case gea

40
CASE REPORT Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan Sedang Oleh : dr. Defi Nurlia Erdian Pendamping : dr. Ratu Fajaria

description

case gea

Transcript of case gea

CASE REPORT

Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Oleh :

dr. Defi Nurlia Erdian

Pendamping :

dr. Ratu FajariaRSUD DR. A. DADI TJOKRODIPOKOTA BANDAR LAMPUNG 2014BAB I

CASE REPORT

Tanggal Masuk: 28-09-2014Pukul

: 14.30 WIB Ruangan

: AnakA. IDENTITAS

Nama Bayi: An. A Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur

: 11 bulan

Agama

: Islam Alamat

: Jl. Kp. Baru Batu Putu TBB

IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : Tn. S

Umur

: 28 tahun

Pekerjaan

: Wiraswasta

Pendidikan : SMPNama Ibu

: Ny. I

Umur

: 24 tahun

Pekerjaan

: IRT

Pendidikan : SMP

B. ANAMNESIS1. Keluhan Utama Buang air besar (BAB) cair lebih dari 10 kali.2. Keluhan Tambahan Demam, mual dan muntah.3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan BAB cair sejak 3 hari yang lalu, BAB bertambah berat hingga lebih dari 10 kali per hari. BAB berwarna kuning terdapat ampas, tidak disertai lendir dan darah. pasien tidak nampak kesakitan saat BAB. Keluhan disertai demam, mual dan muntah. Demam dirasakan bersamaan dengan BAB cair, demam naik turun, tidak disertai menggigil. Pasien juga mual disertai muntah sejak 2 hari yang lalu, mual dan muntah lebih dari 3 kali setiap harinya, mual muntah terutama bila telah selesai makan atau minum. Nafsu makan pasien berkurang, pasien ingin terus minum terutama ASI. Menurut ibu Buang Air Kecil (BAK) pasien lebih sedikit dari biasanya.Sehari sebelum ke Rumah Sakit pasien telah dibawa berobat ke bidan dan mendapatkan oralit serta lacto B. Namun keluhan belum berkurang sehingga akhirnya orang tua pasien memutuskan membawa pasien ke Rumah Sakit.4. Riwayat Penyakit DahuluTidak ada riwayat kejang, sebelumnya pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini. Sebelumnya pasien hanya sakit batuk dan flu.5. Riwayat Penyakit KeluargaDikeluarga tidak ada yang sakit seperti pasien.

6. Riwayat Penyakit di Lingkungan

Lingkungan rumah cukup bersih. Tidak ada yang sakit seperti pasien.7. Riwayat Makanan

Pasien mendapat ASI eksklusif hanya sampai usia 3 bulan. Setelah itu ibu pasien memberi tambahan berupa susu formula dan makanan pendamping asi seperti bubur.8. Riwayat KehamilanGPA

: P1A0

Usia Ibu saat hamil: 22 tahun

Komplikasi

: -Masa Kehamilan: AtermANC

: 3 kali di bidan

Pasien tidak pernah memeriksakan kehamilannya

ke dokter kandungan. Imunisasi

: imunisasi TT 2 kali selama hamilRiwayat penyakit: selama hamil ibu pasien tidak menderita campak, demam dan penyakit lainnya.Riwayat Obat: selama hamil tidak menggunakan obat tertentu. 9. Riwayat PersalinanAnak keTanggal lahir anakJenis kelaminJenis PersalinanPenyulit

PenolongBB. LahirKeadaan anak

1

2013Laki-laki

Spontan normal-Bidan2,8 KgNormal

10. Riwayat ImunisasiBCG: 1 kaliDPT: 3 kaliPolio: 3 kaliHepatitis B: 1 kaliCampak: 1 kaliC. PEMERIKSAAN FISIK

Status Present

1. Keadaan Umum: Tampak sakit sedang, anak rewel dan gelisahKesadaran

: Compos Mentis2. Tanda Vital

Berat Badan

: 8 KgNadi

: 120 x/menit

Pernafasan

: 28 x/menit

Suhu

: 37,1 oCStatus Generalis

Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh :

Pucat

: tidak ditemukan

Sianosis

: tidak ditemukan

Ikterus

: tidak ditemukan

Oedem

: tidak ditemukan

Turgor

: kembali lambatPembesaran KGB : tidak ditemukan

1. Kepala Rambut : tidak mudah dicabut, Muka

: simetris

Mata

: mata nampak sedikit cekung, konjungtiva merah muda, sklera putih, edema palpebra (-), nistagmus (-)Hidung

: tidak ada kelainanMulut

: tidak ada kelainan, Telinga: tidak ada kelainan2. Leher

Bentuk simertis, vena jugularis tidak teraba membesar, dan tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening.3. Thoraks Simetris, tidak terdapat barel chest, tidak ada ketinggalan gerakan dan retraksi.4. Paru-paruInspeksi : gerakan nafas simetrisPalpasi

: tak nampak retraksi dan ketinggalan gerakanPerkusi

: sonorAuskultasi: ronkhi +/+5. JantungInspeksi: iktus cordis tidak terlihatPalpasi

: iktus cordis tidak teraba

Perkusi

: redup, jantung dalam batas normalAuskultasi : BJ I dan II reguler, mur-mur dan gallop tidak ada.6. AbdomenInspeksi : retraksi epigastrium tidak ada dan perut datarPalpasi

: nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak terabaPerkusi

: timpaniAuskultasi : bising usus normal7. EkstremitasSuperior : tidak terdapat edema dan sianosisInferior : tidak terdapat edema dan sianosis8. GenitaliaAnus (+), tidak ada kelainan.D. PEMERIKSAAN PENUNJANGHematologiLekosit: 12.000/ul

(4500 10.700/mm3)Eritrosit: 5.440.000 /ul(4,37-5,63 juta/uL)Trombosit: 318.000 /ul(150.000-450.000/uL)Hb : 9.4 gr/dl

(12-16 gr/dL)Ht: 27.2 %

(41%-54 %)E. DIAGNOSIS KERJADiare Akut dengan Dehidrasi Ringan SedangF. PENATALAKSANAAN

IVFD Asering XX gtt/m makro (3 jam) IVFD Kaen 3A VIII gtt/m makro

Inj. Ceftriaxon 400 mg /12 jam Inj. Ondancetron 0,5 mg/12 jam

Lacto B 2x1

Zink 1x20 mg

Paracetamol 4x I cth Dehidralit 50 cc setiap BAB

G. PROGNOSIS

Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad fungtionam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam: dubia ad bonam

Follow upTanggal 29/09/2014

S : BAB 4 kali, cair, mual (+), muntah (+)

O : Mata tak nampak cekung, turgor kulit kembali cepat, bising usus normal

A: Diare akut dengan dehidrasi ringan sedangP : IVFD Kaen 3A VIII gtt/m makro

Inj. Ceftriaxon 400 mg /12 jam

Inj. Ondancetron 0,5 mg/12 jam

Lacto B 2x1

Zink 1x20 mg

Paracetamol 4x I cth

Dehidralit 50 cc setiap BAB

Tanggal 30/09/2014

S : BAB 1 kali, mual (+), muntah (-)

O : Mata tak nampak cekung, turgor kulit kembali cepat, bising usus normal, T 36,5

A: Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang

P : IVFD Kaen 3A VIII gtt/m makro

Inj. Ceftriaxon 400 mg /12 jam

Inj. Ondancetron 0,5 mg/12 jam

Lacto B 2x1

Zink 1x20 mg

Paracetamol 4x I cth (bila demam)

Dehidralit 50 cc setiap BAB

Tanggal 1/10/2014

S : BAB 1 kali tidak cair, ampas (+), mual (-), muntah (-)

O : Mata tak nampak cekung, turgor kulit kembali cepat, bising usus normal

A: Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang

P : IVFD Kaen 3A VIII gtt/m makro

Inj. Ceftriaxon 400 mg /12 jam

Inj. Ondancetron 0,5 mg/12 jam

Lacto B 2x1

Zink 1x20 mg

Dehidralit 50 cc setiap BAB

Tanggal 2/10/2014

S : BAB 1 kali tidak cair, ampas (+), mual (-), muntah (-)

O : Mata tak nampak cekung, turgor kulit kembali cepat, bising usus dalam batas normal, T 36,4

A: Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang

P :

IVFD Kaen 3A VIII gtt/m makro

Inj. Ceftriaxon 400 mg /12 jam

Inj. Ondancetron 0,5 mg/12 jam

Lacto B 2x1

Zink 1x20 mg

Dehidralit 50 cc setiap BAB

Tanggal 3/10/2014

S: kel (-)

O: Mata tak nampak cekung, turgor kulit kembali cepat, bising usus dalam batas normal, T 36,5

A: Diare akut dengan dehidrasi ringan sedangP: Rawat jalan Cefixime 2x 40 mg

Zink 1x 20 mgBAB IIPORTOPOLIO

Nama Peserta : dr. Defi Nurlia Erdian

Nama Wahana : RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo

Topik : Diare Akut Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Tanggal (kasus) : 28 September 2014

Nama Pasien : An. ANo. RM : 25387-14

Tanggal Presentasi : Oktober 2014Nama Pendamping : dr. Ratu Fajaria

Tempat Presentasi : Aula RSUD. Dr. A. Dadi Tjokrodipo

Obyektif Presentasi :

Keilmuan Ketrampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi : Anak usia 11 bulan BAB cair 3 hari disertai demam, mual dan muntah

Tujuan : Menatalaksana Diare Akut Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

Cara Membahas : Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos

Data Pasien :Nama : An. ANo. Registrasi : 25387-14

Nama Klinik :Telp :Terdaftar Sejak:

Data utama untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis/Gambaran Klinis

Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan Sedang, BAB cair, demam, mual, muntah

2. Riwayat Pengobatan

Oralit, Lacto B.

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit

Pasien belum pernah seperti ini sebelumnya.

4. Riwayat Keluarga

Dikeluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti pasien.

5. Riwayat Pekerjaan

Pasien belum bekerja, ayah pasien wiraswasta, ibu pasien ibu rumah tangga.

6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik

Keuarga pasien merupakan keluarga menengah ke bawah, pasien menggunakan jaminan kesehatan daerah (Jamkesda).

7. Riwayat Imunisasi

Menurut ibu pasien, imunisasi dasar pasien lengkap.

8. Lain-lain

Riwayat tumbuh kembang pasien dari lahir hingga sekarang seperti anak-anak pada normalnya

Riwayat persalinan, menurut orang tua pasien, pasien anak pertama, lahir normal dan cukup bulan, pasien langsung menangis, BBL 2800 gr.

Daftar Pustaka

1. Juffrie, Muhammad, Sri Supar Yati, Hanifah Oswari, Sjamsul Arief, Ina Rosalina, Neny Sri Mulyani. 2011. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1. UKK-Gastroenterologi-Hepatologi IDAI : Jakarta

2. Eppy : Diare Akut. Scientific Journal of Pharmatceutical Development and Medical Aplication Medicinus Vol 22 N 3 : 91-100. 2009.3. Direktorat Jendran Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Panduan Sosialisasi Tatalaaksana Diare Balita. Departemen Kesehatan RI : Jakrta

4. Pudjadi, Antonius., Badriul Hegar, Setyo Handryastuti, Nikmah Salamia Idris, Ellen P Gandaputra, Eva Devita Harmoniati. 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia : Jakarta

5. Direktorat Jendran Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Lima Langkah Tuntaskan Diare. Departemen Kesehatan RI : Jakrta

6. Suthisarnsuntorn U : Bacteria Causing Diarrheal Diseases & Food Poisoning, DTM&H Course 2002, Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University, Bangkok, Thailand. 7. Cleary TG. Salmonella. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson Textbook Of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: Saunders; 2004, h 91 2-9.

Hasil Pembelajaran

a. Diagnosis Diare Akut Dengan Dehidrasi Ringan Sedangb. Tatalaksana Diare Akut Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

BAB IIIDISKUSI KASUS

Cara penularan diare pada umumnya melalui fekal oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat. 4F (finger, flies, fluid, field). Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat mulai diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja, dan kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai belajar merangkak.

Pada kasus ini diketahui pasien An. A usia 11 bulan dibawa orang tuanya karena mengalami BAB cair sejak 3 hari yang lalu yang bertambah berat hinggan 10 kali perhari. BAB berwarna kuning terdapat ampas, tidak disertai lendir dan darah. pasien tidak nampak kesakitan saat BAB. Keluhan disertai demam, mual dan muntah. Demam dirasakan bersamaan dengan BAB cair, demam naik turun, tidak disertai menggigil. Pasien juga mual disertai muntah sejak 2 hari yang lalu, mual dan muntah lebih dari 3 kali setiap harinya, mual muntah terutama bila telah selesai makan atau minum. Nafsu makan pasien berkurang, pasien ingin terus minum terutama ASI. Menurut ibu Buang Air Kecil (BAK) pasien lebih sedikit dari biasanya. Sebelumnya pasien sudah berobat ke bidan dan diberi oralit serta lacto B namun keluhan belum berkurang. Dari pemeriksaan fisik ditemukan mata nampak sedikit cekung, turgor kulit kembali lambat, anak nampak rewel dan gelisah. Dari hasil laboratorium ditemukan leukosit meningkat hingga 12.000 /ul.

Dari hasil anamnesis diktehui pasien mengalami diare akut karena BAB lebih dari 3 kali perhari dalam waktu 24 jam. Diagnosis diare kronis dapat disingkirkan karena pasien baru mengalami diare < 7 hari. BAB tidak disertai darah sehingga kecurigaan terhadap disentri pun dapat disingkirkan. Komplikasi berupa dehidrasi paling sering ditemukan, sehingga perlu dinilai adanya tanda-tanda dehidrasi. Pada kasus ini pasien nampak rewel dan gelisah, mata sedikit cekung, turgor kulit kembali lambat, serta pasien merasa haus sehingga lebih sering minum. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami tanda dehidrasi ringan sedang. Adanya peningkatan leukosit pada hasil laboratorium, menunjukan adanya fokus infeksi bakteri yang mungkin memicu terjadinya diare.Untuk mengatasi diare akut dengan dehidrasi ringan sedang Departemen kesehatan mulai melakukan sosialisasi Panduan Tatalaksana Pengobatan Diare pada balita yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia, dengan merujuk pada panduan WHO. Memperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Terdapat lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah sakiit ataupun tidak. Berdasarkan hal tersebut penatalaksanaan diare dengan dehidrasi ringan sedang masuk ke dalam alur rencana terapi B.

1. Rehidrasi menggunakan oralit

Penderita dengan dehidrasi ringan sedang harus dirawat disarana kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi orat dengan oralit. Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 cc/KgBB. Pada pasien ini, pasien memuntahkan setiap yang diminum. Sehingga diberikan terapi melalui cairan intravena yaitu 50 cc/KgBB dalam 3 jam pertama. Selanjutnya dapat diberikan terapi cairan rumatan 100 cc/KgBB dalam 24 jam. Pada kasus ini diberikan cairan asering XX gtt/m makro (3 jam) lalu dilanjutkan Kaen 3A VIII gtt/m makro sebagai rumatan. Oralit tetap diberikan 50 cc setiap setelah BAB.2. Zink selama 10 hari berturut-turut

Zink diberikan selama 10 hari meskipun diare telah sembuh. Zink diberikan sebanyak 20 mg sekali sehari. 3. ASI dan makanan tetap diteruskan

Edukasi mengenai ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta mengganti nutrisi yang hilang. Serta cara pemberian ASI dan makanan yang bertahap karena anak memuntahkan setiap yang dimakan atau minum.

4. Antibiotik selektif

Pada pasien ini terdapat peningkatan leukosit yang menunjukan adanya tanda-tanda infeksi. Pemnerian antibiotik dapat disesuaikan dengan pola pemberian antibiotik di rumah sakit terkait. Pada kasus ini diberikan ceftriakson 400 mg/12 jam.5. Nasihat kepada orang tua

Edukasi berupa tanda-tanda dehidrasi semakin berat serta cara pemberian makanan dan minuman bila anak terus muntah.6. Pemberian probiotik diharapkan agar memicu pertumbuhan flora bakteri intestinal sehingga dapat mencegah dan mengurangi diare.7. Antiemetik diberikian untuk mengurangi durasi muntah pada pasien. pada pasien ini diberikan ondancetron.BAB IVTINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Diare akut pada bayi atau anak adalah buang air besar lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.1 Diare akut adalah diare yang berlangsung 14 hari. Diare yang menetap sampai >14 hari disebut diare persisten, sedangkan bila menetap >30 hari dinamakan diare kronik.2 Dalam makalah ini hanya akan dibahas mengenai diare akut baik dari segi etiologi, patofisiologi, diagnosis, maupun penatalaksanaannya.2B. Cara Penularan dan Faktor Risiko

Cara penularan diare pada umumnya melalui fekal oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat. 4F (finger, flies, fluid, field).3Faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan diare akut diantaranya :1. Usia

Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat mulai diberikan makanan pendamping ASI.1 Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja, dan kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai belajar merangkak.42. Infeksi asimptomatik

Sebagian infeksi usus bersifat asimptomatik dan proporsi asimptomatik ini meningkat setelah umur 2 tahun karena pembentukan imunitas aktif. Pada infeksi asimptomatik yang mungkin berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja penderita mengandung virus, bakteri atau kista protozoa yang infeksius. Orang dengan infeksi asimptomatik berperan penting dalam penyebaran enteropatogen terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak menjaga kebersihan dan berpindah-bindah dari satu tempat ke tempat yang lain.13. Musim

Didaerah subtropik diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan diare karena rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin. Di daerah tropis diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun dan diare yang disebabkan bakteri akan meningkat pada musim hujan.14. Epidemi dan pandemi

Beberapa bakteri seperti vibrio cholera dan shigella disentriae 1 dapat menyebabkan epidemi dan pandemi.1C. Etiologi

Di negara-negara berkembang, prevalensi diare akut akibat bakteri dan parasit lebih tinggi dibandingkan akibat virus, dengan puncak kasus pada musim kemarau. Sebaliknya, di negara-negara industri diare akut lebih banyak disebabkan oleh infeksi virus. Frekuensi isolasi organisme dari kultur feses sebesar 2-40% pada berbagai penelitian.1 Angka ini kemungkinan masih jauh dari yang sebenarnya karena banyak pasien yang tidak meminta pertolongan medis serta kultur feses tidak selalu dilakukan ketika pa-sien berobat ke dokter.5Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan.6 Untuk menganal penyebab diare yang digambarkan dalam bagan berikut :

Gambar 1. Etiologi diare akut.

Gambar 2. Etiologi diare akut berdasarkan patogen penyebab.D. Patofisiologi

Diare merefleksikan peningkatan kandungan air dalam feses akibat gangguan absorpsi dan atau sekresi aktif air usus. Secara patofisiologi, diare akut dapat dibagi menjadi diare inflamasi dan noninflamasi.2InflamasiNon Inflamasi

MekanismeInvasi mukosa atau cytotoxin mediated inflammatory responseEnterotoksin atau

berkurangnya kapasitas

absorpsi usus kecil

LokasiKolon, usu kecil bagian distalUsus kecil bagian proksimal

DiagnosisTerdapat leukosit feses, kadar laktoferin feses tinggiTidak ada leukosit feses, kadar laktoferin feses rendah

BakteriCampylobacter*

Shigella species

Clostridium difficile

Yersinia

Vibrio parahaemolyticus

Enteroinvasive E.coli

Plesiomonas shigelloidesSalmonella*

Escherichia coli**

Clostridium perfringens

Staphylococcus aureus

Aeromonas hydrophilia

Bacillus cereus

Vibrio cholerae

VirusCytomegalovirus*

Adenovirus

Herpes simplex virusRotavirus

Norwalk

ParasitEntamoeba histolyticaCryptosporidium*

Microsporidium*

Isospora

Cyclospora

Giardia lamblia

* Dapat mengenai usus kecil / besar, tetapi lebih sering pada lokasi di atas

**EPEC, EAggEC, EHEC, ETEC, semua dapat berkontribusi; laboratorium rutin dan kultur tidak dapat membedakannya dengan E. coli flora normalUsus kecil berfungsi sebagai organ untuk mensekresi cairan dan enzim, serta mengabsorpsi nutriens.2 Gangguan kedua proses tersebut akibat infeksi akan menimbulkan diare berair (watery diarrhea) dengan volume yang besar, disertai kram perut, rasa kembung, banyak gas, dan penurunan berat badan.2 Demam jarang terjadi serta pada feses tidak dijumpai adanya darah samar maupun sel radang.2Usus besar berfungsi sebagai organ penyimpanan. Diare akibat gangguan pada usus besar frekuensinya lebih sering, lebih teratur, dengan volume yang kecil, dan sering disertai pergerakan usus yang nyeri. Demam dan feses berdarah/mucoid juga sering terjadi. Eritrosit dan sel radang selalu ditemukan pada pemeriksaan feses.1E. Diagnosis

1. Anamnesis

Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada atau tidak lendir/darah. bila disertai muntah tanyakan volume dan frekuensinya. Kencing : biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti batuk, pilek, otitis media dan campak. Tindakan yang telah ibu lakukan selama anak diare, misal memberi oralit, membawa berobat ke Puskesmas atau Rumah Sakit dan riwayat imunisasi.12. Pemeriksaan Fisik

Penilaian ada tidaknya tanda-tanda dehidrasi padaanak.1Tabel. Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 19951PenilaianABC

Keadaan umumBaik, sadar*Gelisah rewel*Lesu, lunglai, atau tidak sadar

MataNormalCekungSangat cekung

Air mataAdaTidak adaKering

Mulut dan lidahBasahKeringSangat kering

Rasa hausMinum biasa tidak haus*Haus, ingin minum banyak *Malas minum atau tidak bisa minum

Turgor kulitKembali cepat*Kembali lambat *Kembali sangat lambat

Hasil PemeriksaanTanpa dehidrasiDehidrasi ringan atau sedang, bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lainDehidrasi berat, bila ada 1 tanda * ditambah 1 atau lebih tanda lain

TerapiTerapi ATerapi BTerapi C

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak diperlukan, hanya keadaan umum tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat.1Adapun beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan diantaranya2 : Darah Lengkap

Pemeriksaan Makroskopik

Pemeriksaan Mikroskopik

Leukosit dan Darah Samar Feses

Sejumlah penelitian telah mengevaluasi akurasi pemeriksaan leukosit feses baik secara sendiri maupun dikombinasikan dengan pemeriksaan darah samar. Kemampuan pemeriksaan tersebut untuk memprediksi adanya diare inflamasi amat bervariasi, dengan sensitivitas dan specificity berkisar 2090%. Variasi hasil penelitian tersebut kemungkinan akibat perbedaan dalam pemrosesan spesimen dan pengalaman operator. Akan tetapi, hasil meta-analisis tentang pemeriksaan ini menunjukkan sensitivitas dan specifitynya yang lemah, hanya sebesar 70% dan 50%. Leukosit feses juga bukan prediksi yang akurat bagi respon terapi terhadap antibiotik.1Karena berbagai keterbatasan tersebut, peran pemeriksaan leukosit feses masih dipertanyakan. Akan tetapi, adanya darah samar dan leukosit pada feses mendukung diagnosis diare akibat infeksi bakteri bersama-sama dengan riwayat penyakit dan pemeriksaan diagnostik lainnya. Pemeriksaan leukosit feses kurang bermanfaat dibandingkan pemeriksaan terhadap C. difficile untuk diare yang timbul selama perawatan di rumah sakit. 1 Laktoferin Feses

Keterbatasan pemeriksaan leukosit feses seperti yang dikemukakan di atas mendasari pengembangan pemeriksaan lactoferrin latex agglutination assay (LFLA) feses. Laktoferin merupakan penanda bagi adanya leukosit pada feses, akan tetapi pengukurannya lebih akurat dan kurang rentan terhadap berbagai variasi dalam pemrosesan spesimen. Pada satu penelitian, laktoferin feses dijumpai pada 93% dari 28 sampel yang diketahui positif terhadap Salmonella, Shigella atau Campylobacter dan tidak dijumpai pada 83% dari 18 sampel dengan rotavirus atau tanpa patogen yang dapat dideteksi.2 Kultur Feses

Belum ada konsensus yang secara jelas memasukkan kultur feses.F. PenatalaksanaanDepartemen kesehatan mulai melakukan sosialisasi Panduan Tatalaksana Pengobatan Diare pada balita yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia, dengan merujuk pada panduan WHO. Memperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati pasien. terdapat lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita anak balita baik yang dirawat di rumah sakiit ataupun tidak, yaitu1 :1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit

ORALIT adalah campuran garam elektrolit seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat. Manfaat oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan ORALIT. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam ORALIT dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare.1Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF merekomendasikan ORALIT dengan osmolaritas rendah.3 Berdasarkan penelitian dengan ORALIT osmolaritas rendah diberikan kepada penderita diare akan:

a. Mengurangi volume tinja hingga 25% b. Mengurangi mual muntah hingga 30%c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena sampai 33%Oralit Osmolaritas rendah

(WHO/UNICEF 2004)

NaCl 2.6 g

Na Citrate 2.9 g

KCl 1.5 g

Glucose 13.5 g

Na+ 75 mEq/l

K+ 20 mEq/l

Citrate 10 mmol/l

Cl- 65 mEq/l

Glucose 75 mmol/l

Osmolaritas. 245 mmol/l

Ketentuan pemberian oralit :a. Berikan dengan sendok atau gelas.b. Berikan sedikit-sedikit sampai habis, atau hingga anak tidak kelihatan haus.c. Bila muntah, dihentikan sekitar 10 menit, kemudian lanjutkan dengan sabar sesendok setiap 2 atau 3 menit.d. Walau diare berlanjut, ORALIT tetap diteruskan.e. Untuk anak umur < 2 tahun berikan 50-100 cc ml tiap kali BAB.

f. Untuk anak umur 2 tahun atau lebih berikan 100-200 cc ml tiap kali BAB.12. Zink diberikan 10 hari berturut-turut

Zink mengurangi lama dan beratnya diare, zink juga mengembalikan nafsu makan anak. Pemberian zink dilakukan diawal masa diare selama 10 hari kedepan secara signifikan menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien. zink termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang optimal. Penggunaan zink pada tatalaksana diare akut yaitu efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap strukur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zink juga dapat meningkatkan absorpsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan patogen usus.1Dosis untuk anak-anak :

Anak < 6 bulan : 10 mg per hari

Anak > 6 bulan: 20 mg per hari

Zink diberikan 10 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare. Zink dapat dilarutkan dalam air matang, ASI atau oralit. Untuk anak yang lebih besar zink dapat dikunyah.13. ASI dan makanan tetap diteruskan

ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta mengganti nutrisi yang hilang. Pada diare berdarah nafsu makan akan berkurang. Adanya perbaikan makan menandakan fase penyembuhan.14. Antibiotik SelektifAntibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya pada disentri atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan menganggu keseimbangan flora usus sehingga dapat memperpanjang lama diare. Pemberian antibiotik yang tidak rasional dapat mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik.15. Nasihat kepada orang tua

Edukasi kepada orang tua untuk segera kembali bila demam, tinja berdarah, berulang, makan minum sedikit, sangat haus, diare semakin sering, atau keluhan belum membaik dalam waktu 3 hari.1Rencana Terapi Diare pada Diare Tanpa Dehidrasi

Rencana Terapi Diare dengan Dehidrasi Ringan SedangRencana Terapi Diare dengan Dehidrasi BeratDAFTAR PUSTAKA

1. Juffrie, Muhammad, Sri Supar Yati, Hanifah Oswari, Sjamsul Arief, Ina Rosalina, Neny Sri Mulyani. 2011. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1. UKK-Gastroenterologi-Hepatologi IDAI : Jakarta

2. Eppy : Diare Akut. Scientific Journal of Pharmatceutical Development and Medical Aplication Medicinus Vol 22 N 3 : 91-100. 2009.

3. Direktorat Jendran Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Panduan Sosialisasi Tatalaaksana Diare Balita. Departemen Kesehatan RI : Jakrta

4. Cleary TG. Salmonella. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson Textbook Of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: Saunders; 2004, h 91 2-9. 5. Suthisarnsuntorn U : Bacteria Causing Diarrheal Diseases & Food Poisoning, DTM&H Course 2002, Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University, Bangkok, Thailand.6. Pudjadi, Antonius., Badriul Hegar, Setyo Handryastuti, Nikmah Salamia Idris, Ellen P Gandaputra, Eva Devita Harmoniati. 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia : Jakarta

7. Direktorat Jendran Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2011. Lima Langkah Tuntaskan Diare. Departemen Kesehatan RI : Jakrta