CA Nasofaring Edit DT
-
Upload
thedidarmawijaya -
Category
Documents
-
view
23 -
download
0
description
Transcript of CA Nasofaring Edit DT
TUTORIAL KLINIK
ANATOMI DAN FISIOLOGI FARING
Pembimbing
dr H Djoko Prasetyo A SpTHT
Oleh
Kamarul Widyawati ( 012085695)
Merin Awu Sari (012085713)
Muzaki Yafi 012075399)
Teuku Nicko R ( 012085791)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2013
REFLEKSI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama Tn M
Jenis kelamin Laki-laki
Umur 42 tahun
Alamat Semarang
Agama Islam
Pekerjaan tidak bekerja
Tanggal berobat 16072013
No RM 258527
ANAMNESIS
Keluhan Utama
nyeri kepala di bagian pelipis kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang awalnya kepoli saraf dengan keluhan nyeri kepala di pelipis kiri sejak 2
tahun yang lalu nyeri kepala membaik bila minum obat tetapi dalam 1 bulan ini nyeri kepala
tidak membaik walaupun sudah minum obat selain itu pasien mengeluh mata kiri tidak bisa
melirik ke arah samping dan sering merasa penglihatannya menjadi ganda Setelah periksa
menurut dokter pasien mengalami kelumpuhan di salah satu saraf matanya dan kemudian di
konsulkan ke poli mataDi poli mata dokter menduga bahwa kelumpuhan saraf tersebut
akibat desakan tumor di daerah tenggorokanKemudian pasien dirujuk ke poli tht
Selain keluhan nyeri kepala dan penglihatannya yang ganda pasien mengatakan
bahwa di leher sebelah kanannya terdapat benjolan sejak 7 tahun yang lalu tidak nyeri tekan
tidak bergerak dan semakin membesar
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi (-) Riwayat DM (-) Riwayat Asma (-) Riwayat Alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini
Riwayat Sosial Ekonomi
Kesan ekonomi cukup
PEMERIKSAAN FISIK
A Status Generalisata
Kesadaran Compos mentis
Aktivitas Normoaktif
Kooperatif Kooperatif
Status Gizi Baik (BB 55 kg)
B Status Lokalis
1 TELINGA
Auricula Kanan Kiri
Oedema - -
Nyeri tragus - -
Nyeri tarik - -
Pre-auricula Kanan Kiri
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Retro auricular
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Canalis externa
Hiperemis - -
Discharge - -
Serumen - -
dll - -
Membran Timpani
Warna Putih mengkilat Putih mengkilat
Refleks cahaya + +
Perforasi - -
dll - -
2 HIDUNG DAN SINUS
Pemeriksaan Luar
Sinus frontalis Kanan Kiri
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Sinus etmoidalis
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Sinus maksilaris
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Rhinoskopi Anterior
Kanan Kiri
Discharge - -
Mukosa Merah muda Merah muda
Konka
Hipertrofi - -
Hiperemia - -
Septum deviasi - -
Tumor - -
dll - -
Rhinoskopi Posterior
Kanan Kiri
Post-nasal drip Tidak dilakukan
Konka superior Tidak dilakukan
Torus tubarius Tidak dilakukan
Fossa Rossenmuller Tidak dilakukan
3 FARING
Orofaring
Palatum Simetris merah muda
Arcus faring simetris
Mukosa Merah muda licin
Tonsil
Ukuran T1-T1
Warna Merah muda
Permukaan Licin
Kripte Tidak melebar
Detritus -
Membran -
dll -
Peritonsil Dalam batas normal
Lain-lain -
Status lokalis
Dari hasil pemeriksaan didapatkan benjolan pada leher kanan diameter 5 cm terdapat
pembesaran kelenjar limfe regional
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HASIL PA
Kesimpulan
nasofaring = carsinoma tidak terdiferensiasi
RINGKASAN
Anamnesis
Pasien laki laki 42 tahun datang ke poli tht dengan keluhan mata kabur dan nyeri pada
kepala sejak 2 tahun yang lalu RPD (hipertensi dm asma alergi) disangkal RPK disangkal
RSOSEK riwayat perokok berat
Px Fisik
Dari hasil pemeriksaan didapatkan benjolan pada leher kanan diameter 5 cm
terdapat pembesaran kelenjar limfe regional tanda vital dbn
Px Penunjang
Hasil biopsi didapatkan carcinoma tidak terdiferensiasi
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis anatomi - Nasofaring
- Orofaring
- Hipofaring
Diagnosis patologi - Neoplasma jinak ganas
- Trauma
- Radang infeksi non-infeksi
- Degeneratif
DIAGNOSIS
Carsinoma Nasofaring tak berdiferensiasi
T4N1Mx
TERAPI
Non-Medikamentosa Radiotherapy
MedikamentosaAs Mefenamat 3 x 1
Neurotropic
PROGNOSIS
ad Vitam dubia ad malam
ad Functionam dubia ad malam
ad Sanationam dubia ad malam
DASAR TEORI
ANATOMI NASOFARING
Nasofaring berhubungan erat dengan sinus sphenoid fossa nasalis foramen pada
dasar tengkorakTuba eustachius membuka kedalam dinding lateral nasofaringDi antara
tulang rawan mulai dari bagian pertengahan tuba eustachius sampai akhir dinding belakang
adalah fossa Rossen-MullerHistology epitel nasofaring pada orang dewasa memiliki peranan
yang sangat penting dalam penelitianTeori menunujukkan bahwa karsinoma ini dapat
berkembang dalam epitel yang mengalami metaplasia skuamosa Tidak diketahui mengapa
metaplasia ini lebih banyak pada masyarakat kanton dari pada orang kulit putih(1234710)
(Letak anatomis nasofaring(7))
Nasofaring disebut juga dengan epifaringterletak antara basis sphenoid sebagai batas
atas pinggir bawah pallatum molle sebagai batas bawahkoana dan pallatum molle sebagai
batas depan dan verrtebre cervical1-2 serta basis sphenoid sebagai batas belakang
Pada daerah dinding batas belakang atap terletak jaringan limfoid yaitu disebut
dengan tonsil faring atau adenoidPada dinding anterior bagian atas terdapat 2 buah lubang
sebagai muara cavum nasi ke nasofaring yang disebut koana atau nares posteriorDibawah
koana terdapat pallatum molle
Pada dinding lateral kiri dan kanan ditentukan cekungan yaitu muara tuba eusatchius
ke nasofaring dan di belakang torus tobarius ditemukan pada suatu lekukan atau celah yang
disebut fosssa rosenumuller(123)
EPIDEMIOLOGI
Karsinoma nasofaring menjadi penyebab kematian utama pada sebagian besar
populasi di Asia Tenggara di cina selatan karsinoma nasofaring merupakan tumor terbanyak
pada laki-laki dengan insiden rata-rata sekitar 40100000 insiden terbanyak ditemukan di
daerah cina khusus nya di propinsi Kwangtung republic rakyat cina(469)
Pada ras mongoloid kanker nasofaring insidennya cukup tinggi sehingga tidaklah
mengherankan pada penduduk cina bagian selatan kemudian hongkong Vietnam Thailand
Malaysia singapura dan Indonesia banyak ditemukan kasus ini(14)
Selain itu cukup banyak kasus karsinoma nasofaring di yunani afrika bagian utara
seperti aljazair Tunisia pada orang eksimo Alaska dan Greenland penyebabnya diduga
adalah karena memakan makanan yang di awetkan pada musim dingin dengan menggunakan
bahan pengawet nitrosamine(1)
Di Indonesia frekuensi penderita ini hampir merata di setiap daerah seperti Jakarta
ujung pandang Palembang denpasar padang bukit tinggi medan semarang Surabaya dan
lain-lain(1)
(gambar nasopharyng carcinoma pada leher sebelah kanan)
ETIOLOGI
Etiologi karsinoma nasofaring ini masih belum diketahui secara pasti Secara umum
karsinoma nasofaring terjadi sebagai akibat pengaruh genetic dan lingkungan seperti zat
karsinogen dan infeksi virus Epstein-Barr (EBV)(34810)
Hal ini didukung oleh adanya factor genetic yang berhubungan dengan karsinoma
nasofaring yaitu HLA-A2 dan HLA-Bsin2 ( paling banyak ditemukan pada orang daerah
cina selatan tetapi jarang didapatkan pada ras kaukasoid )selain itu telah berhasil
diidentifikasi abnormalitas pada berbagai kromosom termasuk didalamnya kromosom
1234568911131415161722 dan X(4)
Faktor lingkungan dan kultur yang berhubungan dengan karsinoma nasofaring
termasuk didalamnya adalah kebiasaan dari orang kanton yang memakan ikan yang diasinkan
dan mengawetkan makanan dengan bahan pengawet nitrosamine (hal ini telah dikonsumsi
sejak masa kanak-kanak ) Bukti ditemukannya DNA-EBV pada hampir setiap kasus
karsinoma nasofaring menjadikan pegangan bagi para ahli untuk membuat kesimpulan bahwa
keganasan yang terjadi adalah akibat ekspansi pembelahan pada sel yang diakibatkan EBV
Hal ini memberikan indikasi bahwa EBV muncul dalam sel pada saat terjadinya transformasi
sel menjadi ganas dan menunjukkan peranan virus tersebut terhadap perkembangan awal
terjadinya proses keganasan pada nasofaring(34)
GEJALA DAN TANDA-TANDA
Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam tidak ada gejala pasti yang
khusus untuk tumor nasofaring karena tumor primer itu sendiri dalam nasofaring kadang
tidak menimbulkan gejala Tumor nasofaring dapat menimbulkan gejala-gejala hingga
penderita datang berobat keberbagai ahli(4)
Tumor ini menimbulkan gejala bila sudah ada penyebaran
1 Gejala nasofaring (tumor primer )
Asimptomatik
Hidung tumpat
Epistaksis ringan
Untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat kalau perlu dengan
nasofaringoskop Karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah bertumbuh
atau tumor tidak nampak karena masih terdapat dibawah mukosa ( creeping tumor )(1234)
2 Gangguan pada telingapendengaran
Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba
eustachius ( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup Gangguan dapat berupa
Tinitus
Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )
Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari
bahwa penyebabnya adalah karsinoma nasofaring(124)
3 Gejala mata dan syaraf
Infiltrasi dasar tengkorak
Merupakan gejala karsinoma Penjelasan melalui fenomena laserum akan
mengenai syaraf otak NIII NVI dapat pula ke NV dapat menimbulkan gejala
Diplopia
Juling
Neuralgia terminal(124)
Penderita datang dengan keluhan juling bila melirik kekanan bengkak leher
sebelah kanan sejak dua bulan tidak nyeri Tidak ada keluhan lain Pada pemeriksaan
terdapat masssa kelenjar limfe-3 dan paralysis NVI kanan Biopsy nasofaring
memastikan diagnosis karsinoma dengan penyebaran kelenjar limfe (N3) dan
penyusupan ke dasar tengkorak ( petrosfenoidal )(24)
a Pada pandangan lurus kedepan tampak normal
b Penderita melirik kekanan mata kanan tidak bergerak ke kanan
c Penderita melirik kekiri tidak ada gangguan gerakan bola mata(2)
Infiltrasi para faring
Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar sepanjang dasar
tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen jugularis yaitu NIX
X XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau sensorik pada faring
dan laring(2)
Pembengkakkan leher
Tiga dari empat penderita tumor nasofaring mengalami pembengkakkan pada
leher ini merupakan gejala utama hampir 50 penderitaOleh tumor dalam
nasofaring tidak menimbulkan gejala satu-satunya keluhan penderita ialah
pembengkakkan pada leherMenghadapi penderita demikian maka nasofaring
penderita harus di periksa Sebelum dilakukan biopsy kelenjar leher yang
membesar pada daerah nasofaring yang mencurigakan harus dilakukan biopsy
lebih dahulu(2)
HISTOPATOLOGI
Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya 3 karsinoma (epidermoid) pada nasofering
yaitu
1 Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi
2 Karsinoma tidak berkeratinisasi
3 Karsinoma tidak berderiferenisasi
Semua yang kita kenal selama ini dengan limf epiteloma sel transisionil sel spindle
sel clear anaplastik dan lain-lain dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferenisasi(14)
STADIUM(234)
Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992)
T = Tumor Primer
TO = Tidak tampak tumor
T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateralposterosuperioratap dan lain-
lain)
T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam
rongga nasofaring
T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung atau orofaring
dan sebagainya)
T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau
mengenai syaraf-syaraf otak
TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas
N = Pembesaran kelenjar getah bening
NO = Tidak ada pembesaran
N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan
N2 = Terdapat pembesaran kontrabilateral dan masih dapat digerakkan
N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral kontra lateral maupun bilateral
yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya
M = Metastasis jauh
M1 = Tidak ada metastasis jauh
M2 = Terdapat metastasis jauh
Stadium T Nasofaring M
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III T1T2T3 N1 M0
T3 N0 M0
IV T4 N0N1 M0
T1T2T3T4 N2N3 M0
T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
1 Anamnesa
2 Pemeriksaan fisik
3 CT scan
4 Biopsi
5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)
Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah
kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit
ditemukan(14)
Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan
kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)
Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat
dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)
Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam
biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring
kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)
Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan
melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem
bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung
disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring
dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau
memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat
lebih jelas(12345)
Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan
xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka
dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)
TERAPI
Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai
daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi
dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada
karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau
raditerapi sebagai terapi awal(14)
Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum
bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang
diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada
karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan
kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya
kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi
Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV
lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)
KEMOTERAPI
Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan
kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)
1) Kemoterapi tunggal
Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami
rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada
penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU
merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan
terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang
biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan
dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu
Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan
paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)
2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi
Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat
direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di
operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai
dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol
kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro
metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin
sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan
radioterapi(459)
3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi
Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah
pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi
adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan
saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-
5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan
kemoterapi(458)
4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )
Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan
kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)
5) Brakhiterapi
Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif
didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi
radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan
secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)
6) Stereotactic radiosurgery
Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi
paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di
intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan
pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)
PROGNOSIS
Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor
Stadium I 85
Stadium II 75
Stadium III 45
Stadium IV 10
Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat
ditemukan di tulang paru dan hati(34)
PENCEGAHAN
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi
Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan
akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat
yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang
tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA
anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan
karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)
DAFTAR PUSTAKA
1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187
2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997
hal 351-352
3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid
l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396
4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi
Medan 2008 hal 91-107
5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran
EGC Jakarta1997
6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat
Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian
Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta
1989 hal 21-29
8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-
111
9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41
10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL
httpwwwuptodatecom2002html2002
11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan
Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
- Kesadaran
- Compos mentis
- Auricula
- Kanan
- Kiri
- Pre-auricula
- Kanan
- Kiri
- Pemeriksaan Luar
- Rhinoskopi Anterior
- Rhinoskopi Posterior
- Orofaring
- Peritonsil
- Dalam batas normal
-
REFLEKSI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama Tn M
Jenis kelamin Laki-laki
Umur 42 tahun
Alamat Semarang
Agama Islam
Pekerjaan tidak bekerja
Tanggal berobat 16072013
No RM 258527
ANAMNESIS
Keluhan Utama
nyeri kepala di bagian pelipis kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang awalnya kepoli saraf dengan keluhan nyeri kepala di pelipis kiri sejak 2
tahun yang lalu nyeri kepala membaik bila minum obat tetapi dalam 1 bulan ini nyeri kepala
tidak membaik walaupun sudah minum obat selain itu pasien mengeluh mata kiri tidak bisa
melirik ke arah samping dan sering merasa penglihatannya menjadi ganda Setelah periksa
menurut dokter pasien mengalami kelumpuhan di salah satu saraf matanya dan kemudian di
konsulkan ke poli mataDi poli mata dokter menduga bahwa kelumpuhan saraf tersebut
akibat desakan tumor di daerah tenggorokanKemudian pasien dirujuk ke poli tht
Selain keluhan nyeri kepala dan penglihatannya yang ganda pasien mengatakan
bahwa di leher sebelah kanannya terdapat benjolan sejak 7 tahun yang lalu tidak nyeri tekan
tidak bergerak dan semakin membesar
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi (-) Riwayat DM (-) Riwayat Asma (-) Riwayat Alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini
Riwayat Sosial Ekonomi
Kesan ekonomi cukup
PEMERIKSAAN FISIK
A Status Generalisata
Kesadaran Compos mentis
Aktivitas Normoaktif
Kooperatif Kooperatif
Status Gizi Baik (BB 55 kg)
B Status Lokalis
1 TELINGA
Auricula Kanan Kiri
Oedema - -
Nyeri tragus - -
Nyeri tarik - -
Pre-auricula Kanan Kiri
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Retro auricular
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Canalis externa
Hiperemis - -
Discharge - -
Serumen - -
dll - -
Membran Timpani
Warna Putih mengkilat Putih mengkilat
Refleks cahaya + +
Perforasi - -
dll - -
2 HIDUNG DAN SINUS
Pemeriksaan Luar
Sinus frontalis Kanan Kiri
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Sinus etmoidalis
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Sinus maksilaris
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Rhinoskopi Anterior
Kanan Kiri
Discharge - -
Mukosa Merah muda Merah muda
Konka
Hipertrofi - -
Hiperemia - -
Septum deviasi - -
Tumor - -
dll - -
Rhinoskopi Posterior
Kanan Kiri
Post-nasal drip Tidak dilakukan
Konka superior Tidak dilakukan
Torus tubarius Tidak dilakukan
Fossa Rossenmuller Tidak dilakukan
3 FARING
Orofaring
Palatum Simetris merah muda
Arcus faring simetris
Mukosa Merah muda licin
Tonsil
Ukuran T1-T1
Warna Merah muda
Permukaan Licin
Kripte Tidak melebar
Detritus -
Membran -
dll -
Peritonsil Dalam batas normal
Lain-lain -
Status lokalis
Dari hasil pemeriksaan didapatkan benjolan pada leher kanan diameter 5 cm terdapat
pembesaran kelenjar limfe regional
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HASIL PA
Kesimpulan
nasofaring = carsinoma tidak terdiferensiasi
RINGKASAN
Anamnesis
Pasien laki laki 42 tahun datang ke poli tht dengan keluhan mata kabur dan nyeri pada
kepala sejak 2 tahun yang lalu RPD (hipertensi dm asma alergi) disangkal RPK disangkal
RSOSEK riwayat perokok berat
Px Fisik
Dari hasil pemeriksaan didapatkan benjolan pada leher kanan diameter 5 cm
terdapat pembesaran kelenjar limfe regional tanda vital dbn
Px Penunjang
Hasil biopsi didapatkan carcinoma tidak terdiferensiasi
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis anatomi - Nasofaring
- Orofaring
- Hipofaring
Diagnosis patologi - Neoplasma jinak ganas
- Trauma
- Radang infeksi non-infeksi
- Degeneratif
DIAGNOSIS
Carsinoma Nasofaring tak berdiferensiasi
T4N1Mx
TERAPI
Non-Medikamentosa Radiotherapy
MedikamentosaAs Mefenamat 3 x 1
Neurotropic
PROGNOSIS
ad Vitam dubia ad malam
ad Functionam dubia ad malam
ad Sanationam dubia ad malam
DASAR TEORI
ANATOMI NASOFARING
Nasofaring berhubungan erat dengan sinus sphenoid fossa nasalis foramen pada
dasar tengkorakTuba eustachius membuka kedalam dinding lateral nasofaringDi antara
tulang rawan mulai dari bagian pertengahan tuba eustachius sampai akhir dinding belakang
adalah fossa Rossen-MullerHistology epitel nasofaring pada orang dewasa memiliki peranan
yang sangat penting dalam penelitianTeori menunujukkan bahwa karsinoma ini dapat
berkembang dalam epitel yang mengalami metaplasia skuamosa Tidak diketahui mengapa
metaplasia ini lebih banyak pada masyarakat kanton dari pada orang kulit putih(1234710)
(Letak anatomis nasofaring(7))
Nasofaring disebut juga dengan epifaringterletak antara basis sphenoid sebagai batas
atas pinggir bawah pallatum molle sebagai batas bawahkoana dan pallatum molle sebagai
batas depan dan verrtebre cervical1-2 serta basis sphenoid sebagai batas belakang
Pada daerah dinding batas belakang atap terletak jaringan limfoid yaitu disebut
dengan tonsil faring atau adenoidPada dinding anterior bagian atas terdapat 2 buah lubang
sebagai muara cavum nasi ke nasofaring yang disebut koana atau nares posteriorDibawah
koana terdapat pallatum molle
Pada dinding lateral kiri dan kanan ditentukan cekungan yaitu muara tuba eusatchius
ke nasofaring dan di belakang torus tobarius ditemukan pada suatu lekukan atau celah yang
disebut fosssa rosenumuller(123)
EPIDEMIOLOGI
Karsinoma nasofaring menjadi penyebab kematian utama pada sebagian besar
populasi di Asia Tenggara di cina selatan karsinoma nasofaring merupakan tumor terbanyak
pada laki-laki dengan insiden rata-rata sekitar 40100000 insiden terbanyak ditemukan di
daerah cina khusus nya di propinsi Kwangtung republic rakyat cina(469)
Pada ras mongoloid kanker nasofaring insidennya cukup tinggi sehingga tidaklah
mengherankan pada penduduk cina bagian selatan kemudian hongkong Vietnam Thailand
Malaysia singapura dan Indonesia banyak ditemukan kasus ini(14)
Selain itu cukup banyak kasus karsinoma nasofaring di yunani afrika bagian utara
seperti aljazair Tunisia pada orang eksimo Alaska dan Greenland penyebabnya diduga
adalah karena memakan makanan yang di awetkan pada musim dingin dengan menggunakan
bahan pengawet nitrosamine(1)
Di Indonesia frekuensi penderita ini hampir merata di setiap daerah seperti Jakarta
ujung pandang Palembang denpasar padang bukit tinggi medan semarang Surabaya dan
lain-lain(1)
(gambar nasopharyng carcinoma pada leher sebelah kanan)
ETIOLOGI
Etiologi karsinoma nasofaring ini masih belum diketahui secara pasti Secara umum
karsinoma nasofaring terjadi sebagai akibat pengaruh genetic dan lingkungan seperti zat
karsinogen dan infeksi virus Epstein-Barr (EBV)(34810)
Hal ini didukung oleh adanya factor genetic yang berhubungan dengan karsinoma
nasofaring yaitu HLA-A2 dan HLA-Bsin2 ( paling banyak ditemukan pada orang daerah
cina selatan tetapi jarang didapatkan pada ras kaukasoid )selain itu telah berhasil
diidentifikasi abnormalitas pada berbagai kromosom termasuk didalamnya kromosom
1234568911131415161722 dan X(4)
Faktor lingkungan dan kultur yang berhubungan dengan karsinoma nasofaring
termasuk didalamnya adalah kebiasaan dari orang kanton yang memakan ikan yang diasinkan
dan mengawetkan makanan dengan bahan pengawet nitrosamine (hal ini telah dikonsumsi
sejak masa kanak-kanak ) Bukti ditemukannya DNA-EBV pada hampir setiap kasus
karsinoma nasofaring menjadikan pegangan bagi para ahli untuk membuat kesimpulan bahwa
keganasan yang terjadi adalah akibat ekspansi pembelahan pada sel yang diakibatkan EBV
Hal ini memberikan indikasi bahwa EBV muncul dalam sel pada saat terjadinya transformasi
sel menjadi ganas dan menunjukkan peranan virus tersebut terhadap perkembangan awal
terjadinya proses keganasan pada nasofaring(34)
GEJALA DAN TANDA-TANDA
Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam tidak ada gejala pasti yang
khusus untuk tumor nasofaring karena tumor primer itu sendiri dalam nasofaring kadang
tidak menimbulkan gejala Tumor nasofaring dapat menimbulkan gejala-gejala hingga
penderita datang berobat keberbagai ahli(4)
Tumor ini menimbulkan gejala bila sudah ada penyebaran
1 Gejala nasofaring (tumor primer )
Asimptomatik
Hidung tumpat
Epistaksis ringan
Untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat kalau perlu dengan
nasofaringoskop Karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah bertumbuh
atau tumor tidak nampak karena masih terdapat dibawah mukosa ( creeping tumor )(1234)
2 Gangguan pada telingapendengaran
Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba
eustachius ( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup Gangguan dapat berupa
Tinitus
Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )
Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari
bahwa penyebabnya adalah karsinoma nasofaring(124)
3 Gejala mata dan syaraf
Infiltrasi dasar tengkorak
Merupakan gejala karsinoma Penjelasan melalui fenomena laserum akan
mengenai syaraf otak NIII NVI dapat pula ke NV dapat menimbulkan gejala
Diplopia
Juling
Neuralgia terminal(124)
Penderita datang dengan keluhan juling bila melirik kekanan bengkak leher
sebelah kanan sejak dua bulan tidak nyeri Tidak ada keluhan lain Pada pemeriksaan
terdapat masssa kelenjar limfe-3 dan paralysis NVI kanan Biopsy nasofaring
memastikan diagnosis karsinoma dengan penyebaran kelenjar limfe (N3) dan
penyusupan ke dasar tengkorak ( petrosfenoidal )(24)
a Pada pandangan lurus kedepan tampak normal
b Penderita melirik kekanan mata kanan tidak bergerak ke kanan
c Penderita melirik kekiri tidak ada gangguan gerakan bola mata(2)
Infiltrasi para faring
Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar sepanjang dasar
tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen jugularis yaitu NIX
X XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau sensorik pada faring
dan laring(2)
Pembengkakkan leher
Tiga dari empat penderita tumor nasofaring mengalami pembengkakkan pada
leher ini merupakan gejala utama hampir 50 penderitaOleh tumor dalam
nasofaring tidak menimbulkan gejala satu-satunya keluhan penderita ialah
pembengkakkan pada leherMenghadapi penderita demikian maka nasofaring
penderita harus di periksa Sebelum dilakukan biopsy kelenjar leher yang
membesar pada daerah nasofaring yang mencurigakan harus dilakukan biopsy
lebih dahulu(2)
HISTOPATOLOGI
Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya 3 karsinoma (epidermoid) pada nasofering
yaitu
1 Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi
2 Karsinoma tidak berkeratinisasi
3 Karsinoma tidak berderiferenisasi
Semua yang kita kenal selama ini dengan limf epiteloma sel transisionil sel spindle
sel clear anaplastik dan lain-lain dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferenisasi(14)
STADIUM(234)
Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992)
T = Tumor Primer
TO = Tidak tampak tumor
T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateralposterosuperioratap dan lain-
lain)
T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam
rongga nasofaring
T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung atau orofaring
dan sebagainya)
T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau
mengenai syaraf-syaraf otak
TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas
N = Pembesaran kelenjar getah bening
NO = Tidak ada pembesaran
N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan
N2 = Terdapat pembesaran kontrabilateral dan masih dapat digerakkan
N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral kontra lateral maupun bilateral
yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya
M = Metastasis jauh
M1 = Tidak ada metastasis jauh
M2 = Terdapat metastasis jauh
Stadium T Nasofaring M
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III T1T2T3 N1 M0
T3 N0 M0
IV T4 N0N1 M0
T1T2T3T4 N2N3 M0
T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
1 Anamnesa
2 Pemeriksaan fisik
3 CT scan
4 Biopsi
5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)
Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah
kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit
ditemukan(14)
Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan
kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)
Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat
dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)
Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam
biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring
kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)
Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan
melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem
bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung
disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring
dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau
memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat
lebih jelas(12345)
Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan
xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka
dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)
TERAPI
Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai
daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi
dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada
karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau
raditerapi sebagai terapi awal(14)
Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum
bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang
diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada
karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan
kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya
kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi
Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV
lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)
KEMOTERAPI
Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan
kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)
1) Kemoterapi tunggal
Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami
rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada
penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU
merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan
terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang
biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan
dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu
Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan
paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)
2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi
Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat
direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di
operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai
dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol
kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro
metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin
sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan
radioterapi(459)
3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi
Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah
pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi
adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan
saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-
5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan
kemoterapi(458)
4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )
Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan
kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)
5) Brakhiterapi
Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif
didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi
radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan
secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)
6) Stereotactic radiosurgery
Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi
paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di
intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan
pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)
PROGNOSIS
Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor
Stadium I 85
Stadium II 75
Stadium III 45
Stadium IV 10
Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat
ditemukan di tulang paru dan hati(34)
PENCEGAHAN
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi
Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan
akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat
yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang
tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA
anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan
karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)
DAFTAR PUSTAKA
1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187
2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997
hal 351-352
3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid
l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396
4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi
Medan 2008 hal 91-107
5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran
EGC Jakarta1997
6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat
Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian
Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta
1989 hal 21-29
8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-
111
9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41
10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL
httpwwwuptodatecom2002html2002
11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan
Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
- Kesadaran
- Compos mentis
- Auricula
- Kanan
- Kiri
- Pre-auricula
- Kanan
- Kiri
- Pemeriksaan Luar
- Rhinoskopi Anterior
- Rhinoskopi Posterior
- Orofaring
- Peritonsil
- Dalam batas normal
-
PEMERIKSAAN FISIK
A Status Generalisata
Kesadaran Compos mentis
Aktivitas Normoaktif
Kooperatif Kooperatif
Status Gizi Baik (BB 55 kg)
B Status Lokalis
1 TELINGA
Auricula Kanan Kiri
Oedema - -
Nyeri tragus - -
Nyeri tarik - -
Pre-auricula Kanan Kiri
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Retro auricular
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Canalis externa
Hiperemis - -
Discharge - -
Serumen - -
dll - -
Membran Timpani
Warna Putih mengkilat Putih mengkilat
Refleks cahaya + +
Perforasi - -
dll - -
2 HIDUNG DAN SINUS
Pemeriksaan Luar
Sinus frontalis Kanan Kiri
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Sinus etmoidalis
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Sinus maksilaris
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Rhinoskopi Anterior
Kanan Kiri
Discharge - -
Mukosa Merah muda Merah muda
Konka
Hipertrofi - -
Hiperemia - -
Septum deviasi - -
Tumor - -
dll - -
Rhinoskopi Posterior
Kanan Kiri
Post-nasal drip Tidak dilakukan
Konka superior Tidak dilakukan
Torus tubarius Tidak dilakukan
Fossa Rossenmuller Tidak dilakukan
3 FARING
Orofaring
Palatum Simetris merah muda
Arcus faring simetris
Mukosa Merah muda licin
Tonsil
Ukuran T1-T1
Warna Merah muda
Permukaan Licin
Kripte Tidak melebar
Detritus -
Membran -
dll -
Peritonsil Dalam batas normal
Lain-lain -
Status lokalis
Dari hasil pemeriksaan didapatkan benjolan pada leher kanan diameter 5 cm terdapat
pembesaran kelenjar limfe regional
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HASIL PA
Kesimpulan
nasofaring = carsinoma tidak terdiferensiasi
RINGKASAN
Anamnesis
Pasien laki laki 42 tahun datang ke poli tht dengan keluhan mata kabur dan nyeri pada
kepala sejak 2 tahun yang lalu RPD (hipertensi dm asma alergi) disangkal RPK disangkal
RSOSEK riwayat perokok berat
Px Fisik
Dari hasil pemeriksaan didapatkan benjolan pada leher kanan diameter 5 cm
terdapat pembesaran kelenjar limfe regional tanda vital dbn
Px Penunjang
Hasil biopsi didapatkan carcinoma tidak terdiferensiasi
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis anatomi - Nasofaring
- Orofaring
- Hipofaring
Diagnosis patologi - Neoplasma jinak ganas
- Trauma
- Radang infeksi non-infeksi
- Degeneratif
DIAGNOSIS
Carsinoma Nasofaring tak berdiferensiasi
T4N1Mx
TERAPI
Non-Medikamentosa Radiotherapy
MedikamentosaAs Mefenamat 3 x 1
Neurotropic
PROGNOSIS
ad Vitam dubia ad malam
ad Functionam dubia ad malam
ad Sanationam dubia ad malam
DASAR TEORI
ANATOMI NASOFARING
Nasofaring berhubungan erat dengan sinus sphenoid fossa nasalis foramen pada
dasar tengkorakTuba eustachius membuka kedalam dinding lateral nasofaringDi antara
tulang rawan mulai dari bagian pertengahan tuba eustachius sampai akhir dinding belakang
adalah fossa Rossen-MullerHistology epitel nasofaring pada orang dewasa memiliki peranan
yang sangat penting dalam penelitianTeori menunujukkan bahwa karsinoma ini dapat
berkembang dalam epitel yang mengalami metaplasia skuamosa Tidak diketahui mengapa
metaplasia ini lebih banyak pada masyarakat kanton dari pada orang kulit putih(1234710)
(Letak anatomis nasofaring(7))
Nasofaring disebut juga dengan epifaringterletak antara basis sphenoid sebagai batas
atas pinggir bawah pallatum molle sebagai batas bawahkoana dan pallatum molle sebagai
batas depan dan verrtebre cervical1-2 serta basis sphenoid sebagai batas belakang
Pada daerah dinding batas belakang atap terletak jaringan limfoid yaitu disebut
dengan tonsil faring atau adenoidPada dinding anterior bagian atas terdapat 2 buah lubang
sebagai muara cavum nasi ke nasofaring yang disebut koana atau nares posteriorDibawah
koana terdapat pallatum molle
Pada dinding lateral kiri dan kanan ditentukan cekungan yaitu muara tuba eusatchius
ke nasofaring dan di belakang torus tobarius ditemukan pada suatu lekukan atau celah yang
disebut fosssa rosenumuller(123)
EPIDEMIOLOGI
Karsinoma nasofaring menjadi penyebab kematian utama pada sebagian besar
populasi di Asia Tenggara di cina selatan karsinoma nasofaring merupakan tumor terbanyak
pada laki-laki dengan insiden rata-rata sekitar 40100000 insiden terbanyak ditemukan di
daerah cina khusus nya di propinsi Kwangtung republic rakyat cina(469)
Pada ras mongoloid kanker nasofaring insidennya cukup tinggi sehingga tidaklah
mengherankan pada penduduk cina bagian selatan kemudian hongkong Vietnam Thailand
Malaysia singapura dan Indonesia banyak ditemukan kasus ini(14)
Selain itu cukup banyak kasus karsinoma nasofaring di yunani afrika bagian utara
seperti aljazair Tunisia pada orang eksimo Alaska dan Greenland penyebabnya diduga
adalah karena memakan makanan yang di awetkan pada musim dingin dengan menggunakan
bahan pengawet nitrosamine(1)
Di Indonesia frekuensi penderita ini hampir merata di setiap daerah seperti Jakarta
ujung pandang Palembang denpasar padang bukit tinggi medan semarang Surabaya dan
lain-lain(1)
(gambar nasopharyng carcinoma pada leher sebelah kanan)
ETIOLOGI
Etiologi karsinoma nasofaring ini masih belum diketahui secara pasti Secara umum
karsinoma nasofaring terjadi sebagai akibat pengaruh genetic dan lingkungan seperti zat
karsinogen dan infeksi virus Epstein-Barr (EBV)(34810)
Hal ini didukung oleh adanya factor genetic yang berhubungan dengan karsinoma
nasofaring yaitu HLA-A2 dan HLA-Bsin2 ( paling banyak ditemukan pada orang daerah
cina selatan tetapi jarang didapatkan pada ras kaukasoid )selain itu telah berhasil
diidentifikasi abnormalitas pada berbagai kromosom termasuk didalamnya kromosom
1234568911131415161722 dan X(4)
Faktor lingkungan dan kultur yang berhubungan dengan karsinoma nasofaring
termasuk didalamnya adalah kebiasaan dari orang kanton yang memakan ikan yang diasinkan
dan mengawetkan makanan dengan bahan pengawet nitrosamine (hal ini telah dikonsumsi
sejak masa kanak-kanak ) Bukti ditemukannya DNA-EBV pada hampir setiap kasus
karsinoma nasofaring menjadikan pegangan bagi para ahli untuk membuat kesimpulan bahwa
keganasan yang terjadi adalah akibat ekspansi pembelahan pada sel yang diakibatkan EBV
Hal ini memberikan indikasi bahwa EBV muncul dalam sel pada saat terjadinya transformasi
sel menjadi ganas dan menunjukkan peranan virus tersebut terhadap perkembangan awal
terjadinya proses keganasan pada nasofaring(34)
GEJALA DAN TANDA-TANDA
Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam tidak ada gejala pasti yang
khusus untuk tumor nasofaring karena tumor primer itu sendiri dalam nasofaring kadang
tidak menimbulkan gejala Tumor nasofaring dapat menimbulkan gejala-gejala hingga
penderita datang berobat keberbagai ahli(4)
Tumor ini menimbulkan gejala bila sudah ada penyebaran
1 Gejala nasofaring (tumor primer )
Asimptomatik
Hidung tumpat
Epistaksis ringan
Untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat kalau perlu dengan
nasofaringoskop Karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah bertumbuh
atau tumor tidak nampak karena masih terdapat dibawah mukosa ( creeping tumor )(1234)
2 Gangguan pada telingapendengaran
Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba
eustachius ( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup Gangguan dapat berupa
Tinitus
Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )
Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari
bahwa penyebabnya adalah karsinoma nasofaring(124)
3 Gejala mata dan syaraf
Infiltrasi dasar tengkorak
Merupakan gejala karsinoma Penjelasan melalui fenomena laserum akan
mengenai syaraf otak NIII NVI dapat pula ke NV dapat menimbulkan gejala
Diplopia
Juling
Neuralgia terminal(124)
Penderita datang dengan keluhan juling bila melirik kekanan bengkak leher
sebelah kanan sejak dua bulan tidak nyeri Tidak ada keluhan lain Pada pemeriksaan
terdapat masssa kelenjar limfe-3 dan paralysis NVI kanan Biopsy nasofaring
memastikan diagnosis karsinoma dengan penyebaran kelenjar limfe (N3) dan
penyusupan ke dasar tengkorak ( petrosfenoidal )(24)
a Pada pandangan lurus kedepan tampak normal
b Penderita melirik kekanan mata kanan tidak bergerak ke kanan
c Penderita melirik kekiri tidak ada gangguan gerakan bola mata(2)
Infiltrasi para faring
Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar sepanjang dasar
tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen jugularis yaitu NIX
X XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau sensorik pada faring
dan laring(2)
Pembengkakkan leher
Tiga dari empat penderita tumor nasofaring mengalami pembengkakkan pada
leher ini merupakan gejala utama hampir 50 penderitaOleh tumor dalam
nasofaring tidak menimbulkan gejala satu-satunya keluhan penderita ialah
pembengkakkan pada leherMenghadapi penderita demikian maka nasofaring
penderita harus di periksa Sebelum dilakukan biopsy kelenjar leher yang
membesar pada daerah nasofaring yang mencurigakan harus dilakukan biopsy
lebih dahulu(2)
HISTOPATOLOGI
Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya 3 karsinoma (epidermoid) pada nasofering
yaitu
1 Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi
2 Karsinoma tidak berkeratinisasi
3 Karsinoma tidak berderiferenisasi
Semua yang kita kenal selama ini dengan limf epiteloma sel transisionil sel spindle
sel clear anaplastik dan lain-lain dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferenisasi(14)
STADIUM(234)
Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992)
T = Tumor Primer
TO = Tidak tampak tumor
T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateralposterosuperioratap dan lain-
lain)
T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam
rongga nasofaring
T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung atau orofaring
dan sebagainya)
T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau
mengenai syaraf-syaraf otak
TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas
N = Pembesaran kelenjar getah bening
NO = Tidak ada pembesaran
N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan
N2 = Terdapat pembesaran kontrabilateral dan masih dapat digerakkan
N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral kontra lateral maupun bilateral
yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya
M = Metastasis jauh
M1 = Tidak ada metastasis jauh
M2 = Terdapat metastasis jauh
Stadium T Nasofaring M
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III T1T2T3 N1 M0
T3 N0 M0
IV T4 N0N1 M0
T1T2T3T4 N2N3 M0
T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
1 Anamnesa
2 Pemeriksaan fisik
3 CT scan
4 Biopsi
5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)
Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah
kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit
ditemukan(14)
Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan
kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)
Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat
dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)
Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam
biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring
kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)
Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan
melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem
bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung
disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring
dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau
memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat
lebih jelas(12345)
Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan
xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka
dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)
TERAPI
Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai
daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi
dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada
karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau
raditerapi sebagai terapi awal(14)
Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum
bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang
diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada
karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan
kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya
kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi
Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV
lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)
KEMOTERAPI
Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan
kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)
1) Kemoterapi tunggal
Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami
rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada
penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU
merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan
terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang
biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan
dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu
Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan
paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)
2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi
Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat
direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di
operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai
dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol
kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro
metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin
sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan
radioterapi(459)
3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi
Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah
pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi
adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan
saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-
5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan
kemoterapi(458)
4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )
Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan
kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)
5) Brakhiterapi
Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif
didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi
radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan
secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)
6) Stereotactic radiosurgery
Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi
paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di
intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan
pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)
PROGNOSIS
Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor
Stadium I 85
Stadium II 75
Stadium III 45
Stadium IV 10
Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat
ditemukan di tulang paru dan hati(34)
PENCEGAHAN
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi
Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan
akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat
yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang
tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA
anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan
karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)
DAFTAR PUSTAKA
1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187
2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997
hal 351-352
3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid
l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396
4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi
Medan 2008 hal 91-107
5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran
EGC Jakarta1997
6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat
Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian
Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta
1989 hal 21-29
8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-
111
9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41
10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL
httpwwwuptodatecom2002html2002
11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan
Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
- Kesadaran
- Compos mentis
- Auricula
- Kanan
- Kiri
- Pre-auricula
- Kanan
- Kiri
- Pemeriksaan Luar
- Rhinoskopi Anterior
- Rhinoskopi Posterior
- Orofaring
- Peritonsil
- Dalam batas normal
-
2 HIDUNG DAN SINUS
Pemeriksaan Luar
Sinus frontalis Kanan Kiri
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Sinus etmoidalis
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Sinus maksilaris
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Rhinoskopi Anterior
Kanan Kiri
Discharge - -
Mukosa Merah muda Merah muda
Konka
Hipertrofi - -
Hiperemia - -
Septum deviasi - -
Tumor - -
dll - -
Rhinoskopi Posterior
Kanan Kiri
Post-nasal drip Tidak dilakukan
Konka superior Tidak dilakukan
Torus tubarius Tidak dilakukan
Fossa Rossenmuller Tidak dilakukan
3 FARING
Orofaring
Palatum Simetris merah muda
Arcus faring simetris
Mukosa Merah muda licin
Tonsil
Ukuran T1-T1
Warna Merah muda
Permukaan Licin
Kripte Tidak melebar
Detritus -
Membran -
dll -
Peritonsil Dalam batas normal
Lain-lain -
Status lokalis
Dari hasil pemeriksaan didapatkan benjolan pada leher kanan diameter 5 cm terdapat
pembesaran kelenjar limfe regional
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HASIL PA
Kesimpulan
nasofaring = carsinoma tidak terdiferensiasi
RINGKASAN
Anamnesis
Pasien laki laki 42 tahun datang ke poli tht dengan keluhan mata kabur dan nyeri pada
kepala sejak 2 tahun yang lalu RPD (hipertensi dm asma alergi) disangkal RPK disangkal
RSOSEK riwayat perokok berat
Px Fisik
Dari hasil pemeriksaan didapatkan benjolan pada leher kanan diameter 5 cm
terdapat pembesaran kelenjar limfe regional tanda vital dbn
Px Penunjang
Hasil biopsi didapatkan carcinoma tidak terdiferensiasi
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis anatomi - Nasofaring
- Orofaring
- Hipofaring
Diagnosis patologi - Neoplasma jinak ganas
- Trauma
- Radang infeksi non-infeksi
- Degeneratif
DIAGNOSIS
Carsinoma Nasofaring tak berdiferensiasi
T4N1Mx
TERAPI
Non-Medikamentosa Radiotherapy
MedikamentosaAs Mefenamat 3 x 1
Neurotropic
PROGNOSIS
ad Vitam dubia ad malam
ad Functionam dubia ad malam
ad Sanationam dubia ad malam
DASAR TEORI
ANATOMI NASOFARING
Nasofaring berhubungan erat dengan sinus sphenoid fossa nasalis foramen pada
dasar tengkorakTuba eustachius membuka kedalam dinding lateral nasofaringDi antara
tulang rawan mulai dari bagian pertengahan tuba eustachius sampai akhir dinding belakang
adalah fossa Rossen-MullerHistology epitel nasofaring pada orang dewasa memiliki peranan
yang sangat penting dalam penelitianTeori menunujukkan bahwa karsinoma ini dapat
berkembang dalam epitel yang mengalami metaplasia skuamosa Tidak diketahui mengapa
metaplasia ini lebih banyak pada masyarakat kanton dari pada orang kulit putih(1234710)
(Letak anatomis nasofaring(7))
Nasofaring disebut juga dengan epifaringterletak antara basis sphenoid sebagai batas
atas pinggir bawah pallatum molle sebagai batas bawahkoana dan pallatum molle sebagai
batas depan dan verrtebre cervical1-2 serta basis sphenoid sebagai batas belakang
Pada daerah dinding batas belakang atap terletak jaringan limfoid yaitu disebut
dengan tonsil faring atau adenoidPada dinding anterior bagian atas terdapat 2 buah lubang
sebagai muara cavum nasi ke nasofaring yang disebut koana atau nares posteriorDibawah
koana terdapat pallatum molle
Pada dinding lateral kiri dan kanan ditentukan cekungan yaitu muara tuba eusatchius
ke nasofaring dan di belakang torus tobarius ditemukan pada suatu lekukan atau celah yang
disebut fosssa rosenumuller(123)
EPIDEMIOLOGI
Karsinoma nasofaring menjadi penyebab kematian utama pada sebagian besar
populasi di Asia Tenggara di cina selatan karsinoma nasofaring merupakan tumor terbanyak
pada laki-laki dengan insiden rata-rata sekitar 40100000 insiden terbanyak ditemukan di
daerah cina khusus nya di propinsi Kwangtung republic rakyat cina(469)
Pada ras mongoloid kanker nasofaring insidennya cukup tinggi sehingga tidaklah
mengherankan pada penduduk cina bagian selatan kemudian hongkong Vietnam Thailand
Malaysia singapura dan Indonesia banyak ditemukan kasus ini(14)
Selain itu cukup banyak kasus karsinoma nasofaring di yunani afrika bagian utara
seperti aljazair Tunisia pada orang eksimo Alaska dan Greenland penyebabnya diduga
adalah karena memakan makanan yang di awetkan pada musim dingin dengan menggunakan
bahan pengawet nitrosamine(1)
Di Indonesia frekuensi penderita ini hampir merata di setiap daerah seperti Jakarta
ujung pandang Palembang denpasar padang bukit tinggi medan semarang Surabaya dan
lain-lain(1)
(gambar nasopharyng carcinoma pada leher sebelah kanan)
ETIOLOGI
Etiologi karsinoma nasofaring ini masih belum diketahui secara pasti Secara umum
karsinoma nasofaring terjadi sebagai akibat pengaruh genetic dan lingkungan seperti zat
karsinogen dan infeksi virus Epstein-Barr (EBV)(34810)
Hal ini didukung oleh adanya factor genetic yang berhubungan dengan karsinoma
nasofaring yaitu HLA-A2 dan HLA-Bsin2 ( paling banyak ditemukan pada orang daerah
cina selatan tetapi jarang didapatkan pada ras kaukasoid )selain itu telah berhasil
diidentifikasi abnormalitas pada berbagai kromosom termasuk didalamnya kromosom
1234568911131415161722 dan X(4)
Faktor lingkungan dan kultur yang berhubungan dengan karsinoma nasofaring
termasuk didalamnya adalah kebiasaan dari orang kanton yang memakan ikan yang diasinkan
dan mengawetkan makanan dengan bahan pengawet nitrosamine (hal ini telah dikonsumsi
sejak masa kanak-kanak ) Bukti ditemukannya DNA-EBV pada hampir setiap kasus
karsinoma nasofaring menjadikan pegangan bagi para ahli untuk membuat kesimpulan bahwa
keganasan yang terjadi adalah akibat ekspansi pembelahan pada sel yang diakibatkan EBV
Hal ini memberikan indikasi bahwa EBV muncul dalam sel pada saat terjadinya transformasi
sel menjadi ganas dan menunjukkan peranan virus tersebut terhadap perkembangan awal
terjadinya proses keganasan pada nasofaring(34)
GEJALA DAN TANDA-TANDA
Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam tidak ada gejala pasti yang
khusus untuk tumor nasofaring karena tumor primer itu sendiri dalam nasofaring kadang
tidak menimbulkan gejala Tumor nasofaring dapat menimbulkan gejala-gejala hingga
penderita datang berobat keberbagai ahli(4)
Tumor ini menimbulkan gejala bila sudah ada penyebaran
1 Gejala nasofaring (tumor primer )
Asimptomatik
Hidung tumpat
Epistaksis ringan
Untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat kalau perlu dengan
nasofaringoskop Karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah bertumbuh
atau tumor tidak nampak karena masih terdapat dibawah mukosa ( creeping tumor )(1234)
2 Gangguan pada telingapendengaran
Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba
eustachius ( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup Gangguan dapat berupa
Tinitus
Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )
Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari
bahwa penyebabnya adalah karsinoma nasofaring(124)
3 Gejala mata dan syaraf
Infiltrasi dasar tengkorak
Merupakan gejala karsinoma Penjelasan melalui fenomena laserum akan
mengenai syaraf otak NIII NVI dapat pula ke NV dapat menimbulkan gejala
Diplopia
Juling
Neuralgia terminal(124)
Penderita datang dengan keluhan juling bila melirik kekanan bengkak leher
sebelah kanan sejak dua bulan tidak nyeri Tidak ada keluhan lain Pada pemeriksaan
terdapat masssa kelenjar limfe-3 dan paralysis NVI kanan Biopsy nasofaring
memastikan diagnosis karsinoma dengan penyebaran kelenjar limfe (N3) dan
penyusupan ke dasar tengkorak ( petrosfenoidal )(24)
a Pada pandangan lurus kedepan tampak normal
b Penderita melirik kekanan mata kanan tidak bergerak ke kanan
c Penderita melirik kekiri tidak ada gangguan gerakan bola mata(2)
Infiltrasi para faring
Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar sepanjang dasar
tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen jugularis yaitu NIX
X XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau sensorik pada faring
dan laring(2)
Pembengkakkan leher
Tiga dari empat penderita tumor nasofaring mengalami pembengkakkan pada
leher ini merupakan gejala utama hampir 50 penderitaOleh tumor dalam
nasofaring tidak menimbulkan gejala satu-satunya keluhan penderita ialah
pembengkakkan pada leherMenghadapi penderita demikian maka nasofaring
penderita harus di periksa Sebelum dilakukan biopsy kelenjar leher yang
membesar pada daerah nasofaring yang mencurigakan harus dilakukan biopsy
lebih dahulu(2)
HISTOPATOLOGI
Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya 3 karsinoma (epidermoid) pada nasofering
yaitu
1 Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi
2 Karsinoma tidak berkeratinisasi
3 Karsinoma tidak berderiferenisasi
Semua yang kita kenal selama ini dengan limf epiteloma sel transisionil sel spindle
sel clear anaplastik dan lain-lain dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferenisasi(14)
STADIUM(234)
Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992)
T = Tumor Primer
TO = Tidak tampak tumor
T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateralposterosuperioratap dan lain-
lain)
T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam
rongga nasofaring
T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung atau orofaring
dan sebagainya)
T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau
mengenai syaraf-syaraf otak
TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas
N = Pembesaran kelenjar getah bening
NO = Tidak ada pembesaran
N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan
N2 = Terdapat pembesaran kontrabilateral dan masih dapat digerakkan
N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral kontra lateral maupun bilateral
yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya
M = Metastasis jauh
M1 = Tidak ada metastasis jauh
M2 = Terdapat metastasis jauh
Stadium T Nasofaring M
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III T1T2T3 N1 M0
T3 N0 M0
IV T4 N0N1 M0
T1T2T3T4 N2N3 M0
T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
1 Anamnesa
2 Pemeriksaan fisik
3 CT scan
4 Biopsi
5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)
Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah
kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit
ditemukan(14)
Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan
kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)
Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat
dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)
Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam
biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring
kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)
Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan
melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem
bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung
disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring
dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau
memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat
lebih jelas(12345)
Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan
xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka
dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)
TERAPI
Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai
daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi
dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada
karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau
raditerapi sebagai terapi awal(14)
Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum
bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang
diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada
karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan
kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya
kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi
Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV
lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)
KEMOTERAPI
Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan
kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)
1) Kemoterapi tunggal
Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami
rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada
penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU
merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan
terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang
biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan
dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu
Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan
paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)
2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi
Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat
direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di
operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai
dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol
kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro
metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin
sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan
radioterapi(459)
3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi
Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah
pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi
adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan
saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-
5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan
kemoterapi(458)
4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )
Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan
kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)
5) Brakhiterapi
Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif
didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi
radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan
secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)
6) Stereotactic radiosurgery
Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi
paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di
intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan
pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)
PROGNOSIS
Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor
Stadium I 85
Stadium II 75
Stadium III 45
Stadium IV 10
Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat
ditemukan di tulang paru dan hati(34)
PENCEGAHAN
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi
Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan
akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat
yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang
tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA
anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan
karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)
DAFTAR PUSTAKA
1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187
2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997
hal 351-352
3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid
l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396
4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi
Medan 2008 hal 91-107
5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran
EGC Jakarta1997
6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat
Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian
Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta
1989 hal 21-29
8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-
111
9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41
10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL
httpwwwuptodatecom2002html2002
11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan
Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
- Kesadaran
- Compos mentis
- Auricula
- Kanan
- Kiri
- Pre-auricula
- Kanan
- Kiri
- Pemeriksaan Luar
- Rhinoskopi Anterior
- Rhinoskopi Posterior
- Orofaring
- Peritonsil
- Dalam batas normal
-
Orofaring
Palatum Simetris merah muda
Arcus faring simetris
Mukosa Merah muda licin
Tonsil
Ukuran T1-T1
Warna Merah muda
Permukaan Licin
Kripte Tidak melebar
Detritus -
Membran -
dll -
Peritonsil Dalam batas normal
Lain-lain -
Status lokalis
Dari hasil pemeriksaan didapatkan benjolan pada leher kanan diameter 5 cm terdapat
pembesaran kelenjar limfe regional
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HASIL PA
Kesimpulan
nasofaring = carsinoma tidak terdiferensiasi
RINGKASAN
Anamnesis
Pasien laki laki 42 tahun datang ke poli tht dengan keluhan mata kabur dan nyeri pada
kepala sejak 2 tahun yang lalu RPD (hipertensi dm asma alergi) disangkal RPK disangkal
RSOSEK riwayat perokok berat
Px Fisik
Dari hasil pemeriksaan didapatkan benjolan pada leher kanan diameter 5 cm
terdapat pembesaran kelenjar limfe regional tanda vital dbn
Px Penunjang
Hasil biopsi didapatkan carcinoma tidak terdiferensiasi
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis anatomi - Nasofaring
- Orofaring
- Hipofaring
Diagnosis patologi - Neoplasma jinak ganas
- Trauma
- Radang infeksi non-infeksi
- Degeneratif
DIAGNOSIS
Carsinoma Nasofaring tak berdiferensiasi
T4N1Mx
TERAPI
Non-Medikamentosa Radiotherapy
MedikamentosaAs Mefenamat 3 x 1
Neurotropic
PROGNOSIS
ad Vitam dubia ad malam
ad Functionam dubia ad malam
ad Sanationam dubia ad malam
DASAR TEORI
ANATOMI NASOFARING
Nasofaring berhubungan erat dengan sinus sphenoid fossa nasalis foramen pada
dasar tengkorakTuba eustachius membuka kedalam dinding lateral nasofaringDi antara
tulang rawan mulai dari bagian pertengahan tuba eustachius sampai akhir dinding belakang
adalah fossa Rossen-MullerHistology epitel nasofaring pada orang dewasa memiliki peranan
yang sangat penting dalam penelitianTeori menunujukkan bahwa karsinoma ini dapat
berkembang dalam epitel yang mengalami metaplasia skuamosa Tidak diketahui mengapa
metaplasia ini lebih banyak pada masyarakat kanton dari pada orang kulit putih(1234710)
(Letak anatomis nasofaring(7))
Nasofaring disebut juga dengan epifaringterletak antara basis sphenoid sebagai batas
atas pinggir bawah pallatum molle sebagai batas bawahkoana dan pallatum molle sebagai
batas depan dan verrtebre cervical1-2 serta basis sphenoid sebagai batas belakang
Pada daerah dinding batas belakang atap terletak jaringan limfoid yaitu disebut
dengan tonsil faring atau adenoidPada dinding anterior bagian atas terdapat 2 buah lubang
sebagai muara cavum nasi ke nasofaring yang disebut koana atau nares posteriorDibawah
koana terdapat pallatum molle
Pada dinding lateral kiri dan kanan ditentukan cekungan yaitu muara tuba eusatchius
ke nasofaring dan di belakang torus tobarius ditemukan pada suatu lekukan atau celah yang
disebut fosssa rosenumuller(123)
EPIDEMIOLOGI
Karsinoma nasofaring menjadi penyebab kematian utama pada sebagian besar
populasi di Asia Tenggara di cina selatan karsinoma nasofaring merupakan tumor terbanyak
pada laki-laki dengan insiden rata-rata sekitar 40100000 insiden terbanyak ditemukan di
daerah cina khusus nya di propinsi Kwangtung republic rakyat cina(469)
Pada ras mongoloid kanker nasofaring insidennya cukup tinggi sehingga tidaklah
mengherankan pada penduduk cina bagian selatan kemudian hongkong Vietnam Thailand
Malaysia singapura dan Indonesia banyak ditemukan kasus ini(14)
Selain itu cukup banyak kasus karsinoma nasofaring di yunani afrika bagian utara
seperti aljazair Tunisia pada orang eksimo Alaska dan Greenland penyebabnya diduga
adalah karena memakan makanan yang di awetkan pada musim dingin dengan menggunakan
bahan pengawet nitrosamine(1)
Di Indonesia frekuensi penderita ini hampir merata di setiap daerah seperti Jakarta
ujung pandang Palembang denpasar padang bukit tinggi medan semarang Surabaya dan
lain-lain(1)
(gambar nasopharyng carcinoma pada leher sebelah kanan)
ETIOLOGI
Etiologi karsinoma nasofaring ini masih belum diketahui secara pasti Secara umum
karsinoma nasofaring terjadi sebagai akibat pengaruh genetic dan lingkungan seperti zat
karsinogen dan infeksi virus Epstein-Barr (EBV)(34810)
Hal ini didukung oleh adanya factor genetic yang berhubungan dengan karsinoma
nasofaring yaitu HLA-A2 dan HLA-Bsin2 ( paling banyak ditemukan pada orang daerah
cina selatan tetapi jarang didapatkan pada ras kaukasoid )selain itu telah berhasil
diidentifikasi abnormalitas pada berbagai kromosom termasuk didalamnya kromosom
1234568911131415161722 dan X(4)
Faktor lingkungan dan kultur yang berhubungan dengan karsinoma nasofaring
termasuk didalamnya adalah kebiasaan dari orang kanton yang memakan ikan yang diasinkan
dan mengawetkan makanan dengan bahan pengawet nitrosamine (hal ini telah dikonsumsi
sejak masa kanak-kanak ) Bukti ditemukannya DNA-EBV pada hampir setiap kasus
karsinoma nasofaring menjadikan pegangan bagi para ahli untuk membuat kesimpulan bahwa
keganasan yang terjadi adalah akibat ekspansi pembelahan pada sel yang diakibatkan EBV
Hal ini memberikan indikasi bahwa EBV muncul dalam sel pada saat terjadinya transformasi
sel menjadi ganas dan menunjukkan peranan virus tersebut terhadap perkembangan awal
terjadinya proses keganasan pada nasofaring(34)
GEJALA DAN TANDA-TANDA
Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam tidak ada gejala pasti yang
khusus untuk tumor nasofaring karena tumor primer itu sendiri dalam nasofaring kadang
tidak menimbulkan gejala Tumor nasofaring dapat menimbulkan gejala-gejala hingga
penderita datang berobat keberbagai ahli(4)
Tumor ini menimbulkan gejala bila sudah ada penyebaran
1 Gejala nasofaring (tumor primer )
Asimptomatik
Hidung tumpat
Epistaksis ringan
Untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat kalau perlu dengan
nasofaringoskop Karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah bertumbuh
atau tumor tidak nampak karena masih terdapat dibawah mukosa ( creeping tumor )(1234)
2 Gangguan pada telingapendengaran
Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba
eustachius ( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup Gangguan dapat berupa
Tinitus
Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )
Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari
bahwa penyebabnya adalah karsinoma nasofaring(124)
3 Gejala mata dan syaraf
Infiltrasi dasar tengkorak
Merupakan gejala karsinoma Penjelasan melalui fenomena laserum akan
mengenai syaraf otak NIII NVI dapat pula ke NV dapat menimbulkan gejala
Diplopia
Juling
Neuralgia terminal(124)
Penderita datang dengan keluhan juling bila melirik kekanan bengkak leher
sebelah kanan sejak dua bulan tidak nyeri Tidak ada keluhan lain Pada pemeriksaan
terdapat masssa kelenjar limfe-3 dan paralysis NVI kanan Biopsy nasofaring
memastikan diagnosis karsinoma dengan penyebaran kelenjar limfe (N3) dan
penyusupan ke dasar tengkorak ( petrosfenoidal )(24)
a Pada pandangan lurus kedepan tampak normal
b Penderita melirik kekanan mata kanan tidak bergerak ke kanan
c Penderita melirik kekiri tidak ada gangguan gerakan bola mata(2)
Infiltrasi para faring
Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar sepanjang dasar
tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen jugularis yaitu NIX
X XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau sensorik pada faring
dan laring(2)
Pembengkakkan leher
Tiga dari empat penderita tumor nasofaring mengalami pembengkakkan pada
leher ini merupakan gejala utama hampir 50 penderitaOleh tumor dalam
nasofaring tidak menimbulkan gejala satu-satunya keluhan penderita ialah
pembengkakkan pada leherMenghadapi penderita demikian maka nasofaring
penderita harus di periksa Sebelum dilakukan biopsy kelenjar leher yang
membesar pada daerah nasofaring yang mencurigakan harus dilakukan biopsy
lebih dahulu(2)
HISTOPATOLOGI
Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya 3 karsinoma (epidermoid) pada nasofering
yaitu
1 Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi
2 Karsinoma tidak berkeratinisasi
3 Karsinoma tidak berderiferenisasi
Semua yang kita kenal selama ini dengan limf epiteloma sel transisionil sel spindle
sel clear anaplastik dan lain-lain dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferenisasi(14)
STADIUM(234)
Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992)
T = Tumor Primer
TO = Tidak tampak tumor
T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateralposterosuperioratap dan lain-
lain)
T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam
rongga nasofaring
T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung atau orofaring
dan sebagainya)
T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau
mengenai syaraf-syaraf otak
TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas
N = Pembesaran kelenjar getah bening
NO = Tidak ada pembesaran
N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan
N2 = Terdapat pembesaran kontrabilateral dan masih dapat digerakkan
N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral kontra lateral maupun bilateral
yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya
M = Metastasis jauh
M1 = Tidak ada metastasis jauh
M2 = Terdapat metastasis jauh
Stadium T Nasofaring M
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III T1T2T3 N1 M0
T3 N0 M0
IV T4 N0N1 M0
T1T2T3T4 N2N3 M0
T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
1 Anamnesa
2 Pemeriksaan fisik
3 CT scan
4 Biopsi
5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)
Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah
kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit
ditemukan(14)
Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan
kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)
Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat
dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)
Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam
biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring
kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)
Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan
melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem
bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung
disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring
dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau
memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat
lebih jelas(12345)
Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan
xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka
dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)
TERAPI
Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai
daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi
dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada
karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau
raditerapi sebagai terapi awal(14)
Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum
bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang
diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada
karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan
kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya
kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi
Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV
lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)
KEMOTERAPI
Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan
kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)
1) Kemoterapi tunggal
Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami
rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada
penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU
merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan
terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang
biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan
dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu
Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan
paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)
2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi
Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat
direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di
operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai
dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol
kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro
metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin
sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan
radioterapi(459)
3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi
Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah
pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi
adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan
saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-
5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan
kemoterapi(458)
4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )
Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan
kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)
5) Brakhiterapi
Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif
didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi
radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan
secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)
6) Stereotactic radiosurgery
Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi
paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di
intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan
pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)
PROGNOSIS
Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor
Stadium I 85
Stadium II 75
Stadium III 45
Stadium IV 10
Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat
ditemukan di tulang paru dan hati(34)
PENCEGAHAN
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi
Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan
akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat
yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang
tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA
anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan
karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)
DAFTAR PUSTAKA
1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187
2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997
hal 351-352
3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid
l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396
4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi
Medan 2008 hal 91-107
5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran
EGC Jakarta1997
6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat
Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian
Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta
1989 hal 21-29
8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-
111
9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41
10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL
httpwwwuptodatecom2002html2002
11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan
Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
- Kesadaran
- Compos mentis
- Auricula
- Kanan
- Kiri
- Pre-auricula
- Kanan
- Kiri
- Pemeriksaan Luar
- Rhinoskopi Anterior
- Rhinoskopi Posterior
- Orofaring
- Peritonsil
- Dalam batas normal
-
Px Fisik
Dari hasil pemeriksaan didapatkan benjolan pada leher kanan diameter 5 cm
terdapat pembesaran kelenjar limfe regional tanda vital dbn
Px Penunjang
Hasil biopsi didapatkan carcinoma tidak terdiferensiasi
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis anatomi - Nasofaring
- Orofaring
- Hipofaring
Diagnosis patologi - Neoplasma jinak ganas
- Trauma
- Radang infeksi non-infeksi
- Degeneratif
DIAGNOSIS
Carsinoma Nasofaring tak berdiferensiasi
T4N1Mx
TERAPI
Non-Medikamentosa Radiotherapy
MedikamentosaAs Mefenamat 3 x 1
Neurotropic
PROGNOSIS
ad Vitam dubia ad malam
ad Functionam dubia ad malam
ad Sanationam dubia ad malam
DASAR TEORI
ANATOMI NASOFARING
Nasofaring berhubungan erat dengan sinus sphenoid fossa nasalis foramen pada
dasar tengkorakTuba eustachius membuka kedalam dinding lateral nasofaringDi antara
tulang rawan mulai dari bagian pertengahan tuba eustachius sampai akhir dinding belakang
adalah fossa Rossen-MullerHistology epitel nasofaring pada orang dewasa memiliki peranan
yang sangat penting dalam penelitianTeori menunujukkan bahwa karsinoma ini dapat
berkembang dalam epitel yang mengalami metaplasia skuamosa Tidak diketahui mengapa
metaplasia ini lebih banyak pada masyarakat kanton dari pada orang kulit putih(1234710)
(Letak anatomis nasofaring(7))
Nasofaring disebut juga dengan epifaringterletak antara basis sphenoid sebagai batas
atas pinggir bawah pallatum molle sebagai batas bawahkoana dan pallatum molle sebagai
batas depan dan verrtebre cervical1-2 serta basis sphenoid sebagai batas belakang
Pada daerah dinding batas belakang atap terletak jaringan limfoid yaitu disebut
dengan tonsil faring atau adenoidPada dinding anterior bagian atas terdapat 2 buah lubang
sebagai muara cavum nasi ke nasofaring yang disebut koana atau nares posteriorDibawah
koana terdapat pallatum molle
Pada dinding lateral kiri dan kanan ditentukan cekungan yaitu muara tuba eusatchius
ke nasofaring dan di belakang torus tobarius ditemukan pada suatu lekukan atau celah yang
disebut fosssa rosenumuller(123)
EPIDEMIOLOGI
Karsinoma nasofaring menjadi penyebab kematian utama pada sebagian besar
populasi di Asia Tenggara di cina selatan karsinoma nasofaring merupakan tumor terbanyak
pada laki-laki dengan insiden rata-rata sekitar 40100000 insiden terbanyak ditemukan di
daerah cina khusus nya di propinsi Kwangtung republic rakyat cina(469)
Pada ras mongoloid kanker nasofaring insidennya cukup tinggi sehingga tidaklah
mengherankan pada penduduk cina bagian selatan kemudian hongkong Vietnam Thailand
Malaysia singapura dan Indonesia banyak ditemukan kasus ini(14)
Selain itu cukup banyak kasus karsinoma nasofaring di yunani afrika bagian utara
seperti aljazair Tunisia pada orang eksimo Alaska dan Greenland penyebabnya diduga
adalah karena memakan makanan yang di awetkan pada musim dingin dengan menggunakan
bahan pengawet nitrosamine(1)
Di Indonesia frekuensi penderita ini hampir merata di setiap daerah seperti Jakarta
ujung pandang Palembang denpasar padang bukit tinggi medan semarang Surabaya dan
lain-lain(1)
(gambar nasopharyng carcinoma pada leher sebelah kanan)
ETIOLOGI
Etiologi karsinoma nasofaring ini masih belum diketahui secara pasti Secara umum
karsinoma nasofaring terjadi sebagai akibat pengaruh genetic dan lingkungan seperti zat
karsinogen dan infeksi virus Epstein-Barr (EBV)(34810)
Hal ini didukung oleh adanya factor genetic yang berhubungan dengan karsinoma
nasofaring yaitu HLA-A2 dan HLA-Bsin2 ( paling banyak ditemukan pada orang daerah
cina selatan tetapi jarang didapatkan pada ras kaukasoid )selain itu telah berhasil
diidentifikasi abnormalitas pada berbagai kromosom termasuk didalamnya kromosom
1234568911131415161722 dan X(4)
Faktor lingkungan dan kultur yang berhubungan dengan karsinoma nasofaring
termasuk didalamnya adalah kebiasaan dari orang kanton yang memakan ikan yang diasinkan
dan mengawetkan makanan dengan bahan pengawet nitrosamine (hal ini telah dikonsumsi
sejak masa kanak-kanak ) Bukti ditemukannya DNA-EBV pada hampir setiap kasus
karsinoma nasofaring menjadikan pegangan bagi para ahli untuk membuat kesimpulan bahwa
keganasan yang terjadi adalah akibat ekspansi pembelahan pada sel yang diakibatkan EBV
Hal ini memberikan indikasi bahwa EBV muncul dalam sel pada saat terjadinya transformasi
sel menjadi ganas dan menunjukkan peranan virus tersebut terhadap perkembangan awal
terjadinya proses keganasan pada nasofaring(34)
GEJALA DAN TANDA-TANDA
Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam tidak ada gejala pasti yang
khusus untuk tumor nasofaring karena tumor primer itu sendiri dalam nasofaring kadang
tidak menimbulkan gejala Tumor nasofaring dapat menimbulkan gejala-gejala hingga
penderita datang berobat keberbagai ahli(4)
Tumor ini menimbulkan gejala bila sudah ada penyebaran
1 Gejala nasofaring (tumor primer )
Asimptomatik
Hidung tumpat
Epistaksis ringan
Untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat kalau perlu dengan
nasofaringoskop Karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah bertumbuh
atau tumor tidak nampak karena masih terdapat dibawah mukosa ( creeping tumor )(1234)
2 Gangguan pada telingapendengaran
Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba
eustachius ( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup Gangguan dapat berupa
Tinitus
Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )
Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari
bahwa penyebabnya adalah karsinoma nasofaring(124)
3 Gejala mata dan syaraf
Infiltrasi dasar tengkorak
Merupakan gejala karsinoma Penjelasan melalui fenomena laserum akan
mengenai syaraf otak NIII NVI dapat pula ke NV dapat menimbulkan gejala
Diplopia
Juling
Neuralgia terminal(124)
Penderita datang dengan keluhan juling bila melirik kekanan bengkak leher
sebelah kanan sejak dua bulan tidak nyeri Tidak ada keluhan lain Pada pemeriksaan
terdapat masssa kelenjar limfe-3 dan paralysis NVI kanan Biopsy nasofaring
memastikan diagnosis karsinoma dengan penyebaran kelenjar limfe (N3) dan
penyusupan ke dasar tengkorak ( petrosfenoidal )(24)
a Pada pandangan lurus kedepan tampak normal
b Penderita melirik kekanan mata kanan tidak bergerak ke kanan
c Penderita melirik kekiri tidak ada gangguan gerakan bola mata(2)
Infiltrasi para faring
Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar sepanjang dasar
tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen jugularis yaitu NIX
X XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau sensorik pada faring
dan laring(2)
Pembengkakkan leher
Tiga dari empat penderita tumor nasofaring mengalami pembengkakkan pada
leher ini merupakan gejala utama hampir 50 penderitaOleh tumor dalam
nasofaring tidak menimbulkan gejala satu-satunya keluhan penderita ialah
pembengkakkan pada leherMenghadapi penderita demikian maka nasofaring
penderita harus di periksa Sebelum dilakukan biopsy kelenjar leher yang
membesar pada daerah nasofaring yang mencurigakan harus dilakukan biopsy
lebih dahulu(2)
HISTOPATOLOGI
Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya 3 karsinoma (epidermoid) pada nasofering
yaitu
1 Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi
2 Karsinoma tidak berkeratinisasi
3 Karsinoma tidak berderiferenisasi
Semua yang kita kenal selama ini dengan limf epiteloma sel transisionil sel spindle
sel clear anaplastik dan lain-lain dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferenisasi(14)
STADIUM(234)
Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992)
T = Tumor Primer
TO = Tidak tampak tumor
T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateralposterosuperioratap dan lain-
lain)
T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam
rongga nasofaring
T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung atau orofaring
dan sebagainya)
T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau
mengenai syaraf-syaraf otak
TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas
N = Pembesaran kelenjar getah bening
NO = Tidak ada pembesaran
N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan
N2 = Terdapat pembesaran kontrabilateral dan masih dapat digerakkan
N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral kontra lateral maupun bilateral
yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya
M = Metastasis jauh
M1 = Tidak ada metastasis jauh
M2 = Terdapat metastasis jauh
Stadium T Nasofaring M
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III T1T2T3 N1 M0
T3 N0 M0
IV T4 N0N1 M0
T1T2T3T4 N2N3 M0
T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
1 Anamnesa
2 Pemeriksaan fisik
3 CT scan
4 Biopsi
5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)
Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah
kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit
ditemukan(14)
Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan
kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)
Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat
dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)
Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam
biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring
kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)
Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan
melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem
bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung
disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring
dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau
memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat
lebih jelas(12345)
Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan
xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka
dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)
TERAPI
Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai
daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi
dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada
karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau
raditerapi sebagai terapi awal(14)
Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum
bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang
diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada
karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan
kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya
kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi
Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV
lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)
KEMOTERAPI
Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan
kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)
1) Kemoterapi tunggal
Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami
rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada
penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU
merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan
terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang
biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan
dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu
Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan
paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)
2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi
Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat
direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di
operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai
dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol
kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro
metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin
sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan
radioterapi(459)
3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi
Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah
pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi
adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan
saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-
5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan
kemoterapi(458)
4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )
Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan
kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)
5) Brakhiterapi
Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif
didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi
radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan
secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)
6) Stereotactic radiosurgery
Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi
paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di
intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan
pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)
PROGNOSIS
Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor
Stadium I 85
Stadium II 75
Stadium III 45
Stadium IV 10
Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat
ditemukan di tulang paru dan hati(34)
PENCEGAHAN
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi
Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan
akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat
yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang
tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA
anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan
karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)
DAFTAR PUSTAKA
1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187
2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997
hal 351-352
3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid
l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396
4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi
Medan 2008 hal 91-107
5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran
EGC Jakarta1997
6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat
Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian
Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta
1989 hal 21-29
8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-
111
9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41
10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL
httpwwwuptodatecom2002html2002
11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan
Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
- Kesadaran
- Compos mentis
- Auricula
- Kanan
- Kiri
- Pre-auricula
- Kanan
- Kiri
- Pemeriksaan Luar
- Rhinoskopi Anterior
- Rhinoskopi Posterior
- Orofaring
- Peritonsil
- Dalam batas normal
-
DASAR TEORI
ANATOMI NASOFARING
Nasofaring berhubungan erat dengan sinus sphenoid fossa nasalis foramen pada
dasar tengkorakTuba eustachius membuka kedalam dinding lateral nasofaringDi antara
tulang rawan mulai dari bagian pertengahan tuba eustachius sampai akhir dinding belakang
adalah fossa Rossen-MullerHistology epitel nasofaring pada orang dewasa memiliki peranan
yang sangat penting dalam penelitianTeori menunujukkan bahwa karsinoma ini dapat
berkembang dalam epitel yang mengalami metaplasia skuamosa Tidak diketahui mengapa
metaplasia ini lebih banyak pada masyarakat kanton dari pada orang kulit putih(1234710)
(Letak anatomis nasofaring(7))
Nasofaring disebut juga dengan epifaringterletak antara basis sphenoid sebagai batas
atas pinggir bawah pallatum molle sebagai batas bawahkoana dan pallatum molle sebagai
batas depan dan verrtebre cervical1-2 serta basis sphenoid sebagai batas belakang
Pada daerah dinding batas belakang atap terletak jaringan limfoid yaitu disebut
dengan tonsil faring atau adenoidPada dinding anterior bagian atas terdapat 2 buah lubang
sebagai muara cavum nasi ke nasofaring yang disebut koana atau nares posteriorDibawah
koana terdapat pallatum molle
Pada dinding lateral kiri dan kanan ditentukan cekungan yaitu muara tuba eusatchius
ke nasofaring dan di belakang torus tobarius ditemukan pada suatu lekukan atau celah yang
disebut fosssa rosenumuller(123)
EPIDEMIOLOGI
Karsinoma nasofaring menjadi penyebab kematian utama pada sebagian besar
populasi di Asia Tenggara di cina selatan karsinoma nasofaring merupakan tumor terbanyak
pada laki-laki dengan insiden rata-rata sekitar 40100000 insiden terbanyak ditemukan di
daerah cina khusus nya di propinsi Kwangtung republic rakyat cina(469)
Pada ras mongoloid kanker nasofaring insidennya cukup tinggi sehingga tidaklah
mengherankan pada penduduk cina bagian selatan kemudian hongkong Vietnam Thailand
Malaysia singapura dan Indonesia banyak ditemukan kasus ini(14)
Selain itu cukup banyak kasus karsinoma nasofaring di yunani afrika bagian utara
seperti aljazair Tunisia pada orang eksimo Alaska dan Greenland penyebabnya diduga
adalah karena memakan makanan yang di awetkan pada musim dingin dengan menggunakan
bahan pengawet nitrosamine(1)
Di Indonesia frekuensi penderita ini hampir merata di setiap daerah seperti Jakarta
ujung pandang Palembang denpasar padang bukit tinggi medan semarang Surabaya dan
lain-lain(1)
(gambar nasopharyng carcinoma pada leher sebelah kanan)
ETIOLOGI
Etiologi karsinoma nasofaring ini masih belum diketahui secara pasti Secara umum
karsinoma nasofaring terjadi sebagai akibat pengaruh genetic dan lingkungan seperti zat
karsinogen dan infeksi virus Epstein-Barr (EBV)(34810)
Hal ini didukung oleh adanya factor genetic yang berhubungan dengan karsinoma
nasofaring yaitu HLA-A2 dan HLA-Bsin2 ( paling banyak ditemukan pada orang daerah
cina selatan tetapi jarang didapatkan pada ras kaukasoid )selain itu telah berhasil
diidentifikasi abnormalitas pada berbagai kromosom termasuk didalamnya kromosom
1234568911131415161722 dan X(4)
Faktor lingkungan dan kultur yang berhubungan dengan karsinoma nasofaring
termasuk didalamnya adalah kebiasaan dari orang kanton yang memakan ikan yang diasinkan
dan mengawetkan makanan dengan bahan pengawet nitrosamine (hal ini telah dikonsumsi
sejak masa kanak-kanak ) Bukti ditemukannya DNA-EBV pada hampir setiap kasus
karsinoma nasofaring menjadikan pegangan bagi para ahli untuk membuat kesimpulan bahwa
keganasan yang terjadi adalah akibat ekspansi pembelahan pada sel yang diakibatkan EBV
Hal ini memberikan indikasi bahwa EBV muncul dalam sel pada saat terjadinya transformasi
sel menjadi ganas dan menunjukkan peranan virus tersebut terhadap perkembangan awal
terjadinya proses keganasan pada nasofaring(34)
GEJALA DAN TANDA-TANDA
Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam tidak ada gejala pasti yang
khusus untuk tumor nasofaring karena tumor primer itu sendiri dalam nasofaring kadang
tidak menimbulkan gejala Tumor nasofaring dapat menimbulkan gejala-gejala hingga
penderita datang berobat keberbagai ahli(4)
Tumor ini menimbulkan gejala bila sudah ada penyebaran
1 Gejala nasofaring (tumor primer )
Asimptomatik
Hidung tumpat
Epistaksis ringan
Untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat kalau perlu dengan
nasofaringoskop Karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah bertumbuh
atau tumor tidak nampak karena masih terdapat dibawah mukosa ( creeping tumor )(1234)
2 Gangguan pada telingapendengaran
Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba
eustachius ( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup Gangguan dapat berupa
Tinitus
Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )
Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari
bahwa penyebabnya adalah karsinoma nasofaring(124)
3 Gejala mata dan syaraf
Infiltrasi dasar tengkorak
Merupakan gejala karsinoma Penjelasan melalui fenomena laserum akan
mengenai syaraf otak NIII NVI dapat pula ke NV dapat menimbulkan gejala
Diplopia
Juling
Neuralgia terminal(124)
Penderita datang dengan keluhan juling bila melirik kekanan bengkak leher
sebelah kanan sejak dua bulan tidak nyeri Tidak ada keluhan lain Pada pemeriksaan
terdapat masssa kelenjar limfe-3 dan paralysis NVI kanan Biopsy nasofaring
memastikan diagnosis karsinoma dengan penyebaran kelenjar limfe (N3) dan
penyusupan ke dasar tengkorak ( petrosfenoidal )(24)
a Pada pandangan lurus kedepan tampak normal
b Penderita melirik kekanan mata kanan tidak bergerak ke kanan
c Penderita melirik kekiri tidak ada gangguan gerakan bola mata(2)
Infiltrasi para faring
Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar sepanjang dasar
tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen jugularis yaitu NIX
X XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau sensorik pada faring
dan laring(2)
Pembengkakkan leher
Tiga dari empat penderita tumor nasofaring mengalami pembengkakkan pada
leher ini merupakan gejala utama hampir 50 penderitaOleh tumor dalam
nasofaring tidak menimbulkan gejala satu-satunya keluhan penderita ialah
pembengkakkan pada leherMenghadapi penderita demikian maka nasofaring
penderita harus di periksa Sebelum dilakukan biopsy kelenjar leher yang
membesar pada daerah nasofaring yang mencurigakan harus dilakukan biopsy
lebih dahulu(2)
HISTOPATOLOGI
Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya 3 karsinoma (epidermoid) pada nasofering
yaitu
1 Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi
2 Karsinoma tidak berkeratinisasi
3 Karsinoma tidak berderiferenisasi
Semua yang kita kenal selama ini dengan limf epiteloma sel transisionil sel spindle
sel clear anaplastik dan lain-lain dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferenisasi(14)
STADIUM(234)
Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992)
T = Tumor Primer
TO = Tidak tampak tumor
T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateralposterosuperioratap dan lain-
lain)
T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam
rongga nasofaring
T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung atau orofaring
dan sebagainya)
T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau
mengenai syaraf-syaraf otak
TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas
N = Pembesaran kelenjar getah bening
NO = Tidak ada pembesaran
N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan
N2 = Terdapat pembesaran kontrabilateral dan masih dapat digerakkan
N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral kontra lateral maupun bilateral
yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya
M = Metastasis jauh
M1 = Tidak ada metastasis jauh
M2 = Terdapat metastasis jauh
Stadium T Nasofaring M
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III T1T2T3 N1 M0
T3 N0 M0
IV T4 N0N1 M0
T1T2T3T4 N2N3 M0
T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
1 Anamnesa
2 Pemeriksaan fisik
3 CT scan
4 Biopsi
5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)
Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah
kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit
ditemukan(14)
Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan
kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)
Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat
dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)
Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam
biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring
kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)
Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan
melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem
bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung
disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring
dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau
memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat
lebih jelas(12345)
Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan
xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka
dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)
TERAPI
Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai
daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi
dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada
karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau
raditerapi sebagai terapi awal(14)
Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum
bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang
diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada
karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan
kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya
kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi
Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV
lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)
KEMOTERAPI
Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan
kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)
1) Kemoterapi tunggal
Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami
rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada
penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU
merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan
terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang
biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan
dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu
Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan
paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)
2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi
Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat
direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di
operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai
dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol
kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro
metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin
sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan
radioterapi(459)
3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi
Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah
pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi
adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan
saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-
5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan
kemoterapi(458)
4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )
Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan
kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)
5) Brakhiterapi
Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif
didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi
radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan
secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)
6) Stereotactic radiosurgery
Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi
paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di
intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan
pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)
PROGNOSIS
Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor
Stadium I 85
Stadium II 75
Stadium III 45
Stadium IV 10
Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat
ditemukan di tulang paru dan hati(34)
PENCEGAHAN
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi
Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan
akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat
yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang
tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA
anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan
karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)
DAFTAR PUSTAKA
1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187
2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997
hal 351-352
3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid
l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396
4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi
Medan 2008 hal 91-107
5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran
EGC Jakarta1997
6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat
Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian
Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta
1989 hal 21-29
8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-
111
9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41
10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL
httpwwwuptodatecom2002html2002
11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan
Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
- Kesadaran
- Compos mentis
- Auricula
- Kanan
- Kiri
- Pre-auricula
- Kanan
- Kiri
- Pemeriksaan Luar
- Rhinoskopi Anterior
- Rhinoskopi Posterior
- Orofaring
- Peritonsil
- Dalam batas normal
-
Pada dinding lateral kiri dan kanan ditentukan cekungan yaitu muara tuba eusatchius
ke nasofaring dan di belakang torus tobarius ditemukan pada suatu lekukan atau celah yang
disebut fosssa rosenumuller(123)
EPIDEMIOLOGI
Karsinoma nasofaring menjadi penyebab kematian utama pada sebagian besar
populasi di Asia Tenggara di cina selatan karsinoma nasofaring merupakan tumor terbanyak
pada laki-laki dengan insiden rata-rata sekitar 40100000 insiden terbanyak ditemukan di
daerah cina khusus nya di propinsi Kwangtung republic rakyat cina(469)
Pada ras mongoloid kanker nasofaring insidennya cukup tinggi sehingga tidaklah
mengherankan pada penduduk cina bagian selatan kemudian hongkong Vietnam Thailand
Malaysia singapura dan Indonesia banyak ditemukan kasus ini(14)
Selain itu cukup banyak kasus karsinoma nasofaring di yunani afrika bagian utara
seperti aljazair Tunisia pada orang eksimo Alaska dan Greenland penyebabnya diduga
adalah karena memakan makanan yang di awetkan pada musim dingin dengan menggunakan
bahan pengawet nitrosamine(1)
Di Indonesia frekuensi penderita ini hampir merata di setiap daerah seperti Jakarta
ujung pandang Palembang denpasar padang bukit tinggi medan semarang Surabaya dan
lain-lain(1)
(gambar nasopharyng carcinoma pada leher sebelah kanan)
ETIOLOGI
Etiologi karsinoma nasofaring ini masih belum diketahui secara pasti Secara umum
karsinoma nasofaring terjadi sebagai akibat pengaruh genetic dan lingkungan seperti zat
karsinogen dan infeksi virus Epstein-Barr (EBV)(34810)
Hal ini didukung oleh adanya factor genetic yang berhubungan dengan karsinoma
nasofaring yaitu HLA-A2 dan HLA-Bsin2 ( paling banyak ditemukan pada orang daerah
cina selatan tetapi jarang didapatkan pada ras kaukasoid )selain itu telah berhasil
diidentifikasi abnormalitas pada berbagai kromosom termasuk didalamnya kromosom
1234568911131415161722 dan X(4)
Faktor lingkungan dan kultur yang berhubungan dengan karsinoma nasofaring
termasuk didalamnya adalah kebiasaan dari orang kanton yang memakan ikan yang diasinkan
dan mengawetkan makanan dengan bahan pengawet nitrosamine (hal ini telah dikonsumsi
sejak masa kanak-kanak ) Bukti ditemukannya DNA-EBV pada hampir setiap kasus
karsinoma nasofaring menjadikan pegangan bagi para ahli untuk membuat kesimpulan bahwa
keganasan yang terjadi adalah akibat ekspansi pembelahan pada sel yang diakibatkan EBV
Hal ini memberikan indikasi bahwa EBV muncul dalam sel pada saat terjadinya transformasi
sel menjadi ganas dan menunjukkan peranan virus tersebut terhadap perkembangan awal
terjadinya proses keganasan pada nasofaring(34)
GEJALA DAN TANDA-TANDA
Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam tidak ada gejala pasti yang
khusus untuk tumor nasofaring karena tumor primer itu sendiri dalam nasofaring kadang
tidak menimbulkan gejala Tumor nasofaring dapat menimbulkan gejala-gejala hingga
penderita datang berobat keberbagai ahli(4)
Tumor ini menimbulkan gejala bila sudah ada penyebaran
1 Gejala nasofaring (tumor primer )
Asimptomatik
Hidung tumpat
Epistaksis ringan
Untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat kalau perlu dengan
nasofaringoskop Karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah bertumbuh
atau tumor tidak nampak karena masih terdapat dibawah mukosa ( creeping tumor )(1234)
2 Gangguan pada telingapendengaran
Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba
eustachius ( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup Gangguan dapat berupa
Tinitus
Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )
Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari
bahwa penyebabnya adalah karsinoma nasofaring(124)
3 Gejala mata dan syaraf
Infiltrasi dasar tengkorak
Merupakan gejala karsinoma Penjelasan melalui fenomena laserum akan
mengenai syaraf otak NIII NVI dapat pula ke NV dapat menimbulkan gejala
Diplopia
Juling
Neuralgia terminal(124)
Penderita datang dengan keluhan juling bila melirik kekanan bengkak leher
sebelah kanan sejak dua bulan tidak nyeri Tidak ada keluhan lain Pada pemeriksaan
terdapat masssa kelenjar limfe-3 dan paralysis NVI kanan Biopsy nasofaring
memastikan diagnosis karsinoma dengan penyebaran kelenjar limfe (N3) dan
penyusupan ke dasar tengkorak ( petrosfenoidal )(24)
a Pada pandangan lurus kedepan tampak normal
b Penderita melirik kekanan mata kanan tidak bergerak ke kanan
c Penderita melirik kekiri tidak ada gangguan gerakan bola mata(2)
Infiltrasi para faring
Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar sepanjang dasar
tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen jugularis yaitu NIX
X XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau sensorik pada faring
dan laring(2)
Pembengkakkan leher
Tiga dari empat penderita tumor nasofaring mengalami pembengkakkan pada
leher ini merupakan gejala utama hampir 50 penderitaOleh tumor dalam
nasofaring tidak menimbulkan gejala satu-satunya keluhan penderita ialah
pembengkakkan pada leherMenghadapi penderita demikian maka nasofaring
penderita harus di periksa Sebelum dilakukan biopsy kelenjar leher yang
membesar pada daerah nasofaring yang mencurigakan harus dilakukan biopsy
lebih dahulu(2)
HISTOPATOLOGI
Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya 3 karsinoma (epidermoid) pada nasofering
yaitu
1 Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi
2 Karsinoma tidak berkeratinisasi
3 Karsinoma tidak berderiferenisasi
Semua yang kita kenal selama ini dengan limf epiteloma sel transisionil sel spindle
sel clear anaplastik dan lain-lain dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferenisasi(14)
STADIUM(234)
Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992)
T = Tumor Primer
TO = Tidak tampak tumor
T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateralposterosuperioratap dan lain-
lain)
T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam
rongga nasofaring
T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung atau orofaring
dan sebagainya)
T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau
mengenai syaraf-syaraf otak
TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas
N = Pembesaran kelenjar getah bening
NO = Tidak ada pembesaran
N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan
N2 = Terdapat pembesaran kontrabilateral dan masih dapat digerakkan
N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral kontra lateral maupun bilateral
yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya
M = Metastasis jauh
M1 = Tidak ada metastasis jauh
M2 = Terdapat metastasis jauh
Stadium T Nasofaring M
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III T1T2T3 N1 M0
T3 N0 M0
IV T4 N0N1 M0
T1T2T3T4 N2N3 M0
T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
1 Anamnesa
2 Pemeriksaan fisik
3 CT scan
4 Biopsi
5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)
Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah
kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit
ditemukan(14)
Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan
kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)
Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat
dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)
Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam
biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring
kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)
Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan
melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem
bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung
disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring
dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau
memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat
lebih jelas(12345)
Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan
xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka
dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)
TERAPI
Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai
daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi
dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada
karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau
raditerapi sebagai terapi awal(14)
Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum
bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang
diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada
karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan
kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya
kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi
Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV
lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)
KEMOTERAPI
Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan
kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)
1) Kemoterapi tunggal
Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami
rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada
penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU
merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan
terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang
biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan
dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu
Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan
paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)
2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi
Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat
direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di
operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai
dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol
kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro
metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin
sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan
radioterapi(459)
3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi
Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah
pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi
adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan
saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-
5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan
kemoterapi(458)
4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )
Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan
kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)
5) Brakhiterapi
Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif
didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi
radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan
secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)
6) Stereotactic radiosurgery
Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi
paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di
intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan
pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)
PROGNOSIS
Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor
Stadium I 85
Stadium II 75
Stadium III 45
Stadium IV 10
Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat
ditemukan di tulang paru dan hati(34)
PENCEGAHAN
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi
Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan
akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat
yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang
tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA
anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan
karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)
DAFTAR PUSTAKA
1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187
2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997
hal 351-352
3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid
l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396
4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi
Medan 2008 hal 91-107
5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran
EGC Jakarta1997
6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat
Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian
Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta
1989 hal 21-29
8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-
111
9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41
10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL
httpwwwuptodatecom2002html2002
11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan
Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
- Kesadaran
- Compos mentis
- Auricula
- Kanan
- Kiri
- Pre-auricula
- Kanan
- Kiri
- Pemeriksaan Luar
- Rhinoskopi Anterior
- Rhinoskopi Posterior
- Orofaring
- Peritonsil
- Dalam batas normal
-
ETIOLOGI
Etiologi karsinoma nasofaring ini masih belum diketahui secara pasti Secara umum
karsinoma nasofaring terjadi sebagai akibat pengaruh genetic dan lingkungan seperti zat
karsinogen dan infeksi virus Epstein-Barr (EBV)(34810)
Hal ini didukung oleh adanya factor genetic yang berhubungan dengan karsinoma
nasofaring yaitu HLA-A2 dan HLA-Bsin2 ( paling banyak ditemukan pada orang daerah
cina selatan tetapi jarang didapatkan pada ras kaukasoid )selain itu telah berhasil
diidentifikasi abnormalitas pada berbagai kromosom termasuk didalamnya kromosom
1234568911131415161722 dan X(4)
Faktor lingkungan dan kultur yang berhubungan dengan karsinoma nasofaring
termasuk didalamnya adalah kebiasaan dari orang kanton yang memakan ikan yang diasinkan
dan mengawetkan makanan dengan bahan pengawet nitrosamine (hal ini telah dikonsumsi
sejak masa kanak-kanak ) Bukti ditemukannya DNA-EBV pada hampir setiap kasus
karsinoma nasofaring menjadikan pegangan bagi para ahli untuk membuat kesimpulan bahwa
keganasan yang terjadi adalah akibat ekspansi pembelahan pada sel yang diakibatkan EBV
Hal ini memberikan indikasi bahwa EBV muncul dalam sel pada saat terjadinya transformasi
sel menjadi ganas dan menunjukkan peranan virus tersebut terhadap perkembangan awal
terjadinya proses keganasan pada nasofaring(34)
GEJALA DAN TANDA-TANDA
Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam tidak ada gejala pasti yang
khusus untuk tumor nasofaring karena tumor primer itu sendiri dalam nasofaring kadang
tidak menimbulkan gejala Tumor nasofaring dapat menimbulkan gejala-gejala hingga
penderita datang berobat keberbagai ahli(4)
Tumor ini menimbulkan gejala bila sudah ada penyebaran
1 Gejala nasofaring (tumor primer )
Asimptomatik
Hidung tumpat
Epistaksis ringan
Untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat kalau perlu dengan
nasofaringoskop Karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah bertumbuh
atau tumor tidak nampak karena masih terdapat dibawah mukosa ( creeping tumor )(1234)
2 Gangguan pada telingapendengaran
Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba
eustachius ( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup Gangguan dapat berupa
Tinitus
Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )
Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari
bahwa penyebabnya adalah karsinoma nasofaring(124)
3 Gejala mata dan syaraf
Infiltrasi dasar tengkorak
Merupakan gejala karsinoma Penjelasan melalui fenomena laserum akan
mengenai syaraf otak NIII NVI dapat pula ke NV dapat menimbulkan gejala
Diplopia
Juling
Neuralgia terminal(124)
Penderita datang dengan keluhan juling bila melirik kekanan bengkak leher
sebelah kanan sejak dua bulan tidak nyeri Tidak ada keluhan lain Pada pemeriksaan
terdapat masssa kelenjar limfe-3 dan paralysis NVI kanan Biopsy nasofaring
memastikan diagnosis karsinoma dengan penyebaran kelenjar limfe (N3) dan
penyusupan ke dasar tengkorak ( petrosfenoidal )(24)
a Pada pandangan lurus kedepan tampak normal
b Penderita melirik kekanan mata kanan tidak bergerak ke kanan
c Penderita melirik kekiri tidak ada gangguan gerakan bola mata(2)
Infiltrasi para faring
Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar sepanjang dasar
tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen jugularis yaitu NIX
X XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau sensorik pada faring
dan laring(2)
Pembengkakkan leher
Tiga dari empat penderita tumor nasofaring mengalami pembengkakkan pada
leher ini merupakan gejala utama hampir 50 penderitaOleh tumor dalam
nasofaring tidak menimbulkan gejala satu-satunya keluhan penderita ialah
pembengkakkan pada leherMenghadapi penderita demikian maka nasofaring
penderita harus di periksa Sebelum dilakukan biopsy kelenjar leher yang
membesar pada daerah nasofaring yang mencurigakan harus dilakukan biopsy
lebih dahulu(2)
HISTOPATOLOGI
Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya 3 karsinoma (epidermoid) pada nasofering
yaitu
1 Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi
2 Karsinoma tidak berkeratinisasi
3 Karsinoma tidak berderiferenisasi
Semua yang kita kenal selama ini dengan limf epiteloma sel transisionil sel spindle
sel clear anaplastik dan lain-lain dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferenisasi(14)
STADIUM(234)
Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992)
T = Tumor Primer
TO = Tidak tampak tumor
T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateralposterosuperioratap dan lain-
lain)
T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam
rongga nasofaring
T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung atau orofaring
dan sebagainya)
T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau
mengenai syaraf-syaraf otak
TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas
N = Pembesaran kelenjar getah bening
NO = Tidak ada pembesaran
N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan
N2 = Terdapat pembesaran kontrabilateral dan masih dapat digerakkan
N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral kontra lateral maupun bilateral
yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya
M = Metastasis jauh
M1 = Tidak ada metastasis jauh
M2 = Terdapat metastasis jauh
Stadium T Nasofaring M
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III T1T2T3 N1 M0
T3 N0 M0
IV T4 N0N1 M0
T1T2T3T4 N2N3 M0
T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
1 Anamnesa
2 Pemeriksaan fisik
3 CT scan
4 Biopsi
5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)
Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah
kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit
ditemukan(14)
Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan
kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)
Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat
dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)
Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam
biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring
kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)
Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan
melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem
bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung
disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring
dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau
memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat
lebih jelas(12345)
Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan
xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka
dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)
TERAPI
Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai
daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi
dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada
karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau
raditerapi sebagai terapi awal(14)
Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum
bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang
diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada
karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan
kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya
kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi
Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV
lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)
KEMOTERAPI
Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan
kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)
1) Kemoterapi tunggal
Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami
rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada
penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU
merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan
terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang
biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan
dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu
Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan
paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)
2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi
Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat
direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di
operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai
dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol
kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro
metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin
sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan
radioterapi(459)
3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi
Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah
pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi
adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan
saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-
5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan
kemoterapi(458)
4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )
Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan
kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)
5) Brakhiterapi
Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif
didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi
radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan
secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)
6) Stereotactic radiosurgery
Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi
paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di
intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan
pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)
PROGNOSIS
Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor
Stadium I 85
Stadium II 75
Stadium III 45
Stadium IV 10
Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat
ditemukan di tulang paru dan hati(34)
PENCEGAHAN
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi
Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan
akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat
yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang
tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA
anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan
karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)
DAFTAR PUSTAKA
1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187
2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997
hal 351-352
3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid
l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396
4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi
Medan 2008 hal 91-107
5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran
EGC Jakarta1997
6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat
Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian
Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta
1989 hal 21-29
8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-
111
9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41
10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL
httpwwwuptodatecom2002html2002
11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan
Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
- Kesadaran
- Compos mentis
- Auricula
- Kanan
- Kiri
- Pre-auricula
- Kanan
- Kiri
- Pemeriksaan Luar
- Rhinoskopi Anterior
- Rhinoskopi Posterior
- Orofaring
- Peritonsil
- Dalam batas normal
-
1 Gejala nasofaring (tumor primer )
Asimptomatik
Hidung tumpat
Epistaksis ringan
Untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat kalau perlu dengan
nasofaringoskop Karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah bertumbuh
atau tumor tidak nampak karena masih terdapat dibawah mukosa ( creeping tumor )(1234)
2 Gangguan pada telingapendengaran
Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba
eustachius ( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup Gangguan dapat berupa
Tinitus
Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )
Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari
bahwa penyebabnya adalah karsinoma nasofaring(124)
3 Gejala mata dan syaraf
Infiltrasi dasar tengkorak
Merupakan gejala karsinoma Penjelasan melalui fenomena laserum akan
mengenai syaraf otak NIII NVI dapat pula ke NV dapat menimbulkan gejala
Diplopia
Juling
Neuralgia terminal(124)
Penderita datang dengan keluhan juling bila melirik kekanan bengkak leher
sebelah kanan sejak dua bulan tidak nyeri Tidak ada keluhan lain Pada pemeriksaan
terdapat masssa kelenjar limfe-3 dan paralysis NVI kanan Biopsy nasofaring
memastikan diagnosis karsinoma dengan penyebaran kelenjar limfe (N3) dan
penyusupan ke dasar tengkorak ( petrosfenoidal )(24)
a Pada pandangan lurus kedepan tampak normal
b Penderita melirik kekanan mata kanan tidak bergerak ke kanan
c Penderita melirik kekiri tidak ada gangguan gerakan bola mata(2)
Infiltrasi para faring
Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar sepanjang dasar
tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen jugularis yaitu NIX
X XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau sensorik pada faring
dan laring(2)
Pembengkakkan leher
Tiga dari empat penderita tumor nasofaring mengalami pembengkakkan pada
leher ini merupakan gejala utama hampir 50 penderitaOleh tumor dalam
nasofaring tidak menimbulkan gejala satu-satunya keluhan penderita ialah
pembengkakkan pada leherMenghadapi penderita demikian maka nasofaring
penderita harus di periksa Sebelum dilakukan biopsy kelenjar leher yang
membesar pada daerah nasofaring yang mencurigakan harus dilakukan biopsy
lebih dahulu(2)
HISTOPATOLOGI
Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya 3 karsinoma (epidermoid) pada nasofering
yaitu
1 Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi
2 Karsinoma tidak berkeratinisasi
3 Karsinoma tidak berderiferenisasi
Semua yang kita kenal selama ini dengan limf epiteloma sel transisionil sel spindle
sel clear anaplastik dan lain-lain dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferenisasi(14)
STADIUM(234)
Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992)
T = Tumor Primer
TO = Tidak tampak tumor
T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateralposterosuperioratap dan lain-
lain)
T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam
rongga nasofaring
T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung atau orofaring
dan sebagainya)
T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau
mengenai syaraf-syaraf otak
TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas
N = Pembesaran kelenjar getah bening
NO = Tidak ada pembesaran
N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan
N2 = Terdapat pembesaran kontrabilateral dan masih dapat digerakkan
N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral kontra lateral maupun bilateral
yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya
M = Metastasis jauh
M1 = Tidak ada metastasis jauh
M2 = Terdapat metastasis jauh
Stadium T Nasofaring M
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III T1T2T3 N1 M0
T3 N0 M0
IV T4 N0N1 M0
T1T2T3T4 N2N3 M0
T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
1 Anamnesa
2 Pemeriksaan fisik
3 CT scan
4 Biopsi
5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)
Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah
kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit
ditemukan(14)
Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan
kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)
Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat
dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)
Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam
biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring
kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)
Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan
melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem
bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung
disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring
dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau
memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat
lebih jelas(12345)
Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan
xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka
dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)
TERAPI
Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai
daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi
dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada
karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau
raditerapi sebagai terapi awal(14)
Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum
bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang
diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada
karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan
kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya
kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi
Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV
lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)
KEMOTERAPI
Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan
kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)
1) Kemoterapi tunggal
Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami
rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada
penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU
merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan
terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang
biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan
dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu
Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan
paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)
2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi
Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat
direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di
operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai
dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol
kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro
metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin
sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan
radioterapi(459)
3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi
Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah
pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi
adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan
saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-
5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan
kemoterapi(458)
4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )
Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan
kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)
5) Brakhiterapi
Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif
didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi
radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan
secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)
6) Stereotactic radiosurgery
Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi
paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di
intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan
pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)
PROGNOSIS
Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor
Stadium I 85
Stadium II 75
Stadium III 45
Stadium IV 10
Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat
ditemukan di tulang paru dan hati(34)
PENCEGAHAN
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi
Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan
akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat
yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang
tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA
anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan
karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)
DAFTAR PUSTAKA
1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187
2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997
hal 351-352
3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid
l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396
4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi
Medan 2008 hal 91-107
5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran
EGC Jakarta1997
6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat
Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian
Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta
1989 hal 21-29
8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-
111
9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41
10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL
httpwwwuptodatecom2002html2002
11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan
Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
- Kesadaran
- Compos mentis
- Auricula
- Kanan
- Kiri
- Pre-auricula
- Kanan
- Kiri
- Pemeriksaan Luar
- Rhinoskopi Anterior
- Rhinoskopi Posterior
- Orofaring
- Peritonsil
- Dalam batas normal
-
b Penderita melirik kekanan mata kanan tidak bergerak ke kanan
c Penderita melirik kekiri tidak ada gangguan gerakan bola mata(2)
Infiltrasi para faring
Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar sepanjang dasar
tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen jugularis yaitu NIX
X XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau sensorik pada faring
dan laring(2)
Pembengkakkan leher
Tiga dari empat penderita tumor nasofaring mengalami pembengkakkan pada
leher ini merupakan gejala utama hampir 50 penderitaOleh tumor dalam
nasofaring tidak menimbulkan gejala satu-satunya keluhan penderita ialah
pembengkakkan pada leherMenghadapi penderita demikian maka nasofaring
penderita harus di periksa Sebelum dilakukan biopsy kelenjar leher yang
membesar pada daerah nasofaring yang mencurigakan harus dilakukan biopsy
lebih dahulu(2)
HISTOPATOLOGI
Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya 3 karsinoma (epidermoid) pada nasofering
yaitu
1 Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi
2 Karsinoma tidak berkeratinisasi
3 Karsinoma tidak berderiferenisasi
Semua yang kita kenal selama ini dengan limf epiteloma sel transisionil sel spindle
sel clear anaplastik dan lain-lain dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferenisasi(14)
STADIUM(234)
Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992)
T = Tumor Primer
TO = Tidak tampak tumor
T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateralposterosuperioratap dan lain-
lain)
T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam
rongga nasofaring
T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung atau orofaring
dan sebagainya)
T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau
mengenai syaraf-syaraf otak
TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas
N = Pembesaran kelenjar getah bening
NO = Tidak ada pembesaran
N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan
N2 = Terdapat pembesaran kontrabilateral dan masih dapat digerakkan
N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral kontra lateral maupun bilateral
yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya
M = Metastasis jauh
M1 = Tidak ada metastasis jauh
M2 = Terdapat metastasis jauh
Stadium T Nasofaring M
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III T1T2T3 N1 M0
T3 N0 M0
IV T4 N0N1 M0
T1T2T3T4 N2N3 M0
T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
1 Anamnesa
2 Pemeriksaan fisik
3 CT scan
4 Biopsi
5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)
Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah
kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit
ditemukan(14)
Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan
kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)
Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat
dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)
Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam
biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring
kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)
Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan
melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem
bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung
disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring
dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau
memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat
lebih jelas(12345)
Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan
xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka
dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)
TERAPI
Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai
daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi
dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada
karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau
raditerapi sebagai terapi awal(14)
Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum
bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang
diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada
karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan
kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya
kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi
Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV
lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)
KEMOTERAPI
Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan
kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)
1) Kemoterapi tunggal
Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami
rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada
penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU
merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan
terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang
biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan
dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu
Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan
paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)
2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi
Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat
direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di
operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai
dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol
kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro
metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin
sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan
radioterapi(459)
3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi
Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah
pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi
adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan
saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-
5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan
kemoterapi(458)
4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )
Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan
kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)
5) Brakhiterapi
Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif
didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi
radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan
secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)
6) Stereotactic radiosurgery
Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi
paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di
intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan
pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)
PROGNOSIS
Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor
Stadium I 85
Stadium II 75
Stadium III 45
Stadium IV 10
Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat
ditemukan di tulang paru dan hati(34)
PENCEGAHAN
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi
Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan
akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat
yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang
tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA
anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan
karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)
DAFTAR PUSTAKA
1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187
2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997
hal 351-352
3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid
l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396
4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi
Medan 2008 hal 91-107
5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran
EGC Jakarta1997
6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat
Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian
Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta
1989 hal 21-29
8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-
111
9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41
10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL
httpwwwuptodatecom2002html2002
11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan
Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
- Kesadaran
- Compos mentis
- Auricula
- Kanan
- Kiri
- Pre-auricula
- Kanan
- Kiri
- Pemeriksaan Luar
- Rhinoskopi Anterior
- Rhinoskopi Posterior
- Orofaring
- Peritonsil
- Dalam batas normal
-
STADIUM(234)
Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992)
T = Tumor Primer
TO = Tidak tampak tumor
T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateralposterosuperioratap dan lain-
lain)
T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas didalam
rongga nasofaring
T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung atau orofaring
dan sebagainya)
T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau
mengenai syaraf-syaraf otak
TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas
N = Pembesaran kelenjar getah bening
NO = Tidak ada pembesaran
N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat digerakkan
N2 = Terdapat pembesaran kontrabilateral dan masih dapat digerakkan
N3 = Terdapat pembesaran baik homolateral kontra lateral maupun bilateral
yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya
M = Metastasis jauh
M1 = Tidak ada metastasis jauh
M2 = Terdapat metastasis jauh
Stadium T Nasofaring M
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III T1T2T3 N1 M0
T3 N0 M0
IV T4 N0N1 M0
T1T2T3T4 N2N3 M0
T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
1 Anamnesa
2 Pemeriksaan fisik
3 CT scan
4 Biopsi
5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)
Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah
kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit
ditemukan(14)
Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan
kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)
Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat
dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)
Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam
biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring
kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)
Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan
melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem
bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung
disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring
dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau
memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat
lebih jelas(12345)
Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan
xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka
dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)
TERAPI
Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai
daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi
dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada
karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau
raditerapi sebagai terapi awal(14)
Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum
bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang
diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada
karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan
kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya
kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi
Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV
lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)
KEMOTERAPI
Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan
kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)
1) Kemoterapi tunggal
Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami
rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada
penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU
merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan
terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang
biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan
dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu
Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan
paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)
2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi
Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat
direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di
operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai
dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol
kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro
metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin
sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan
radioterapi(459)
3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi
Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah
pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi
adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan
saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-
5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan
kemoterapi(458)
4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )
Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan
kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)
5) Brakhiterapi
Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif
didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi
radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan
secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)
6) Stereotactic radiosurgery
Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi
paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di
intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan
pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)
PROGNOSIS
Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor
Stadium I 85
Stadium II 75
Stadium III 45
Stadium IV 10
Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat
ditemukan di tulang paru dan hati(34)
PENCEGAHAN
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi
Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan
akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat
yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang
tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA
anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan
karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)
DAFTAR PUSTAKA
1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187
2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997
hal 351-352
3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid
l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396
4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi
Medan 2008 hal 91-107
5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran
EGC Jakarta1997
6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat
Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian
Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta
1989 hal 21-29
8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-
111
9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41
10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL
httpwwwuptodatecom2002html2002
11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan
Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
- Kesadaran
- Compos mentis
- Auricula
- Kanan
- Kiri
- Pre-auricula
- Kanan
- Kiri
- Pemeriksaan Luar
- Rhinoskopi Anterior
- Rhinoskopi Posterior
- Orofaring
- Peritonsil
- Dalam batas normal
-
T1T2T3T4 N2N3 M0
T1T2T3T4 N0N1N2N3 M1
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
1 Anamnesa
2 Pemeriksaan fisik
3 CT scan
4 Biopsi
5 Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(12347)
Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan daerah
kepala dan leher sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan terlalu sulit
ditemukan(14)
Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB telah menunjukkan
kemajuan dalam mendeteksi karsinoma nasofaring(12346)
Diagnosis pasti ditegakkan dengasn melakukan biopsi nasofaring Biopsi dapat
dilakukan dengan cara yaitu melalui hidung dan mulut(1)
Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind biopsi) cunnam
biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri konka media nasofaring
kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi(12348)
Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang dimasukkan
melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut ditarik keluar dan di klem
bersama-sama ujung kateter ysng di hidung Demikian juga kateter dari hidung
disebelahnya sehingga pallatum mole tertarik keatas Kemudian dengan kaca laring
dilihat daerah nasofaring Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau
memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut massa tumor akan terlihat
lebih jelas(12345)
Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan
xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka
dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)
TERAPI
Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai
daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi
dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada
karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau
raditerapi sebagai terapi awal(14)
Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum
bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang
diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada
karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan
kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya
kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi
Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV
lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)
KEMOTERAPI
Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan
kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)
1) Kemoterapi tunggal
Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami
rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada
penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU
merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan
terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang
biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan
dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu
Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan
paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)
2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi
Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat
direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di
operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai
dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol
kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro
metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin
sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan
radioterapi(459)
3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi
Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah
pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi
adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan
saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-
5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan
kemoterapi(458)
4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )
Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan
kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)
5) Brakhiterapi
Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif
didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi
radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan
secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)
6) Stereotactic radiosurgery
Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi
paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di
intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan
pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)
PROGNOSIS
Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor
Stadium I 85
Stadium II 75
Stadium III 45
Stadium IV 10
Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat
ditemukan di tulang paru dan hati(34)
PENCEGAHAN
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi
Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan
akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat
yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang
tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA
anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan
karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)
DAFTAR PUSTAKA
1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187
2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997
hal 351-352
3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid
l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396
4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi
Medan 2008 hal 91-107
5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran
EGC Jakarta1997
6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat
Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian
Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta
1989 hal 21-29
8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-
111
9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41
10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL
httpwwwuptodatecom2002html2002
11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan
Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
- Kesadaran
- Compos mentis
- Auricula
- Kanan
- Kiri
- Pre-auricula
- Kanan
- Kiri
- Pemeriksaan Luar
- Rhinoskopi Anterior
- Rhinoskopi Posterior
- Orofaring
- Peritonsil
- Dalam batas normal
-
Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan anastesi topikal dengan
xylocain 10 Bila dengan cara ini masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka
dilakukan pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam narcosis(12346)
TERAPI
Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel skuamosa yang mengenai
daerah kepala dan leher (termasuk didalamnya karsinoma nasofaring) tergantung pada lokasi
dan stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut secara keseluruhan Pada
karsinoma stadium I dan II hampir selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau
raditerapi sebagai terapi awal(14)
Sebelum tahun 1980-an terapi awal pada penderita stadium lanjut yang belum
bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut Karena hasil yang
diperoleh tidak memuaskan khususnya pada karsinoma nasofaring stadium IV atau pada
karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan penggunaan
kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan karsinoma nasofaringPerkembangan selanjutnya
kemoterapi digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi
Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV
lanjut kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi(459)
KEMOTERAPI
Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi pertama sebagai terapi tunggal dan
kedua sebagai kombinasi dengan radioterapi(458)
1) Kemoterapi tunggal
Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada penderita yang mengalami
rekurensi dan atau yang mengalami metastasis tetapi sering juga digunakan pada
penderita karsinoma lanjut yang masih belum bermetastasisKombinasi cisplatin 5FU
merupakan kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan
terapi tunggal seperti metotrexsat bleomycin dan cisplatin Regimen kombinasi ini yang
biasa digunakan adalah cisplatin 100 mgm2 secara intra vena pada hari I dan dilanjutkan
dengan 5FU 1000 mgm2 yang diberikan melalui infuse selama 5 hari setiap 3-4 minggu
Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan
paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)
2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi
Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat
direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di
operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai
dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol
kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro
metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin
sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan
radioterapi(459)
3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi
Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah
pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi
adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan
saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-
5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan
kemoterapi(458)
4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )
Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan
kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)
5) Brakhiterapi
Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif
didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi
radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan
secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)
6) Stereotactic radiosurgery
Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi
paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di
intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan
pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)
PROGNOSIS
Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor
Stadium I 85
Stadium II 75
Stadium III 45
Stadium IV 10
Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat
ditemukan di tulang paru dan hati(34)
PENCEGAHAN
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi
Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan
akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat
yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang
tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA
anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan
karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)
DAFTAR PUSTAKA
1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187
2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997
hal 351-352
3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid
l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396
4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi
Medan 2008 hal 91-107
5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran
EGC Jakarta1997
6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat
Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian
Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta
1989 hal 21-29
8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-
111
9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41
10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL
httpwwwuptodatecom2002html2002
11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan
Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
- Kesadaran
- Compos mentis
- Auricula
- Kanan
- Kiri
- Pre-auricula
- Kanan
- Kiri
- Pemeriksaan Luar
- Rhinoskopi Anterior
- Rhinoskopi Posterior
- Orofaring
- Peritonsil
- Dalam batas normal
-
Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan taxanes ( docet ini adalah axel dan
paclitaxel ) pada kombinasi kemoterapi tersebut(459)
2) Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi
Pada masa sebelumnya radioterapi digunakan pada karsinoma yang tidak dapat
direseksi dan atau tumor yang belum bermetastasis tetapi sangat riskan untuk di
operasiKarena hasil yang diperoleh kurang memuaskan Maka sejak 1960-an mulai
dilakukan penggabungan terapi radiasi dengan kemoterapi(457)
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha untuk dapat mengontrol
kanker secara local sehingga tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi micro
metastasis sistemik Kombinasi yang dilakukan saat ini adalah menggunakan cisplatin
sebagai kemoterapi (diberikan selama 3 minggu )dan selanjutnya dilakukan tindakan
radioterapi(459)
3) Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada penderita dapat dioperasi
Terapi standar yang digunakan pada penderita ini ( stadium III dan IV ) adalah
pembedahan yang dilanjutkan dengan terapi radiasi Radio terapi diberikan sebagai terapi
adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan operasi Tehnik yang dilakukan
saat ini adalah dengan melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi ( cisplatin-
5FU) dan setelah tindakan pembedahan dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan
kemoterapi(458)
4) Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi ( operasi )
Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi radioterapi dengan
kemoterapi ( sebelumnya hanya dilakukan radioterapi )(459)
5) Brakhiterapi
Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan menempatkan bahan radioaktif
didalam atau sedekat mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan terapi
radiasi secara local Pada karsinoma nasofaring penggunaan brakhiterapi ini dilakukan
secara intrakavitas dan diikuti dengan radiasi secara eksternal(457)
6) Stereotactic radiosurgery
Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi
paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di
intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan
pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)
PROGNOSIS
Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor
Stadium I 85
Stadium II 75
Stadium III 45
Stadium IV 10
Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat
ditemukan di tulang paru dan hati(34)
PENCEGAHAN
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi
Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan
akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat
yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang
tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA
anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan
karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)
DAFTAR PUSTAKA
1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187
2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997
hal 351-352
3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid
l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396
4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi
Medan 2008 hal 91-107
5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran
EGC Jakarta1997
6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat
Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian
Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta
1989 hal 21-29
8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-
111
9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41
10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL
httpwwwuptodatecom2002html2002
11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan
Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
- Kesadaran
- Compos mentis
- Auricula
- Kanan
- Kiri
- Pre-auricula
- Kanan
- Kiri
- Pemeriksaan Luar
- Rhinoskopi Anterior
- Rhinoskopi Posterior
- Orofaring
- Peritonsil
- Dalam batas normal
-
6) Stereotactic radiosurgery
Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma dengan berbagai konvergensi
paparan ( dengan dosis tunggal yang tinggi ) Biasanya digunakan pada metastasis di
intracranial Dahulu digunakan pada tumor yang masih jinak sekarang mulai digunakan
pada kanker yang telah bermetastasis terutama ke intracranial(458)
PROGNOSIS
Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap tingkatanstadium tumor
Stadium I 85
Stadium II 75
Stadium III 45
Stadium IV 10
Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena metastasis jauh yang dapat
ditemukan di tulang paru dan hati(34)
PENCEGAHAN
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah beresiko tinggi
Memindahkan ( migrasi ) penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya Penerangan
akan kebiasaan hidup yang salah mengubah cara memasak makanan dan mencegah akibat
yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang
tidak sehat meningkatkan keadaan social ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan
kemungkinan-kemungkinan factor penyebab melakukan tes serologi IgA anti VCA dan IgA
anti EA secara missal dimasa yang akan datang akan bermanfaat dalam menentukan
karsinoma nasofaring secara lebih dini(148)
DAFTAR PUSTAKA
1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187
2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997
hal 351-352
3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid
l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396
4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi
Medan 2008 hal 91-107
5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran
EGC Jakarta1997
6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat
Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian
Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta
1989 hal 21-29
8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-
111
9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41
10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL
httpwwwuptodatecom2002html2002
11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan
Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
- Kesadaran
- Compos mentis
- Auricula
- Kanan
- Kiri
- Pre-auricula
- Kanan
- Kiri
- Pemeriksaan Luar
- Rhinoskopi Anterior
- Rhinoskopi Posterior
- Orofaring
- Peritonsil
- Dalam batas normal
-
1 Roezin A Adham M Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher Edisi V FKUI Jakarta 2001 hal 182-187
2 Sjamsuhidajat R Wim de jong Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi EGC 1997
hal 351-352
3 Ballengger JJ Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi 13 jilid
l Binarupa Aksara Jakarta 1998 hal 391-396
4 Roderthanian IL Anatomi dan Fisiologi Faring In Kumpulan Kuliah Faringologi
Medan 2008 hal 91-107
5 Adam Boeis Buku Ajar Ilmu Penyakit THT Edisi 6 Penerbit Buku Kedokteran
EGC Jakarta1997
6 Yenita Asri A Studi Retrospektif Karsinoma Nasofaring di Sumatera Barat
Reevaluasi Subtipe Histopatologi Berdasarkan Klasifikasi WHO ( Penelitian
Pendahuluan ) Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Padang
7 Soetjibto Damayanti Bagian THT FKUI RS Cipto Mangunkusumo Dr Jakarta
1989 hal 21-29
8 Mansjoer A Triyanti K Savitri R et all Karsinoma Nasofaring In Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama Media Aesculapius FKUI 2001 hal 110-
111
9 Iskandar Nurbaiti Munir Masrin Soetjipto Damayanti Tumor Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher Diagnosis dan Penatalaksanaan Jakarta 2007 hal 2-41
10 Gordon GS Nasopharyngeal Carcinoma III Uptodate 2002 from URL
httpwwwuptodatecom2002html2002
11 Rusdiana Munir D siregar Y Hubungan antibody Anti Epsteinbar Barr Virus dengan
Karsinma Nasofaring pada Pasien Etnis Batak di Medan Depertemen Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
- Kesadaran
- Compos mentis
- Auricula
- Kanan
- Kiri
- Pre-auricula
- Kanan
- Kiri
- Pemeriksaan Luar
- Rhinoskopi Anterior
- Rhinoskopi Posterior
- Orofaring
- Peritonsil
- Dalam batas normal
-