Case HZV
-
Upload
urfi-arani -
Category
Documents
-
view
9 -
download
2
Transcript of Case HZV
HERPES ZOSTER
Dokter Pembimbing :
dr. Hedi Hendrawan R. SpKK, M.kes
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KULIT DAN KELAMINRUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOREANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI2013
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. BS
Tanggal Lahir : 21 April 1978
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Guru TK
Pendidikan : S1
Agama : Islam
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Soreang pada tanggal
10 Juli 2013 pukul 10.45 WIB.
Keluhan Utama :
Lenting berisi cairan disertai nyeri, gatal dan panas di tangan kanan sejak empat hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang pada tanggal 10 Juli 2013 ke poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Soreang
dengan keluhan timbul lenting-lenting berisi cairan pada tangan kanan sejak 4 hari yang lalu. Keluhan
ini disertai dengan rasa nyeri dan panas di seluruh tangan kanan.dan juga sedikit gatal. Lenting juga
disertai dengan warna kemerahan pada kulit disekitarnya. Nyeri yang dialami pasien sangat
mengganggu, sedikit sentuhan saja sudah menimbulkan nyeri, dan sumber nyeri berasal dari lenting
yang muncul tersebut. Pasien jarang menggaruk lenting tersebut, dan lenting tersebut belum ada yang
pecah.
Riwayat demam disangkal, namun pasien mengalami ngilu dan pegal-pegal pada tangan
kanan mulai dari bahu sampai ujung-ujung jarinya yang belum pernah di rasakan sebelumnya.
Keluhan nyeri dirasakan pasien sebelum lenting muncul dan memburuk sejak lenting muncul. Pasien
belum pernah berobat sebelumnya.
2
Pasien tidak mengeluhkan adanya keluhan kulit di bagian lain, tidak mengeluhkan gangguan
penglihatan dan pendengaran, tidak terdapat kelemahan untuk menggerakkan kaki. Pasien mandi dua
sampai tiga kali sehari, menggunakan sabun mandi, riwayat alergi obat maupun makanan disangkal.
Dalam seminggu terakhir pasien mengakui sedang mengalami keletihan fisik yang berlebihan
dikarenakan ada kegiatan di tempatnya bekerja yang mengharuskan pasien bekerja lebih keras.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat menderita cacar air (-)
Riwayat sakit berat dan dirawat di rumah sakit sebelumnya disangkal.
Riwayat penyakit kulit lainnya disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Saat ini tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien. Riwayat penyakit kulit
lainnya pada keluarga disangkal.
Riwayat Sosial :
Pasien bekerja sebagai guru TK dan di lingkungan tempat tinggal maupun bekerja tidak ada satupun
yang mengalami keluhan seperti pasien.
III. PEMERIKSAAN FISIK
• Kesadaran : Kompos mentis
• Keadaan umum : Tampak sakit ringan
• Tekanan darah : 130/80 mmHg
• Nadi : 72 kali/menit
• Pernafasan : 18 kali/menit
• Suhu : Afebris
3
STATUS DERMATOLOGIKUS
Distribusi : lokalisata
Lokasi : lengan bawah sebelah kanan
Karakteristik : multiple, diskret, herpertiformis, milier, batas tegas, menimbul dari
permukaan kulit dan berisi cairan
Efloresensi : vesikel disertai macula eritema
4
IV. RESUME
Seorang wanita usia 35 tahun datang ke Poli kulit dan kelamin RSUD Soreang dengan
keluhan timbul lenting-lenting yang berisi cairan sejak 4 hari SMRS disertai dengan rasa nyeri, panas
dan sedikit gatal. Sebelum timbulnya lenting-lenting tersebut pasien mengalami ngilu dan pegal-pegal
pada tangan kanan yang belum pernah di alami sebelumnya. Status dermatologis : ditemukan vesikel
multipel bergerombol di lengan bagian bawah sebelah kanan, dengan ukuran milier yang terletak di
atas kulit yang eritematosa.
V. DIAGNOSIS BANDING
Herpes simpleks
Varisela
Pemfigoid bulosa
VI. DIAGNOSIS KERJA
Herpes zoster
5
VII. PENATALAKSANAAN
1. Umum
Edukasi: mengurangi sementara aktivitas fisik, jangan digaruk walaupun terasa sedikit gatal,
hindari lenting yang pecah, jangan berdekatan dengan anak-anak atau orang lain yang belum
pernah mengalami cacar air sebelumnya. Konsumsi obat harus teratur, termasuk jam-jamnya
2. Khusus
Sistemik
Antivirus:
Asiklovir, 5 x 800 mg p.o selama 7 hari
Kontrol kembali ke dokter dalam waktu 7 hari
Anti Inflamasi:
Metilprednisolon 2 x 8 mg p.o
Topikal
Antibiotik Gentamisin 3 x 1 (cream)
Neuralgia akibat herpes zoster
• Asam mefenamat, 3 x 500 mg p.o jika nyeri
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
Tzanck test
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungtionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
6
HERPES ZOSTER
Definisi
Herpes zoster adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh virus varisela-zoster yang menyerang
kulit dan mukosa, yang merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.
Sinonim
Dampa, cacar ular
Epidemiologi
Penyebarannya sama seperti varisela. Penyakit ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
infeksi primer. Kadang varisela ini berbentuk subklinis. Ada pendapat yang menyatakan
kemungkinan transmisi virus secara aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela atau herpes
zoster.
Insidens
Frekuensi penyakit pada pria dan wanita sama. Insiden lebih sering pada orang dewasa.
Patogenesis
Virus berdiam diganglion posterior susunan saraf tepi dan saraf kranialis. Kelainan kulit yang
ditimbulkan memberikan lokasi setingkat dengan daerah yang dipersarafi. Kadang menyerang
ganglion anterior, bagian motorik kranialis sehingga memberikan gejala-gejala gangguan motorik.
Gejala klinis
Masa tunas penyakit 7-12 hari, masa aktif kira-kira 1 minggu ditandai dengan lesi baru yang tetap
timbul sedang masa resolusi berlangsung kira-kira 1-2 minggu. Disamping gejala kulit dapat dijumpai
pembesaran kelenjar getah bening regional. Lokalisasi unilateral dan bersifat dermatomal sesuai
dengan tempat persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang menimbulkan kelainan motorik tetapi pada
susunan saraf pusat lebih sering dikarenakan struktur ganglion kranialis yang memungkinkan hal
tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena merupakan gejala khas.
Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal. Diawali dengan gejala prodromal baik
sistemik (demam, pusing, malaise) maupun local (nyeri otot, tulang, gatal, pegal dan sebagainya).
7
Kemudian timbul eritem yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar
kulit yang eritematosa dan edema. Vesikel berisi cairan jernih, kemudian berubah menjadi keruh
(berwarna abu-abu) serta dapat menjadi pustule dan krusta. Kadang vesikel berisi darah yang disebut
sebagai herpes zoster hemoragik. Dapat terjadi infeksi sekunder yang menyebabkan terbentuknya
ulkus dengan penyembuhan berupa sikatriks.
Gangguan pada nervus trigeminus (ganglion Gasseri) atau nervus fasialis dan otikus (ganglion
genikulatum) menimbulkan kelainan pada muka. Herpes zoster oftalmikus terjadi akibat infeksi pada
cabang pertama nervus trigeminus yang menimbulkan kelainan pada mata sedangkan infeksi pada
cabang kedua dan ketiga menimbulkan kelainan kulit sesuai dengan daerah yang dipersarafi.
Gangguan pada nervus fasialis dan otikus menimbulkan sindrom Ramsay Hunt. Ditandai dengan
paralysis otot muka (paralysis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan daerah yang dipersarafi,
tinnitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, serta gangguan pengecapan.
Herpes zoster abortif ditandai dengan penyakit yang berlangsung dalam waktu singkat dan
kelainan kulit hanya berupa vesikel dan eritem. Pada herpes zoster generalisata kelainan kulitnya
unilateral dan segmental ditambah kelainan kulit yang menyebar secara generalisata berupa vesikel
yang soliter dan ada umbilikasi. Kasus ini terjadi pada orangtua atau orang yang kondisi fisiknya
sangat lemah misalnya penderita Limfoma malignum.
Neuralgia pasca herpetic adalah rasa nyeri yang timbul didaerah bekas penyembuhan yang timbul
lebih dari 1 bulan setelah penyakitnya sembuh dan dapat berlangsung beberapa bulan sampai tahun
dengan gradasi nyeri yang bervariasi dalam kehidupan sehari-hari. Kecenderungan terjadi pada
penderita yang berusia diatas 40 tahun.
Komplikasi
Neuralgia pascaherpetik, 10-15% terjadi pada pasien berumur diatas 40 tahun, makin tua
penderita makin tinggi persentasinya.
Penderita dengan defisiensi imunitas, infeksi HIV, keganasan atau usia lanjut dapat disertai
komplikasi. Vesikel sering menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.
Komplikasi herpes zoster oftalmikus dapat berupa ptosis paralitik, keratitis, uveitis, korioretinitis,
dan neuritis optic.
Paralisis motorik terjadi pada 1-5% kasus yang terjadi akibat penjalaran virus secara
perkontinuitatum dari ganglion sensorik kesistem saraf yang berdekatan. Paralisis biasanya timbul
8
dalam 2 minggu sejak awitan munculnya lesi. Berbagai paralysis dapat terjadi misalnya diafragma,
batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus. Umumnya akan sembuh spontan.
Infeksi dapat menjalar ke alat dalam misalnya paru, hepar, dan otak.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan Tzanck dapat ditemukan sel datia berinti banyak.
Diagnosis Banding
1. Varisela
Terutama menyerang anak-anak tetapi dapat juga menyerang orang dewasa. Penyebaran terutama
didaerah badan yang kemudian menyebar secara sentrifugal kemuka dan ekstremitas serta dapat
menyerang selaput lendir, mata, saluran nafas bagian atas dan selalu disertai demam
2. Herpes simpleks tipe II
Terutama menyerang dewasa muda dengan aktivitas seksual tinggi. Berdasarkan tempat predileksinya
yaitu daerah pinggang kebawah. Lesinya berupa vesikel-vessikel yang berkelompok diatas dasar
macula eritematosa berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan
kadang-kadang mengalami ulserasi.
3. Angina pectoris atau penyakit reumatik
Bila keluhan utama nyeri dimana merupakan gejala prodromal local jika terdapat didaerah setinggi
jantung.
Pengobatan
Terapi sistemik umumnya bersifat simptomatik, untuk nyerinya diberikan analgetik. Jika disertai
infeksi sekunder diberikan antibiotic. Indikasi antiviral ialah herpes zoster oftalmikus, pasien dengan
defisiensi imunitas atau pasien dengan terapi kortikosteroid. Obat yang biasa digunakan adalah
Asiklovir dan derivatnya seperti valasiklovir dan Famsiklovir. Sebaiknya diberikan dalam 3 hari
pertama sejak lesi muncul.
Dosis asiklovir 5 x 800 mg sehari selama 7 hari
Valasiklovir 3 x 1000 mg sehari selama 7 hari
Famsiklovir 3 x 500 mg sehari selama 7 hari.
Jika lesi baru masih tetap timbul, obat tersebut masih dapat diberikan dan dihentikan 2 hari
setelah lesi tidak timbul lagi.
9
Isoprenosin sebagai imunostimulator tidak berguna karena awitan / mula kerja setelah 2-8 minggu
sedangkan masa aktif penyakit ini kira-kira hanya seminggu. Unutk neuralgia pascaherpetik tidak ada
obat pilihan, dapat dicoba dengan akupunktur. Nyeri tersebut lambat laun akan menghilang.
Pemberian kortikosteroid harus sedini mungkin untuk mencegah terjadinya paralysis. Prednison
dengan dosis oral 3 x 20 mg, setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap. Dengan dosis
prednisone setinggi itu, imunitas akan tertekan sehingga lebih baik digabung dengan obat antiviral.
Pengobatan topical bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel diberikan bedak
dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel sehingga tidak terjadi infeksi sekunder.
Bila erosive diberikan kompres terbuka. Asam salisil dalam konsentrasi 1 % dipakai sebagai kompres
bersifat antiseptic. Jika terjadi ulserasi dapat diberikan salep antibiotic.
Prognosis
Umumnya baik, pada herpes zoster oftalmikus bergantung pada tindakan perawatan secara dini.
10
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi, Prof.dr; Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi ketiga; Balai Penerbit FKUI;
Jakarta 2009
Suherman, Suharti K; Farmakologi dan Terapi edisi ke empat; Gaya Baru; Jakarta 1997
R.S. Siregar, Prof dr Sp.KK; Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit edisi kedua; Penerbit
Buku kedokteran EGC 2005, hal 80-89
www.emedicine.com
11