case Luka Bakar grade III
-
Upload
ayuikagnfkump -
Category
Documents
-
view
28 -
download
1
description
Transcript of case Luka Bakar grade III
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter.. luka
bakar berat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi
dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk
penangannya pun tinggi. Penyebab luka bakar antara lain terbakar api langsung,
pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia berupa asam atau
basa kuat.1
Di Amerika Serikat, kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar
setiap tahunnya. Dari angka tersebut, 112.000 penderita luka bakar membutuhkan
tindakan emergensi, dan sekitar 210 penderita luka bakar meninggal dunia. Di
Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan
bertambahnya jumlah penduduk serta industri, angka luka bakar tersebut semakin
meningkat. 1
Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga menimbulkan
efek sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan
derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung
pada dalam, luas, dan letak luka. Selain beratnya luka bakar, umur dan keadaan
kesehatan penderita sebelumnya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
prognosis. 1
1.2 Tujuan
Laporan ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis ketepatan diagnosis yang ditegakkan pada kasus.
2. Menganalisis ketepatan penatalaksanaan pada kasus.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI DAN HISTOLOGI KULIT
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai
peranan dalam homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan
terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh,
pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9
meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm
tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada
kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas.
Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki,
punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua
lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan
lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang
berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan
suatu lapisan jaringan ikat.2
2.1.1 EPIDERMIS
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri
dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit,
Langerhans dan Merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai
tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan
epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi
regenerasi setiap 4-6 minggu. Fungsi Epidermis : Proteksi barier,
organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan
mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel
Langerhans). Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang
paling atas sampai yang terdalam) :
3
1. Stratum Korneum : Terdiri dari sel keratinosit yang bisa
mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum : Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada
kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit
tipis.
3. Stratum Granulosum : Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng
yang intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik
kasar yang dinamakan granula keratohialin yang mengandung
protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum : Terdapat berkas-berkas filament yang
dinamakan tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut
memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan
melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus
mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum
dengan lebih banyak tonofibril.
5. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan
Malfigi. Terdapat sel Langerhans. Stratum Basale (Stratum
Germinativum) : Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan
bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara
konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke
permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain.
Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.2
2.1.2 DERMIS
Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi,
yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri
dari dua lapisan :
1. Lapisan papiler; tipis : mengandung jaringan ikat jarang.
2. Lapisan retikuler; tebal : terdiri dari jaringan ikat padat.
4
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen
berkurang dengan bertambahnya usia. Serabut elastin
jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan elastin
kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai
dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam
jumlah besar dan serabut elastin berkurang. Hal ini
menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan
tampak mempunyai banyak keriput. Dermis mempunyai banyak
jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa
derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan
kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya
derivat epidermis di dalam dermis. Fungsi Dermis : struktur
penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan
shearing forces dan respon inflamasi.2
2.1.3 SUBKUTIS
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang
terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat
yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di
bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut
daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi
menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi
Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,
cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock
absorber.2
5
Gambar 2.1 Anatomi Kulit
2.2 DEFINISI LUKA BAKAR
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan
permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan
panas (api secara langsung maupun tidak langsung, pajanan
suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air,
dll) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa
kuat)1.
2.3 PATOGENESIS
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget
dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi
rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di
dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.
Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan
menimbulkan bula yang banyak elektrolit. Hal itu
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler.
Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan
cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan
ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan
pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga.
6
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya
mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya,
tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik
dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin,
berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun,
dan produksi urin berkurang. Pembengkakkan terjadi pelan-
pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka
terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan
napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap.
Edema laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan
hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea,
stridor, suara serak dan dahak bewarna gelap akibat jelaga.
Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun
lainnya. Karbon monoksida akan mengikat hemoglobin
dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi
mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas,
bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang
berat terjadi koma. Bisa lebih dari 60% hemoglobin terikat
CO, penderita dapat meninggal. Setelah 12 – 24 jam,
permeabilitas kapiler mulai membaik dan mobilisasi serta
penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini
di tandai dengan meningkatnya diuresis.3
2.4 PENILAIAN DERAJAT LUKA BAKAR
Luka bakar dibagi menjadi 4 derajat :
1. Luka bakar grade I ·
- Disebut juga luka bakar superficial ·
- Mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai
mengenai daerah dermis. Sering disebut sebagai
epidermal burn ·
7
- Kulit tampak kemerahan, sedikit oedem, dan terasa
nyeri. ·
- Pada hari ke empat akan terjadi deskuamasi epitel
(peeling).
2. Luka bakar grade II ·
Superficial partial thickness:
o Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari
dermis
o Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih
berat daripada luka bakar grade I
Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam setelah
terkena luka
o Bila bula disingkirkan akan terlihat luka bewarna
merah muda yang basah
o Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih pucat
bila terkena tekanan
o Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu
( bila tidak terkena infeksi ), tapi warna kulit tidak akan
sama seperti sebelumnya. ·
Deep partial thickness
o Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari
dermis
o disertai juga dengan bula
o permukaan luka berbecak merah muda dan putih
karena variasi dari vaskularisasi pembuluh
darah( bagian yang putih punya hanya sedikit pembuluh
darah dan yang merah muda mempunyai beberapa aliran
darah
o luka akan sembuh dalam 3-9 minggu.
3. Luka bakar grade III ·
- Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen ·
8
- Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung
ujung saraf dan pembuluh darah sudah hancur. ·
- Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai
mengenai otot dan tulang.1
4. Luka Bakar grade IV
- Berwarna hitam.
2.5 PENILAIAN LUAS LUKA BAKAR
Beberapa cara penentuan derajat luka bakar.
1. Palmar surface
Luas permukaan pada telapak tangan pasien (termasuk
jari-jari)secara kasar adalah 0,8% dari seluruh luas
permukaan tubuh. Permukaan telapak tangan dapat
digunakan untuk mengukur luka bakar yang kecil
(<15%>85% luas permukaan tubuh). Untuk luka bakar
dengan ukuran sedang, pengukuran dengan cara ini
tidak akurat.
2. Wallace rule of nines
Merupakan cara yang baik dan cepat untuk mengukur
luas luka bakar pada orang dewasa. Tubuh dibagi
menjadi area 9%, dan total daerah yang terkena luka
bakar dapat dihitung. Tetapi cara ini tidak akurat pada
anak-anak. Pada anak dan bayi digunakan rumus lain
karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih
besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil.
Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh
anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi dan
rumus 10-15-20 untuk anak. Untuk anak, kepala dan
leher 15 %, badan depan dan belakang masing-masing
20 %, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10
9
%, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15
%.9
Gambar 2.2 Rule Of Nine
3. Lund and Bowder chart
Tabel ini, apabila digunakan dengan benar, merupakan
cara yang paling akurat. Tabel ini mengkompensasi
variasi bentuk tubuh dengan umur, sehingga dapat
memberikan perhitungan luas luka bakar yang akurat
pada anak-anak.7
LOKASIUSIA (Tahun)
0-1 1-4 5-9 10-15 DEWASAKEPALA 19 17 13 10 7LEHER 2 2 2 2 2DADA & PERUT
13 13 13 13 13
PUNGGUNG 13 13 13 13 13PANTAT KIRI 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5PANTAT KANAN
2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
KELAMIN 1 1 1 1 1LENGAN ATAS KA.
4 4 4 4 4
LENGAN ATAS KI.
4 4 4 4 4
LENGAN BAWAH KA
3 3 3 3 3
LENGAN BAWAH KI.
3 3 3 3 3
TANGAN KA 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
10
TANGAN KI 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5PAHA KA. 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5PAHA KI. 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5TUNGKAI BAWAH KA
5 5 5,5 6 7
TUNGKAI BAWAH KI
5 5 5,5 6 7
KAKI KANAN 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5KAKI KIRI 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Tabel 2.1. Lund and Bowder Chart
2.6 PENYEBAB LUKA BAKAR
1. Api
2. Luka bakar kontak (terkena rokok, solder atau alat-alat
memasak)
3. Air panas
4. Uap panas
5. Gas panas
6. Listrik
7. Semburan panas
8. Ter4
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Terutama untuk luka bakar yang berat:
Lab darah :
1. Hitung jenis
2. Kimia darah
3. Analisa gas darah dengan carboxyhemoglobin
4. Analisis urin
5. Creatinin Phosphokinase dan myoglobin urin ( Luka
bakar akibat listrik)
6. Pemeriksaan factor pembekuan darah ( BT, CT)
11
Radiologi
1. Foto thoraks : untuk mengetahui apakah ada
kerusakan akibat luka bakar inhalasi atau adanya
trauma dan indikasi pemasangan intubasi
2. CT scan : mengetahui adanya trauma Tes lain :
dengan fiberoptic bronchoscopy untuk pasien
dengan luka bakar inhalasi.5
2.8 DAMPAK LUKA BAKAR
Efek lokal
1. Kerusakan jaringan
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi
rusak dan sel darah yang ada di dalamnya ikut
rusak sehingga dapat terjadi anemia. Luka bakar
menyebabkan rupturnya sel atau nekrosis sel.
Sel yang di perifer masih dapat hidup tapi
sebagian ada yang rusak. Akibat rusaknya
mikrosirkulasi perifer lapisan kolagen akan
berubah bentuk dan rusak. Pembuluh kapiler
yang mengalami trombosis, padahal pembuluh
ini membawa sistem pertahanan tubuh atau
antibiotik., permeabilitas kapiler akan
meningkat mengakibatkan kebocoran cairan
intravaskuler sehingga terjadi oedem. Luka
bakar derajat tiga yang dibiarkan sembuh sendiri
akan mengalami kontraktur. Bila ini terjadi di
persendian, fungsi sendi dapat berkurang atau
hilang. ·
12
2. Inflamasi
Reakasi infalamasi yang paling awal terlihat
adalah erythema, yang disebabkan karena
respon neurovaskular mengakbibatkan
vasodilatasi pembuluh darah. Makin berat
kerusakan jaringan, respon inflamasi yang
muncul akan makin lama bertahan. Makrofag
akan menghasilkan mediator inflamasi seperti
cytokine dan sel fagosit nekrotik. Netrofil dan
limfosit akan menghalangi terjadinya infeksi. ·
3. Infeksi
Luka bakar merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan mikroorganisme, biasanya akan
menyebabkan infeksi dalam 24-48 jam. Dalam
kondisi yang lebih berat akan muncul bakteriemi
atau septikemi yang kemudian akan tejadi
penyebaran infeksi ke tempat yang lain.
Bakteriemi merupakan penyebab kematian
tersering pada luka bakar mulai dari 24 jam
pertama sampai pada luka bakar yang sudah
sembuh. Streptococcus β-hemolitikus dan
pseudomonas memproduksi enzym protease
yang dapat mencegah penempelan dari skin
graft. Infeksi ringan dan noninvasif ditandai
dengan keropeng yang mudah terlepas dengan
nanah yang banyak. Infeksi yang invasive
ditandai dengan keropeng yang mula-mula
kering dengan perubahan jaringan di tepi
13
keropeng yang mula-mula sehat menjadi
nekrotik, akibatnya luka bakar yang mula-mula
derajat dua menjadi derajat tiga. Infeksi kuman
menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler
di jaringan yang terbakar dan menimbulkan
trombosis.
Efek regional ·
1. Sirkulasi
Jika terdapat oedem yang luas, maka akan
terjadi pembengkakkan, aliran darah dari
extremitas dapat mengalami obstruksi. Sirkulasi
untuk otot tangan intrinsic dapat terganggu
akibat oedem, dapat terjadi nekrosis yang lama
kelamaan menjadi kontraktur. Akumulasi cairan
interstitial dalam tangan menyebabkan jaringan
kolagen menggembung maksimal sehinggga
terbentuk posisi “claw” ( metacarpalphalangeal
extensi, dan proximal interphalangeal flexi ).
Dapat juga terjadi muscle compartement
syndrome yang mengenai otot flexor dan
extensor extremitas bagian atas maupun bawah.
Efek sistemik ·
1. Kehilangan cairan
Meningkatnya permeabilitas menyebabkan
udem dan menimbulkan bula yang banyak
elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya
volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit
akibat luka bakar menyebabkan kehilangan
cairan akibat penguapan yang berlebihan,
masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada
luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan
14
dari keropeng luka bakar derajat tiga. Bila luas
luka bakar kurang dari 20%, biasanya
mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan
terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang
khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat,
nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun,
dan produksi urin berkurrang. Pembengkakan
terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah
delapan jam.
2. Multiple organ failure dan Sepsis
Kegagalan progresif dari ginjal dan hepar di
akibatkan karena kehilangan cairan, toxemia
karena infeksi, sepsis. Ganguan sirkulasi ke
ginjal menyebabkan iskemia ginjal ( tubulus)
berlanjut dengan Akut Tubular Necrosis yang
akhirnya terjadi gagal ginjal (ARF). Gangguan
sirkulasi perifer meneybabkan iskemia otot-otot
dengan dampak pemecahan glikoprotein yang
meningkatkan produksi Nitric Oxide (NO). NO
ini diketau berperan sebagai modulator sepsis.
Ganguan sirkulasi ke kulit dan system integum
menyebabkan gangauan system imun karena
penurunan produksi limfosit dan penurunan
fungsi barier kulit.1 ·
3. Luka bakar inhalasi
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila
luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan
mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap
panas ayang terrisap. Udem laring yang
ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan
15
jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea,
stridor, suara serak dan dahak bewarna gelap
akibat jelaga. Luka bakar inhalasi Dapat juga
keracunan gas CO dan gas beracun lainnya.
Karbon monoksida akan mengikat hemoglobin
dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu
lagi mngeikat oksigen. Tanda keracuna ringan
adalah lemas, bingung, pusing, mual dan
muntah. Pada keracunan yang berat terjadi
koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat
CO, penderita dapat meninggal.
4. Komplikasi sistemik
Stress atau beban faali yang terjadi pada
penderita luka bakar berat dapat menimbulkan
tukak di mukosa lambung atau duodenum
dengan gejala yang sama dengan tukak peptic.
Kelainan ini disebut tukak Curling. Yang
khawatirkan pada tukak curling ini adalah
penyulit perdarahan yang tampil sebagai
hematemesis dan atau melena. Fase permulaan
luka bakar merupakan fase katabolisme
sehingga keseimbangan protein menjadi negatif.
Protein dalam tubuh banyak hilang karena
eksudasi, metabolisme tinggi, dan infeksi.
Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga
memerlukan kalori tambahan. Tenaga yang
diperlukan pada fase ini terutama didapat dari
pembakaran protein dari otot skelet. Oleh karena
itu penderita menjadi sangat kurus, otot
mengecil dan berat badan menurun.7
16
2.9. PERTOLONGAN PERTAMA PADA PASIEN
DENGAN LUKA BAKAR ·
1. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada
tubuh, misalnya dengan menyelimuti dan menutup
bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan
oksigen pada api yang menyala.
2. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang
membuat efek Torniket, karena jaringan yang terkena
luka bakar akan segera menjadi oedem.
3. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka
bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir
selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Proses
koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu
tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan
sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat
dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar
dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama
sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil. Akan
tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang
lebih luas karena bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak
seharusnya diberikan langsung pada luka bakar
apapun.9
4. Evaluasi awal Prinsip penanganan pada luka bakar
sama seperti penanganan pada luka akibat trauma yang
lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation)
yang diikuti dengan pendekatan khusus pada komponen
spesifik luka bakar pada survey sekunder.
17
Saat menilai ‘airway” perhatikan apakah terdapat
luka bakar inhalasi. Biasanya ditemukan sputum
karbonat, rambut atau bulu hidung yang gosong. Luka
bakar pada wajah, oedem oropharyngeal, perubahan
suara, perubahan status mental. Bila benar terdapat luka
bakar inhalasi lakukan intubasi endotracheal, kemudian
beri Oksigen melalui mask face atau endotracheal tube.
Luka bakar biasanya berhubungan dengan luka lain,
biasanya dari luka tumpul akibat kecelakaan sepeda
motor. Evaluasi pada luka bakar harus dikoordinasi
dengan evaluasi pada luka-luka yang lain. Meskipun
perdarahan dan trauma intrakavitas merupakan prioritas
utama dibandingkan luka bakar, perlu dipikirkan untuk
meningkatkan jumlah cairan pengganti.
Anamnesis secara singkat dan cepat harus dilakukan
pertama kali untuk menentukan mekanisme dan waktu
terjadinya trauma. Untuk membantu mengevaluasi
derajat luka bakar karena trauma akibat air mendidih
biasanya hanya mengenai sebagian lapisan kulit (partial
thickness), sementara luka bakar karena api biasa
mengenai seluruh lapisan kulit (full thickness).5,6
2.10 RESUSITASI CAIRAN
Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena
luka bakar, Pemberian cairan intravena yang adekuat harus
dilakukan, akses intravena yang adekuat harus ada, terutama pada
bagian ekstremitas yang tidak terkena luka bakar.
Adanya luka bakar diberikan cairan resusitasi karena
adanya akumulasi cairan edema tidak hanya pada jaringan yang
terbakar, tetapi juga seluruh tubuh. Telah diselidiki bahwa
penyebab permeabilitas cairan ini adalah karena keluarnya sitokin
18
dan beberapa mediator, yang menyebabkan disfungsi dari sel,
kebocoran kapiler.
Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga
dan mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema.
Kehilangan cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya
luka dan akumulasi maksimum edema adalah pada 24 jam pertama
setelah luka bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertama kali
adalah pemberian garam ekstraseluler dan air yang hilang pada
jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh. Pemberian cairan paling
popular adalah dengan Ringer laktat untuk 48 jam setelah terkena
luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5 sampai
1.5mL/kgBB/jam.
Formula yang terkenal untuk resusitasi cairan adalah
formula Parkland :
- 24 jam pertama.Cairan Ringer laktat : 4ml/kgBB/%luka bakar
o contohnya pria dengan berat 80 kg dengan luas luka bakar 25 %
o membutuhkan cairan : (25) X (80 kg) X (4 ml) = 8000 ml dalam
24 jam pertama
§ ½ jumlah cairan4000 ml diberikan dalam 8 jam
§ ½ jumlah cairan sisanya4000 ml diberikan dalam 16 jam
berikutnya.
Cara lain adalah cara Evans :
l. luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl /
24 jam
2. luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah
plasma / 24 jam ( no 1 dan 2 pengganti cairan yang hilang akibat
oedem. Plasma untuk mengganti plasma yang keluar dari
pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis hingga mengurangi
perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang telah
keluar )
19
3. 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang
hilang akibat penguapan )
Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam
pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari
kedua diberikan setengah jumlah cairan pada hari pertama. Dan
hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah
menggunakan rumus Baxter yaitu :
% x BB x 4 cc. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8
jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari
pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan RL karena
terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah cairan hari
pertama. Contoh : seorang dewasa dengan BB 50 kg dan luka
bakar seluas 20 % permukaan kulit akan diberikan 50 x 20 % x 4
cc = 4000 cc yang diberikan hari pertama dan 2000 cc pada hari
kedua.9
Kebutuhan kalori pasien dewasa dengan menggunakan formula
Curreri, adalah 25 kcal/kgBB/hari ditambah denga 40 kcal/% luka
bakar/hari.
Petunjuk perubahan cairan:
1. Pemantauan urin output tiap jam ·
2. Tanda-tanda vital, tekanan vena sentral ·
3. Kecukupan sirkulasi perifer ·
4. Tidak adanya asidosis laktat, hipotermi ·
5. Hematokrit, kadar elektrolit serum, pH dan kadar glukosa
2.11.PENGGANTIAN DARAH
Luka bakar pada kulit menyebabkan terjadinya kehilangan
sejumlah sel darah merah sesuai dengan ukuran dan kedalaman
20
luka bakar. Sebagai tambahan terhadap suatu kehancuran yang
segera pada sel darah merah yang bersirkulasi melalui kapiler yang
terluka, terdapat kehancuran sebagian sel yang mengurangi waktu
paruh dari sel darah merah yang tersisa. Karena plasma
predominan hilang pada 48 jam pertama setelah terjadinya luka
bakar, tetapi relative polisitemia terjadi pertama kali. Oleh sebab
itu, pemberian sel darah merah dalam 48 jam pertama tidak
dianjurkan, kecuali terdapat kehilangan darah yang banyak dari
tempat luka. Setelah proses eksisi luka bakar dimulai, pemberian
darah biasanya diperlukan.7
2.12.PERAWATAN LUKA BAKAR
Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan
resusitasi cairan dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung
pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan dari semua
perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang
minimal.
Setelah luka dibersihkan dan di debridement, luka ditutup.
Penutupan luka ini memiliki beberapa fungsi: pertama dengan
penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan
meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua, luka
harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak
hipotermi. Ketiga, penutupan luka diusahakan semaksimal
mungkin agar pasien merasa nyaman dan meminimalkan
timbulnya rasa sakit.
Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar:
1. Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan
dengan
sedikit hilangnya barier pertahanan kulit. Luka seperti ini
tidak perlu di balut, cukup dengan pemberian salep
antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan
kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen,
21
Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan
pembengkakan
2. Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu
perawatan
luka setiap harinya, pertama-tama luka diolesi dengan salep
antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan
dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat
ditutup dengan penutup luka sementara yang terbuat dari
bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft
(homograft, cadaver skin) ) atau bahan sintetis (opsite,
biobrane, transcyte, integra)
3. Luka derajat II ( dalam ) dan luka derajat III,
perlu
dilakukan eksisi awal dan cangkok kulit (early exicision
and grafting ).6,8
2.13 NUTRISI
Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan
kualitas yang berbeda dari orang normal karena umumnya
penderita luka bakar mengalami keadaan hipermetabolik.
Kondisi yang berpengaruh dan dapat memperberat kondisi
hipermetabolik yang ada adalah:
1. Umur, jenis kelamin, status gizi
penderita,
luas permukaan tubuh, massa bebas lemak.
2. Riwayat penyakit sebelumnya seperti
DM,
penyakit hepar berat, penyakit ginjal dan
22
lain-lain.
3. Luas dan derajat luka bakar
4. Suhu dan kelembaban ruangan (
memepengaruhi kehilangan panas melalui
evaporasi)
5. Aktivitas fisik dan fisioterapi
6. Penggantian balutan
7. Rasa sakit dan kecemasan
8. Penggunaan obat-obat tertentu dan
pembedahan.
Dalam menentukan kebutuhan kalori basal pasien
yang paling ideal adalah dengan mengukur kebutuhan
kalori secara langsung menggunakan indirek kalorimetri
karena alat ini telah memperhitungkan beberapa faktor
seperti BB, jenis kelamin, luas luka bakar, luas permukan
tubuh dan adanya infeksi. Untuk menghitung kebutuhan
kalori total harus ditambahkan faktor stress sebesar 20-
30%. Tapi alat ini jarang tersedia di rumah sakit.
Perhitungan kebutuhan kalori pada penderita luka
bakar perlu perhatian khusus karena kurangnya asupan
kalori akan berakibat penyembuhan luka yang lama dan
juga meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas. Disisi
lain, kelebihan asupan kalori dapat menyebabkan
hiperglikemi, perlemakan hati.
Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar dapat
dilakukan dengan beberapa metode yaitu : oral, enteral dan
parenteral.
Untuk menentukan waktu dimualinya pemberian
nutrisi dini pada penderita luka bakar, masih sangat
bervariasi, dimulai sejak 4 jam pascatrauma sampai dengan
48 jam pascatrauma.
23
Komposisi Makronutrien ·
1. Karbohidrat
Konsekuensi pasca luka bakar berat adalah
keadaan hiperglikemia. Kadar gula darah yang tinggi
pada fase shock akibat dari menurunnya fungsi
insulin terhadap peningkatan kadar gula darah.
Intoleransi glukosa ini akan tetap bertahan pada fase
flow yang sekarang terutama disebabkan resistensi
insulin di jaringan dan peningkatan
glukoneogenesis. Pada pasien luka bakar berat
sangat diperlukan pemantauan terhadap
hiperglikemia dan glukosuria. Pemberian insulin
kadan dibutuhkan untuk meningkatkan kadar
glukosa serum dan memaksimalkan utilisasi
glukosa. Anjuran pemberian karbohidrat adalah 60-
65% kalori total atau tidak melebihi
4-5mg/kgBB/menit. ·
2.Protein
Pasca luka bakar, metabolisme protein akan
berubah cepat dimana pada fase akut asam amino
akan dijadikan sumber energi. Status protein tubuh
dipengaruhi oleh pelepasan nitrogen melalui
eksudat luka dan urin, kemampuan hati untuk
membentuk protein dan adekuatnya nutrisi. Asam
amino merupakan substrat untuk penyembuhan
luka. Dalam usaha untuk meningkatkan sintesis
protein viseral, menjaga balance nitrogen +, dan
meningkatkan mekanisme pertahahan tubuh, maka
pada luka bakar berat dianjurkan pemberian protein
24
sebesar 23-25% kalori total dengan perbandingan
kalori : nitrogen = 80 : 1 atau 2, 5 - 4 g
protein/kgBB. Perlu juga diperhatikan jenis protein
yang diberikan, sebaiknya adalah protein bernilai
biologis tinggi. Pemberian diet protein tinggi dapat
menjadi beban bagi ginjal, oleh karena itu
dibutuhkan pemantauan seperti status cairan, kadar
ureum, dan kreatinin serum. ·
3.Lemak
Pemberian lemak berkontribusi untuk
meminimalkan katabolisme protein endogen
dengan jalan memenuhi kebutuhan energi. Asam
lemak omega-3 khususnya asam ekosapentanoat
(EPA) yang dapat diperoleh dari minyak ikan
merupakan precursor dari ekosanoid
prostaglandin seri 3 (PGE-3) dan leukotrien seri
Keduannya berefek antiinflamasi dan
meningkatkan sistem imunitas tubuh, demikian
pula PGE-3 berperan sebagai vasodilator.
Omega-3 akan berkompetisi dan menginhibisi
pembentukan PGE-1 dan PGE-2 dari asam
linoleat, sehingga omega-3 ini sangat dianjurkan
pada pasien luka bakar. Penelitian menunjukan
dalam usaha untuk meningkatkan sistem
imunitas tubuh, maka pemebrian asam lemak
omega-6 dan omega-3 dalam perbandingan yang
ideal adalah 2-3 : 1 dan akan berefek
mengurangi kondisi imunosupresan pasca luka
bakar. Pemberian lemak pasca trauma sebesar 5-
15% dari total kalori.
25
Suplemen Mikronutrien
Mikronutrien diperlukan sebagai koenzim dan
kofaktor untuk reaksi fisiologis dalam sel, metabolisme
makronutrien dan energi. Dengan meningkatnya
kebutuhan energi dan protein, kehilangan melalui luka,
perubahan metabolisme, absorpsi, eskresi, dan utilisasi
maka kebutuhan mikronutrien ini perlu ditingkatkan.
Vitamin berpotensi untuk sintesis protein,
penyembuhan luka, meningkatkan fungsi imunitas dan
anti oksidan pada penderita luka bakar dalam kondisi
sakit berat dan hipermetabolisme, maka kebutuhan
vitamin ini meningkat. Dianjurkan peningkatan
suplementasi 50-100 kali RECOMENDET DAILY
ALLOWANCE (RDA) untuk vitamin larut air dan
vitamin E. Sedangkan dosis aman untuk vitamin larut
lemak dan vitamin B6 sampai 10 kali RDA.
Mineral juga memainkan peranan penting dalam
penyembuhan luka, fungsi imunitas dan anti oksidan.1
2.14 EARLY EXICISION AND GRAFTING (E&G)
Dengan metode ini eschar di angkat secara operatif
dan kemudian luka ditutup dengan cangkok kulit
(autograft atau allograft ), setelah terjadi penyembuhan,
graft akan terkelupas dengan sendirinya. E&G
dilakukan 3-7 hari setelah terjadi luka, pada umumnya
tiap harinya dilakukan eksisi 20% dari luka bakar
kemudian dilanjutkan pada hari berikutnya. Tapi ada
juga ahli bedah yang sekaligus melakukan eksisi pada
seluruh luka bakar, tapi cara ini memiliki resiko yang
lebih besar yaitu : dapat terjadi hipotermi, atau terjadi
perdarahan masive akibat eksisi.
26
Metode ini mempunyai beberapa keuntungan
dengan penutupan luka dini, mencegah terjadinya
infeksi pada luka bila dibiarkan terlalu lama,
mempersingkat durasi sakit dan lama perawatan di
rumah sakit, memperingan biaya perawatan di rumah
sakit, mencegah komplikasi seperti sepsis dan
mengurangi angka mortalitas. Beberapa penelitian
membandingkan teknik E&G dengan teknik
konvensional, hasilnya tidak ada perbedaan dalam hal
kosmetik atau fungsi organ, bahkan lebih baik hasilnya
bila dilakukan pada luka bakar yang terdapat pada
muka, tangan dan kaki.
Pada luka bakar yang luas (>80% TBSA), akan
timbul kesulitan mendapatkan donor kulit. Untuk itu
telah dikembangkan metode baru yaitu dengan kultur
keratinocyte. Keratinocyte didapat dengan cara biopsi
kulit dari kulit pasien sendiri. Tapi kerugian dari
metode ini adalah membuthkan waktu yang cukup
lama (2-3 minggu) sampai kulit (autograft) yang baru
tumbuh dan sering timbul luka parut. Metode ini juga
sangat mahal.6
2.15 ANTIMIKROBA
Dengan terjadinya luka mengakibatkan hilangnya
barier pertahanan kulit sehingga memudahkan
timbulnya koloni bakteri atau jamur pada luka. Bila
jumlah kuman sudah mencapai 105 organisme jaringan,
kuman tersebut dapat menembus ke dalam jaringan
yang lebih dalam kemudian menginvasi ke pembuluh
darah dan mengakibatkan infeksi sistemik yang dapat
menyebabkan kematian. Pemberian antimikroba ini
27
dapat secara topikal atau sistemik. Pemberian secara
topikal dapat dalam bentuk salep atau cairan untuk
merendam. Contoh antibiotik yang sering dipakai :
Salep : Silver sulfadiazine, Mafenide acetate, Silver
nitrate, Povidone-iodine, Bacitracin (biasanya untuk
luka bakar grade I), Neomycin, Polymiyxin B,
Nysatatin, mupirocin , Mebo. ·
MEBO/MEBT (Moist Exposed Burn Ointment /
Therapy) BROAD SPECTRUM OINTMENT Preparat
herbal, mengungakan zat alami tanpa kimiawi Toxisitas
dan efek samping belum pernah ditemukan Terdiri
dari :1. Komponen Pengobatan : beta sitosterol,
bacailin, berberine Yang mempunyai efek : Analgesik,
anti-inflamasi, anti-infeksi pada luka bakar dan mampu
mengurangi pembentukan jaringan parut. 2. Komponen
Nutrisi : amino acid, fatty acid dan amylose, yg
memberikan nutrisi untuk regenerasi dan perbaikan
kulit yg terbakar. Efek pengobatan : · Menghilangkan
nyeri luka bakar · Mencegah perluasan nekrosis pada
jaringan yg terluka. · Mengeluarkan jaringan nekrotik
dengan mencairkkannya · Membuat lingkungan lembab
pada luka , yg dibutuhkan selama perbaikan jaringan
kulit tersisa. · Kontrol infeksi dengan membuat suasana
yg jelek untuk pertumbuhan kuman. bukan dengan
membunuh kuman. · Merangsang pertumbuhan PRCs
( potential regenerative cell ) dan stem cell untuk
penyembuhan luka dan mengurangi terbentuknya
jaringan parut · Mengurangi kebutuhan untuk skin graft
Prinsip penanganan luka bakar dgn MEBO
• Makin cepat diberi MEBO , hasilnya lebih baik
( dalam 4-12 jam setelah kejadian)
28
• Biarkan luka terbuka
• Kelembaban yg optimal pada luka dengan MEBO
• Pemberian salep harus teratur & terus menerus
tiap6-12 jam dibersihkan dengan kain kasa steril jangan
dibiarkan kulit terbuka tanpa salep > 2-3 menit untuk
mencegah penguapan cairan di kulit dan microvascular
menyebabkan thrombosit merusak jaringan dibawahnya
yang masih vital.
• Pada pemberian jangan sampai kesakitan /
berdarah, menimbulkan perlukaan pada jaringan hidup
tersisa
• Luka jangan sampai maserasi maupun kering
• Tidak boleh menggunakan : desinfektan (apapun) ,
saline atau air untuk Wound debridement
2.16 KONTROL RASA SAKIT
Rasa sakit merupakan masalah yang signifikan
untuk pasien yang mengalami luka bakar untuk melalui
masa pengobatan. Pada luka bakar yang mengenai
jaringan epidermis akan menghasilkan rasa sakit dan
perasaan tidak nyaman. Dengan tidak terdapatnya
jaringan epidermis (jaringan pelindung kulit), ujung
saraf bebas akan lebih mudah tersensitasi oleh
rangsangan. Pada luka bakar derajat II yang dirasakan
paling nyeri, sedangkan luka bakar derajat III atau IV
yang lebih dalam, sudah tidak dirasakan nyeri atau
hanya sedikit sekali. Saat timbul rasa nyeri terjadi
peningkatan katekolamin yang mengakibatkan
peningkatan denyut nadi, tekanan darah dan respirasi,
29
penurunan saturasi oksigen, tangan menjadi
berkeringat, flush pada wajah dan dilatasi pupil.
Pasien akan mengalami nyeri terutama saat ganti
balut, prosedur operasi, atau saat terapi rehabilitasi.
Dalam kontrol rasa sakit digunakan terapi farmakologi
dan non farmakologi. Terapi farmakologi yang
digunakan biasanya dari golongan opioid dan NSAID.
Preparat anestesi seperti ketamin, N2O (nitrous oxide)
digunakan pada prosedur yang dirasakan sangat sakit
seperti saat ganti balut. Dapat juga digunakan obat
psikotropik sepeti anxiolitik, tranquilizer dan anti
depresan. Penggunaan benzodiazepin dbersama opioid
dapat menyebabkan ketergantungan dan mengurangi
efek dari opioid.8
2.17 ESCHAROTOMY
Luka bakar grade III yang melingkar pada
ekstremitas dapat menyebabkan iskemik distal yang
progresif, terutama apabila terjadi edema saat resusitasi
cairan, dan saat adanya pengerutan keropeng. Iskemi
dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada jari-jari
tangan dan kaki. Tanda dini iskemi adalah nyeri,
kemudian kehilangan daya rasa sampai baal pada
ujung-ujung distal. Juga luka bakar menyeluruh pada
bagian thorax atau abdomen dapat menyebabkan
gangguan respirasi, dan hal ini dapat dihilangkan
dengan escharotomy. Dilakukan insisi memanjang yang
membuka keropeng sampai penjepitan bebas.8
2.18 PERMASALAHAN PASCA LUKA BAKAR
30
Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya
adalah jaringan parut yang dapat berkembang menjadi
cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi
dan menyebabkan kekakuan sendi atau menimbulkan
cacat estetik yang buruk sekali sehingga diperlukan
juga ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan kepercayaan
diri.
Permasalahan-permasalahan yang ditakuti pada luka
bakar:
§ Infeksi dan sepsis
§ Oliguria dan anuria
§ Oedem paru
§ ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome )
§ Anemia
§ Kontraktur
§ Kematian7
2.19 PROGNOSIS
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat
luka bakar, luas permukaan badan yang terkena luka
bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan
pengobatan medikamentosa. Luka bakar minor dapat
sembuh 5-10 hari tanpa adanya jaringan parut. Luka
bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14 hari dan
mungkin menimbulkan luka parut. Luka bakar mayor
membutuhkan lebih dari 14 hari untuk sembuh dan
akan membentuk jaringan parut. Jaringan parut akan
membatasi gerakan dan fungsi. Dalam beberapa kasus,
pembedahan diperlukan untuk membuang jaringan
parut.
31
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Laporan kasus
I. IDENTITAS PASIEN
No. Rekam Medik : 11.93.22
Tanggal Masuk : 03 Desember 2014
Nama Pasien : Ny. J
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Lorong Keramat RT. 07 RW. 02 No.221 5 ulu.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada 04 Desember 2014
II. ANAMNESIS (Autoanamnesis dilakukan pada tanggan 04-12-
2014)
1. Keluhan Utama
Pasien di bawa ke IGD RSUD BARI setelah disiram asam cuka oleh suami
pasien.
32
2. Riwayat Perjalanan Penyakit
± Satu jam SMRS os di siram asam cuka oleh suami os setelah mengalami
perkelahian. Os di siram asam cuka sebanyak ± 250 cc (dalam botol
kratingdeng), os di siram dari arah kiri dan mengenai wajah, leher, tangan serta
perut bagian kiri. Setelah disiram os langsung berendam di dalam drum berisi
air selama ± 5 menit kemudian os keluar dari drum dan menyiramkan air ke
tubuh os selama ± 30 menit, lalu os membalurkan susu kental manis, minyak
ular, dan putih telur ke bagian tubuh yang terkena asam cuka dan didiamkan
selama ± 30 menit.
3. Riwayat Penyakit dahulu
Jantung ( - ) Hipertensi ( - )
Ginjal ( - ) Alergi obat ( - )
DM ( - ) Asma ( - )
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Jantung ( - ) DM ( - )
Paru ( - ) Hipertensi ( - )
Hati ( - ) Alergi ( - )
Ginjal ( - )
III. PEMERIKSAAN FISIK (dilakukan pada tanggal 04-12-2014)
1. Status Generalis
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda Vital :
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 82 x/menit
- Pernapasan : 20 x/menit
- Suhu : 36,4 0C
d. Tinggi Badan : 160 cm
33
e. Berat badan : 55 kg
f. Mata : Konjungtiva anemis (-) Sklera ikterik ( - / - )
g. Leher : Pembesaran KGB ( - ) JVP : 5-2 mmH2O
h. THT : Mukosa bibir kering ( - ) Sianosis ( - )
Pembesaran tonsil ( -/- ) Faring Hiperemis ( - )
2. Status Lokalis
a. Regio facialis : Tampak luka bakar, nyeri (+), luas luka bakar ± 4%
b. Ekstremitas superior sinistra : Tampak luka bakar, warna kemerahan,
tampak titik perdarahan, nyeri (+), luas luka bakar ± 5%
c. Regio abdominalis sinistra : tampak luka bakar, nyeri (+), luas luka
bakar ± 4%
IV. Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin
1. Hb : 12, 6 g/dl Nilai Normal : 12-14 g/dl
2. Leukosit : 11.500/ ul Nilai Normal : 5.000-10.000/ ul
3. Trombosit : 234.000/ul Nilai Normal : 200.000-400.000/ul
3. HT : 38,1%
4. Hitung Jenis : 0/0/1/79/13/7 Nilai Normal : Basofil : 0-1%
Eusinofil : 1-3%
Batang : 2-6%
Segmen : 50-70%
Limfosit : 20-40%
Monosit : 2-8%
5. Golongan darah : A
34
6. Rhesus : (+)
7. BT : 3’
8. CT : 8’
V. Diagnosis Kerja
Trauma luka bakar bahan kimia derajat I 13%
VI. Penatalaksanaan
1. Luka bakar disiram dengan air mengalir atau NaCl
2. Cairan intravena :
Menggunakan rumus Baxter :
Luas luka bakar dalam persen x BB dalam kg x 4 ml larutan Ringer
13 x 55 x 4 = 2.860 ml larutan Ringer
Hari pertama
- Separuh jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama1.430
ml
- Sisanya diberikan dalam 16 jam.
Hari kedua
- Diberikan setengah cairan hari pertama
3. Pasang Kateter
4. Inj. ATS
5. Inj. Ketorolac 3 x 30 mg (iv)
6. Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gram (iv)
7. Kompres Nacl
VII.Prognosis
Bonam
35
FOLLOW UP
Kamis, 04 Desember 2014
Pk. 07.00 WIB
S : Nyeri di tempat Luka bakarO : KU : Baik
VS : - TD 120/80 mmHg- Nadi 82 x/menit- RR 22 x/menit- Suhu 36,4 0CStatus Lokalis
a. Regio facialis : Tampak luka bakar, nyeri (+),
luas luka bakar ± 4%
b. Ekstremitas superior sinistra : Tampak luka
bakar, warna kemerahan,
tampak titik perdarahan, nyeri (+), luas
luka bakar ± 5%
c. Regio abdominalis sinistra : tampak luka
bakar, nyeri (+), luas luka
bakar ± 4%
A : Trauma luka bakar bahan kimia derajat I 13%P : 1. IVFD RL gtt 20/menit
2. Inj. Ketorolac 3 x 30 mg (iv)3. Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gram (iv)4. Kompres Nacl
Jumat, 05 Desember 2014
Pk. 07.00 WIB
S : Nyeri Luka bakar berkurang, luka terasa gatalO : - Nadi 80 x/menit
- RR 20x/menit- Suhu 36,5 0CStatus Lokalis
a. Regio facialis : Tampak luka bakar, nyeri (+),
36
luas luka bakar ± 4%
b. Ekstremitas superior sinistra : Tampak luka
bakar, titik perdarahan (-), nyeri (+), luas luka
bakar ± 5%
c. Regio abdominalis sinistra : tampak luka
bakar, nyeri (+), luas luka
bakar ± 4%
A : Trauma luka bakar bahan kimia derajat I 13%P : 1. IVFD RL gtt 20/menit
2. Inj. Ketorolac 3 x 30 mg (iv)3. Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gram (iv)4. Kompres Nacl
Sabtu, 06 Desember 2014
Pk. 07.00
S: Nyeri luka bakar berkurangO: KU : Baik
VS : - TD 120/80 mmHg- Nadi 80 x/menit- RR 20x/menit- Suhu 36,3 0CStatus Lokalis
a. Regio facialis : Tampak luka bakar, nyeri
(+), luas luka bakar ± 4%
b. Ekstremitas superior sinistra : Tampak
luka bakar, titik perdarahan (-), nyeri (+),
luas luka bakar ± 5%
c. Regio abdominalis sinistra : tampak luka
bakar, nyeri (+), luas luka
bakar ± 4%A: Trauma luka bakar bahan kimia derajat I 13%P : 1. IVFD RL gtt 20/menit
2. Inj. Ketorolac 3 x 30 mg (iv)3. Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gram (iv)4. Mandi Detol pagi dan sore
Senin, 08 Desember 2014
Pk. 07.00
S: Nyeri luka bakar (-)O: - TD 130/80 mmHg
- Nadi 80 x/menit- RR 20x/menit- Suhu 36,3 0CStatus Lokalis
a. Regio facialis : Tampak luka bakar,
37
nyeri (+), luas luka bakar ± 4%
b. Ekstremitas superior sinistra : Tampak
luka bakar, titik perdarahan (-), nyeri
(+), luas luka bakar ± 5%
c. Regio abdominalis sinistra : tampak
luka bakar, nyeri (+), luas luka bakar
± 4%
A: Trauma luka bakar bahan kimia derajat I 13%P: 1. IVFD RL gtt 20/menit
2. Inj. Ketorolac 3 x 30 mg (iv)3. Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gram (iv)4. Mandi Detol pagi dan sore
Selasa, 09 Desember 2014
Pk. 07.00
S: Nyeri Luka bakar (-)O: KU : Baik
VS : - TD 120/80 mmHg- Nadi 80 x/menit- RR 20x/menit- Suhu 36,4 0CStatus Lokalis
a. Regio facialis : Tampak luka bakar, nyeri (+),
luas luka bakar ± 4%
b. Ekstremitas superior sinistra : Tampak luka
bakar, titik perdarahan (-), nyeri (+), luas luka
bakar ± 5%
c. Regio abdominalis sinistra : tampak luka
bakar, nyeri (+), luas luka bakar ± 4%
A: Trauma luka bakar bahan kimia derajat I 13 %P: 1. IVFD RL gtt 20/menitaff
2. Inj. Ketorolac 3 x 30 mg (iv)stop3. Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gram (iv)stop4. Mandi Detol pagi dan sore5. Boleh pulang
38
3.2.Pembahasan
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien disiram dengan asam cuka yaitu
bahan kimia berupa asam kuat, dan dari gejala klinis didapatkan keluhan nyeri
pada daerah yang terkena asam cuka, tidak ada gelembung atau bula yang berisi
cairan eksudat, permukaan kulit tidak lebuh rendah dari jaringan sekeliling yang
masih sehat, kulit tampak kemerahan hal ini menunjukkan bahwa luka bakar
merupakan derajat I.
Dari pemeriksaan fisik tidak di dapatkan tanda-tanda syok hipovolemik
maupun anemia, pada status lokalis didapatkan luka bakar pada regio fasialis ±
4%, pada ekstremitas superior sinistra ± 5%, dan pada regio abdominalis sinistra ±
4% sehingga didapatkan luas luka bakar 13%.
Dari penatalaksanaan awal (di rumah) yaitu pasien berendam di dalam
drum merupakan tindakan yang kurang tepat karena dengan berendam di dalam
drum dapat menyebabkan perluasan dari luka bakar yang disebabkan oleh air yang
terkontaminasi dengan zat kimia (asam cuka), seharusnya tubuh pasien hanya di
siram dengan air mengalir untuk mengurangi konsentrasi dari asam cuka.
Untuk penatalaksanaan awal (di IGD) sudah tepat yaitu di berikan hidrasi
cairan, pemberian antibiotik dan ATS untuk pencegahan infeksi, dan pemberian
analgetik sebagai obat simptomatik.
39
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.Kesimpulan Setelah dilakukan pembahasan,dapat diambil
kesimpulan :Diagnosis pada kasus ini sudah tepat.
1. Penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat.
4.2.Saran
1. Perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pertolongan
pertama pada luka bakar
2. Tenaga medis harus tepat menatalaksana dalam meminimalisir komplikasi
luka bakar
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Wim de Jong. 2011. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi 2. EGC. Jakarta. p 66-88
2. David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka.
Dalam : Surabaya Plastic Surgery.
3. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier.
Philadelphia. p 118-129
4. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment.
Edisi 12. McGraw-Hill Companies. New York. p 245-259
5. Jerome FX Naradzay. http: // www. emedicine. com/ med/ Burns,
Thermal. December 2014
6. Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: //
www.nlm.nih.gov/medlineplus. November 2014
7. Benjamin C. Wedro. First Aid for Burns.
http://www.medicinenet.com. December 2014
8. James H. Holmes., David M. heimbach. 2005. Burns, in :
Schwartz’s Principles of Surgery. 18th ed. McGraw-Hill. New
York. p.189-216
9. St. John Ambulance. First aid: First on the Scene: Activity Book,
Chapter 19. http://en.wikipedia.org/wiki/Burn_%28injury%29.
December 2014
10. Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: //
www.mayo.clinic.com.November 2014
11. Ernest B.Hawkins. Burns. http://www.umm.edu/ . December 2014
41
Lampiran