ca paru
-
Upload
atika-putri -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
description
Transcript of ca paru
REFERAT RADIOLOGI
CARCINOMA PARU
Disusun oleh:
1. ATIKA ANDRIANI PUTRI (1102008047)
2. CLARA OCTAVENY PARHAT (1102008060)
KEPANITRAAN KLINIK RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SERANG
JUNI 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kanker yang juga disebut neoplasma ganas atau tumor ganas ialah suatu massa
jaringan yang abnormal, yang pertumbuhannya melebihi dan tidak dikoordinasi
dengan jaringan normal, dan tetap berperangai demikian walaupun rangsangan yang
menimbulkan perubahan tersebut telah hilang. Pada umumnya penderita kanker
berakhir dengan kematian.
Di negara-negara maju, kematian akibat kanker menempati urutan pertama di
antara 10 penyebab kematian terbanyak di dunia. Di negara-negara berkembang
seperti Indonesia, kanker menempati urutan ke 7 sesudah penyakit-penyakit infeksi
saluran cerna, infeksi saluran nafas, penyakit kardiovaskular, dan lain-lain.
Sekitar 90 persen penderita karsinoma paru pria berkaitan dengan merokok.
Untuk menegakkan diagnosis kanker paru diperlukan bermacam pemeriksaan, seperti
dengan foto radiografi dada maupun dengan CT Scan.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui dan memahami penyakit kanker paru, terutama mengenai
gambaran radiologinya.
2
2. Memenuhi sebagian syarat untuk Ujian Stase Radiologi RSD Panembahan
Senopati Bantul
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Karsinoma paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh di paru. Sebagian
besar karsinoma paru berasal dari sel-sel di dalam paru; tetapi karsinoma paru
bisa juga berasal dari karsinoma di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke
paru. Karsinoma paru merupakan karsinoma yang paling sering terjadi, baik
pada pria maupun wanita.
B. ETIOLOGI
Etiologi sebenarnya dari karsinoma paru belum diketahui, tapi ada tiga faktor
yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insidensi penyakit ini :
merokok, bahaya industri, dan polusi udara. Dari faktor-faktor ini merokok
agaknya yang memegang peranan paling penting yaitu 35 % dari seluruh kasus.
Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90 % kasus karsinoma paru
pada pria dan sekitar 70 % kasus pada wanita. Semakin banyak rokok yang di
hisap semakin besar resiko untuk menderita karsinoma paru, hanya sebagian kecil
karsinoma paru (sekitar 10-15% pada pria dan 5% pada wanita) yang disebabkan
oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Bekerja dengan asbes,
3
radiasi, arsen, kromat, nikel, eter, gas mustard, dan pancaran oven arang bisa
menyebabkan karsinoma paru meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang
juga merokok. Peranan polusi udara sebagai penyebab karsinoma paru masih
belum jelas. Beberapa kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh gas radon di
rumah tangga. Kadang karsinoma paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma
sel alveolar) terjadi pada orang yang parunya telah memiliki jaringan parut akibat
penyakit paru lainnya seperti tuberkulosis dan fibrosis.
C. KLASIFIKASI
Pembagian praktis untuk tujuan pengobatan :
1. Small cell lung cancer (SCLC)
2. Non small cell lung cancer (NSCLC / karsinoma skuamosa, adenokarsinoma,
karsinoma sel besar)
WHO(1999) membuat klasifikasi histologis untuk karsinoma paru dan pleura sebagai
berikut :
1. Tumor epitelial :
a. Jinak : papiloma, adenoma
b. Lesi prainvasif : displasia skuamosa / karsinoma in situ, hiperplasia
adenomatosa atipik, hiperplasia sel neuroendokrin paru difus
c. Ganas :
- Karsinoma sel skuamosa : papiler, sel jernih, basaloid
- Small cell carcinoma : combined small cell carcinoma
4
- Adenokarsinoma
(i) Asinar
(iii) Papiler
(iv) Bronkoalveolar : nonmusinosa, musinosa, musinosa campuran
(v) Karsinoma padat dengan formasi musin
(vi) Adenokarsinoma dengan subtipe campuran
- Karsinoma sel besar
- Karsinoma adenoskuamosa
- Karsinoma dengan sarkomatoid pleomorfik atau unsur sarkomatosa
- Tumor karsinoid
2. Lain-lain : tumor jaringan lunak
3. Tumor mesotelial
4. Penyakit limfoproliferatif
5. Tumor sekunder
6. Unclassified tumors
10. Lesi seperti tumor
D. PATOLOGI
1. SCLC
Gambaran histologis SCLC yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang
hampir semuanya diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin dan sedikit sekali
tanpa nukleoli. Disebut juga oat cell carcinoma karena bentuknya mirip bentuk
5
biji gandum, sel kecil ini cenderung berkumpul disekeliling pembuluhdarah halus
menyerupai pseudoroset. Sel-sel yang bermitosis banyak sekali ditemukan begitu
juga gambaran nekrosis. DNA yang terlepas menyebabkan warna gelap disekitar
pembuluh darah.
2. NSCLC
Karsinoma sel skuamosa berciri khas proses keratinisasi dan pembentukan
bridge intra selular. Studi sitologi memperlihatkan perubahan yang nyata dari
displasia skuamosa ke karsinoma in situ.
3. Adenokarsinoma
Khas dengan bentuk formasi glandular dan kecenderungan kearah
pembentukan konfigurasi papilar. Biasanya membentuk musin, sering tumbuh dari
bekas kerusakan jaringan paru (scar). Dengan penanda tumor CEA (carcinoma
embryonic antigen) karsinoma ini bias dibedakan dari mesotelioma.
4. Karsinoma bronkoalveolar
Merupakan sub tipe adenokarsinoma, sel karsinoma bentuk ini mengikuti
permukaan alveolar tanpa menginvasi atau merusak jaringan paru.
5. Karsinoma sel besar
Suatu sub tipe dengan gambaran histologis yang dibuat secara eksklusion.
Karsinoma sel besar termasuk NSCLC tetapi tanpa gambaran deferensiasi
skuamosa atau glandular, sel bersifat anaplastik tak berdiferensiasi, biasanya
disertai dengan infiltrasi sel netrofil.
6
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala karsinoma paru tergantung jenis, lokasi dan cara penyebarannya. Pada
fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala klinis. Bila sudah
dalam stadium lanjut maka gejala mulai tampak. Gejala dapat bersifat :
1. Lokal (tumor tumbuh setempat) :
a. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
b. Hemoptisis
c. Mengi (wheezing / stridor) karena ada obstruksi saluran napas
d. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
e. Atelektasis
2. Invasi lokal :
a. Nyeri dada
b. Dispneu karena efusi pleura
c. Invasi ke perikardium (terjadi tamponade atau aritmia)
d. Sindrom vena kava superior
e. Sindrom Horner (anhidrosis facialis, ptosis, miosis)
f. Suara serak, karena penekanan nervus laringis rekuren
g. Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakhialis dan saraf
simpatis servikalis
3. Gejala penyakit metastasis :
7
a. Pada otak, tulang, hati, adrenal
b. Limfadenopati servikal dan supraklavikula
4. Sindrom paraneoplastik, terdapat pada 10 % kanker paru dengan gejala :
a. Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
b. Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
c. Hipertrofi osteoartropati
d. Neurologis : demensia, ataksia, tremor, neuropati perifer
e. Neuromiopati
f. Endokrin : sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)
g. Dermatologis : eritema multiformis, hiperkeratosis, jari tabuh
h. Renal : syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH)
5. Asimtomatik dengan kelainan radiologis
F. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Pemeriksaan radiologi untuk mencari adanya tumor ganas dapat dilakukan
antara lain dengan bronkoskopi invasif dan CT Scan thoraks. Tetapi,
pemeriksaan radiologi seperti foto thoraks PA, lateral, dan fluoroskopi masih
mempunyai nilai yang diagnostik yang tinggi meskipun kadang-kadang dalam
ukuran yang kecil tumor itu tidak terlihat. Meskipun begitu, kelainan lain akan
sangat dicurigai sebagai akibat tumor ganas, misalnya kelainan emfisema
setempat, atelektasis, peradangan sebagai komplikasi tumor atau akibat bronkus
terjepit, dan pembesaran kelenjar hilus yang unilateral. Efusi pleura yang
8
progresif dan elevasi diafragma juga perlu dipertimbangkan sebagai akibat
tumor ganas.
1. Atelektasis
Gambaran perselubungan padat akibat hilangnya aerasi yang disebabkan
sumbatan bronkus oleh tumor, dapat terjadi secara segmental, lobaris, atau
hemitoraks. Gambaran atelektasis secara radiologis tidak berbeda dengan
atelektasis yang disebabkan oleh penyumbatan bronkus lainnya.
2. Massa hilus
Pembesaran hilus unilateral merupakan manifestasi dini secara radiologi
karsinoma paru. Hal ini terjadi akibat tumor primer pada hilus tersebut atau
pembesaran hilus. Pembesaran hilus oleh karena metastasis dari luar paru dapat
menyebabkan kelenjar menjadi lebih besar dan menyebar di sisi kiri dan kanan.
Karsinoma paru sentral manifestasinya bertambahnya opasitas pada region hilus.
3. Nodul soliter pada paru
Bercak kalsifikasi dalam nodul sering dinyatakan sebagai proses jinak. Bila ada
kalsifikasi maka kita perlu lakukan CT Scan toraks untuk memastikan adanya
nodul di dalamnya. Bayangan nodul pada paru berukuran beberapa milimeter
sampai 4 cm atau lebih dan tidak mengandung kalsifikasi harus diutamakan pada
kecurigaan sebagai karsinoma bronkogen terutama usia diatas 40 tahun.
5. Pneumonitis yang tidak sembuh
Peradangan paru sering disebabkan aerasi yang tidak sempurna akibat sumbatan
sebagian bronkus dan pengobatan dengan antibiotik umumnya tidak memberi
9
hasil sempurna atau berulang kembali peradangannya. Sering setelah peradangan
berkurang terlihat gambaran massa yang sangat dicurigai sebagai keganasan.
6. Efusi pleura
Adanya gambaran cairan dalam rongga pleura yang cepat bertambah (progresif)
atau bersamaan ditemukan bayangan massa dalam paru perlu dipertimbangkan
sebagai keganasan paru yang sudah bermetastasis ke pleura. Biasanya cairan
pleura itu terdiri atas cairan darah.
7. Elevasi diafragma
Letak tinggi diafragma sesisi dengan bayangan masa tumor yang diakibatkan
kelumpuhan nervus frenikus dapat diperlihatkan pada pemeriksaan fluoroskopi
dimana pergerakan diafragma berkurang atau tak ada sama sekali.
8. Perselubungan dengan destruksi tulang sekitarnya
Suatu perselubungan padat terutama di puncak paru dengan gambaran destruksi
tulang iga atau korpus vertebra sekitarnya merupakan tumor ganas primer pada
paru (sulcus superior) lanjut yang dikenal sebagai tumor Pancoast yang secara
klinis disertai dengan sindrom Horner.
9. Metastasis paru
Paru merupakan salah satu alat tubuh yang sering dihinggapi anak sebar tumor
ganas asal tempat lain. Penyebaran dapat bersifat hematogen dan limfogen.
a. Metastasis hematogen
Tumor ganas anak yang sering bermetastasi ke paru adalah tumor Wilms,
neuroblastoma, sarkoma osteogenik, sarkoma Ewing; sedangkan tumor
10
ganas dewasa adalah karsinoma payudara, tumor ganas saluran cerna, ginjal,
dan testis. Gambaran radiologis dapat bersifat tunggal (soliter) atau ganda
(multipel) dengan bayangan bulat berukuran beberapa milimeter hingga
sentimeter, batas tegas. Bayangan tersebut dapat mengandung bercak
kalsifikasi, misalnya pada anak sebar sarkoma osteogenik dan kavitas dapat
terbentuk meskipun jarang (5%) yang disebabkan nekrosis iskemik.
b. Metastasis limfogen
Anak sebar limfogen sering menyebabkan pembesaran kelenjar
mediastinum yang dapat meningkatkan penekanan pada trakea, esofagus,
dan vena kava superior dengan bermacam keluhannya. Anak sebar juga bisa
menetap di saluran limfe peribronkial atau perivaskuler yang secara
radiologis memberi gambaran garis-garis berdensitas tinggi yang halus
seperti rambut. Contoh keganasannya yaitu karsinoma tiroid dan kelenjar air
liur dapat menetap di paru selama bertahun-tahun dengan keadaan umum
yang baik.
Beberapa gambaran radiologi karsinoma paru :
11
Gambar 1. NSCLC dengan bronkoskopi. Sebuah lesi sentral besar didiagnosis NSCLC.
Gambar 2. NSCLC lobus paru kiri bawah dengan efusi pleura kiri.
12
Gambar 3. NSCLC dengan kolaps paru kiri atas e.c. karsinoma bronkogenik endobronkial.
Gambar 4. NSCLC. Karsinoma sel skuamosa lobus paru kanan bawah dengan kavitas.
Gambar 5. SCLC.
13
Gambar 6. SCLC dengan massa mediastinal / hilar kanan.
Gambar 7. SCLC dengan pneumonitis obstruktif dan atelektasis lobus paru kanan atas.
Gambar 8. Tumor Pancoast dengan asimetrisitas sulcus superior.
G. DIAGNOSIS
Jika seseorang (terutama perokok) mengalami batuk yang menetap atau semakin
memburuk atau gejala paru lainnya, maka terdapat kemungkinan terjadinya
karsinoma paru. Kadang petunjuk awalnya berupa ditemukannya bayangan pada.
rontgen dada dari seseorang yang tidak menunjukan gejala. Rontgen dada bisa
14
menemukan sebagian besar tumor paru, meskipun tidak semua bayangan yang
terlihat merupakan karsinoma.
Biasanya dilakukan pemeriksaan mikroskopik dari contoh jaringan, yang kadang
berasal dari dahak penderita (sitologi dahak). Untuk rnendapatkan jaringan yang
diperlukan, dilakukan bronkoskopi. CT Scan bisa menunjukan bayangan kecil yang
tidak tampak pada foto rontgen dada dan bisa menunjukan adanya pembesaran
kelenjar getah bening. Untuk mengetahui adanya penyebaran ke hati, kelenjar
adrenal atau otak,dilakukan CT Scan perut dan otak. Penyebaran ke tulang bisa
dilihat melalui scanning tulang. Kadang dilakukan biopsi sumsum tulang karena
karsinoma sel kecil cenderung menyebar ke sumsum tulang.
Penggolongan (stadium) karsinoma dilakukan berdasarkan :
1. Ukuran tumor
2. Penyebaran kelenjar getah bening didekatnya
3. Penyebaran ke organ lain
Pada tahun 2009, International Union Against Cancer dan American Joint
Committee on Cancer menyusun sistem klasifikasi TNM terbaru yang mencakup baik
NSCLC, SCLC, dan karsinoid bronkopulmoner sebagaimana tercantum pada tabel berikut ini.
Tumor DesignationPrior System
(Sixth Edition)New System
(Seventh Edition)
Five-YearSurvival Rate (%)
Size ≤ 2 cm > 2 but ≤ 3 cm > 3 but ≤ 5 cm > 5 but ≤ 7 cm > 7 cm
T1T1T2T2T2
T1aa
T1ba
T2aa
T2ba
T3a
77d
71d
58d
49d
35d
15
Pleural or pericardial invasion Visceral pleura Parietal pleura Mediastinal pleura Parietal pericardiumCentral airway invasion Tumor extending into mainstem
bronchus > 2 cm from carina Tumor extending into mainstem
bronchus ≤ 2 cm from carina Tumor extending to carinaLung atelectasis Tumor causing atelectasis of less
than entire lung Tumor causing atelectasis of
entire lungSoft tissue invasion Chest wall and superior sulcus Diaphragm Mediastinum Heart or great vessels Trachea EsophagusOsseous invasion Rib Vertebral body Nerve invasion Phrenic nerve Recurrent laryngeal nerveSatellite nodules Same lobe Same lung, different lobeLymph node designation No lymphadenopathy Ipsilateral, peripheral, or hilar–
interlobar zone involvement Ipsilateral upper,
aorticopulmonary, lower, or subcarinal zone involvement
Supraclavicular or contralateral upper, aorticopulmonary, lower, hilar–interlobar, or peripheral zone involvement
T2T3T3T3
T2
T3
T4
T2
T3
T3T3T4T4T4T4
T3T4
T3T4
T4M1
N0N1
N2
N3
T2ab or T2bC
T3T3T3
T2ab or T2bC
T3
T4
T2ab or T2bC
T3
T3T3T4T4T4T4
T3T4
T3T4
T3T4
N0N1
N2
N3
NAe
NAe
NAe
NAe
NAe
NAe
NAe
NAe
NAe
NAe
NAe
NAe
NAe
NAe
NAe
NAe
NAe
NAe
NAe
28f
22f
56g
38g
22g
6g
3h
2h
1h
16
Metastatic disease designation Contralateral lung metastases Pleural or pericardial
dissemination Distant metastases
M1T4
M1
M1aM1a
M1b
Note—Cells in bold indicate a change in the designation from the sixth edition. NA indicates not applicable.aT designation is
listed for tumors completely surrounded by lung. Designation can increase depending on presence and extent of invasion.
bT2a designation if tumor measures ≤ 5 cm in long-axis diameter.
cT2b designation if tumor measures > 5 cm but ≤ 7 cm in long-axis diameter.
dSurvival based on patients staged pathologically with complete resection of tumor (R0) and no nodal or extranodal metastatic disease (N0M0).
eIndividual survival statistics not calculated due to limited information. As a group, 5-year survival rate in patients pathologically
17
staged with a T3 and T4 designation
(excluding those with tumors > 7 cm or satellite nodules), any R, any N, and M0 was 31% and 22%, respectively.
fSurvival based on patients staged pathologically with complete or incomplete resection of tumor (any R), any nodal disease (any N), and M0.
gSurvival based on patients staged pathologically with any tumor designation (any T) and M0.
hSurvival based on patients staged clinically with any T and any N.
Tabel 1. Seventh Edition of the TNM Classification of Lung Cancer Compared With the Sixth Edition.
Sistem staging juga mengalami revisi sebagaimana dijelaskan pada Tabel 2.
Stage in Seventh Edition
Stage inSixth
EditionN0 N1 N2 N3
T1a T1b T2a T2bT3 (> 7 cm)
T1T1T2T2T2
I AI AI BII A
II B (I B)
II AII A
II A (II B)II B
III A (II B)
III AIII AIII AIII AIII A
III BIII BIII BIII BIII B
18
T3 (invasion)T3 (satellite nodule, same lobe)T4 (invasion)T4 (ipsilateral nodule, different lobe)M1a (pleural or pericardial dissemination) M1a (contralateral lung nodules) M1b (distant metastatic disease)
T3T4
T4M1
T4
M1
M1
II BIII B (III A)
III A (III B)III A (IV)
IV (III B)
IV
IV
III AIII A (III B)
III A (III B)III A (IV)
IV (III B)
IV
IV
III AIII A (III B)
III BIII B (IV)
IV (III B)
IV
IV
III BIII B
III BIII B (IV)
IV (III B)
IV
IV
Note—Cells in bold indicate a change in the stage from the sixth edition. Adjacent stage in parentheses represents staging from the sixth edition.
Tabel 2. Revisions to Stage Groupings in the Seventh Edition of the TNM Classification for Lung Tumors Compared With the Sixth Edition.
H. PENATALAKSANAAN
Rejimen pengobatan yang paling sering adalah kombinasi dari pembedahan,
radiasi, dan kemoterapi. Tumor bronchial jinak biasanya diangkat melalui
pembedahan karena bisa menyumbat bronki dan lama-lama bisa menjadi ganas.
19
Kadang dilakukan pembedahan pada karsinoma selain karsinoma sel kecil yang
belum menyebar. Sekitar 10 - 35% karsinoma bisa diangkat melaui pembedahan,
tetapi pembedahan tidak selalu membawa kesembuhan.
Sebelum pembedahan, dilakukan tes fungsi paru untuk menentukan apakah paru-
paru yang tersisa masih bisa menjalankan fungsinya dengan baik atau tidak. Jika
hasilnya jelek, maka tidak mungkin dilakukan pembedahan. Pembedahan tidak perlu
dilakukan jika :
1. Karsinoma telah menyebar keluar paru
2. Karsinoma terlalu dekat dengan trakea
3. Penderita memiliki keadaan yang serius (penyakit jantung atau penyakit paru-
paru yang hebat
Terapi penyinaran dilakukan pada penderita yang tidak dapat menjalani
pembedahan karena mereka memiliki penyakit lain yang serius. Tujuan dari
penyinaran adalah memperlambat pertumbuhan karsinoma, bukan untuk
penyembuhan. Terapi penyinaran bisa mengurangi nyeri otot, sindroma vena cava
superior, dan penekanan syaraf tulang belakang. Tetapi penyinaran bisa
menyebabkan peradangan paru (pneumonitis karena penyinaran) dengan gejala
berupa batuk, sesak nafas, dan demam. Gejala ini bisa dikurangi dengan
kortikosteroid (prednison).
Pada saat terdiagnosis, karsinoma sel kecil hampir selalu telah menyebar ke
bagian tubuh lainnya, sehingga tidak mungkin dilakukan pembedahan. Karsinoma ini
diobati dengan kemoterapi dan penyinaran. Penderita karsinoma paru banyak
20
mengalami penurunan fungsi paru. Untuk mengurangi gangguan pernafasan bisa
diberikan terapi oksigen dan obat yang melebarkan saluran udara (bronkodilator).
I. PROGNOSIS
Prognosis secara keseluruhan bagi pasien-pasien dengan karsinoma paru adalah
buruk dan hanya sedikit meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini, meskipun
telah diperkenalkan berbagai agen-agen kemoterapi yang baru. Dengan demikian,
penekanan harus diberikan pada pencegahan. Tenaga-tenaga kesehatan harus
menganjurkan masyrakat untuk tidak merokok atau hidup dalam lingkungan yang
tercemar polusi industri. Tindakan-tindakan protektif harus dilakukan bagi mereka
yang bekerja dengan asbes, uranium, kromium, dan materi karsinogenik lainnya.
Berikut ini gambaran prognosis dengan menggunakan klasifikasi TNM terbaru :
Factor Median Survival (mo)Five-Year Survival Rate
(%)TNM stage IA IB IIA IIB IIIACell type Bronchoalveolar carcinoma Adenocarcinoma Squamous cell carcinoma Large cell carcinoma Adenosquamous carcinomaSex Female MaleAge (y) < 70
9575442919
8345443426
6640
49
6656433523
6144434129
5241
46
21
≥ 70 38 38
Tabel 3. Prognostic Factors of Survival in Pathologically Staged Patients With Non–Small Cell Lung Carcinoma.
BAB III
KESIMPULAN
Karsinoma paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh di paru yang dapat
berasal dari sel-sel di dalam paru maupun dari karsinoma di bagian tubuh
lainnya yang menyebar ke paru.
Etiologi sebenarnya dari karsinoma paru belum diketahui, tetapi merokok
agaknya yang memegang peranan paling penting yaitu 35 % dari seluruh kasus.
Pembagian praktis karsinoma paru yaitu small cell lung cancer (SCLC) dan non
small cell lung cancer (NSCLC).
Gejala klinis dari karsinoma paru seperti batuk yang menetap, dahak bisa
mengandung darah, demam, nyeri dada, sesak nafas, hilangnya nafsu makan,
penurunan berat badan dan kelemahan.
Pemeriksaan radiologis dapat dilakukan antara lain bronkografi invasif, CT
Scan, serta pemeriksaan radiologik konvensional (toraks PA, lateral, fluoroskopi).
22
Diagnosis dari karsinoma paru dilakukan berdasarkan penggolongan (stadium)
TNM karsinoma terbaru dari International Union Against Cancer dan American
Joint Committee on Cancer.
Terapi yang paling sering adalah kombinasi dari pembedahan, radiasi, dan
kemoterapi dengan prognosis secara keseluruhan bagi pasien-pasien dengan
karsinoma paru adalah buruk dan hanya sedikit meningkat dalam beberapa tahun
terakhir ini.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Z. (2007). Kanker Paru. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
Irshad, A., Ravenel, J.G. (2009). Imaging In Small Cell Lung Cancer : Multimedia. Diakses tanggal 20 Desember 2010 dari http://emedicine.medscape.com/ article/358274-media
Kligerman, S., Abbott, G. (2010). A Radiologic Review Of The New TNM Classification Of Lung Cancer. Diakses tanggal 20 Desember 2010 dari http://www.ajronline.orgcgireprint1943562.pdf
Price, S.A., Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC.
Rahardjo, J. (1995). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta : Bina Rupa Aksara.
Rasad. S. (2006). Radiologi Diagnostik FK UI Edisi Kedua. Jakarta : Gaya Baru.
Sharma, S., Maycher, B. (2009). Imaging In Non-Small Cell Lung Cancer : Multimedia. Diakses tanggal 20 Desember 2010 dari http://emedicine.medscape.com/article/358433-media
Sjamsuhidajat, R., de Jong, W. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC.
23
Sutton, D. (1995). Buku Ajar Radiologi Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 5.
Jakarta : Hipokrates.
24