Buku k3 a5
Transcript of Buku k3 a5
AINUN 3
KES
EHA
TAN
KES
ELA
MA
TAN
KER
JA (
K3
)
Ainun Najib (12518241030)
Sidiq Wahyu Hidayat(12518241006)
Abdul Jabar (12518241008)
4
PENDAHULUAN
A. Kecelakaan Kerja
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian
yang tidak dapat diduga. kecelakaan kerja dapat terjadi karena
kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja, atau perbuatan
yang tidak selamat.
Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan
atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah keselamatan
dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi
kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab
kecelakaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat.
B. Penyebab Kecelakaan Kerja
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan kerja
diakibatkan oleh berbagai faktor penyebab. Teori tentang penyebab
terjadinya kecelakaan kerja Antara lain sebagai berikut:
1. Teori kebetulan murni (pure chance theory).
Kecelakaan terjadi atas kehendak Tuhan sehingga tidak ada pola
yang jelas dalam rangkaian peristiwanya, karena itu kecelakaan
kerja terjadi secara kebetulan saja.
5
2. Teori kecenderungan celaka (accident phone theory).
Pada pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan karena
sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk mengalami
kecelakaan.
3. Teori tiga faktor utama (three main factors theory).
Penyebab kecelakaan adalah faktor peralatan, lingkungan dan
manusia pekerja itu sendiri.
4. Teori dua faktor utama (two main factors theory).
Kecelakaan ini disebabkan oleh:
a. Kondisi berbahaya (unsafe condition)
Mesin, peralatan, bahan, dan lain-lain
Lingkungan kerja
Proses kerja
Sifat pekerjaan
Cara kerja
b. Perbuatan berbahaya (unsafe action) dari manusia
Sikap dan tingkah laku yang tidak baik
Kurang pengetahuan dan keterampilan
Cacat tubuh yang tidak terlihat
Keletihan dan kelesuan
6
5. Teori faktor manusia (human factor theory).
Menekankan bahwa pada akhirnya semua kecelakaan kerja baik
langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh kesalahan
manusia.
C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau sering kita sebut K3
saat ini sudah sangat nyaring terdengar apalagi dikalang para
pekerja suatu industri ataupun pabrik, dengan adanya slogan “zero
accident” maka istilah K3 semakin akrab dengan telinga
masyarakat. Akan tetapi, tidak bayak orang yang mengetahui apa
itu K3 dan hanya mendengar sepintas mengenai istilah K3 ini.
Keselamatan kerja merupakan sarana atau alat untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja yang tidak diduga yang disebabkan
oleh kelalaian kerja serta lingkungan kerja yang tidak kondusif.
Konsep ini diharapkan mampu menihilkan kecelakaan kerja
sehingga mencegah terjadinya cacat atau kematian terhadap
pekerja, kemudian mencegah terjadinya kerusakan tempat dan
peralatan kerja. Konsep ini juga mencegah pencemaran lingkungan
hidup dan masyarakat sekitar tempat kerja. Sementara kesehatan
kerja diharapkan menjadi instrumen yang mampu menciptakan dan
memelihara derajat kesehatan kerja setinggi-tingginya.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang
7
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan
masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja.
Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi
oleh perusahaan.
K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko
kecelakaan kerja. penerapan konsep ini tidak boleh dianggap
sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang menghabiskan banyak biaya perusahaan, melainkan
harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang
memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang.
D. Bengkel dan Pengunaan Alat
Pada umumnya bengkel yang ada di sekitar kita baik itu di sekolah,
kampus, ataupun dilingkungan sekitar kita tinggal, banyak terjadi
kegiatan yang menggunakan alat-alat dan bahan-bahan yang banyak
Kegiatan Praktikum
Teknik Mesin UNY
8
memiliki resiko ketika tidak sesuai pengunaannya.
Zero Sick
I. Hazard (Bahaya)
Setiap lingkungan kerja pasti memiliki sumber bahaya yang
harus diperhatikan oleh semua pekerja agar kecelakaan kerja
yang ditimbulkan oleh sumber bahaya tersebut dapat dihindari.
Sumber bahaya yang ada di terdapat pada bengkel tempat
praktikum diantaranya adalah:
a. Tersengat listrik
Sengatan listrik(tersetrum) merupakan bahaya yang sering
terjadi akibat kelalaian manusia. Istilah tersetrum dapat
diartikan sebagai suatu peristiwa hubungan singkat dimana
tubuh manusia menjadi konduktor bagi arus listrik.
Konduktor ialah benda-benda yang dapat menghantarkan
listrik. Definisi lain dari tersetrum adalah peristiwa
mengalirnya arus listrik pada tubuh manusia akibat kontak
antara tubuh manusia dengan sumber listrik yang dapat
menyebabkan stimulasi (rangsangan) pada saat yang
berlebihan. Itulah yang menyebabkan timbulnya rasa sakit
saat tersetrum.
9
Gambar : Alat praktikum dengan kabel terkelupas di bengkel listrik SMK 2
Yogyakarta
Contoh dari gambar diatas merupakan salah satu kesalahan yang
dapat berakibat fatal, salah satunya adalah kebocoran arus. Hal itu
terjadi karena kabel terkelupas dan instalasi tidak baik (rangkaian
dalam keadaan terbuka). Keadaan tersebut diatas sangat
berbahaya, diantarnya konsleting listrik yang dapat menyebabkan
kebakaran dan arus bocor bila mengenai tubuh akan tersengat
yang dapat mengakibatkan luka bakar bahkan kematian.
Untuk menghindari hal tersebut terjadi diperlukan suatu
upaya pencegahan, hal paling mudah adalah Menuput kabel yang
terkelupas dan memperbaiki instalasi yang terbuka dan juga
menggunakan APD (Alat pelindung Diri) yaitu sarung tangan,
atau kedua langkah tersebut dilakukan bersamaan tentu akan
memiliki tingkat keamanan yang lebih baik.
10
b. Kebakaran
Tidak menutup kemungkinan di bengkel mengalami musibah
kebakaran, karena banyaknya peralatan listrik dan percikan api
saat proses pengelasan yang merupakan salah satu penyebab
kebakaran, didukung dengan bahan baku (material) mudah
terbakar terdapat didalam bengkel. Untuk mencegah hal tersebut,
maka diperlukan sistem proteksi dan sistem grounding yang baik
pada bengkel pengelasan dan maupun bengkel praktikum dan
belistrik. Pemilihan, pemisahan dan penempatan bahan baku
sebaiknya diperhatikan. Tidak hanya tindakan pencegahan yang
harus dilakukan, dibutuhkan juga antisipasi jika saja kebakaran
terjadi.
11
Gambar : Tabung Pemadam kebakaran
Tabung pemadam kebakaran harus tersedia dan dalam kondisi siap
digunakan jika terjadi sewaktu-waktu terjadi musibah kebakaran.
Banyak Bengkel tidak memiliki tabung pemadam, padahal tabung
pemadam salah satu hal yang dibutuhkan untuk memncegah
terjadinya kebakaran. Jika saja terjadi kebakaran, yang mungkin
terjadi adalah kepanikan dan kebingungan karena tidak ada tabung
pemadam kebakaran.
c. Tertimpa,Tergores, Tersandung
Peralatan dan barang yang diletakkan kurang sempurna akan
menjadi sumber bahaya bagi praktikan. Jika peralatan tersebut
tersenggol dan jatuh, maka kemungkinan yang terjadi adalah
menimpa praktikan / orang yang berada di sekitarnya, hal ini tidak
dapat disepelekan.
Gambar : Penempatan barang yang membahayakan
12
Untuk menghindari kecelakaan tersebut, maka peralatan dan
barang harus ditempatkan dengan sempurna dan tempat peletakan
peralatan harus memadai.
Peralatan kerja dan barang yang terdapat dalam bengkel
elektronika SMKN2 Yogyakarta tampak berantakan dan
penempatan yang barang yang cukup membahayakan dan proses
praktik pada bengkel teknik mesin UNY yang tidak aman. Hal ini
harusnya mendapat perhatian dari seluruh pengguna bengkel agar
meletakkan peralatan sesuai dengan tempatnya serta memikirkan
Kesehatan dan keselamatan dalam pekerjaaa dan proses praktikum
nya. Karena beberapa peralatan terletak dibagian atas yang
mungkin saja terjatuh, maka untuk meminimalisir terjadinya
kecelakaan akibat tertimpa peralatan/barang yang terjatuh,
praktikan dapat menggunakan helm pelindung serta sepatu kerja
khusus Dan merapihkan peralatan dan barang di area bengkel.
Gambar : Penempatan peralatan yang baik
13
Environmental (Keadaan Lingkungan)
Keadaan lingkungan kerja merupakan suatu kondisi dimana
seseorang melakukan aktifitas kerja. Lingkungan kerja dalam hal
ini menyangkut kondisi kerja, suhu, penerangan, dan situasinya.
Berikut merupakan keadaan lingkungan bengkel :
1. Penempatan barang yang membahayakan
Gambar : penempatan Kursi yang membahayakan
Dari gambar diatas tampak penataan kursi dan meja yang cukup
berantakan, ini cukup membahayakan karena posisi kursi dan meja
tersebut berada di jalur lalu lintas utama arah ke bengkel. Apabila
kursi-kursi tersebut terjatuh dapat mengenai orang yang sedang
lewat, dan dapat menyadung pengguna jalan.
14
Lebih baik lagi jika peletakan kursi dan meja yang tidak di pakai
diletakan digudang agar tidak menggangu lalu lintas ke arah
bengkel dan terlihat lebih rapi dan bersih.
2. Bekerja tidak pada tempatnya dan peggunaan APD
Gambar :penggerendaan tidak pada tempatnya
Gambar diatas menunjukan proses penggerendaan yang tidak pada
tempatnya tepatnya dipinggir jalan utama fakultas teknnik.
Kegiatan ini dilakukan oleh praktikan dari Jurusan pendidikan
teknik mesin UNY, praktikan disini tidak memikirkan apa dampak
yang terjadi ketika mereka melakukan penggerendaan, padahal
apa yang mereka lakukan itu sangat berbahaya bagi dirinya
maupun orang lain. Disini praktikan tidak mengenakan masker,
sarung tangan, dan kacamata dalam proses penggerendaan, hal ini
dapat menyebabkan iritasi pada mata, gangguan pernafasan, dan
luka terkena alat gerenda.
15
Harusnya dalam pelaksanaan praktik praktikan mengguak APD
secara lengkap dan melakukan penggerendaan pada tempat yang
sudah di sediakan agar tidak menggangu orang lain, selain itu
pengawas bengkel harus mengingatkan para praktikan apabila
praktikan melakukan kesalahan.
3. Kebersihan kurang terjaga
Gambar : Tempat cuci dibengkel SMKN2 Yogyakarta
Kebersihan merupakan salah satu hal yang paling penting di
sebuah lingkungan, karena kebersihan salah satu hal untuk
menciptakan kenyamanan dalam melakukan sebuah pekerjaan.
Gambar diatas menunjukan tempat cuci yang begitu kotor dan
sampah-sampah berserakan, ini dapat menimbulkan penyakit dan
menjadi sarang nyamuk, selain itu karena jarang dibersihkan lantai
menjadi licin dan tidak menutup kemungkinan banyak orang
terpeleset di area ini.
16
Sebaiknya dibersihkan secara berkala dan memperbaiki kerusakan
dan disediakan tempat samppah agar orang-orang tidak
membuang sampah di sembarang tempat.
4. Sistem Sirkulasi Udara
Gambar : Kipas Angin bengkel praktek SMK2 Yogyakarta
Dibengkel praktikum elketronika SMK N 2 Yogyakarta terdapat
beberapa kipas angin sebagai sistem sirkulasi udara, namun kipas
angin tersebut bisa dikatakan tidak layak karena kipas angina
tersebut tanpa penutup dan membahayakan orang-orang yang ada
disekitar. Jika kipas itu mengenai praktikan dapat menyebabkan
luka sobek pada bagian tubuh karena terkena kincir kipas yang
tidak memiliki penutup.
17
Gambar : Standar kipas angin yang baik
Sebaiknya jika ingin menggunakan kipas angin tersebut diberi
penutup untuk menghindari lepasnya kipas dan menghindari kincir
tersentuh secara langsung.
Selain beberapa kondisi diatas, environmental juga mencakup tentang
5S. 5S adalah teknik untuk menjaga mutu lingkungan dalam sebuah
perusahaan/institusi dengan cara mengembangkan keterorganisirannya.
Teknik yang dimaksud ini melibatkan 5 langkah yang dikerjakan secara
berurutan (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke). Di Indonesia
diterjemahkan kedalam 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). Pada
dasarnya tidak ada perbedaan antara “5S” dan “5R”.
18
Gambar : Ringkas, Rapi, Resik, Rajin, Rawat
5R pada dasarnya merupakan proses perubahan sikap dengan
menerapkan, penataan dan kebersihan tempat kerja. Selain itu juga
mencerminkan perlakuan seorang terhadap pekerjaannya dan
mencerminkan sikapnya terhadap pekerjaannya. 5R adalah konsep
dasar untuk menciptakan sikap kerja yang produktif dan tempat
kerja yang tertata rapi sehingga menciptakan suasana kerja yang
nyaman yang pada akhirnya akan menambah produktivitas kerja.
Berikut ini akan dibahas tetang 5R pada Bengkel Praktikum
Elektronika SMKN2 Yogyakarta:
1. Ringkas
Ringkas atau pemilihan yang bertujuan untuk memilih
peralatan/bahan baku yang masih digunakan dan tidak
19
digunakan lagi. Hal ini dilakukan mengingat ruang praktek
sangatlah terbatas sehingga harus diefisienkan.
Gambar . Kondisi bengkel yang berantakan
Dilihat dari gambar diatas, kondisi ruang bengkel yang berantakan,
tidak jelas mana barang yang masih dapat digunakan dan tidak.
Banyak dari antara barang-barang tersebut yang sebenarnya
tidak dibutuhkan dalam kegiatan praktikum saat ini dan hanya
membuat bengkel menjadi sesak.
Salah satu cara yang dapat digunakan dalam meringkaskan barang-
barang yang terdapat dalam bengkel adalah dengan memberi label
merah pada barang-barang yang sudah tidak digunakan dan
diletakan terpisah dengan barang-barang yang masih dipakai.
Sehingga jelas terlihat mana barang yang perlu dibuang,disimpan,
dan dipindahkan untuk mengurangi kesesakan dalam bengkel.
20
Metode Penerapan Seiri
a. Kriteria untuk barang yang disisihkan
• Sampah atau scrap
• Diperlukan di tempat lain
• Belum diperlukan
• Siapkan label
b. Kriteria untuk mesin/peralatan/material
• Kapan barang tersebut dipakai/kepastian waktu
• Yang tidak dipakai disisihkan
• Siapkan label
c. Kriteria untuk work in proses(1/2 jadi)
• Tetapkan kepastian barang akan dipakai (waktu)
• Tentukan jumlah kebutuhan dalam batas waktu
• Bila terdapat kelebihan harus disisihkan
• Siapkan label
21
Pemasangan Label:
a. Menentukan urutan kegiatan memilah
b. Mengamati barang-barang yang akan dipilah
1) Barang-barang yang kecil ukurannya disatukan dalam
satu kotak
2) Barang yang tak diperlukan dipasang LABEL
3) Tetapkan tempat penampungan barang yang
tak dipakai
4) Kalau ada barang yang terlewat, ulangi langkah
terdahulu
5) Buat foto dokumentasi sebelum dan sesudah “Ringkas”
Apabila “Ringkas” tak terpenuhi maka:
• Suasana dan kegiatan kerja terganggu
• Sulit meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan
efektivitas kerja
Sementara apabila “Ringkas” terpenuhi, maka:
• Tidak ada pemborosan ruangan
22
• Ruangan termanfaatkan secara efisien
• K3 dan lingkungan kerja meningkat
• Produktivitas kerja meningkat
• Tidak terjadi penumpukan barang
2. Rapi
Rapi atau penataan, yang artinya adalah merapikan atau menata
barang-barang yang masih diperlukan.
Gambar : Kursi dan meja yang berantakan
Diatas merupakan meja dan kursi yang masih dapat digunakan
dalam kegiatan praktikum di SMKN2 Yogyakarta, tentu saja
sayang kalau harus dibuang. Oleh karena itu barang-barang
tersebut ditata rapi sehingga lebih enak untuk dilihat, selain itu juga
tidak memakan terlalu banyak tempat.
23
Metode penerapan “Rapi”
a. Siapkan label “Rapi”
b. Buat pedoman penyusunan
c. Identifikasi semua barang
d. Barang yang bukan pada tempatnya ditempeli label “Rapi”
e. Lakukan secara bertahap
f. Setelah tersusun beri label untuk mempermudah pencarian
3. Resik
Gambar : Kondisi bengkel praktikum Listrik
24
Resik atau pembersihan dengan sasaran tempat kerja dan peralatan
kerja yang resik atau bersih. Tampak bengkel Praktikum
Elektronika SMKN2 Yogyakarta terlihat bersih lebih nyaman
untuk digunakan. Namun tidak sampai disini saja, masih terdapat
langkah berikutnya agar kondisi ini terus terjaga.
Metode penerapan “Resik” :
a. Sebelum dan sesudah pembersihan
1) Mengumpulkan data
2) Menganalisa data
b. Siapkan Lakban Merah, Kuning dan Lak/Tipp Ex
1) Lakban Merah, tempel dibagian peralatan yang rusak (tidak
dapat diperbaiki pada hari itu)
2) Lakban Kuning, tempel dibagian peralatan yang rusak (segera
dapat diperbaiki)
3) Tipp Ex, untuk baut/mur yang agak longgar
(setelah dpt dikencangkan ditandai Tipp Ex untuk mudah
diperbaiki)
4) Buatkan daftar peralatan yang akan digunakan
25
5) Sediakan alat kebersihan disekitar are bengkel
6) Buatlah promosi tentang Kebersihan
c. Siapkan Formulir Bentuk 1, 2 dan 3
1) Bentuk 1 untuk mencatat peralatan yang rusak dan tidak dapat
diperbaiki
2) Bentuk 2 untuk mencatat peralatan yang rusak tapi dapat
diperbaiki
3) Bentuk 3 untuk memeriksa semua bagian mesin/peralatan
dengan seksama, terutama bagian yang sensitif
4. Rawat
Rawat atau mempertahankan kondisi lingkungan kerja yang
sudah baik. Dalam tahap rawat ini mempertahankan adalah lebih
sulit dibandingkan dengan meraih, karena mempertahankan
membutuhkan konsistensi bekerja secara berkesinambungan.
Mempertahankan kondisi tempat kerja yang sudah baik ini
diperlukan peran serta seluruh Pengguna Bengkel untuk
berpartisipasi.
26
Metode penerapan “Rawat” :
a. Secara individu dibebani tugas perawatan, baik tempat kerja
maupun peralatan
b. Sampah/kotoran dibuang pada tempat yang telah disediakan,
sebab tidak hanya petugas cleaning service saja yang harus
bertanggung jawab
c. Dibudayakan dan buat aturan
5. Rajin
Rajin atau pembiasaan, dengan tujuan agar setiap Praktikan
terbiasa untuk membina disiplin diri. Ini artinya:
a. Pengguna bengkel harus mau, mampu dan berani mengubah
perilaku ke arah yang terkendali.
b. Perubahan sikap harus sesuai dengan nilai-nilai budaya
c. Berusaha terus menerus untuk meningkatkan prestasi yang telah
dicapai
d. Lakukan apa yang harus dilakukan dan jangan lakukan apa yang
tidak boleh dilakukan
27
e. Bersedia untuk saling mengingatkan dan diingatkan segala
sesuatu harus dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan
Manfaat “Rajin” :
a. Tidak ada pemborosan
b. Lingkungan kerja dan k3 terdukung
c. Pemeliharaan mesin dapat dilakukan lebih baik
d. Kemungkinan cacat produk terhindarkan
e. Tepat waktu
f. Tidak ada keluhan/complaint
g. Kesejahteraan bersama
28
Risk (Resiko)
Pada bagian resiko ini akan membahas PAK (Penyakit Akibat
Kerja) dan MSDS (Material Safety Data Sheet). Banyak sekali
resiko yang terjadi akibat kecelakaan, beberapa diantaranya yang
mungkin terjadi Pada proses praktikum antara lain:
1. Tersetrum yaitu bagian tubuh terbakar, pingsan, serangan
jantung, bahkan dapat mengakibatkan kematian tergantung
seberapa parah terkena kejut listrik.
Gambar : Luka bakar akibat tersengat listrik
2. Terjatuh atau tertimpa peralatan pada bengkel instalasi dapat
menyebabkan memar, bengkak, luka sobek, patah tulang,
pingsan.
29
Gambar : Luka memar akibar tertimpa
Memar adalah luka yang sering dijumpai dan dialami oleh
seseorang. Hal ini terjadi karena beberapa hal seperti terjatuh atau
terkena pukulan ke badan yang menyebabkan beberapa pembuluh
darah pecah di bawah permukaan kulit. Perubahan warna dan
pembengkakan pada kulit timbul karena adanya rembesan darah ke
dalam jaringan. Memar biasanya dapat sembuh dengan sendirinya.
Meskipun demikian, perlu dilakukan beberapa hal agar memar
dapat mempercepat kesembuhan, yaitu:
a. Sesegera mungkin kompres dengan air dingin atau es pada
daerah yang memar untuk mengurangi perdarahan dan
pembengkakan.
30
b. Bila memar terjadi pada lengan atau kaki, angkat bagian tersebut
dengan posisi lebih tinggi dari jantung untuk mengurangi aliran
darah lokal.
c. Setelah 24 jam, gunakan kompres hangat untuk membantu
penyembuhan luka. Kompresan hangat akan membuka pembulu
darah sehingga memperlancar sirkulasi darah pada area tersebut.
d. Bila memar bertambah parah atau bengkak dengan rasa sakit tak
tertahankan, segera bawa ke rumah sakit karena ada
kemungkinan patah tulang atau luka lainnya.
3. Tergores, tertusuk, tersayat oleh benda tajam dapat
menyebabkan luka sobek.
Gambar : Luka sobek akibat kontak benda tajam
Penanganan pada kasus seperti gambar diatas adalah:
a. Bersihkan luka sambil mengalirinya dengan air yang mengalir
31
b. Jangan memotong bagian kulit yang masih menempel
c. Beri povidone iodine
d. Balut dengan kasa steril
e. Bila terjadi pendarahan dan terjadi pada alat gerak letakkan lebih
tinggi dari pada jantung
f. Rujuk ke fasilitas kesehatan
32
Occupational (Observasi)
Pada pembahasan observasi ini mencakup 5W1H (Who, What, Where,
When, Why, How). Observasi yaitu penelitian suatu obyek berdasarkan
5W1H.
1. Who
Who atau siapa, disini berarti pengguna bengkel yang mana dapat beresiko
dengan semua kemungkinan kecelakaan yang terjadi area bengkel dimana
proses praktikum dilakukan.
2. What
What atau apa, disini berarti apa saja yang dapat terjadi di dalam bengkel
dari hal yang kecil hingga hal yang besar.
3. Where
Where atau dimana, disini berarti dimana saja titik-titik kemungkinan
terjadinya hal-hal yang dapat mengganggu pengguna bengkel.
4. When
When atau kapan yaitu waktu dimana terdapat kemungkinan terjadinya
sesuatu yang tidak diinginkan.
33
5. Why
Why atau mengapa yaitu tentang mengapa hal-hal yang tidak diinginkan
dapat terjadi seperti misalnya proteksi yang kurang baik, atau mungkin tidak
mengindahkan keselamatan kerja dan masih banyak lagi.
6. How
How atau bagaimana yaitu tentang bagaimana solusi untuk dapat
meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan, how ini lebih fokus pada solusi
untuk pencegahan.
34
Solution (Solusi)
1. Edukasi/promosi/informasi
Dapat berupa pembuatan poster K3, prosedur penggunaan alat,
prosedur emergency.
35
Gambar 18. poster Promosi K3
2. Gizi/nutrisi
Dapat berupa pemberian susu sebelum praktikum, pembuatan poster
berkaitan tentang gizi.
Gambar : Poster 4 sehat 5 sempurna
3. Pengobatan(P3K)
Tersedianya peralatan P3K di bengkel sebagai pertolongan pertama
ketika terjadi kecelakaan.
36
Gambar : Kotak P3K bengkel proyek listrik
4. Adaptasi
Membudayakan hal-hal yang sekiranya baik dalam proses
praktikum agar diperoleh hal yang maksimal.
5. Antisipasi
Merawat peralatan yang berada di bengkel instalasi untuk
mengurangi resiko kecelakaan, dengan melakukan perawatan maka
akan lebih terjamin kondisi peralatannya sehingga siap digunakan
setiap saat.
6. Eliminasi
Mengurangi barang-barang yang tidak digunakan di bengkel
proyek listrik dapat membantu dalam memperluas ruangan
sehingga diperoleh kenyamanan yang berakibat meningkatkan etos
kerja.
37
Gambar : Barang tidak terpakai seharusnya segera dibuang
7. Informasi
Menambahkan papan penguman guna mempermudah akses
bengkel proyek listrik sehingga kondisi bengkel dapat diketahui
lebih cepat dan lebih tepat.
8. Otomasi
Mengotomasi pekerjaan yang berbahaya yang dikerjakan manusia.
38
9. Reparasi
Gambar 22. Kabel yang terkelupas dan kipas angina tanpa penutup
Memperbaiki peralatan-peralatan yang rusak yang dapat
menyebabkan gangguan, memperbaiki system pengkabelan
bengkel agar tidak berantkan, memperbaiki sarana dan prasarana
sesuai dengan 5R.
10. Isolasi
Mengisolir peralatan berbahaya yang dapat menyebabkan hal
yang tidak dinginkan dengan memindahkan ketempat yang lebih
aman. Untuk peralatan kontak listrik utama harus dilindungi
dengan box agar tidak tersentuh langsung dengan manusia.
39
11. Proteksi
Memproteksi bengkel dari kemungkinan terjadi gangguan listrik
sehingga dapat memberikan rasa aman bagi pengguna bengkel,
menyiapkan alat pemadaman kebakaran bila sewaktu-waktu
terjadi kebakaran, menyiapkan alat proteksi diri bagi pengguna
bengkel instalasi.
Gambar : Pemadam kebakaran
12. Iluminasi/pencahayaan
40
Memberikan pencahayaan sesuai standar yang berlaku bagi bengkel
dengan mengacu pada PUIL 2000. Mengusahakan bengkel dipenuhi
dengan jendela agar sinar matahari dapat masuk, karena pencahayaan
yang baik berasal dari sinar matahari.
Gambar :. Pencahayaan ruang bengkel
13. Rekulturasi/pembudayaan
Membudayakan hal-hal yang baik seperti membuang sampah pada
tempatnya, mematikan peralatan listrik yang tidak digunakan.
14. Restrukturisasi/alat
41
Memperbaiki atau mengganti peralatan bengkel proyek listrik
yang sudah tua/uzur sehingga dapat menjamin keberlangsungan
instrumen peralatan bengkel.
Gambar : Keadaan mesin Bor
15. Regulasi/aturan
Membuat aturan tata tertib bagi seluruh pengguna bengkel proyek
listrik.
E. Implementation (Implementasi)
Yaitu melakukan secara nyata solusi-solusi yang telah ditentukan
sehingga hasil yang diinginkan akan benar-benar terwujud, solusi
tanpa implementasi hanyalah sekedar omong kosong belaka.
Diperlukan kesadaran secara individu guna mewujudkan hal-hal
yang sekiranya dapat untuk membuat keadaan menjadi lebih baik.
42
F. Control (Kontrol)
Control disini dengan maksud mengendalikan agar kegiatan di
bengkel selalu terjaga keamananya. Control dapat dilakukan
dengan cara misalnya membuat poster-poster K3, poster pedoman
pemakaian alat, dan poster yang berkaitan dengan peringatan
bahaya dari bengkel dan aktivitas praktikum. Selain itu alangkah
baiknya sebelum memulai aktivitas di bengkel, guru atau teknisi
memberi arahan pada siswa untuk terus menerus berkomitmen
melaksanakan program K3 di bengkel proyek listrik agar keamanan
dan kenyamanan dapat terus dijaga.
H. Knowledge (Pengetahuan)
Knowledge disini berarti menyusun ilmu, pedoman, dan
peringatan.
I. SOP (Standard Operating Procedure)
SOP yaitu suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan
untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk
mencapai tujuan organisasi. SOP merupakan tatacara atau
tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk
menyelesaikan suatu proses kerja tertentu.
43
Tujuan SOP :
1. Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja
petugas/pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.
2. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi
dalam organisasi
3. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
petugas/pegawai terkait.
4. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari
malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.
5. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi
dan inefisiensi
Fungsi SOP
1. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja
2. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan
3. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah
dilacak.
44
4. Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam
bekerja.
5. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.
Dalam menjalankan operasional organisasi, peran anggota
memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat signifikan. Oleh
karena itu diperlukan standar-standar operasi prosedur sebagai
acuan kerja secara sungguh- sungguh untuk menjadi sumber daya
manusia yang profesional, handal sehingga dapat mewujudkan visi
dan misi organisasi.