Case-dhita-tb Milier, Gizi Buruk, Anemia, Hiponatremia
-
Upload
dhitaaprilia -
Category
Documents
-
view
228 -
download
0
description
Transcript of Case-dhita-tb Milier, Gizi Buruk, Anemia, Hiponatremia
STATUS ILMU KESEHATAN ANAKSMF KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDASMF ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN
Nama Mahasiswa : Dhita Aprilia Anjoti TandaTangan :NIM : 11.2014.104Dokter Pembimbing : dr. Melani, SpA.
IDENTITAS PASIEN
Nama : An.AM Jenis Kelamin : Laki-lakiTanggal lahir : 1 Agustus 1999 Suku Bangsa : BetawiUmur : 16 Tahun Agama : IslamPendidikan : Pelajar Alamat : Jl. Jembatan besi RT 012/ RW 001 No 13 Jembatan besi, Jakarta Barat, DKI Jakarta
IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah : Tn S Nama Ibu : Ny.F
Umur : 47 tahun Umur : 46 tahunPendidikan Terakhir : SMA Pendidikan terakhir : SMAPekerjaan : Buruh Pekerjaan : Ibu Rumah TanggaAlamat : Sqa
Tanggal Masuk RS : 28 Juli 2015 Jam 11.39 WIBTanggal Pemeriksaan : 30 Juli 2015 Jam 15.05 WIB
Dilakukan di : Bangsal Melati 5302
ANAMNESISDiambil dari : Autoanmnesis dan Alloanamnesis dengan ibu pasien Tanggal : 30 Juli 2015 Jam 15.05 WIB
Keluhan Utama:
Sesak
Keluhan Tambahan:
Batuk, nyeri dada, demam, keringat malam, pilek, mual, muntah dan belum BAB.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak sejak 3 hari SMRS. Sesak yang dirasakan
semakin parah. Keluhan disertai nyeri dada yang menjalar ke belakang sampai ke tulang
sendi dan leher saat beraktivitas dan beristirahat.
Satu minggu SMRS, pasien juga mengeluh demam. Demam 38,0 0C yang naik turun
dan waktu tak menentu. Pasien juga mengeluh pilek, ingus warna putih encer. Terdapat mual
sebelum dan sesudah makan. Pasien sudah di bawa berobat ke klinik, tetapi keluhan tidak
membaik.
Dua minggu SMRS, pasien mengeluh belum BAB tetapi BAK lancar. Tiga minggu
SMRS, pasien mengeluh batuk. Pasien juga pernah mengalami batuk berdarah sebanyak 2
kali. Keluhan lain terdapat lemas, keringat pada malam hari sehingga pasien gelisah jika
tidur. Tetangga pasien ada yang mempunyai riwayat batuk lama.
Riwayat Penyakit Dahulu :Pasien tidak pernah mengalami hal serupa sebelumnya. Riwayat asma dan penyakit
jantung disangkal. Riwayat pengobatan paru disangkal.
Silsilah Keluarga
Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi +
Asma +
Tuberkulosis +
Hipertensi +
Diabetes +
Kejang Demam +
Epilepsy +
RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN1. Kehamilan
Perawatan antenatal : Trimester I 1x, trimester II 1x, trimester III 2x
Tempat perawatan : Puskesmas.
Penyakit kehamilan : Tidak ada
2. Kelahiran
Tempat kelahiran : RS Budi Kemuliaan
Penolong persalinan : Bidan
Cara persalinan : Spontan
Masa gestasi : 37-38 minggu
Keadaan bayi
o Berat badan lahir : 3300 gram
o Panjang badan lahir : Tidak diketahui
o Lingkar kepala : Tidak diketahui
o Langsung menangis : Langsung menangis kuat
o Pucat/Biru/Kuning/Kejang : Negatif
o Nilai APGAR : Tidak diketahui,
o Kelainan bawaan : Tidak ada
Kesan : Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan (NCB-SMK)
RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANPertumbuhan gigi pertama : tidak ingat (normal 5-9 bulan)Psikomotor
Tengkurap : ± 4 bulan (normal 4-6 bulan)
Duduk : ± 6 bulan (normal 6 bulan)
Merangkak : ± 8 bulan (normal 7-10 bulan)
Berdiri : ± 10 bulan (normal 9-12 bulan)
Menyebut ”mama” : tidak ingat (normal 10-12 bulan)
Berjalan : ±15 Bulan (normal 13-18 bulan)
Kesan : Tumbuh kembang sesuai dengan usia
RIWAYAT IMUNISASI
(+) BCG usia 1 bulan
(+) DPT, 3 kali
(+) Polio, 4 kali
(+) Hep. B, 3 kali
(+) Campak usia 9 bulan
Kesan: Ibu pasien tidak hafal waktu pemberiannya tetapi imunisasi dasar pasien
lengkap.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan UmumTanggal : 30 Juli 2015 jam 15.05
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Tekanan darah : 100/ 70 mmHg
Nadi : 72 kali/menit, reguler, kuat
Suhu : 38,0 °C
Pernapasan (frekuensi dan tipe) : 36 kali/menit, teratur, reguler
Antropometri
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 29 Kg
Lingkar kepala : 50 cm
Lingkar dada : 70 cm
LILA : 14 cm
IMT : 11,32
Status Gizi :
BB/ U : 47%
TB/U : 92%
BB/TB : 60%
Kesan: status gizi buruk
PEMERIKSAAN SISTEMATISKepala
Bentuk dan ukuran : Tidak ada kelainan.
Wajah : Penampilan wajah seperti orangtua, terlihat sangat kurus
Rambut & kulit kepala: Warna hitam, kering, mudah rontok, terdapat telur kutu dan ketombe.
Mata : Bentuk normal, kelopak mata tidak cekung, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Telinga : Normotia, liang telinga lapang
Hidung : Normosepta, deviasi septum tidak ada, sekret -/-, NCH (-)
Mulut : Bibir kering ( + ), sianosis ( - )
Leher : Trakea lurus ditengah, teraba kelenjar getah bening di leher kiri , kelenjar tiroid tidak teraba membesar, retraksi suprasternal (-)
Thoraks1. Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, retraksi iga (-), pernafasan abdominotorakal
Palpasi : Fremitus baik simetris, tidak ada nyeri tekanPerkusi : Sonor di seluruh lapangan paruAuskultasi : Suara napas vesikuler, rhonki +/+, wheezing -/-
2. Jantung Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihatPalpasi : Iktus cordis teraba pada sela iga 4 linea midklavikularis kiriPerkusi : Batas atas jantung di ICS II linea parasternal kiri.
Batas kiri jantung di ICS IV, linea midclavicula kiri. Batas kanan jantung di ICS IV, linea sternal kanan.
Auskultasi : BJ I/II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
AbdomenInspeksi : Cekung, retraksi epigastrium (-)Palpasi : Distensi (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba. Perkusi : Timpani di seluruh lapang perut Auskultasi : Bising usus (+)
ExtremitasEkstremitas superior : Akral hangat, deformitas (-), Edema -/- , CRT < 2 detik
Ekstremitas Inferior : Akral hangat, deformitas (-), Edema -/- , CRT < 2 detik.
Tulang belakang : tidak tampak kelainan tulang belakang Anus dan Rektum : tidak ditemukan iritasiGenitalia : Laki-lakiKulit : kulit kering dan keriput, turgor kulit berkurang, warna kulit sawo matang,
SKORING TB
Parameter 0 1 2 3 Jumlah Kontak TB Tidak
jelasLaporan keluarga, BTA(-) atau BTA tidak jelas/tidak tahu
BTA( + ) 2
Uji tuberkulin (-) (+) ≥ 10 mm atau ≥ 5 mm pada keadaan imunokompromais
0
Berat badan/status gizi
BB/TB < 90% atau BB/U <80%
Klinis gizi buruk atau BB/TB <70% atau BB/U <60%
2
Demam yang tidak diketahui penyebabnya
≥2 minggu
0
Batuk kronik ≥3 minggu
1
Pembesaran kelenjar limfe koli, aksila, inguinal
≥ 1 cm, lebih dari 1 KGB, tidak nyeri
1
Pembengkakan tulang/sendi panggul, lutut, falang
Ada pembengkakan
0
Foto toraks Normal kelainan tidak jelas
Gambaran sugestif TB
1
Total skor 7
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Laboratorium : tanggal 28 Juli 2015 Jam 00.17 WIB
Darah Rutin
Hemoglobin : 8.2 g/dL
Hematokrit : 25.5%
Eritrosit : 4.25 juta /ul
Leukosit : 7,779 /mm3
Trombosit : 237.400/mm3
Elektrolit
Natrium (Na) : 129 mEq/L
Kalium (K) : 3.9 mEq/L
Clorida (Cl) :89mEq/dL
Glukosa darah
Glukosa darah sewaktu : 109 mg/dL
Fungsi liver
AST (SGOT): 33 U/L
ALT (SGPT): 10 U/L
Fungsi ginjal
Ureum: 25 mg/dL
Kreatinin: 0.71 mg/dL
Laboratorium : tanggal 28 Juli 2015 jam 13.55 WIB
Darah lengkap
Hemoglobin : 9.4 g/dL
Hematokrit : 29.2%
Eritrosit : 4,66 juta /ul
Leukosit : 7,542 /mm3
Trombosit : 211.500/mm3
Hitung jenis
Basofil : 2 %
Eosinofil : 0 %
Neutrofil : 83 %
Limfosit : 8 %
Monosit : 8 %
Laju endap darah : 120 mm/jam
Index eritrosit
MCV : 63 fL
MCH : 20 pg
MCHC : 32 %
Foto rontgen thorax PA
Cor : tidak tampak membesar
Pulmones : hila tidak tampak melebar, trakea lurus ditenah, parenkim paru tampak infiltrat di
kedua lapang paru seperti gambaran snow storm appearance.
Diafragma dan sinus: tidak tampak kelainan.
Tulang dan soft tissue : tidak tampak kelainan.
Kesan :
Cor: tidak tampak kardiomegali
Pulmones : sesuai gambaran proses spesifik TB milier paru.
RINGKASAN
Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak sejak 1 minggu SMRS. Sesak yang
dirasakan semakin parah. Keluhan disertai nyeri dada yang menjalar ke belakang sampai ke
tulang sendi dan leher saat beraktivitas dan beristirahat. Pasien juga mengeluh demam.
Demam 38,0 0C yang naik turun dan waktu tak menentu. Pasien juga mengeluh pilek, ingus
warna putih encer. Terdapat mual sebelum dan sesudah makan. Pasien sudah di bawa berobat
ke klinik, tetapi keluhan tidak membaik. Pasien mengeluh belum BAB tetapi BAK lancar.
Pasien mengeluh batuk. Pasien juga pernah mengalami batuk berdarah sebanyak 2 kali.
Keluhan lain terdapat lemas, keringat pada malam hari sehingga pasien gelisah jika tidur.
Tetangga pasien ada yang mempunyai riwayat batuk lama.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 100/ 70 mm, HR72 kali/menit, suhu: 38,0 °C,
RR 36 kali/menit. Pada antopometri di dapatkan BB: 29 kg TB: 160 cm LILA 14 cm. Status
gizi BB/TB 60%. Penampilan wajah terlihat seperti orangtua, terlihat sangat kurus, rambut
kering, mudah rontok, terdapat ketombe dan telur kutu, bibir kering, kulit kering, keriput,
turgor kulit berkurang, teraba KGB pada leher kiri, abdomen telihat cekung, pada auskultasi
terdengar ronkhi di kedua lapang paru. Dari hasil skoring TB jumlahnya adalah 7.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan Hb : 8,2 g/dL natrium 129 mEq/dL. Hasil
foto thoraks PA tampak seperti gambaran “badai kabut” (snow storm appearance) berupa
bercak-bercak halus yang umumnya tersebar merata pada seluruh lapangan paru.
DIAGNOSIS KERJA 1. TB milier
2. Gizi buruk
3. Anemia defisiensi besi
4. Hiponatremia
DIAGNOSIS BANDING1. Bronkopneumonia
2. Batuk kronik berulang
PENATALAKSANAAN
O2 3 liter/ menit
Vitamin A 200.000 IU
Chloramphenicol 4x500 mg
Cefotaxim 3x500 mg
Sanmol drip 3x500 mg
KAEN 1 B 30 tpm
Konsul gizi
PROGNOSIS1. Ad Vitam : ad bonam karena penyakit pada pasien ini tidak mengancam
kelangsungan hidup pasien.
2. Ad Fungsionam : dubia ad bonam karena penyakitini bersifat sistemik sehingga
dapat mengenai semua organ tubuh.
3. Ad Sanationam : dubia ad bonam karena jika pasien menjalankan pengobatan
sampai selesai dan memperbaiki status gizinya keadaanya bisa sembuh total dan
bisa melakukan aktivitas seperti biasa.
FOLLOW UPTanggal 29 Juli 2015 jam 07.30
S: Pasien masih batuk, BAB dan BAK lancar, makan minum sulit, demam (-), sesak (+)
O:KU: tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis
HR: 88x/menit RR:28x/menit Suhu: 36,2oC TD:100/60mmHg
Kepala : Normocephali, rambut kering, mudah rontok, terdapat telur kutu dan
ketombe.
Wajah : penampilan wajah seperti orangtua, terlihat sangat kurus
Mata : Sklera ikterik -/- konjungtiva anemis-/-
Telinga : Normotia, serumen (-), Membran timpani intak
Hidung : Sekret bening-/-, mukosa hiperemis (+), konkha edema +/+
Mulut :sianosis(-), tidak pucat, kering (+)
Lidah : tidak kotor, tremor (-) , Tonsil T1 / T1, faring tidak hiperemis
Leher : Retraksi suprasternal(-), KGB teraba membesar di leher kiri, kel. tiroid
tidak teraba membesar
Dada :
Inspeksi :Bentuk thorax simetris pada keadaan statis-dinamis, bentukdada (N),
retraksi sela iga (-).
Palpasi : vokal fremitus kanan kiri sama
Perkusi : sonor di kedua hemithoraks
Pulmo : Suara nafas vesicular, ronkhi+/+, wheezing-/-
Cor : Bunyi jantung I-II murni regular, murmur(-), gallop(-)
Abdomen : Cekung , Bising usus (+)
Ektremitas : akral hangat, CRT<2”, tidak edema.
Kulit : ruam makulopapular (+) , pucat (-), sianosis (-), kering (+), keriput (+),
turgor kulit berkurang
Pemeriksaan lab : Glukosa darah sewaktu : 109 mg/dL
A: Tb Milier, gizi buruk, anemia defisiensi besi, hiponatremia.
P:
O2 3 liter / menit
Chloramphenicol 4x500 mg
Cefotaxime 3x500 mg
Sanmol drip 3x500 mg
IVFD RL : D10 =2 :1 24 tpm
Tanggal 30 Juli 2015 jam 07.30.
S: Pasien masih batuk, sesak (+), BAB dan BAK lancar, makan minum sulit.
O:KU: tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis
HR: 72x/menit RR:32x/menit Suhu: 37,3oC TD:90/60mmHg
Pemeriksaan fisik: sqa
A: sqa
P :
Terapi lanjut
Infus ganti KAEN 1 B 30 tpm
Konsul gizi
Tanggal 31 Juli 2015 jam 07.30
S: Pasien masih batuk, sesak (+), BAB dan BAK lancar.
O:KU: tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis
HR: 72x/menit RR:32x/menit Suhu: 36,4oC TD:90/60mmHg
Pemeriksaan fisik: sqa
A: sqa
P :
O2 3 liter/menit
KAEN 1 B 30 tpm
INH 1x300 mg
Rifampisin 1x300 mg
Pirazinamid 2x350 mg
Prednison 3x 2 tab
NT LT E 2100 kal Protein 65 gr
Peptisol 2x150 kal
Putel 3x1
Tanggal 1 Agustus jam 07.30
S: Pasien masih batuk, semalem demam 38.0oC, sesak (-)
O:KU: tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis
HR: 80x/menit RR:32x/menit Suhu: 36,5oC TD:100/60mmHg
Pemeriksaan fisik: sqa.
A: sqa
P :
Terapi lanjut
Tanggal 2 Agustus 2015 jam 07.30
S: Pasien mengeluh batuk mulai berkurang, sesak (-), demam (+)
O:KU: tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis
HR: 80x/menit RR:33x/menit Suhu: 38,1oC TD:110/60mmHg
Pemeriksaan fisik: sqa
A: sqa
P :
AFF infus dan O2
PCT tab 500 mg 1x
Terapi lanjut
Tanggal 3 Agustus 2015 jam 07.30
S: Pasien mengeluh batuk mulai berkurang, sesak (-), demam (-),
O:KU: tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis
HR: 72x/menit RR:28x/menit Suhu: 35,8oC TD:90/70mmHg
Pemeriksaan fisik: sqa
A: Tb Milier, gizi buruk, anemia defisiensi besi, hiponatremia perbaikan
P :
Terapi lanjut
Besok pulang
ANALISA KASUS
Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis yang
besifat sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ dengan lokasi terbanyak di
paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. Gejala umum penyakit TB pada anak
seperti nafsu makan berkurang, berat badan sulit naik, menetap, atau malah turun, demam
subfebris berkepanjangan, pembesaran kelenjar superfisial didaerah leher, aksila, inguinal
atau tempat lain, keluhan respiratorik berupa batuk kronik lebih dari 3 minggu atau nyeri
dada, gejala gastrointestinal seperti diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan
baku atau perut membesar karena cairan atau teraba masa dalam perut.
Pada pasien ini didiagnosa TB milier berdasarkan gejala yang mendukung yaitu
ditemukan batuk ≥3 minggu, terdapat batuk berdarah sebanyak 2 kali, keringat di malam hari,
demam, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun.
Hasil skoring TB pasien ini:
Batuk ≥ 3 minggu : 1
Kontak TB : 2
Uji tuberkulin : tidak dilakukan
Keadaan gizi : 2
Demam tidak tahu penyebabnya : 0
Pembesaran KGB : 1
Pembengkakan sendi : 0
Foto toraks : 1
Total skor : 7
Pada pemeriksaan foto thorak PA tampak infiltrat di kedua lapang paru seperti
gambaran snow storm appearance.2
Diperlukan pemeriksaan penunjang untuk menegakan diagnosis TB, antara lain:
1. Uji tuberkulin (mantoux)
2. Pemeriksaan mikrobiologik dari sputum
Uji Tuberkulin positif menunjukkan adanya infeksi TB dan kemungkinan TB aktif
(sakit TB) pada anak. reaksi uji tuberkulin positif biasanya bertahan lama hingga bertahun-
tahun walau pasiennya sudah sembuh, sehingga uji tuberkulin tidak digunakan untuk
memantau pengobatan TB.3 Pemeriksaan sputum penting, karena dengan ditemukannya
kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Hasil BTA atau biakan negatif
tidak menyingkirkan diagnosis TB. Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat
memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan.2 Pada pasien ini tidak
dilakukan uji tuberkulin dan pemeriksaan mikrobiologi sputum BTA.
Pada pasien ini, terapi TB milier yang telah diberikan INH, Rifampisin, Pirazinamid,
Prednison. Tatalaksana yang dapat diberikan pada TB milier adalah sebagai berikut:
Pemberian obat 4-5 macam OAT kombinasi isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan
streptomisin atau etambutol selama 2 bulan pertama, dilanjutkan dengan isoniazid dan
rifampisin sampai 9-12 bulan sesuai dengan perkembangan klinis. Kortikosteroid (prednison)
diberikan pada TB milier, meningitis TB, perikarditis TB, efusi pleura dan peritonitis TB.
Prednison biasanya diberikan dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari selama 2-4 minggu selanjutnya
diturunkan perlahan-lahan hingga 2-6 minggu.4
Gizi buruk merupakan salah satu spektrum dari kelainan yang disebut malnutrisi
energi protein (MEP). MEP merupakan salah satu dari empat masalah gizi utama di
Indonesia. Prevalensi yang tinggi pada anak dibawah 5 tahun serta ibu hamil dan menyusui.
Pada gizi buruk didapatkan 3 bentuk klinis yaitu kwashiorkor, marasmus, dan marasmus-
kwashiorkor, walaupun demikian dalam penatalaksanaannya sama. Pada pasien ini tipe gizi
buruk yang marasmus, dengan gejala klinis penampilan wajah seperti orangtua, terlihat
sangat kurus, perubahan mental, cengeng, kulit kering, dingin dan mengendor, keriput, lemak
subkutan menghilang hingga turgor kulit berkurang, otot atrofi sehingga kontur tulang terlihat
jelas, kadang-kadang terdapat bradikardi, tekanan darah rendah dibandingkan anak sehat
yang sebaya.1
Pada pasien ini didiagnosa gizi buruk tipe marasmus berdasarkan gejala yang
mendukung yaitu : penampilan wajah terlihat seperti orangtua, rambut kering, mudah rontok,
terdapat ketombe dan telur kutu, kulit kering, keriput, turgor kulit berkurang, abdomen
cekung, tekanan darah lebih rendah. Dari hasil antopometri di dapatkan BB: 29 kg TB: 160
LILA : 14 cm status gizi BB/TB: 60%.
Pada pasien ini, terapi gizi buruk yang telah diberikan NT LC E 2100 kal Protein 65
gr, peptisol 2x150 kal, putel 3x1. Tatalaksana gizi buruk terdiri dari 3 fase (stabilisasi,
transisi, rehabilitasi) dengan 10 langkah tindakan seperti tabel dibawah ini :1
Medikamentosa terapi gizi buruk :1
1. Pengobatan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Rehidrasi secara oral dengan resomal, secara parental hanya pada dehidrasi
berat atau syok.
2. Atasi/cegah hipoglikemi
3. Atasi/gangguan elektrolit
4. Atasi/cegah hipotermi
5. Antibiotika:
Bila tidak jelas ada infeksi, berikan kotrimoksasol selama 5 hari.
Bila infeksi nyata : ampisilin IV selama 2 hari, dilanjutkan dengan oral sampai
7 hari, ditambah dengan gentamisin IM selama 7 hari.
Bila anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan kloramfenikol
selama 5 hari.
6. Atasi penyakit penyakit penyerta yang ada sesuai pedoman
7. Vitamin A (dosis sesuai usia, yaitu <6 bulan : 50.000 SI, 6-12 bulan : 100.000
SI, >1 tahun : 200.000 SI) pada awal perawatan dan hari ke 15 atau sebelum
pulang.
8. Multivitamin-mineral, khusus asam folat hari pertama 5 mg, selanjutnya 1 mg
per hari. Vitamin C BB< 5 kg : 50 mg/hari (1 tablet), BB> 5 kg : 100 mg/hari
(2 tablet). Vitamin B komplex 1 tablet/hari.
Suportif :1
Oral (enteral )
Stabilisasi (F75) Transisi (F75-F100) Rehabilitasi (F100)
Energi 80-100 kkal/kgbb/hr 100-150 kkal/kgbb/hr 150-220 kkal/kgbb/hr
Protein 1-1.5 g/kgbb/hr 2-3 g/kgbb/hr 4-6 g/kgbb/hr
Cairan 100-130 ml/kgbb/hr
Bila edema berat :
100 kkal/kgbb/hr
Bebassesuai
kebutuhan energi
Anemia defisiensi besi merupakan anemia akibat kekurangan zat besi untuk sintesis
hemoglobin dan merupakan defisiensi nutrisi yang paling bnayak pada anak dan
menyebabkan masalah kesehatan yang paling besar diseluruh dunia terutama di negara
sedang berkembang termasuk Indonesia. Gejala pada anemia defisiensi besi seperti pucat
yang berlangsung lama tanpa manifestasi pendarahan, mudah lelah, lemas, mudah marah,
tidak ada nafsu makan, daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun, serta gangguan perilaku
dan prestasi belajar, gemar makan makanan yang tidak biasa, memakan bahan makanan yang
kurang mengandung zat besi.
Pada pasien ini didiagnosa anemia defisiensi besi berdasarkan gejala klinis lemas,
nafsu makan berkurang, daya tahan tubuh menurun dan hasil pemeriksaan lab didapatkan Hb
8,2 g/dL MCV: 63 fL, MCH: 20 pg, MCHC: 32 %. Diperlukan pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi, yaitu:3
1. Kadar besi serum, TIBC, serum feritin, serum transferin
2. Gambaran darah tepi
Tatalaksana yang dapat diberikan pada anemia defisiensi besi yaitu : Mengetahui
faktor penyebab : riwayat nutrisi dan kelahiran, adanya pendarahan yang abnormal, pasc
pembedahan. Preparat besi : ferous sulfat, ferous glukonat, ferous fumarat dan ferous
suksinat. Dosis besi elemental 4-6 mg/kgbb/hr. Respon terapi dengan menilai kenailan Hb/Ht
setelah satu bulan, yaitu kenaikan kadar Hb sebesar 2 g/dL atau lebih.bila respon ditemukan,
terapi dilanjutkan sampai 2-3 bulan. Transfusi darah jarang diperlukan, hanya diberi pada
keadaan anemia yang sangat berat dengan kadar Hb <4 g/dL. Komponen darah yang di beri
PRC dengan dosis 2-3 ml/kgbb persatu kali pemberian.1 Pada pasien ini tidak diberikan terapi
untuk anemia karena Hb 8,2 g/dL tubuh masih bisa mengkompensi keadaan anemia, dan
setelah diperiksa lab kembali hasil Hb: 9,4 g/dL.
Pada pasien ini didiagnosa hiponatremia berdasarkan dari hasil lab elektrolit Na: 129
mEq/dL. Hiponatremia adalah konsentrasi natrium yang kurang dari 135 mEq/L. Kadar Na
aman sekurangnya 125 mEq/L. Koreksi diberikan bila terdapat gejala SSP (edema otak), atau
kadar Na < 125 mEq/L:
Rumus koreksi Na: 125 – Na Serum x 0,6 x BB (kg)
Larutan NaCl 3% (513 mEq/L), NaCl 5% (855 mEq/L).
Koreksi diberikan dalam 4 jam. Dosis 12 mL/kgBB larutan natrium klorida 3% (6
mEq natrium /kg) biasanya meningkatkan kadar natrium serum sekitar 10 mEq/L. Koreksi
hiponatremia yang terlalu cepat dapat mengakibatkan mielinolisis sistem saraf pusat pada
orang dewasa. Hanya sedikit data mengenai kejadian dan prevalensi masalah ini pada anak-
anak. terapi peningkatan cepat awal harus hanya meningkatkan kadar natrium serum sampai
sekitar 125 mEq/L dan hanya pada individu yang bergejala. Peningkatan konsentrasi natrium
serum selanjutnya harus dilakukan bertahap selama beberapa jam. Hipernatremi harus
dihindari. 5Pada pasien ini tidak dilakukan koreksi natrium karena kadar Na :129 mEq/L.
DAFTAR PUSTAKA
1. IDAI. Pedoman pelayanan medis IDAI. Jilid 1. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Dokter
Anak Indonesia; 2010.
2. Dorland. Kamus kedokteran dorland. Edisi ke-29. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2002.h.2306.
3. Bahar A. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.h.715-9.
4. Nastiti NR, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku ajar respirologi. Edisi 1. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI;2008.h.228-30.
5. Sjarif DS, Nasar SS, Devaera Y, Tanjung C. Rekomendasi IDAI: Asuhan nutrisi pedi-
atrik. Jakarta: IDAI;2011.
6. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak nelson. Edisi 15. Volume 1. Jakarta:
EGC; 2000.h. 271.