Cakupan Pelayanan Neonatus Kedua

5
PELAYANAN KESEHATAN ANAK Pembangunan kesehatan nasional bagian dari pembangunan nasional salah satu upaya dari pemerintah meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan dari seluruh masyarakat Indonesia, yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya. Dalam rangka pembangunan IT, 25 th (1993-2018). Pembinaan dan Pengembangan Anak Indonesia (PPAI) perlu diberikan perhatian khusus, karena sasaran utama pembangunan jangka panjang. melaksanakan upaya pembangunan manusia suatu usaha yang perlu di mulai sedini mungkin, yaitu masa anak-anak. Anak Indonesia sebagian dari generasi muda merupakan mata rantai awal yang sangat penting dan menentukan dalam upaya mempersiapkan dan mewujudkan masa depan bangsa dan negara sesuai dengan apa yang kita cita-citakan. B. PELAYANAN KESEHATAN BAYI BARU LAHIR Pelayanan kesehatan bayi sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan . 1. Pelayanan neonatus dengan komplikasi Pelayanan neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian oleh dokter/bidan/perawat terlatih dipolindes, puskesmas, puskesmas PONED ,rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah/ swasta. Kebijakan Departement Kesehatan dalam meningkatkan akases dan kualitas penanganan komplikasci neonatus tersebut antara lain penyediaan mampu PONED dengan target setiap kabupaten/kota harus mempunyai minimal 4 puskesmas mampu PONED. Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas serta

Transcript of Cakupan Pelayanan Neonatus Kedua

Page 1: Cakupan Pelayanan Neonatus Kedua

PELAYANAN KESEHATAN ANAK

Pembangunan kesehatan nasional bagian dari pembangunan nasional salah satu upaya dari pemerintah meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan dari seluruh masyarakat Indonesia, yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya.Dalam rangka pembangunan IT, 25 th (1993-2018). Pembinaan dan Pengembangan Anak Indonesia (PPAI) perlu diberikan perhatian khusus, karena sasaran utama pembangunan jangka panjang. melaksanakan upaya pembangunan manusia suatu usaha yang perlu di mulai sedini mungkin, yaitu masa anak-anak.

Anak Indonesia sebagian dari generasi muda merupakan mata rantai awal yang sangat penting dan menentukan dalam upaya mempersiapkan dan mewujudkan masa depan bangsa dan negara sesuai dengan apa yang kita cita-citakan.

B. PELAYANAN KESEHATAN BAYI BARU LAHIRPelayanan kesehatan bayi sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan .

1. Pelayanan neonatus dengan komplikasi Pelayanan neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian oleh

dokter/bidan/perawat terlatih dipolindes, puskesmas, puskesmas PONED ,rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah/ swasta.

Kebijakan Departement Kesehatan dalam meningkatkan akases dan kualitas penanganan komplikasci neonatus tersebut antara lain penyediaan mampu PONED dengan target setiap kabupaten/kota harus mempunyai minimal 4 puskesmas mampu PONED.

Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang dating sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di desa, Puskesmas dan melakukan rujukan ke RS/RS PONEK pada kasus yang tidak mampu ditangani.

Pelayanan neonatus di puskesmas PONED meliputi:a. pencegaipoterhan dan penanganan asfiksia.b. pencegahan dan penanganan hipotermia.c. penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).d. pencegahan dan penanganan infeksi neonatus ikterus ringan-sedang.e. pencegahan dan penanganan gangguan minum.f. stabilisasi komplikasi neonatus untuk dirujuk dan transportasi rujukan.

Dengan adanya puskesmas PONED dan RS mampu PONEK maka kasus-kasus

Page 2: Cakupan Pelayanan Neonatus Kedua

komplikasi kebidanan dan neonatal dapat ditangani secara optimal sehingga dapat mengurangi kematian ibu dan neonatus.Pelayanan kesehatan neonatus:KN 1 dilakukan kurun waktu 6 jam- 48 jam setelah lahirKN 2 dilakukan kurun waktu hari ke 3 – ke 7 setelah lahirKN 3 dilakukan kurun waktu hari ke 8 – ke 28 setelah lahir

2. Pelayanan kesehatan bayiPelayanan kesehatan pada bayi sedikitnya 4 kali , selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.pelaksanan pelayanan kesehatan bayi:a. kunjungan bayi satu kali umur 29 hari - 2 bulanb. kunjungan bayi satu kali pada umur 3 - 5 bulanc. kunjungan bayi bayi satu kali umur 6 – 8 buland. kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 10 bulan

Kunjungan bertujuan meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Pelayanan kesehatan meliputi:o pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio, 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3,campak) sebelum bayi berusia 1 tahuno stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK)o Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan)o konseling ASI eksklusif , pemberian makanan pendamping ASI tanda-tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIAo Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan dapata terpenuhi.

2. PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITAAnak BALITA kelompok tersendiri yang dalam perkembangan dan pertumbuhannya pada masa BALITA mengalami gangguan, hal ini akan berakibat tergaggunya persiapan terhadap pembentukan anak yang berkualitas . untuk mencapai itu, maka tujuan pembinaan kesejahteraan anak yang berkualitas adalah menjamin ke butuhan anak sewajarnya, yang mencakup segi-segi kelangsungan hidup ,pertumbuhan dan perlindungan terhadap hak anak yang menjadi haknya.

Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang pesat. masa ini merupakan masa keemasan atau golden period dimana dibentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral.

Upaya deteksi dini dan perkembangan pada usia dini menjadi sangat penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin atau mencegah gangguan kea rah yang lebih berat.

Bentuk pelayanan tumbuh kembang anak di lapangan mengacu pada pedoman Stimulasi,

Page 3: Cakupan Pelayanan Neonatus Kedua

Deteksi,dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK)

Masalah yang mempengaruhi tumbuh kembang BALITA.Ada 2 faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang optimal seorang anak yaitu:1. Faktor interen, yaitu faktor dalam diri anak itu sendiri baik bawaan maupun diperoleh2. faktor eksteren, termasuk disini faktor keluarga, gizi dan faktor lainnya.

Yang erat hubungannya dengan pertumbuhan dan perkembangan BALITA:a. Keluarga berencana.b. pemberian nutrisi yang baikc. penyakit muntah-menceretd. infeksi saluran nafas akute. penyakit yang bisAdicegah dengan imunisasi

pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat. pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi:

1. Pelayananan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan pengukuran berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/ KMS.2. Bila berat badan naik dalam 2 bulan berturut-turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah harus di rujuk ke sarana pelayanan kesehatan.3. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali dalam setahun. pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan didalam gedung (sarana pelayanan kesehatan)maupun diluar gedung.4. pemberiaan Vitamin A dosis tinggi (200.000IU), 2 kali dalam setahun5. kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita6. pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan MTBS

Dlam menjaga pertumbuhan dan perkembangannya, semua faktor di atas harus menjadi perhatian yang seksama agar tumbuh kembang anak tidak terganggu.

Sebagai upaya menurunkan angka kematiaan balita, Departement RI bekerjasama dengan WHO Telah mengembangkan paket Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan implementasinya di mulai 1997 dan saat ini telah mencakup 33 provinsi.