CA Nasofaring Edit DT

23
TUTORIAL KLINIK ANATOMI DAN FISIOLOGI FARING Pembimbing : dr. H. Djoko Prasetyo A., Sp.THT Oleh: Kamarul Widyawati ( 012085695) Merin Awu Sari (012085713) Muzaki Yafi 012075399) Teuku Nicko R. ( 012085791) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

description

aa

Transcript of CA Nasofaring Edit DT

Page 1: CA Nasofaring Edit DT

TUTORIAL KLINIK

ANATOMI DAN FISIOLOGI FARING

Pembimbing

dr H Djoko Prasetyo A SpTHT

Oleh

Kamarul Widyawati ( 012085695)

Merin Awu Sari (012085713)

Muzaki Yafi 012075399)

Teuku Nicko R ( 012085791)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2013

REFLEKSI KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama Tn M

Jenis kelamin Laki-laki

Umur 42 tahun

Alamat Semarang

Agama Islam

Pekerjaan tidak bekerja

Tanggal berobat 16072013

No RM 258527

ANAMNESIS

Keluhan Utama

nyeri kepala di bagian pelipis kiri

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang awalnya kepoli saraf dengan keluhan nyeri kepala di pelipis kiri sejak 2

tahun yang lalu nyeri kepala membaik bila minum obat tetapi dalam 1 bulan ini nyeri kepala

tidak membaik walaupun sudah minum obat selain itu pasien mengeluh mata kiri tidak bisa

melirik ke arah samping dan sering merasa penglihatannya menjadi ganda Setelah periksa

menurut dokter pasien mengalami kelumpuhan di salah satu saraf matanya dan kemudian di

konsulkan ke poli mataDi poli mata dokter menduga bahwa kelumpuhan saraf tersebut

akibat desakan tumor di daerah tenggorokanKemudian pasien dirujuk ke poli tht

Selain keluhan nyeri kepala dan penglihatannya yang ganda pasien mengatakan

bahwa di leher sebelah kanannya terdapat benjolan sejak 7 tahun yang lalu tidak nyeri tekan

tidak bergerak dan semakin membesar

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Hipertensi (-) Riwayat DM (-) Riwayat Asma (-) Riwayat Alergi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini

Riwayat Sosial Ekonomi

Kesan ekonomi cukup

PEMERIKSAAN FISIK

A Status Generalisata

Kesadaran Compos mentis

Aktivitas Normoaktif

Kooperatif Kooperatif

Status Gizi Baik (BB 55 kg)

B Status Lokalis

1 TELINGA

Auricula Kanan Kiri

Oedema - -

Nyeri tragus - -

Nyeri tarik - -

Pre-auricula Kanan Kiri

Nyeri tekan - -

Nyeri ketok - -

Retro auricular

Nyeri tekan - -

Nyeri ketok - -

Canalis externa

Hiperemis - -

Discharge - -

Serumen - -

dll - -

Membran Timpani

Warna Putih mengkilat Putih mengkilat

Refleks cahaya + +

Perforasi - -

dll - -

2 HIDUNG DAN SINUS

Pemeriksaan Luar

Sinus frontalis Kanan Kiri

Nyeri tekan - -

Nyeri ketok - -

Sinus etmoidalis

Nyeri tekan - -

Nyeri ketok - -

Sinus maksilaris

Nyeri tekan - -

Nyeri ketok - -

Rhinoskopi Anterior

Kanan Kiri

Discharge - -

Mukosa Merah muda Merah muda

Konka

Hipertrofi - -

Hiperemia - -

Septum deviasi - -

Tumor - -

dll - -

Rhinoskopi Posterior

Kanan Kiri

Post-nasal drip Tidak dilakukan

Konka superior Tidak dilakukan

Torus tubarius Tidak dilakukan

Fossa Rossenmuller Tidak dilakukan

3 FARING

Orofaring

Palatum Simetris merah muda

Arcus faring simetris

Mukosa Merah muda licin

Tonsil

Ukuran T1-T1

Warna Merah muda

Permukaan Licin

Kripte Tidak melebar

Detritus -

Membran -

dll -

Peritonsil Dalam batas normal

Lain-lain -

Status lokalis

Dari hasil pemeriksaan didapatkan benjolan pada leher kanan diameter 5 cm terdapat

pembesaran kelenjar limfe regional

PEMERIKSAAN PENUNJANG

HASIL PA

Kesimpulan

nasofaring = carsinoma tidak terdiferensiasi

RINGKASAN

Anamnesis

Pasien laki laki 42 tahun datang ke poli tht dengan keluhan mata kabur dan nyeri pada

kepala sejak 2 tahun yang lalu RPD (hipertensi dm asma alergi) disangkal RPK disangkal

RSOSEK riwayat perokok berat

Px Fisik

Dari hasil pemeriksaan didapatkan benjolan pada leher kanan diameter 5 cm

terdapat pembesaran kelenjar limfe regional tanda vital dbn

Px Penunjang

Hasil biopsi didapatkan carcinoma tidak terdiferensiasi

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis anatomi - Nasofaring

- Orofaring

- Hipofaring

Diagnosis patologi - Neoplasma jinak ganas

- Trauma

- Radang infeksi non-infeksi

- Degeneratif

DIAGNOSIS

Carsinoma Nasofaring tak berdiferensiasi

T4N1Mx

TERAPI

Non-Medikamentosa Radiotherapy

MedikamentosaAs Mefenamat 3 x 1

Neurotropic

PROGNOSIS

ad Vitam dubia ad malam

ad Functionam dubia ad malam

ad Sanationam dubia ad malam

DASAR TEORI

ANATOMI NASOFARING

Nasofaring berhubungan erat dengan sinus sphenoid fossa nasalis foramen pada

dasar tengkorakTuba eustachius membuka kedalam dinding lateral nasofaringDi antara

tulang rawan mulai dari bagian pertengahan tuba eustachius sampai akhir dinding belakang

adalah fossa Rossen-MullerHistology epitel nasofaring pada orang dewasa memiliki peranan

yang sangat penting dalam penelitianTeori menunujukkan bahwa karsinoma ini dapat

berkembang dalam epitel yang mengalami metaplasia skuamosa Tidak diketahui mengapa

metaplasia ini lebih banyak pada masyarakat kanton dari pada orang kulit putih(1234710)

(Letak anatomis nasofaring(7))

Nasofaring disebut juga dengan epifaringterletak antara basis sphenoid sebagai batas

atas pinggir bawah pallatum molle sebagai batas bawahkoana dan pallatum molle sebagai

batas depan dan verrtebre cervical1-2 serta basis sphenoid sebagai batas belakang

Pada daerah dinding batas belakang atap terletak jaringan limfoid yaitu disebut

dengan tonsil faring atau adenoidPada dinding anterior bagian atas terdapat 2 buah lubang

sebagai muara cavum nasi ke nasofaring yang disebut koana atau nares posteriorDibawah

koana terdapat pallatum molle

Pada dinding lateral kiri dan kanan ditentukan cekungan yaitu muara tuba eusatchius

ke nasofaring dan di belakang torus tobarius ditemukan pada suatu lekukan atau celah yang

disebut fosssa rosenumuller(123)

EPIDEMIOLOGI

Karsinoma nasofaring menjadi penyebab kematian utama pada sebagian besar

populasi di Asia Tenggara di cina selatan karsinoma nasofaring merupakan tumor terbanyak

pada laki-laki dengan insiden rata-rata sekitar 40100000 insiden terbanyak ditemukan di

daerah cina khusus nya di propinsi Kwangtung republic rakyat cina(469)

Pada ras mongoloid kanker nasofaring insidennya cukup tinggi sehingga tidaklah

mengherankan pada penduduk cina bagian selatan kemudian hongkong Vietnam Thailand

Malaysia singapura dan Indonesia banyak ditemukan kasus ini(14)

Selain itu cukup banyak kasus karsinoma nasofaring di yunani afrika bagian utara

seperti aljazair Tunisia pada orang eksimo Alaska dan Greenland penyebabnya diduga

adalah karena memakan makanan yang di awetkan pada musim dingin dengan menggunakan

bahan pengawet nitrosamine(1)

Di Indonesia frekuensi penderita ini hampir merata di setiap daerah seperti Jakarta

ujung pandang Palembang denpasar padang bukit tinggi medan semarang Surabaya dan

lain-lain(1)

(gambar nasopharyng carcinoma pada leher sebelah kanan)

ETIOLOGI

Etiologi karsinoma nasofaring ini masih belum diketahui secara pasti Secara umum

karsinoma nasofaring terjadi sebagai akibat pengaruh genetic dan lingkungan seperti zat

karsinogen dan infeksi virus Epstein-Barr (EBV)(34810)

Hal ini didukung oleh adanya factor genetic yang berhubungan dengan karsinoma

nasofaring yaitu HLA-A2 dan HLA-Bsin2 ( paling banyak ditemukan pada orang daerah

cina selatan tetapi jarang didapatkan pada ras kaukasoid )selain itu telah berhasil

diidentifikasi abnormalitas pada berbagai kromosom termasuk didalamnya kromosom

1234568911131415161722 dan X(4)

Faktor lingkungan dan kultur yang berhubungan dengan karsinoma nasofaring

termasuk didalamnya adalah kebiasaan dari orang kanton yang memakan ikan yang diasinkan

dan mengawetkan makanan dengan bahan pengawet nitrosamine (hal ini telah dikonsumsi

sejak masa kanak-kanak ) Bukti ditemukannya DNA-EBV pada hampir setiap kasus

karsinoma nasofaring menjadikan pegangan bagi para ahli untuk membuat kesimpulan bahwa

keganasan yang terjadi adalah akibat ekspansi pembelahan pada sel yang diakibatkan EBV

Hal ini memberikan indikasi bahwa EBV muncul dalam sel pada saat terjadinya transformasi

sel menjadi ganas dan menunjukkan peranan virus tersebut terhadap perkembangan awal

terjadinya proses keganasan pada nasofaring(34)

GEJALA DAN TANDA-TANDA

Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam tidak ada gejala pasti yang

khusus untuk tumor nasofaring karena tumor primer itu sendiri dalam nasofaring kadang

tidak menimbulkan gejala Tumor nasofaring dapat menimbulkan gejala-gejala hingga

penderita datang berobat keberbagai ahli(4)

Tumor ini menimbulkan gejala bila sudah ada penyebaran

1 Gejala nasofaring (tumor primer )

Asimptomatik

Hidung tumpat

Epistaksis ringan

Untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat kalau perlu dengan

nasofaringoskop Karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah bertumbuh

atau tumor tidak nampak karena masih terdapat dibawah mukosa ( creeping tumor )(1234)

2 Gangguan pada telingapendengaran

Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba

eustachius ( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup Gangguan dapat berupa

Tinitus

Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa

Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )

Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari

bahwa penyebabnya adalah karsinoma nasofaring(124)

3 Gejala mata dan syaraf

Infiltrasi dasar tengkorak

Merupakan gejala karsinoma Penjelasan melalui fenomena laserum akan

mengenai syaraf otak NIII NVI dapat pula ke NV dapat menimbulkan gejala

Diplopia

Juling

Neuralgia terminal(124)

Penderita datang dengan keluhan juling bila melirik kekanan bengkak leher

sebelah kanan sejak dua bulan tidak nyeri Tidak ada keluhan lain Pada pemeriksaan

terdapat masssa kelenjar limfe-3 dan paralysis NVI kanan Biopsy nasofaring

memastikan diagnosis karsinoma dengan penyebaran kelenjar limfe (N3) dan

penyusupan ke dasar tengkorak ( petrosfenoidal )(24)

a Pada pandangan lurus kedepan tampak normal

b Penderita melirik kekanan mata kanan tidak bergerak ke kanan

c Penderita melirik kekiri tidak ada gangguan gerakan bola mata(2)

Infiltrasi para faring

Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar sepanjang dasar

tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen jugularis yaitu NIX

X XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau sensorik pada faring

dan laring(2)

Pembengkakkan leher

Tiga dari empat penderita tumor nasofaring mengalami pembengkakkan pada

leher ini merupakan gejala utama hampir 50 penderitaOleh tumor dalam

nasofaring tidak menimbulkan gejala satu-satunya keluhan penderita ialah

pembengkakkan pada leherMenghadapi penderita demikian maka nasofaring

penderita harus di periksa Sebelum dilakukan biopsy kelenjar leher yang

membesar pada daerah nasofaring yang mencurigakan harus dilakukan biopsy

lebih dahulu(2)

HISTOPATOLOGI

Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya 3 karsinoma (epidermoid) pada nasofering

yaitu

1 Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi

2 Karsinoma tidak berkeratinisasi

3 Karsinoma tidak berderiferenisasi

Semua yang kita kenal selama ini dengan limf epiteloma sel transisionil sel spindle

sel clear anaplastik dan lain-lain dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferenisasi(14)

STADIUM(234)

Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992)

T = Tumor Primer

TO = Tidak tampak tumor

T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateralposterosuperioratap dan lain-

lain)

T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam

rongga nasofaring

T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung atau orofaring

dan sebagainya)

T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau

mengenai syaraf-syaraf otak

TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas

N = Pembesaran kelenjar getah bening

NO = Tidak ada pembesaran

N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan

N2 = Terdapat pembesaran kontrabilateral dan masih dapat digerakkan

N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral kontra lateral maupun bilateral

yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya

M = Metastasis jauh

M1 = Tidak ada metastasis jauh

M2 = Terdapat metastasis jauh

Stadium T Nasofaring M

I T1 N0 M0

II T2 N0 M0

III T1T2T3 N1 M0

T3 N0 M0

IV T4 N0N1 M0

T1T2T3T4 N2N3 M0

T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan

1 Anamnesa

2 Pemeriksaan fisik

3 CT scan

4 Biopsi

5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)

Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah

kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit

ditemukan(14)

Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan

kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)

Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat

dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)

Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam

biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring

kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)

Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan

melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem

bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung

disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring

dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau

memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat

lebih jelas(12345)

Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan

xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka

dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)

TERAPI

Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai

daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi

dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada

karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau

raditerapi sebagai terapi awal(14)

Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum

bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang

diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada

karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan

kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya

kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi

Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV

lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)

KEMOTERAPI

Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan

kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)

1) Kemoterapi tunggal

Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami

rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada

penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU

merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan

terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang

biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan

dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu

Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan

paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)

2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi

Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat

direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di

operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai

dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)

Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol

kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro

metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin

sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan

radioterapi(459)

3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi

Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah

pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi

adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan

saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-

5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan

kemoterapi(458)

4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )

Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan

kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)

5) Brakhiterapi

Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif

didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi

radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan

secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)

6) Stereotactic radiosurgery

Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi

paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di

intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan

pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)

PROGNOSIS

Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor

Stadium I 85

Stadium II 75

Stadium III 45

Stadium IV 10

Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat

ditemukan di tulang paru dan hati(34)

PENCEGAHAN

Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi

Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan

akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat

yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang

tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan

kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA

anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan

karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)

DAFTAR PUSTAKA

1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187

2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997

hal 351-352

3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid

l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396

4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi

Medan 2008 hal 91-107

5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran

EGC Jakarta1997

6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat

Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian

Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Padang

7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta

1989 hal 21-29

8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta

Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-

111

9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41

10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL

httpwwwuptodatecom2002html2002

11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan

Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

  • Kesadaran
  • Compos mentis
  • Auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pre-auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pemeriksaan Luar
  • Rhinoskopi Anterior
  • Rhinoskopi Posterior
  • Orofaring
  • Peritonsil
  • Dalam batas normal
Page 2: CA Nasofaring Edit DT

REFLEKSI KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama Tn M

Jenis kelamin Laki-laki

Umur 42 tahun

Alamat Semarang

Agama Islam

Pekerjaan tidak bekerja

Tanggal berobat 16072013

No RM 258527

ANAMNESIS

Keluhan Utama

nyeri kepala di bagian pelipis kiri

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang awalnya kepoli saraf dengan keluhan nyeri kepala di pelipis kiri sejak 2

tahun yang lalu nyeri kepala membaik bila minum obat tetapi dalam 1 bulan ini nyeri kepala

tidak membaik walaupun sudah minum obat selain itu pasien mengeluh mata kiri tidak bisa

melirik ke arah samping dan sering merasa penglihatannya menjadi ganda Setelah periksa

menurut dokter pasien mengalami kelumpuhan di salah satu saraf matanya dan kemudian di

konsulkan ke poli mataDi poli mata dokter menduga bahwa kelumpuhan saraf tersebut

akibat desakan tumor di daerah tenggorokanKemudian pasien dirujuk ke poli tht

Selain keluhan nyeri kepala dan penglihatannya yang ganda pasien mengatakan

bahwa di leher sebelah kanannya terdapat benjolan sejak 7 tahun yang lalu tidak nyeri tekan

tidak bergerak dan semakin membesar

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Hipertensi (-) Riwayat DM (-) Riwayat Asma (-) Riwayat Alergi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini

Riwayat Sosial Ekonomi

Kesan ekonomi cukup

PEMERIKSAAN FISIK

A Status Generalisata

Kesadaran Compos mentis

Aktivitas Normoaktif

Kooperatif Kooperatif

Status Gizi Baik (BB 55 kg)

B Status Lokalis

1 TELINGA

Auricula Kanan Kiri

Oedema - -

Nyeri tragus - -

Nyeri tarik - -

Pre-auricula Kanan Kiri

Nyeri tekan - -

Nyeri ketok - -

Retro auricular

Nyeri tekan - -

Nyeri ketok - -

Canalis externa

Hiperemis - -

Discharge - -

Serumen - -

dll - -

Membran Timpani

Warna Putih mengkilat Putih mengkilat

Refleks cahaya + +

Perforasi - -

dll - -

2 HIDUNG DAN SINUS

Pemeriksaan Luar

Sinus frontalis Kanan Kiri

Nyeri tekan - -

Nyeri ketok - -

Sinus etmoidalis

Nyeri tekan - -

Nyeri ketok - -

Sinus maksilaris

Nyeri tekan - -

Nyeri ketok - -

Rhinoskopi Anterior

Kanan Kiri

Discharge - -

Mukosa Merah muda Merah muda

Konka

Hipertrofi - -

Hiperemia - -

Septum deviasi - -

Tumor - -

dll - -

Rhinoskopi Posterior

Kanan Kiri

Post-nasal drip Tidak dilakukan

Konka superior Tidak dilakukan

Torus tubarius Tidak dilakukan

Fossa Rossenmuller Tidak dilakukan

3 FARING

Orofaring

Palatum Simetris merah muda

Arcus faring simetris

Mukosa Merah muda licin

Tonsil

Ukuran T1-T1

Warna Merah muda

Permukaan Licin

Kripte Tidak melebar

Detritus -

Membran -

dll -

Peritonsil Dalam batas normal

Lain-lain -

Status lokalis

Dari hasil pemeriksaan didapatkan benjolan pada leher kanan diameter 5 cm terdapat

pembesaran kelenjar limfe regional

PEMERIKSAAN PENUNJANG

HASIL PA

Kesimpulan

nasofaring = carsinoma tidak terdiferensiasi

RINGKASAN

Anamnesis

Pasien laki laki 42 tahun datang ke poli tht dengan keluhan mata kabur dan nyeri pada

kepala sejak 2 tahun yang lalu RPD (hipertensi dm asma alergi) disangkal RPK disangkal

RSOSEK riwayat perokok berat

Px Fisik

Dari hasil pemeriksaan didapatkan benjolan pada leher kanan diameter 5 cm

terdapat pembesaran kelenjar limfe regional tanda vital dbn

Px Penunjang

Hasil biopsi didapatkan carcinoma tidak terdiferensiasi

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis anatomi - Nasofaring

- Orofaring

- Hipofaring

Diagnosis patologi - Neoplasma jinak ganas

- Trauma

- Radang infeksi non-infeksi

- Degeneratif

DIAGNOSIS

Carsinoma Nasofaring tak berdiferensiasi

T4N1Mx

TERAPI

Non-Medikamentosa Radiotherapy

MedikamentosaAs Mefenamat 3 x 1

Neurotropic

PROGNOSIS

ad Vitam dubia ad malam

ad Functionam dubia ad malam

ad Sanationam dubia ad malam

DASAR TEORI

ANATOMI NASOFARING

Nasofaring berhubungan erat dengan sinus sphenoid fossa nasalis foramen pada

dasar tengkorakTuba eustachius membuka kedalam dinding lateral nasofaringDi antara

tulang rawan mulai dari bagian pertengahan tuba eustachius sampai akhir dinding belakang

adalah fossa Rossen-MullerHistology epitel nasofaring pada orang dewasa memiliki peranan

yang sangat penting dalam penelitianTeori menunujukkan bahwa karsinoma ini dapat

berkembang dalam epitel yang mengalami metaplasia skuamosa Tidak diketahui mengapa

metaplasia ini lebih banyak pada masyarakat kanton dari pada orang kulit putih(1234710)

(Letak anatomis nasofaring(7))

Nasofaring disebut juga dengan epifaringterletak antara basis sphenoid sebagai batas

atas pinggir bawah pallatum molle sebagai batas bawahkoana dan pallatum molle sebagai

batas depan dan verrtebre cervical1-2 serta basis sphenoid sebagai batas belakang

Pada daerah dinding batas belakang atap terletak jaringan limfoid yaitu disebut

dengan tonsil faring atau adenoidPada dinding anterior bagian atas terdapat 2 buah lubang

sebagai muara cavum nasi ke nasofaring yang disebut koana atau nares posteriorDibawah

koana terdapat pallatum molle

Pada dinding lateral kiri dan kanan ditentukan cekungan yaitu muara tuba eusatchius

ke nasofaring dan di belakang torus tobarius ditemukan pada suatu lekukan atau celah yang

disebut fosssa rosenumuller(123)

EPIDEMIOLOGI

Karsinoma nasofaring menjadi penyebab kematian utama pada sebagian besar

populasi di Asia Tenggara di cina selatan karsinoma nasofaring merupakan tumor terbanyak

pada laki-laki dengan insiden rata-rata sekitar 40100000 insiden terbanyak ditemukan di

daerah cina khusus nya di propinsi Kwangtung republic rakyat cina(469)

Pada ras mongoloid kanker nasofaring insidennya cukup tinggi sehingga tidaklah

mengherankan pada penduduk cina bagian selatan kemudian hongkong Vietnam Thailand

Malaysia singapura dan Indonesia banyak ditemukan kasus ini(14)

Selain itu cukup banyak kasus karsinoma nasofaring di yunani afrika bagian utara

seperti aljazair Tunisia pada orang eksimo Alaska dan Greenland penyebabnya diduga

adalah karena memakan makanan yang di awetkan pada musim dingin dengan menggunakan

bahan pengawet nitrosamine(1)

Di Indonesia frekuensi penderita ini hampir merata di setiap daerah seperti Jakarta

ujung pandang Palembang denpasar padang bukit tinggi medan semarang Surabaya dan

lain-lain(1)

(gambar nasopharyng carcinoma pada leher sebelah kanan)

ETIOLOGI

Etiologi karsinoma nasofaring ini masih belum diketahui secara pasti Secara umum

karsinoma nasofaring terjadi sebagai akibat pengaruh genetic dan lingkungan seperti zat

karsinogen dan infeksi virus Epstein-Barr (EBV)(34810)

Hal ini didukung oleh adanya factor genetic yang berhubungan dengan karsinoma

nasofaring yaitu HLA-A2 dan HLA-Bsin2 ( paling banyak ditemukan pada orang daerah

cina selatan tetapi jarang didapatkan pada ras kaukasoid )selain itu telah berhasil

diidentifikasi abnormalitas pada berbagai kromosom termasuk didalamnya kromosom

1234568911131415161722 dan X(4)

Faktor lingkungan dan kultur yang berhubungan dengan karsinoma nasofaring

termasuk didalamnya adalah kebiasaan dari orang kanton yang memakan ikan yang diasinkan

dan mengawetkan makanan dengan bahan pengawet nitrosamine (hal ini telah dikonsumsi

sejak masa kanak-kanak ) Bukti ditemukannya DNA-EBV pada hampir setiap kasus

karsinoma nasofaring menjadikan pegangan bagi para ahli untuk membuat kesimpulan bahwa

keganasan yang terjadi adalah akibat ekspansi pembelahan pada sel yang diakibatkan EBV

Hal ini memberikan indikasi bahwa EBV muncul dalam sel pada saat terjadinya transformasi

sel menjadi ganas dan menunjukkan peranan virus tersebut terhadap perkembangan awal

terjadinya proses keganasan pada nasofaring(34)

GEJALA DAN TANDA-TANDA

Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam tidak ada gejala pasti yang

khusus untuk tumor nasofaring karena tumor primer itu sendiri dalam nasofaring kadang

tidak menimbulkan gejala Tumor nasofaring dapat menimbulkan gejala-gejala hingga

penderita datang berobat keberbagai ahli(4)

Tumor ini menimbulkan gejala bila sudah ada penyebaran

1 Gejala nasofaring (tumor primer )

Asimptomatik

Hidung tumpat

Epistaksis ringan

Untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat kalau perlu dengan

nasofaringoskop Karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah bertumbuh

atau tumor tidak nampak karena masih terdapat dibawah mukosa ( creeping tumor )(1234)

2 Gangguan pada telingapendengaran

Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba

eustachius ( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup Gangguan dapat berupa

Tinitus

Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa

Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )

Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari

bahwa penyebabnya adalah karsinoma nasofaring(124)

3 Gejala mata dan syaraf

Infiltrasi dasar tengkorak

Merupakan gejala karsinoma Penjelasan melalui fenomena laserum akan

mengenai syaraf otak NIII NVI dapat pula ke NV dapat menimbulkan gejala

Diplopia

Juling

Neuralgia terminal(124)

Penderita datang dengan keluhan juling bila melirik kekanan bengkak leher

sebelah kanan sejak dua bulan tidak nyeri Tidak ada keluhan lain Pada pemeriksaan

terdapat masssa kelenjar limfe-3 dan paralysis NVI kanan Biopsy nasofaring

memastikan diagnosis karsinoma dengan penyebaran kelenjar limfe (N3) dan

penyusupan ke dasar tengkorak ( petrosfenoidal )(24)

a Pada pandangan lurus kedepan tampak normal

b Penderita melirik kekanan mata kanan tidak bergerak ke kanan

c Penderita melirik kekiri tidak ada gangguan gerakan bola mata(2)

Infiltrasi para faring

Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar sepanjang dasar

tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen jugularis yaitu NIX

X XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau sensorik pada faring

dan laring(2)

Pembengkakkan leher

Tiga dari empat penderita tumor nasofaring mengalami pembengkakkan pada

leher ini merupakan gejala utama hampir 50 penderitaOleh tumor dalam

nasofaring tidak menimbulkan gejala satu-satunya keluhan penderita ialah

pembengkakkan pada leherMenghadapi penderita demikian maka nasofaring

penderita harus di periksa Sebelum dilakukan biopsy kelenjar leher yang

membesar pada daerah nasofaring yang mencurigakan harus dilakukan biopsy

lebih dahulu(2)

HISTOPATOLOGI

Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya 3 karsinoma (epidermoid) pada nasofering

yaitu

1 Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi

2 Karsinoma tidak berkeratinisasi

3 Karsinoma tidak berderiferenisasi

Semua yang kita kenal selama ini dengan limf epiteloma sel transisionil sel spindle

sel clear anaplastik dan lain-lain dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferenisasi(14)

STADIUM(234)

Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992)

T = Tumor Primer

TO = Tidak tampak tumor

T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateralposterosuperioratap dan lain-

lain)

T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam

rongga nasofaring

T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung atau orofaring

dan sebagainya)

T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau

mengenai syaraf-syaraf otak

TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas

N = Pembesaran kelenjar getah bening

NO = Tidak ada pembesaran

N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan

N2 = Terdapat pembesaran kontrabilateral dan masih dapat digerakkan

N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral kontra lateral maupun bilateral

yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya

M = Metastasis jauh

M1 = Tidak ada metastasis jauh

M2 = Terdapat metastasis jauh

Stadium T Nasofaring M

I T1 N0 M0

II T2 N0 M0

III T1T2T3 N1 M0

T3 N0 M0

IV T4 N0N1 M0

T1T2T3T4 N2N3 M0

T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan

1 Anamnesa

2 Pemeriksaan fisik

3 CT scan

4 Biopsi

5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)

Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah

kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit

ditemukan(14)

Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan

kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)

Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat

dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)

Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam

biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring

kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)

Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan

melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem

bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung

disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring

dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau

memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat

lebih jelas(12345)

Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan

xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka

dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)

TERAPI

Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai

daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi

dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada

karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau

raditerapi sebagai terapi awal(14)

Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum

bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang

diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada

karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan

kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya

kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi

Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV

lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)

KEMOTERAPI

Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan

kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)

1) Kemoterapi tunggal

Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami

rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada

penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU

merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan

terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang

biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan

dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu

Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan

paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)

2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi

Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat

direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di

operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai

dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)

Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol

kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro

metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin

sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan

radioterapi(459)

3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi

Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah

pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi

adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan

saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-

5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan

kemoterapi(458)

4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )

Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan

kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)

5) Brakhiterapi

Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif

didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi

radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan

secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)

6) Stereotactic radiosurgery

Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi

paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di

intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan

pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)

PROGNOSIS

Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor

Stadium I 85

Stadium II 75

Stadium III 45

Stadium IV 10

Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat

ditemukan di tulang paru dan hati(34)

PENCEGAHAN

Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi

Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan

akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat

yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang

tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan

kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA

anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan

karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)

DAFTAR PUSTAKA

1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187

2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997

hal 351-352

3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid

l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396

4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi

Medan 2008 hal 91-107

5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran

EGC Jakarta1997

6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat

Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian

Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Padang

7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta

1989 hal 21-29

8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta

Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-

111

9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41

10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL

httpwwwuptodatecom2002html2002

11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan

Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

  • Kesadaran
  • Compos mentis
  • Auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pre-auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pemeriksaan Luar
  • Rhinoskopi Anterior
  • Rhinoskopi Posterior
  • Orofaring
  • Peritonsil
  • Dalam batas normal
Page 3: CA Nasofaring Edit DT

PEMERIKSAAN FISIK

A Status Generalisata

Kesadaran Compos mentis

Aktivitas Normoaktif

Kooperatif Kooperatif

Status Gizi Baik (BB 55 kg)

B Status Lokalis

1 TELINGA

Auricula Kanan Kiri

Oedema - -

Nyeri tragus - -

Nyeri tarik - -

Pre-auricula Kanan Kiri

Nyeri tekan - -

Nyeri ketok - -

Retro auricular

Nyeri tekan - -

Nyeri ketok - -

Canalis externa

Hiperemis - -

Discharge - -

Serumen - -

dll - -

Membran Timpani

Warna Putih mengkilat Putih mengkilat

Refleks cahaya + +

Perforasi - -

dll - -

2 HIDUNG DAN SINUS

Pemeriksaan Luar

Sinus frontalis Kanan Kiri

Nyeri tekan - -

Nyeri ketok - -

Sinus etmoidalis

Nyeri tekan - -

Nyeri ketok - -

Sinus maksilaris

Nyeri tekan - -

Nyeri ketok - -

Rhinoskopi Anterior

Kanan Kiri

Discharge - -

Mukosa Merah muda Merah muda

Konka

Hipertrofi - -

Hiperemia - -

Septum deviasi - -

Tumor - -

dll - -

Rhinoskopi Posterior

Kanan Kiri

Post-nasal drip Tidak dilakukan

Konka superior Tidak dilakukan

Torus tubarius Tidak dilakukan

Fossa Rossenmuller Tidak dilakukan

3 FARING

Orofaring

Palatum Simetris merah muda

Arcus faring simetris

Mukosa Merah muda licin

Tonsil

Ukuran T1-T1

Warna Merah muda

Permukaan Licin

Kripte Tidak melebar

Detritus -

Membran -

dll -

Peritonsil Dalam batas normal

Lain-lain -

Status lokalis

Dari hasil pemeriksaan didapatkan benjolan pada leher kanan diameter 5 cm terdapat

pembesaran kelenjar limfe regional

PEMERIKSAAN PENUNJANG

HASIL PA

Kesimpulan

nasofaring = carsinoma tidak terdiferensiasi

RINGKASAN

Anamnesis

Pasien laki laki 42 tahun datang ke poli tht dengan keluhan mata kabur dan nyeri pada

kepala sejak 2 tahun yang lalu RPD (hipertensi dm asma alergi) disangkal RPK disangkal

RSOSEK riwayat perokok berat

Px Fisik

Dari hasil pemeriksaan didapatkan benjolan pada leher kanan diameter 5 cm

terdapat pembesaran kelenjar limfe regional tanda vital dbn

Px Penunjang

Hasil biopsi didapatkan carcinoma tidak terdiferensiasi

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis anatomi - Nasofaring

- Orofaring

- Hipofaring

Diagnosis patologi - Neoplasma jinak ganas

- Trauma

- Radang infeksi non-infeksi

- Degeneratif

DIAGNOSIS

Carsinoma Nasofaring tak berdiferensiasi

T4N1Mx

TERAPI

Non-Medikamentosa Radiotherapy

MedikamentosaAs Mefenamat 3 x 1

Neurotropic

PROGNOSIS

ad Vitam dubia ad malam

ad Functionam dubia ad malam

ad Sanationam dubia ad malam

DASAR TEORI

ANATOMI NASOFARING

Nasofaring berhubungan erat dengan sinus sphenoid fossa nasalis foramen pada

dasar tengkorakTuba eustachius membuka kedalam dinding lateral nasofaringDi antara

tulang rawan mulai dari bagian pertengahan tuba eustachius sampai akhir dinding belakang

adalah fossa Rossen-MullerHistology epitel nasofaring pada orang dewasa memiliki peranan

yang sangat penting dalam penelitianTeori menunujukkan bahwa karsinoma ini dapat

berkembang dalam epitel yang mengalami metaplasia skuamosa Tidak diketahui mengapa

metaplasia ini lebih banyak pada masyarakat kanton dari pada orang kulit putih(1234710)

(Letak anatomis nasofaring(7))

Nasofaring disebut juga dengan epifaringterletak antara basis sphenoid sebagai batas

atas pinggir bawah pallatum molle sebagai batas bawahkoana dan pallatum molle sebagai

batas depan dan verrtebre cervical1-2 serta basis sphenoid sebagai batas belakang

Pada daerah dinding batas belakang atap terletak jaringan limfoid yaitu disebut

dengan tonsil faring atau adenoidPada dinding anterior bagian atas terdapat 2 buah lubang

sebagai muara cavum nasi ke nasofaring yang disebut koana atau nares posteriorDibawah

koana terdapat pallatum molle

Pada dinding lateral kiri dan kanan ditentukan cekungan yaitu muara tuba eusatchius

ke nasofaring dan di belakang torus tobarius ditemukan pada suatu lekukan atau celah yang

disebut fosssa rosenumuller(123)

EPIDEMIOLOGI

Karsinoma nasofaring menjadi penyebab kematian utama pada sebagian besar

populasi di Asia Tenggara di cina selatan karsinoma nasofaring merupakan tumor terbanyak

pada laki-laki dengan insiden rata-rata sekitar 40100000 insiden terbanyak ditemukan di

daerah cina khusus nya di propinsi Kwangtung republic rakyat cina(469)

Pada ras mongoloid kanker nasofaring insidennya cukup tinggi sehingga tidaklah

mengherankan pada penduduk cina bagian selatan kemudian hongkong Vietnam Thailand

Malaysia singapura dan Indonesia banyak ditemukan kasus ini(14)

Selain itu cukup banyak kasus karsinoma nasofaring di yunani afrika bagian utara

seperti aljazair Tunisia pada orang eksimo Alaska dan Greenland penyebabnya diduga

adalah karena memakan makanan yang di awetkan pada musim dingin dengan menggunakan

bahan pengawet nitrosamine(1)

Di Indonesia frekuensi penderita ini hampir merata di setiap daerah seperti Jakarta

ujung pandang Palembang denpasar padang bukit tinggi medan semarang Surabaya dan

lain-lain(1)

(gambar nasopharyng carcinoma pada leher sebelah kanan)

ETIOLOGI

Etiologi karsinoma nasofaring ini masih belum diketahui secara pasti Secara umum

karsinoma nasofaring terjadi sebagai akibat pengaruh genetic dan lingkungan seperti zat

karsinogen dan infeksi virus Epstein-Barr (EBV)(34810)

Hal ini didukung oleh adanya factor genetic yang berhubungan dengan karsinoma

nasofaring yaitu HLA-A2 dan HLA-Bsin2 ( paling banyak ditemukan pada orang daerah

cina selatan tetapi jarang didapatkan pada ras kaukasoid )selain itu telah berhasil

diidentifikasi abnormalitas pada berbagai kromosom termasuk didalamnya kromosom

1234568911131415161722 dan X(4)

Faktor lingkungan dan kultur yang berhubungan dengan karsinoma nasofaring

termasuk didalamnya adalah kebiasaan dari orang kanton yang memakan ikan yang diasinkan

dan mengawetkan makanan dengan bahan pengawet nitrosamine (hal ini telah dikonsumsi

sejak masa kanak-kanak ) Bukti ditemukannya DNA-EBV pada hampir setiap kasus

karsinoma nasofaring menjadikan pegangan bagi para ahli untuk membuat kesimpulan bahwa

keganasan yang terjadi adalah akibat ekspansi pembelahan pada sel yang diakibatkan EBV

Hal ini memberikan indikasi bahwa EBV muncul dalam sel pada saat terjadinya transformasi

sel menjadi ganas dan menunjukkan peranan virus tersebut terhadap perkembangan awal

terjadinya proses keganasan pada nasofaring(34)

GEJALA DAN TANDA-TANDA

Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam tidak ada gejala pasti yang

khusus untuk tumor nasofaring karena tumor primer itu sendiri dalam nasofaring kadang

tidak menimbulkan gejala Tumor nasofaring dapat menimbulkan gejala-gejala hingga

penderita datang berobat keberbagai ahli(4)

Tumor ini menimbulkan gejala bila sudah ada penyebaran

1 Gejala nasofaring (tumor primer )

Asimptomatik

Hidung tumpat

Epistaksis ringan

Untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat kalau perlu dengan

nasofaringoskop Karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah bertumbuh

atau tumor tidak nampak karena masih terdapat dibawah mukosa ( creeping tumor )(1234)

2 Gangguan pada telingapendengaran

Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba

eustachius ( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup Gangguan dapat berupa

Tinitus

Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa

Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )

Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari

bahwa penyebabnya adalah karsinoma nasofaring(124)

3 Gejala mata dan syaraf

Infiltrasi dasar tengkorak

Merupakan gejala karsinoma Penjelasan melalui fenomena laserum akan

mengenai syaraf otak NIII NVI dapat pula ke NV dapat menimbulkan gejala

Diplopia

Juling

Neuralgia terminal(124)

Penderita datang dengan keluhan juling bila melirik kekanan bengkak leher

sebelah kanan sejak dua bulan tidak nyeri Tidak ada keluhan lain Pada pemeriksaan

terdapat masssa kelenjar limfe-3 dan paralysis NVI kanan Biopsy nasofaring

memastikan diagnosis karsinoma dengan penyebaran kelenjar limfe (N3) dan

penyusupan ke dasar tengkorak ( petrosfenoidal )(24)

a Pada pandangan lurus kedepan tampak normal

b Penderita melirik kekanan mata kanan tidak bergerak ke kanan

c Penderita melirik kekiri tidak ada gangguan gerakan bola mata(2)

Infiltrasi para faring

Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar sepanjang dasar

tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen jugularis yaitu NIX

X XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau sensorik pada faring

dan laring(2)

Pembengkakkan leher

Tiga dari empat penderita tumor nasofaring mengalami pembengkakkan pada

leher ini merupakan gejala utama hampir 50 penderitaOleh tumor dalam

nasofaring tidak menimbulkan gejala satu-satunya keluhan penderita ialah

pembengkakkan pada leherMenghadapi penderita demikian maka nasofaring

penderita harus di periksa Sebelum dilakukan biopsy kelenjar leher yang

membesar pada daerah nasofaring yang mencurigakan harus dilakukan biopsy

lebih dahulu(2)

HISTOPATOLOGI

Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya 3 karsinoma (epidermoid) pada nasofering

yaitu

1 Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi

2 Karsinoma tidak berkeratinisasi

3 Karsinoma tidak berderiferenisasi

Semua yang kita kenal selama ini dengan limf epiteloma sel transisionil sel spindle

sel clear anaplastik dan lain-lain dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferenisasi(14)

STADIUM(234)

Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992)

T = Tumor Primer

TO = Tidak tampak tumor

T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateralposterosuperioratap dan lain-

lain)

T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam

rongga nasofaring

T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung atau orofaring

dan sebagainya)

T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau

mengenai syaraf-syaraf otak

TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas

N = Pembesaran kelenjar getah bening

NO = Tidak ada pembesaran

N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan

N2 = Terdapat pembesaran kontrabilateral dan masih dapat digerakkan

N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral kontra lateral maupun bilateral

yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya

M = Metastasis jauh

M1 = Tidak ada metastasis jauh

M2 = Terdapat metastasis jauh

Stadium T Nasofaring M

I T1 N0 M0

II T2 N0 M0

III T1T2T3 N1 M0

T3 N0 M0

IV T4 N0N1 M0

T1T2T3T4 N2N3 M0

T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan

1 Anamnesa

2 Pemeriksaan fisik

3 CT scan

4 Biopsi

5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)

Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah

kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit

ditemukan(14)

Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan

kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)

Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat

dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)

Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam

biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring

kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)

Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan

melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem

bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung

disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring

dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau

memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat

lebih jelas(12345)

Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan

xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka

dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)

TERAPI

Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai

daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi

dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada

karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau

raditerapi sebagai terapi awal(14)

Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum

bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang

diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada

karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan

kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya

kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi

Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV

lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)

KEMOTERAPI

Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan

kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)

1) Kemoterapi tunggal

Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami

rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada

penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU

merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan

terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang

biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan

dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu

Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan

paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)

2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi

Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat

direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di

operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai

dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)

Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol

kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro

metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin

sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan

radioterapi(459)

3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi

Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah

pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi

adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan

saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-

5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan

kemoterapi(458)

4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )

Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan

kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)

5) Brakhiterapi

Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif

didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi

radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan

secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)

6) Stereotactic radiosurgery

Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi

paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di

intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan

pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)

PROGNOSIS

Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor

Stadium I 85

Stadium II 75

Stadium III 45

Stadium IV 10

Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat

ditemukan di tulang paru dan hati(34)

PENCEGAHAN

Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi

Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan

akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat

yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang

tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan

kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA

anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan

karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)

DAFTAR PUSTAKA

1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187

2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997

hal 351-352

3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid

l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396

4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi

Medan 2008 hal 91-107

5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran

EGC Jakarta1997

6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat

Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian

Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Padang

7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta

1989 hal 21-29

8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta

Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-

111

9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41

10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL

httpwwwuptodatecom2002html2002

11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan

Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

  • Kesadaran
  • Compos mentis
  • Auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pre-auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pemeriksaan Luar
  • Rhinoskopi Anterior
  • Rhinoskopi Posterior
  • Orofaring
  • Peritonsil
  • Dalam batas normal
Page 4: CA Nasofaring Edit DT

2 HIDUNG DAN SINUS

Pemeriksaan Luar

Sinus frontalis Kanan Kiri

Nyeri tekan - -

Nyeri ketok - -

Sinus etmoidalis

Nyeri tekan - -

Nyeri ketok - -

Sinus maksilaris

Nyeri tekan - -

Nyeri ketok - -

Rhinoskopi Anterior

Kanan Kiri

Discharge - -

Mukosa Merah muda Merah muda

Konka

Hipertrofi - -

Hiperemia - -

Septum deviasi - -

Tumor - -

dll - -

Rhinoskopi Posterior

Kanan Kiri

Post-nasal drip Tidak dilakukan

Konka superior Tidak dilakukan

Torus tubarius Tidak dilakukan

Fossa Rossenmuller Tidak dilakukan

3 FARING

Orofaring

Palatum Simetris merah muda

Arcus faring simetris

Mukosa Merah muda licin

Tonsil

Ukuran T1-T1

Warna Merah muda

Permukaan Licin

Kripte Tidak melebar

Detritus -

Membran -

dll -

Peritonsil Dalam batas normal

Lain-lain -

Status lokalis

Dari hasil pemeriksaan didapatkan benjolan pada leher kanan diameter 5 cm terdapat

pembesaran kelenjar limfe regional

PEMERIKSAAN PENUNJANG

HASIL PA

Kesimpulan

nasofaring = carsinoma tidak terdiferensiasi

RINGKASAN

Anamnesis

Pasien laki laki 42 tahun datang ke poli tht dengan keluhan mata kabur dan nyeri pada

kepala sejak 2 tahun yang lalu RPD (hipertensi dm asma alergi) disangkal RPK disangkal

RSOSEK riwayat perokok berat

Px Fisik

Dari hasil pemeriksaan didapatkan benjolan pada leher kanan diameter 5 cm

terdapat pembesaran kelenjar limfe regional tanda vital dbn

Px Penunjang

Hasil biopsi didapatkan carcinoma tidak terdiferensiasi

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis anatomi - Nasofaring

- Orofaring

- Hipofaring

Diagnosis patologi - Neoplasma jinak ganas

- Trauma

- Radang infeksi non-infeksi

- Degeneratif

DIAGNOSIS

Carsinoma Nasofaring tak berdiferensiasi

T4N1Mx

TERAPI

Non-Medikamentosa Radiotherapy

MedikamentosaAs Mefenamat 3 x 1

Neurotropic

PROGNOSIS

ad Vitam dubia ad malam

ad Functionam dubia ad malam

ad Sanationam dubia ad malam

DASAR TEORI

ANATOMI NASOFARING

Nasofaring berhubungan erat dengan sinus sphenoid fossa nasalis foramen pada

dasar tengkorakTuba eustachius membuka kedalam dinding lateral nasofaringDi antara

tulang rawan mulai dari bagian pertengahan tuba eustachius sampai akhir dinding belakang

adalah fossa Rossen-MullerHistology epitel nasofaring pada orang dewasa memiliki peranan

yang sangat penting dalam penelitianTeori menunujukkan bahwa karsinoma ini dapat

berkembang dalam epitel yang mengalami metaplasia skuamosa Tidak diketahui mengapa

metaplasia ini lebih banyak pada masyarakat kanton dari pada orang kulit putih(1234710)

(Letak anatomis nasofaring(7))

Nasofaring disebut juga dengan epifaringterletak antara basis sphenoid sebagai batas

atas pinggir bawah pallatum molle sebagai batas bawahkoana dan pallatum molle sebagai

batas depan dan verrtebre cervical1-2 serta basis sphenoid sebagai batas belakang

Pada daerah dinding batas belakang atap terletak jaringan limfoid yaitu disebut

dengan tonsil faring atau adenoidPada dinding anterior bagian atas terdapat 2 buah lubang

sebagai muara cavum nasi ke nasofaring yang disebut koana atau nares posteriorDibawah

koana terdapat pallatum molle

Pada dinding lateral kiri dan kanan ditentukan cekungan yaitu muara tuba eusatchius

ke nasofaring dan di belakang torus tobarius ditemukan pada suatu lekukan atau celah yang

disebut fosssa rosenumuller(123)

EPIDEMIOLOGI

Karsinoma nasofaring menjadi penyebab kematian utama pada sebagian besar

populasi di Asia Tenggara di cina selatan karsinoma nasofaring merupakan tumor terbanyak

pada laki-laki dengan insiden rata-rata sekitar 40100000 insiden terbanyak ditemukan di

daerah cina khusus nya di propinsi Kwangtung republic rakyat cina(469)

Pada ras mongoloid kanker nasofaring insidennya cukup tinggi sehingga tidaklah

mengherankan pada penduduk cina bagian selatan kemudian hongkong Vietnam Thailand

Malaysia singapura dan Indonesia banyak ditemukan kasus ini(14)

Selain itu cukup banyak kasus karsinoma nasofaring di yunani afrika bagian utara

seperti aljazair Tunisia pada orang eksimo Alaska dan Greenland penyebabnya diduga

adalah karena memakan makanan yang di awetkan pada musim dingin dengan menggunakan

bahan pengawet nitrosamine(1)

Di Indonesia frekuensi penderita ini hampir merata di setiap daerah seperti Jakarta

ujung pandang Palembang denpasar padang bukit tinggi medan semarang Surabaya dan

lain-lain(1)

(gambar nasopharyng carcinoma pada leher sebelah kanan)

ETIOLOGI

Etiologi karsinoma nasofaring ini masih belum diketahui secara pasti Secara umum

karsinoma nasofaring terjadi sebagai akibat pengaruh genetic dan lingkungan seperti zat

karsinogen dan infeksi virus Epstein-Barr (EBV)(34810)

Hal ini didukung oleh adanya factor genetic yang berhubungan dengan karsinoma

nasofaring yaitu HLA-A2 dan HLA-Bsin2 ( paling banyak ditemukan pada orang daerah

cina selatan tetapi jarang didapatkan pada ras kaukasoid )selain itu telah berhasil

diidentifikasi abnormalitas pada berbagai kromosom termasuk didalamnya kromosom

1234568911131415161722 dan X(4)

Faktor lingkungan dan kultur yang berhubungan dengan karsinoma nasofaring

termasuk didalamnya adalah kebiasaan dari orang kanton yang memakan ikan yang diasinkan

dan mengawetkan makanan dengan bahan pengawet nitrosamine (hal ini telah dikonsumsi

sejak masa kanak-kanak ) Bukti ditemukannya DNA-EBV pada hampir setiap kasus

karsinoma nasofaring menjadikan pegangan bagi para ahli untuk membuat kesimpulan bahwa

keganasan yang terjadi adalah akibat ekspansi pembelahan pada sel yang diakibatkan EBV

Hal ini memberikan indikasi bahwa EBV muncul dalam sel pada saat terjadinya transformasi

sel menjadi ganas dan menunjukkan peranan virus tersebut terhadap perkembangan awal

terjadinya proses keganasan pada nasofaring(34)

GEJALA DAN TANDA-TANDA

Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam tidak ada gejala pasti yang

khusus untuk tumor nasofaring karena tumor primer itu sendiri dalam nasofaring kadang

tidak menimbulkan gejala Tumor nasofaring dapat menimbulkan gejala-gejala hingga

penderita datang berobat keberbagai ahli(4)

Tumor ini menimbulkan gejala bila sudah ada penyebaran

1 Gejala nasofaring (tumor primer )

Asimptomatik

Hidung tumpat

Epistaksis ringan

Untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat kalau perlu dengan

nasofaringoskop Karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah bertumbuh

atau tumor tidak nampak karena masih terdapat dibawah mukosa ( creeping tumor )(1234)

2 Gangguan pada telingapendengaran

Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba

eustachius ( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup Gangguan dapat berupa

Tinitus

Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa

Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )

Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari

bahwa penyebabnya adalah karsinoma nasofaring(124)

3 Gejala mata dan syaraf

Infiltrasi dasar tengkorak

Merupakan gejala karsinoma Penjelasan melalui fenomena laserum akan

mengenai syaraf otak NIII NVI dapat pula ke NV dapat menimbulkan gejala

Diplopia

Juling

Neuralgia terminal(124)

Penderita datang dengan keluhan juling bila melirik kekanan bengkak leher

sebelah kanan sejak dua bulan tidak nyeri Tidak ada keluhan lain Pada pemeriksaan

terdapat masssa kelenjar limfe-3 dan paralysis NVI kanan Biopsy nasofaring

memastikan diagnosis karsinoma dengan penyebaran kelenjar limfe (N3) dan

penyusupan ke dasar tengkorak ( petrosfenoidal )(24)

a Pada pandangan lurus kedepan tampak normal

b Penderita melirik kekanan mata kanan tidak bergerak ke kanan

c Penderita melirik kekiri tidak ada gangguan gerakan bola mata(2)

Infiltrasi para faring

Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar sepanjang dasar

tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen jugularis yaitu NIX

X XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau sensorik pada faring

dan laring(2)

Pembengkakkan leher

Tiga dari empat penderita tumor nasofaring mengalami pembengkakkan pada

leher ini merupakan gejala utama hampir 50 penderitaOleh tumor dalam

nasofaring tidak menimbulkan gejala satu-satunya keluhan penderita ialah

pembengkakkan pada leherMenghadapi penderita demikian maka nasofaring

penderita harus di periksa Sebelum dilakukan biopsy kelenjar leher yang

membesar pada daerah nasofaring yang mencurigakan harus dilakukan biopsy

lebih dahulu(2)

HISTOPATOLOGI

Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya 3 karsinoma (epidermoid) pada nasofering

yaitu

1 Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi

2 Karsinoma tidak berkeratinisasi

3 Karsinoma tidak berderiferenisasi

Semua yang kita kenal selama ini dengan limf epiteloma sel transisionil sel spindle

sel clear anaplastik dan lain-lain dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferenisasi(14)

STADIUM(234)

Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992)

T = Tumor Primer

TO = Tidak tampak tumor

T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateralposterosuperioratap dan lain-

lain)

T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam

rongga nasofaring

T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung atau orofaring

dan sebagainya)

T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau

mengenai syaraf-syaraf otak

TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas

N = Pembesaran kelenjar getah bening

NO = Tidak ada pembesaran

N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan

N2 = Terdapat pembesaran kontrabilateral dan masih dapat digerakkan

N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral kontra lateral maupun bilateral

yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya

M = Metastasis jauh

M1 = Tidak ada metastasis jauh

M2 = Terdapat metastasis jauh

Stadium T Nasofaring M

I T1 N0 M0

II T2 N0 M0

III T1T2T3 N1 M0

T3 N0 M0

IV T4 N0N1 M0

T1T2T3T4 N2N3 M0

T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan

1 Anamnesa

2 Pemeriksaan fisik

3 CT scan

4 Biopsi

5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)

Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah

kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit

ditemukan(14)

Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan

kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)

Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat

dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)

Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam

biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring

kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)

Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan

melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem

bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung

disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring

dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau

memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat

lebih jelas(12345)

Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan

xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka

dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)

TERAPI

Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai

daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi

dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada

karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau

raditerapi sebagai terapi awal(14)

Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum

bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang

diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada

karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan

kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya

kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi

Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV

lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)

KEMOTERAPI

Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan

kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)

1) Kemoterapi tunggal

Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami

rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada

penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU

merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan

terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang

biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan

dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu

Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan

paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)

2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi

Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat

direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di

operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai

dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)

Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol

kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro

metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin

sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan

radioterapi(459)

3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi

Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah

pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi

adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan

saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-

5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan

kemoterapi(458)

4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )

Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan

kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)

5) Brakhiterapi

Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif

didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi

radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan

secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)

6) Stereotactic radiosurgery

Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi

paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di

intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan

pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)

PROGNOSIS

Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor

Stadium I 85

Stadium II 75

Stadium III 45

Stadium IV 10

Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat

ditemukan di tulang paru dan hati(34)

PENCEGAHAN

Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi

Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan

akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat

yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang

tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan

kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA

anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan

karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)

DAFTAR PUSTAKA

1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187

2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997

hal 351-352

3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid

l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396

4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi

Medan 2008 hal 91-107

5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran

EGC Jakarta1997

6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat

Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian

Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Padang

7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta

1989 hal 21-29

8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta

Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-

111

9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41

10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL

httpwwwuptodatecom2002html2002

11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan

Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

  • Kesadaran
  • Compos mentis
  • Auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pre-auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pemeriksaan Luar
  • Rhinoskopi Anterior
  • Rhinoskopi Posterior
  • Orofaring
  • Peritonsil
  • Dalam batas normal
Page 5: CA Nasofaring Edit DT

Orofaring

Palatum Simetris merah muda

Arcus faring simetris

Mukosa Merah muda licin

Tonsil

Ukuran T1-T1

Warna Merah muda

Permukaan Licin

Kripte Tidak melebar

Detritus -

Membran -

dll -

Peritonsil Dalam batas normal

Lain-lain -

Status lokalis

Dari hasil pemeriksaan didapatkan benjolan pada leher kanan diameter 5 cm terdapat

pembesaran kelenjar limfe regional

PEMERIKSAAN PENUNJANG

HASIL PA

Kesimpulan

nasofaring = carsinoma tidak terdiferensiasi

RINGKASAN

Anamnesis

Pasien laki laki 42 tahun datang ke poli tht dengan keluhan mata kabur dan nyeri pada

kepala sejak 2 tahun yang lalu RPD (hipertensi dm asma alergi) disangkal RPK disangkal

RSOSEK riwayat perokok berat

Px Fisik

Dari hasil pemeriksaan didapatkan benjolan pada leher kanan diameter 5 cm

terdapat pembesaran kelenjar limfe regional tanda vital dbn

Px Penunjang

Hasil biopsi didapatkan carcinoma tidak terdiferensiasi

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis anatomi - Nasofaring

- Orofaring

- Hipofaring

Diagnosis patologi - Neoplasma jinak ganas

- Trauma

- Radang infeksi non-infeksi

- Degeneratif

DIAGNOSIS

Carsinoma Nasofaring tak berdiferensiasi

T4N1Mx

TERAPI

Non-Medikamentosa Radiotherapy

MedikamentosaAs Mefenamat 3 x 1

Neurotropic

PROGNOSIS

ad Vitam dubia ad malam

ad Functionam dubia ad malam

ad Sanationam dubia ad malam

DASAR TEORI

ANATOMI NASOFARING

Nasofaring berhubungan erat dengan sinus sphenoid fossa nasalis foramen pada

dasar tengkorakTuba eustachius membuka kedalam dinding lateral nasofaringDi antara

tulang rawan mulai dari bagian pertengahan tuba eustachius sampai akhir dinding belakang

adalah fossa Rossen-MullerHistology epitel nasofaring pada orang dewasa memiliki peranan

yang sangat penting dalam penelitianTeori menunujukkan bahwa karsinoma ini dapat

berkembang dalam epitel yang mengalami metaplasia skuamosa Tidak diketahui mengapa

metaplasia ini lebih banyak pada masyarakat kanton dari pada orang kulit putih(1234710)

(Letak anatomis nasofaring(7))

Nasofaring disebut juga dengan epifaringterletak antara basis sphenoid sebagai batas

atas pinggir bawah pallatum molle sebagai batas bawahkoana dan pallatum molle sebagai

batas depan dan verrtebre cervical1-2 serta basis sphenoid sebagai batas belakang

Pada daerah dinding batas belakang atap terletak jaringan limfoid yaitu disebut

dengan tonsil faring atau adenoidPada dinding anterior bagian atas terdapat 2 buah lubang

sebagai muara cavum nasi ke nasofaring yang disebut koana atau nares posteriorDibawah

koana terdapat pallatum molle

Pada dinding lateral kiri dan kanan ditentukan cekungan yaitu muara tuba eusatchius

ke nasofaring dan di belakang torus tobarius ditemukan pada suatu lekukan atau celah yang

disebut fosssa rosenumuller(123)

EPIDEMIOLOGI

Karsinoma nasofaring menjadi penyebab kematian utama pada sebagian besar

populasi di Asia Tenggara di cina selatan karsinoma nasofaring merupakan tumor terbanyak

pada laki-laki dengan insiden rata-rata sekitar 40100000 insiden terbanyak ditemukan di

daerah cina khusus nya di propinsi Kwangtung republic rakyat cina(469)

Pada ras mongoloid kanker nasofaring insidennya cukup tinggi sehingga tidaklah

mengherankan pada penduduk cina bagian selatan kemudian hongkong Vietnam Thailand

Malaysia singapura dan Indonesia banyak ditemukan kasus ini(14)

Selain itu cukup banyak kasus karsinoma nasofaring di yunani afrika bagian utara

seperti aljazair Tunisia pada orang eksimo Alaska dan Greenland penyebabnya diduga

adalah karena memakan makanan yang di awetkan pada musim dingin dengan menggunakan

bahan pengawet nitrosamine(1)

Di Indonesia frekuensi penderita ini hampir merata di setiap daerah seperti Jakarta

ujung pandang Palembang denpasar padang bukit tinggi medan semarang Surabaya dan

lain-lain(1)

(gambar nasopharyng carcinoma pada leher sebelah kanan)

ETIOLOGI

Etiologi karsinoma nasofaring ini masih belum diketahui secara pasti Secara umum

karsinoma nasofaring terjadi sebagai akibat pengaruh genetic dan lingkungan seperti zat

karsinogen dan infeksi virus Epstein-Barr (EBV)(34810)

Hal ini didukung oleh adanya factor genetic yang berhubungan dengan karsinoma

nasofaring yaitu HLA-A2 dan HLA-Bsin2 ( paling banyak ditemukan pada orang daerah

cina selatan tetapi jarang didapatkan pada ras kaukasoid )selain itu telah berhasil

diidentifikasi abnormalitas pada berbagai kromosom termasuk didalamnya kromosom

1234568911131415161722 dan X(4)

Faktor lingkungan dan kultur yang berhubungan dengan karsinoma nasofaring

termasuk didalamnya adalah kebiasaan dari orang kanton yang memakan ikan yang diasinkan

dan mengawetkan makanan dengan bahan pengawet nitrosamine (hal ini telah dikonsumsi

sejak masa kanak-kanak ) Bukti ditemukannya DNA-EBV pada hampir setiap kasus

karsinoma nasofaring menjadikan pegangan bagi para ahli untuk membuat kesimpulan bahwa

keganasan yang terjadi adalah akibat ekspansi pembelahan pada sel yang diakibatkan EBV

Hal ini memberikan indikasi bahwa EBV muncul dalam sel pada saat terjadinya transformasi

sel menjadi ganas dan menunjukkan peranan virus tersebut terhadap perkembangan awal

terjadinya proses keganasan pada nasofaring(34)

GEJALA DAN TANDA-TANDA

Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam tidak ada gejala pasti yang

khusus untuk tumor nasofaring karena tumor primer itu sendiri dalam nasofaring kadang

tidak menimbulkan gejala Tumor nasofaring dapat menimbulkan gejala-gejala hingga

penderita datang berobat keberbagai ahli(4)

Tumor ini menimbulkan gejala bila sudah ada penyebaran

1 Gejala nasofaring (tumor primer )

Asimptomatik

Hidung tumpat

Epistaksis ringan

Untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat kalau perlu dengan

nasofaringoskop Karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah bertumbuh

atau tumor tidak nampak karena masih terdapat dibawah mukosa ( creeping tumor )(1234)

2 Gangguan pada telingapendengaran

Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba

eustachius ( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup Gangguan dapat berupa

Tinitus

Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa

Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )

Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari

bahwa penyebabnya adalah karsinoma nasofaring(124)

3 Gejala mata dan syaraf

Infiltrasi dasar tengkorak

Merupakan gejala karsinoma Penjelasan melalui fenomena laserum akan

mengenai syaraf otak NIII NVI dapat pula ke NV dapat menimbulkan gejala

Diplopia

Juling

Neuralgia terminal(124)

Penderita datang dengan keluhan juling bila melirik kekanan bengkak leher

sebelah kanan sejak dua bulan tidak nyeri Tidak ada keluhan lain Pada pemeriksaan

terdapat masssa kelenjar limfe-3 dan paralysis NVI kanan Biopsy nasofaring

memastikan diagnosis karsinoma dengan penyebaran kelenjar limfe (N3) dan

penyusupan ke dasar tengkorak ( petrosfenoidal )(24)

a Pada pandangan lurus kedepan tampak normal

b Penderita melirik kekanan mata kanan tidak bergerak ke kanan

c Penderita melirik kekiri tidak ada gangguan gerakan bola mata(2)

Infiltrasi para faring

Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar sepanjang dasar

tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen jugularis yaitu NIX

X XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau sensorik pada faring

dan laring(2)

Pembengkakkan leher

Tiga dari empat penderita tumor nasofaring mengalami pembengkakkan pada

leher ini merupakan gejala utama hampir 50 penderitaOleh tumor dalam

nasofaring tidak menimbulkan gejala satu-satunya keluhan penderita ialah

pembengkakkan pada leherMenghadapi penderita demikian maka nasofaring

penderita harus di periksa Sebelum dilakukan biopsy kelenjar leher yang

membesar pada daerah nasofaring yang mencurigakan harus dilakukan biopsy

lebih dahulu(2)

HISTOPATOLOGI

Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya 3 karsinoma (epidermoid) pada nasofering

yaitu

1 Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi

2 Karsinoma tidak berkeratinisasi

3 Karsinoma tidak berderiferenisasi

Semua yang kita kenal selama ini dengan limf epiteloma sel transisionil sel spindle

sel clear anaplastik dan lain-lain dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferenisasi(14)

STADIUM(234)

Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992)

T = Tumor Primer

TO = Tidak tampak tumor

T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateralposterosuperioratap dan lain-

lain)

T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam

rongga nasofaring

T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung atau orofaring

dan sebagainya)

T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau

mengenai syaraf-syaraf otak

TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas

N = Pembesaran kelenjar getah bening

NO = Tidak ada pembesaran

N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan

N2 = Terdapat pembesaran kontrabilateral dan masih dapat digerakkan

N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral kontra lateral maupun bilateral

yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya

M = Metastasis jauh

M1 = Tidak ada metastasis jauh

M2 = Terdapat metastasis jauh

Stadium T Nasofaring M

I T1 N0 M0

II T2 N0 M0

III T1T2T3 N1 M0

T3 N0 M0

IV T4 N0N1 M0

T1T2T3T4 N2N3 M0

T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan

1 Anamnesa

2 Pemeriksaan fisik

3 CT scan

4 Biopsi

5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)

Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah

kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit

ditemukan(14)

Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan

kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)

Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat

dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)

Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam

biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring

kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)

Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan

melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem

bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung

disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring

dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau

memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat

lebih jelas(12345)

Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan

xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka

dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)

TERAPI

Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai

daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi

dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada

karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau

raditerapi sebagai terapi awal(14)

Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum

bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang

diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada

karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan

kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya

kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi

Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV

lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)

KEMOTERAPI

Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan

kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)

1) Kemoterapi tunggal

Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami

rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada

penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU

merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan

terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang

biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan

dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu

Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan

paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)

2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi

Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat

direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di

operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai

dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)

Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol

kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro

metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin

sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan

radioterapi(459)

3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi

Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah

pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi

adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan

saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-

5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan

kemoterapi(458)

4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )

Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan

kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)

5) Brakhiterapi

Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif

didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi

radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan

secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)

6) Stereotactic radiosurgery

Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi

paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di

intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan

pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)

PROGNOSIS

Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor

Stadium I 85

Stadium II 75

Stadium III 45

Stadium IV 10

Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat

ditemukan di tulang paru dan hati(34)

PENCEGAHAN

Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi

Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan

akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat

yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang

tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan

kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA

anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan

karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)

DAFTAR PUSTAKA

1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187

2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997

hal 351-352

3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid

l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396

4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi

Medan 2008 hal 91-107

5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran

EGC Jakarta1997

6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat

Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian

Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Padang

7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta

1989 hal 21-29

8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta

Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-

111

9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41

10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL

httpwwwuptodatecom2002html2002

11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan

Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

  • Kesadaran
  • Compos mentis
  • Auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pre-auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pemeriksaan Luar
  • Rhinoskopi Anterior
  • Rhinoskopi Posterior
  • Orofaring
  • Peritonsil
  • Dalam batas normal
Page 6: CA Nasofaring Edit DT

Px Fisik

Dari hasil pemeriksaan didapatkan benjolan pada leher kanan diameter 5 cm

terdapat pembesaran kelenjar limfe regional tanda vital dbn

Px Penunjang

Hasil biopsi didapatkan carcinoma tidak terdiferensiasi

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis anatomi - Nasofaring

- Orofaring

- Hipofaring

Diagnosis patologi - Neoplasma jinak ganas

- Trauma

- Radang infeksi non-infeksi

- Degeneratif

DIAGNOSIS

Carsinoma Nasofaring tak berdiferensiasi

T4N1Mx

TERAPI

Non-Medikamentosa Radiotherapy

MedikamentosaAs Mefenamat 3 x 1

Neurotropic

PROGNOSIS

ad Vitam dubia ad malam

ad Functionam dubia ad malam

ad Sanationam dubia ad malam

DASAR TEORI

ANATOMI NASOFARING

Nasofaring berhubungan erat dengan sinus sphenoid fossa nasalis foramen pada

dasar tengkorakTuba eustachius membuka kedalam dinding lateral nasofaringDi antara

tulang rawan mulai dari bagian pertengahan tuba eustachius sampai akhir dinding belakang

adalah fossa Rossen-MullerHistology epitel nasofaring pada orang dewasa memiliki peranan

yang sangat penting dalam penelitianTeori menunujukkan bahwa karsinoma ini dapat

berkembang dalam epitel yang mengalami metaplasia skuamosa Tidak diketahui mengapa

metaplasia ini lebih banyak pada masyarakat kanton dari pada orang kulit putih(1234710)

(Letak anatomis nasofaring(7))

Nasofaring disebut juga dengan epifaringterletak antara basis sphenoid sebagai batas

atas pinggir bawah pallatum molle sebagai batas bawahkoana dan pallatum molle sebagai

batas depan dan verrtebre cervical1-2 serta basis sphenoid sebagai batas belakang

Pada daerah dinding batas belakang atap terletak jaringan limfoid yaitu disebut

dengan tonsil faring atau adenoidPada dinding anterior bagian atas terdapat 2 buah lubang

sebagai muara cavum nasi ke nasofaring yang disebut koana atau nares posteriorDibawah

koana terdapat pallatum molle

Pada dinding lateral kiri dan kanan ditentukan cekungan yaitu muara tuba eusatchius

ke nasofaring dan di belakang torus tobarius ditemukan pada suatu lekukan atau celah yang

disebut fosssa rosenumuller(123)

EPIDEMIOLOGI

Karsinoma nasofaring menjadi penyebab kematian utama pada sebagian besar

populasi di Asia Tenggara di cina selatan karsinoma nasofaring merupakan tumor terbanyak

pada laki-laki dengan insiden rata-rata sekitar 40100000 insiden terbanyak ditemukan di

daerah cina khusus nya di propinsi Kwangtung republic rakyat cina(469)

Pada ras mongoloid kanker nasofaring insidennya cukup tinggi sehingga tidaklah

mengherankan pada penduduk cina bagian selatan kemudian hongkong Vietnam Thailand

Malaysia singapura dan Indonesia banyak ditemukan kasus ini(14)

Selain itu cukup banyak kasus karsinoma nasofaring di yunani afrika bagian utara

seperti aljazair Tunisia pada orang eksimo Alaska dan Greenland penyebabnya diduga

adalah karena memakan makanan yang di awetkan pada musim dingin dengan menggunakan

bahan pengawet nitrosamine(1)

Di Indonesia frekuensi penderita ini hampir merata di setiap daerah seperti Jakarta

ujung pandang Palembang denpasar padang bukit tinggi medan semarang Surabaya dan

lain-lain(1)

(gambar nasopharyng carcinoma pada leher sebelah kanan)

ETIOLOGI

Etiologi karsinoma nasofaring ini masih belum diketahui secara pasti Secara umum

karsinoma nasofaring terjadi sebagai akibat pengaruh genetic dan lingkungan seperti zat

karsinogen dan infeksi virus Epstein-Barr (EBV)(34810)

Hal ini didukung oleh adanya factor genetic yang berhubungan dengan karsinoma

nasofaring yaitu HLA-A2 dan HLA-Bsin2 ( paling banyak ditemukan pada orang daerah

cina selatan tetapi jarang didapatkan pada ras kaukasoid )selain itu telah berhasil

diidentifikasi abnormalitas pada berbagai kromosom termasuk didalamnya kromosom

1234568911131415161722 dan X(4)

Faktor lingkungan dan kultur yang berhubungan dengan karsinoma nasofaring

termasuk didalamnya adalah kebiasaan dari orang kanton yang memakan ikan yang diasinkan

dan mengawetkan makanan dengan bahan pengawet nitrosamine (hal ini telah dikonsumsi

sejak masa kanak-kanak ) Bukti ditemukannya DNA-EBV pada hampir setiap kasus

karsinoma nasofaring menjadikan pegangan bagi para ahli untuk membuat kesimpulan bahwa

keganasan yang terjadi adalah akibat ekspansi pembelahan pada sel yang diakibatkan EBV

Hal ini memberikan indikasi bahwa EBV muncul dalam sel pada saat terjadinya transformasi

sel menjadi ganas dan menunjukkan peranan virus tersebut terhadap perkembangan awal

terjadinya proses keganasan pada nasofaring(34)

GEJALA DAN TANDA-TANDA

Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam tidak ada gejala pasti yang

khusus untuk tumor nasofaring karena tumor primer itu sendiri dalam nasofaring kadang

tidak menimbulkan gejala Tumor nasofaring dapat menimbulkan gejala-gejala hingga

penderita datang berobat keberbagai ahli(4)

Tumor ini menimbulkan gejala bila sudah ada penyebaran

1 Gejala nasofaring (tumor primer )

Asimptomatik

Hidung tumpat

Epistaksis ringan

Untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat kalau perlu dengan

nasofaringoskop Karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah bertumbuh

atau tumor tidak nampak karena masih terdapat dibawah mukosa ( creeping tumor )(1234)

2 Gangguan pada telingapendengaran

Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba

eustachius ( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup Gangguan dapat berupa

Tinitus

Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa

Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )

Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari

bahwa penyebabnya adalah karsinoma nasofaring(124)

3 Gejala mata dan syaraf

Infiltrasi dasar tengkorak

Merupakan gejala karsinoma Penjelasan melalui fenomena laserum akan

mengenai syaraf otak NIII NVI dapat pula ke NV dapat menimbulkan gejala

Diplopia

Juling

Neuralgia terminal(124)

Penderita datang dengan keluhan juling bila melirik kekanan bengkak leher

sebelah kanan sejak dua bulan tidak nyeri Tidak ada keluhan lain Pada pemeriksaan

terdapat masssa kelenjar limfe-3 dan paralysis NVI kanan Biopsy nasofaring

memastikan diagnosis karsinoma dengan penyebaran kelenjar limfe (N3) dan

penyusupan ke dasar tengkorak ( petrosfenoidal )(24)

a Pada pandangan lurus kedepan tampak normal

b Penderita melirik kekanan mata kanan tidak bergerak ke kanan

c Penderita melirik kekiri tidak ada gangguan gerakan bola mata(2)

Infiltrasi para faring

Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar sepanjang dasar

tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen jugularis yaitu NIX

X XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau sensorik pada faring

dan laring(2)

Pembengkakkan leher

Tiga dari empat penderita tumor nasofaring mengalami pembengkakkan pada

leher ini merupakan gejala utama hampir 50 penderitaOleh tumor dalam

nasofaring tidak menimbulkan gejala satu-satunya keluhan penderita ialah

pembengkakkan pada leherMenghadapi penderita demikian maka nasofaring

penderita harus di periksa Sebelum dilakukan biopsy kelenjar leher yang

membesar pada daerah nasofaring yang mencurigakan harus dilakukan biopsy

lebih dahulu(2)

HISTOPATOLOGI

Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya 3 karsinoma (epidermoid) pada nasofering

yaitu

1 Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi

2 Karsinoma tidak berkeratinisasi

3 Karsinoma tidak berderiferenisasi

Semua yang kita kenal selama ini dengan limf epiteloma sel transisionil sel spindle

sel clear anaplastik dan lain-lain dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferenisasi(14)

STADIUM(234)

Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992)

T = Tumor Primer

TO = Tidak tampak tumor

T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateralposterosuperioratap dan lain-

lain)

T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam

rongga nasofaring

T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung atau orofaring

dan sebagainya)

T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau

mengenai syaraf-syaraf otak

TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas

N = Pembesaran kelenjar getah bening

NO = Tidak ada pembesaran

N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan

N2 = Terdapat pembesaran kontrabilateral dan masih dapat digerakkan

N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral kontra lateral maupun bilateral

yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya

M = Metastasis jauh

M1 = Tidak ada metastasis jauh

M2 = Terdapat metastasis jauh

Stadium T Nasofaring M

I T1 N0 M0

II T2 N0 M0

III T1T2T3 N1 M0

T3 N0 M0

IV T4 N0N1 M0

T1T2T3T4 N2N3 M0

T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan

1 Anamnesa

2 Pemeriksaan fisik

3 CT scan

4 Biopsi

5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)

Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah

kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit

ditemukan(14)

Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan

kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)

Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat

dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)

Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam

biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring

kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)

Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan

melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem

bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung

disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring

dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau

memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat

lebih jelas(12345)

Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan

xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka

dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)

TERAPI

Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai

daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi

dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada

karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau

raditerapi sebagai terapi awal(14)

Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum

bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang

diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada

karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan

kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya

kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi

Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV

lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)

KEMOTERAPI

Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan

kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)

1) Kemoterapi tunggal

Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami

rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada

penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU

merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan

terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang

biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan

dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu

Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan

paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)

2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi

Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat

direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di

operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai

dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)

Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol

kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro

metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin

sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan

radioterapi(459)

3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi

Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah

pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi

adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan

saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-

5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan

kemoterapi(458)

4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )

Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan

kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)

5) Brakhiterapi

Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif

didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi

radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan

secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)

6) Stereotactic radiosurgery

Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi

paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di

intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan

pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)

PROGNOSIS

Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor

Stadium I 85

Stadium II 75

Stadium III 45

Stadium IV 10

Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat

ditemukan di tulang paru dan hati(34)

PENCEGAHAN

Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi

Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan

akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat

yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang

tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan

kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA

anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan

karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)

DAFTAR PUSTAKA

1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187

2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997

hal 351-352

3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid

l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396

4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi

Medan 2008 hal 91-107

5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran

EGC Jakarta1997

6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat

Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian

Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Padang

7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta

1989 hal 21-29

8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta

Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-

111

9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41

10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL

httpwwwuptodatecom2002html2002

11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan

Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

  • Kesadaran
  • Compos mentis
  • Auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pre-auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pemeriksaan Luar
  • Rhinoskopi Anterior
  • Rhinoskopi Posterior
  • Orofaring
  • Peritonsil
  • Dalam batas normal
Page 7: CA Nasofaring Edit DT

DASAR TEORI

ANATOMI NASOFARING

Nasofaring berhubungan erat dengan sinus sphenoid fossa nasalis foramen pada

dasar tengkorakTuba eustachius membuka kedalam dinding lateral nasofaringDi antara

tulang rawan mulai dari bagian pertengahan tuba eustachius sampai akhir dinding belakang

adalah fossa Rossen-MullerHistology epitel nasofaring pada orang dewasa memiliki peranan

yang sangat penting dalam penelitianTeori menunujukkan bahwa karsinoma ini dapat

berkembang dalam epitel yang mengalami metaplasia skuamosa Tidak diketahui mengapa

metaplasia ini lebih banyak pada masyarakat kanton dari pada orang kulit putih(1234710)

(Letak anatomis nasofaring(7))

Nasofaring disebut juga dengan epifaringterletak antara basis sphenoid sebagai batas

atas pinggir bawah pallatum molle sebagai batas bawahkoana dan pallatum molle sebagai

batas depan dan verrtebre cervical1-2 serta basis sphenoid sebagai batas belakang

Pada daerah dinding batas belakang atap terletak jaringan limfoid yaitu disebut

dengan tonsil faring atau adenoidPada dinding anterior bagian atas terdapat 2 buah lubang

sebagai muara cavum nasi ke nasofaring yang disebut koana atau nares posteriorDibawah

koana terdapat pallatum molle

Pada dinding lateral kiri dan kanan ditentukan cekungan yaitu muara tuba eusatchius

ke nasofaring dan di belakang torus tobarius ditemukan pada suatu lekukan atau celah yang

disebut fosssa rosenumuller(123)

EPIDEMIOLOGI

Karsinoma nasofaring menjadi penyebab kematian utama pada sebagian besar

populasi di Asia Tenggara di cina selatan karsinoma nasofaring merupakan tumor terbanyak

pada laki-laki dengan insiden rata-rata sekitar 40100000 insiden terbanyak ditemukan di

daerah cina khusus nya di propinsi Kwangtung republic rakyat cina(469)

Pada ras mongoloid kanker nasofaring insidennya cukup tinggi sehingga tidaklah

mengherankan pada penduduk cina bagian selatan kemudian hongkong Vietnam Thailand

Malaysia singapura dan Indonesia banyak ditemukan kasus ini(14)

Selain itu cukup banyak kasus karsinoma nasofaring di yunani afrika bagian utara

seperti aljazair Tunisia pada orang eksimo Alaska dan Greenland penyebabnya diduga

adalah karena memakan makanan yang di awetkan pada musim dingin dengan menggunakan

bahan pengawet nitrosamine(1)

Di Indonesia frekuensi penderita ini hampir merata di setiap daerah seperti Jakarta

ujung pandang Palembang denpasar padang bukit tinggi medan semarang Surabaya dan

lain-lain(1)

(gambar nasopharyng carcinoma pada leher sebelah kanan)

ETIOLOGI

Etiologi karsinoma nasofaring ini masih belum diketahui secara pasti Secara umum

karsinoma nasofaring terjadi sebagai akibat pengaruh genetic dan lingkungan seperti zat

karsinogen dan infeksi virus Epstein-Barr (EBV)(34810)

Hal ini didukung oleh adanya factor genetic yang berhubungan dengan karsinoma

nasofaring yaitu HLA-A2 dan HLA-Bsin2 ( paling banyak ditemukan pada orang daerah

cina selatan tetapi jarang didapatkan pada ras kaukasoid )selain itu telah berhasil

diidentifikasi abnormalitas pada berbagai kromosom termasuk didalamnya kromosom

1234568911131415161722 dan X(4)

Faktor lingkungan dan kultur yang berhubungan dengan karsinoma nasofaring

termasuk didalamnya adalah kebiasaan dari orang kanton yang memakan ikan yang diasinkan

dan mengawetkan makanan dengan bahan pengawet nitrosamine (hal ini telah dikonsumsi

sejak masa kanak-kanak ) Bukti ditemukannya DNA-EBV pada hampir setiap kasus

karsinoma nasofaring menjadikan pegangan bagi para ahli untuk membuat kesimpulan bahwa

keganasan yang terjadi adalah akibat ekspansi pembelahan pada sel yang diakibatkan EBV

Hal ini memberikan indikasi bahwa EBV muncul dalam sel pada saat terjadinya transformasi

sel menjadi ganas dan menunjukkan peranan virus tersebut terhadap perkembangan awal

terjadinya proses keganasan pada nasofaring(34)

GEJALA DAN TANDA-TANDA

Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam tidak ada gejala pasti yang

khusus untuk tumor nasofaring karena tumor primer itu sendiri dalam nasofaring kadang

tidak menimbulkan gejala Tumor nasofaring dapat menimbulkan gejala-gejala hingga

penderita datang berobat keberbagai ahli(4)

Tumor ini menimbulkan gejala bila sudah ada penyebaran

1 Gejala nasofaring (tumor primer )

Asimptomatik

Hidung tumpat

Epistaksis ringan

Untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat kalau perlu dengan

nasofaringoskop Karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah bertumbuh

atau tumor tidak nampak karena masih terdapat dibawah mukosa ( creeping tumor )(1234)

2 Gangguan pada telingapendengaran

Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba

eustachius ( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup Gangguan dapat berupa

Tinitus

Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa

Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )

Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari

bahwa penyebabnya adalah karsinoma nasofaring(124)

3 Gejala mata dan syaraf

Infiltrasi dasar tengkorak

Merupakan gejala karsinoma Penjelasan melalui fenomena laserum akan

mengenai syaraf otak NIII NVI dapat pula ke NV dapat menimbulkan gejala

Diplopia

Juling

Neuralgia terminal(124)

Penderita datang dengan keluhan juling bila melirik kekanan bengkak leher

sebelah kanan sejak dua bulan tidak nyeri Tidak ada keluhan lain Pada pemeriksaan

terdapat masssa kelenjar limfe-3 dan paralysis NVI kanan Biopsy nasofaring

memastikan diagnosis karsinoma dengan penyebaran kelenjar limfe (N3) dan

penyusupan ke dasar tengkorak ( petrosfenoidal )(24)

a Pada pandangan lurus kedepan tampak normal

b Penderita melirik kekanan mata kanan tidak bergerak ke kanan

c Penderita melirik kekiri tidak ada gangguan gerakan bola mata(2)

Infiltrasi para faring

Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar sepanjang dasar

tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen jugularis yaitu NIX

X XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau sensorik pada faring

dan laring(2)

Pembengkakkan leher

Tiga dari empat penderita tumor nasofaring mengalami pembengkakkan pada

leher ini merupakan gejala utama hampir 50 penderitaOleh tumor dalam

nasofaring tidak menimbulkan gejala satu-satunya keluhan penderita ialah

pembengkakkan pada leherMenghadapi penderita demikian maka nasofaring

penderita harus di periksa Sebelum dilakukan biopsy kelenjar leher yang

membesar pada daerah nasofaring yang mencurigakan harus dilakukan biopsy

lebih dahulu(2)

HISTOPATOLOGI

Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya 3 karsinoma (epidermoid) pada nasofering

yaitu

1 Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi

2 Karsinoma tidak berkeratinisasi

3 Karsinoma tidak berderiferenisasi

Semua yang kita kenal selama ini dengan limf epiteloma sel transisionil sel spindle

sel clear anaplastik dan lain-lain dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferenisasi(14)

STADIUM(234)

Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992)

T = Tumor Primer

TO = Tidak tampak tumor

T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateralposterosuperioratap dan lain-

lain)

T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam

rongga nasofaring

T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung atau orofaring

dan sebagainya)

T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau

mengenai syaraf-syaraf otak

TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas

N = Pembesaran kelenjar getah bening

NO = Tidak ada pembesaran

N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan

N2 = Terdapat pembesaran kontrabilateral dan masih dapat digerakkan

N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral kontra lateral maupun bilateral

yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya

M = Metastasis jauh

M1 = Tidak ada metastasis jauh

M2 = Terdapat metastasis jauh

Stadium T Nasofaring M

I T1 N0 M0

II T2 N0 M0

III T1T2T3 N1 M0

T3 N0 M0

IV T4 N0N1 M0

T1T2T3T4 N2N3 M0

T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan

1 Anamnesa

2 Pemeriksaan fisik

3 CT scan

4 Biopsi

5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)

Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah

kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit

ditemukan(14)

Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan

kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)

Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat

dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)

Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam

biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring

kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)

Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan

melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem

bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung

disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring

dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau

memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat

lebih jelas(12345)

Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan

xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka

dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)

TERAPI

Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai

daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi

dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada

karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau

raditerapi sebagai terapi awal(14)

Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum

bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang

diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada

karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan

kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya

kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi

Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV

lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)

KEMOTERAPI

Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan

kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)

1) Kemoterapi tunggal

Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami

rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada

penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU

merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan

terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang

biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan

dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu

Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan

paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)

2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi

Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat

direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di

operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai

dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)

Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol

kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro

metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin

sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan

radioterapi(459)

3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi

Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah

pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi

adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan

saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-

5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan

kemoterapi(458)

4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )

Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan

kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)

5) Brakhiterapi

Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif

didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi

radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan

secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)

6) Stereotactic radiosurgery

Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi

paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di

intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan

pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)

PROGNOSIS

Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor

Stadium I 85

Stadium II 75

Stadium III 45

Stadium IV 10

Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat

ditemukan di tulang paru dan hati(34)

PENCEGAHAN

Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi

Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan

akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat

yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang

tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan

kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA

anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan

karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)

DAFTAR PUSTAKA

1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187

2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997

hal 351-352

3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid

l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396

4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi

Medan 2008 hal 91-107

5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran

EGC Jakarta1997

6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat

Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian

Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Padang

7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta

1989 hal 21-29

8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta

Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-

111

9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41

10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL

httpwwwuptodatecom2002html2002

11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan

Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

  • Kesadaran
  • Compos mentis
  • Auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pre-auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pemeriksaan Luar
  • Rhinoskopi Anterior
  • Rhinoskopi Posterior
  • Orofaring
  • Peritonsil
  • Dalam batas normal
Page 8: CA Nasofaring Edit DT

Pada dinding lateral kiri dan kanan ditentukan cekungan yaitu muara tuba eusatchius

ke nasofaring dan di belakang torus tobarius ditemukan pada suatu lekukan atau celah yang

disebut fosssa rosenumuller(123)

EPIDEMIOLOGI

Karsinoma nasofaring menjadi penyebab kematian utama pada sebagian besar

populasi di Asia Tenggara di cina selatan karsinoma nasofaring merupakan tumor terbanyak

pada laki-laki dengan insiden rata-rata sekitar 40100000 insiden terbanyak ditemukan di

daerah cina khusus nya di propinsi Kwangtung republic rakyat cina(469)

Pada ras mongoloid kanker nasofaring insidennya cukup tinggi sehingga tidaklah

mengherankan pada penduduk cina bagian selatan kemudian hongkong Vietnam Thailand

Malaysia singapura dan Indonesia banyak ditemukan kasus ini(14)

Selain itu cukup banyak kasus karsinoma nasofaring di yunani afrika bagian utara

seperti aljazair Tunisia pada orang eksimo Alaska dan Greenland penyebabnya diduga

adalah karena memakan makanan yang di awetkan pada musim dingin dengan menggunakan

bahan pengawet nitrosamine(1)

Di Indonesia frekuensi penderita ini hampir merata di setiap daerah seperti Jakarta

ujung pandang Palembang denpasar padang bukit tinggi medan semarang Surabaya dan

lain-lain(1)

(gambar nasopharyng carcinoma pada leher sebelah kanan)

ETIOLOGI

Etiologi karsinoma nasofaring ini masih belum diketahui secara pasti Secara umum

karsinoma nasofaring terjadi sebagai akibat pengaruh genetic dan lingkungan seperti zat

karsinogen dan infeksi virus Epstein-Barr (EBV)(34810)

Hal ini didukung oleh adanya factor genetic yang berhubungan dengan karsinoma

nasofaring yaitu HLA-A2 dan HLA-Bsin2 ( paling banyak ditemukan pada orang daerah

cina selatan tetapi jarang didapatkan pada ras kaukasoid )selain itu telah berhasil

diidentifikasi abnormalitas pada berbagai kromosom termasuk didalamnya kromosom

1234568911131415161722 dan X(4)

Faktor lingkungan dan kultur yang berhubungan dengan karsinoma nasofaring

termasuk didalamnya adalah kebiasaan dari orang kanton yang memakan ikan yang diasinkan

dan mengawetkan makanan dengan bahan pengawet nitrosamine (hal ini telah dikonsumsi

sejak masa kanak-kanak ) Bukti ditemukannya DNA-EBV pada hampir setiap kasus

karsinoma nasofaring menjadikan pegangan bagi para ahli untuk membuat kesimpulan bahwa

keganasan yang terjadi adalah akibat ekspansi pembelahan pada sel yang diakibatkan EBV

Hal ini memberikan indikasi bahwa EBV muncul dalam sel pada saat terjadinya transformasi

sel menjadi ganas dan menunjukkan peranan virus tersebut terhadap perkembangan awal

terjadinya proses keganasan pada nasofaring(34)

GEJALA DAN TANDA-TANDA

Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam tidak ada gejala pasti yang

khusus untuk tumor nasofaring karena tumor primer itu sendiri dalam nasofaring kadang

tidak menimbulkan gejala Tumor nasofaring dapat menimbulkan gejala-gejala hingga

penderita datang berobat keberbagai ahli(4)

Tumor ini menimbulkan gejala bila sudah ada penyebaran

1 Gejala nasofaring (tumor primer )

Asimptomatik

Hidung tumpat

Epistaksis ringan

Untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat kalau perlu dengan

nasofaringoskop Karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah bertumbuh

atau tumor tidak nampak karena masih terdapat dibawah mukosa ( creeping tumor )(1234)

2 Gangguan pada telingapendengaran

Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba

eustachius ( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup Gangguan dapat berupa

Tinitus

Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa

Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )

Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari

bahwa penyebabnya adalah karsinoma nasofaring(124)

3 Gejala mata dan syaraf

Infiltrasi dasar tengkorak

Merupakan gejala karsinoma Penjelasan melalui fenomena laserum akan

mengenai syaraf otak NIII NVI dapat pula ke NV dapat menimbulkan gejala

Diplopia

Juling

Neuralgia terminal(124)

Penderita datang dengan keluhan juling bila melirik kekanan bengkak leher

sebelah kanan sejak dua bulan tidak nyeri Tidak ada keluhan lain Pada pemeriksaan

terdapat masssa kelenjar limfe-3 dan paralysis NVI kanan Biopsy nasofaring

memastikan diagnosis karsinoma dengan penyebaran kelenjar limfe (N3) dan

penyusupan ke dasar tengkorak ( petrosfenoidal )(24)

a Pada pandangan lurus kedepan tampak normal

b Penderita melirik kekanan mata kanan tidak bergerak ke kanan

c Penderita melirik kekiri tidak ada gangguan gerakan bola mata(2)

Infiltrasi para faring

Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar sepanjang dasar

tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen jugularis yaitu NIX

X XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau sensorik pada faring

dan laring(2)

Pembengkakkan leher

Tiga dari empat penderita tumor nasofaring mengalami pembengkakkan pada

leher ini merupakan gejala utama hampir 50 penderitaOleh tumor dalam

nasofaring tidak menimbulkan gejala satu-satunya keluhan penderita ialah

pembengkakkan pada leherMenghadapi penderita demikian maka nasofaring

penderita harus di periksa Sebelum dilakukan biopsy kelenjar leher yang

membesar pada daerah nasofaring yang mencurigakan harus dilakukan biopsy

lebih dahulu(2)

HISTOPATOLOGI

Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya 3 karsinoma (epidermoid) pada nasofering

yaitu

1 Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi

2 Karsinoma tidak berkeratinisasi

3 Karsinoma tidak berderiferenisasi

Semua yang kita kenal selama ini dengan limf epiteloma sel transisionil sel spindle

sel clear anaplastik dan lain-lain dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferenisasi(14)

STADIUM(234)

Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992)

T = Tumor Primer

TO = Tidak tampak tumor

T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateralposterosuperioratap dan lain-

lain)

T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam

rongga nasofaring

T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung atau orofaring

dan sebagainya)

T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau

mengenai syaraf-syaraf otak

TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas

N = Pembesaran kelenjar getah bening

NO = Tidak ada pembesaran

N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan

N2 = Terdapat pembesaran kontrabilateral dan masih dapat digerakkan

N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral kontra lateral maupun bilateral

yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya

M = Metastasis jauh

M1 = Tidak ada metastasis jauh

M2 = Terdapat metastasis jauh

Stadium T Nasofaring M

I T1 N0 M0

II T2 N0 M0

III T1T2T3 N1 M0

T3 N0 M0

IV T4 N0N1 M0

T1T2T3T4 N2N3 M0

T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan

1 Anamnesa

2 Pemeriksaan fisik

3 CT scan

4 Biopsi

5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)

Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah

kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit

ditemukan(14)

Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan

kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)

Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat

dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)

Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam

biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring

kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)

Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan

melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem

bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung

disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring

dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau

memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat

lebih jelas(12345)

Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan

xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka

dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)

TERAPI

Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai

daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi

dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada

karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau

raditerapi sebagai terapi awal(14)

Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum

bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang

diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada

karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan

kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya

kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi

Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV

lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)

KEMOTERAPI

Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan

kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)

1) Kemoterapi tunggal

Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami

rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada

penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU

merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan

terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang

biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan

dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu

Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan

paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)

2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi

Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat

direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di

operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai

dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)

Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol

kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro

metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin

sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan

radioterapi(459)

3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi

Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah

pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi

adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan

saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-

5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan

kemoterapi(458)

4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )

Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan

kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)

5) Brakhiterapi

Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif

didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi

radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan

secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)

6) Stereotactic radiosurgery

Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi

paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di

intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan

pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)

PROGNOSIS

Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor

Stadium I 85

Stadium II 75

Stadium III 45

Stadium IV 10

Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat

ditemukan di tulang paru dan hati(34)

PENCEGAHAN

Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi

Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan

akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat

yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang

tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan

kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA

anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan

karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)

DAFTAR PUSTAKA

1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187

2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997

hal 351-352

3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid

l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396

4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi

Medan 2008 hal 91-107

5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran

EGC Jakarta1997

6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat

Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian

Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Padang

7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta

1989 hal 21-29

8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta

Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-

111

9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41

10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL

httpwwwuptodatecom2002html2002

11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan

Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

  • Kesadaran
  • Compos mentis
  • Auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pre-auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pemeriksaan Luar
  • Rhinoskopi Anterior
  • Rhinoskopi Posterior
  • Orofaring
  • Peritonsil
  • Dalam batas normal
Page 9: CA Nasofaring Edit DT

ETIOLOGI

Etiologi karsinoma nasofaring ini masih belum diketahui secara pasti Secara umum

karsinoma nasofaring terjadi sebagai akibat pengaruh genetic dan lingkungan seperti zat

karsinogen dan infeksi virus Epstein-Barr (EBV)(34810)

Hal ini didukung oleh adanya factor genetic yang berhubungan dengan karsinoma

nasofaring yaitu HLA-A2 dan HLA-Bsin2 ( paling banyak ditemukan pada orang daerah

cina selatan tetapi jarang didapatkan pada ras kaukasoid )selain itu telah berhasil

diidentifikasi abnormalitas pada berbagai kromosom termasuk didalamnya kromosom

1234568911131415161722 dan X(4)

Faktor lingkungan dan kultur yang berhubungan dengan karsinoma nasofaring

termasuk didalamnya adalah kebiasaan dari orang kanton yang memakan ikan yang diasinkan

dan mengawetkan makanan dengan bahan pengawet nitrosamine (hal ini telah dikonsumsi

sejak masa kanak-kanak ) Bukti ditemukannya DNA-EBV pada hampir setiap kasus

karsinoma nasofaring menjadikan pegangan bagi para ahli untuk membuat kesimpulan bahwa

keganasan yang terjadi adalah akibat ekspansi pembelahan pada sel yang diakibatkan EBV

Hal ini memberikan indikasi bahwa EBV muncul dalam sel pada saat terjadinya transformasi

sel menjadi ganas dan menunjukkan peranan virus tersebut terhadap perkembangan awal

terjadinya proses keganasan pada nasofaring(34)

GEJALA DAN TANDA-TANDA

Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam tidak ada gejala pasti yang

khusus untuk tumor nasofaring karena tumor primer itu sendiri dalam nasofaring kadang

tidak menimbulkan gejala Tumor nasofaring dapat menimbulkan gejala-gejala hingga

penderita datang berobat keberbagai ahli(4)

Tumor ini menimbulkan gejala bila sudah ada penyebaran

1 Gejala nasofaring (tumor primer )

Asimptomatik

Hidung tumpat

Epistaksis ringan

Untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat kalau perlu dengan

nasofaringoskop Karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah bertumbuh

atau tumor tidak nampak karena masih terdapat dibawah mukosa ( creeping tumor )(1234)

2 Gangguan pada telingapendengaran

Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba

eustachius ( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup Gangguan dapat berupa

Tinitus

Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa

Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )

Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari

bahwa penyebabnya adalah karsinoma nasofaring(124)

3 Gejala mata dan syaraf

Infiltrasi dasar tengkorak

Merupakan gejala karsinoma Penjelasan melalui fenomena laserum akan

mengenai syaraf otak NIII NVI dapat pula ke NV dapat menimbulkan gejala

Diplopia

Juling

Neuralgia terminal(124)

Penderita datang dengan keluhan juling bila melirik kekanan bengkak leher

sebelah kanan sejak dua bulan tidak nyeri Tidak ada keluhan lain Pada pemeriksaan

terdapat masssa kelenjar limfe-3 dan paralysis NVI kanan Biopsy nasofaring

memastikan diagnosis karsinoma dengan penyebaran kelenjar limfe (N3) dan

penyusupan ke dasar tengkorak ( petrosfenoidal )(24)

a Pada pandangan lurus kedepan tampak normal

b Penderita melirik kekanan mata kanan tidak bergerak ke kanan

c Penderita melirik kekiri tidak ada gangguan gerakan bola mata(2)

Infiltrasi para faring

Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar sepanjang dasar

tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen jugularis yaitu NIX

X XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau sensorik pada faring

dan laring(2)

Pembengkakkan leher

Tiga dari empat penderita tumor nasofaring mengalami pembengkakkan pada

leher ini merupakan gejala utama hampir 50 penderitaOleh tumor dalam

nasofaring tidak menimbulkan gejala satu-satunya keluhan penderita ialah

pembengkakkan pada leherMenghadapi penderita demikian maka nasofaring

penderita harus di periksa Sebelum dilakukan biopsy kelenjar leher yang

membesar pada daerah nasofaring yang mencurigakan harus dilakukan biopsy

lebih dahulu(2)

HISTOPATOLOGI

Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya 3 karsinoma (epidermoid) pada nasofering

yaitu

1 Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi

2 Karsinoma tidak berkeratinisasi

3 Karsinoma tidak berderiferenisasi

Semua yang kita kenal selama ini dengan limf epiteloma sel transisionil sel spindle

sel clear anaplastik dan lain-lain dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferenisasi(14)

STADIUM(234)

Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992)

T = Tumor Primer

TO = Tidak tampak tumor

T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateralposterosuperioratap dan lain-

lain)

T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam

rongga nasofaring

T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung atau orofaring

dan sebagainya)

T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau

mengenai syaraf-syaraf otak

TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas

N = Pembesaran kelenjar getah bening

NO = Tidak ada pembesaran

N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan

N2 = Terdapat pembesaran kontrabilateral dan masih dapat digerakkan

N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral kontra lateral maupun bilateral

yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya

M = Metastasis jauh

M1 = Tidak ada metastasis jauh

M2 = Terdapat metastasis jauh

Stadium T Nasofaring M

I T1 N0 M0

II T2 N0 M0

III T1T2T3 N1 M0

T3 N0 M0

IV T4 N0N1 M0

T1T2T3T4 N2N3 M0

T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan

1 Anamnesa

2 Pemeriksaan fisik

3 CT scan

4 Biopsi

5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)

Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah

kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit

ditemukan(14)

Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan

kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)

Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat

dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)

Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam

biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring

kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)

Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan

melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem

bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung

disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring

dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau

memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat

lebih jelas(12345)

Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan

xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka

dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)

TERAPI

Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai

daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi

dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada

karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau

raditerapi sebagai terapi awal(14)

Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum

bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang

diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada

karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan

kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya

kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi

Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV

lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)

KEMOTERAPI

Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan

kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)

1) Kemoterapi tunggal

Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami

rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada

penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU

merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan

terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang

biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan

dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu

Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan

paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)

2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi

Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat

direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di

operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai

dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)

Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol

kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro

metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin

sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan

radioterapi(459)

3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi

Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah

pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi

adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan

saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-

5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan

kemoterapi(458)

4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )

Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan

kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)

5) Brakhiterapi

Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif

didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi

radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan

secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)

6) Stereotactic radiosurgery

Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi

paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di

intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan

pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)

PROGNOSIS

Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor

Stadium I 85

Stadium II 75

Stadium III 45

Stadium IV 10

Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat

ditemukan di tulang paru dan hati(34)

PENCEGAHAN

Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi

Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan

akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat

yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang

tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan

kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA

anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan

karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)

DAFTAR PUSTAKA

1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187

2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997

hal 351-352

3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid

l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396

4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi

Medan 2008 hal 91-107

5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran

EGC Jakarta1997

6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat

Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian

Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Padang

7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta

1989 hal 21-29

8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta

Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-

111

9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41

10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL

httpwwwuptodatecom2002html2002

11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan

Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

  • Kesadaran
  • Compos mentis
  • Auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pre-auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pemeriksaan Luar
  • Rhinoskopi Anterior
  • Rhinoskopi Posterior
  • Orofaring
  • Peritonsil
  • Dalam batas normal
Page 10: CA Nasofaring Edit DT

1 Gejala nasofaring (tumor primer )

Asimptomatik

Hidung tumpat

Epistaksis ringan

Untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat kalau perlu dengan

nasofaringoskop Karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah bertumbuh

atau tumor tidak nampak karena masih terdapat dibawah mukosa ( creeping tumor )(1234)

2 Gangguan pada telingapendengaran

Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba

eustachius ( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup Gangguan dapat berupa

Tinitus

Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa

Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )

Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari

bahwa penyebabnya adalah karsinoma nasofaring(124)

3 Gejala mata dan syaraf

Infiltrasi dasar tengkorak

Merupakan gejala karsinoma Penjelasan melalui fenomena laserum akan

mengenai syaraf otak NIII NVI dapat pula ke NV dapat menimbulkan gejala

Diplopia

Juling

Neuralgia terminal(124)

Penderita datang dengan keluhan juling bila melirik kekanan bengkak leher

sebelah kanan sejak dua bulan tidak nyeri Tidak ada keluhan lain Pada pemeriksaan

terdapat masssa kelenjar limfe-3 dan paralysis NVI kanan Biopsy nasofaring

memastikan diagnosis karsinoma dengan penyebaran kelenjar limfe (N3) dan

penyusupan ke dasar tengkorak ( petrosfenoidal )(24)

a Pada pandangan lurus kedepan tampak normal

b Penderita melirik kekanan mata kanan tidak bergerak ke kanan

c Penderita melirik kekiri tidak ada gangguan gerakan bola mata(2)

Infiltrasi para faring

Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar sepanjang dasar

tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen jugularis yaitu NIX

X XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau sensorik pada faring

dan laring(2)

Pembengkakkan leher

Tiga dari empat penderita tumor nasofaring mengalami pembengkakkan pada

leher ini merupakan gejala utama hampir 50 penderitaOleh tumor dalam

nasofaring tidak menimbulkan gejala satu-satunya keluhan penderita ialah

pembengkakkan pada leherMenghadapi penderita demikian maka nasofaring

penderita harus di periksa Sebelum dilakukan biopsy kelenjar leher yang

membesar pada daerah nasofaring yang mencurigakan harus dilakukan biopsy

lebih dahulu(2)

HISTOPATOLOGI

Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya 3 karsinoma (epidermoid) pada nasofering

yaitu

1 Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi

2 Karsinoma tidak berkeratinisasi

3 Karsinoma tidak berderiferenisasi

Semua yang kita kenal selama ini dengan limf epiteloma sel transisionil sel spindle

sel clear anaplastik dan lain-lain dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferenisasi(14)

STADIUM(234)

Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992)

T = Tumor Primer

TO = Tidak tampak tumor

T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateralposterosuperioratap dan lain-

lain)

T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam

rongga nasofaring

T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung atau orofaring

dan sebagainya)

T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau

mengenai syaraf-syaraf otak

TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas

N = Pembesaran kelenjar getah bening

NO = Tidak ada pembesaran

N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan

N2 = Terdapat pembesaran kontrabilateral dan masih dapat digerakkan

N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral kontra lateral maupun bilateral

yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya

M = Metastasis jauh

M1 = Tidak ada metastasis jauh

M2 = Terdapat metastasis jauh

Stadium T Nasofaring M

I T1 N0 M0

II T2 N0 M0

III T1T2T3 N1 M0

T3 N0 M0

IV T4 N0N1 M0

T1T2T3T4 N2N3 M0

T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan

1 Anamnesa

2 Pemeriksaan fisik

3 CT scan

4 Biopsi

5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)

Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah

kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit

ditemukan(14)

Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan

kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)

Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat

dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)

Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam

biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring

kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)

Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan

melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem

bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung

disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring

dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau

memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat

lebih jelas(12345)

Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan

xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka

dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)

TERAPI

Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai

daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi

dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada

karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau

raditerapi sebagai terapi awal(14)

Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum

bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang

diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada

karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan

kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya

kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi

Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV

lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)

KEMOTERAPI

Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan

kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)

1) Kemoterapi tunggal

Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami

rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada

penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU

merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan

terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang

biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan

dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu

Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan

paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)

2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi

Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat

direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di

operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai

dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)

Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol

kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro

metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin

sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan

radioterapi(459)

3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi

Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah

pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi

adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan

saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-

5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan

kemoterapi(458)

4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )

Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan

kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)

5) Brakhiterapi

Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif

didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi

radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan

secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)

6) Stereotactic radiosurgery

Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi

paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di

intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan

pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)

PROGNOSIS

Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor

Stadium I 85

Stadium II 75

Stadium III 45

Stadium IV 10

Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat

ditemukan di tulang paru dan hati(34)

PENCEGAHAN

Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi

Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan

akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat

yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang

tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan

kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA

anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan

karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)

DAFTAR PUSTAKA

1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187

2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997

hal 351-352

3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid

l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396

4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi

Medan 2008 hal 91-107

5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran

EGC Jakarta1997

6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat

Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian

Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Padang

7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta

1989 hal 21-29

8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta

Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-

111

9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41

10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL

httpwwwuptodatecom2002html2002

11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan

Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

  • Kesadaran
  • Compos mentis
  • Auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pre-auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pemeriksaan Luar
  • Rhinoskopi Anterior
  • Rhinoskopi Posterior
  • Orofaring
  • Peritonsil
  • Dalam batas normal
Page 11: CA Nasofaring Edit DT

b Penderita melirik kekanan mata kanan tidak bergerak ke kanan

c Penderita melirik kekiri tidak ada gangguan gerakan bola mata(2)

Infiltrasi para faring

Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar sepanjang dasar

tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen jugularis yaitu NIX

X XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau sensorik pada faring

dan laring(2)

Pembengkakkan leher

Tiga dari empat penderita tumor nasofaring mengalami pembengkakkan pada

leher ini merupakan gejala utama hampir 50 penderitaOleh tumor dalam

nasofaring tidak menimbulkan gejala satu-satunya keluhan penderita ialah

pembengkakkan pada leherMenghadapi penderita demikian maka nasofaring

penderita harus di periksa Sebelum dilakukan biopsy kelenjar leher yang

membesar pada daerah nasofaring yang mencurigakan harus dilakukan biopsy

lebih dahulu(2)

HISTOPATOLOGI

Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya 3 karsinoma (epidermoid) pada nasofering

yaitu

1 Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi

2 Karsinoma tidak berkeratinisasi

3 Karsinoma tidak berderiferenisasi

Semua yang kita kenal selama ini dengan limf epiteloma sel transisionil sel spindle

sel clear anaplastik dan lain-lain dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferenisasi(14)

STADIUM(234)

Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992)

T = Tumor Primer

TO = Tidak tampak tumor

T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateralposterosuperioratap dan lain-

lain)

T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam

rongga nasofaring

T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung atau orofaring

dan sebagainya)

T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau

mengenai syaraf-syaraf otak

TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas

N = Pembesaran kelenjar getah bening

NO = Tidak ada pembesaran

N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan

N2 = Terdapat pembesaran kontrabilateral dan masih dapat digerakkan

N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral kontra lateral maupun bilateral

yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya

M = Metastasis jauh

M1 = Tidak ada metastasis jauh

M2 = Terdapat metastasis jauh

Stadium T Nasofaring M

I T1 N0 M0

II T2 N0 M0

III T1T2T3 N1 M0

T3 N0 M0

IV T4 N0N1 M0

T1T2T3T4 N2N3 M0

T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan

1 Anamnesa

2 Pemeriksaan fisik

3 CT scan

4 Biopsi

5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)

Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah

kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit

ditemukan(14)

Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan

kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)

Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat

dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)

Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam

biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring

kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)

Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan

melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem

bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung

disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring

dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau

memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat

lebih jelas(12345)

Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan

xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka

dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)

TERAPI

Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai

daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi

dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada

karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau

raditerapi sebagai terapi awal(14)

Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum

bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang

diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada

karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan

kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya

kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi

Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV

lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)

KEMOTERAPI

Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan

kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)

1) Kemoterapi tunggal

Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami

rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada

penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU

merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan

terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang

biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan

dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu

Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan

paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)

2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi

Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat

direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di

operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai

dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)

Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol

kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro

metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin

sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan

radioterapi(459)

3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi

Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah

pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi

adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan

saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-

5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan

kemoterapi(458)

4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )

Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan

kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)

5) Brakhiterapi

Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif

didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi

radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan

secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)

6) Stereotactic radiosurgery

Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi

paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di

intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan

pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)

PROGNOSIS

Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor

Stadium I 85

Stadium II 75

Stadium III 45

Stadium IV 10

Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat

ditemukan di tulang paru dan hati(34)

PENCEGAHAN

Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi

Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan

akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat

yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang

tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan

kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA

anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan

karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)

DAFTAR PUSTAKA

1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187

2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997

hal 351-352

3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid

l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396

4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi

Medan 2008 hal 91-107

5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran

EGC Jakarta1997

6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat

Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian

Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Padang

7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta

1989 hal 21-29

8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta

Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-

111

9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41

10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL

httpwwwuptodatecom2002html2002

11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan

Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

  • Kesadaran
  • Compos mentis
  • Auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pre-auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pemeriksaan Luar
  • Rhinoskopi Anterior
  • Rhinoskopi Posterior
  • Orofaring
  • Peritonsil
  • Dalam batas normal
Page 12: CA Nasofaring Edit DT

STADIUM(234)

Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992)

T = Tumor Primer

TO = Tidak tampak tumor

T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateralposterosuperioratap dan lain-

lain)

T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam

rongga nasofaring

T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung atau orofaring

dan sebagainya)

T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau

mengenai syaraf-syaraf otak

TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas

N = Pembesaran kelenjar getah bening

NO = Tidak ada pembesaran

N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan

N2 = Terdapat pembesaran kontrabilateral dan masih dapat digerakkan

N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral kontra lateral maupun bilateral

yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya

M = Metastasis jauh

M1 = Tidak ada metastasis jauh

M2 = Terdapat metastasis jauh

Stadium T Nasofaring M

I T1 N0 M0

II T2 N0 M0

III T1T2T3 N1 M0

T3 N0 M0

IV T4 N0N1 M0

T1T2T3T4 N2N3 M0

T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan

1 Anamnesa

2 Pemeriksaan fisik

3 CT scan

4 Biopsi

5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)

Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah

kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit

ditemukan(14)

Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan

kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)

Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat

dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)

Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam

biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring

kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)

Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan

melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem

bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung

disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring

dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau

memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat

lebih jelas(12345)

Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan

xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka

dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)

TERAPI

Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai

daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi

dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada

karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau

raditerapi sebagai terapi awal(14)

Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum

bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang

diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada

karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan

kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya

kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi

Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV

lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)

KEMOTERAPI

Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan

kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)

1) Kemoterapi tunggal

Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami

rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada

penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU

merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan

terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang

biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan

dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu

Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan

paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)

2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi

Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat

direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di

operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai

dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)

Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol

kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro

metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin

sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan

radioterapi(459)

3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi

Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah

pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi

adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan

saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-

5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan

kemoterapi(458)

4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )

Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan

kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)

5) Brakhiterapi

Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif

didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi

radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan

secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)

6) Stereotactic radiosurgery

Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi

paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di

intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan

pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)

PROGNOSIS

Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor

Stadium I 85

Stadium II 75

Stadium III 45

Stadium IV 10

Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat

ditemukan di tulang paru dan hati(34)

PENCEGAHAN

Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi

Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan

akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat

yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang

tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan

kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA

anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan

karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)

DAFTAR PUSTAKA

1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187

2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997

hal 351-352

3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid

l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396

4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi

Medan 2008 hal 91-107

5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran

EGC Jakarta1997

6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat

Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian

Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Padang

7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta

1989 hal 21-29

8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta

Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-

111

9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41

10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL

httpwwwuptodatecom2002html2002

11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan

Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

  • Kesadaran
  • Compos mentis
  • Auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pre-auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pemeriksaan Luar
  • Rhinoskopi Anterior
  • Rhinoskopi Posterior
  • Orofaring
  • Peritonsil
  • Dalam batas normal
Page 13: CA Nasofaring Edit DT

T1T2T3T4 N2N3 M0

T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan

1 Anamnesa

2 Pemeriksaan fisik

3 CT scan

4 Biopsi

5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)

Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah

kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit

ditemukan(14)

Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan

kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)

Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat

dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)

Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam

biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring

kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)

Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan

melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem

bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung

disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring

dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau

memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat

lebih jelas(12345)

Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan

xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka

dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)

TERAPI

Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai

daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi

dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada

karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau

raditerapi sebagai terapi awal(14)

Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum

bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang

diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada

karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan

kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya

kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi

Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV

lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)

KEMOTERAPI

Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan

kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)

1) Kemoterapi tunggal

Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami

rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada

penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU

merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan

terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang

biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan

dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu

Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan

paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)

2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi

Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat

direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di

operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai

dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)

Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol

kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro

metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin

sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan

radioterapi(459)

3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi

Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah

pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi

adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan

saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-

5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan

kemoterapi(458)

4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )

Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan

kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)

5) Brakhiterapi

Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif

didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi

radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan

secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)

6) Stereotactic radiosurgery

Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi

paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di

intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan

pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)

PROGNOSIS

Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor

Stadium I 85

Stadium II 75

Stadium III 45

Stadium IV 10

Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat

ditemukan di tulang paru dan hati(34)

PENCEGAHAN

Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi

Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan

akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat

yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang

tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan

kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA

anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan

karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)

DAFTAR PUSTAKA

1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187

2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997

hal 351-352

3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid

l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396

4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi

Medan 2008 hal 91-107

5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran

EGC Jakarta1997

6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat

Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian

Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Padang

7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta

1989 hal 21-29

8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta

Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-

111

9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41

10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL

httpwwwuptodatecom2002html2002

11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan

Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

  • Kesadaran
  • Compos mentis
  • Auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pre-auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pemeriksaan Luar
  • Rhinoskopi Anterior
  • Rhinoskopi Posterior
  • Orofaring
  • Peritonsil
  • Dalam batas normal
Page 14: CA Nasofaring Edit DT

Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan

xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka

dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)

TERAPI

Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai

daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi

dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada

karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau

raditerapi sebagai terapi awal(14)

Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum

bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang

diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada

karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan

kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya

kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi

Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV

lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)

KEMOTERAPI

Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan

kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)

1) Kemoterapi tunggal

Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami

rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada

penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU

merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan

terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang

biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan

dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu

Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan

paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)

2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi

Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat

direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di

operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai

dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)

Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol

kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro

metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin

sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan

radioterapi(459)

3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi

Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah

pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi

adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan

saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-

5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan

kemoterapi(458)

4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )

Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan

kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)

5) Brakhiterapi

Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif

didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi

radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan

secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)

6) Stereotactic radiosurgery

Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi

paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di

intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan

pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)

PROGNOSIS

Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor

Stadium I 85

Stadium II 75

Stadium III 45

Stadium IV 10

Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat

ditemukan di tulang paru dan hati(34)

PENCEGAHAN

Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi

Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan

akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat

yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang

tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan

kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA

anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan

karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)

DAFTAR PUSTAKA

1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187

2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997

hal 351-352

3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid

l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396

4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi

Medan 2008 hal 91-107

5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran

EGC Jakarta1997

6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat

Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian

Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Padang

7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta

1989 hal 21-29

8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta

Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-

111

9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41

10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL

httpwwwuptodatecom2002html2002

11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan

Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

  • Kesadaran
  • Compos mentis
  • Auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pre-auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pemeriksaan Luar
  • Rhinoskopi Anterior
  • Rhinoskopi Posterior
  • Orofaring
  • Peritonsil
  • Dalam batas normal
Page 15: CA Nasofaring Edit DT

Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan

paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)

2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi

Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat

direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di

operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai

dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)

Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol

kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro

metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin

sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan

radioterapi(459)

3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi

Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah

pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi

adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan

saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-

5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan

kemoterapi(458)

4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )

Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan

kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)

5) Brakhiterapi

Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif

didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi

radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan

secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)

6) Stereotactic radiosurgery

Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi

paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di

intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan

pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)

PROGNOSIS

Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor

Stadium I 85

Stadium II 75

Stadium III 45

Stadium IV 10

Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat

ditemukan di tulang paru dan hati(34)

PENCEGAHAN

Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi

Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan

akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat

yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang

tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan

kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA

anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan

karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)

DAFTAR PUSTAKA

1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187

2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997

hal 351-352

3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid

l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396

4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi

Medan 2008 hal 91-107

5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran

EGC Jakarta1997

6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat

Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian

Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Padang

7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta

1989 hal 21-29

8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta

Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-

111

9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41

10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL

httpwwwuptodatecom2002html2002

11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan

Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

  • Kesadaran
  • Compos mentis
  • Auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pre-auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pemeriksaan Luar
  • Rhinoskopi Anterior
  • Rhinoskopi Posterior
  • Orofaring
  • Peritonsil
  • Dalam batas normal
Page 16: CA Nasofaring Edit DT

6) Stereotactic radiosurgery

Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi

paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di

intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan

pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)

PROGNOSIS

Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor

Stadium I 85

Stadium II 75

Stadium III 45

Stadium IV 10

Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat

ditemukan di tulang paru dan hati(34)

PENCEGAHAN

Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi

Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan

akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat

yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang

tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan

kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA

anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan

karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)

DAFTAR PUSTAKA

1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187

2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997

hal 351-352

3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid

l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396

4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi

Medan 2008 hal 91-107

5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran

EGC Jakarta1997

6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat

Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian

Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Padang

7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta

1989 hal 21-29

8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta

Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-

111

9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41

10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL

httpwwwuptodatecom2002html2002

11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan

Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

  • Kesadaran
  • Compos mentis
  • Auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pre-auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pemeriksaan Luar
  • Rhinoskopi Anterior
  • Rhinoskopi Posterior
  • Orofaring
  • Peritonsil
  • Dalam batas normal
Page 17: CA Nasofaring Edit DT

1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187

2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997

hal 351-352

3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid

l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396

4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi

Medan 2008 hal 91-107

5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran

EGC Jakarta1997

6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat

Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian

Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Padang

7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta

1989 hal 21-29

8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta

Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-

111

9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41

10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL

httpwwwuptodatecom2002html2002

11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan

Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

  • Kesadaran
  • Compos mentis
  • Auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pre-auricula
  • Kanan
  • Kiri
  • Pemeriksaan Luar
  • Rhinoskopi Anterior
  • Rhinoskopi Posterior
  • Orofaring
  • Peritonsil
  • Dalam batas normal