainan

Hasil Lab :

Kimia Darah :

Hb 16,3

LED 8 N : 0-10 mm/jam

Leukosit 10.200 N : 4.800- 10.700/ul

Ureum 20 N : 10-40 mg/dl

Creatinin 0,8 N : 0,7-1,3 mg/dl

GDS 157 N : 70-200 mg/dl

Tanggal 1 januari 2006

K.U : Tampak sakit sedang

Kesadaran : CM GCS : E4 M6 V5 = 15

11

Page 12: Case Neuro

Keluhan : sakit kepala masih terasa,

merasa lebih baik dalam menggerakan tangan dan kaki kanan dari

sebelumnya

Tanda Vital : TD : 150/90 mmHg

N : 76 x/menit

RR : 24 x/menit

T : 35,9 C

Pupil : Bulat, sentral, isokor, RC +/+, Ø ± 3 mm / ± 3mm

Status Neurologis :

N I-XII : Parese N VII sentral dekstra, parese N.XII dekstra

Motorik : Superior Inferior

Gerak hipoaktif / aktif hipoaktif / aktif

K. O 3 / 5 3 / 5

Tonus Hipotonus / N Hipotonus/ N

klonus - / -

Ref. Fisiologis + + / + + + / +

Ref. Patologis: Babinsky (- / -), chaddock (- / -), Oppenheim(- / -),

Schaefer(- / -)

Sensorik : Tak ada kelainan

Tanggal 2 Januari 2006

K.U : Tampak sakit sedang

Kesadaran : CM GCS : E4 M6 V5 = 15

Keluhan : Pasien merasa lebih baik dalam menggerakan tangan dan kaki

kanannya.

Tanda Vital : TD : 140/80 mmHg

N : 72 X/menit

RR : 24 X/menit

T : 36,7 C

Pupil : Bulat, sentral, isokor, RC +/+, Ø ± 3 mm / ± 3mm

Status Neurologis :

N I-XII : taka ada kelainan

12

Page 13: Case Neuro

Motorik : Superior Inferior

Gerak aktif / aktif aktif / aktif

K. O 4 / 5 4 / 5

Tonus hipotonus / N Hipotonus/ N

klonus - / -

Ref. Fisiologis + + / + + + / +

Ref. Patologis: Babinsky (- / -), chaddock (- / -), Oppenheim(- / -),

Schaefer(- / -)

Sensorik : Tak ada kelainan

STROKE

13

Page 14: Case Neuro

Definisi

Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai oleh kehilangan fungsi otak

fokal akut ( kadang global) yang berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan

kematian ( dini) , yang disebabkan baik oleh perdarahan spontan kedalam atau

meliputi jaringan otak ( perdarahan Intraserbral Spontan atau Perdarahan

Subarachnoid- stroke hemoragik) atau suplai darah yang tidak adekuatnya ke suatu

bagian otak sebagai akibat aliran darah yang rendah, trombosis, dan emboli yang

berhubungan dengan suatu penyakit pembuluh darah, jantung atau darah(stroke

iskemik atau infark serebri).

Klasifikasi

Bentuk stroke beragam ada yang ringan , sedang, berat. Pada stroke ringan ada

yang pulih sempurna gejalanya dalam waktu kurang dari 24 jam yang disebut TIA

( Transient Ischemik Attack) yang berarti seranagan iskemik singkat. Adapula stroke

ringan yang sembuh sempurna dalam waktu lebih dari 24 jam dan kurang dari 3

minggu yang disebut dengan RIND ( Reversible Isckemik Neurologi Defisit)

Berdasarkan patofisiologinya stroke terdiri dari :

14

Page 15: Case Neuro

2. stroke iskemik ( stroke non hemoragik)

- Emboli

Proses terjadinya tiba- tiba. Sumber emboli biasanya berasal dari arteri

karotis atau vertebralis, akan tetapi juga dapat berasal dari jantung dan

system vaskular sistemik. Emboli yang kecil dan dapat menerobos

kapiler, maka lei yang telah dihasilkan oleh gangguan tersebut ialah

iskemik serebri regional yang reversible.tetapi apabila emboli yang

menyumbat pembuluh darah besar secara total, maka iskemik pada

daerah tersebut akan menjadi infark.

- Trombus

Merupakan penyebab stroke yang paling sering. Trombosis ditemukan

pada 40 % dari semua kasus stroke. Biasanya ada kaitannya dengan

kerusakan total dinding pembuluh darh akibat aterosklerosis.

- Berkurangnya suplai darah dan oksigen di suatu daerah di otak

15

Page 16: Case Neuro

Biasanya terjadi pada penyakit gagal jantung , dimana pada penyakit

ini jantung sudah tidak mampu memompakan darahnya secara

maksimal masuk ke dalam otak sehingga ada bagian yang hipoksia,

yang lama- kelamaan akan terjadi nekrosis dan terjadi infark.

3. stroke hemoragik

- Perdarahan intraserebral Spontan

Perdarahan serebral terjadi karena pecahnya pembuluh darah otak di

dalam parenkim otak. Pecahnya pembuluh darah disebabkan kerusakan

dinding akibat arteriosklerosis, peradangan, trauma, kelainan

kongenital ( malformasi ). Hal ini dipermudah bila terjadinya

peniggian tekanan darah secara tiba- tiba. Perdarahan intracerebral

sering timbul akibat pecahnya mikroaneurisma akibat hipertensi lama

dan lokasi yang sering terjadi adalah di daerah subkorteks, serebelum

dan pons.

- Perdarahan subaracnoid

Perdarahan terutama pada sirkulasi Wilisi dan berasal dari aneurisma

kongenital yang pecah. Biasanya terjadi pada usia lebih muda.

Perdarahan sering berulang dan menimbulkan vasospasme hebat.

Patofisiologi

1. Iskemik

Tingkat krisis aliran darah otak 12- 23 ml/ 100 gr/menit, K meningkat ,

ATP dan kreatinin fosfat berkurang ( reversible ). Pengurangan aliran

darah kurang dari 10- 12 ml/100gr/menit menyebabkan infark. Bila aliran

darah 6-8 ml/ 100 gr/ menit terjadi pengurangan ATP yang nyata,

16

Page 17: Case Neuro

peningkatan Ca intraseluler, dan asidosisseluler terjadi nekrosis, asam

lemak bebas merusak membran pospolipid dinding sel. Pada kondisi

iskemik parsialotak masih mampu bertahan hidup 6 jam atau lebih.

2. hemoragik

Darah yang keluar dari pembuluh darah langsung masuk ke dalam jaringan

otak membentuk suatu hematom atau menyebar kedalam ventrikel atau

ruangan subaraknoid. Hematom ini meyebabkan gangguan fisik jaringan

dan menekan sekeliling jaringan otak. Darah dalam ruangan subaraknoid

( yang biasanya disebabkan oleh aneurisma) bisa menyebabkan iskemik

serebri melalui mekanisme konstriksi arteriosus willisi dan cabang

utamanya vasospasme.

Gambaran klinis umum

Otak merupakan organ tubuh yang ikut berpartisipasi pada semua kegiatan

tubuh. Kegiatannya berupa bergerak, merasa, berfikir berbicara menuis, berhitung dan

mendengar. Bila bagian – bagian dari otak ini terganggu maka fungsinya tidak akan

maksimal. Keluhan umum pada stroke antara lain :

- Berupa keluhan yang berlangsung mendadak

- Adanya kekakuan , rasa berat, atau rasa kebas pada salah satu sisi

tubuh atau pada muka dan tangan.

- Muka merot pada salah satu sisi

- Bicara pelo atau sukar di mengerti

- Buta atau penglihatannya kabur pada satu sisi atau kedua mata

- Sulit menelan, bila minum dan makan sering keselek

- Tidak mampu memahami bicara orang lain, tidak mampu menulis dan

membaca, tidak mampu memahami tulisan.

- Jalan sempoyongan dan tidak seimbang

- Pendengaran berkurang

- Banyak tidur, gerakan tidak terkoordinasi, penurunan kesadaran

- Sakit kepala hebat

Gejala fokal neurologis dan okular

1. Gejala motorik

- Hemiparesis

- Paraparesis/ tetraparesis

- Disfagia

17

Page 18: Case Neuro

- Ataksia

2. Gangguan bicara atau bahasa

- Disfasia

- Disleksia

- Disgrafia

- Diskalkulia

- Disartria

3. Gejala sensoris

- Somatosensoris, gangguan hemisensoris

- Visual, hemianopia, kebutaan bilateral, diplopia

4. Gejala vestibular

- vertigo

5. Gejala kognitif dan tingkah laku

- Kesulitan berpakaian, menyisir rambut, disorientasi tempat, amnesia

Penatalaksanaan

Tujuan terapi pada fase akut adalah mencegah agar stroke tidak berlanjut atau

berulang, mencegah upaya agar cacat dapat dibatasi, mencegah terjadinya

komplikasi,mencari penyakit lain yang dapat mempengaruhi perjalanan stroke,

membantu pemulihan penderita, mencegah terjadinya kematian.

3. Umum

- Posisi kepala dan badan atas 30 derajat ,posisi lateral dekubitus kiri

bila

disertai muntah boleh dimulai mobilisasi bertahap bila hemodinamik

stabil.

- Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat, bila perlu

berikan

oksigen 1-2 l /menit sampai ada hasil gas darah.

- Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya dengan

kateterisasi

intermiten.

- Penatalaksanaan tekanan darah dilakukan secara khusus ( lihat

pedoman

dibawah ).

18

Page 19: Case Neuro

- Hiperglikemia atau hipoglikemia harus dikoreksi.

- Suhu tubuh harus dipertahankan normal.

- Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan

baik, bila terdapat gangguan menelan atau penderita dengan

kesadaraan menurun, dianjurkan melalui pipa nasogastrik.

- Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan.

- Pemberian cairan intravena berupa cairan kristaloid atau koloid,

hindari yang mengandung glukosa murni atau hipotonik.

- Bila ada dugaan trombosis vena dalam diberikan heparin/ heparinoid,

dosis rendah subkutan, bila tidak ada kontraindikasi.

- Mobilisasi dan rehabilitasi dini bila tidak ada kontraindikasi.

4. Penatalaksanaan komplikasi

- Kejang diatasi segera dengan diazepam

- Ulkus stress diatasi dengan antagonis H2

- Tekanan intrakranial yang meninggi pada kasus stroke :

Manitol, gliserol, furosemid

3. Penatalaksanaan spesifik

- stroke iskemik : trombolitik, antikoagulansia, antiagregasi

tombosis,obat untuk edema otak, neuroprotektor.

- stroke hemoragik : paling penting disini adalah mengatasi

penyebabnya dan segera turunkan tekanan darah untuk mencegah

terjadinya perdarahan ulang, penderita harus istirahat total minimal 4

minggu agar penyembuhan luka pada pembuluh darahnya lebih baik.

Tekanan intrakranial diturunkan, Mencegah perdarahan ulang dengan

memberikan golongan antifibrinolitik ( asam traneksamat), Untuk

mencegah spasme arteri ( nimodipin) kalau perlu dilakukan tindakan

operasi

4. Rehabilitasi

- menjaga atau menigkatkan kemampuan jasmani, rohani, sosial.

- fisioterapi, tes ocupasi, latihan berjalan.

Pemeriksaan penunjang

- Lab; darah lengkap, hitung jenis, urine lengkap, asam urat, elektrolit,

analisa gas darah, APTT , HDL ,LDL ,Kolesterol, Trigliserida.

- Ct-scan

19

Page 20: Case Neuro

- Rongent toraks

- EKG

Faktor resiko stroke

A.Tidak dapat dimodifikasi

Tidak dapat di rubah dan dapat dipakai sebagai marker stroke pada seseorang

- Usia , biasanya stroke diderita seseorang diatas dekade 4 dan 5.

- Jenis kelamin, laki- laki lebih banyak menderita stroke dibandingkan

perempuan.

- Herediter, stroke mempunyai pengaruh dari riwayat keluarga. Bila

dalam satu keluarga ada yang menderita stroke, maka kemungkinan

anggota keluarga yang lain ada yang menderita stroke bila ada faktor

lain yang mencetuskannya.

- Ras/ etnik, biasanya stroke diderita oleh orang yang berasal dari daerah

yang mempunyai kebiasaan menggunakan santan dan senang makanan

asin dan senang makan jeroan.

B. Dapat dimodifikasi

- Hipertensi

Merupakan faktor resiko yang kuat untuk terjadinya stroke.

Baik sistole yang tinggi maupun tekanan diastole yang tinggi. Mereka

yang belum mendapatkan stroke, maupun yang sudah mengalami

stroke harus mengendalikan hipertensinya dengan baik.

Dalam menanggulangi hipertensi harus diupayakan juga

tindakan non farmakologis. Kita menyadari bahwa hipertensi

umumnya penyakit seumur hidup. Makin tinggihipertensi kita, makin

besar kemungkinan membutuhkan obat anti hipertensi seumur hidup.

Sebagaimana lazimnya dengan terapi obat,kita harus mewaspadai efek

samping yang terjadi.

Rekomendasi ;

Mengupayakan tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan

diastole < 90 mmHg

Modifikasi gaya hidup; kontrol berat badan, aktifitas

fisik, hindari minum alkohol, diet mengadung rendah

garam ( 100mmol/ hari )

20

Page 21: Case Neuro

Bila setelah modifikasi dan merubah gaya hidup

tekanan darahnya masih tetap tinggi , maka di perlukan

obat anti hipertensi.

- Diabetes melitus

Merupakan faktor yang kurang kuat dibandingkan dengan

hipertensi. Diabetes merupakan keadaan hiperglikemia yang kronis.

Disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan dan faktor genetik.

Pengatur utama kadar gula dalam darah adalah insulin, hormon

dibentuk dan disekresikan oleh sel beta di pankreas. Hiperglikemia

dapat terjadi karena ketidakseimbangan metabolisme kharbohidrat,

lemak, dan protein.

Kadar glukosa dalam plasma darah yang melebihi 200 mg %

adalah dignosis untuk diabetes melitus. Diduga bahwa mempercepat

terjadinya aterosklerosis. Pada penderita diabetes biasanya dijumpai

aterosklerosis yang lebih berat, lebih tersebar, dan mulai lebih dini.

Pada penderita yang diabetesnya di dapat mulai usia tengah

baya -maka biasanya merupakan non insulin dependen.pada jenis ini

didapat defisiensi insulin yang relatif.

Tujuan pengobatan diadetes melitus ;

Memulihkan kesehatan, kekuatan, dan enersi

Memperoleh dan mempertahankan berat badan yang

normal

Mengusahakan keadaan normoglikemia, tanpa adanya

keadaan hipoglikemia

Mencegah terjadinya komplikasi

Rekomendasi ;

Mengontrol dan mengendalikan kadar gula darah

dengan cara diet, olahraga yang teratur

Terapautik ; obat hipoglikemia oral (sulfonilurea,

biguanid, insulin )

Mengobati hipertensi jika ada

- Kelainan jantung

Beberapa penyakit jantun dapat meningkatkan kemungkinan

mendapatkan stroke. Gagal jantung kongestif da penyakit jantung

21

Page 22: Case Neuro

koroner mempunyai peranan penting dalam terjadinya stroke. Resiko

mendapatkan stroke lebih besar pada orang yang memiliki kelainan di

agmbaran EKG.

The European Stroke Initiative mengemukakan bahwa

pengobatan jangka panjang dengan antikoagulan oral harus

dipertimbangkan pada semua pasien dengan fibrilasi atrium.

Karakteristik pasien rekomendasi

Usia < 65th tanpa faktor resiko

Usia <65th dengan faktor resiko

Usia 65- 75th tanpa faktor resiko

Usia 65- 75 th dengan faktor resiko

Usia > 75 th dengan atau tanpa

faktor resiko

Aspirin

Warfarin ( INR 2,5 range 2,0-30)

Aspirin atau warfarin

Warfarin ( INR 2,5 range 2,0-3,0)

Warfarin ( INR 2,5 range 2,0-3,0)

- Aterosklerosis

Kata ini dapat digunakan bagi sekelompok kelainan yang

mengakibatkan menebalnya serta mengurangnya kelenturan

( elastisitas) dinding pembuluh darah. Ada tiga jenis ateroslerosis, yaitu

; aterosklerosis ( ditandai dengan pembentukan plaque intima ),

sklerosis ( ditandai oleh pengapuran pada tunika media pembuluh

darah ) dan arteriosklerosis ( ditandai oleh proliferasi fibromuskular

atau penebalan endotel dinding arteri berukuran kecil dan arteriol ).

Beberapa fakta tentang aterosklerosis

Prosesnya sudah terjadi sejak usia yang sangat muda

Bertambah berat dengan bertambahnya usia

Terdapat variasi luas daripada beratnya aterosklerosis

Secara umum dapat dikatakan bahwa perempuan lebih

sedikit menderita aterosklerosis dibanding laki- laki

Didapatkan hubungan antara beratnya aterosklerosis

dengan tingginya kadar lipid dalam darah, terutama

kolesterol, trigliserida, dan beta lipo protein

Manifestasi klinis aterosklerosis, kerusakannya melalui

mekanisme;

22

Page 23: Case Neuro

Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan

berkurangnya aliran darah

Oklusi mendadak pembuluh darahkarena adanya

trombosis atau perdarahan aterom

Merupakan tempaat terbentuknya trombus dan dapat

melepaskan kepingan trombus

Menyebabkan dinding arteri menjadi lemah dan

menjadi aneurisma yang kemudian robek dan terjadi

perdarahan

- TIA ( transcient Isckemik Attack)

Seseorang yang telah mengalami TIA, kemungkinan besar

dapat menderita stroke yang lebih berat, jika penyakitnya tersebut tidak

di tanggulangi dengan terapi yang tepat dan didukung adanya faktor

resiko yang lain.

- Dislipidemia

Karakteristik rekomendasi

Evaluasi awal ( tdk ada PJK )

CT<200mg% & HDL > 35mg %

CT<200mg% & HDL <35mg%

CT200-239mg% & HDL >35mg

%

Dengan < 2 faktor PJK

CT200-239mg% & HDL< 35mg

%

< 2 faktor PJK

CT> 24mg%

Ulagi pemeriksaan CT dan HDL

dalam 5 tahun atau dengan

pemeriksaan fisik.

Analisis lipoprotein

Modifikasi diet,evaluasi ulang 1-2

tahun

Analisa lipoprotein

Analisa lipoprotein

DAFTAR PUSTAKA

23

Page 24: Case Neuro

1. PERDOSSI : Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia, 3 – 7.

2. Prof. DR. Mahar Mardjono & Prof. DR. Priguna Sidharta : Neurologi

Klinis Dasar, Edisi VI, 1994, 270 – 290.

3. Mary Carter Lombardo : Patofisiologi Konsep Klinis Proses – proses

Penyakit, Edisi 4, 1995, 964 – 972.

4. Dr. Siti Amnisa Nuhonni, SpRM, Simposium Penatalaksanaan Stroke

Masa Kini, 101, Bandar Lampung,2000

5. http://www.yastroki.or.id/printarticle.php?id=28roke

6. http://www.strokecentre.org

24