CA COLON
-
Upload
desi-lutfiatul-fitria -
Category
Documents
-
view
51 -
download
1
Transcript of CA COLON
MAKALAH KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN
DENGAN KLIEN CARSINOMA COLON
PENCERNAAN 1
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9/IIIA
1. Desi Lutfiatul Fitria 12.321.015
2. Erviana Wahyu Septiandari 12.321.022
3. Khoniatus Syarofah 12.321.034
4. Novian Waskito Yuwono 12.321.042
5. Vifi Widya Eka Chandra 12.321.056
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES INSAN CENDEKIAN MEDIKA
JOMBANG
2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat ridlo dan
izin dari-NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya
kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penyusunan makalah
tentang “Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Klien Carsinoma Colon” ini
sebagai salah satu tugas mata kuliah pencernaan 1, terutama kepada dosen
pembimbing yaitu Bu Ucik Indrawati,S.Kep,Ns.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan
dan ketidaksempurnaan karena keterbatasan data dan pengetahuan penulis serta
waktu yang ada saat ini, dengan rendah hati penulis mengharap kritik dan saran
yang membangun dari kalangan pembimbing untuk kesempurnaan makalah kami
selanjutnya. Kami berharap semoga penulisan makalah ini bermanfaat khususnya
kepada kami selaku penulis dan umumnya kepada pembaca yang budiman..
Akhirnya, semoga Allah senantiasa meberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada siapa saja yang mencintai pendidikan. Amin Ya Robbal Alamin.
Jombang, 10 November 2013
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi 3
2.2 Etiologi 4
2.3 Manifestasi Klinis 7
2.4 Patofisiologi 9
2.5 Klasifikasi 12
2.6 Deteksi Dini 14
2.7 Komplikasi15
2.8 Pencegahan 16
2.9 Penatalaksanaan 16
2.10 Pemeriksaan Penunjang 19
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian 21
3.2 Diagnosa Keperawatan 23
3.3 Intervensi 24
3.4 Penatalaksanaan 31
3.5 Evaluasi 31
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 32
4.2 Saran 32
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usus besar adalah bagian dari sistim pencernaan (digestive system)
dimana materi yang dibuang (sampah) disimpan. Rektum (rectum) adalah
ujung dari usus besar dekat dubur (anus). Bersama, mereka membentuk
suatu pipa panjang yang berotot yang disebut usus besar. Tumor-tumor usus
besar dan rektum adalah pertumbuhan-pertumbuhan yang datangnya dari
dinding dalam dari usus besar.
Tumor-tumor ramah dari usus besar disebut polip-polip (polyps).
Tumor-tumor ganas dari usus besar disebut kanker-kanker. Polip-polip
ramah tidak menyerang jaringan yang berdekatan dengannya atau menyebar
ke bagian-bagian lain tubuh. Polip-polip ramah dapat diangkat dengan
mudah sewaktu colonoscopy dan adalah bukan ancaman nyawa. Jika polip-
polip ramah tidak diangkat dari usus besar, mereka dapat menjadi ganas
(bersifat kanker) melalui waktu. Kebanyakan dari kanker-kanker usus besar
dipercayai telah berkembang dari polip-polip. Kanker usus besar dan
rektum, juga dirujuk sebagai kanker kolorektal ( colorectal cancer), dapat
menyerang dan merusak jaringan-jaringan dan organ-organ yang
berdekatan. Sel-sel kanker juga dapat pecah dan keluar dan menyebar pada
bagian-bagian lain tubuh (seperti hati dan paru-paru) dimana tumor-tumor
baru terbentuk. Penyebaran kanker usus besar ke organ-organ yang terletak
jauh darinya disebut metastasis dari kanker usus besar. Sekali metastasis
telah terjadi pada kanker kolorektal (colorectal cancer), suatu penyembuhan
yang penuh dari kanker adalah tidak mungkin.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari ca colon ?
2. Apa saja ethiologi dari ca colon ?
3. Apa klasifikasi dari ca colon ?
4
4. Bagaimana WOC dari ca colon ?
5. Bagaimana patofisiologi dari ca colon ?
6. Bagaimana manifestasi klinis dari ca colon ?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dilakukan untuk ca colon ?
8. Bagaimana penatalaksanaan untuk ca colon ?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan teori dari ca colon ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari ca colon
2. Untuk mengetahui ethiologi dari ca colon
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari ca colon
4. Untuk mengetahui WOC dari ca colon
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari ca colon
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari ca colon
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic yang dilakukan untuk
penyakit ca colon
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk penyakit ca colon
9. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien dengan ca colon
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa
yang tidak normal akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki
keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas. Neoplasma
ganas disebut juga sebagai kanker (cancer). (SylviaA Price, 2005).
Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di
dalam permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar
berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas biasa disebut adenoma yang
6
dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat).
(www.republika.co.id).
Kanker usus besar atau disebut juga kanker kolorektal merupakan
salah satu jenis kanker ganas yang tumbuh pada permukaan usus besar
(kolon) atau anus (rectum). Kanker usus besar adalah kanker yang amat
dipengaruhi lingkungan dan gaya hidup. (http://prodia.co.id).
Kanker kolon adalah polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan
menyusup serta merusak jaringan normal dan meluas ke dalam struktur
sekitar. Kanker dapat terlepas dari struktur primer dan menyebar ke bagian
tubuh lain terutama hati.(http://duniailmukeperawatan.com).
Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan kanker
kolon adalah tumbunhya sel-sel ganas di permukaan dalam usus besar
(kolon) atau rektum. Lokasi tersering timbulnya kanker kolon adalah di
bagian sekum, asendens, dan kolon sigmoid, salah satu penatalaksanaannya
adalah dengan membuat kolostomi untuk mengeluarkan produksi faeces.
Kanker colon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah
kanker paru-paru. Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena
penyakit ini sering tidak diketahui sampai tingkat yang lebih
parah.Pembedahan adalah satu-satunya cara untuk mengubah kanker Colon.
2.2 Etiologi
7
Penyebab dari pada kanker Colon tidak diketahui. Diet dan
pengurangan waktu peredaran pada usus besar (Aliran depan feces) yang
meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh
Amerika Cancer Society, The National Cancer Institute, dan organisasi
kanker lainnya. Faktor resiko telah teridentifikasi. Faktor resiko untuk
kanker kolon :
a. Usia, umumnya kanker kolorektal menyerang lebih sering pada usia
tua. Lebih dari 90 persen penyakit ini menimpa penderita di atas usia 50
tahun. Walaupun pada usia yang lebih muda dari 50 tahun pun dapat
saja terkena. Sekitar 3% kanker ini menyerang penderita pada usia di
bawah 40 tahun.
b. Polip kolorektal, adalah pertumbuhan tumor pada dinding sebelah
dalam usus besar dan rektum. Sering terjadi pada usia di atas 50 tahun.
Kebanyakan polyp ini adalah tumor jinak, tetapi sebagian dapat berubah
menjadi kanker. Menemukan dan mengangkat polyp ini dapat
menurunkan risiko terjadinya kanker kolorektal.
c. Riwayat kanker kolorektal pada keluarga, bila keluarga dekat yang
terkena (orangtua, kakak, adik, atau anak), maka risiko untuk terkena
kanker ini menjadi lebih besar, terutama bila keluarga yang terkena
tersebut terserang kanker ini pada usia muda.
d. Kelainan genetik, perubahan pada gen tertentu akan meningkatkan
risiko terkena kanker kolorektal. Bentuk yang paling sering dari
kelainan gen yang dapat menyebabkan kanker ini adalah hereditary
nonpolyposis colon cancer (HNPCC), yang disebabkan adanya
perubahan pada gen HNPCC. Sekitar tiga dari empat penderita cacat
gen HNPCC akan terkena kanker kolorektal, di mana usia yang
tersering saat terdiagnosis adalah di atas usia 44 tahun.
e. Pernah menderita penyakit sejenis, dapat terserang kembali dengan
penyakit yang sama untuk kedua kalinya. Demikian pulawanita yang
memiliki riwayat kanker indung telur, kanker rahim, kanker payudara
memiliki risiko yang tinggi untuk terkena kanker ini.
8
f. Radang usus besar, berupa colitis ulceratif atau penyakit Crohn yang
menyebabkan inflamasi atau peradangan pada usus untuk jangka waktu
lama, akan meningkatkan risiko terserang kanker kolorektal.
g. Diet, makanan tinggi lemak (khususnya lemak hewan) dan
rendah kalsium, folat dan rendah serat, jarang makan sayuran dan buah-
buahan, sering minum alkohol, akan meningkatkan risiko terkena
kanker kolorektal.
h. Merokok, dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker ini.
Makanan-makanan yang pasti di jurigai mengandung zat-zat kimia
yang menyebabkan kanker pada usus besar ( Tabel 56-1 ). Makanan tersebut
juga mengurangi waktu peredaran pada perut,yang mempercepat usus besar
menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak terutama
lemak hewan dari daging merah,menyebabkan sekresi asam dan bakteri
anaerob, menyebabkan timbulnya kanker didalam usus besar. Daging yang
di goreng dan di panggang juga dapat berisi zat-zat kimia yang
menyebabkan kanker. Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung
serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran dalam
usus besar. Beberapa kelompok menyarankan diet yang mengadung sedikit
lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan ( e.g Mormons,seventh
Day Adventists ).
Makanan yang harus dihindari :
- Daging merah
- Lemak hewan
- Makanan berlemak
- Daging dan ikan goreng atau panggang
- Karbohidrat yang disaring(example:sari yang disaring)
- Makanan yang harus dikonsumsi:
- Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari
golongan kubis ( seperti brokoli,brussels sprouts )
- Butir padi yang utuh
- Cairan yang cukup terutama air.
9
Karena sebagian besar tumor Colon menghasilkan adenoma,faktor
utama yang membahayakan terhadap kanker Colon menyebabkan adenoma.
Ada tiga type adenoma Colon : tubular,villous dan tubulo villous ( akan di
bahas pada polips ).Meskipun hampir besar kanker Colon berasal dari
adenoma,hanya 5% dari semua adenoma Colon menjadi manigna,villous
adenoma mempunyai potensial tinggi untuk menjadi manigna.
Faktor yang menyebabkan adanya adenoma benigna atau manigna
tumor tidak diketahui poliposis yang bergerombol bersifat herediter yang
tersebar pada gen autosom dominan. Ini di karakteristikkan pada permulaan
adematus polip pada colon dan rektum. Resiko dari kanker pada tempat
femiliar poliposis mendekati 100 % dari orang yang berusia 20 – 30 tahun.
Orang-orang yang telah mempunyai ucerative colitis atau penyakit
Crohn’s juga mempunyai resiko terhadap kanker Colon. Penambahan resiko
pada permulaan usia muda dan tingkat yang lebih tinggi terhadap
keterlibatan colon. Resiko dari kanker Colon akan menjadi 2/3 kali lebih
besar jika anggota keluarga menderita penyakit tersebut.
2.3 Manifestasi Klinis
10
Pendarahana pada usus besar yang ditandai dengan ditemukannya darah
pada feses saat buang air besar
Perubahan pada fungsi usus dengan gejala diare atau sembelit yang tidak
jelas sebabnya, berlangsung lebih dari enam minggu.
Penurunan bera badan tanpa sebab yang jelas
Rasa sakit di perut atau bagian belakang
Perut masih terasa penuh, meskipun sudah buang air besar
Rasa lelah yang terus-menerus.
11
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan
fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah
perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses gejala paling umum
kedua. Gejala dapat juga anemia yang tidak diketahui penyebabnya,
anoreksi, atau penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang sering
dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan
melena (feses hitam, seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan
lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen
dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah
segar dalam feses. Gejala yang dihubungakan dengan lesi rektal adalah
evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare
bergantian, serta feses berdarah.
2.4 Patofisiologi
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti,
namun makanan merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker
tersebut. Yaitu berkorelasi dengan faktor makanan yang mengandung
kolesterol dan lemak hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya
interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam empedu dan
makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol,
khususnya bir.
12
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%)
adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel).
Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian
dapat menjadi ganas dan menyusup, serta merusak; jaringan normal dan
meluas ke dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa masa polipoid,
besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus
sebagai striktura annular (mirip cincin). Lesi annular lebih sering terjadi
pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering
terjadi pada sekum dan kolon asendens.
WOC
Kolitis Ulserativa Poliposis Familial
Kebiasaan makan
↓
diet rendah serat dan tinggi karbohidrat
↓
Perubahan flora feses
↓
pemekatan zat karsinogenik
Karsinoma Kolon dan Rektum
13
Karsinoma kolon kiri dan rektum
↓
perubahan defekasi
nyeri
kembung
diare
↓
lesi melingkar pada kolon kiri
↓
gangguan obstruksi
↓
feses kecil dan berbentuk seperti pita
↓
defekasi disertai pendarahan kronik
Karsinoma kolon kanan dan rektum
↓
lumen usus membesar dan feses masih
encer
↓
kolon berisi cairan
↓
pendarahan intermitten saat defekasi
↓
anemia
14
anemia
menyebar ke radiks saraf, pembuluh limfe, atau
vena
↓
tekanan pada pada tungkai dan perineum
↓
hemoroid
nyeri bawah pinggang
keinginan defekasi
sering berkemih
Tumor dapat menyebar melalui :
1. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam
kandung kemih (vesika urinaria).
2. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon
dan mesokolon.
3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon
mengalirkan darah balik ke sistem portal.
Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197)
diantaranya:
15
1. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan
dinding usus besar (lapisan mukosa).
2. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di
bawah lapisan mukosa.
3. Pada stadium III sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe
yang banyak terdapat di sekitar usus.
4. Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh
kelenjar limfe atau bahkan ke organ-organ lain.
2.5 Klasifikasi
Klasifikai kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T =
tumor, N = kelenjar getah bening regional, M =jarak metastese).
T Tumor primer
TO Tidak ada tumor
TI Invasi hingga mukosa atau sub mukosa
T2 Invasi ke dinding otot
T3 Tumor menembus dinding otot
N Kelenjar limfa
N0 tidak ada metastase
N1 Metastasis ke kelenjar regional unilateral
N2 Metastasis ke kelenjar regional bilateral
N3 Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional
M Metastasis jauh
MO Tidak ada metastasis jauh
MI Ada metastasis jauh
Karsinoma Colon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip.
Biasanya tumor ini tumbuh tidak terditeksi sampai gejala-gejala muncul
secara berlahan dan tampak membahayakan. Penyakit ini menyebar dalam
beberapa metode. Tumor mungkin menyebar dalam tempat tertentu pada
lapisan dalam di perut,mencapai serosa dan mesenterik fat. Kemudian tumor
mulai melekat pada organ yang ada disekitarnya,kemudian meluas kedalam
16
lumen pada usus besar atau menyebar ke limpa atau pada sistem sirkulasi.
Sistem sirkulasi ini langsung masuk dari tumor utama melewati pembuluh
darah pada usus besar melalui limpa,setelah sel tumor masuk pada sistem
sirkulasi,biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah
tempat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru.
Tempat metastase yang lain termasuk:
- Kelenjar Adrenalin
- Ginjal
- Kulit
- Tulang
- Otak
Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui
limpa dan sistem sirkulasi,tumor colon juga dapat menyebar pada bagian
peritonial sebelum pembedahan tumor belum dilakukan. Penyebaran terjadi
ketika tumor dihilangkan dan sel kanker dari tumor pecah menuju ke rongga
peritonial.
2.6 Deteksi Dini
Deteksi dini berupa skrining untuk mengetahui kanker kolorektal
sebelum timbul gejala dapat membantu dokter menemukan polyp dan
kanker pada stadium dini. Bila polyp ditemukan dan segera diangkat, maka
akan dapat mencegah terjadinya kanker kolorektal. Begitu juga pengobatan
pada kanker kolorektal akan lebih efektif bila dilakukan pada stadium dini.
Untuk menemukan polyp atau kanker kolorektal dianjurkan melakukan
deteksi dini atau skrining pada orang di atas usia 50 tahun, atau di bawah
usia 50 tahun namun memiliki faktor risiko yang tinggi untuk terkena
kanker kolorektal seperti yang sudah disebutkan di atas. Tes skrining yang
diperlukan adalah
Fecal occult blood test (FOBT), kanker maupun polyp dapat menyebabkan
pendarahan dan FOBT dapat mendeteksi adanya darah pada tinja.
FOBT ini adalah tes untuk memeriksa tinja. Bila tes ini mendeteksi
17
adanya darah, harus dicari dari mana sumber darah tersebut, apakah dari
rektum, kolon atau bagian usus lainnya dengan pemeriksaan yang lain.
Penyakit wasir juga dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja.
Sigmoidoscopy, adalah suatu pemeriksaan dengan suatu alat berupa kabel
seperti kabel kopling yang di ujungnya ada alat petunjuk yang ada
cahaya dan bisa diteropong. Alatnya disebut sigmoidoscope, sedangkan
pemeriksaannya disebut sigmoidoscopy. Alat ini dimasukkan melalui
lubang dubur ke dalam rektum sampai kolon sigmoid, sehingga dinding
dalam rektum dan kolon sigmoid dapat dilihat. Bila ditemukan adanya
polyp, dapat sekalian diangkat. Bila ada masa tumor yang dicurigai
kanker, dilakukan biopsi, kemudian diperiksakan ke bagian patologi
anatomi untuk menentukan ganas tidaknya dan jenis keganasannya.
Colonoscopy, sama seperti sigmoidoscopy, namun menggunakan kabel
yang lebih panjang, sehingga seluruh rektum dan usus besar dapat
diteropong dan diperiksa. Alat yang digunakan adalah colonoscope.
Double-contrast barium enema, adalah pemeriksaan radiologi dengan
sinar rontgen (sinar X ) pada kolon dan rektum. Penderita diberikan
enema dengan larutan barium dan udara yang dipompakan ke dalam
rektum. Kemudian difoto. Seluruh lapisan dinding dalam kolon dapat
dilihat apakah normal atau ada kelainan.
Colok dubur, adalah pemeriksaan yang sangat sederhana dan dapat
dilakukan oleh semua dokter, yaitu dengan memasukkan jari yang
sudah dilapisi sarung tangan dan zat lubrikasi ke dalam dubur kemudian
memeriksa bagian dalam rektum. Merupakan pemeriksaan yang rutin
dilakukan. Bila ada tumor di rektum akan teraba dan diketahui dengan
pemeriksaan ini.
2.7 Komplikasi
Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau
lengkap.
18
2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan
penyebaran langsung.
3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah
sekitar kolon yang menyebabkan hemorragi.
4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
6. Pembentukan abses
Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina. Biasanya
tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan
pendarahan. Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-
angsur membantu usus besar dan pada akirnya tidak bisa sama sekali.
Perluasan tumor melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang
berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter ) dan penyebab
gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.
2.8 Pencegahan
Pencegahan Kanker Kolon :
1. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan
menurunkan derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu,
dan besi dalam usus besar.
2. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
3. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin yang dapat
membantu memperkuat kerja sistem imun.
4. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.
5. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur
untuk buang air besar.
6. Hidup rileks dan kurangi stress.
7. Hindari makanan yang mengandung tinggi lemak, protein, kalori, serta
daging merah. Jangan melupakan konsumsi kalsium dan asam folat.
8. Makan buah dan sayuran setiap hari.
9. Pertahankan IMT (Indeks Massa Tubuh)
10. Lakukan aktivitas fisik
19
11. Hindari kebiasaan merokok
2.8 Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV
dan pengisapan nasogastrik. Apabila terjadi perdarahan yang cukup
bermakna terapi komponen darah dapat diberikan.
Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk
pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain
pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan
atau imunoterapi.
Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU).
Belakangan ini sering dikombinasi dengan leukovorin yang dapat
meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3
macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil
penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi
dan kemoterapi
b) Penatalaksanaan bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker
kolon dan rektal, pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif.
Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop.
Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi merupakan suatu prosedur
yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan
pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam
membuat keputusan dikolon, massa tumor kemudian di eksisi. Reseksi
usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas B
serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker
kolon kelas D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif.
Apabila tumor sudah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar,
operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan tergantung dari lokasi
dan ukuran tumor.
20
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut :
- Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan
porsi usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus
limfatik)
- Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen
(pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta
sfingter anal)
- Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan
anastomosis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi
- Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi
obstruksi yang tidak dapat direseksi)
c) Difersi vekal untuk kanker kolon dan rektum
Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan,
kolostomi dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien kanker
kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon
secara bedah. Stoma ini dapat berfungsi sebagai difersi sementara atau
permanen. Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar
tubuh. Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan
kolostomi yang ditentukan oleh lokasi tumor dan luasnya invasi pada
jaringan sekitar.
d) Penatalaksanaan Keperawatan
1. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2. Meningkatkan kenyamanan.
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4. Mencegah komplikasi.
5. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis,
dan kebutuhan pengobatan.
e). Penatalaksanaan Diet
21
1. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-
buahan. Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar
sehingga berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak
berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama mengendap di
usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.
2. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
3. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan
kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan.
4. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik,
karena hal tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
5. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
6. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
2.9 Pemeriksaan penunjang
1. Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik
sigmoidoskopi maupun kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma
atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas pada endoskopi, dan untuk
menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi.
2. Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain
adalah : foto dada dan foto kolon (barium enema).
Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat memperjelas
keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini mungkin
menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi
pengurangan ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan
tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium secara umum
dilakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.
3. Computer Tomografi (CT) membantu memperjelas adanya massa dan
luas dari penyakit. Chest X-ray dan liver scan mungkin dapat
menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis.
22
4. Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya
metastasis kanker pada paru juga bisa digunakan untuk persiapan
tindakan pembedahan. Pada foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling
defect pada suatu tempat atau suatu striktura.
5. Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada
tidaknya metastasis kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di
hati.
6. Histopatologi/ Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi
di beberapa tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan
diagnosis. Gambaran histopatologi karsinoma kolorektal ialah
adenokarsinoma, dan perlu ditentukan differensiasi sel.
7. Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma
kolorektal, walaupun demikian setiap pasien yang mengalami
perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang
biasa dipakai adalah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya
ditemukan karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan
penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi secara dini
karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya
pada sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan buang air besar lendir
23
berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella
dan juga amoeba.
8. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk
tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada
pengobatan.
9. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk diagnostik banding
dan menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sum-sum
tulang, kulit, organ dan sebagainya.
9. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat
menunjukkan anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah
putih: trombosit meningkat atau berkurang.
10. Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Anamnesa
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian :
No. Registrasi :
Diagnosa Medis :
Pengumpulan Data
1. Identitas
Nama Pasien :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
24
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama :
2. Status Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasa paling terasa dan paling menonjol.
b. Riwayat penyakit sekarang
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah penyebab dari timbulnya
penyakit yang diderita
c. Riwayat peenyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah mengalami penyakit seperti
ini atau pernah punya penyakit menular atau menurun.
d. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada keluarga yang pernah menderita
penyakit seperti ini, penyakit keturunan (DM, HT).
3. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Perlu ditanyakan tentang kebiasaan oleh raga, merokok,
peenggunaan alkohol atau penggunaan tembakau.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Perlu ditanyakan apakah mengalami gangguan penurunan nafsu
makan, mual atau muntah.
c. Pola eliminasi
Perlu ditanyakan kebiasaan defekasi dan miksi berapa kali
perhari.
d. Pola istirahat tidur
Bagaimana kebiasaan pola tidur dan istirahat, kebiasaan sebelum
tidur, lama, keluhan atau masalah tidur.
e. Pola aktifitas dan latihan
Tidak terjadi keterbatasan aktivitas meskipun ada kekeruhan pada
mata sebelah kanan.
25
f. Pola persepsi dan konsep diri
Perlu ditanyakan persepsi klien mengenai penyakit yang diderita.
g. Pola sensori dan kognitif
Perlu ditanyakan apakah klien mengalami nyeri pada daerah mata.
h. Pola reproduksi seksual
Bila klien sudah berkeluarga maka akam mengalami gangguan
pola reproduksi seksual. Jika belum menikah (berkeluarga) maka
tidak mengalami gangguan dalam pola reproduksi seksual.
i. Pola hubungan dan peran
Perlu ditanyakan bagaimana hubungan klien dengan keluarga,
teman kerja dan orang lain.
j. Pola penanggulangan stres
Bagaimana cara klien menangani stres dan penggunaan
kopingnya.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Perlu ditanyakan apakah klien masih menjalankan ibadah seperti
biasanya.
4. Pemeriksaan fisik.
a. Keadaan umum
Meliputi kesadaran klien, keadaan klien secara umum, tingkat
nyeri, GCSnya, tanda-tanda vital.
b. Sistem respirasi
Ada tidaknya sesak nafas, frekuensi nafas, pola nafas.
c. Sistem kardiovaskuler
Tanda-tanda vital, perfusi jaringan.
d. Sistem genitourinaria
Produksi urine, warna, bau, terpasang kateter apa tidak.
e. Sistem gastrointestinal
Bagaimana nafsu makannya, ada tidaknya distensi abdomen, jenis
diit yang diberikan.
f. Sistem muskuloskeletal
26
Ada tidaknya kekakuan sendi, kelemahan otot, keterbatasan
gerak, ada tidaknya atropi.
g. Sistem endokrin
Ada tidaknya pembesaran kelenjar tyroid dan limfe.
h. Sistem persyarafan
Ada tidaknya hemiplegi, paraplegi, refleks patella.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien
yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Adapun diagnosa keperawatan yang dapat diambil dari kasus karsinoma
kolon adalah sebagai berikut :
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area
rektal
2. Risiko infeksi berhubungn dengan perdarahan tonjolan CA.
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawata,pengobatannya
berhubungan dengan kurang paparan terhadap informasi, keterbatasan
kognitif
4. Sindrom defisit self care berhubungan dengan kelemahan, nyeri,
penyakitnya
5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat,
kelemahan otot abdomen sekunder akibat mekanisme kanker kolon
3.3 INTERVENSI
No Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri b/d iritasi,
tekanan, dan sensitifitas
pada area rektal
Pain level
Pain control
Comfort level
Kriteria hasil :
mampu
Manajemen nyeri :
Kaji nyeri secara
komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas
27
mengontrol nyeri
(tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan
teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri, mencari
bantuan )
melaporkan
bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan
menagement
nyeri
mampu
mengenali nyeri
(skala, intensitas,
frekuensi, dan
tanda nyeri)
menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
dan faktor presipitasi.
Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidak nyamanan.
Gunakan teknik
komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
klien sebelumnya.
Berikan lingkungan
yang tenang
Ajarkan teknik non
farmakologis
(relaksasi, distraksi
dll) untuk mengetasi
nyeri.
Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri.
Evaluasi tindakan
pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
Monitor penerimaan
klien tentang
manajemen nyeri
Administrasi analgetik
Cek program
pemberian
analogetik; jenis,
dosis, dan frekuensi.
28
Cek riwayat alergi.
Monitor V/S
Berikan analgetik
tepat waktu terutama
saat nyeri muncul.
Evaluasi efektifitas
analgetik, tanda dan
gejala efek samping.
2 Risiko infeksi
berhubungn dengan
perdarahan tonjolan
CA.
Immune Status
Knwoladge :
infection control
Risk control
Kriteria hasil :
Klien bebas dari
tanda dan gejala
infeksi
Mediskripsikan
proses penularan
penyakit, faktor
yang
mempengaruhi
penularan serta
penatalaksanaanny
a
Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah
timbulnya infeksi
Jumlah leukosit
dalam batas normal
Kontrol infeksi :
Bersihkan
lingkungan setelah
dipakai pasien lain.
Batasi pengunjung
bila perlu dan
anjurkan u/ istirahat
yang cukup
Anjurkan keluarga
untuk cuci tangan
sebelum dan setelah
kontak dengan klien.
Gunakan sabun anti
microba untuk
mencuci tangan.
Lakukan cuci tangan
sebelum dan sesudah
tindakan
keperawatan.
Gunakan baju dan
sarung tangan
sebagai alat
pelindung.
29
menunjukkan
perilaku hidup
sehat
Pertahankan
lingkungan yang
aseptik selama
pemasangan alat.
Lakukan perawatan
luka dan dresing
infus,DC setiap hari.
Tingkatkan intake
nutrisi. Dan cairan
yang adekuat
berikan antibiotik
sesuai program.
Proteksi terhadap
infeksi
Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal.
Monitor hitung
granulosit dan WBC.
Monitor kerentanan
terhadap infeksi.
Pertahankan teknik
aseptik setiap
tindakan.
Inspeksi kulit dan
mebran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase.
Inspeksi keadaan
luka dan sekitarnya
Monitor perubahan
30
tingkat energi.
Dorong klien untuk
meningkatkan
mobilitas dan latihan.
Instruksikan klien
untuk minum
antibiotik sesuai
program.
Ajarkan
keluarga/klien
tentang tanda dan
gejala infeksi.dan
melaporkan
kecurigaan infeksi.
3 Kurang pengetahuan
tetang penyakit,
perawata,pengobatannya
b/d kurang paparan
terhadap informasi,
keterbatasan kognitif
Knowledge :
disease process
Knowledge :
health behavior
Kriteria hasil :
Pasien dan
keluarga
menyatakan
pemahaman
tentang penyakit,
kondisi, prognosis
dan program
pengobatan
Pasien dan
keluarga mampu
Teaching : Dissease
Process
Kaji tingkat
pengetahuan klien dan
keluarga tentang
proses penyakit
Jelaskan tentang
patofisiologi penyakit,
tanda dan gejala serta
penyebabnya
Sediakan informasi
tentang kondisi klien
Berikan informasi
tentang perkembangan
klien
Diskusikan perubahan
31
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
Pasien dan
keluarga mampu
menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan perawat
atau tim kesehatan
lainnya
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau kontrol proses
penyakit
Diskusikan tentang
pilihan tentang terapi
atau pengobatan
Jelaskan alasan
dilaksanakannya
tindakan atau terapi
Gambarkan
komplikasi yang
mungkin terjadi
Anjurkan klien untuk
melaporkan tanda dan
gejala yang muncul
pada petugas
kesehatan
4 Sindrom defisit self care
b/d kelemahan, nyeri,
penyakitnya
Self care
Management
Kriteria Hasil :
Pasien dapat
melakukan
aktivitas sehari-
hari (makan,
berpakaian,
Bantuan perawatan diri
Monitor kemampuan
pasien terhadap
perawatan diri
Monitor kebutuhan
akan personal
hygiene, berpakaian,
toileting dan makan
Beri bantuan sampai
32
kebersihan,
toileting,
ambulasi)
Kebersihan diri
pasien terpenuhi
klien mempunyai
kemapuan untuk
merawat diri
Bantu klien dalam
memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Anjurkan klien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari sesuai
kemampuannya
Pertahankan aktivitas
perawatan diri secara
rutin
Evaluasi kemampuan
klien dalam
memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Berikan
reinforcement positip
atas usaha yang
dilakukan dalam
melakukan
perawatan sehari
hari.
5. Konstipasi b/d
mengabaikan dorongan
untuk defekasi akibat
nyeri selama eliminasi
Bowel Elimination
Hydration
Kriteria Hasil :
1. Mempertahankan
bentuk feses
lunak setiap 1-3
Constipation/Impaction
Management
Monitot tanda dan
gejala konstipasi
Monitor bising usus
Monitor feses :
Fkrekuensi,
33
hari
2. Bebas dari
ketidaknyaman
dan konstipasi
3. Mengidentifikasi
indikator untuk
mencegah
konstipasi
konsistensi dan
volume
Konsultasi dengan
dokter tentang
penurunan dan
peningkatan bising
usus
Monitor tanda dan
gejala ruptur usus
atau peritonitis
Jelaskan etiologi
tindakan terhadap
pasien
Identifikasi faktor
prnyebab dan
kontribusi konstipasi
Dukung intake cairan
Kolaborasikan
pemberian laksatif
3.4 PENATALAKSANAAN
Tahap pelaksanaan adalah merupakan perwujudan dari rencana
tindakan yang telah disusun sebelumnya pada tahap perencanaan untuk
mengatasi klien secara optimal.
3.5 EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
keresahan klien dengan berdasar tujuan yang telah ditetapkan.
Dalamevaluasi tujuan tersebut terdapat 3 alternatif yaitu :
- Tujuan tercapai : Pasien menunjukkan perubahan dengan
standart yang telah ditetapkan.
34
- Tujuan tercapai sebagian : Pasien menunjukkan perubahan sebagai
sebagian sesuai dengan standart yang telah
ditetapkan.
- Tujuan tidak tercapai : Pasien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di
usus besar) atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar
sebelum anus). Sebagian besar colorectal cancer adalah adenocarcinoma
(kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta melepaskan lendir dan
cairan lainnya).
Etiologi dari colorectal cancer yaitu terdiri atas faktor resiko dan
faktor predisposisi. Faktor risiko terdiri dari usia, riwayat kanker pribadi,
riwayat kanker colorectal pada keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi
kronis, riwayat penyakit polip di usus, dan riwayat penyakit crohn.
Sedangkan faktor predisposisinya terdiri dari merokok, pola makan yang
tidak sehat (tinggi lemak dan rendah serat), kontak dengan zat-zat kimia,
minuman beralkohol, obesitas, dan bekerja sambil duduk seharian.
Asuhan keperawatan yang tepat akan menentukan keberhasilan
perawtan klien dengan colorectal cancer.
4.2 Saran
Diharapakan kepada tenaga kesehatan khususnya keperawatan
dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang pengenalan, pencegahan
35
dan perawatan pasien kanker kolonoraktal dirumah sakit melalui pasien dan
keluarga maupun dimasyarakat. Agar masalah keperawatan pada pasien
kanker kolonoraktal dapat teratasi dengan baik, hendaknya para perawat
menerapkan asuhan keperawatan dirumah sakit sesuai dengan sistematika
proses keperawatan. Untuk mempercepat proses penyembuhan pada pasien
kanker kolonorektal, hendaknya memperhatikan prosedur pelaksanaan
tindakan
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih
bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC: Jakarta
Elizabeth, J. Corwin.2009.Buku saku patofisiologi. Jakarta : buku kedokteran
Mansjoer, Arif, dkk. 2011. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius.
http://wikipedia.com diakses tanggal 08 November 2013
http://republika.co.id diakses tanggal 10 November 2013
http://prodia.co.id diakses tanggal 09 November 2013
http://duniailmukeperawatan.com diakses tanggal 10 November 2013
36