Cardiac Syncope
-
Upload
des-anas -
Category
Health & Medicine
-
view
96 -
download
13
Transcript of Cardiac Syncope
SINKOP KARDIAK
Des Riyadi Anas
Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FK UNDIP – RSUP DR.Kariadi
2015
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN Salah satu penyebab
kunjungan ke Unit Gawat Darurat
Menyerang semua umur pada populasi
Penyebab bervariasi Diagnosis yang
cukup sulit Terapi sesuai dengan
penyebab
Definisi Sinkop gejala yang
berupa kehilangan kesadaran sementara dan pulih dengan sendirinya
Sinonim T-LOC (Transient Loss of Consciousness)
Onset cepat Etiologi berbagai
macam Bisa suatu keadaan
gawat darurat
KLASIFIKASI
Oxford University Press Europace 2004;6:467-537
© 2004 The European Society of Cardiology. Published by Elsevier Ltd. All rights reserved.
KLASIFIKASI
1. Melalui syaraf (refleks)a. Sinkop vasovagal b. Sinkop sinus karotikusc. Sinkop situasionald. Neuralgia glosofaringeal
3. Sinkop kardiak a. Aritmia penyebab
primer takikardi, bradikardi
b. Penyakit struktural valvuler, infark akut miokard, kardiomiopati hipertrofi, massa kardiak
2. Hipotensi ortostatika. Kegagalan otonomb. Obat (dan alkohol)c. Volume deplesi
Developed in collaboration with et al. Eur Heart J 2009;30:2631-2671© The European Society of Cardiology 2009. All rights reserved. For permissions please email: [email protected]
Algoritma Syncope.
Pradyot Saklani et al. Circulation. 2013;127:1330-1339
Copyright © American Heart Association, Inc. All rights reserved.
ALUR PENEGAKAN DIAGNOSA PADA KEADAAN SINKOP
Oxford University Press Europace 2004;6:467-537
© 2004 The European Society of Cardiology. Published by Elsevier Ltd. All rights reserved.
EPIDEMIOLOGI
300
320
340
360
380
400
420
440
'96 '97 '98 '99 '00 '01 '02
EmergencyDepartment Visits*
National Hospital Discharge Survey (NHDS) 2003.National Ambulatory Medical Care Survey (NAMCS) 2002
500
600
700
800
900
'96 '97 '98 '99 '00 '01 '02
*Syncope and collapse (ICD-9 Code:780.2) listed as primary reason for visit.
EPIDEMIOLOGI Perbandingan
kematian akibat sinkop kardiak dibandingkan dengan penyebab lainnya
Soteriades ES, Evans JC, Larson MG, et al. Incidence and prognosis of syncope. N Engl J Med. 2002;347(12):878-885. [Framingham Study Population]
Skema distribusi umur dan kejadian kumulatif dari episode pertama sinkop pada populasi umum dari subyek hingga Umur80 tahun
Developed in collaboration with et al. Eur Heart J 2009;30:2631-2671
© The European Society of Cardiology 2009. All rights reserved. For permissions please email: [email protected]
Jumlah Kejadian Kunjungan Dengan SINKOP per 1000 pasien – Tahun di Belanda
Developed in collaboration with et al. Eur Heart J 2009;30:2631-2671
© The European Society of Cardiology 2009. All rights reserved. For permissions please email: [email protected]
The Baroreflex
Freeman R. N Engl J Med 2008;358:615-624
PATOFISIOLOGI
Freeman R. N Engl J Med 2008;358:615-624
Freeman R. N Engl J Med 2008;358:615-624
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI SINKOP KARDIAK
Developed in collaboration with et al. Eur Heart J 2009;30:2631-2671
© The European Society of Cardiology 2009. All rights reserved. For permissions please email: [email protected]
SINKOP KARDIAK1. Sinkop Kardiak
karena Kelainan Irama
a. Takikardia Ventrikel Torsade de pointes (Long QT syndrome/LQT)
b. Wolf-Parkinson-White gelombang P yang normal, interval PR yang memendek, kurang dari 0,11 detik, komplek QRS melebar karena adanya gelombang delta paroksismal fluter atau fibrilasi
c. Blok Atrioventrikular (AV Blok) pusing, lemas dan sinkop
d. Sick Sinus Syndrome gangguan pada Nodus SA EKG sinus bradikardia persisten tanpa pengaruh obat, sinus arrest, atrium fibrilasi respon lambat
2. Sinkop karena kelainan struktur jantung
a. Stenosis Aorta gannguan katup menetap dan menghambat peningkatan curah jantung sehingga timbul dilatasi vaskular pada otot jantung
b. Miksoma Atrium Kiri gangguan fase diastolik akan menyebabkan obstruksi pada pengisian ventrikel kiri sehingga menurunkan kardiak output
c. Kardiomiopati Hipertropi takikardia ventrikel menetap
TAHAPAN DIAGNOSIS
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
Penunjang
Diagnostic flowchart in patients with suspected T-LOC.
© The European Society of Cardiology 2009. All rights reserved. For permissions please email: [email protected]
Pemeriksaan AwalAnamnesis dan Riwayat Penyakit
Pemeriksaan FisikECGPemeriksaan tekanan darah dalam posisi tidur dan berdiri
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Spesifik
Head-up tilt testHemodynamics Electrophysiology study
Anamnesis
Pertanyaan seputar keadaan saat sebelum serangan
a. Pasien (duduk, terlentang atau berdiri)
b. Aktivitas c. Faktor-faktor
predisposisi Pertanyaan
mengenai saat terjadinya serangan Mual, muntah, rasa tidak enak diperut, rasa dingin, berkeringat, nyeri pada leher atau bahu, penglihatan kabur
Pertanyaan mengenai serangan yang terjadi (saksi mata)
Pertanyaan mengenai latar belakang
a. Riwayat keluarga sudden death
b. Riwayat penyakit jantung sebelumnya
c. Riwayat kelainan neurologis d. Gangguan metabolike. Obat-obatanf. Sinkop berulang sinkop
misalnya waktu dari saat episode sinkop pertama dan jumlah rekurensi yang terjadi
Sinkop Kardiovaskuler Adanya riwayat peyakit jantung struktrural Riwayat keluarga yang meninggal mendadak
tanpa dapat dijelaskan Selama beraktivitas, atau ketika supinasi EKG abnormal Palpitasi dengan onset tiba-tiba, diikuti sinkop Temuan EKG menunjukkan sinkop aritmia Blok bifaskuler
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN DARAH RUTIN
ELEKTROKARDIOGRAFI
EKOKARDIOGRAFI
ELEKTROFISIOLOGI
Gambaran EKG Sinkop Kardiak
1. Blok bifasikular 2. Abnormalitas/kelainan
konsuksi intraventrikular lain (durasi QRS >0,12 detik)
3. Blok atrioventrikular derajat dua Mobitz I
4. Bradikardia sinus asimptomatik (<50 derajad permenit)
5. Komplek QRS praeksitasi6. Interval QT memanjang7. Sindrom Brugada8. Gelombang T negatif9. Gelombang Q diduga
infark miokard.
EKG Sinkop akibat aritmia Blok bifasikular (didefinisikan sebagai blok berkas cabang kiri
atau blok berkas cabang kanan atau blok fasikular posterior kiri).
Abnormalitas/kelainan konsuksi intraventrikular lain (durasi QRS >0,12 detik).
Blok atrioventrikular derajat dua Mobitz I Bradikardia sinus asimptomatik (<50 kali permenit) atau blok
sinoatrial. Komplek QRS praeksitasi Interval QT memanjang. Pola blok berkas cabang kanan dengan elevasi ST pada sadapan
V1-V3 (sindrom Brugada) Gelombang T negatif pada sadapan prekordial kanan,
gelombang epsilon dan kelambatan ventrikular yang berpotensi pada dugaan dispasia ventrikular kanan aritmogenik.
Gelombang Q diduga infark miokard.
Opsi Pemilihan Pemantauan EKG
ILR
Event Recorders(non-lead and loop)
Holter Monitor
12-Lead
2 Days
7-30 Days
Sampai 14 bulan
10 Seconds
OPSI
Waktu (Bulan)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Brignole M, et al. Europace, 2004;6:467-537.
Pemantauan Holter Pemantauan Holter pada sinkop murah dalam
hal biaya set-up, tapi mahal dalam hal biaya per diagnosis
Pemantauan Holter pada sinkop mungkin bernilai lebih jika gejala yang sangat sering
Episode kejadian sinkop satu per hari atau beberapa dari sinkop dapat meningkatkan potensi korelasi gejala EKG
Perekaman Loop Implan (ILR) Keuntungan ILR
meliputi loop yang senantiasa melakukan rekaman EKG
Kerugian meliputi: prosedur bedah minor, sulit untuk membedakan antara aritmia supraventrikular atau ventrikel, tingginya biaya perangkat implan
Lokasi Pemasangan ILR
INDIKASI PEMASANGAN ILR Pasien suspek epilepsi, pengobatan telah
terbukti tidak efektif. Pasien yang telah diduga sinkop neural
rekuren mengubah pendekatan terapi. Pasien dengan bundle branch block (BBB) Pasien dengan penyakit jantung struktural
yang pasti dan / atau non sustained ventrikel takiaritmia
Pasien dengan pingsan tanpa dapat dijelaskan
Telemetri di rumah (Remote (at home) telemetry) Sistem perangkat eksternal dan implan yang
mampu memberikan rekaman EKG terus menerus atau memori 24 jam
Data awal menunjukkan bahwa sistem rawat jalan telemetri jantung memiliki hasil diagnostik yang lebih tinggi daripada looping eksternal dalam memonitor pasien dengan sinkop atau pra sinkop
PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG arteri karotis sinkop berulang
pasien aterosklerosis diabetes melitus, hipertensi, dislipidemia, riwayat merokok
Hasil dari pemeriksaan USG karotis stenosis arteri berkorelasi dengan angka kejadian sinkop
European Heart Journal – Cardiovascular Imaging (2015) 16, 621–625
PEMERIKSAAN KHUSUS1. PEMIJATAN SINUS KAROTIS posisi pasien telungkup dan tegak lurus dengan monitoring EKG dan tekanan darah durasi minimal 5 detik dan maksimal 10 detik (+) terjadi asistole ≥ 3 detik dan atau terjadi penurunan tekanan sistolik ≥ 50 mmHg
2. TILT-TABLE TESTING1. Serangan sinkop pertama
kali2. Pasien dengan sinkop yang
dimediasi persyarafan (Neurallymediated syncope)
3. Bila diketahui karakteristik hemodinamik sinkop dapat merubah terapi
4. Untuk membedakan sinkop dengan kejang karena epilepsi
5. Evaluasi pasien dengan sinkop berulang yang tidak dapat dijelaskan
6. Untuk menilai pre-sinkop berulang atau pusing
60° - 80°
3. ATP TEST Indikasi : keadaan tidak adanya data yang
kuat, test ini dilakukan terakhir untuk menegakkan diagnosis
menyebabkan respon abnormal pasien sinkop yang tidak diketahui sebabnya, dengan gambaran klinik dan prognosis yang baik
4. KATETERISASI JANTUNG DAN ANGIOGRAFI Indikasi sinkop yang berhubungan dengan
iskemia miokard
5. EXERCISE TESTING Indikasi : Sinkop yang terjadi selama atau
setelah latihan Diagnosis: EKG dan hemodinamik abnormal dan sinkop
terjadi selama atau segera setelah latihan. JMobitz derjad II atau AV Blok derjad III terjadi
selama latihan meskipun tanpa sinkop
INDIKASI RAWAT INAP Riwayat penyakit arteri koroner, gagal jantung kogestif atau
aritmia ventrikular Disertai gejala nyeri dada Pada pemeriksaan fisik kelainan katup yang bermakna,
gagal jantung kongestif, stroke atau gangguan neurologik fokal
EKG iskemia, aritmia, interval QT memanjang atau blok berkas cabang
Kehilangan kesadaran tiba-tiba disertai terjadinya cedera, denyut jantung yang cepat atau sinkop yang berhubungan dengan aktivitas.
Frekuensi kejadian meningkat, kemungkinan penyakit jantung koroner atau terdapat aritmia
Hipotensi ortostatik sedang-berat Usia diatas 70 tahun
Terapi Sinkop
Developed in collaboration with et al. Eur Heart J 2009;30:2631-2671
© The European Society of Cardiology 2009. All rights reserved. For permissions please email: [email protected]
TERAPI Penatalaksanaan pasien sinkop karena
kelainan irama Pasien yang menderita sinkop karena aritmia
jantung dan kondisi yang mengancam kehidupan atau trauma dengan resiko tinggi harus mendapat terapi yang cepat
Pengobatan dilakukan bila arrhythmia yang mengancam jiwa
Disfungsi Nodus Sinus Terapi pacu jantung diindikasikan dan telah
terbukti sangat efektif pada pasien dengan disfungsi sinus node bradiaritmia
Pacing permanen sering mengurangi gejala tetapi mungkin tidak mempengaruhi kelangsungan hidup
Teknik ablatif jantung perkutan untuk kontrol takiaritmia atrium menjadi semakin penting pada pasien tertentu dengan bentuk sindrom sinus bradikardia-takikardia
Penyakit Sistem Konduksi Atrioventrikular Pacu jantung gejala
blok AV Pacing biventrikular
harus dipertimbangkan pada pasien dengan AV Block dan LVEF yang rendah, gagal jantung (HF), dan durasi QRS yang memanjang
Takikardi Supraventrikel dan Ventrikel Paroksismal takikardi paroksismal AV,
nodal takikardi, takikardi AV resiprokal, atau atrial flutter ablasi kateter merupakan pengobatan pilihan pertama
terapi obat merupakan terapi sementara untuk ablasi atau ketika ablasi telah gagal
ICD diindikasikan pada pasien dengan sinkop dan fungsi jantung, dan VT atau fibrilasi
Sinkop sekunder karena gangguan struktur jantung atau penyakit kardiovaskuler
Terapi untuk mengobati penyakit yang mendasari dan untuk mengurangi risiko sudden cardiac death
Sinkop sekunder untuk stenosis aorta berat atau myxoma atrium, pengobatan bedah dari penyakit yang mendasari
Pasien dengan penyakit jantung akut sinkop sekunder, seperti emboli paru, infark miokard, atau tamponade perikardial, pengobatan harus diarahkan pada proses yang mendasari
Kardiomiopati hipertrofi, pengobatan khusus aritmia biasanya dibenarkan; sebagian besar pasien ini, ICD harus ditanamkan untuk mencegah sudden cardiac death
TERIMA KASIH