Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
-
Upload
nayaka-angger -
Category
Documents
-
view
235 -
download
1
Transcript of Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
1/75
BUKU TAHUNAN
PENELITIAN DAN PENGEMBANGANENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
TAHUN 2013
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
2/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 2
HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BADAN LITBANG ESDM
I. PENINGKATAN KETAHANAN ENERGI
A. Intensifikasi Energi
1. Pengembangan Metode dan Aplikasi Perangkat Lunak Seismik untukMendukung Eksplorasi dan Karakterisasi Reservoar
Ketua Tim : Ir. Isnawati M.Si
Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan (KP3) Teknologi Eksplorasi,
Puslitbangtek Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS
Email:[email protected] dan [email protected]
Pengembangan metode dan aplikasi teknologi perangkat lunak seismik
merupakan langkah yang dirancang untuk mengatasi permasalahan di eksplorasi dan
karakterisasi reservoar. Tingginya resiko kegagalan dalam pemboran diawali dengan
belum tepatnya memilih daerah-daerah yang memiliki potensi migas. Minimnya
metode pengembangan seismik membuat ketidakpastian dalam menentukan daerah
mana saja yang memiliki kandungan hidrokarbon dan kualitas data seismik kurang
baik (resolusi rendah) sehingga fitur geologi dan anomali kandungan hidrokarbon
tidak terlihat dengan jelas
Metode pengembangan seismik diawali dengan pencarian parameter yang
diturunkan dari besaran-besaran/atribut seismik baik dari atribut amplitude, waktu,
frekuensi, fase, dan lain sebagainya. Setiap rekaman data seismik yang diterima di
receiver membawa informasi mengenai keadaan bawah permukaan termasuk
informasi adanya anomali kandungan hidrokarbon. Dari beberapa metode yang
validitasnya cukup baik, maka dipilih beberapa atribut seismik yang dapatmemberikan gambaran anomali kandungan hidrokarbon. Pada penelitian ini,
beberapa metode digunakan untuk meningkatkan kualitas data seismik, mendeteksi
adanya fluida, dan bagaimana memisahkan litologi dan fluida.
Metode Inversi Filter-Q digunakan untuk meningkatkan resolusi seismik pada
data seismik post-stack. Aplikasi metode ini digunakan pada data lapangan X dimana
posisi reservoar yang dalam kualitas data seismiknya tidak memungkinkan untuk
memberikan gambaran yang jelas posisi reservoar. Melalui beberapa tahapan, maka
resolusinya dapat diperbaiki sehingga lapisan-lapisan yang tipis dapat terlihat
(Gambar 2).
mailto:[email protected]:[email protected] -
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
3/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 3
Gambar 1. Workflow metode inversi filter-Q
Gambar 2. Hasil inversi filter Q
Metode Continuous Wavelet Transform (CWT) berperan dalam mendeteksi
keberadaan hidrokarbon terutama dalam bentuk fase gas. Dengan adanya anomali
frequency shadowyang dapat ditunjukkan pada saat metode ini diaplikasikan, maka
dapat ditentukan frekuensi yang tepat untuk reservoar itu sendiri. Selain itu
dilakukan juga kontrol di sumur untuk menentukan validitas anomali yang
ditimbulkan pada saat analisis CWT. Hal ini penting karena adanya penentuan
anomali kandungan hidrokarbon diluar sumur jika menggunakan data 3D. Aplikasi
metode ini menggunakan data lapangan X dan data sumur dengan beberapa log
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
4/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 4
sumur. Reservoar batupasir berisi gas berada di kedalaman 3762 - 3776 meter, lalu
dilakukan penentuan respon frekuensi yang diamati melalui panel 1D (frekuensi vs
time). Hasilnya menunjukkan reservoar berada di frekuensi 14 Hz sehingga untuk
melihat penyebarannya di luar sumur dilakukan pengamatan respon amplitude pada
frekuensi 14 Hz. Amplitudo yang tinggi menunjukkan keberadaan hidrokarbon.
Gambar 3. Penampang respon frekuensi 14 Hz
Metode lainnya, yaitu metode Empirical Mode Decomposition (EMD) yang
digunakan untuk memisahkan anomali yang disebabkan oleh efek kandungan
hidrokarbon (gas) dan batubara.
Aplikasi metode ini digunakan pada data lapangan Y (Gambar 4 kiri) dimana
terlihat adanya dua bright spot. Bright spot yang pertama (posisi di lapisan atas)
disebabkan oleh efek batubara dan pada lapisan di bawahnya disebabkan oleh gas.
Data sumur Kreo-1 ( kanan) respon log Sw menunjukkan posisi litologi batubara
berada di kedalaman sekitar 900 ms dan reservoar gas di kedalaman 1100 ms.
Gambar 4. Penampang seismik yang menunjukkan lapisan batubara dan gas (kiri) dan Log Sw dari
sumur Kreo-1 (kanan).
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
5/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 5
Gambar 5. (a). Penampang seismik (b) Penampang IMF-1 (c) Penampang IMF-3.
Untuk respon batubara, mode fungsinya terlihat amplitudo yang tinggi pada IMF-1
namun respon gasnya amplitudonya rendah. Setelah dilakukan penyelidikan,
ternyata respon batubara dan gas akan saling berkebalikan pada posisi IMF-3, di
mana respon batubara amplitudonya rendah, namun respon gas amplitudonya tinggi.
Pada saat meninjau penyebaran batubara, maka data seismik yang ditinjau adalah
pada posisi IMF-1 dan penyebaran gas yang ditinjau data seismik pada posisi IMF-3
().Pada Gambar 9b, terlihat respon batubara di sekitar sumur dan posisi
kemenerusannya, namun amplitudo akibat respon gas masih terlihat sehingga pada
IMF-1. Respon gas yang benar - benar terlihat pada IMF-3, dimana amplitudo akibat
batubara tidak terlihat (Gambar 9c).
2. Rancang Bangun dan Pengembangan Prototipe Rig CBM
Ketua Tim : Ir. Panca Wahyudi M.
Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan (KP3) Teknologi Eksploitasi,Puslitbangtek Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS
Email :[email protected] dan [email protected]
Potensi gas CBM Indonesia sangat besar yaitu 453,3 TCF(453109 cubic feet),
yang tersebar pada 11 cekungan hydrocarbon. Dari sumber daya tersebut, cadangan
CBM sebesar 112,47 TCF merupakan cadangan terbukti dan 57,60 TCF merupakan
cadangan potensial. Dengan 54 Kontraktor CBM yang ada saat ini, maka prospek
industri manufaktur rig ke depan sangat potensial.
mailto:[email protected]:[email protected] -
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
6/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 6
Pada tahun 2013 dalam programnya SKK MIGAS mencanangkan sebagai tahun
pemboran dimana tidak kurang dari 412 sumur CBM akan dibor hingga tahun 2015.
Mengacu data yang diberikan oleh APMI, yaitu jumlah rig konvensional sebanyak
348 buah dan telah berusia di atas 20 tahun, dirasa rig yang tersedia belum bisa
Coalbed Methane (CBM) merupakan salah satu sumber daya alam strategis yang
cukup potensial memasok kebutuhan energi nasional dalam rangka diversifikasi
energi. Potensi CBM Indonesia berdasarkan hasil studi Advance Research
International (ARI) dengan Ditjen Migas dan Bank Pembangunan Asia tahun 2003
diperkirakan sebesar 453 Tcf (453109cubic feet), tersebar di 11 cekungan di pulau
Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa (Gambar 6). Potensi yang demikian besar
telah menarik minat pelaku bisnis mengembangkan sumber energi baru ini. Sampai
dengan Oktober 2012 telah ditandatangani 54 Wilayah Kerja (WK) CBM, meningkat
pesat sejak pertama kali konsesi WK CBM ditawarkan pemerintah tahun 2008.
Gambar 6. Sebaran potensi CBM Indonesia (ARII, 2003)
Pada tahun 2013 dalam programnya SKK MIGAS mencanangkan sebagai tahun
pemboran dimana tidak kurang dari 412 sumur CBM akan dibor hingga tahun 2015.
Mengacu data yang diberikan oleh APMIhingga tahun 2013 hanya ada sekitar 348
buah dimana usia dari Rig yang ada rata-rata sudah diatas 20 tahun,dan rig yang
tersedia belum bisa mencukupi untuk rencana program pemboran dari SKK MIGAS.
Berdasarkan peluang dan tantangan seperti diuraikan di atas, Badan Penelitiandan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral melalui LEMIGAS
mengembangkan prototype rig CBM yang memenuhi standar internasional, relatif
murah, handal, dan mudah operasionalnya dengan nilai tingkat kandungan lokal
tinggi. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat mendorong manufaktur rig CBM dalam
negeri serta menunjang pengusahaan industri CBM yang mandiri, efisien, dan
kompetitif dalam rangka memperkuat ketahanan energi dan mewujudkan
kemandirian industri energi nasional.
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
7/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 7
Tujuan kegiatan ini adalah membuat rancang bangun sebuah rig CBM yang handal
dan ekonomis dan membuat prototype rig yang dapat dikomersialkan dan
dimanfaatkan oleh industri CBM dan industri migas.
Konsep yang diambil pada rancang bangun rig CBM adalah menggabungkan
duabuah konsep antara rig konvensional migas dengan rig tambangberkapasitas 350
HP, dengan mengambil spesifikasi keunggulan dari masing-masing jenis rig tersebutdiharapkan dapat membangun sebuah rig CBM yang murah, handal, ekonomis dan
tangguh. Beberapa beberapa keunggulan yang ingin diambil seperti:
a. Rig dapat memberikan kemampuan angkat yang cukup besar.
b. Rig bisa memberikan beban tekan pada saat operasi pemboran/corring diluar
berat rangkaian yang diberikan
c. Rig bisa dioperasikan pada lahan yang terbatas
d. Rig bisa dioperasikan dengan jumlah operator yang sedikit/efisien
e. Rangkaian BOP bisa dipasang dibawah Rigf. Rig dapat dimobilisasi dengan cepat, baik pada medan yang berat atau berlumpur
g. Mudah dan cepat dalam pelaksanaan Rig Updan Rig Down-nya
h. Biaya pengoperasian Rig harus bisa lebih murah
Kegiatan ini direncanakan akan dikerjakan dalam kurun waktu 2 tahun yaitu:
a. Tahun pertama (2013) melakukan rancang bangun sebuah Rig CBM yang meliputi:
- Pembuatan dan Evaluasi Desain Rig CBM sesuai dengan konsep yang
dinginkan
- Pembuatan Rancang Bangun Rig CBM, pelaksanaan pembuatan dan pabrikasiRig CBM dilakukan di WarehousePetrodrill Dauwan Jawa Barat
- Uji Coba Fungsi dan Load Test
b. Tahun kedua (2014) untuk pelaksanaan uji coba pemboran di lapangan,
optimalisasi desain diperlukan.
Pelaksanaan rancang bangun Rig CBM dilakukan di warehouse Petrodrill
Dauwan jawa Barat. Beberapa aktivitas kegiatan yang dilakukan meliputi
pekerjaan menggambar ulang detail desain, konstruksi (pemotongan, penyetelan,
dan pengelasan), penginstalan, Sand Blasting dan pengecatan. Gambar 7
menunjukkan Rig CBM yag telah berhasil dibuat.
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
8/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 8
Gambar 7. Rig CBM LEMIGAS-Balitbang ESDM
Komponen TKDN pada pembuatan prototipe rig CBM yang telah berhasil dibuat
telah mencapai lebih dari 40%, meliputi beberapa bagian struktur Rig antara lainchasis, kabin, roda (unit carrier) dan sistem elektrik telah dibuat di dalam negeri,
serta beberapa komponen pada mesin, hidrolik, dan menara (mast).
Spesifikasi Rig CBM yang dibangun/Fabrikasi minimal adalah "Truck Mounted"
8 x 8 axle. Rig menggunakan 1 (satu) unit Engine dengan kapasitas 440 HP 1800rpm sebagai penggerak Truck & System Operasional Rig.
Pada rig CBM telah dilakukan pengujian terhadap fungsi rig up maupun rig
down, fungsi putar pada Top Drive, dan pengujian Jalan.Mesin Carterpilar C13 yang
berfungsi sebagai penggerak truk dan penggerak sistem operasi hydraulic,
terbukti cukup tangguh dengan pengujian jalan secara nonstop dan mampumenempuh jarak sejauh 70 km.
Rig yang telah dibuat diharapkan dapat diujicoba pada skala lapangan dengan
melakukan beberapa kelengkapan teknis seperti pengurusan SILO (Surat Ijin
Layak Operasi) yang dikeluarkan oleh Ditjen Migas.Pada rig tersebut juga masih
diperlukan kelengkapan tambahan seperti Loading Ram dan Substructure bila
persyaratan penggunaan BOP (Blow Out Preventer) yang digunakan harus
lengkap.
3. Optimalisasi Kinerja Pilot PlantAdsorber Mercury RemovalUntuk Gas Bumi
Ketua Tim : Dra. Lisna Rosmayati M.Si
Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan (KP3) Teknologi Gas,
Puslitbangtek Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS
Email:[email protected] dan [email protected]
mailto:[email protected]:[email protected] -
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
9/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 9
Pada kegiatan sebelumnya di tahun 2012 telah dilakukan penelitian mengenai
pembuatan atau rancang bangun adsorber mercury removal dan peningkatan
potensi adsorben karbon aktif untuk menyerap uap merkuri dalam gas bumi
tetapi kinerja dan parameter spesifikasi adsorbennya belum teruji dan belum
diteliti. Untuk itu kegiatan penelitian di tahun 2013 yaitu Optimalisasi Kinerja
Pilot Plant Adsorber Mercury Removaluntuk gas bumi sangatlah penting sebagaiaplikasi langsung di lapangan dalam mewujudkan usaha peningkatan kualitas gas
bumi dan mengembangkan potensi gas bumi dalam mengurangi konsumsi bahan
bakar minyak (BBM).
Gambar 8. Adsorber mercury removalskala pilot
Adsorben yang digunakan dalam penelitian adalah karbon (arang) yang berasal
dari material tempurung kelapa yang diaktifkan melalui suatu proses aktivasi
fisika dan kimia dengan prosedur kerja yang sudah mengalami uji coba secara
laboratorium, sehingga menjadi adsorben karbon aktif yang dapat menyerap
kandungan merkuri (Hg) dalam gas bumi dengan optimal. Aktivasi adsorbendalam kegiatan ini dilakukan dalam skala pilot, disesuaikan dengan kebutuhan
dan ukuran dari adsorber penghilang merkuri. Aktivasi fisika dilakukan
menggunakan reaktor dengan pemanasan hingga temperatur 600oC ditahan
selama 1 jam, sedangkan aktivasi kimia dilakukan dengan cara impregnasi
menggunakan aktivator ZnCl2 7%. Adsorben hasil aktivasi selanjutnya
dikarakterisasi dengan uji SEM (Scanning Electron Microscope), bilangan iodin
(iodine number) dan BET (Bett Elmer Teller). Hasil karakterisasi secara
keseluruhan menunjukkan bahwa adsorben hasil aktivasi mampu menyerap
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
10/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 10
kandungan merkuri dalam gas bumi dan siap untuk digunakan dalam uji kinerja
adsorber berskala pilot.
Pengujian kinerja adsorbermercury removaldilakukan di GDS (Gas
Demonstration System) plant di PPPTMGB LEMIGAS dengan kondisi pengujiantekanan aliran gas bumi 100 psi, temperatur udara 32oC dan laju alir gas bumi
berkisar pada 4,6 liter/menit. Data yang diperoleh dalam pengujian optimalisasikinerja adsorber penghilang merkuri bertujuan untuk menghitung seberapa besar
penurunan tekanan dalam sistem (pressure drop), menghitung besarnya efisiensi
penyerapan dari adsorben dan menghitung masa pakai ( life time) adsorben.
Efisiensi penyerapan tergantung pada jenis adsorben (karbon aktif) dan akan
mempengaruhi waktu tinggal merkuri serta besarnya penurunan tekanan
(pressure drop) sistem. Sedangkan impregnant (ZnCl2) berpengaruh pada masa
pakai (life time) dan waktu tinggal. Dari hasil ujipressure dropdidapatkan bahwa
ketika tanpa adsorben, terjadi penurunan tekanan sebesar 0,8001 psig/ft dan
dengan adsorben terjadi penurunan tekanan sebesar 1,7526 psig/ft.
Sementara karakteristik adsorben didalam silinder (adsorber) harusmemilikipressuredrop maksimal 10 psig (Rules of Thumb for Chemical Engineers
Carl Branan, 2002). Hasil uji menunjukkan bahwa pressure drop masih jauh di
bawah 10 psig, sehingga adsorber dapat berfungsi memisahkan merkuri dengan
baik.
Konsentrasi merkuri dalam gas bumi di titik inlet adsorber dalam 30 menit
pertama pengujian, terukur oleh Mercury Analyzersekitar 6400 g/m3. Setelah 30
menit, jumlah konsentrasi merkuri yang terukur mengalami penurunan hingga
menit ke 94, yaitu sekitar 3500 g/m3. Setelah menit ke 94, konsentrasi merkuri
di inletnaik sedikit dan menurun kembali pada menit 130. Sedangkan konsentrasi
merkuri dalam gas bumi di titik outlet adsorber dalam 30 menit pertama terukursekitar 400 g/m3, dan mengalami penurunan hingga menit 135. Pada menit 150,
konsentrasi merkuri di outlet naik kembali dengan konsentrasi merkuri terukur
117 g/m3 dan turun kembali di menit 180 an. Gambaran konsentrasi merkuri di
inletdan outletadsorber selama pengujian kinerja berlangsung dapat dilihat pada
grafik gambar di bawah.
Dari hasil perhitungan kapasitas adsorpsi adsorben karbon aktif tempurung
kelapa diketahui bahwa kapasitas penyerapan mercury dalam karbon aktif adalah
0,124 Kg-Hg/Kg-Carbon.Jadi untuk 1 kg adsorben karbon aktif tempurung kelapa
yang telah diaktifasi, mampu menyerap merkuri dalam gas bumi sebesar 0,124 kg
Hg.
Kapasitas adsorpsi suatu adsorber sangat bergantung pada ukuran dimensi
adsorbernya seperti tinggi, diameter adsorber dan laju alir gas bumi yang diuji.
Untuk efisiensi penyerapan, diperoleh rata-rata efisiensi penyerapan karbon aktif
tempurung kelapa terhadap merkuri dalam gas bumi di titik inlet dan outlet
adsorber adalah 95,74 %.
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
11/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 11
Gambar 9. Pelaksaan pengujian uji kenerja peralatan mercury removal
4. Pembuatan Membran Serat Berongga dan Uji Aplikasi Pemisahan CO2Pada
Gas Alam Lapangan Tekanan Rendah
Ketua Tim : Dr. Adiwar
Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan (KP3) Teknologi Proses,
Puslitbangtek Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS
Email:[email protected] dan [email protected]
Maksud dari kegiatan adalah membuat membran serat berongga yang selektif
untuk pemisahan gas CO2 dari gas alam lapangan gas tekanan rendah dan uji aplikasi
lapangan. Tujuan kegiatan adalah penguasaan teknik pembuatan membran serat
berongga dan penguasaan teknik pemisahan uji aplikasi lapangan terkait pemisahan
CO2 dari gas alam pada lapangan gas tekanan rendah.
Gambar 10. Unit Peralatan Pembuat Membran Serat Berongga
mailto:[email protected]:[email protected] -
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
12/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 12
Telah dilakukan pembuatan membran serat berongga dengan menggunakan alat
unit pembuat membran serat berongga. Unit peralatan ini terdiri dari serangkaian
komponen berupa motor dan ulir penggerak piston, piston yang dilengkapi dengan
seal, tabung fluida, filter, spinneret, bak koagulan dan rol penggulung. Membran serat
berongga dibuat dari bahan dasar polimer celulosa asetat dan polietilena glikol yang
dilarutkan dalam aseton tanpa ditambah dan atau ditambah formamida.
Pengoperasian unit peralatan pembuat membran serat berongga, berhasil
mengubah larutan polimer yang bersifat instantenuous demixing menjadi membran
serat berongga dengan bentuk yang cukup baik seperti terlihat padaGambar 11.
Gambar 11. Membran serat berongga yang dihasilkandari komposisi yang bersifat
instantenuous demixing.
Namun peralatan tersebut tidak berhasil sama sekali mengubah larutan polimer
yang bersifat delayed demixing menjadi membran serat berongga. Mekanisme
perubahan fasa larutan polimer yang instantenuous demixing menghasilkan
membran dengan permukaan aktif berpori, sedangkan mekanisme perubahan fasa
larutan polimer yang delayed demixingmenghasilkan membran dengan permukaan
aktif yang padat/tidak berpori.
Untuk mengatasinya, pada unit peralatan tersebut dilakukan penggantian pada
sistem penggeraknya dari sistem motor dan ulir menjadi sistem penggerak
pneumatik. Perubahan tersebut berhasil mengubah larutan polimer yang bersifat
delayed demixingmenjadi membran serat berongga dengan bentuk yang cukup baik.
Pada peralatan tersebut dilakukan juga pengoperasian menggunakan spinneret
terhadap larutan polimer yang bersifat delayed demixingdan hasilnya berupa
membran serat berongga, tetapi bentuknyatidak konsisten bulat, kadang gepeng,
kempot dan bentol dan injeksian larutan polimer yang keluar dari spinneret sering
putus. Membran yang dihasilkan tidak melewatkan CH4namun dapat melewatkan
CO2 dengan permeabilitas sekitar 100 sampai 1.000 Barrer. Membran yang
dihasilkan dapat menahan tekanan operasi sekitar 40 sampai 60 psi.
Perbaikan terhadap bentuk membran dan ketahanan tekan membran dilakukan
dengan jalan mengubah diameter dan lebar celah larutan polimer spinneret.
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
13/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 13
Gambar 12. Bentuk membran yang tidak
konsisten bulat
Gambar 13. Bentuk membran yang relatif
konsisten bulat
Terhadap membran serat berongga yang dibuat dilakukan uji selektifitas dan uji
ketahanan tekan untuk mendapatkan membran yang bisa dipakai untuk uji aplikasilapangan. Membran serat berongga yang diperoleh dikemas dalam bentuk elemen
membranyang bersama elemen head membentuk modul membran. Sejumlah modul
membran dipasangkan pada skid mountedhousing membentuk unit skid
mounteduntuk uji aplikasi lapangan.
Membran yang dihasilkan dari modifikasi tersebut tidak melewatkan CH4 dan
dapat melewatkan CO2 dengan permeabilitas sekitar 10-8 sampai 10-7
cm3(STP).cm.cm-2.s-1.cmHg-1 atau sekitar 100 sampai 1000 Barrer. Membran yang
dihasilkan dapat menahan tekanan operasi sampai 150 psi atau lebih.
Untuk menjaga perubahan morfologi membran sehingga membran dapat
disimpan dalam keadaan kering dan terekspos dalam kondisi ambien, maka terhadapmembran tersebut dilakukan perendaman menggunakan kepolaran bertahap dengan
isopropil alkohol dan heksana.
Menurut Robeson (1991), unjuk kerja membran komersial untuk pemisahan CO2
dan CH4 pada gas lapangan memiliki selektifitas aktual sekitar 8 20 dengan
permeabilitas CO2 sekitar 50 120 Barrer. Kemungkinan besar tipikal unjuk kerjamembran komersial untuk pemisahan CO2dan CH4pada gas lapangan pada saat ini
sudah jauh lebih meningkat. Merujuk pada apa yang dikemukakan oleh Robeson
tersebut, membran yang dihasilkan dalam penelitian ini sangat potensial untuk
diaplikasikan dalam pemisahan CO2dan CH4pada gas lapangan walaupun data yang
dipunyai pada saat ini masih terbatas pada selektivitas ideal dan permeabilitas gas
murni, belum terhadap gas campuran.
5. Pengembangan Peta Potensi Energi Terbarukan Indonesia
Tim : Marlina Pandin dan Hari Soekarno
Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan (KP3) Energi Baru
Terbarukan, Puslitbangtek KEBTKE
Email : [email protected],[email protected].
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected] -
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
14/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 14
Melalui Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi
Nasional,Pemerintah menetapkan target pangsa energi baru terbarukan sebesar 17%
pada tahun 2025. Saat ini, target pangsa energi baru terbarukan dalam bauran energi
nasional menjadi lebih tinggi, yaitu sebesar 25% pada tahun 2025, atau dikenal
dengan Visi Energi 25/25.
Visi Energi 25/25 menekankan kepada 2 (dua) hal penting, yaitu upaya konservasienergi di sisi pemanfaatan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi
nasional, dan upaya diversifikasi energi di sisi penyediaan dengan mengutamakan
energi baru terbarukan.Pada tahun 2013, Puslitbangtek KEBTKE melaksanakan
kegiatan Pengembangan Peta Potensi Energi Terbarukan Indonesia yang merupakan
tahun ke-3. Tujuan akhir kegiatan ini adalah tersedianya visualisasi data potensi
energi baru terbarukan di Indonesia. Adapun potensi energi baruterbarukan
tersebut, meliputi angin, surya, biomassa, dan mikrohidro.
Pada tahun 2013 dilaksanakan Pengembangan aplikasi Peta Potensi EBT
Indonesia berbasis GIS dan Web;pengolahan dan pengintegrasian data hasil kegiatan
Studi Potensi Energi Angin;pengembangan Model Peta Kecepatan Angin melaluidownscalling hingga diperoleh resolusi yang lebih tinggi (Downscallingke resolusi
27x27 km);pengembangan model peta potensi energi mikrohidro pulau
Sumatera;pembuatan Peta potensi Biomassa: melengkapi dengan sektor kehutanan
dan mengembangkan hingga level Kecamatan;pengembanganmodel peta
RadiasiSuryaIndonesia resolusi 27x27 km; verifikasi data potensi energi surya di
lokasi-lokasi prospek melalui pengambilan data sekunder dan pengukuran lapangan,
perhitungan, modeling data dan analisis hasil.
Kegiatan yang berhasil dilaksanakan sebagai berikut:
a. Peta Potensi Angin
Pembuatan peta kecepatan angin rata-rata dimulai tahun 2008 pada ketinggian 10
m di atas permukaan tanah untuk wilayah Indonesia dengan melakukan proses
downscaling menggunakan perangkat lunak WRF. Peta yang dihasilkan memiliki
grid27 km, time sampling6 jam. Validasi telah dilakukan dengan menggunakan data
hasil pengukuran lapangan yang telah dilakukan P3TKEBTKE di Sukabumi pada
tahun 2008.
Peta kecepatan angin Indonesia resolusi 27x27 km menampilkan kecepatan angin
rata-rata tahunan di Indonesia dalam bentuk gradasi warna hijau hingga merah
(rendah ke tinggi) dengan nilai antara 1,1 - 7,8 m/detik (Gambar 14).
Kecepatan angin terendah yaitu 1,1 - 3,6 m/detik (warna hijau) terdapat didataran pulau-pulau besar yaitu Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Kecepatan angin 3,6 - 5,4 m/detik (warna kuning dan oranye) tersebar di sebagianpulau Jawa dan Laut Jawa, serta di wilayah Nusa Tenggara;
Kecepatan angin tertinggi 5,4-7,8 m/detik (warna merah) terdapat di pesisirselatan pulau Jawa, sebagian Laut Jawa, sebelah selatan Wilayah Nusa
Tenggaradan Laut Banda (Maluku Tenggara);
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
15/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 15
Pengembangan energi angin di Indonesia dapat difokuskan di wilayah-wilayahyang memiliki kecepatan angin cukup baik yaitu sebelah selatan pulau Jawa, Nusa
Tenggara dan Maluku Tenggara.
Gambar 14. Kecepatan Angin Rata-rata Tahun 2008 Resolusi 27x27km
b. Peta Potensi Energi Surya
Dengan metode yang sama, dilakukan downscalinguntuk radiasi global surya pada
permukaan horizontal di wilayah Indonesia untuk tahun 2008, sehingga diperoleh
petaradiasi global resolusi 27x27 km (Gambar 15).
Gambar 15. Radiasi Global Surya Tahun 2008 Resolusi 27x27km.
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
16/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 16
Peta intensitas radiasi surya Indonesia resolusi 27x27 km menunjukkan radiasisurya rata-rata tahunan di Indonesia dalam bentuk gradasi warna hijau hingga
merah (rendah ke tinggi) dengan nilai bervariasi antara 100-290 Watt/m2;
Peta ini menunjukkan seberapa besar energi yang mampu dihasilkan oleh suatualat konversi energi surya seperti panel PV dan kolektor surya pelat datar apabila
dipasang pada permukaan horizontal di lokasi dimana sistem tenaga surya akan
dipasang;
Berdasarkan informasi dari peta tersebut, potensi energi surya terbesar diIndonesia terdapat di wilayah selatan Indonesia bagian timur seperti NTT, flores,
maluku barat daya dan sekitarnya (warna merah).
c. Peta Potensi Energi Biomassa
Pengembangan peta potensi energi biomassa pada tahun 2013 difokuskan pada
sektor kehutanan. Seperti halnya dari sektor pertanian, biomassa untuk energi dari
sektor kehutanan hanya memanfaatkan limbah hasil hutan mengingat produk
utamanya ditujukan untuk pemanfaatan yang lain seperti kertas, furniture, dan lainsebagainya.Pemetaan limbah hasil hutan ini dimaksudkan agar dapat diketahui
sebaran dan kuantitasnya, sehingga dapat dilakukan perencanaan yang tepat dalam
pemanfaatannya.Setelah memetakan jumlah limbah hutan produksi, selanjutnya
limbah tersebut dikonversi menjadi potensi energi listrik. Menurut Lembaga
Penelitian Hasil Hutan yang berkedudukan di Bogor, hasil hutan jenis kayu
menghasilkan limbah sebesar 3 m3/ha/tahun. Dengan berat 1 m3limbah adalah 0,18
ton dan kalori yang dikandung setiap ton limbah adalah 3992,6 kalori serta 1 ton
kalori setara dengan 1,1628 KWh, maka untuk setiap 1 ha hutan produksi kayu per
tahun dihasilkan limbah yang setara dengan 2,5 KWh listrik.
Peta potensi energi biomassa menyajikan estimasi potensi energi biomassa darilimbah pertanian, perkebunan, dan kehutanan pada level kabupaten di seluruh
Indonesia;
Dari peta ini terlihat total potensi energi dari limbah biomassa Indonesia adalah35,6 GW yang disumbangkan oleh limbah masing-masing tanaman yaitu padi
(19,1 GW); jagung (3,47 GW); Singkong (2,3 GW); Kelapa Sawit (0,81 GW); Kelapa
Dalam (0,82), dan Hutan Produksi ( 8,8 GW);
Potensi limbah biomassa terbesar berada di Pulau Jawa yang berasal dari limbahtanaman padi, sementara untuk limbah hutan produksi terdapat di pulau
Kalimantan.
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
17/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 17
Hasil pengembangan peta potensi energi biomassa dari limbah pertanian dan
kehutanan untuk seluruh Indonesia disajikan per provinsi (dalam Gambar 16hanya
Provinsi NAD saja yang ditampilkan):
Gambar 16. Peta Cetak Potensi Energi Biomassa dari Limbah Pertanian dan Kehutanan Provinsi NAD
d. Model Peta Potensi Mikrohidro:
Pengembangan peta potensi mikrohidro pada tahun anggaran 2013dilaksanakandi wilayah provinsi Lampung.
Gambar 17. Peta Cetak Potensi Mikrohidro Provinsi Lampung.
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
18/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 18
Metodologi yang diterapkan dalam pengembangan peta potensi mikrohidro
provinsi Lampung, kemudian juga digunakan dalam pengembangan peta potensi
mikrohidro di provinsi lainnya di Pulau Sumatera mencakup:
1. Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (Aceh);
2. Provinsi Sumatera Utara;
3. Provinsi Sumatera Barat;
4. Provinsi Riau;
5. Provinsi Sumatera Selatan;
6. Provinsi Jambi;
7. Provinsi Bengkulu.
Hasil dari kegiatan pengembangan potensi mikrohidro ini adalah:
Model peta potensi mikrohidro pulau Sumatera menunjukkan bahwa di pulau
Sumatera terdapat potensi mikrohidro yang cukup besar bervariasi antara 0-50kW, 50-100 kW, dan 100-500 kW;
Model ini tidak dikembangkan untuk Provinsi Bangka Belitung dan Provinsi
Kepulauan Riau. Hal ini mengingat kedua provinsi ini terdiri dari pulau-pulau yang
relatif kecil dengan kontur yang cukup datar, sehingga potensi mikrohidro sangat
terbatas;
Model ini tidak terbatas hanya untuk potensi mikrohidro (5kW-1MW), namundapat digunakan untuk memodelkan potensi hingga 1-5MW (minihidro). Hasil
sementara menunjukkan pulau Sumatera juga sangat potensial untuk Pembangkit
Listrik Tenaga Minihidro.
6. Studi Potensi Energi Angin
Tim : Dian Galuh Cendrawati dan Syaiful Nasution
Kelompok Energi Baru Terbarukan, Puslitbangtek KEBTKE
Email:[email protected],[email protected]
Tujuan kegiatan adalahmelakukan studi potensi energi angin yang komprehensif,
agar tersedia informasi yang cukup sebagai bahan untuk melakukan studi kelayakan
PLT Angin yang komersial.Metodologi Studi Potensi Energi Angin adalahpengumpulan data sekunder untuk angin, terrain dan lingkungan, serta
pengumpulan data primer profil kecepatan angin.
Pada tahun 2013, telah terpasang empat belas menara ukur kecepatan angin, yaitu
di lokasi Tahuna dan Pulau Lembeh (Sulawesi Utara), Probolingg (Jawa Timur), Pulo
Panjang (Banten), serta Serdang Bedagai (Sumatera Utara). Sementara lokasi menara
ukur kecepatan angin hasil kerja sama dengan PERTAMINA berada di Lampung Barat
(Lampung), Tanah Laut (Kalimantan Selatan) dan Pandeglang(Banten).
Selain itu, terdapat juga lokasi menara ukur yang baru terpasang, yaitu di Bogor
(Jawa Barat), Pulau Sabu (Nusa Tenggara Timur) dan Pulau Moa (Maluku).
mailto:[email protected]:[email protected] -
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
19/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 19
a. Pada menara ukur di Tahuna, Sulawesi Utara tidak dilakukan perbaikan dan
dilakukan analisis data yang bisa terkumpul dan pra studi kelayakan. Kecepatan
rata-rata angin dari bulan 21 April 2012 hingga 13 Januari 2013 adalah 3,99 m/s
pada ketinggian 50 m, dan arah angin dominan adalah dari arah utara (Gambar
18).
Gambar 18. Data pengukuran angin menara Tahuna.
b. Pada menara ukur di Pulau Lembeh, Sulawesi Utara kecepatan rata-rata angin dari
bulan 11 April 2012 hingga 23 Januari 2014 adalah 4,55 m/s pada ketinggian 30
m; 5,25 m/s pada ketinggian 50 m dengan arah angin dominan adalah dari arah
tenggara.
c. Pada menara ukur di Probolinggo, Jawa Timur telah berakhir waktu pengukuran
kecepatan angin dan akan dilakukan analisis data yang bisa terkumpul dan pra
studi kelayakan. Kecepatan rata-rata angin dari bulan Juni hingga Desember 2013adalah 2,13 m/s pada ketinggian 20m; 4,03 m/s pada ketinggian 30 m; 5,81 m/s
pada ketinggian 50 m dengan arah angin dominan adalah dari arah selatan
(Gambar 19).
Gambar 19. Data pengukuran angin menara Probolinggo
d. Pada menaradi Pulo Panjang, Bantendilakukan perbaikan, kecepatan angin
terukur pada awal bulan Juni 2013 sampai dengan Desember 2013 adalah 1,71
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
20/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 20
m/s pada ketinggian 20m; 2,02 m/s pada ketinggian 30 m; 2,16 m/s pada
ketinggian 50 m dengan arah angin dominan adalah dari arah barat daya (Gambar
20).
Gambar 20. Data pengukuran angin menara Pulau Panjang
e. Pada menara ukur di Serdang Bedagai, Sumatera Utara, waktu pengukuran
kecepatan angin telah berakhir dan sudah dilakukan presentasi serta penyerahan
hasil penelitian ke pemerintah daerah setempat dalam hal ini diwakili oleh
instansi BAPEDA Serdang Bedagai. Kecepatan angin rata-rata (nilai tengah
distribusi kecepatan) diDesa Sentang, Kecamatan Teluk Mengkudu sebesar 2,57
m/s; 3,15 m/s dan 3,25 m/s masing-masing berturut-turut pada ketinggian 20 m,
30 m dan 50 m dengan arah dominan dari barat daya.
f. Pada tahun 2013 juga dilakukan pengontrolan terhadap kondisi menara ukur
kecepatan angin yang telah terpasang di beberapa lokasi dan ternyata mengalami
kerusakan, yaitu menara ukur kecepatan angin di Lampung Barat (roboh, akhir
Desember 2012), Tahuna (patah stek menara, Januari 2013), Pulo Panjang (patah
stek menara, Januari 2013).Untuk lokasi menara Lampung Barat telah dilakukan
pertemuan dengan PERTAMINA dan disepakati bahwa akan dilakukan relokasi
yang akan didiskusikan lebih lanjut penempatan lokasi terbarunya.Kerusakan
tersebut menyebabkan data dari menara ukur hasil kerjasama dengan
PERTAMINA belum dapat dianalisis sesuai dengan jadwal agenda kerjasama.
g. Pada tahun 2013 telah beroperasi menara ukur kecepatan angin di Jonggol, Jawa
Barat dan Pulau Sabu, Nusa Tenggara Timur. Kecepatan rata-rata untuk lokasi
menara di Jonggol dari bulan 29 Nopember hingga 30 Desember 2013 adalah 2,29
m/s pada ketinggian 20m; 2,43 m/s pada ketinggian 30 m; 2,65 m/s pada
ketinggian 50 m dengan arah angin dominan adalah dari arah utara.Kecepatan
rata-rata untuk lokasi menara di Sabu dari 25 hingga 30 Desember 2013 adalah
3,33 m/s pada ketinggian 20m; 3,75 m/s pada ketinggian 30 m; 3,96 m/s pada
ketinggian 50 m dengan arah angin dominan adalah dari arah utara.
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
21/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 21
7. Studi Potensi Panas Bumi Untuk Catu Daya Smelter Mangan di NTT
Tim : Benny Facius Dictus dan Hari Soekarno
Kelompok Energi Baru Terbarukan, Puslitbangtek KEBTKE,
Email:[email protected]
Kebutuhan akan energi, khususnya energi listrik, makin berkembang menjadi
bagian tak terpisahkan dari kebutuhan hidup masyarakat seiring dengan pesatnya
peningkatan pembangunan di bidang teknologi, industri dan informasi.
Pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan di NTT perlu didorong
mengingat terdapat potensi energi panas bumi sebesar 29 GWe, kapasitas
terpasang 1,2GWe dan 276 lokasi yang tersebar di wilayah nusantara (Badan
Geologi, 2010),dan untuk wilayah Nusa Tenggara (NTT) potensi sebesar 1.0GWe.
Tujuan kegiatan adalahtersedianya identifikasi setiap jenis potensi sumber daya
energi terbarukan secara lengkap di setiap wilayah khususnya di NTT.Pengumpulan
data skunder diperoleh dari beberapa instansi, antara lain Pusat Sumber DayaGeologi, PT PLN cabang Nusa Tenggara Timur, Puslitbangtek Mineral dan Batubara,
dan Dinas Pertambangan dan Energi Nusa Tenggara Timur. Dari data tersebut
dilakukan analisis potensi panas bumi, pemetaan potensi tambang mangan,
pemetaan sistem Transmisi Jaringan dan distribusi ketenagalistrikan, penentuan
letak industri smelter.
Hasil yang didapat, antara lain kebutuhan terbesar listrik di NTT adalah Kupang
(37%). Pertumbuhan permintaan listrik di NTT sekitar 11% per tahun.
Potensi energi panas bumi yang dapat dikembangkan saat ini untuk pulau Flores,
yaitu dari lapangan Sukoria, Mataloko, Ulumbu dan Wai Pesidengan total kapasitas
210 MW.Data mineral mangan sebagian besar tersebar di Kabupaten Manggarai, dengan
status cadangan dan terbukti sebesar 248,000 ton di lokasi Satamani, desa
Satarpunda dengan kadar Mangan 38%.Berdasarkan potensi tersebut, maka dapat
dikembangkan smelter kapasitas 10.000 ton ingot mangan per tahun selama 25
tahun. Penentuan letak smelter berdasarkan, transportasi ingot mangan melalui laut,
dekat dengan jaringan excisting. Sehingga terpilih lokasi di Kecamatan Lambaleda,
namun masih memerlukan pembangunan pelabuhan dan penambahan jaringan
listrik tegangan 70 kVA sepanjang 20 km. Gambar 21 memperlihatkan roadmap
sistem ketenagalistrikan Kepulauan Flores.
mailto:[email protected]:[email protected] -
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
22/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 22
Gambar 21. Roadmap interkoneksi transmisi 70 KV.
Perkiraan investasi yang dibutuhkan, meliputi:
Tabel 1.Perkiraan kebutuhan investasi
No Investasi Biaya (Rp)
1. Pembangkit listrik panas bumi Ulumbu danMataloko 1.870.000.000.000
2. Smelter kapasitas 10.000 ton/tahun 458.000.000.000
3. Jaringan, 70 kVA, sepanjang 20 km 10.404.000.000
4. Pelabuhan kapasitas 5.000DWT 8.727.725.000
Total 2.347.131.275.000
8. Penelitian Potensi Energi Arus Laut Sebagai Energi Baru Terbarukan Di
Perairan Raja Ampat, Papua Barat
Tim : Mira Yosi, Nazar Nurdin, Erni Herawati, Beben Rachmat, Mario Dwi Saputra,
Evie H. Sudjono, Hananto Kurnio, Rina Zuraida
Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan (KP3) Sumber Daya Geologi
Kelautan, Puslitbang Geologi Kelautan
Email:[email protected]
Saat ini Indonesia masih mengandalkan sumber daya energi fosil yang merupakan
sumber energi tak terbarukan, yaitu: minyak, gas dan batu bara. Secara nasional,
pertumbuhan kebutuhan energi meningkat dengan cepat mencapai 8,5% pertahun.
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected] -
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
23/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 23
Menurut data Dirjen Ketenagalistrikan hingga akhir 2013, tingkat rasio elektrifikasi
di seluruh wilayah Indonesia mencapai 79,3%. Tingkat elektrifikasi terendah berada
di Papua hingga 35%. Rendahnya rasio elektrifikasi di daerah Papuadisebabkan
permasalahan infrastruktur dan belum maksimalnya pemanfaatan potensi sumber
energi terbarukan.
Sebagai Negara maritim, Indonesia menyimpan potensi energi baru terbarukanyang besar, salah satunya adalah sumber energi dari arus laut. Salah satu prioritas
penguasaan, pengembangan, dan penerapan iptek dalam Buku Putih Iptek 2005-
2025 adalah penciptaan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan.
Lokasi daerah penelitian adalah Selat Mensuar, Kecamatan Meos Mansar,
Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Koordinat lokasi penelitian
adalah:130304 1304119.19 BT03024 03645 LS. Kabupaten Raja Ampatmemiliki 610 pulau, empat diantaranya adalah pulau-pulau besar, yaitu: Pulau
Misool, Salawati, Batanta, dan Waigeo.
Gambar 22. Lokasi Kegiatan Penelitian Potensi Energi Arus Laut Sebagai Energi Baru
Terbarukan di Perairan Raja Ampat, Papua Barat
Tujuan penelitian adalah mengetahui potensi energi setempat khususnya sumber
energi terbarukan (arus laut) di daerah yang belum berkembang, daerah terpencil,
dan daerah pedesaan serta mengetahui karakteristik fisik air laut dan dasar laut yangdapat digunakan untuk menentukan jenis turbin yang cocok untuk daerah tersebut.
Pengamatan pasang surut dilakukan di depan Dermaga Desa Sawinggrai. Tipe
pasut di selat Mansuar ini adalah tipe semidiurnal dengan arah arus saat pasang ke
timur dan pada saat surut berbalik arah ke barat. Kecepatan arus maksimum selama
pengukuran adalah 1.793 m/detik (spring tide) yang berjarak sekitar 100 m dari
pantai.
Morfologi dasar laut Selat Mansuar relatif terjal dengan kedalaman maksimum
98,22 m dengan perairan di bagian Barat selat terbagi menjadi dua alur dengan
kehadiran dua tinggian yang tertutup karang. Kedua tinggian tersebut secara umum
P. BATANTA
P. SALAWATI
P. GAM
130 21' 18'' BT
1 4' 56' LS
0 16' 37" LS
Lokasi Penelitian
P. WAIGEO
131 29' 29'' BT
Peta Indeks
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
24/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 24
membentukarah BaratTimur.Hasil pengukuran batimetri dan pengamatan langsungdi lapangan menunjukkan bahwa batimetri di selatan P. Gam, pantai di utara P.
Mansuar dan tinggian di bagian barat selat umumnya cukup landai hingga kedalaman
3 m untuk kemudian berubah terjal (sudut lereng sekitar 70) hingga kedalaman 15-
20 m dan membentuk dataran sempit sebelum berubah lagi menjadi tebing terjal ke
arah bawah. Tinggian ini kemudian ditutupi oleh berbagai jenis koral.
Gambar 23. Morfologi kedalaman dasar laut Selat Mansuar
Pengukuran arus dilakukan pada dua lokasi, yaitu di Desa Sawinggrai
(kedalaman 26 m) dan Desa Kapisawar (kedalaman 26 m)menggunakan alat
pengukur arus akuistik agronaut frequensi 750 khz dan ADCP 300khz untuk
pengukuran arus secara transek.
(a) (b)
Gambar 24. Alat pengukur arus yang di deploy di permukaan dasar laut (a) dan pengukuran
secaratransek (b).
Kecepatan arus yang diperoleh selama pengukuran di lokasi Desa Sawinggrai
dengan jarak tidak lebih dari 100 m dari garis pantai berkisar 0,041,793 m/dtkdengan arah dominan relatif ke timur- barat. Sedangkan kecepatan arus di Desa
Kapisawar selama pengukuran berkisar 0,001 1,697 m/detik dengan arah dominan
P. Gam P. Mansuar
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
25/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 25
relatif berarah tenggara barat laut. Turbin yang efektif untuk diterapkan di SelatMansuar ini adalah jenis turbin yang bekerja pada arus yang tidak terlalu kencang
(contoh: turbin jenis Gorlov dengan cut in speed 0,5 m/detik).
Perubahan pasang surut berpengaruh terhadap besarnya rapat daya yang
dihasilkan di Selat Mansuar ini . Hal ini dikarenakan arus laut yang merupakan
sumber dari rapat daya sangat dipengaruhi oleh kondisi pasang surut. Selain kondisipasang surut, kedalaman atau morfologi dari perairan mempengaruhi besarnya rapat
daya. Besar total rapat daya untuk satu unit turbin pada saat kondisi spring tidedapat
dilihat padaTabel 2 danTabel 3.
Tabel 2.Rapat Daya di Lokasi Sawinggrai
PERHITUNG N R P T D Y S WINGGR I
SATUUNITTURBIN
NominalPower 2954.16 W/m2 2.954 kW/m2
Rapatdayadalam1hari 8373.06 Wh/m2 8.37 kWh/m2
Rapatdayadalam14hari 58366.08 Wh/m2 58.37 kWh/m2
Rapatdayadalam1bulan 125070.17 Wh/m2 125.07 kWh/m2
Tabel 3.Rapat Daya di Lokasi Kapisawar
PERHITUNG N R P T D Y K PIS W R
SATUUNITTURBIN
NominalPower 2504.61 W/m2 2.505 kW/m2
Rapatdayadalam1hari 5335.99 Wh/m2 5.34 kWh/m2
Rapatdayadalam10hari 18352.66 Wh/m2 18.35 kWh/m2
Rapatdayadalam1bulan 55057.99 Wh/m2 55.06 kWh/m2
Sedimen pantai dan dasar laut daerah penelitian sebagian besar terdiri atas
sedimen yang berasal dari organisme yang hidup di daerah tersebut (bioklastik) dan
juga dari batuan penyusun Pulau Gam dan Mansuar. Berdasarkan ukuran besar butir,
sedimen pantai dan dasar laut daerah penelitian terdiri atas pasir kerikilan, pasir
sedikit kerikilan dan pasir. Pasir sedikit kerikilan hanya dijumpai di satu pocket
beachyang berdekatan dengan singkapan batugamping di P. Mansuar. Pasir kerikilan
umumnya dijumpai pada reef flatdan reef front, sedangkan pasir umumnya dijumpai
padafore reef.
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
26/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 26
Gambar11PetasebaransedimenpermukaandasarlautSelatMansuar
Hasil analisis besar butir yang digabungkan dengan hasil pengamatan megaskopis
terhadap contoh sedimen yang diambil dari Selat Mansuar menunjukkan bahwa
sedimen permukaan dasar laut daerah penelitian berukuran pasir hingga kerikildengan penyusun utama (> 50%) berupa material karbonat bioklastik yang terdiri
atas fragmen koral, fragmen dan cangkang moluska dan foraminifera. Fragmen litik
berupa batuan karbonat, mineral gelap dari batuan sebelumnya, serta material
organik merupakan penyusun yang hadir dalam jumlah sedikit.
Pengukuran in situ juga dilakukan secara berkala, pada 2 lokasi yaitu di Desa
Sawinggrai (Pulau Gam) dan di Pulau Mansuar. Temperatur tercatat bevariasi antara
25 30,4 C. Nilai salinitas tercatat antara 27-28,9 , relatif lebih rendah daripadanilai salinitas air laut pada umumnya (30-33 ), hal ini dikarenakan lokasipengambilan data dilakukan dekat dengan daratan dan pemukiman penduduk
sehingga kualitas air laut di lokasi pengukuran dipengaruhi oleh kegiatan manusia.Oksigen terlarut pada lokasi pengukuran berkisar antara 8 15.5 mg/L. Nilai DOpada lokasi pengukuran masih memenuhi baku mutu air laut untuk wisata bahari
dan biota laut dengan nilai diatas 5 mg/L.Turbiditas (kekeruhan) yang tercatat pada
setiap pengukuran menunjukkan nilai 0 NTU, sehingga dapat disimpulkan bahwa
perairan ini sangat jernih dan tidak terdapat partikel tersuspensi di dalamnya.
Pengamatan karakteristik pantai dilakukan dengan cara pengamatan sesaat
(snapshot) baik dari atas maupun bawah muka laut. Berdasarkan jenis materialnya,
maka pantai di daerah penelitian terdiri atas pantai dengan batuan keras dan
bertebing yang dijumpai di hampir seluruh daerah penelitian, baik di selatan P. Gam
4 KM0 2
Lokasi penelitian
13120' 53"
Weigeo
13120' 53"
-052'55"
1300' 28"
0
5'4"
1300' 28"
-052'55"
PETA INDEKS
0
5'4"
130 41' 19.19
-0
30'24"
130 41' 19.19"-03
6'45"
130 30' 4"
-0
30'24"
-0
36'45"
130 30' 4"
P. Kri
gS
gS
P. GAM
(g)S
S E L A T M A N S U A R
SELAT DAMPIER
P. MANSUAR
S
S
S
S
S E L A T M A N S U A R
P. Arborek
gS
gS
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBERDAYAMINERALBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBERD AYAMINERAL
PUSAT PENELI TIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN
PETA SEBARAN SEDIMEN PERMUKAAN DASAR LAUT
DI PERAIRAN SELAT MANSUAR, PAPUA BARAT
Ir. Hananto Kurnio, M. Sc. dan Dr. Ir. Rina Zuraida
Digambar oleh
Disyahkan oleh
Diperiksa oleh
Dr. Susilo Hadi
Hartana
Navigator
Penyusun
Pengamat
: Kontur batimetri interval 5 meter
: Ibukota Kabupaten/Kecamatan
: Lokasi Pengambilan Sampel
KETERANGAN :
R4-2013-17
: Batuan
LEGENDA :
: Pasir
: Pasir Kerikilan
: Pasir Sedikit Kerikilan
P. Kri
gS
gS
P. GAM
(g)S
S E L A T M A N S U A R
SELAT DAMPIER
P. MANSUAR
S
S
S
S
S E L A T M A N S U A R
P. Arborek
gS
gS
Meos Mansar
R4-2013-01
R4-2013-02
R4-2013-03
R4-2013-04A
R4-2013-05
R4-2013-08
R4-2013-09
R4-2013-10 A
R4-2013-11
R4-2013-12A
- -
R4-2013-14
R4-2013-15
R4-2013-16
R4-2013-17
R4-2013-18
R4-2013-19
R4-2013-20
Sawinggrai
Yenwaupor
Sauwandarek
Kapisawar
Kurkapa
0
90
80
80
60
50
40
40
30
30
30
10
30
30
40
50
30
20
3040
50
3020
30
30
30
50
60
60
30
80
60
20
40
50
60
70
5040
20304020
10
203040 10
80
70
20
10
20
30
20
1040 30
40
80
20
20
20
2010
40
40
40
10
10
1010
30
70
80
80
30
20
20
10
30
40
50
30
40
4040
50
30
80
60
80 70
30
40
10
30
30
20
40
30
20
30
5040
40
60
50
80
80
80
70
10
10 20
10
302010
40302010
50
20
30
50
20
30
2010
20
40
10
2030
1010
10
1010
3010
30
30
20
60
S
(g)S
gS
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
27/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 27
maupun di utara P. Mansuar. Jenis pantai lainnya, yaitu pantai dengan sedimen lunak
yang mudah larut yang umumnya dijumpai sebagai pocket beachdengan lebar tidak
lebih dari 30 m dan berakhir di tekuk lereng yang tersusun oleh batugamping
(Gambar 25).
Gambar 25. Karakteristik Pantai Selat Mansuar
Berdasarkan hasil pengukuran temperatur udara selama 15 hari menunjukkan
bahwa temperatur udara di sekitar Pulau Gam berkisar antara 23,8oC 30,7oC.kelembaban udara di lokasi penelitian berkisar antara 67-97 %. Hasil pengukuran
menunjukkan bahwa tekanan udara di lokasi penelitian berkisar antara 1013,3-
1006,3 mbar. Kecepatan angin maksimum selama pengukuran adalah 32,2 knots,
yang berarah dari Barat Daya. Kecepatan terbesar berada pada kelas di bawah 10
knot, yaitu sebesar 93,3%, selanjutnya kelas 10-17 knot sebesar 6,3% (Gambar 26).
4 KM0 2
Lokasi penelitian
131 20' 53"
Weigeo
131 20' 53"
-052'55"
130 0' 28"
05'4"
130 0' 28"
-052'55"
PETA INDEKS
05'4"
130 41' 19.19
-0
30'24"
130 41' 19.19"
-0
36'45"
130 30' 4"
-0
30'24"
-0
36'45"
130 30' 4"
SELAT DAMPIER
P. MANSUAR
P. GAM
S E L A T M A N S U A R
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI KELAUTAN
PETA KARAKTERISTIK PANTAI
DI PERAIRAN SELAT MANSUAR, PAPUA BARAT
Digambar oleh
Disyahkan oleh
Diperiksaoleh
Dr. Ir. RinaZuraida
Dr. Ir. SusilohadiDr. Ir. Susilohadi
Hartana, ST
Navigator
Penyusun
Pengamat
: Pantai bertebing
: Pantai berbatu
: Batuan karbonat (dengan atau/tanpa natch)
resistensi tinggi:Tanggul Pantai
: Endapan Aluvial (resistensi rendah)
: Pantai berpasir
: Relief rendah
: Relief sedang
: Perkampungan
KETERANGAN :
: Pantai berbakau
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
28/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 28
Gambar 26. Diagram Angin Selat Mansuar (15 hari pengamatan).
Daerah yang berpotensi untuk penempatan turbin arus laut ini adalah di bagian
Barat Laut Selat Mansuar, yaitu di depan Desa Sawinggrai dan Kapisawar.
B. Diversifikasi Energi
1. Studi Pemanfaatan Campuran LPG dan DME untuk Kendaraan Bermotor
Ketua Tim : Reza Sukaraharja ST.MT
Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan (KP3) Aplikasi Produk,
Puslitbangtek Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS
Email:[email protected]; dan [email protected]
Penggunaan LPG sebagai bahan bakar sepeda motor merupakan suatu alternatif
yang harus ditempuh dalam mengantisipasi tingginya pemakaian bahan bakar untuk
sepeda motor yang signifikan dengan bertambahnya jumlah sepeda motor. Uji unjukkerja di jalan raya sepeda motor berbahan bakar LPG merupakan lanjutan dari kajian
sebelumnya, yaitu rancangan peralatan konversi LPG dalam rangka peningkatan
kinerja sepeda motor.
Dengan peralatan konversi original ternyata menghasilkan turunnya kinerja
sepeda motor berupa daya yang didapat lebih kecil dan emisi HC cukup besar. Untuk
meningkatkan kinerja, maka dilakukan modifikasi pada regulator serta perancangan
mixer dan ignition timing (penisbahan waktu penyalaan) yang optimal, kinerja
sepeda motor berbahan bakar LPG menjadi setara/mendekati dengan kinerja sepeda
motor berbahan bakar bensin 88. Modifikasi terhadap peralatan konversi tersebut
Resultant Vector20 deg - 28%
NORTH
SOUTH
WEST EAST
5%
10%
15%
20%
25%
WIND SPEED
(Knots)
>= 34
28 - 3422 - 28
17 - 22
10 - 17
0 - 10
Calms: 0.00%
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
29/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 29
diaplikasikan dalam uji prestasi di jalan raya bagi sepeda motor. Kinerja sepeda
motor tersebut kemudian dibandingkan dan dianalisis dengan kinerja sepeda motor
berbahan bakar bensin 88.
Uji kinerja mesin kendaraan berbahan bakar Bensin 88, LGV (Liquied Gas for
Vehicle), dan LGV mix DME (Dimethyl Ether)dilakukan pada chassis dynamometer
dengan parameter yang diuji daya maksimum, torsi maksimum, emisi gas buang,konsumsi bahan bakar dan akselerasi.
Gambar 27. Setting peralatan konversi, uji chassis dynamometer, dan uji jalan/road testsepeda motorLPG
Hasil pengujian terhadap torsi yang dihasilkan oleh kendaraan berbahan bakar
campuran LGV-DME(DME 0%, DME 5%, DME 10%, DME 15% dan DME 20%), padabahan bakar LGV memberi efek rata-rata masing-masing lebih rendah 2,43%, 4,91%,
5,23%, 5,31% dan 3,07%dibandingkan dengan bensin 88. Mengingat daya lebih
mencerminkan kepada pencapaian kecepatan maksimum dan torsi mencerminkan
akselerasi, maka hal ini berarti bahwa driveability pada penggunaan campuran DME
sampai dengan 20% dalam LGV akan sama dengan pada penggunaan bensin 88
maupun LGV. Dengan demikian tidak akan diperlukan perubahan drive-habits dari
pengemudi. Namun pada rpm 2000 sampai dengan 3500 terjadi perubahan yang
cukup signifikan, dikarenakan pada rentang putaran mesin terjadi campuran miskin
yang berarti kurangnya pasokan bahan bakar bila menggunakan bahan bakar LGV
maupun campuran LGV-DME. Kondisi ini dapat diminimalisir dengan melakukansettingkendaraan dengan menambahkan bahan bakar pada rentang putaran mesin
tersebut.
Pengujian juga dilakukan pada emisi gas buang, yaitu CO dan HC. Emisi CO yang
dikeluarkan oleh kendaraan berbahan bakar kendaraan memiliki kecenderungan
berkurang dengan penambahan komposisi DME dalam LGV.Sedangkan emisi HC
yang dihasilkan memiliki kecenderungan menurun dengan semakin meningkatnya
kecepatan dan meningkatnya komposisi DME dalam LGV. Oleh karena itu
pembakaran yang dihasilkan bahan bakar campuran LGV-DME lebih baik sehingga
menghasilkan kadar HC rata-rata lebih rendah daripada kendaraan yang berbahan
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
30/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 30
bakar bensin 88 dan LGV. Rendahnya kadar HC menunjukan bahwa bahan bakar
yang masuk ke ruang bakar lebih banyak yang terbakar. Penurunan emisi CO rata-
rata 92,42% dibandingkan dengan bensin 88 dan penurunan kadar emisi HC sebesar
rata-rata 21,23% dibandingkan dengan bensin 88.
Pada komposisi DME 0%, DME 5%, DME 10%, DME 15% dan DME 20%,
memberikan efek rata-rata kadar emisi CO2yang lebih rendah dibandingkan denganbensin 88, yaitu masing-masing 5,02 %, 4,63%, 10,57 %, 12,61 %, dan 19,33 %.
Pada penelitian ini dilakukan juga uji akselerasi untuk mengetahui daya tarikan
kendaraan pada kondisi sentakan pedal gas penuh. Hasil pengukuran akselerasi
memperlihatkan bahwa terjadi perlambatan akselerasi pada saat kendaraan
menggunakan bahan bakar LGV, dan semakin lambat lagi bila komposisi DME
diperbanyak didalam LGV. Perlambatan akselerasi yang terjadi tidak terlalu besar
(rata-rata 1,23 detik) dan tidak terlalu dirasakan pada saat berkendera. Penambahan
komposisi DME 5%, DME 10%, DME 15% dan DME 20% dalam LGV memberi efek
penurunan terhadap daya akselerasi kendaraan dibandingkan dengan kendaraan
berbahan bakar bensin 88 masing-masing sebesar 0,13 %, 4,71%, 0,09 %, dan 0 %.Untuk LGV sendiri terjadi besar kenaikan daya akselerasi sebesar 0,03 %.
Tabel 4.Konsumsi bahan bakar uji jalan
Bahan BakarJarak Tempuh
(km)
Konsumsi Bahan
Bakar Km/L
( % )
Perubahan
BENSIN 88 5.188 12.38
LGV 5.209 10.09 18
LGV mix DME 20 % 5.125 8.70 30
Hasil uji konsumsi bahan bakar pada uji jalan menunjukkan bahwa ketika
menggunakan bahan bakar LGV terjadi penurunan konsumsi bahan bakar sebesar
18% dibanding bensin 88, sedangkan jika menggunakan campuran LGV dan DME
20% terjadi penurunan konsumsi bahan bakar sebesar 30% dibanding bensin 88
(Tabel 4).
Hasil penilaian pengukuran perubahan berat dan volume pada uji perendaman
komponen non metal saluran bahan bakar yang terdiri dari komponen non metal
seperti regulator, pelampung, selang, filter dan intake memenuhi batas minimal
perubahan berat dan volume.
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
31/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 31
Gambar 28. Pengujian chassis dynamometerdan Uji Jalan kendaraan dengan bahan bakar LGV dan LGV
mix DME
Untuk mendapatkan hasil yang lebih komprehensif terhadap pemanfaatan bahanbakar campuran LGV-DME untuk sektor tranportasi perlu dilakukan penelitian lebih
lanjutkhususnya tentang kajian ekonomi yang lebih mendalam dan lebih
komprehensif dari hulu sampai hilir yang menyangkut tentang LGV dan DME.
2. Penelitian dan Pengembangan Energi Angin Untuk Pembangkit Listrik
Tenaga Angin (PLTAngin) Kapasitas Menengah
Tim : Nanda Avianto Wicaksono, Hari Soekarno, dan Harun Al Rasyid
Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan (KP3) Energi Baru
Terbarukan, Puslitbangtek KEBTKE
Email:[email protected],[email protected],
Kegiatan ini dilandasi oleh berbagai kebijakan seperti kebijakan energi nasional
sebagaimana tertuang dalam Perpres No. 5 Tahun 2006 yang menargetkan 5%
kontribusi energi baru terbarukan dalam bauran energi nasional tahun 2025 sebagai
acuan pengembangan energi terbarukan di Indonesia, UU No. 18 Tahun 2002 tentang
Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, dan Undang-undang No. 30 tahun 2008 tentang Energi khususnya
pemanfaatan energi setempat.
Salah satu langkah strategis untuk mengembangkan dan meningkatkan peran
energi baru dan terbarukan adalah dengan meningkatkan kegiatan studi dan
penelitian yang berkaitan dengan pembuatan "prototipe" yang sesuai dengan
spesifikasi dasar dan standar rekayasa, memasyarakatkan pemanfaatan energi baru
dan terbarukan sekaligus mengadakan analisis dan evaluasi lebih mendalam tentang
kelayakan operasi sistem yang memanfaatkan energi baru dan terbarukan tersebut
di lapangan melalui pembangunan beberapa proyek percontohan.
Terkait dengan pengembangan energi baru terbarukan maka dilakukan penelitian
dan pengembangan sistem PLTAngin kapasitas 100 kW hasil rancang bangun
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected] -
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
32/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 32
teknologi lokal yang sesuai dengan karakteristik angin di Indonesia yang merupakan
kegiatan multi-years dimulai sejak tahun 2009. Secara umum, kegiatan pada tahun
2013 ditujukan untuk menghubungkan sistem elektrikal PLTAngin dengan Jaringan
Tegangan Menengah PLN, pemeliharaan sistem, peralatan, dan menara yang
dibutuhkan, modifikasi elektrikal dan mekanikal terkait dengan sistem yaw, dan
persiapan uji performa sistem untuk menentukan nilai setting pada aktuator.Sedangkan tujuan khususnya adalah menyusun Human Machine Interface (HMI)
PLTAngin dengan memanfaatkan arsitektur SCADA.
Hasil yang diperoleh pada kegiatan ini adalah:
a. Koneksi sistem elektrikal PLTAngin dengan Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
PLN dilakukan menggunakanTrafo 105kVA telah terlaksana.
b. Pemeliharaan sistem, peralatan, dan menara telah dilaksanakan, yaitu berupa
penyambungan power meter PLN (setelah trafo PLN) ke rumah/ruang kontrol,
pemindahan/pengaturan layout panel kontrol di rumah/ruang kontrol untuk
menghindari perusakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,penambahan sistem kontrol di rumah/ruang panel yang merupakan bagian dari
Sistem/Peralatan Pengujian berupa Human Machine Interface(HMI) PLTAngin
yang terintegrasi dan berarsitektur SCADA (Gambar 29 danGambar 30).
Gambar 29. Posisi instalasi trafo hasil penyambungan PLN terhadap towermenara PLT Angin,dan rumah/ruang kontrol setelah kabel diatur kembali.
Gambar 30. Hasil perapian cabling di nacelleTagging Kabel
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
33/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 33
c. Modifikasi elektrikal dan mekanikal terkait dengan sistem yawjuga dilakukan
secara keseluruhan sehingga sistem yaw tidak gagal (zero fault) karena
merupakan prasyarat mutlak yang harus dipenuhi sebelum PLTAngin
dioperasikan (Gambar 31). Pekerjaan dimaksud meliputi pengencangan baut-baut
pada dudukan bilah, penghubung nacelle-yaw dan menara serta pekerjaan
pemeliharaan hidrolik brake system dengan memperbaiki pressure and flowvariable valvehingga tekanan di caliper yang mendorong disk brake mencapai
maksimal (100 bar).
Gambar 31. Modifikasi mekanikal dan elektrikal sistemyaw
d. Pekerjaan instalasi sistem/peralatan pengujian berupa Human Machine Interface
(HMI) PLTAngin yang terintegrasi dan berarsitektur SCADA meliputi
pekerjaanSistem kontrol di nacelle, Sistem kontrol di ruang kontrol, dan system
Human Machine Interface (HMI) PLT Angin yang terintegrasi dan berarsitekturSCADA.Hasil pengujian menunjukkan sistem/peralatan yang diinstal mampu
membaca sensor-sensor, kemudian mengolahnya dengan menggunakan algoritma
tertentu, dan kemudian hasil pengolahan tersebut digunakan untuk menentukan
nilai settingpada aktuator.
3. Kegiatan Sistem Gasifikasi Biomassa Untuk Pembakaran Keramik
Tim : Aminuddin, Errie Kusriadi, dan Bono Pranoto
Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan (KP3) Energi Baru
Terbarukan, Puslitbangtek KEBTKEEmail:[email protected],[email protected],[email protected]
Kegiatan ini dilandasi oleh kebijakan energi nasional sebagaimana tertuang dalam
Perpres No. 5 Tahun 2006 menargetkan 5% kontribusi energi baru terbarukan
dalam bauran energi nasional tahun 2025 sebagai acuan pengembangan energi
terbarukan di Indonesia, UU No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan Instruksi
Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2006 tanggal 25 Januari 2006 tentang
Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel)sebagai BahanBakarLain.
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected] -
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
34/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 34
Energi biomassa dapat diubah menjadi bentuk lain. Teknologi konversi energi
biomassa yang paling cepat dan memungkinkan untuk mencapai target bauran
energi nasional yang ditetapkan pemerintah adalah konversi thermal melalui jalur
pirolisis, gasifikasi, dan pembakaran. Gasifikasi lebih unggul dibandingkan kedua
teknologi lainnya karena menghasilkan produk yang dapat digunakan pada berbagai
aplikasi. Kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi gasifikasi biomassa telahdimulai di P3TKEBTKE sejak tahun 2007. Hasil kegiatan yang telah dilakukan
dipaparkan padaTabel 5 dan perkembangan kegiatan tersebut dari tahun ke tahun.
Tabel 5.Hasil kegiatan penelitian gasifikasi biomassa
Tahun Judul Kegiatan Hasil Kegiatan
2007 Pengembangan Produk Gasifikasi Biomassasebagai Bahan Bakar Industri dan Sel Tunam
Unit gasifierbiomassa sistem fixed bedkapasitas 100 kg/jam
2008 Pengembangan Produk Gasifikasi Biomassasebagai Bahan Bakar Industri
Unit oven pengering keramik
2009 Pengembangan Produk Gasifikasi Biomassasebagai Bahan Bakar Industri
Instalasi perpipaan dan kelistrikan
Pengujianperalatan
2010 Pengembangan Gasifikasi Biomassa untukGas Sintetis
Pengujianoperasionalgasifier untukpembakaran keramik
2011 Pengembangan Gasifikasi Biomassa untukGas Sintetis
Perbaikan dan trouble shooting unitgasifier fixed bed
Desain sistem gasifikasi biomassafluidized bed
2013 Sistem Gasifikasi Biomassa untukPembakaran Keramik
Finalisasi pengoperasian gasifierbiomassa sistem fixed bed
CFD gasifikasi biomassa sistem
fluidized bed
Tujuan kegiatan adalah terlaksananya pengoperasian sistem gasifikasi biomassa
unggun diam di Plered, Purwakarta, dengan grate termodifikasi untuk pembakaran
keramik selama 12 jam non-stop dan kajian terhadap distribusi panas dalam sistem
gasifikasi biomassa dengan melakukan perhitungan CFD (Computational Fluid
Dynamic).Pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui desk study dan studi lapangan
baik yang dilaksanakan dengan cara swakelola, maupun dengan bantuan pihak
ketiga. Desk study meliputi studi literatur; diskusi dengan pakar/tenaga ahli,
perhitungan dan analisis data sekunder dan primer, pembuatan model, dan simulasi
model. Studi lapangan meliputi survei langsung ke lokasi gasifier yang telah ada diIndonesia, modifikasi peralatan dan percobaan gasifikasi di Plered (Purwakarta), dan
studi banding.
Pada tahun 2013 dilakukan perawatan atau perbaikan peralatan gasifikasi
biomassa untuk menjaga kontinuitas kinerja peralatan, yang dilakukan pada dua
periode. Pada periode pertama dilakukan penggantian blower yang memiliki
kemampuan tekanan hisap dan kapasitas lebih tinggi, perbaikan tata letak dan
urutan aliran proses, dan penggantian penjebak udara di bawah siklon. Perbaikan
kedua meliputi modifikasi pembuangan abu, pembuangan sistem pengumpanan yang
sudah tidak digunakan kembali, pembuatan pintu akses pada penyaring gas produk,
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
35/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 35
pembuatan tangga dan pagar pengaman, pembuatan saluran penampung dan
penjebak abu di dasar gasifier, serta penambahan volume reaktor.
Kendala pembuangan abu diatasi dengan membuat lubang dibawah gasifier,
dengan melintang searah aliran proses di bagian tengah dasar reaktor. Dengan cara
tersebut, abu hasil gasifikasi akan turun ke dasar reaktor dan masuk ke dalam lubang
pembuangan. Kedalaman lubang dibuat miring dari 40 cm hingga 60 cm untukmempermudah pengeluaran abu.
Penampung abu dimodifikasi untuk menampung abu dalam jumlah besar agar
reaksi gasifikasi dapat berjalan lebih lama atau bahkan kontinu tanpa hambatan
penumpukan abu di dasar reaktor, dilengkapi dengan dua pintu yang berhadapan di
bagian sisi tegak sebagai akses pengeluaran abu dalam keadaan darurat. Penampung
abu perlu dilengkapi dengan penahan panas, terbuat dari bahan castable, yaitu
semen tahan panas yang memiliki sifat menahan dan memantulkan panas, agar
panas tidak hilang ke lingkungan dan dinding reaktor tidak memerah akibat suhu
terlalu tinggi.
Untuk memantau perilaku selama proses gasifikasi berlangsung dilakukan denganmetode pengukuran suhu reaksi. Cara ini lebih mudah diterapkan dan cepat
mendapatkan hasil pengukuran sehingga dapat langsung dilakukan tindak lanjut
apabila terjadi permasalahan, yaitu dengan menggunakan alat ukur berupa
termokopel yang dipasang di dalam dan di luar dinding reaktor. Setelah dilakukan
perbaikan dan modifikasi pada sistem gasifikasi dilanjutkan dengan melakukan
pengujian.
Percobaan pertama menemui kendala oleh abu yang tidak dapat turun ke
penjebak abu di bawah gasifier. Percobaan dihentikan dengan mematikan blower.
Pintu yang berada di bagian bawah gasifier dibuka dan digunakan untuk
mengeluarkan abu serta material biomassa yang sebelumnya diumpankan kereaktor. Dari hasil pengamatan diperoleh data bahwa abu tidak dapat masuk ke
penjebak abu karena lubanggrateyang dipasang didasar reaktor tertutup oleh arang
batok.
Percobaan kedua dilakukan dengan menghilangkan batok kelapa ketika penyalaan
dan ketika operasi. Dijumpai kendala berupa pemanasan diluar kebiasaan dinding
luar reaktor bagian tengah. Berdasarkan hasil diskusi dengan tim, diperoleh
kesimpulan pemanasan disebabkan oleh bara biomassa dan nyala api dari dalam
reaktor yang kontak langsung dengan dinding luar. Permasalahan tersebut
ditanggulangi dengan pemasangan bata api pada sisi dalam dinding tersebut
melingkar hingga setengah lingkaran reaktor.
Percobaan ketiga dilakukan sesuai dengan prosedur yang dijalankan pada
percobaan kedua. Sistem telah mampu menghasilkan gas dan telah dibakar dalam
tungku keramik hingga suhu tungku maksimal 460oC. Permasalahan yang dihadapi
adalah nyala api dari gas produk gasifikasi tidak stabil dan maksimal hanya bertahan
empat jam. Hal ini disebabkan oleh abu sekam yang sudah terbakar tidak dapat turun
akibat suhu reaksi terlalu tinggi, yaitu mencapai 1000oC, dan membuat abu saling
terikat. Untuk mengatasi masalah tersebut, telah dibuat pengaduk dari pipa besi
berdiameter 1,5 inci yang diisi dengan castable.
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
36/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 36
Gambar 32. Reaktor gasifikasi setelah modifikasi
Hasil pengujian berikutnya masih mengalami kegagalan karena pengaduk putus
akibat tidak kuat menahan suhu reaksi yang terlalu tinggi. Selanjutnya, telah dibuat
kembali pengaduk dari besi yang sama tetapi yang dilapisi castabel adalah bagianluarnya. Pengaduk kedua dapat digunakan dengan baik dan gasifier dapat
dioperasikan secara kontinyu, tetapi kestabilan produk gas belum dapat diperoleh
sesuai dengan yang diharapkan.
Dari keseluruhan kegiatan yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa
perbaikan peralatan sistem gasifikasi biomassa telah dilaksanakan dengan baik, dan
gasifier telah mampu beroperasi secara kontinyu dengan bahan baku sekam padi
meskipun belum mampu menghasilkan produk gas dengan kualitas stabil dan lama.
4. Penelitian dan Pengembangan Energi Laut
Tim : Arfie Ikhsan Firmansyah dan Syaiful Nasution
Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan (KP3) Energi Baru
Terbarukan, Puslitbangtek KEBTKE
Email :[email protected],[email protected].
Tujuan kegiatan adalah untuk melakukan inventarisasi potensi energi laut di
Indonesia serta merancang optimasi teknologi konversi pembangkit listrik arus laut.
Pelaksanaan kegiatan meliputi studi literatur; perhitungan dan analisis data
mailto:[email protected]:[email protected] -
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
37/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 37
sekunder dan primer, konsultasi dan diskusi yang intensif dengan institusi terkait,
serta studi lapangan yang meliputi survei langsung ke lokasi potensial untuk
memperoleh data potensi (energi pasang surut dan arus laut) dan data pendukung
lainnya.
Pada tahun 2013, kegiatan ini difokuskan pada inventarisasi data potensi energi
laut dan optimasi teknologi konversi arus laut. Inventarisasi data potensi dilakukanberkoordinasi dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
(P3GL),meliputi Selat Toyapakeh (Nusa Penida, Bali), Selat Larantuka (Flores Timur,
Nusa Tenggara Timur), Selat Pantar (Kabupaten Alor, NusaTenggara Timur), dan
Selat Molo (Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur).
Hasil pengukuran arus laut di Selat Toyapakeh menunjukkan kecepatan rata-rata
1,0303 m/s pada kedalaman 4 m, 1,1380 m/s pada kedalaman 6m, 1,2097 m/s pada
kedalaman 8 m, dan 1,2786 m/s pada kedalaman 10 m. Sedangkan hasil pengukuran
arus laut di Selat Larantuka menunjukkan kecepatan rata-rata 1,724 m/s pada
kedalaman 3 m, 1,84 m/s pada kedalaman 5 m, 1,844 m/s pada kedalaman 7 m, dan
1,79 m/s pada kedalaman 9 m. Hasil pengukuran arus laut di Selat Pantarmenunjukkan kecepatan rata-rata 1,43 m/s pada kedalaman 4 m, 1,43 m/s pada
kedalaman 6 m, 1,41 m/s pada kedalaman 8 m dan 1.08 m/s pada kedalaman 10 m.
Hasil pengukuran sesaatkecepatan arus di Selat Molo adalah sebesar 1,5 m/s dengan
kecepatan maksimal arus yang terukur pada saat pengukuran 3,8 m/s. Kontur Selat
Molo yang curam dan bertebing serta banyaknya gua di dasar laut mengakibatkan
sering terjadi pusaran sehingga tidak ada satu kapal pun yang melintas di selat ini.
Secara teoritis, di daerah dengan kecepatan arus laut lebih besar dari 1 m/s dapat
dikembangkan menjadi PLTArus laut. Berdasarkan teori ini, maka di Selat Toyapakeh
mulai kedalaman 4 m, di Selat Larantuka mulai kedalaman 3 m, di Selat Pantar mulai
kedalaman 4 m, dan sepanjang Selat Molo layak untuk dikembangkan menjadi
pembangkit listrik arus laut. Peringkat daerah yang menjadi prioritas untuk
pengembangan PLT Arus Laut berturut-turut, yaitu Selat Larantuka, Selat Toyapakeh,
Selat Pantar, Selat Gam, Selat Boleng, kemudian Selat Molo (Gambar 33).
(a) Selat Larantuka (b) Selat Toyapakeh
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
38/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 38
(c) Selat Pantar (d) Selat Molo
Gambar 33. Beberapa lokasi inventarisasi data arus laut yang diambil untuk dinilai daerah
yang paling potensi dipasang PLT Arus Laut.
Optimasi teknologi konversi dilakukan dengan memperbaiki rancangan
Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLT-Arus Laut) yang telah ada (rancangan
2011) untuk mendapatkan performa turbin terbaik. PLT Arus Laut tersebut
dirancang sedemikian rupa agar pada cut in speed0,3 m/s sudah dapat menghasilkan
tenaga listrik.
Perbaikan rancangan PLT Arus Laut dilakukan dengan mengubah profil sayap
NACA 0020 menjadi NACA 0016 dan mengubah twist pada turbin konversi arus laut.
Profil sayap NACA 0016 dipilih karena paling optimal digunakan sebagai bilah turbin
(blade) pada turbin pembangkit listrik energi arus laut. Material yang cocok untuk
bagian badan turbin adalah komposit karbon/epoxy dengan densitas 1620 kg/m3dan
memiliki modulus 143 GPa serta kekuatan tarik (tensile strength) 2240 MPa.
Sedangkan material yang cocok untuk poros/shaft turbin adalah alumunium alloys
5052-H38, Rod (SS). Sudut serang lift maksimum NACA 0016 pada kondisi
operasional adalah 18.Pada penelitian, dilakukan juga simulasi CFD (Computational Fluid Dynamic)
dengan arus fluktuatif dan statik. Pada arus fluktuatif dihasilkan nilai torsi yang
cenderung lebih besar dibandingkan dengan arus statik pada kecepatan putar turbin
dan kecepatan maksimum yang sama. Perbedaan hasil simulasi CFD pada arus statik
dengan arus fluktuatif tidak terpaut jauh, yaitu sekitar 5,12%. Artinya, simulasi CFD
pada arus statik dapat menggantikan simulasi CFD pada arus fluktuatif untuk kasus
serupa sebagai suatu bentuk penyederhanaan penyelesaian kasus.
Biaya investasi dan pengoperasian PLT-Arus Laut lebih tinggi dibanding jenis
pembangkit lainnya, yaitu mencapai 0,53-0,79 USD/KWh. Nilai tersebutdapat
dijadikan pertimbangan untuk mengembangkan PLT Arus Laut menjadi skalakomersial.
5. Penelitian dan Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Tim : Didi Sukaryadi dan Guntur Tri Setiadanu
KelompokPelaksana Penelitian dan Pengembangan (KP3) Ketenagalistrikan,
Puslitbangtek KEBTKE
Email :[email protected],[email protected].
mailto:[email protected]:[email protected] -
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
39/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 39
Pembangkit listrik tenaga panas bumi siklus biner (PLTP biner) skala 50 kW yang
dibangun pada Tahun 2012 memanfaatkan brine (air sisa fluida panas bumi) dari
sumur di PAD-29 lapangan panas bumi Dieng. Reservoir di lapangan panas bumi
Dieng memproduksi fluida fase dengan kandungan air cukup banyak. Fluida
reservoir 2 fase ini dipisahkan di separator pada tekanan kerja di atas 10 bar dimana
fase uap dialirkan untuk menggerakan turbin sedangkan fase air (brine) akandimanfaatkan untuk membangkitkan listrik dengan teknologi siklus biner.
Tujuan kegiatan pada tahun 2013 adalah memasang pilot plant siklus biner di
lokasi PAD-29 PLTP unit Dieng, mengembangkan sistem kontrol-proteksi,
membungkus sistem pemipaan dengan rock woolsebagai bahan isolasi dan cladding
serta mengembangkan jaringan listrik.
Pemasangan Peralatan PLTP Siklus Biner di PAD 29 PLTP Dieng sudah
dilaksanakandan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, terbarukan dan Konservasi
Energi dan PT.Geodipa Energi sudah ditandatangani oleh ke dua belah pihak pada
tanggal 08 Juli 2013. Sedangkan MOU antara Badan Penelitian dan PengembanganEnergi dan Sumber Daya Mineral dengan PT. Geodipa Energi sudah di tanda tangani
pada tanggal 12 April 2013.
Selain itu, Sertifikat Kelayakan Penggunaan Peralatan (SKKP) terhadap peralatan
PLTP siklus biner juga sudah ditanda tangani oleh Direktur Jenderal Energi Baru
terbarukan dan Konservasi energi pada tanggal 19 Agustus 2013 dan dinyatakan
layak serta memenuhi persyaratan keamanan kerja sehingga dapat digunakan. Ijin
Upaya Kelola Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lapangan setelah berdiskusi
dengan pihak Pemkab Banjarnegara dan PT. Geodipa Energi digantikan dengan Ijin
Penelitian yang dikeluarkan oleh Bupati Banjarnegara, dan ijin ini sudah didapat
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.Pada peralatan siklus bineryang telah terpasang di PAD-29, untuk mengurangi
kehilangan panas berlebih di preheater, evaporator dan pipa-pipa, komponen-
komponen ini dilapisi denganrock woolsebagai isolasi (lihat Gambar 3) dan dilapisi
aluminium untuk melindungi insulasi dari air agar tidak basah atau lembab.
Sedangkan komponen kondenser dan pipa air pendingin dan pipa keluaran dari
turbin dibiarkan terbuka tidak dilapisi dengan rockwooldan aluminium agar proses
pendinginan fluida kerja maksimal, sehingga fluida kerja dapat cepat berubah dari
fase uap menjadi fase cairan kembali.
Uji kebocoran (vakum test) terhadap komponen mekanikal (preheater,
evaporator, kondenser dan turbin) menunjukkan tidak ada kebocoran pada seal
maupun sambungan-sabungannya.
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
40/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 40
Gambar 34. Insulatingdan CladdingKomponen Preheater, Evaporator dan Pemipaan.
Agar PLTP siklus biner dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan daya
keluaran maksimal, maka pengontrolan perlu dilakukandengan cara mengatur
jumlah fluida kerja yang masuk berdasarkan parameter-parameter tekanan dan
temperatur. Sistem kontrol dan proteksi harus mampu merespon secara cepat dan
akurat jika kondisi setting pointdari tekanan dan temperatur fluida kerja, dan atau
brine terlampaui sehingga kondisi yang tidak diinginkan bisa diantisipasi secara
cepat sehingga peralatan dalam kondisi aman. Begitu pula jika ada beban balik dari
PLN, sistem harus cepat memberikan respon untuk segera memutus hubungan
dengan jaringan PLN dan memerintahkan valve dari heater ke turbin untuk menutup,
valve ke kondenser membuka untuk segera mendinginkan fluida kerja untuk
kemudian sistem akan totally shut down. Jika PLN padam sistem harus segera
membuang listrik yang dihasilkan ke pemanas udara (air heater) sebagai ballast load.
Sistem kontrol dan proteksi yang dikembangkan menggunakan sistem PLC(Programming Logic Controller) untuk menutup dan membuka 6 buah control valve
sebagai penentu kondisi tekanan dan temperatur pada heat exchanger. Sedangkan
sistemset point dan monitoring dilakukan dengan sistemHuman Machine Interface
(HMI) berupa layar sentuh sehingga memudahkan saat mensetting parameter-
parameter baik tekanan, temperatur dan lainnya. Proportional Integral Derivative
(PID) controllerjuga digunakan sebagai pengontrol besaran temperatur, tekanan dan
memberi batasan maksimum serta minimum dari setting point. Ketika suhu dan
tekanan media kerja melalui control valve dengan setting point minimum, maka
control valve akan membuka secara proporsional dan kecepatan pembukaan
bergantung dari nilai pertambahan (gain) yang disetting. Ketika nilai suhu dan
tekanan melebihi batas setting point, maka control valveakan menutup.
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
41/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 41
Gambar 35. Sistem Kontrol Proteksi Siklus Biner Dieng
Gambar 35 menunjukkan sistem kontrol proteksi yang sudah terpasang di lokasi.
Pengujian dan penyesuaian setting pointdengan kondisi riil lapangan akan dilakukan
setelah PLTP Dieng beroperasi.Uji sistem kontrol terhadap respon masing-masing ke6 electrical valve(MOV) menunjukkan pemograman berjalan dengan baik.
Pengembangan jaringan transmisi listrik dilakukan untuk sarana pengujian
kehandalan sistem kontrol dan proteksi PLTP siklus biner terhadap variasi atau
fluktuasi beban. Hasil dari koordinasi dengan pihak PLN dan PT.Geodipa Energi
untuk rencana penarikan jaringan listrik diketahui bahwa titik terakhir jaringan PLN
berjarak kurang lebih 2 km dari tiang terakhir milik PLTP siklus biner yang saat ini
sudah terpasang, sehingga ada kekurangan jaringan sepanjang kurang lebih 2 km.
Hal ini disebabkan karena terjadi perpindahan lokasi pemasangan siklus biner dari
yang semula direncanakan di PAD-28 atau PAD-7 yang berjarak kurang lebih 200 m
dari tiang listrik PLN tegangan menengah 20 kV ke PAD-29 yang berjarak kurang
lebih 2 km. Anggaran yang direncanakan di TA 2013 hanya sepanjang kurang lebih
100 200 m yang sekarang sudah terpasang trafo 20 kV dan jaringan terdekatadalah jaringan tegangan 15 kV milik PT. Geodipa Energi untuk keperluan
penerangan di PAD sumur.
Gambar 36. Jaringan Listrik yang Sudah Terpasang
-
7/25/2019 Buku Tahunan Badan Litbang Esdm 2013
42/75
Buku Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2013 42
6. Aplikasi Pemanfaatan Potensi dan Teknologi Energi Baru Terbarukan pada
SistemSmart Microgrid
Tim : Rina Irawati, Andriyanto, dan Tweeda Augusta Fitarto
Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan (KP3) Ketenagalistrikan,
Puslitbangtek KEBTKEEmail :[email protected],andri