Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

39
LAPORAN KASUS GBS pada Penderita TB Mediastinum Pembimbing : dr. Ananda Setiabudi, Sp. S Disusun oleh : Justhesya Fitriani Fauziah Putri 030.07.128 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH JAKARTA PERIODE 10 Agustus 2015 – 12 September 2015 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 0

description

neuro

Transcript of Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

Page 1: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

LAPORAN KASUS

GBS pada Penderita TB Mediastinum

Pembimbing :

dr. Ananda Setiabudi, Sp. S

Disusun oleh :

Justhesya Fitriani Fauziah Putri

030.07.128

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH JAKARTA

PERIODE 10 Agustus 2015 – 12 September 2015

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

0

Page 2: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

DAFTAR ISI

Daftar Isi……………………………………………………………………………….1BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..2BAB II KASUS………………………………………………………………………..3BAB III PEMBAHASAN KASUS…………………………………………………..23BAB IV KESIMPULAN……………………………………………………………..26Daftar Pustaka…………………………………………………………………………27

1

Page 3: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

BAB I

PENDAHULUAN

Sindroma Guillain Barre yang disebut juga Acute Inflammatory Demyelinating

Polyradiculoneuropathy (AIDP) atau Post Infections Polyneuritis yang dapat diartikan

sebagai suatu kelainan akut dan difus dari sistim saraf yang mengenai radiks spinalis, saraf

perifer, dan kadang-kadang saraf kranialis setelah suatu infeksi 2,3. Dahulu sindrom ini diduga

disebabkan oleh infeksi virus, tetapi akhir-akhir ini terungkap bahwa ternyata virus bukan

sebagai penyebab. Teori yang dianut sekarang ialah suatu kelainan imunobiologis baik secara

primary immune response maupun immune mediated process4.Infeksi saluran pernafasan dan

pencernaan sering mendahului gejala neuropathy dalam 1 sampai 3 minggu (kadang-kadang

lebih lama) pada kira-kira 60% penderita dengan Sindroma Guillain Barre. 5

Terjadi puncak insidensi antara usia 15-35 tahun dan antara 50-74 tahun. Jarang

mengenai usia dibawah 2 tahun. Usia termuda yang pernah dilaporkan adalah 3 bulan dan

paling tua usia 95 tahun. Laki-laki dan wanita sama jumlahnya. Dari pengelompokan ras

didapatkan bahwa 83% penderita adalah kulit putih, 7% kulit hitam, 5% Hispanic, 1% Asia

dan 4% pada kelompok ras yang tidak spesifik.1

2

Page 4: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

BAB II

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Ny. I

Jenis Kelamin : wanita

Usia : 39 Tahun

Alamat :Kampung Melayu, Tebet, Jakarta Selatan

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

Status Pernikahan : Menikah

Pendidikan Terakhir : -

Tanggal Datang ke RS :4 Agustus 2015

Nomor CM :98.89.50

II. Anamnesis

Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan anak pasien di Kamar 701,

bangsal 7 Barat, lantai 7, RSUD Budhi Asih.

Keluhan Utama : lemas pada kedua tungkai dan kedua lengan

Keluhan tambahan : Batuk lama kurang lebih 1 bulan

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD Budhi Asih pada tanggal 4/8/2015 jam 15.57 wib

dengan keluhan lemas pada kedua tungkai sejak 4 hari yang lalu. Pasien mengaku, lemas

tersebut ia rasakan ketika ia selesai sholat subuh kemudian hendak berdiri tiba-tiba kedua

tungkainya menjadi lemas tanpa sebab. Saat itu juga oleh pihak keluarganya, ia dibawa ke

klinik 24 jam didekat rumahnya. Setelah mengkonsumsi obat yang didapat, ternyata pasien

tidak merasakan adanya perubahan pada kedua tungkainya melainkan 2 hari setelah konsumsi

obat ia merasakan lemas pada kedua lengannya. Pasien mengaku tidak merasakan kebas,

3

Page 5: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

nyeri pada kedua lengan dan tungkai. Ditambahkan pula oleh pasien bahwa ini adalah kali

pertamanya ia merasakan lemas pada kedua tungkainya yang menjalar pada kedua lengannya.

Pasien mengaku, sekitar 1 bulan yang lalu ia sempat menderita flu, batuk disertai

dahak berwarna putih yang belum menghilang, serta sempat adanya keringat pada malam

hari. Pasien menyangkal adanya demam yang menyertai, sesak juga disangkal, mual dan

muntah juga disangkal, serta penurunan berat badan yang drastis pun juga disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat alergi (-), riwayat penyakit jantung (-), DM (-), Hipertensi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Anggota keluarga tidak ada yang memiliki keluhan lemas seperti yang dikeluhkan

oleh pasien, dan tidak ada yang menderita penyakit paru.

Riwayat Sosial dan Kebiasaan

Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol, merokok, dan menggunakan obat-obatan

terlarang.

III. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis E4V5M6

Tanda Vital Hasil Nilai Normal

Tekanan Darah IGD : 120/80 mmHg

Ruangan : 130/90

mmHg

4

Page 6: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

*Berdasarkan kriteria JNC-7

Nadi 78 x/menit 80 – 100x/menit

Suhu 37,1 oC 36,5 – 37,2oC

Pernapasan 22 x/menit 16 – 20x/menit

Kepala

Ekspresi wajah : Tampak wajah simetris

Rambut : warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut

Bentuk : Normocephali

Mata

Konjungtiva : anemis (-/-)

Sklera : ikterik (-/-)

Kedudukan bola mata : ortoforia/ortoforia

Pupil : bulat isokor 3mm/3mm, RCL +/+. RCTL +/+

Telinga

Tidak dilakukan

Mulut

Bibir : Sianosis (-), luka (-), simetris.

Leher

Trakhea terletak ditengah

Tidak teraba benjolan/KGB yang membesar

Kelenjar Tiroid: tidak teraba membesar5

Page 7: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

Thoraks

Bentuk : Simetris

Paru – Paru

Pemeriksaan Depan Belakang

Inspeksi Kiri Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis

Kanan Simetris saat statis dan dinamis Simetris saat statis dan dinamis

Palpasi Kiri Vocal fremitus dan pergerakan

napas simetris

Vocal fremitus dan pergerakan

napas simetris

Kanan Vocal fremitus dan pergerakan

napas simetris

Vocal fremitus dan pergerakan

napas simetris

Perkusi Kiri Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru

Kanan Sonor di seluruh lapang paru Sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi Kiri - Suara vesikuler

- Wheezing (-), Ronki (-)

- Suara vesikuler

- Wheezing (-), Ronki (-)

Kanan - Suara vesikuler

- Wheezing (-), Ronki (-)

- Suara vesikuler

- Wheezing (-), Ronki (-)

Jantung

Inspeksi : Tidak tampak pulsasi iktus cordis

Palpasi : Tidak dilakukan

6

Page 8: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, Gallop (-), Murmur (-).

Abdomen

Inspeksi : Datar, simetris, smiling umbilicus (-)

Palpasi : Dinding perut supel, tidak ada nyeri tekan pada epigastrium.

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : Bising usus (+) normal

STATUS NEUROLOGIS

A. Keadaan Umum :Compos mentis E4V5M6

B. Gerakan Abnormal : -

C. Leher : tidak ada batasan gerak

D. Tanda Rangsang Meningeal : -

E. Nervus Kranialis

N.I ( Olfaktorius)

Subjektif Tidak Dilakukan

N. II ( Optikus )

Tajam penglihatan (visus

bedside)

Normal Normal

7

Page 9: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

Lapang penglihatan Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan

Melihat warna Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan

Ukuran Isokor, D 3mm Isokor, D 3mm

Fundus Okuli Tidak dilakukan

N.III, IV, VI ( Okulomotorik, Trochlearis, Abduscen )

Nistagmus - -

Pergerakan bola mata Baik ke

segala

arah

Baik ke

segala

arah

Kedudukan bola mata Ortofori

a

Ortofori

a

Reflek Cahaya Langsung & Tidak Langsung + +

Diplopia - -

N.V (Trigeminus)

Membuka mulut + +

Menggerakan Rahang + +

Oftalmikus + +

Maxillaris + +

Mandibularis + +

8

Page 10: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

N. VII ( Fasialis )

Perasaan lidah ( 2/3 anterior ) Tidak Dilakukan

Motorik Oksipitofrontalis Baik Baik

Motorik orbikularis okuli Baik Baik

Motorik orbikularis oris Baik Baik

N.VIII ( Vestibulokoklearis )

Tes pendengaran Tidak dilakukan

Tes keseimbangan Tidak dilakukan

N. IX,X ( Vagus )

Perasaan Lidah ( 1/3 belakang ) Tidak Dilakukan

Refleks Menelan Tidak dilakukan

Refleks Muntah Tidak Dilakukan

N.XI (Assesorius)

Mengangkat bahu Tidak dilakukan

Menoleh Tidak dilakukan

N.XII ( Hipoglosus )

Pergerakan Lidah Baik

9

Page 11: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

Disatria Tidak

Lateralisasi Tidak ada

F. Sistem Motorik Tubuh

Kanan Kiri

Ekstremitas Atas

Atrofi Otot Eutrofik Eutrofik

Tonus Otot Hipotonus Hipotonus

Gerak involunter (-) (-)

Kekuatan Otot 2222 2222

Kanan Kiri

Ekstremitas Bawah

Atrofi Otot Eutrofik Eutrofik

Tonus Otot Hipotonus Hipotonus

Gerak involunter (-) (-)

10

Page 12: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

Kekuatan Otot 2222 2222

Kesan Tetraparese

G. Refleks

11

Pemeriksaan Kanan Kiri

Refleks Fisiologis

Bisep + +

Trisep + +

Patela + +

Achiles + +

Pemeriksaan Kanan Kiri

Refleks Patologis

Babinski - -

Oppenheim - -

Page 13: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

H. Gerakan Involunter: Tidak ada

I. Tes Sensorik (sentuhan ) baik

J. Keseimbangan dan koordinasi

Hasil

Tes disdiadokinesis Tidak dilakukan

Tes tunjuk hidung dan jari Tidak dilakukan

Tes tunjuk jari kanan dan kiri Tidak dilakukan

Tes romberg Tidak dilakukan

Tes tandem gait Tidak dilakukan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

HEMATOLOGI-2 HASIL NILAI NORMAL INTERPRETASI

Leukosit 7.1 ribu/μL 3.6 - 11 ribu/μL Dalam batas normal

Eritrosit 3.6 juta/μL 3.8 - 5.2 juta/μL Meningkat

12

Page 14: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

Hemoglobin 10.7 g/dL 11.7 - 15.5 g/dL Menurun

Hematokrit 32 % 35 - 47 % Menurun

Trombosit 381 ribu/μL 150 – 440 ribu/μL Dalam batas normal

MCV 88 fL 80 – 100 fL Dalam batas normal

MCH 29.7 pg 26 – 34 pg Dalam batas normal

MCHC 33.6 dL 32 – 36 g/dL Dalam batas normal

RDW 13.8 % < 14 % Menurun

KIMIA KLINIK HASIL NILAI NORMAL INTERPRETASI

METABOLISME KARBOHIDRAT

Glukosa darah sewaktu

104 mg/dL < 110 mg/dL Batas normal

ELEKTROLIT HASIL NILAI NORMAL INTERPRETASI

Natrium (Na) 144 mmol/L 135 – 155 mmol/L Batas normal

Kalium (K) 3.6 mmol/L 3.6 – 5.5 mmol/L Batas normal

Klorida (Cl) 107 mmol/L 98 – 109 mmol/L Batas normal

V. RESUME

Pasien datang ke IGD RSUD Budhi Asih pada tanggal 4/8/2015 jam 15.57 wib

dengan keluhan lemas pada kedua tungkai sejak 4 hari yang lalu. Pasien mengaku,

lemas tersebut ia rasakan ketika ia selesai sholat subuh kemudian hendak berdiri tiba-

tiba kedua tungkainya menjadi lemas tanpa sebab. Saat itu juga oleh pihak

keluarganya, ia dibawa ke klinik 24 jam didekat rumahnya. Setelah mengkonsumsi 13

Page 15: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

obat yang didapat, ternyata pasien tidak merasakan adanya perubahan pada kedua

tungkainya melainkan 2 hari setelah konsumsi obat ia merasakan lemas pada kedua

lengannya. Pasien mengaku tidak merasakan kebas, nyeri pada kedua lengan dan

tungkai. Ditambahkan pula oleh pasien bahwa ini adalah kali pertamanya ia

merasakan lemas pada kedua tungkainya yang menjalar pada kedua lengannya.

Pasien mengaku, sekitar 1 bulan yang lalu ia sempat menderita flu, batuk

disertai dahak berwarna putih yang belum menghilang, serta sempat adanya keringat

pada malam hari. Pasien menyangkal adanya demam yang menyertai, sesak juga

disangkal, mual dan muntah juga disangkal, serta penurunan berat badan yang drastis

pun juga disangkal.

Pada pemeriksaan neurologis ditemukan tetraparese, pada pemeriksaan laboratorium

ditemukan eritrosit 3.6 juta/μL, Hb 10.7 g/dL, Ht 32 %, RDW 13.8 %

VI. Diagnosis kerja

Diagnosis klinis :Tetraparese

Diagnosis topis :Lesi Lower Motor Neuron

Diagnosis etiologi :Autoimun

Diagnosis patologi :Axon Injury

VII. Penatalaksanaan

IVFD Asering / 12 jam + drip neurobion 5000 / 12 jam

Inj. Dexametason 3 x 1 ampul

Inj. Omeprazole 1 x 1

Mecobalamin tab 500gr 2 x 1

VIII. Prognosis

Ad vitam :dubia ad bonam

Ad fungtionam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad malam

14

Page 16: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

Jawaban Konsul :

1. Konsul Paru

Os dengan tetraparese suspek TB paru, keadaan umum tampak sakit

sedang

Cek :

Mantoux tes

LED

Foto lumbosacral, ro thorax

Cek sputum BTA

2. Konsul Saraf

Cek EMG

Foto Thorakolumbal

15

Page 17: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

Kesan : CXR : cor dan pulmo normal, hilus baik

Thoracalis : spondilosis lumbal pedikel et caput intak

Foto Thoraks AP

16

Page 18: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

Kesan :

TB mediastinum

LED

Tanggal Hasil Satuan Nilai normal

7-08-2015 25 mm/jam 0-20

14-08-2015 113 mm/jam 0-30

Hasil EMG:

17

Page 19: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

Kesimpulan :

Gambaran polineuroradikolupati sensorik dan motorik tipe demyelinisasi

dengan degenarasi aksonal sekunder sesuai dengan gambaran Acute

Inflamatory Demyelinating Polineuropathy (AIDP / GBS )

FOLLOW UP

TANGGAL S O A P

18

Page 20: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

11/8/2015 Tingkai kiri

masih terasa

berat

diangkat

(+), nyeri

(-), kebas (-)

TD: 140/100mmHg

HR: 82 x/menit

T: 36 oC, rr:18 x/m

Status Neurologis

Kesadaran: CM

E4V5M6

Mata: PBI,3mm/3mm

RCL+/+, RCTL +/+

Motorik:

Eks. Atas:

5/3

Eks. Bawah:

5/2

N. Cranialis :

parese (–)

R. Fisiologis :+/+

R. Patologis:-/-

Tetraparese

ec GBS

Gabapentin 1 x

100mg

Vit. B1, B6, B12 2x1

ampul

12/08/2015 Tungkai kiri

sudah terasa

tidak terlalu

berat jjka

diangkat (+)

TD: 130/100 mmHg

HR: 80x/menit

T: 36 oC, RR:20 x/m

tetraparese Vit. B1, B6, B12

2x1 ampul

Omeprazole 2x 1

19

Page 21: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

Status Neurologis

Kesadaran: CM

E4V5M6

Mata: PBI,3mm/3mm

RCL+/+, RCTL +/+

Motorik:

Eks. Atas:

5/4

Eks. Bawah:

5/4

N. Cranialis : parese–

R. Fisiologis :+/+

R. Patologis : -/-

13/08/2015 Tungkai kiri

sudah terasa

tidak terlalu

berat untuk

diangkat,

pinggang

terasa pegal

dan kaku

(+)

TD: 140/70 mmHg

N: 80x/menit

RR:20 x/menit

T: 36 oC

Status Neurologis

Kesadaran : CM

E4V5M6

Mata: PBI,3mm/3mm

tetraparese Vit. B1, B6, B12 2x1

ampul

Omeprazole 2x1

20

Page 22: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

RCL+/+, RCTL +/+

Motorik:

Eks. Atas:

5/4

Eks. Bawah:

5/4

N. Cranialis : parese–

R. Fisiologis : +/+

R. Patologis : -/-

14/08/2015 Tungkai kiri

sudah bisa

diangkat,

lengan kiri

terasa pegal

(+)

T: 140/110mmHg

HR: 70x/m

T:36.5oC

RR: 20x/m

Status Neurologis

Kesadaran : CM

E4V5M6

Mata: PBI,3mm/3mm

RCL+/+, RCTL +/+

Motorik:

Eks. Atas:

5/4

tetraparese Vit. B1, B6, B12 2x1

ampul

Ceftriaxon 1x2gr

21

Page 23: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

Eks. Bawah:

5/4

N. Cranialis : parese–

R. Fisiologis :+/+

R. Patologis : -/-

15/08/2015 Tangan kiri

tidak pegal

lagi, tungkai

kiri sudah

dapat

diangkat,

tungkai kiri

terasa pegal

(+)

Sudah boleh

pulang

TD: 130/70

HR: 72x/m

RR: 20x/m

T: 36.5oC

Status Neurologis

Kesadaran: CM

Mata: PBI,3mm/3mm

RCL+/+, RCTL +/+

Motorik:

Eks. Atas: 5/4

Eks.Bawah:5/4

N. Cranialis : Parese –

R. Fisiologis: +/+

R. Patologis: -/-

Lab :

LED : 113 mm/jam

Tetraparese

ec GBS

Metilprednisolon 8

mg 3x1

Mecobalamin tab 500

2x1

Episan sirup 3x1

sendok makan

Omeprazole 2x1gr

Rifampisin 1x300

INH 1x300

Etambutol 1x500

Pirazinamid 1x750

Cefixime 2x200mh

22

Page 24: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

EMG :

Sesuai dengan gambaran polineuroradikulopati sensorik dan motorik tipe demyelinisasi dengan degenerasi aksonal sekunder (GBS)

ro thorax :TB mediastinum

23

Page 25: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

AnamnesisPasien datang ke IGD RSUD Budhi Asih pada tanggal 4/8/2015 dengan keluhan

lemas pada kedua tungkai sejak 4 hari yang lalu. Pasien mengaku, lemas tersebut ia rasakan ketika ia selesai sholat subuh kemudian hendak berdiri tiba-tiba kedua tungkainya menjadi lemas tanpa sebab. Saat itu juga oleh pihak keluarganya, ia dibawa ke klinik 24 jam didekat rumahnya. Setelah mengkonsumsi obat yang didapat, ternyata pasien tidak merasakan adanya perubahan pada kedua tungkainya melainkan 2 hari setelah konsumsi obat ia merasakan lemas pada kedua lengannya. Pasien mengaku tidak merasakan kebas, nyeri pada kedua lengan dan tungkai. Ditambahkan pula oleh pasien bahwa ini adalah kali pertamanya ia merasakan lemas pada kedua tungkainya yang menjalar pada kedua lengannya. Guillain-Barré Syndrome (GBS) adalah suatu penyakit yang langka dan parah.1 Guillain-Barré Syndrome mengambil nama dari dua ilmuwan Perancis, Guillain dan Barré. Penyakit ini terjadi setelah prosedur infeksi akut. GBS mulanya mempengaruhi sistem saraf perifer. Biasanya penyakit ini adalah berupa kelumpuhan akut di daerah tubuh bagian bawah yang bergerak ke arah ekstremitas atas dan wajah. Secara bertahap pasien kehilangan semua refleks lalu mengalami kelumpuhan tubuh lengkap. Dalam bentuk klasik, GBS merupakan inflamasi demielinisasi polineuropati akut yang ditandai oleh kelemahan motorik, paralisis, dan hiporefleksia simetris, asendens dan progresif dengan atau tanpa disertai gejala sensorik atau otonom. Guillain-Barre Syndrome juga bersifat autoimun. 2,3,4

Pasien mengaku, sekitar 1 bulan yang lalu ia sempat menderita flu, batuk disertai dahak berwarna putih yang belum menghilang, serta sempat adanya keringat pada malam hari. Pasien menyangkal adanya demam yang menyertai, sesak juga disangkal, mual dan muntah juga disangkal, serta penurunan berat badan yang drastis pun juga disangkal. Etiologi GBS sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti penyebabnya dan masih menjadi bahan perdebatan. Beberapa keadaan/penyakit yang mendahului dan mungkin ada

24

Page 26: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

hubungannya dengan terjadinya GBS, antara lain: Infeksi; Vaksinasi; Pembedahan; Penyakit sistematik, seperti keganasan, systemic lupus erythematosus, tiroiditis. penyakit Addison; serta kehamilan atau dalam masa nifas. GBS sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. Insidensi kasus GBS yang berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara 56% - 80%, yaitu 1 sampai 4 minggu sebelum gejala neurologi timbul seperti infeksi saluran pernafasan atas atau infeksi gastrointestinal5.Dari keluhan yang dialami oleh pasien dapat disimpulkan bahwa gejala yang dialaminya mirip dengan penyakit Sindroma Guillain Barre.

Pemeriksaan fisikPada pemeriksaan fisik yang ditemukan adanya kelainan ialah pada kekuatan

motoriknya. Kekuatan motorik pada pasien ini baik kedua lengan dan kedua tungkai bernilai 2/2 dan 2/2 yang menunjukkan tetraparese pada pasien ini. Kriteria diagnosa yang umum dipakai adalah criteria dari National Institute of Neurological and Communicative Disorder and Stroke (NINCDS), yaitu3,6,7,8 ciri-ciri yang perlu untuk diagnosis:Terjadinya kelemahan yang progresifHiporefleksi

Pemeriksaan penunjang EMG

a. Gambaran poliradikuloneuropati

b. Test Elektrodiagnostik dilakukan untuk mendukung klinis bahwa paralisis

motorik akut disebabkan oleh neuropati perifer.5

c. Pada EMG kecepatan hantar saraf melambat dan respon F dan H abnormal. 3

1. Acute inflammatory demyelinating polyradiculoneuropathy (AIDP) adalah jenis

paling umum ditemukan pada SGB, yang juga cocok dengan gejala asli dari sindrom

tersebut.

2. Acute motor axonal neuropathy (AMAN) dilaporkan selama musim panas SGB

epidemik pada tahun 1991 dan 1992 di Cina Utara dan 55% hingga 65% dari pasien

SGB merupakan jenis ini. Jenis ini lebih menonjol pada kelompok anak-anak, dengan

ciri khas degenerasi motor axon. Klinisnya, ditandai dengan kelemahan yang

berkembang cepat dan sering dikaitkan dengan kegagalan pernapasan

3. Acute Motor Sensory Axonal Neuropathy (AMSAN) adalah penyakit akut yang

berbeda dari AMAN, AMSAN juga mempengaruhi saraf sensorik dan motorik. Pasien

biasanya usia dewasa, dengan karakteristik atrofi otot. Dan pemulihan lebih buruk

dari AMAN

25

Page 27: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

4. Miller Fisher Syndrome adalah karakteristik dari triad ataxia, arefleksia, dan

oftalmoplegia. Kelemahan pada ekstremitas, ptosis, facial palsy, dan bulbar palsy

mungkin terjadi pada beberapa pasien.

Penegakkan diagnosis berdasarkan hasil EMG pasien yang memiliki kesimpulan bahwa gambaran polineuroradikolupati sensorik dan motorik tipe demyelinisasi dengan degenarasi aksonal sekunder sesuai dengan gambaran Acute Inflamatory Demyelinating Polineuropathy (AIDP / GBS).Penatalaksanaan Pasien mendapatkan terapi :

IVFD Asering / 12 jam + drip neurobion 5000 / 12 jam Inj. Dexametason 3 x 1 ampul Inj. Omeprazole 1 x 1 Mecobalamin tab 500gr 2 x 1

menurut textbook, perawatan yang diberikan kepada pasien tidak sesuai dengan yang seharusnya diberikan :

Plasmaparesis (Plasma Exchange)Bertujuan untuk mengeluarkan faktor  autoantibodi yang beredar. Pemakaian plasmaparesis pada SGB memperlihatkan hasil yang baik, berupa perbaikan klinis yang lebih cepat, penggunaan alat bantu nafas yang lebih sedikit, dan lama perawatan yang lebih pendek. Waktu yang paling efektif untuk melakukan PE adalah dalam 2 minggu setelah munculnya gejala. Jumlah plasma yang dikeluarkan per exchange adalah 40-50 ml/kg dalam waktu 7-10 hari dilakukan empat sampai lima kali exchange.9,10

Imunoglobulin IV (IVIg)Pengobatan dengan gamma globulin intervena lebih menguntungkan dibandingkan plasmaparesis karena efek samping/komplikasi lebih ringan. Dosis maintenance 0.4 gr/kg BB/hari selama 3 hari dilanjutkan dengan dosis maintenance 0.4 gr/kg BB/hari tiap 15 hari sampai sembuh.1,10

Obat sitotoksik :Pemberian obat sitoksik yang dianjurkan adalah:

o 6 merkaptopurin (6-MP)o azathioprineo cyclophosphamid

Efek samping dari obat-obat ini adalah: alopecia, muntah, mual dan sakit kepala Menurut penelitian yang dilakukan oleh American Academy of Neurology,

penggunaan kortikosteroid tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam mengobati sindroma Guillain Bare. Akhir-akhir ini sedang dicoba kombinasi antara IVIg (Intravena Imunoglobulin) dengan Metilprednisolon IV, namun hasil penelitiannya belum diumumkan. 9,10,12

PrognosisPada umumnya, sekitar 3% sampai 5% pasien tidak dapat bertahan dengan

penyakitnya, tetapi pada sebagian kecil penderita dapat bertahan dengan gejala sisa. 95% terjadi penyembuhan tanpa gejala sisa dalam waktu 3 bulan bila dengan keadaan antara lain pada pemeriksaan NCV-EMG relatif normal, mendapat terapi plasmaparesis dalam 4 minggu mulai saat onset, progresifitas penyakit lambat dan pendek, dan terjadi pada penderita berusia 30-60 tahun. 1,9

26

Page 28: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

Faktor yang mempengaruhi buruknya prognostik9: Penurunan hebat amplitudo potensial aksi berbagai otot Umur tua Kebutuhan dukungan ventilator Perjalanan penyakit progresif & berat

Pada umumnya penderita mempunyai prognosa yang baik tetapi pada sebagian kecil penderita dapat meninggal atau mempunyai gejala sisa. 95% terjadi penyembuhan tanpa gejala sisa dalam waktu 3 bulan bila dengan keadaan antara lain:

pada pemeriksaan NCV- EMG relatif normal mendapat terapi plasmaparesis dalam 4 minggu mulai saat onset progresifitas penyakit lambat dan pendek pada penderita berusia 30-60 tahun 13

BAB IV

KESIMPULAN

Guillain Bare Syndrom (GBS) secara khas digambarkan dengan kelemahan motorik yang progresif dan arefleksia. Mekanisme autoimun dipercaya bertanggungjawab atas terjadinya sindrom ini. Terapi farmakoterapi dan terapi fisik, prognosis GBS tergantung pada progresifitas penyakit, derajat degenerasi aksonal, dan umur pasien.

27

Page 29: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

DAFTAR PUSTAKA

1. Seneviratne U. Guillain-Barre Syndrome: Clinicopathological Types and

Electrophysiological Diagnosis. Departement of Neurology, National Neuroscience

Institute, SGH Campus; 2003.

2. Dewanto G, dkk. 2007. Panduan Praktis Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC

3. Hauser SL, Amato AA. 2012.Guillain Barre and Other Immune Mediated

Neuropathies. Dalam: Longo DL, dkk. Harrisson’s Principles of Internal Medicine.

New York McGraw Hill

4. Ropper AH, Samuels MA. 2009.Adams and Victor’s Principles of Neurology. Ninth

edition. New York: McGraw-Hill.

5. Seneviratne U MD(SL), MRCP. Guillain-Barre Syndrome: Clinicopathological Types

and Electrophysiological Diagnosis. Departement of Neurology, National

Neuroscience Institute, SGH Campus; 2003.

6. Japardi I. 2002. Sindroma Guillain-Barre. Medan: USU Digital Library

28

Page 30: Case GBS Pada Penderita TB Mediastinum by Justhesya

7. Ginsberg L. 2005. Lecture Notes Neurologi. Jakarta: Penerbit Erlangga

8. Wilkinson I, Lennox G. 2005. Essential Neurology. Massachusetts: Blackwell

Publishing

9. Yuki N, Hartung HP. Guillain Barré Syndrome. N Engl J Med 2012;366:2294-304.

10. Guillain Barre Syndrome. Available

at:http://emedicine.medscape.com/article/315632-overview. Accessed from 19 July

2015.

11. Pritchard J. Guillain Barré Syndrome. Clinical Medicine 2010, Vol 10, No 4: 399–

401.

12. Erasmus MC. Gullain-Barre Syndrome. Professor Marianne de vissers, Editor.

University Medical Center Rotterdam. Netherlands; 2004

29