Buku Ajar.2015
-
Upload
wahyu-hidayat -
Category
Documents
-
view
25 -
download
6
description
Transcript of Buku Ajar.2015
KAJIAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM SD
Buku AjarIDA ERMIANA,S.Pd,.M.Pd
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM2015
Page 1 of 91
BAB I
HAKEKAT KURIKULUM
Kompetensi Akhir : Memahami tentang hakekat kurikulum
Indikator :
1. Menjelaskan definisi kurikulum2. Menyebutkan macam-macam terminologi
kurikulum3. Menyebutkan fungsi kurikulum4. Menjelaskan tujuan kurikulum
1. Definisi Kurikulum
Para ahli memberikan batasan kurikulum secara beragam, mulai
dari sekedar written curriculum atau dokumen tertulis sampai pada
implemented curriculum atau kurikulum yang dilaksanakan. Batasan-
batasan ini sangat bergantung pada pandangan dan pengalaman para ahli.
Hal itu terjadi karena mereka berangkat dari perspektif yang berbeda-beda.
Karenanya, tidak ada batasan tentang kurikulum yang mutlak benar atau
mutlak salah.
Secara etimologis, kata “kurikukum” berasal dari bahasa latin yang
kata dasarnya adalah currere. Kata ini digunakan untuk memberi nama
lapangan perlombaan lari. Karena dipakai untuk sebuah perlombaan, pada
lapangan tersebut terdapat garis “start” dan batas “finish”, untuk
menunjukkan tempat memulai dan mengakhiri perlombaan. Dalam
perkembangannya, kata ini kemudian diadopsi oleh dunia pendidikan. Di
dunia pendidikan penggunaan kata kurikulum menjadi jauh lebih populer
jika dibandingkan dengan sebelumnya.
Tyler (1949) memaknai kurikulum dengan bertolak dari empat
pertanyaan mendasar yang harus dijawab dalam mengembangkan
kurikulum. Keempat pertanyaan tersebut mencakup: (1) Apa tujuan yang
Page 2 of 91
harus dicapai oleh sekolah? (2) Pengalaman-pengalaman belajar seperti
apa yang dapat dilaksanakan guna mencapai tujuan dimaksud? (3)
Bagaimana pengalaman belajar diorganisasikan secara efektif? dan (4)
Bagaimana cara menentukan bahwa tujuan pendidikan telah dapat dicapai?
Kalau semua pertanyaan mendasar itu dapat dijawab dengan baik, di
situlah makna kurikulum yang dia maksudkan.
Menurut Oliva kurikulum adalah perangkat pendidikan yg
merupakan jawaban terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat.
Sedangkan Klein menyatakan kurikulum sebagai the heart of education,
pernyataan Klein ini menguatkan kurikulum sebagai salah satu komponen
yang penting dalam dunia pendidikan.
J.Gallen Saylor, William M. Alexander, dan Arthur J. Lewis
menyatakan kurikulum sebagai rencana yang menyediakan satu kesatuan
kesempatan pembelajaran untuk setiap siswa. Saylor, Alexander dan
Lewis memiliki definisi yang sejajar dengan Hilda Taba “kurikulum
adalah rencana pembelajaran”. Semua kurikulum, apapun desain
khususnya, terdiri dari elemen tertentu. Kurikulum biasanya terdiri dari
pernyataan yang memiliki tujuan tertentu dan objek spesifik. Hal ini
mengindikasikan beberapa pilihan dan organisasi isi, yang merupakan
salah satu implikasi atau dampak tertentu terhadap bentuk pembelajaran
dan pengajaran, apakah disebabkan oleh tuntutan objeknya atau karena isi
organisasinya. Kurikulum termasuk program evaluasi untuk hasil yang
dicapai. Adanya kurikulum merupakan sarana untuk mengetahui
ketercapaian kompetensi yang dibelajarkan.
Lain lagi dengan Saylor, dkk (1981). Kurikulum dilihat dari empat
pandangan, yaitu: (1) kurikulum sebagai tujuan (the curriculum as
objectives), (2) kurikulum sebagai kesempatan belajar yang terencana (The
curriculum as planned opportunities for learning), (3) kurikulum sebagai
mata pelajaran/mata kuliah (The curriculum as subjects and subject
matter), dan (4) kurikulum sebagai pengalaman (The curriculum as
experience).
Page 3 of 91
Berbagai terminologi dalam kurikulum yaitu: (1) core curriculum;
(2) hidden curriculum; (3) curriculum fondation; (4) curriculum
construction; (5) curriculum development dan (6) curriculum engineering.
Robert S. Zais (Dakir, 2001:7) mengungkapkan berbagai terminologi
dalam kurikulum sebagai berikut: curriculum foundation, curriculum
construction, curriculum development, curriculum implementation, dan
curriculum engineering. Di samping istilah-istilah dari Robert S. Zais,
masih ada terminologi yang lain yaitu: curriculum improvement-
curriculum change, curriculum theory, curriculum history, curriculum
planning dan curriculum evaluation.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional merumuskan kurikulum sebagai seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan rumusan tersebut
dapat diturunkan beberapa ciri kurikulum yang antara lain sebagai berikut.
a. Curriculum as a subject matter, yang menggambarkan kurikulum
sebagai kombinasi bahan untuk membentuk kerangka isi materi
(content) yang akan diajarkan. Dengan demikian, dalam pengertian ini
isi atau materi merupakan salah satu dari komponen kurikulum.
b. Curriculum as experience, yang menggambarkan kurikulum sebagai
seperangkat pengalaman yang direncanakan sedemikian rupa untuk
mencapai tujuan pendidikan. Pengertian kurikulum ini juga
menggambarkan pengalaman sebagai kegiatan kurikulum.
c. Curriculum as intention, yang menyatakan kurikulum sebagai suatu
rencana, mulai dari tujuan, sasaran dan juga evaluasinya. Ini berarti
kurikulum merupakan program yang terencana.
d. Curiculum as cultural reproduction, yang menyiratkan kurikulum
sebagai refleksi suatu budaya masyarakat tertentu.
e. Curriculum as currere, yang menekankan kapasitas individu untuk
berpartisipasi dan mengonsepkan kembali pengalaman hidup
Page 4 of 91
seseorang. Dalam pengertian ini, kurikulum merupakan perspektif
pengalaman dan akibat terhadap kurikulum atau intepretasi terhadap
pengalaman hidup.
2. Fungsi Kurikulum
Kurikulum sangat penting bagi pihak-pihak yang terlibat dalam
kegiatan pembelajaran di sekolah. Beberapa pihak yang dimaksud antara
lain guru, kepala sekolah, masyarakat, dan penulis buku ajar. Selain itu,
kurikulum difungsikan untuk sekolah yang bersangkutan dan sekolah di
atasnya dengan fungsi yang berbeda. Berikut ini akan dipaparkan seberapa
jauh keterlibatan mereka dalam melaksanakan kurikulum.
a. Fungsi kurikulum bagi guru
Bagi guru baru sebelum mengajar hal yang pertama harus diperoleh
dan dipahami ialah kurikulum. Lalu, kompetensi dasarnya. Setelah itu,
barulah guru mencari berbagai sumber bahan yang relevan untuk
membuat silabus pengajaran. Sesuai dengan fungsinya kurikulum
adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Karena itu, guru
semestinya mencermati tujuan pendidikan yang akan dicapai oleh
lembaga pendidikan di mana ia bekerja. Sebagai contoh fungsi
pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU Sisdiknas 2003,
pasal 3).
b. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah
Bagi Kepala Sekolah yang baru, hal pertama yang dipelajari adalah
tujuan lembaga yang akan dipimpinnya. Kemudian mencari dan
mempelajari sungguh-sungguh kurikulum yang digunakan.
Selanjutnya, tugas kepala sekolah ialah melakukan supervisi
Page 5 of 91
kurikulum. Supervisi adalah semua usaha yang dilakukan supervisor
dalam bentuk pemberian bantuan, bimbingan, pengarahan motivasi,
nasihat dan pengarahan yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam proses belajar mengajar yang pada gilirannya
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sebetulnya yang menjadi
sasaran supervisi dalam pelaksanaan kurikulum bagi kepala sekolah
adalah bagaimana guru melaksanakan kurikulum yang berlaku. Secara
khusus, sasaran supervisi kurikulum itu di antaranya sebagai berikut.
1) Bagaimana guru menyusun satuan pelajaran atau disebut dengan
silabus? (memilih bahan, metode dan media)
2) Bagaimana guru menyusun program semester berdasarkan
kurikulum?
3) Bagaimana guru melaksanakan proses pembelajaran?
4) Bagaimana guru melaksanakan evaluasi hasil belajar?
Supervisi dapat dilaksanakan dengan cara observasi, wawancara,
studi dokumentasi, dan sebagainya. Dengan cara tersebut, kepala sekolah
akan ditemukan berbagai kelemahan guru dalam melaksanakan
kurikulum. Atas dasar itu, diberikan diadakan pembinaan seperlunya,
baik yang berupa pembinaan bidang studi maupun bidang administrasi
kurikulum dengan harapan proses pembelajaran maupun produknya akan
lebih baik.
c. Fungsi kurikulum bagi masyarakat
Kurikulum adalah alat produsen dalam hal ini sekolah, sedangkan
masyarakat adalah konsumennya. Sudah barang tentu antara produsen
dan konsumen harus sejalan. Keluaran atau output kurikulum sekolah
harus dapat link and match dengan kebutuhan masyarakat. Bagaimana
fungsi kurikulum sekolah dengan harapan masyarakat? Berikut ini
berbagai jenis kurikulum sekolah dalam hubungannya dengan harapan
masyarakat.
Page 6 of 91
1) Pendidikan umum kurikulumnya mengutamakan perluasan
pengetahuan dan peningkatan keterampilan dengan pengkhususan
yang diwujudkan pada tingkattingkat akhir masa pendidikan.
2) Pendidikan kejuruan kurikulumnya mempersiapkan peserta didik
untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu di masyarakat.
3) Pendidikan keagamaan kurikulumnya menyiapkan penguasaan
pengetahuan khusus pendidikan agama yang bersangkutan dengan
harapan lulusannya dapat menjadi pembina agama yang baik di
masyarakat.
4) Pendidikan akademik kurikulumnya menyiapkan penguasaan ilmu
pengetahuan agar lulusannya dapat menjadi perintis atau pelopor
pembangunan atas dasar konsep yang tangguh.
5) Pendidikan luar biasa kurikulumnya disediakan bagi peserta didik
yang menyandang kelainan untuk disiapkan agar dapat
menyesuaikan didi dalam kehidupan masyarakat.
6) Pendidikan kedinasan kurikulumnya disiapkan oleh suatu
Departemen Pemerintah atau Lembaga Pemerintah Nondepartemen
dengan maksud untuk meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan
tugas kedinasan di masyarakat nantinya.
7) Pendidikan profesional kurikulumnya menyiapkan penerapan
keahlian tertentu dengan harapan lulusannya dapat bekerja secara
profesional di masyarakat.
d. Fungsi kurikulum bagi para penulis buku ajar
Penulisan buku ajar dilakukan berdasarkan kurikulum yang
berlaku. Penulis buku ajar melakukan analisis instruksional untuk
membuat dan menjabarkan berbagai pokok dan subpokok bahasan.
Setelah itu, baru menyusun program pelajaran untuk mata pelajaran
tertentu dengan dukungan berbagai sumber atau bahan yang relevan.
Sumber atau bahan yang digunakan dapat berupa bahan cetak (buku,
makalah, majalah, jurnal, koran, hasil penelitian dan sebagainya, yang
diambil dari para nara sumber, pengalaman penulis sendiri atau dari
Page 7 of 91
lingkungan). Penggunaan pelbagai sumber tersebut sebagai bahan
pelajaran perlu mempertimbangkan kriteria-kriteria sebagai berikut:
1) Bersifat pedagogis, artinya berisi hal-hal yang normatif.
2) Bersifat psikologis, artinya bahan yang ditulis sesuai dengan
kejiwaan peserta didik, yakni perhatian, minat, kebutuhan, dan
perkembangan jiwanya.
3) Bahan hendaknya disusun secara didaktis, artinya bahan yang
tertulis tersebut ditata sedemikian rupa sehingga mudah untuk
diajarkan.
4) Bahan hendaknya bersifat sosiologis, artinya bahan jangan sampai
menimbulkan kontroversial dengan keadaan masyarakat
penggunanya.
5) Bahan hendaknya bersifat yuridis, artinya bahan yang disusun
jangan sampai bertentangan dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
6) Selaras dengan karakteristik kelas-kelas penggunanya. Bahan
untuk sekolah dasar kriterianya akan lebih ketat dari bahan untuk
sekolah menengah.
Seperti dikatakan di atas bahwa kurikulum juga difungsikan untuk
sekolah yang bersangkutan dan sekolah di atasnya. Untuk sekolah yang
bersangkutan kurikulum digunakan sebagai alat dan pedoman untuk mencapai
tujuan, yang diwujudkan sebagai program sekolah. Sedangkan untuk sekolah di
atasnya kurikulum digunakan untuk mengontrol atau memelihara
keseimbangan proses pembelajaran. Dengan kata lain, kurikulum digunakan
sebagai (1) pertimbangan membuat kurikulum di sekolahnya, dan (2) menjaga
kesinambungan. Apabila dianalogkan, fungsi dan kedudukan kurikulum
adalah:
• kendaraan sebagai kurikulum;
• sopir sebagai guru/kepala sekolah;
Page 8 of 91
• penumpang sebagai siswa;
• tempat yang dituju sebagai tujuan pendidikan;
• jarak yang dituju sebagai target;
• hambatan di jalan sebagai kendala; dan
• bengkel sebagai biro perencanaan kurikulum.
Latihan
1. Apa persamaan yang utama menurut pendapat para ahli mengenai
pengertian kurikulum?
2. Apa kesimpulan Anda mengenai kurikulum?
Page 9 of 91
BAB 2
KOMPONEN KURIKULUM
Kompetensi Akhir : Menjelaskan komponen kurikulum
Indikator :
1. Menyebutkan komponen kurikulum2. Menjabarkan bagan komponen kurikulum
Sebuah kurikulum memiliki komponen tujuan, isi, organisasi, dan strategi.
Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas satu persatu dari komponen-komponen
dalam kurikulum tersebut.
1. Tujuan Kurikulum
Seperti dikatakan di atas bahwa kurikulum adalah suatu program yang
direncanakan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian, kurikulum dapat
dikatakan sebagai sarana pencapaian suatu tujuan pendidikan. Dalam hal ini
kurikulum ditentukan berdasarkan tujuan pendidikan, atau berdasarkan tujuan
ditentukan isi pendidikan. Tujuan yang termuat dalam kurikulum akan menjadi
salah satu penentu arah pendidikan yang akan dikembangkan.
Ada dua tujuan yang terdapat dalam sebuah kurikulum sekolah. Pertama,
tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan.Tujuan ini disebut tujuan
institusional atau kelembagaan. Tujuan ini meliputi aspek-aspek pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diharapkan dimiliki oleh para lulusan
dari suatu tingkat satuan pendidikan tertentu. Tujuan ini sudah tercantum dalam
kurikulum pada setiap lembaga (sekolah).
Kedua, tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi/mata pelajaran.
Tujuan ini merupakan hasil penjabaran dari tujuan institusional. Dalam kurikulum
1994, tujuan ini terdiri atas tujuan kurikulum atau tujuan kurikuler dan tujuan
instruksional yang terdapat pada setiap Garis-Garis Besar Program Pengajaran
(GBPP) tiap bidang studi. Tujuan ini mencakup aspek-aspek pengetahuan, sikap,
keterampilan, dan nilai-nilai yang diharapkan dimiliki anak setelah mempelajari
Page 10 of 91
suatu bidang studi dan pokok bahasan dalam proses pengajaran. Dalam kurikulum
2006, tujuan bidang studi ini terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Untuk lebih jelasnya, berikut ini contoh tujuan bidang studi dalam
kurikulum 2006 (Standar Isi):
Mata pelajaran: IPA
Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut.
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,
dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Mata Pelajaran IPS
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut.
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
Page 11 of 91
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Pada KBK (2004) dan KTSP (2006) Standar Isi dirumuskan berdasarkan
tujuan mata pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran yang
dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran,
sedangkan pada Kurikulum 2013 Standar Isi diturunkan dari Standar
Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran.
Rasionalitas penyempurnaan pola pikir ini dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Gambar 1. Tabel Perbandingan KBK, KTSP dengan K-13
No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 20131 SKL diturunkan dari SI SKL diturunkan dari kebutuhan2 SI dirumuskan berdasarkan Tujuan
Mapel (SKL Mapel) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
SI diturunkan dari SKL melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran
3 Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, keterampilan dan pengetahuan
Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan dan pengetahuan
4 Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran
Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai
5 Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah
Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti
Secara hierarki, tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi 4
(empat) yakni: tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler,
dan tujuan pembelajaran. Tujuan pendidikan nasional menempati posisi paling
tinggi di antara tujuan-tujuan lainnya. Tujuan ini biasanya dikaitkan dengan
falsafah yang dianut dalam satu negara. Di Indonesia, misalnya, tujuan pendidikan
nasional senantiasa merujuk pada nilai-nilai yang terkandung pada falsafah
Pancasila. Dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan bahwa tujuan nasional pendidikan di Indonesia adalah untuk
Page 12 of 91
menciptakan manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri, dan memiliki
rasa tanggung jawab. Sedangkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Tujuan institusional adalah tujuan pendidikan yang harus dicapai oleh
masing-masing institusi, yakni lembaga pendidikan. Tujuan institusional SD,
misalnya, harus berbeda dengan SMP, SMA, dan seterusnya. Tujuan institusional
SMA, misalnya, antara lain diarahkan agar lulusannya dapat melanjutkan
pendidikannya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Berbeda dengan SMA,
tujuan intitusional SMK antara lain untuk menyiapkan lulusannya masuk ke dunia
kerja bukan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi walaupun juga sangat
dimungkinkan lulusan SMK untuk melanjutkan pendidikannya ke universitas.
Tujuan kurikuler merupakan tujuan pendidikan yang harus dicapai oleh
masing-masing mata pelajaran. Misalnya tujuan kurikuler mata pelajaran
Matematika berbeda dengan tujuan kurikuler untuk mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Selanjutnya, pada tingkat terendah terdapat tujuan pembelajaran yang
harus dicapai untuk setiap kali seorang guru melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Dalam kurikulum 2006 (Standar Isi) tujuan ini tersajikan dalam rumusan
kompetensi. Secara lengkap tingkat pencapaian itu adalah sebagai berikut:
a. Standar nasional pendidikan yaitu kriteria minimal tentang sistem pendidikan
di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Artinya,
tujuan nasional telah dibakukan secara nasional. Badan yang mengawasinya
adalah Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), yaitu badan mandiri dan
Page 13 of 91
independen yang bertugas mengembangkan, mamantau pelaksanaan, dan
mengevaluasi standar nasional pendidikan.
b. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang
dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan
kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus
dicapai oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
c. Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang ditetapkan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat
satuan pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan.
d. Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
e. Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara
konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
dimiliki oleh peserta didik.
f. Standar kompetensi lulusan (SKL) adalah kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; Standar Kompetensi
Lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau seluruh
kelompok mata pelajaran.
g. Standar kompetensi kelompok mata pelajaran (SK-KMP) adalah kualifikasi
kemampuan minimal peserta didik pada setiap kelompok mata pelajaran yang
mencakup kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika
dan jasmani, olahraga dan kesehatan.
h. Standar kompetensi mata pelajaran (SK-MP) adalah kualifikasi kemampuan
minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan,
dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau
semester untuk mata pelajaran tertentu.
i. Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester. Standar kompetensi
Page 14 of 91
terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai
dan berlaku secara nasional.
j. Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator
kompetensi.
Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk
mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik tersebut.
Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan
sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia
berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah; (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga
negara yang demokratis, bertanggung jawab.
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP
2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara
terpadu.
Kompetensi untuk Kurikulum 2013 dirancang berikut ini.
1. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk
Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar
(KD) mata pelajaran.
2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan
psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,
kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti adalah kualitas yang harus dimiliki
seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran KD yang
diorganisasikan dalam proses pembelajaran siswa aktif.
3. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik
untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu
untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
Page 15 of 91
4. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan menengah
diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah
pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).
5. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements)
Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan
untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.
6. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmata
pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
7. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD/MI) atau
satu kelas dan satu mata pelajaran (SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK). Dalam
silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas tersebut.
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk
mata pelajaran dan kelas tersebut.
2. Isi dan Struktur Program atau Materi.
Komponen isi dan struktur materi merupakan materi yang
diprogramkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu yang telah
ditetapkan. Isi yang dimaksud biasanya berupa bidang-bidang studi, misalnya,
Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Fisika dan sebagainya. Bidang-
bidang tersebut disesuaikan dengan jenis dan jenjang pendidikan yang ada di
suatu lembaga pendidikan. Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang
diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka
mencapai tujuan.
Isi kurikulum terdiri dari dua kelompok besar, yaitu jenis-jens bidang
studi yang diajarkan dan isi masing-masing bidang studi tersebut. Jenis-jenis
bidang studi ditentukan atas dasar tujuan institusional, atau dapat dikatakan
jenis bidang studi ditetapkan untuk mencapai tujuan institusional. Untuk itu,
bdang studi masing-masing jenis dan jenjang sekolah akan berbeda. Pada
tingkat SD misalnya, jenis dan isi bidang studinya akan berbeda dengan SMP,
Page 16 of 91
SMA, dan SMK. Muatan SD akan berbeda dengan MI, seperti halnya muatan
SMP, SMA, dan SMK pun tidak sama persis dengan MTs, MA, dan MAK.
Isi masing-masing bidang studi ditentukan berdasarkan tujuan
instruksional. Sebenarnya isi program suatu bidang studi yang diajarkan inilah
yang dinamakan isi kurikulum itu, yang biasanya disebut silabus. Silabus
biasanya dijajabarkan ke dalam bentuk pokok-pokok bahasan dan sub-
subpokok bahasan, serta uraian bahan pelajaran. Uraian bahan pelajaran
merupakan dasar pengambilan bahan dalam segala kegiatan belajar mengajar
di kelas oleh pihak guru. Berikut ini adalah contoh Isi/Ruang lingkup
Kurikulum 2006 (Standar Isi).
Mata Pelajaran IPA
Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek
berikut.
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan,
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.
c. Energi dan perubahannya, yang meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
d. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya.
Mata Pelajaran IPS
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
a. Manusia, Tempat, dan Lingkungan.
b. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan.
c. Sistem Sosial dan Budaya.
d. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.
Sedangkan kurikulum 2013 untuk SD/MI terdiri dari Kompetensi Inti,
Kompetensi Dasar dan Indikator berupa tematik terpadu yang mendukung
pembentukan sikap, keterampilan dan pengetahuan. Sehingga mata pelajaran
yang satu dengan yang lain terpadu dalam tema. Mata pelajaran dikembangkan
Page 17 of 91
dari kompetensi.
Tugas
1. Amati dan bandingkan Standar Isi kurikulum 2006, KTSP dan Kurikulum
2013!
Page 18 of 91
BAB 3
ORGANISASI KURIKULUM
Kompetensi akhir : Membedakan jenis pengorganisasian kurikulum
Indikator :
1. Membedakan separated subject curriculum, correlated curriculum dengan integrated curriculum
2. Membandingkan kelebihan dengan kekurangan separated subject curriculum
3. Menyebutkan kelebihan correlated curriculum4. Menyebutkan kekurangan correlated curriculum5. Menjelaskan kelebihan integrated curriculum6. Menjelaskan kekurangan integrated curriculum
Anda tentu telah memahami bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang
sangat diperlukan dalam dunia persekolahan. Tanpa adanya sebuah kurikulum,
dipastikan proses pendidikan tidak akan terarah dan dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Guru akan kesulitan menjabarkan urutan dan cakupan materi
pembelajaran yang ditempuhnya, proses pembelajaran yang diselenggarakan,
alat/media yang digunakan, penilaian yang perlu dilakukan, dsb. Salah satu hal
yang penting kurikulum adalah organisasi kurikulum itu sendiri. Nurgiyantoro
organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka
umum program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada murid (Lise,
2008). Menurut Nasution (Lise, 2008) organisasi kurikulum adalah pola atau
bentuk bahan pelajaran yang disusun dan disampaikan kepada murid-murid.
Struktur program dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur
horizontal dan struktur vertikal. Struktur horizontal berkaitan dengan bagaimana
bahan/mata pelajaran diorganisasikan/disusun dalam pola-pola tertentu. Adapun
struktur vertikal berkaitan dengan sistem pelaksanaan kurikulum di sekolah.
Melalui organisasi kurikulum ini, guru dan pengelola pendidikan akan memiliki
gambaran yang jelas tentang tujuan program pendidikan, bahan ajar, tata urut dan
cakupan materi, penyajian materi, serta peran guru dan murid dalam rangkaian
Page 19 of 91
pembelajaran. Cara pengembang kurikulum mengorganisasikan kurikulum akan
berkaitan pula dengan bentuk atau model kurikulum yang dianutnya.
Ketika Anda ditanya, ”Apa saja yang Anda pelajari semasa di SMP?”,
jawaban Anda umumnya akan mengacu pada nama-nama mata pelajaran yang
diajarkan. Kemudian, bila pertanyaan dilanjutkan dengan “Bagaimana kaitan
antarmateri pelajaran yang Anda pelajari?”, Anda pun bisa jadi akan menjawab,
“Wah, kadang-kadang tumpang tindih. Ada materi yang sudah dipelajari pada
mata pelajaran yang satu, dibahas pula pada mata pelajaran yang lain.”
Ilustrasi tersebut menggambarkan di antaranya bagaimana sebuah
kurikulum diorganisasikan. Namun demikian, kita menyadari bahwa cara
mengorganisasikan kurikulum itu bermacam-macam. Tidak satu cara. Masing-
masing cara memiliki kekuatan dan kelemahan. Sebagai guru atau pendidik, Anda
pun berperan sebagai pengembang kurikulum yang perlu memahami dengan baik
bagaimana kurikulum diorganisasikan.
1. Struktur Horizontal
Struktur horizontal dalam organisasi kurikulum adalah suatu bentuk
penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Hal ini
berkaitan erat dengan tujuan pendidikan, isi pelajaran, dan strategi
pembelajarannya. Dalam kaitannya dengan struktur horizontal ini terdapat tiga
macam bentuk penyusunan kurikulum. Ketiganya ialah (a) separate-subject-
curriculum, (b) correlated curriculum, dan (c) integrated-curriculum.
a. Separate-Subject Curriculum
1) Konsep dasar separate subject curriculum
Apa dan bagaimanakah separate-subject curriculum itu?
Kurikulum ini menekankan penyajian bahan pelajaran dalam
bentuk bidang studi atau mata pelajaran. Masing-masing mata
pelajaran ditetapkan berdasarkan disiplin keilmuan. Isinya ialah
pengetahuan yang telah tersusun secara logis dan sistematis dari
masing-masing bidang keilmuan. Antarmata merupakan unsur
yang terpisah-pisah.
Page 20 of 91
Tak ada pengaitan antarsatu mata pelajaran dengan mata
pelajaran lain. Penetapan materi pelajaran Bahasa Indonesia,
misalnya, dilakukan untuk mencapai empat keterampilan berbahasa
saja (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis). Mengenai apa
yang disimak, yang dibicarakan, yang dibaca, dan yang ditulis
bebas saja, bisa mengenai energi, masyarakat, dll., tanpa dikaitkan
dengan isi mata pelajaran lain, yang terkait sekalipun (fisika dan
sosiologi). Yang penting, apa yang tersajikan dalam mata pelajaran
itu sistematis secara internal mata pelajaran itu sendiri.
Jumlah mata pelajaran dan alokasi waktu yang diberikan
bervariasi, sesuai dengan tingkat dan jenis sekolah.Tingkat-tingkat
sekolah sebagaimana kita ketahui adalah SD/MI, SMP/MTs, dan
SMA/MA. Sementara jenis sekolah biasanya mengacu pada
sekolah umum dan sekolah kejuruan. Masing-masing tingkat dan
jenis sekolah memerlukan cakupan dan spesifikasi bahan pelajaran
yang berbeda-beda. Bahan pelajaran itu selanjutnya dipilah-pilah
berdasarkan satuan kelas dan semesternya.
Dengan demikian, pengorganisasian separate-subject
curriculum benarbenar disusun dengan berorientasi pada mata
pelajaran (subject centered). Pengorganisasian kurikulum ini
dilatarbelakangi oleh pandangan ilmu jiwa asosiasi, yang
mengharapkan terbangunnya kepribadian yang utuh berdasarkan
potongan-potongan pengetahuan. Kurikulum bentuk terpisah ini
sangat menekankan pada pembentukan intelektual dan kurang
mengutamakan pembentukan kepribadian anak secara keseluruhan.
Penyusunan separate-subject curriculum biasanya
dilakukan tim pengembang yang telah ditunjuk di tingkat nasional.
Tim ini menentukan seluruh pengalaman edukatif, luas bahan
pelajaran (scope) yang harus disajikan dan dipelajari siswa, serta
waktu penyajian bahan pelajaran. Hal lain yang penting dalam
pengorganisasian kurikulum ialah pengurutan (sequence) bahan
Page 21 of 91
pelajaran. Pengurutan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
benar-benar terjaga kesinambungan bahan. Harus dihindari
keterulangan bahan pelajaran yang sudah pernah dipelajari siswa di
kelas sebelumnya, dan keterlewatan bahan pelajaran. Sebelumnya
telah disinggung bahwa penyusunan kurikulum jenis ini dilakukan
oleh tim. Tim ini terdiri atas para tokoh dan ahli pendidikan serta
para ahli dalam disiplin keilmuan tertentu. Mereka inilah yang
menetapkan apakah yang diperlukan siswa kelak dalam
kehidupannya di masyarakat.
Jadi, dalam kurikulum ini memang sudah ditetapkan
pengalaman-pengalaman apa saja yang akan ditempuh siswa dalam
belajar. Oleh karena itu, biasanya bahan pelajaran dan bahkan buku
pelajarannya, telah disiapkan sebelumnya.
Terdapat sejumlah persoalan yang muncul sebagai akibat
pengorganisasian kurikulum seperti itu. Pertama, karena dibangun
oleh tim khusus, apalagi tingkat nasional, maka bisa dibayangkan
adanya keseragaman yang terjadi. Kedua, keberadaan buku
pelajaran (paket) kerap menimbulkan salah penyikapan bahwa
kurikulum itu buku pelajaran. Pada kasus ini terjadilah
penyempitan substansi. Keadaan ini biasanya menimpa guru yang
tidak profesional. Apa pun yang terjadi, yang diajarkan dan
disajikan kepada para siswa hanya buku paket itu saja. Sebaliknya,
bagi guru yang yang profesional, ia tidak akan mau diperhamba
oleh satu buku (paket) saja. Dia tentu akan menambah referensi
lain untuk memperkaya, memperdalam, dan menyesuaikan bahan
pelajaran yang diajarkan selaras dengan kebutuhan siswa.
2) Kelebihan separated-subject curriculum
b. Bahan pelajaran tersajikan secara logis dan sistematis
Dalam kurikulum ini, bahan telah disiapkan dan disusun secara
sistematis, logis, dan berkesinambungan. Penyusunan bahan telah
menggunakan urutan yang tepat, dari yang mudah menuju yang
Page 22 of 91
sukar, dari yang sederhana menuju yang kompleks. Ilmu
pengetahuan yang akan disampaikan kepada anak sudah dalam
urutan logis sebagaimana yang telah ditata dan dipikirkan oleh
para ahli. Dengan demikian, penggunaan kurikulum ini akan
memudahkan guru dalam menyajikan materi, dan dipandang
lebih efektif dan efisien, karena pihak sekolah dan guru tinggal
menyampaikan saja.
c. Organisasi kurukulum sederhana serta mudah direncanakan dan
dilaksanakan
Karena tiap mata pelajaran disikapi sebagai suatu satuan yang
otonom, maka perhatian dan penyusunan bahan hanya sebatas
mata pelajaran itu sendiri. Kesederhanaan inilah yang
menjadikan kurikulum mudah disusun dan dilaksanakan oleh
para pengembang maupun guru. Kurikulum ini juga mudah untuk
direorganisasi, ditambah, atau dikurangi. Penentuan jumlah,
cakupan, dan urutan mata pelajaran tidak seberapa menimbulkan
banyak masalah. Dalam pelaksanaan kurikulum, guru umumnya
dapat berpegang pada buku pelajaran yang telah ditentukan, dan
mengajarkannya bab demi bab. Apa yang diajarkan sudah
ditentukan lebih dahulu, sehingga guru dapat menyesuaikan
jumlah waktu yang ditentukan dengan bahan pelajaran yang
tersedia.
d. Kurikulum mudah dinilai
Kurikulum ini utamanya bertujuan menyampaikan sejumlah
pengetahuan, pengertian, dan kecakapan-kecakapan tertentu yang
mudah dinilai dengan tes. Bahan pelajaran pun bisa ditentukan
dengan menetapkan buku-buku pelajaran yang harus digunakan
oleh suatu daerah, atau bahkan satu negara. Hal ini akan
memudahkan dilakukannya ujian umum yang sama dalam satu
wilayah negara. Dengan mudahnya pelaksanaan ujian, maka
mudah pula mendapatkan data seandainya diperlukan perubahan-
Page 23 of 91
perubahan. Misalnya bila materi sudah tidak sesuai dengan
tuntutan zaman, baik menyangkut keseluruhan komponen bahan
ataupun sebagian, maka dengan segera dapat dilakukan
perubahan atau penyesuaian isi kurikulum.
e. Memudahkan guru sebagai pelaksana kurikulum
Umumnya pendidikan guru mempersiapkan calon guru/guru
(tingkat sekolah lanjutan) untuk mengajarkan mata pelajaran
tertentu. Dengan kurikulum ini, apa yang akan diajarkan guru
sejalan betul dengan pengetahuan dan pengalaman yang
diperolehnya saat kuliah. Lebih-lebih bila mereka telah memiliki
pengalaman mengajar bertahun-tahun. Mereka menjadi sangat
menguasai bahan pelajaran dan lebih merasa aman dengan
menggunakan kurikulum subject-centered ini.
f. Kurikulum ini juga dipakai di perguruan tinggi
Manajemen kurikulum di terguruan tinggi pada umumnya
menerapkan speparated subject curculum. Mahasiswa
mempelajari bidang keilmuan secara terkonsentrasi. Karena saat
di sekolah menengah mereka juga diajar dengan menggunakan
model kurikulum yang sama, maka para siswa lulusan sekolah
menengah yang melanjutkan ke perguruan tinggi telah terbiasa
dengan belajar dalam situasi kurikulum seperti ini.
g. Kurikulum ini mudah diubah
Perubahan kurikulum yang terjadi umumnya didasarkan pada
organisasi mata pelajaran. Penyesuaian kurikulum dengan
kebutuhan zaman biasanya dilakukan dengan menambah mata
pelajaran, bisa juga meluaskan atau menyempitkan materi
pelajaran. Hal seperti ini tentu akan mudah dilaksanakan pada
kurikulum yang diorganisasikan dengan cara separated subject
curiculum, karena masing-masing mata pelajaran bersifat
terpisah. Dengan demikian penambahan, pengurangan, ataupun
cakupan materi pun tidak akan mengganggu pelajaran lain.
Page 24 of 91
3) Kelemahan Separate-Subject Curriculum
a. Mata pelajaran terpisah-pisah
Mata pelajaran dalam kurikulum ini diberikan secara terpisah-
pisah. Tidak ada upaya menghubungkan antara satu mata
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Hal ini menjadikan
peserta didik akan menerima pengetahuan secara terpisah-pisah,
dalam konsentrasi masing-masing mata pelajaran. Padahal,
pelbagai persoalan kehidupan yang riil umumnya perlu dihadapi
dengan pengetahuan yang menyeluruh atau terpadu. Dengan
demikian, anak masih sering mengalami kegagapan pada saat
menghadapi persoalan sehari-hari dengan berbagai konteksnya.
b. Kurang memperhatikan masalah kehidupan sehari-hari
Penyampaian kurikulum ini semata-mata menggunakan
pendekatan ilmu pengetahuan. Bahkan kadang-kadang materi
yang dipelajari siswa tidak ada relevansinya dengan kebutuhan
hidup. Bila anak sudah bisa memecahkan permasalahan-
permasalahan di sekolah dianggap dengan sendirinya akan
mampu mentransformasikannya dalam menghadapi persoalan
kehidupan sehari-hari. Padahal, kenyataan hidup di luar sekolah
berbeda sekali dengan apa yang biasa terjadi di sekolah.
c. Cenderung statis dan ketinggalan zaman
Karena pengetahuan dianggap sebagai hal yang telah ditemukan
orang masa lalu, maka kegiatan belajar siswa di sekolah hanya
mempelajari apa yang sudah ada dan disiapkan. Akibatnya, buku
pelajaran yang digunakan pun bisa berlaku bertahun-tahun, tanpa
pernah melakukan revisi. Bila ini yang terjadi, maka semuanya
akan menjadi statis. Buku pegangan guru tetap itu-itu saja.
Padahal, kehidupan manusia terus berkembang secara dinamis.
Apa yang dianggap benar pada masa lalu, belum tentu dianggap
benar pada masa sekarang. Apalagi bila ada guru “tertutup” yang
fanatik pada satu buku, karena buku itulah yang dulu
Page 25 of 91
dipelajarinya, maka dianggaplah apa yang ada dalam buku itu
yang paling benar.
d. Tujuan kurikulum sangat terbatas
Separated subject curriculum hanya menekankan pada aspek
intelektual, dan mengabaikan aspek emosional dan sosial.
Padahal, ketiga aspek itu sama pentingnya bagi tumbuh-kembang
siswa secara utuh. Karena hanya menekankan aspek intelektual,
maka anak akan mengalamai persoalan pada saat harus terjun ke
masyarakat untuk menjalani kehidupannya sehari-hari. Materi
pelajaran pun disamaratakan untuk semua peserta didik, tanpa
memperhatikan perbedaan individu. Karena itu pula, kurikulum
separated subject curriculum dipandang tidak demokratis.
b. Correlated-Subject Curriculum
1) Konsep Dasar Correlated Subject Curriculum
Correlated subject curriculum dikembangkan dengan semangat
menata/ mengelola keterhubungan antarberbagai mata pelajaran. Hal ini
dilatarbelakangi oleh kenyataan kehidupan bahwa tak ada satu
fenomena pun yang terlepas dari fenomena lainnya. Tidak mungkin kita
membicarakan suatu mata pelajaran tanpa menyinggung sama sekali
mata pelajaran yang lain. Untuk itulah diperlukan kurikulum yang dapat
memberikan pengalaman belajar yang dapat menghubungkan satu
pelajaran dengan pelajaran lain. Kurikulum ini diharapkan dapat
membangun keterpaduan pengetahuan dan pengalaman belajar yang
diperolehnya.
Dalam mata pelajaran fisika, misalnya, terdapat bahasan
mengenai listrik. Persoalan listrik tentu terkait dengan lingkungan alam,
ekonomi, dan juga sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu pula, ketika
berbicara tentang listrik dalam pelajaran Fisika, dapat pula dikaitkan
dengan listrik sebagai sesuatu yang bernilai materi dalam pelajaran
Ekonomi, dan listrik sebagai sumber energi yang dapat mempermudah
kehidupan manusia dalam mata pelajaran Sosiologi. Namun demikian,
Page 26 of 91
pengaitan antarmata pelajaran itu tidak menghilangkan eksistensi dari
masing-masing mata pelajaran yang dihubungkan. Adanya upaya
menata keterhubungan antara berbagai mata pelajaran inilah yang
kemudian melahirkan bentuk kurikulum yang dikenal dengan
correlated subject. Akan tetapi ada hal yang harus Anda catat, bahwa
dalam correlated subject ini tidak berarti kita memaksakan adanya
hubungan antarsejumlah mata pelajaran. Kita harus tetap sadar dan
mempertahankan adanya batas-batas yang ada. Upaya menghubungkan
antarmata pelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut.
a) Menghubungkan secara insidental
Pengaitan antarmata pelajaran terjadi karena kasus kebetulan.
Misalnya, saat dua atau lebih guru bidang studi saling mengamati
kurikulum atau bahan pelajaran yang ada, para guru tersebut
melihat adanya bahan pelajaran yang satu sama lain dapat
dihubungkan.
b) Menghubungkan secara lebih erat dan terencana
Pengaitan antarmata pelajaran disebabkan oleh adanya suatu pokok
bahasan atau permasalahan yang dapat dibahas dari berbagai
macam mata pelajaran. Misalnya, masalah etika, moral, dan
kependudukan dibicarakan dalam mata pelajaran PKn, Bahasa
Indonesia, IPS, dan Agama. Pengaitan antarbahan pelajaran itu
dilakukan secara terencana, bukan kebetulan. Satu topik yang sama
disoroti dari sudut pandang masing-masing mata pelajaran. Namun
demikian, setiap mata pelajaran tetap diberikan secara sendiri-
sendiri dalam jam yang berbeda.
c) Menghubungkan beberapa mata pelajaran dengan menghilangkan
batas yang ada
Pengaitan antarpelajaran dilakukan dengan menggabungkan
beberapa mata pelajaran sehingga menghilangkan batas yang ada
antarmata pelajaran. Beberapa pelajaran yang serumpun dipadukan
menjadi satu dengan satu nama mata pelajaran. Misalnya pada
Page 27 of 91
kurikulum 2006 kita kenal ada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS), yang pada dasarnya di dalamnya terdiri atas beberapa
bahan/materi pelajaran ekonomi, geografi, dan sejarah. Contoh lain
bisa kita sebut mata pelajaran Matematika, yang merupakan
penggabungan dari mata pelajaran berhitung, aljabar, dan ilmu
ukur. Penggabungan beberapa mata pelajaran ini lazim disebut
broad-fields, yang sebenanrya berarti suatu kesatuan yang tidak
terbagi dalam bagian-bagian. Akan tetapi, kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa penggabungan itu masih sebatas pada
kumpulan bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang
bahan/materi pelajarannya dikurangi. Oleh karenanya, broad-fields
ini sebenanya masih bersifat subject centered (berorientasi pada
mata pelajaran), hanya saja telah dimodifikasi dari bentuknya yang
tradisional.
2) Kelebihan Correlated Subject Curriculum
Correlated subject curriculum memiliki kelebihan sebagai berikut.
a) Mendukung keutuhan pengetahuan dan pengalaman belajar
murid
Siswa tidak menerima pelajaran dalam satuan/bahasan yang
terpisah-pisah. Mereka mempelajari suatu permasalahan yang
disoroti dari berbagai sudut yang saling berhubungan, yaitu
melalui berbagai mata pelajaran. Dengan demikian, pengetahuan
dan pengalaman anak didik diharapkan dpat lebih luas.
b) Memungkinkan penerapan hasil belajar yang lebih fungsional
Adanya keterkaitan antarmata pelajaran menjadikan
pengetahuan dan pengalaman belajar siswa dapat diterapkan
lebih fungsional. Pengaitan antarmateri pelajaran lebih
mengutamakan prinsip-prinsip daripada penguasaan fakta-fakta.
Dengan prinsip-prinsip yang diolah dari berbagai mata pejaran
inilah anak didik dapat lebih terbuka untuk memecahkan
persoalan yang dihadapinya secara lebih komprehensif.
Page 28 of 91
c) Meningkatkan minat belajar siswa
Pemahaman tentang adanya keterkaitan antarmata pelajaran
dapat menjadi modal bagi tumbuhnya minat belajar siswa.
Mereka akan merasa apa yang dipelajari pada mata pelajaran
tertentu memiliki manfaat dalam mata pelajaran yang lain.
3) Kelemahan Correlated Subject Curriculum
Correlated subject curriculum juga memiliki sejumlah kelemahan
berikut.
a) Kurikulum masih bersifat subject centered
Sifat kurikulum yang subject centered (berpusat pada subjek/mata
pelajaran) menjadikan bahan pelajaran disusun berdasarkan pada
struktur ilmu pengetahuan. Artinya, bahan mata pelajaran dalam
kurikulum belum memiliki orientasi pada minat-bakat dan
kebutuhan sehari-hari siswa (child centered).
b) Kurang memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam
Penggabungan beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan
lingkup yang lebih luas tidak memberikan pengetahuan yang
sistematis dan mendalam. Bagaimanapun, pembicaraan mengenai
suatu pokok masalah dalam sejumlah berbagai mata pelajaran tetap
tidak padu, karena pada dasarnya masing-masing memang
merupakan subject (mata pelajaran) yang berbeda. Dengan
dikuranginya bahan/materi (juga jam) pelajaran, maka pengetahuan
yang dikuasai anak didik menjadi dangkal.
c) Menuntut pendekatan interdisipliner
Para guru, khususnya untuk sekolah lanjutan, umumnya disiapkan
untuk mengajar satu mata pelajaran tertentu. Sulit bagi mereka
untuk menerapkan pendekatan interdisipliner, yang menuntut
kesanggupan guru untuk dapat berpandangan dan berpikir secara
lintas disiplin.Guru pun masih sangat fanatic terhadap disiplin atau
mata pelajaran pokok yang diasuhnya. Kalaupun menggunakan
Page 29 of 91
mata pelajaran lain, hal itu kerap itu disikapi sebagai pelajaran
pembantu.
c. Integrated Curriculum
1) Konsep Dasar Integrated Curriculum
Ciri pokok dari integrated curriculum ini adalah tiadanya batas
atau sekat antarmata pelajaran. Semua mata pelajaran dilebur menjadi
satu dalam bentuk unit. Oleh karena itu, kurikulum ini disebut juga
sebagai kurikulum unit. Kalau dalam correlated subject curriculum
masing-masing mata pelajaran masih menampakkan eksistensinya, maka
dalam integrated curriculum ciri-ciri setiap mata pelajaran hilang sama
sekali. Namun, jangan disalahpahami. Integrated curriculum tidak
sekedar berupa keterpaduan bentuk yang melebur berbagai mata
pelajaran, melainkan juga aspek tujuan yang akan dicapai dalam belajar.
Melalui keterpaduan diharapkan dapat terbentuk pula keutuhan
kepribadian anak didik yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya.
Oleh karena itu, apa yang diajarkan di sekolah harus benar-benar
disesuaikan dengan situasi, masalah, dan kebutuhan kehidupan di
masyarakat. Sebagai ilustrasi, kita bisa mengangkat persoalan listrik
dalam masyarakat. Persoalan listrik ini selanjutnya dibahas/dikupas dari
berbagai perspektif secara komprehensif: dari segi lingkungan alam,
ekonomi, sosial, mekanika, dsb. Di sini mata pelajaran dilebur menjadi
satu kesatuan unit bahasan yang tidak terpisah-pisah sebagaimana halnya
dalam separated subject curriculum maupun corelated subject
curriculum, yang ada hanya perspektif dari ilmu alam, ekonomi, dan
sosial, dan sebagainya.
Di dalam unit pembelajaran harus terdapat hubungan antarberbagai
kegiatan belajar siswa, dalam perspektif berbagai mata pelajaran. Hal itu
dapat dicapai jika tujuan pembelajaran mengarahkan siswa untuk dapat
memecahkan persoalan dengan menggunakan metode berpikir limiah
(method of intelegence). Adapun mengenai pemilihan masalah, terdapat
dua pendapat yang saling bertentangan. Pertama, mengedepankan
Page 30 of 91
kebutuhan masyarakat (social-centered) dan yang kedua mengedepankan
minat dan kebutuhan anak didik (child-centered). Namun demikian, pada
dasarnya masih bisa diambil jalan tengah, yaitu dengan memilih masala-
masalah yang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak didik dengan
tetap memperhatikan kebutuhan sosialnya.
Ciri-ciri integrated curriculum, yaitu:
a. Merupakan kesatuan utuh bahan pelajaran. Faktor yang menyatukan
antarbahan pelajaran itu ialah masalah-masalah yang harus diselidiki
dan dipecahkan anak didik. Seluruh bahan pelajaran digunakan untuk
memecahkan masalah.
b. Unit disusun berdasarkan kebutuhan anak didik, yang bersifat pribadi
maupun sosial, baik yang menyangkut kejasmanian maupun
kerohanian. Dengan system unit ini sengaja ditingkatkan
perkembangan sosial anak dengan cara berkeja sama melalui kerja
kelompok.
c. Dalam unit, anak dihadapkan pada berbagai situasi yang
mengandung permasalahan yang berhubungan dengan kebutuhan
sehari-hari (life centered) yang dikaitkan dengan pelajaran di
sekolah. Dengan demikian, anak dilatih untuk memecahkan masalah
dengan metode berpikir ilmiah, yang dilakukan dengan langkah-
langkah: (1) merumuskan masalah, (2) mencari jawaban dengan
mencari dan mengumpulkan keterangan-keterangan dari buku
ataupun sumber lain, (3) menganalisis, mengamati dan melakukan
percobaan, (4) mengambil kesimpulan, dan (5) melakukan tindakan
sesuai dengan hasil yang diperoleh.
d. Unit mempergunakan dorongan-dorongan sewajarnya pada diri anak
dengan melandaskan diri pada teori-teori belajar. Anak diberi
kesempatan melakukan kegiatan sesuai dengan minatnya. Anak pun
harus diikutsertakan dalam menetapkan pokok-pokok masalah yang
akan dipelajarinya.
Page 31 of 91
e. Pelaksanaan unit biasanya memerlukan waktu yang lebih lama dari
pada model pelajaran biasa. Untuk memecahkan satu masalah bisa
jadi diperlukan waktuberjam-jam.
2) Kelebihan Integrated Curriculum
Integrated curriculum memiliki sejumlah kelebihan berikut.
a) Segala hal yang dipelajari dalam unit bertalian erat satu sama lain.
Bukan sekedar fakta-fakta terpisah, sehingga lebih fungsional bagi
kehidupan anak.
b) Sesuai dengan teori baru mengenai belajar yang mendasarkan pada
pengalaman, kematangan, dan minat anak. Anak terlibat secara
aktif, berbuat, serta belajar bertanggung jawab.
c) Memungkinkan hubungan yang lebih erat antara sekolah dan
masyarakat, karena masyarakat dapat menjadi laboratorium
kegiatan belajar.
3) Kelemahan Integrated Curriculum
Di balik kelebihannya, integrated curriculum pun memiliki
beberapa kelemahan berikut.
a) Tidak mempunyai organisasi yang logis dan sistematis. Bahan
pelajaran tidak dapat ditentukan terlebih dahulu secara sepihak
oleh guru atau lembaga, melainkan harus dirancang secara
bersama-sama dengan murid.
b) Para guru umumnya tidak disiapkan untuk menjalankan
kurikulum dalam bentuk unit.
c) Pelaksanaan kurikulum unit sangat memerlukan waktu, serta
dukungan peralatan dan sarana dan prasarana yang cukup.
d) Tidak memiliki standar hasil belajar yang jelas, sehingga sulit
mengukur kemampuan anak secara nasional.
2. Struktur Vertikal
Struktur vertikal berhubungan dengan masalah sistem pelaksanaan
kurikulum sekolah. Hal ini menyangkut: (1) apakah suatu kurikulum dijalankan
Page 32 of 91
dengan sistem kelas atau tanpa kelas? (2) apakah sistem unit waktu yang
digunakan? serta (3) bagaimana pembagian waktu untuk masing-masing bidang
studi dan pokok bahasan?
a. Pelaksanaan Kurikulum dengan/dan Tanpa Sistem Kelas
1) Sistem kelas
Pada sistem ini, penerapan kurikulum dilaksanakan melalui kelas-
kelas (tingkat-tingkat) tertentu. Di SD misalnya, terdapat kelas 1 sampai
dengan 6; di SMP/MTs terdapat kelas 1-3 atau 7-9; dan di SMA/MA atau
SMK/MAK terdapat kelas 1-3 atau kelas 10-12. Kurikulum setiap jenjang
telah mencantumkan bahan apa saja yang harus disampaikan, seberapa luas
dan dalam bahan tersebut, serta bagaimana urutan sajiannya pada tiap-tiap
kelas. Cakupan (keluasan dan kedalaman) bahan/materi pelajaran dipikirkan
sedemikian rupa sehingga dapat secara tuntas disajikan pada kelas tertentu
dan dalam jangka waktu tertentu pula. Urutan bahan pun disusun secermat
mungkin berdasarkan pertimbangan logis dan psikologis. Jadi, bahan atau
materi pelajaran yang diperuntukkan pada setiap tingkat kelas berbeda-beda.
Penentuan cakupan, urutan, alokasi waktu pelajaran, dan kesesuaiannya
dengan tingkat kematangan psikologis anak didik pada setiap kelas
dilakukan dengan perhitungan dan pertimbangan yang cermat dan tepat.
Adanya sistem kelas ini membawa konsekuensi dilaksanakannya
sistem kenaikan kelas pada tiap tahun. Penentuan kenaikan kelas terutama
didasarkan pada penguasaan bahan/materi pelajaran yang telah ditentukan
untuk tiap tingkatan kelas.
Siswa naik kelas apabila dianggap telah memiliki tingkat penguasaan
tertentu atas bahan/materi pelajaran yang dipelajarinya. Segi kelogisan,
kesistematisan, dan ketepatan dalam penjenjangan bahan pelajaran yang
harus diajarkan merupakan kelebihan dari sistem kelas. Selain itu, sistem ini
juga memberikan kemudahan dalam hal penyusunan, pengembangan,
penilaian kurikulum yang digunakan; pembagian tugas mengajar guru sesuai
dengan kompetensinya masing-masing; penilaian hasil belajar siswa; serta
pengaturan administrasi.
Page 33 of 91
Kelemahan pada sistem kelas di antaranya terletak pada timbulnya
efek psikologis siswa (juga orang tua) yang tidak naik kelas. Mereka
berpeluang menjadi malu, tertekan, dan bahkan frustrasi. Sistem ini pun
sering tidak dapat menangkal faktor subjektif yang bisa merugikan siswa.
Pada intinya, sistem kelas menuntut penataan materi pelajaran secara
sistematis logis, dan terukur. Hal ini terkait dengan cakupan materi dan
ketersediaan waktu pelajaran untuk setiap tingkat kelas. Bagitu terjadi
perubahan waktu tempuh untuk suatu jenjang pendidikan, maka akan
berakibat pada perubahan keluasan materi pelajaran.
2) Sistem Tanpa Kelas
Pelaksanaan kurikulum dalam “sistem tanpa kelas” tidak mengenal
adanya tingkat kelas-kelas tertentu. Setiap siswa diberi kebebasan untuk
berpindah program setiap waktu tanpa harus menunggu kawan-kawannya.
Hal ini terjadi bila seorang siswa telah merasa mampu dan siap diuji tentang
penguasaan materi yang harus diselesaikannya dalam setiap program.
Misalnya untuk sampai pada suatu keahlian ukir, anak tidak dihadapkan
pada batasan satuan waktu tertentu, melainkan dihadapkan pada penguasaan
materi. Di sini anak disodori unit-unit program yang harus diselesaikan.
Siapa yang telah menguasai materi suatu unit program, maka ia bisa
mengambil unit program lainnya tanpa harus menunggu temannya.
Demikian seterusnya, sampai pada akhirnya ia menuntaskan keseluruhan
program dan menguasai bidang keahlian ukir. Keunggulan sistem ini terletak
pada kebebasan yang dimiliki siswa. Siswa boleh memilih tingkat-tingkat
program sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Jadi, sistem ini sangat memperhatikan individu dan perbedaan
antarindividu. Oleh karenanya, pelaksanaan sistem ini sangat menuntut
pendampingan siswa secara individual dan kesiapan satuan tingkat-tingkat
program. Sementara itu, kelemahan sistem ini menyangkut substansi
isi/materi pelajaran dan sistem pelaksanaan pendididkan secara makro di
Indonesia. Dalam hal substansi materi, dengan sistem ini sulit ditentukan
cakupan dan urutan materi setiap program untuk mencegah keterulangan
Page 34 of 91
bahan/materi yang sama. Pada sisi pelaksanaan, guru akan mengalami
kesulitan dan kerepotan. Apalagi, bila anak berpindah program dengan cara
semaunya, bukan berdasarkan pada aspek kemampuan. Dengan melihat
berbagai kemungkinan yang ditimbulkan oleh sistem tanpa kelas, tampaknya
sulit untuk dapat menerapkan sistem tanpa kelas dalam sistem pendidikan di
Indonesia, yang umumnya menggunakan sistem kelas.
3) Kombinasi antara Sistem Kelas dan Tanpa Kelas
Dengan sistem kombinasi ini, anak yang memilki tingkat kepandaian
tertentu (tinggi) diberi kesempatan untuk terus maju, tidak harus terus
bersama teman-temannya. Namun, tidak berarti pula ia meninggalkan
kelasnya sama sekali. Sistem pendidikan seperti ini dapat disebut sebagai
sistem pengajaran modul. Dalam sistem modul, di samping disediakan
bahan pelajaran yang sama untuk seluruh kelas, juga disediakan kebebasan
kepada siswa yang mampu untuk mengambil bahan/materi pelajaran
berikutnya atau program pengayaan. Dengan sistem modul, anak yang
memang mampu mempunyai kemungkinan untuk dapat lebih dahulu
menamatkan sekolah dibandingkan teman-temannya.
a) Sistem Unit Waktu
Rentang waktu sekolah di SD maka jangka waktu belajar Anda
tidaklah dalam satuan waktu yang utuh (tak terbagi): enam tahun dari
kelas 1 hingga kelas 6 untuk SD/MI. Setiap kelas membutuhkan waktu
satu tahun. Pada setiap tahun itu pula masih dibagi lagi, dalam bentuk
caturwulan ataupun semester. Itulah yang dimaksud dengan sistem unit
waktu. Hingga saat ini, sistem unit waktu yang dikenal dalam
pelaksanaan pendidikan adalah sistem semester. Pada setiap akhir
semester, anak akan mendapatkan nilai hasil belajar (rapor). Dalam
sistem semester, waktu satu tahun dibagi menjadi dua unit waktu.
Masing-masing semester terdiri atas enam bulan, dengan 16 hingga 20
minggu belajar efektif. Sebagai catatan penting, pembagian tiap tahun
menjadi dua semester tidak berarti setiap tahun dibagi menjadi dua unit
Page 35 of 91
waktu yang terpisah. Itu semua dimaksudkan demi tercapainya tujuan
pendidikan di sekolah yang teralokasikan ke dalam satuan-satuan
program. Setiap satuan program harus diselesaikan dalam waktu satu
semester (enam bulan). Bahan pelajaran yang disusun dalam kurikulm
juga dibedakan dalam semester-semester tersebut. Kurikulum 1975,
1984, hingga yang sekarang merupakan kurikulum dengan sistem unit
waktu semester.
b) Pengalokasian Waktu
Pengalokasian waktu menyangkut jatah waktu untuk masing-masing
mata pelajaran dan isi program tiap mata pelajaran tersebut pada tiap
tingkat sekolah. Sebagaimana Saudara ketahui, berapa lama (jam) anak
ada di sekolah dalam tiap minggu? Keseluruhan jam tersebut bukankah
digunakan untuk menempuh sekian jumlah mata pelajaran? Dengan
demikian, bukankah harus dilakukan pembagian jatah jam untuk tiap-
tiap mata pelajaran? Jawabannya adalah Ya. Kemudian, bagaimanakah
membagi jam/waktu yang ada untuk sejumlah mata pelajaran tersebut?
Inilah bahasan penting dalam hal pengalokasian waktu.
1) Pengalokasian waktu untuk setiap mata pelajaran
Berapa jamkah yang harus diberikan untuk setiap mata pelajaran
dalam setiap minggu? Pertanyaan ini penting dijawab karena
jumlah jam yang tersedia dalam setiap minggu terbatas. Kalau
setiap hari rata-rata waktu sekolah dari pukul. 07.30 hingga pukul.
13.00, berarti ada 300 menit bila waktu istirahat yang digunakan 30
menit. Setiap jam pelajaran rata-rata 45 menit, maka dalam satu
minggu diperoleh jumlah jam pelajaran: 300/45 x 6 hari = 40 jam.
Selanjutnya, jumlah jam/minngu tersebut harus dibagi untuk semua
mata pelajaran yang ada secara adil. Adil tidak berarti dibagi rata,
melainkan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, yang
meliputi bobot dan kedudukan masing-masing mata pelajaran.
Pada dasarnya ada beberapa pertimbangan dalam menentukan
alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran.
Page 36 of 91
2) Besar kecilnya peranan suatu mata pelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan, yang dikaitkan dengan lembaga dan
spesialisasinya. Mata pelajaran yang besar peranannya harus diberi
jatah waktu yang lebih banyak dari padamata pelajaran yang lain.
Hal ini didasarkan pada penempatan suatu mata pelajaran sesuai
dengan kedudukannya secara proporsional dan logis.
1. Keluasan, kompleksitas, dan taraf kesulitan masing-masing
mata pelajaran. Ini pada dasarnya bersifat relatif. Semua
menjadi sangat tergantung pada lembaga dan spesialisasinya.
Untuk mata pelajaran yang cakupannya luas, ia perlu diberi
jam/ waktu yang lebih banyak. Yang menentukan keluasan dan
kedalaman suatu mata pelajaran ialah misi dan spesialisasi
lembaga/sekolah itulah.
2. Peranan mata pelajaran dalam penyiapan lulusan suatu sekolah
sesuai dengan misinya. Berdasarkan misi ini, dikenal ada
sekolah yang menyiapkan untuk melanjutkan ke tingkat
sekolah di atasnya; ada pula yang menyiapkan lulusannya
langsung terjun ke dunia kerja. Bagi sekolah yang menyiapkan
lulusannya untuk studi ke jenjang di atasnya tentu akan
memberi porsi waktu yang lebih terhadap mata pelajaran
dengan isi materi yang bersifat keilmuan. Sebaliknya, sekolah
yang menyiapkan lulusannya terjun ke dunia kerja tentu akan
memberi jam yang lebih banyak pada mata pelajaran yang
menekankan pada keterampilan kejuruan. Mata pelajaran yang
kurang lebih berperan sama berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tadi diberi jatah waktu yang relatif sama pula.
Pemberian jatah waktu tiap mata pelajaran bisa juga didasarkan
pada satuan yang ditetapkan. Misalnya pada kurikulum 1984,
jatah waktu ditunjukkan dengan satuan kredit semester (sks)
ataubiasa disebut “kredit”. Mata pelajaran yang tergolong
penting diberi sks yang lebihbesar daripada mata pelajaran lain.
Page 37 of 91
3. Pengalokasian waktu untuk pokok-pokok bahasan tiap mata
pelajaran.
Setiap mata pelajaran memiliki sejumlah pokok bahasan yang
berbeda-beda. Penentuan jumlah jam/waktu dalam satu
semester untuk setiap pokok bahasan juga mangalami masalah
yang sama dengan pengalokasian waktu untuk setiap mata
pelajaran. Hal ini terjadi karena jam yang dialokasikan untuk
setiap mata pelajaran akan terkait dengan ketersediaan waktu
untuk menyampaikan keseluruhan pokok bahasan yang ada
dalam mata pelajaran tersebut. Sebagai contoh, ada mata
pelajaran dengan alokasi 2 jam/minggu. Dalam satu semester
terdapat 18 minggu. Berarti total ada 36 jam tatap muka untuk
mata pelajaran tersebut dalam satu semester. Jumlah total 36
jam inilah yang harus digunakan untuk menyampaikan
(menyelesaikan) materi mata pelajaran itu dengan berbagai
pokok bahasan yang ada, termasuk di dalamnya tes formatif
dan tes sumatif. Jadi, pembagian waktu untuk setiap pokok
bahasan dalam suatu mata pelajaran juga harus
mempertimbangkan hal-hal berikut.
a) Peranan setiap pokok bahasan dalam pencapaian tujuan pendidikan,
baik tujuan instruksional mapun kurikuler yang terumuskan dalam
bentuk kompetensi dasar. Pokok bahasan yang memiliki peranan lebih
besar harus diberi alokasi jam lebih banyak daripada pokok bahasan
yang lain.
b) Keluasan, kompleksitas, dan tingkat kesulitan tiap pokok bahasan.
Pokok bahasan yang cukup luas, rumit, dan memiliki tingkat kesulitan
tinggi harus diberi jatah jam lebih banyak, karena umumnya
memerlukan waktu penyajian yang lebih lama.
c) Aspek ranah kemampuan yang menjadi penekanan pokok bahasan
yang dimaksud. Pokok bahasan itu menekankan kemampuan kognitif
ataukan keterampilan? Ranah keterampilan umumnya memerlukan jam
Page 38 of 91
yang lebih banyak, karena untuk sampai pada penguasaan
keterampilan perlu melewati aspek pengetahuan terlebih dahulu.
Pengalokasian waktu tiap pokok bahasan dapat juga telah ditentukan
dalam kurikulum. Namun, pembagian waktu tersebut biasanya masih bersifat
garis besardalam satu semester. Misalnya ada pokok bahasan yang mendapatkan
alokasi 10 jam/semester. Selanjutnya, bagaimanakah 10 jam tersebut digunakan
untuk menyampaikan seluruh materi pokok bahasan tersebut? Kurikulum
biasanya tidakmengaturnya. Guru harus membaginya sendiri dengan
memperhatikan sub-subpokok bahasan yang ada di dalamnya.
Latihan
1. Cermati kurikulum di salah satu Sekolah Dasar. Identifikasi alokasi jam untuk
masing-masing mata pelajaran. Angkat satu mata pelajaran yang memiliki
alokasi jam terbanyak dan satu mata pelajaran dengan alokasi jam paling
sedikit. Analisislah mengapa mata pelajaran tersebut diberi alokasi jam yang
berbeda!
Page 39 of 91
BAB 4PRINSIP PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Kompetensi akhir : Menjabarkan prinsip perencanaan pembelajaran
Indikator :1. Mendefinisikan perencanaan pembelajaran2. Menyebutkan fungsi perencanaan pembelajaran3. Menjelaskan syarat perencanaan pembelajaran4. Menguraikan langkah-langkah perencanaan pengembangan pembelajaran
1. Pengertian dan Fungsi Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran merupakan tahap penting dalam
peningkatan kualitas pembelajaran. Perbaikan kualitas pembelajaran diawali
dari bagaimana mendesain, merancang dan membuat perencanaan
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan kurikulum. Karenanya, perencanaan pembelajaran juga
kerap disebut sebagai kurikulum di tingkat kelas. Perbedaan antara kurikulum
dan pembelajaran lebih bersifat rentangan atau continuum, seperti yang
tergambar berikut ini.
Gambar 2. Bagan Kontinum Kurikulum dan Pengajaran
Ada tiga komponen pokok dalam pembelajaran, yaitu: (1) guru, (2)
siswa, dan (3) perencanaan. Guru adalah pelaku pembelajaran dan sekaligus
faktor yang terpenting. Di tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan
pembelajaran. Komponen guru tidak dapat dimanipulasi oleh komponen lain,
dan sebaliknya guru dapat mampu memanipulasi komponen lain menjadi
bervariasi. Siswa merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar
Umum-jangka panjang Khusus-jangka pendek
KURIKULUM PENGAJARAN
Page 40 of 91
mengajar untuk mencapai satu atau serangkaian tujuan belajar. Komponen
siswa ini dapat dimodifikasi oleh guru. Perencanaan adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan pembelajaran baik berupa isi pesan, atau cara
menyampaikan pesan. Untuk itu komponen perencanaan ini berisi tujuan,
bahan pelajaran, metode yang digunakan,model pembelajaran,pendekatan
yang digunakan, media pembelajaran, dan alat evaluasi.
Sasaran akhir perencanaan adalah untuk memudahkan siswa belajar.
Memecahkan masalah belajar siswa. Siswa memperoleh pengetahuan yang
dibutuhkan, mencapai kompetensi dan tuntas dalam belajarnya. Perencanaan
pembelajaran mencakup semua variabel yang mempengaruhi belajar. Inti
perencanan pembelajaran adalah menetapkan strategi pembelajaran yang
optimal bagi pencapaian tujuan pembelajaran.
Fungsi perencanaan pembelajaran berkaitan dengan komponen-
komponen berikut yang mengarah pada tujuan pembelajaran.
a. Apakah bentuk, model, pola, konstruksi pembelajaran sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan?
b. Apakah komponen materi yang di rencanakan tersebut sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan?
c. Apakah fasilitas yang digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan?
d. Apakah guru sebagai perancang pembelajaran dapat/mampu melaksanakan
dan berfungsi untuk mencapai tujuan yang telah ditapkan?
Perencanaan pembelajaran hendaknya dipandang sebagai suatu alat
yang dapat membantu para guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
sebagai pengajar, serta mencapai tujuan pembelajaran secara lebih efektif dan
efisien. Dengan perencanaan yang matang seorang guru akan lebih sistematis
dan lebih mudah dalam memantau dan mengontrol pelaksanaan proses
pembelajaran dan pencapaian tujuan. Guru yang mengajar tanpa perencanaan
pembelajaran yang matang maka sudah dapat dipastikan hasilnya tidak akan
memuaskan dan tidak akan dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran merupakan langkah pertama yang
Page 41 of 91
harus dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai
pengelola pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran dapat membantu guru dalam proses
pembelajaran, akan tetapi perencanaan pembelajaran tersebut harus dapat
diimplementasikan secara terpadu dan dikombinasikan secara harmonis pula
dengan kegiatan lainya seperti pengawasan dan evaluasi pelaksanaan
pembelajaran.. Perencanaan pembelajaran sebagai alat perlu didampingi
dengan pengetahuan dan kemampuan guru secara tepat dalam situasi
kepemimpinan pendidikan yang baik.
Berdasarkan uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa fungsi
perencanaan pembelajaran adalah sebagai alat untuk membentuk, mempola,
membuat model, dan mengkonstruksi proses pembelajaran agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Sasaran akhir perencanaan pembelajaran adalah
memudahkan belajar siswa. Bukan untuk mempersulit belajar siswa. Untuk
mendapatkan fungsi di atas, perencanaan pembelajaran harus mencakup
semua variabel yang mempengaruhi belajar, walaupum inti perencanaan
pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal bagi
pencapaian tujuan.
2. Langkah-Langkah Perencanaan Pembelajaran
Pada subbab ini Anda akan dibekali dengan langkah-langkah perencanaan
pembelajaran. Hal ini untuk membekali Anda dalam membuat silabus dan RPP
pada unit berikutnya. Langkah-langkah perencanaan pembelajaran, yaitu: (1)
menganalisis tujuan dan karakter mata pelajaran, (2) menganalisis sumber belajar
dan kendala-kendalanya, (3) menganalisis karakter siswa, (4) menetapkan tujuan
dan isi pembelajaran, (5) menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran,
(6) menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, (7) menetapkan strategi
pengolahan pembelajaran, dan (8) mengembangkan prosedur pengukuran hasil
belajar.
Page 42 of 91
Mari kita kaji tentang langkah-langkah dalam merencanakan
pembelajaran. Namun sebelumnya, kerjakanlah terlebih dahulu latihan di bawah
ini:
Latihan Apa yang dimaksud bahwa seorang guru jika akan melakukan perencanaanpembelajaran harus melakukan analisis: tujuan, karakter mata pelajaran,karakter siswa, strategi belajar, isi pembelajaran, dan pengukuran? MenurutAnda, bagaimanakah langkah-langkah yang baik dalam menyusun perencanaan pembelajaran ?
Setelah Anda mengerjakan latihan di atas coba Anda cocokkan latihan
yang telah dibuat dengan langkah-langkah perencanaan berikut ini.
Langkah- langkah dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Analisis Tujuan dan Karakter Mata Pelajaran
Tahapan awal dalam proses desain pembelajaran adalah
merumuskan dan menulis tujuan-tujuan pembelajaran. Tujuan merupakan
sesuatu yang sangat esensial baik dalam perencanaan maupun dalam
rangka penilaian pembelajaran. Dalam perencanaan, tujuan memberikan
panduan dalam memilih isi mata ajaran, menata urutan topiktopik,
mengalokasikan waktu, memilih alat bantu dan prosedur pengajaran, serta
menetapkan ukuran atau standar untuk mengukur prestasi belajar siswa.
Tujuan juga sekaligus merupakan kriteria untuk menilai mutu dan efisiensi
pengajaran. Karena itu, tujuan pengajaran harus dirumuskan secara jelas,
tepat, tidak boleh samar-samar, atau meragukan.
Tujuan pengajaran adalah suatu deskripsi mengenai perilaku yang
diharapkan dapat dicapai oleh siswa setelah kegiatan pembelajaran
berlangsung. Tujuan belajar merupakan cara yang akurat untuk
menentukan hasil pengajaran. Antara tujuan pengajaran (instructional
Page 43 of 91
goal) dan tujuan belajar (learning objectives) memang ada perbedaan,
tetapi keduanya memiliki hubungan yang sangat erat.
Konsep pengajaran yang dikemukakan oleh Mager
menitikberatkan pada perilaku siswa atau perbuatan (performannce)
sebagai suatu jenis output yang terdapat pada siswa, yang dapat diamati
dan dapat menunjukkan bahwa siswa tersebut telah melakukan kegiatan
belajar (Lise, 2008). Artinya, jika siswa tidak dapat mempertunjukkan
tingkah laku tertentu sebelum dia belajar, dan kemudian dia dapat
mempertunjukkannya, maka berarti siswa telah menempuh proses
pengajaran dengan baik. Dengan kata lain, proses pengajaran tersebut telah
memberikan dampak tertentu pada tingkah laku siswa tersebut.
Persoalannya, apakah tingkah laku yang dipertunjukkan siswa itu sesuai
dengan tingkah laku yang diharapkan? Kita dapat mempertimbangkan hal
tersebut, jika kita berpegang pada perangkat standar atau kriteria.
Berdasarkan kriteria tersebut, kita dapat membandingkan antara perilaku
nyata siswa dengan perilaku yang diharapkan (yang dirumuskan dalam
bentuk tujuan perilaku). Jika siswa tidak menampakkan perilaku yang
sesuai dengan tujuan, maka siswa tersebut dapat dikatakan tidak
melakukan perbuatan belajar.
Menurut Mager (Lise, 2008) tujuan pembelajaran seharusnya
mengandung tiga komponen utama yakni sebagai berikut:
1) Perilaku (behavior): spesifikasi dari apa yang akan diamati dan diukur.
2) Standar: patokan atau tolok ukur dampak belajar.3) Kondisi luar (exsternal condition): perilaku yang diperoleh benar-
benar disebabkan oleh kegiatan belajar, dan bukan disebabkan oleh hal lain.
Tujuan pengajaran merupakan dasar atau tolok ukur untuk
mengukur hasil pengajaran. Karena itu, rumusan tujuan harus mengandung
empat komponen. Komponen yang keempat adalah deskripsi tentang cara
mengukur perilaku siswa. Deskripsi ini mungkin dalam bentuk perilaku
yang dapat diamati/diukur secara langsung atau tidak langsung. Misalnya,
Page 44 of 91
keterampilan menyepak bola adalah perilaku yang dapat diamati/diukur
secara langsung, sedangkan sikap siswa terhadap warga dari suku bangsa
lain adalah perilaku yang tak dapat diamati/diukur secara langsung. Untuk
mengukur kedua jenis perilaku ini diperlukan alat ukur yang berbeda.
Keterampilan menyepak bola dapat dinilai dengan menggunakan tes
tindakan, sedangkan sikap siswa diukur dengan skala sikap atau dengan
kuesioner.
Dengan demikian, keempat komponen perumusan tujuan perilaku
tadi perlu dilukiskan dalam format, yang meliputi komponen-komponen
sebagai berikut.
a. Kondisi-kondisi eksternal yang perlu
b. Unjuk kerja yang diharapkan
c. Standar atau kriteria
d. Instrumen evaluasi.
2) Analisis Sumber BelajarSumber belajar adalah suatu daya yang dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan proses belajar mengajar, baik langsung ataupun tidak, baik
sebagian ataupun secara keseluruhan Sumber merupakan suatu sistem atau
perangkat materi yang sengaja diciptakan atau disiapkan dengan maksud
mempermudah dan memicu siswa belajar.
Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan dalam usaha memilih
media pembelajaran. Pertama, dengan cara memilih media yang telah
tersedia di pasaran yang dapat dibeli guru dan langsung dapat digunakan
dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini sudah tentu membutuhkan
biaya untuk membelinya. Padahal, belum tentu media itu cocok untuk
digunakan sebagai bahan dan kegiatan belajar siswa. Kedua, memilih
berdasarkan kebutuhan nyata yang telah direncanakan, khususnya yang
berkenaan dengan tujuan dan bahan pelajaran yang hendak disampaikan.
Dewasa ini, pendekatan kedua ini banyak digunakan oleh guru-guru, yakni
dengan mempertimbangkan bahan pembelajaran yang akan disampaikan,
serta kegiatan-kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Kecocokan
Page 45 of 91
terhadap kedua hal ini menjadi dasar pertimbangan apakah satu media
dipilih atau tidak dipilih. Dalam hubungan ini berlaku prinsip ”selection
by rejection”. Guru hanya memilih media pembelajaran yang bermanfaat
dan tidak memilih media yang tak terpakai. Di samping itu, segi ekonomis
dan hambatan-hambatan praktis yang mungkin dihadapi oleh siswa dan
guru juga menjadi dasar pertimbangan. Faktor lain adalah efektivitas
komunikasi dalam kaitannya dengan siswa serta bahan pembelajaran dan
tujuan yang hendak dicapai.
Ada beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan
dalam proses pembelajaran.
a. Media grafis, seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster,
kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media dua
dimensi yakni media yang mempuyai ukuran panjang dan lebar.
b. Media tiga dimensi, dalam bentuk model seperti model padat, model
penampang, model susun, model kerja, muck up, diorama dan lain-lain.
c. Media proyeksi, seperti slide, filmstrip, film, penggunaan OHP, dan
lain-lain.
d. Penggunaan lingkungan sebagai media pendidikan.
Penggunaan media hendaknya tidak hanya dilihat atau dinilai dari
segi kecanggihan, tetapi yang lebih penting lagi dari segi fungsi dan
peranannya untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran. Penggunaan
media pendidikan sebagai alat komunikasi khususnya dalam hubungannya
dengan proses belajar mengajar, hendaknya didasarkan pada kriteria
pemilihan yang objektif. Sebab, penggunaan media pendidikan tidak
sekedar menampilkan program pengajaran ke dalam kelas, tetapi juga
harus dikaitkan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, strategi
kegiatan belajar mengajar, dan bahan yang akan disampaikan. Jadi, faktor-
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media pendidikan
adalah relevansi, kelayakan, dan kemudahan penggunaannya.
Page 46 of 91
3) Analisis Karakteristik Siswa
Agar dapat merencanakan pembelajaran dengan baik, kita sebagai
guru hendaknya memahami kondisi individu siswa, semangat/motivasi
belajar, dan perbedaan karakter siswa secara umum. Pada hakikatnya
setiap individu adalah satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik, yang
berbeda satu dengan yang lainnya.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari aspek horizontal dan vertika.
Perbedaan individu yang bersifat horizontal menyang-kut aspek psikologis
yang berkaitan dengan tingkat kecerdasan, bakat, minat, ingatan, emosi,
dan seebagainya. Perbedaan vertikal adalah perbedaan invidu dari aspek
fisiologis yang meliputi bentuk badan, tinggi, berat, kekuatan, kesehatan,
dan sebagainya. Masing-masing aspek individu tersebut besar
pengaruhnya terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar.
Perbedaan individual disebabkan oleh dua faktor, yaitu keturunan
atau bawaan kelahiran, dan faktor pengaruh lingkungan. Kedua faktor
ini memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
siswa. Bisa jadi salah satu faktor ada yang lebih dominan. Namun,
kedua faktor tersebut masing-masing berpengaruh, sehingga tidak ada
dua individu yang sama. Perbedaan individual tersebut terdiri dari
berbagai jenis dan aspek diri yang masing-masing individu mempunyai
ciri-ciri atau karakteristik tertentu.
a. Kecerdasan
Masing-masing siswa mempunyai tingkat kecerdasan yang berbeda.
Siswa yang kurang cerdas menunjukkan ciri-ciri belajar yang lebih
lamban, memerlukan banyak latihan dan membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk maju, serta tidak mampu untuk melakukan abstraksi.
Siswa yang memiliki kecerdasan yang tinggi umumnya memiliki
perhatian yang lebih baik, belajar lebih cepat, tidak banyak
membutuhkan latihan, mampu mengerjakan tugas dalam waktu yang
Page 47 of 91
lebih singkat, serta mampu menarik kesimpulan dan melakukan
abstraksi.
b. Bakat (aptitude)
Bakat mempengaruhi perkembangan individu. Untuk mengetahui bakat
diperlukan tes bakat. Bakat di sini turut menentukan perbedaan hasil
belajar, sikap, minat, dan lain sebagainya.
c. Keadaan jasmani
Perbedaan jasmani setiap siswa terlatak pada struktur badan (tinggi,
berat, dan koordinasi anggota badan), cacat badan (gangguan telinga,
penglihatan, sakit menahun, mudah pusing, dan seterusnya), dan
gangguan penyakit tertentu. Keadaan jasmani seorang siswa dapat
mempengaruhi efisiensi dan kegairahan belajar, mudah lelah, serta
kurang berminat melakukan berbagai kegiatan. Semuanya itu akan
mempengaruhi hasil belajar siswa.
d. Kondisi sosial dan emosional
Keadaan sosial dan emosi individu berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Berbagai sikap sosial dan emosional, adalah pendiam,
pemberang, pemalu, pemberani, mudah bereaksi, senang bekerjasama,
suka mengasingkan diri, mudah terpengaruh, sensitif, suka
menggantungkan diri pada orang lain, dan sebagainya. Perilaku social
emosional ini dapat berubah sesuai situasi dan kondisi di sekitarnya.
Keadaan seperti demikian besar sekali pengaruhnya terhadap
keberhasilan belajar siswa.
e. Keadaan keluarga
Keadaan keluarga besar sekali pengaruhnya terhadap karakteristik
individu. Pengaruh keluarga terwujud dalam pengalaman, sikap,
apresiasi, minat, ekonomi, cara berkomunikasi, kebiasaan berbicara,
hubungan kerja sama, pola pikir, dan sebagainya. Perbedaan dalam hal-
hal tersebut akan mempengaruhi perilaku siswa belajar di sekolah.
Page 48 of 91
f. Prestasi belajar
Perbedaan prestasi hasil belajar di kalangan para siswa disebabkan
karena faktor-faktor kematangan, latar belakang pribadi, sikap dan bakat
terhadap pelajaran, jenis mata pelajaran yang diberikan, dan sebagainya.
4) Menetapkan Tujuan dan Isi Pembelajaran
Kunci untuk menetapkan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa,
mata ajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan
apa yang hendak dicapai, dikembangkan, dan diapresiasikan. Berdasarkan mata
ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil
pembelajaran yang diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para
siswa, dan kita sebagai guru harus mampu memilih dan merumuskan tujuan-
tujuan pembelajaran yang bermakna dan terukur.
Tujuan adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan yang
diinginkan. Di dalamnya terkandung target pembelajaran dan dasar penyediaan
pengalaman belajar. Untuk merumuskan tujuan pembelajaran kita harus
mengambil suatu rumusan tujuan dan menentukan perilaku siswa yang secara
spesifik mengacu pada tujuan tersebut. Perilaku yang spesifik harus dapat diamati
oleh guru melalui perilaku yang ditunjukkan siswa, misalnya membaca lisan,
menulis karangan. Untuk mengoperasionalkan tujuan, suatu perilaku harus
didefinisikan di mana guru dapat mengamati dan menentukan kemajuan siswa
sehubungan dengan tujuan tersebut.
Suatu tujuan pembelajaran seyogyanya memenuhi kriteria sebagai berikut.
a. Menyediakan situasi/kondisi untuk belajar, misalnya dalam situasi
bermain peran.
b. Mendefinisikan perilaku siswa dalam bentuk yang dapat diukur dan dapat
diamati.
c. Menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki, misalnya siswa
dapat mewarnai dan memberi label pada sekurang-kurangnya tiga gunung
utama di pulau Jawa.
Page 49 of 91
5) Menetapkan Strategi Pengorganisasian Isi Pembelajaran.
Untuk mengorganisasikan isi pembelajaran dengan baik, kita harus
memahami substansi materi yang akan diajarkan, termasuk aspek-aspek materi
dan kriteria pemilihan materi.
1. Aspek-aspek materi
Dalam materi pelajaran terdapat konsep fakta, proses, nilai, ketrampilan, serta
masalah-masalah yang ada kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Istilah-
istilah tersebut memiliki makna sebagai berikut.
a. Konsep adalah suatu ide atau gagasan atau suatu pengertian yang umum,
misalnya sumber kekayaan alam yang dapat di perbarui.
b. Prinsip adalah suatu kebenaran dasar sebagai titik tolak untuk berpikir atau
merupakan suatu petunjuk untuk berbuat/melaksanakan sesuatu.
c. Fakta adalah sesuatu yang telah terjadi atau yang telah dikerjakan/dialami.
Mungkin berupa hal, objek, atau keadaan. Jadi, bukan suatu yang
diinginkan, pendapat, atau teori. Contoh: Proklamsi Kemerdekaan RI
adalah tanggal 17 Agustus 1945.
d. Proses adalah serangkaian perubahan, gerakan-gerakan perkembangan.
Suatu proses dapat terjadi secara disadari atau tidak disadari. Proses dapat
juga sebagai cara untuk melaksanakan kegiatan operasional (misalnya di
pabrik) atau proses pembuatan warna pada daun yang kena hama wereng
dan sebagainya.
e. Nilai adalah suatu pola, ukuran, tipe, atau model. Umumnya, nilai bertalian
dengan pengakuan atau kebenaran yang bersifat umum, tentang baik atau
buruk, misalnya: hukum jual beli, hukum koperasi unit desa, Bimas, dan
sebagainya.
f. Keterampilan adalah kemampuan berbuat sesuatu dengan baik. Berbuat
dapat berarti secara jasmaniah (menulis, berbicara dan sebagainya) dan
dapat juga berarti rohaniah (membedakan, menganalisis dan sebagainya).
Page 50 of 91
Biasanya kedua aspek tersebut tidak terlepas satu sama lain, kendatipun
tidak selalu demikian adanya.
2. Kriteria pemilihan materi pelajaran
Pemilihan materi pelajaran harus sejalan dengan ukuran-ukuran (kriteria)
yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi. Inilah beberapa kriteria
yang perlu dipertimbangkan dalam memilih materi pelajaran.
a. Kriteria tujuan instruksional, artinya materi yang dipilih sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
b. Materi pelajaran supaya terjabar, maksudnya materi pelajaran dirinci
berdasarkan tuntutan setiap tujuan pembelajaran.
c. Relevan dengan kebutuhan siswa, yakni materi pelajaran yang dipilih
mengarah pada pengembangan potensi siswa (pengetahuan, sikap, nilai dan
keterampilan) secara utuh.
d. Sesuai dengan kondisi masyarakat, yaitu materi pelajaran yang dipilih
hendaknya dapat membantu siswa memperoleh pengalaman edukatif yang
bermakna bagi perkembangan mereka menjadi manusia mandiri dan adaptif
atau mampu menyesuaikan diri.
e. Mengandung nilai-nilai etik, yakni materi pelajaran yang dipilih hendaknya
sesuai dengan perkembangan moral siswa. Pengetahuan dan keterampilan
diperoleh siswa memungkinkan mereka untuk mengembangkan dirinya sebagai
manusia yang memiliki etika yang sesuai dengan sistem nilai dan norma-norma
yang berlaku di masyarakat.
f. Tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematis dan logis.
Maksudnya, materi pelajaran disusun secara utuh dan menyeluruh, terbatas
ruang lingkupnya dan terpusat pada satu topik masalah tertentu. Materi disusun
secara runtut dengan mempertimbangkan faktor psikis siswa. Dengan cara ini
diharapkan isi materi tersebut akan lebih mudah diserap oleh siswa.
g. Bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru yang ahli, dan
masyarakat. Penataan tujuan/isi sebenarnya bagian kegiatan guru untuk dapat
menentukan konsep esensial. Tidak mungkin seorang guru akan mengajarkan
Page 51 of 91
semua hal yang ada dalam buku. Materi yang ada dalam buku akan dipilih
mana yang paling penting dibicarakan, atau materi apa yang akan diajarkan
(what to teach), yang akan diikuti dengan pemikiran bagaimana cara
mengajarkannya (how to teach).
Jadi, konsep esensial adalah pokok-pokok pengertian yang dikandung
dalam suatu kurikulum pembelajaran atau topik pelajaran (Chamisijatin, dkk.,
1999). Arief (1989) dalam (Lise, 2008) mendefinisikan konsep materi dengan
pengertian-pengertian pokok dari materi pelajaran yang akan dimiliki siswa.
Blough dan Schwarts (1984) dalam (Lise, 2008) menyarankan dalam seleksi
konsep esensial yaitu isi (content) yang meliputi fakta, konsep, prinsip dan
metode, menyatu dalam satu pertimbangan (tujuan) seleksi. Seleksi konsep dari
materi pembelajaran dapat dilakukan atas dasar tujuan yang ditentukan, latar
belakang dan perkembangan siswa, lingkungan
global dan lokal, tren atau kecenderungan perkembanagn ilmu pengetahuan, isi
dari berbagai disiplin ilmu, dan keseluruhan program sekolah.
Untuk mendapatkan ini dapat dilakukan dengan cara mengaitkan isi materi
dalam satu pokok bahasan atau materi pelajaran. Apabila materi atau isi-isi bidang
studi itu terkait, maka akan terlihat kebermaknaannya yang menyebabkan siswa
memiliki retensi yang lebih baik dan lebih lama terhadap apa yang dipelajari.
Kebermaknaan ini, menurut Degeng (1997) dalam (Lise, 2008) dapat dilakukan
dengan membuat sequencing.
Sequencing menaruh perhatian pada penataan urutan dalam penyampaian
isi-isi atau topik-topik yang dipelajari. Sequencing ini penting karena akan
menunjukkan urutan-urutan yang perlu diikuti dalam mempelajari isi-isi suatu
bidang studi, karena pada dasarnya semua isi bidang studi mempunyai prasyarat
belajar. Apabila tidak ada kaitan bab-per-bab, maka siswa cenderung hanya
memberi perhatian pada isi setiap bab secara terpisah, sehingga mudah sekali
terjadi interferensi dalam ingatan mereka. Selanjutnya, Degeng (1997) dalam
(Lise, 2008) juga menyarankan dengan synthesizing, yaitu suatu cara yang
menaruh perhatian pada pembuatan struktur yang dapat menunjukkan keterkaitan
isi-isi tersebut. Pada prinsipnya strategi pembelajaran konstruktivisme dilakukan
Page 52 of 91
dengan menyajikan isi yang menekankan pada penggunaan pengetahuan secara
bermakna mengikuti urutan dari keseluruhan ke bagian (Degeng dan Suharjono,
1997).
Salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan secara bermakna
mengikuti urutan dari keseluruhan ke bagian tesebut dapat digunakan dengan peta
konsep. Peta konsep adalah suatu konsep yang disajikan berupa kaiatan-kaitan
yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi. Menurut Rustaman
konsep-konsep tersebut dikait-kaitkan dengan kata-kata tertentu sehingga
mengandung pengertian yang bermakna (Lise, 2008). Misalnya, konsep tumbuhan
dan organisme, proposisinya adalah itu, sehingga kaitannya menjadi: tumbuhan
itu organisme. Konsep organisme dan energinya proposisinya adalah
membutuhkan, kaitannya menjadi: organisme membutuhkan energi.
6) Menetapkan Strategi Penyampaian Pembelajaran
Para pakar teori belajar mengembangkan startegi pembelajaran
berdasarkan pandangannya masing-masing. Paling tidak ada empat strategi
pembelajaran yang perlu diketahui oleh guru/calon guru. Keempatnya ialah
pembelajaran penerimaan, pembelajaran penemuan, pembelajaran penguasaan,
dan pembelajaran terpadu.
1. Pembelajaran penerimaan (reception learning)
Pendukung utama pendekatan ini adalah Ausubel. Pendekatan ini dapat disebut
dengan proses informasi. Langkah-langkahnya, sebagai berikut.
a. Penerimaan terhadap prinsip-prinsip umum, aturan-aturan, serta ilustrasi
khusus.
b. Pemahamn terhadap prinsip umum. Pengujian dilakukan dengan tes yang
menuntut pernyataan ulang mengenai prinsip-prinsip dan contoh-contoh
yang telah diberikan.
c. Partikularisasi, yaitu penerapan prinsip umum ke dalam situasi/keadaan
tertentu.
Page 53 of 91
d. Tindakan, yakni gerakan dari suasana kognitif dan proses simbol ke
suasana perbuatan/tindakan.
Pendekatan pembelajaran ini dikembangkan menjadi strategi ekspositoris,
dengan langkah-langkah pokok sebagai berikut.
a. Penyajian informasi yang diberikan melalui penjelasan simbolik atau
demonstrasi yang praktis.
b. Mengetes penerimaan, ungkapan, dan pemahaman siswa. Bila perlu
mengulangi kembali pesan/informasi tersebut.
c. Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk menerapkan prinsip umum
sebagai latihan dan contoh tertentu. Menguji apakah penerapannya sudah betul
atau belum. Jika perlu berikan contoh untuk periksa, sehingga diperoleh
perilaku yang betul.
d. Menyediakan berbagai kesempatan bagi siswa untuk menerapkan informasi
yang telah dipelajari ke dalam situasi senyatanya.
2. Pembelajaran Penemuan (discovery learning)
Pendukung utama pendekatan ini adalah Piaget dan Bruner, penganut
psikologi kognitif dan humanistik. Belajar penemuan dapat juga disebut ”Proses
Pengalaman” Langkah-langkah proses belajar pengalaman adalah sebagai berikut.
a. Tindakan dalam instansi tertentu. Siswa melakukan tindakan dan mengamati
pengaruh-pengaruhnya. Pengaruh-pengaruh tersebut mungkin sebagai
ganjaran atau hukuman (operant conditioning), atau mungkin memberikan
keterangan mengenai hubungan sebab akibat.
b. Pemahaman kasus tertentu. Jika keadaan yang sama muncul kembali, maka
siswa dapat mengantisipasi pengaruh yang bakal terjadi, dan konsekuensi-
konsekuensi yang akan terasakan.
c. Generalisasi. Siswa membuat kesimpulan atas prinsip-prinsip umum
berdasarkan pemahaman terhadap instansi tersebut.
d. Tindakan dalam suasana baru. Siswa menerapkan prinsip dan mengantisipasi
pengaruhnya. Pendekatan pembelajaran penemuan dikembangkan menjadi
strategi inquirydiscovery.
Page 54 of 91
Langkah-langkah pokok strategi ini ialah sebagai berikut:
a. Menyajikan pelbagai kesempatan bagi siswa untuk melakukan
tindakan/perbuatan dan mengamati konsekuensi dari tindakan tersebut.
b. Menguji pemahaman siswa mengenai hubungan sebab akibat dengan cara
mempertanyakan atau mengamati reaksi-reaksi siswa, selanjutnya menyajikan
kesempatan-kesempatan lainnya.
c. Mempertanyakan atau mengamati kegiatan selanjutnya, serta menguji susunan
prinsip umum yang mendasari masalah yang disajikan itu.
d. Penyajian berbagai kesempatan baru guna menerapkan hal yang baru saja
dipelajari ke dalam situasi atau masalah-masalah yang nyata.
3. Pembelajaran penguasaan (mastery learning).
Pendukung utama pendekatan ini adalah Carrol, yang memadukan teori
behavioristik. Belajar tuntas adalah strategi pembelajaran yang
diindividualisasikan dengan mengguanakan pendekatan kelompok (group-based
approach). Pendekatan ini memungkinkan para siswa belajar bersama-sama
dengan memperhatikan bakat dan ketekunan mereka, pemberian waktu yang
cukup, dan bantuan bagi yang mengalami kesulitan.
Langkah-langkah umum yang harus di tempuh adalah sebagai berikut:
a. Mengajarkan satuan pelajaran pertama dengan mengguanakan metode
kelompok
b. Memberikan tes diagnostik untuk memeriksa kemajuan belajar siswa setelah
disampaikan satuan pelajaran tersebut. Hasil tes ini menunjukkan siswa yang
telah memenuhi kriteria dan yang belum.
c. Siswa yang telah memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan
diperkenankan menempuh pengajaran berikutnya, sedangkan bagi yang belum
diberikan kegiatan perbaikan.
d. Melakukan pemeriksaan akhir untuk mengetahui hasil belajar yang telah
dicapai siswa dalam jangka waktu tertentu.
Page 55 of 91
4. Pembelajaran terpadu (unit learning)
Pendekatan ini pada mulanya disebut metode proyek yang dikembangkan
oleh Dewey. Orang pertama yang menggunakan istilah unit adalah Morrison.
Pembelajaran terpadu (atau pengajaran unit) berpangkal pada teori psikologi
gestalt. Pembelajaran terpadu adalah suatu sistem pembelajaran yang bertitik tolak
dari suatu masalah atau proyek, yang dipelajari/dipecahkan oleh siswa secara
individu/kelompok dengan metode yang bervariasi, dengan bimbingan guru guna
mengembangkan pribadi siswa secara utuh dan terintegrasi.
Langkah-langkah umum pengembangan program unit adalah sebagai
berikut.
a. Menyusun sumber unit yang bertitik tolak dari topik atau masalah tertentu.
b. Menyusun unit pembelajaran, sebagai bagaian dari sumber unit yang
dirancang dengan pola tertentu.
c. Menyusun unit lesson dalam rangka melaksanakan unit pengajaran yang telah
dikembangkan.
d. Menyusun satuan pelajaran, yang akan dilaksanankan dalam prose belajar
mengajar harian.
Langkah-langkah melaksanakan pengajaran unit adalah sebagai berikut:
a. Mengorientasikan siswa pada masalah/topik yang akan dipelajari dalam kelas,
baik secara langsung maupun melalui media pembelajaran yang relevan.
b. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mencari dan mengumpulkan
informasi (kelompok atau individu) untuk memecahkan masalah.
c. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk menggunakan informasi tadi dalam
praktik penerapan di lapangan.
d. Mengadakan diskusi dan pembuatan laporan sebagai kegiatan kulminasi.
e. Melakukan evaluasi terhadap kemajuan belajar siswa, baik oleh guru, sendiri,
maupun kelompok.
f. Membicarakan tindak lanjut untuk kegiatan unit selanjutnya.
Page 56 of 91
7) Menetapkan Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Mengelola kelas merupakan fungsi guru sebagai manajer, karena pada
prinsipnya pembelajaran merupakan manajemen kelas. Manajemen artinya
penyelenggaraan atau pengurusan supaya yang dikelola dapat berjalan dengan
lancar, efektif, dan efesien. Sementara itu, manajer adalah pengorganisasi atau
pengelola. Pembelajaran di dalam kelas ada dua macam kegitan pokok yang harus
dilakukan guru secara bersama-sama, yaitu pengelolaan pembelajaran dan
pengelolaan kelas. Pengelolaan pembelajaran atau mengajar adalah menggerakkan
siswa untuk mencapai tujuan instruksional. Untuk mencapai tujuan instruksional
tersebut diperlukan desain instruknasional, dari pembuatan perencanaan,
penyajian materi, hingga penilaian. Sedangkan pengelolaan kelas adalah
menciptakan dan mempertahankan kondisi agar kegiatan mengajar dapat
berlangsung efektif dan efesien.
Pengelolaan kelas tidak langsung mencapai tujuan pembelajaran seperti
halnya pengelolaan pembelajaran, tetapi membuat kondisi supaya pengelolaan
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, sehingga tujuan pembelajaran
tercapai. Dengan demikian, kegiatan pengelolaan kelas tidak hanya dilakukan
pada permulaan pembelajaran, tetapi juga dapat di tengah-tengah dan di akhir
pembelajaran. Hal itu tergantung sekali dari dari permasalahan yang muncul.
Masalah pengelolaan pembelajaran misalnya berkaitan dengan: tujuan
pembelajaran yang tidak jelas, materi pelajaran terlalu mudah atau terlalu sulit,
media atau metode pembelajaran tidak sesuai, urutan materi tidak sistematis,
penilaian tidak jelas, dan lain sebagainya. Sedangkan contoh masalah pengelolaan
kelas adalah siswa mengantuk, siswa ramai, siswa tidak mengerjakan tugas, siswa
sering tidak masuk, siswa senang mengganggu teman, kursi banyak yang rusak,
ruang kelas kotor, dan masih banyak contoh lain.
Kelas merupakan satu kesatuan sekolah terkecil, yang terdiri atas
sekelompok siswa untuk mendapatkan pelajaran yang sama, dari guru yang sama,
dan pada waktu yang sama pula. Dengan demikian, kelas mempunyai ciri atau
karakteristik yang khusus dan spesifik, artinya setiap kelas akan mempunyai
Page 57 of 91
suasana atau kondisi yang berbeda. Untuk itu seorang guru harus dapat
memutuskan apa yang akan diperbuat dalam kelas tertentu untuk mengefektifkan
pembelajaran.
Secara garis besar pengelolaan kelas dapat digolongkan menjadi: (1)
pengorganisasian kelas, (2) aktivitas kelas, (3) pengendalian terhadap perilaku
yang menyimpang yang disebabkan oleh adanya permasalahan dalam kelas.
Sedangkan sumber permasalahan dalam kelas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
permasalahan yang bersumber dari manusia dan nonmanusia seperti tempat
belajar mengajar dan lingkungan sekitar. Sumber dari manusia dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Masalah individual
atau perorangan terjadi apabila tidak terpenuhi kebutuhan pribadi di dalam kelas.
Kebutuhan pribadi siswa antara lain untuk dapatnya diterima dalam kelompok
tersebut. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi maka munculah permasalahan
individu. Masalah kelompok akan muncul karena tidak terpenuhinya kebutuhan
dalam kelompok, sehingga mengakibatkan kelompok kelas menjadi frustasi dan
cemas. Keadaan itu ditunjukkan dengan adanya kelompok yang bersifat pasif,
acuh, tidak puas, dan belajarnya terganggu. Sebaliknya, bila kebutuhan kelompok
terpenuhi, maka akan berakibat anggotanya menjadi aktif, puas, bergairah, dan
belajar dengan baik.
Masalah organisasi dapat pula mempengaruhi perilaku siswa di dalam
kelas, dan mempengaruhi guru dalam melaksanakan tugasnya dalam mengelola
kelas. Organisasi lembaga pendidikan akan menjadikan masalah apabila
organisasi yang berlaku di lembaga pendidikan tidak dapat diterima siswa, baik
oleh semua maupun sebagian siswa. Organisasi sekolah biasanya terwujud dalam
peraturan dan kebijaksanaan lembaga pendidikan. Peraturan merupakan
penerapan kebijakan. Peraturan lembaga pendidikan dapat berupa peraturan
tertulis ataupun peraturan yang tidak tertulis. Karena peraturan lembaga
pendidikan dapat memberi sumbangan terhadap perilaku siswa, maka lembaga
pendidikan benar benar harus bijaksana dalam membuat peraturan dan kebijakan.
Page 58 of 91
BAB 5PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM
Kompetensi akhir : mendeskripsikan prinsip-prinsip pengembangan dalam kurikulum
Indikator :1. Menjelaskan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum2. Menyebutkan aksioma pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang esensial dalam
pengembangan program pendidikan. Sasaran yang dicapai bukanlah semata-mata
memproduksi bahan pelajaran, melainkan pada peningkatan kualitas pendidikan
pada umumnya dan kualitas pembelajaran pada khususnya. Para ahli kurikulum
memandang bahwa pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang
berkelanjutan.
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, di dalamnya
mencakup perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah
langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat
keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan
digunakan oleh guru dan siswa. Penerapan kurikulum atau biasa juga disebut
implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam
tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari
pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil
pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan,
dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Pada pengembangan kurikulum, di dalamnya
melibatkan banyak orang, seperti politikus, pengusaha, orang tua siswa, serta
unsur-unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan
kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hokum yang akan
menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan
prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru
menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi
Page 59 of 91
kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga banyak
ditemukan prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum.
Prinsip merupakan pedoman untuk mengarahkan kegiatan orang yang
bekerja dalam suatu lapangan tertentu. Prinsip-prinsip mengembangkan
kurikulum menurut Oliva adalah bersumber dari: a) data empiris; b) data
eksperimental; c) berupa keyakinan dan sikap masyarakat; dan d) akal sehat.
Masih menurut Oliva, bahwa prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
dapat dipandang sebagai whole truths (kebenaran umum), partial truths (sebagian
mengandung kebenaran) dan hipotesis (dugaan). Oliva mempergunakan istilah
aksioma untuk menyatakan prinsip sebagai suatu kebenaran yang “self evident”,
yang memberikan pedoman dan kerangka acuan dalam memecahkan masalah.
Aksioma tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perubahan pada hakekatnya tidak dapat dihindari dan selalu dibutuhkan,
karena dengan perubahan kehidupan menjadi tumbuh dan berkembang. Para
Pembina dan pengembang kurikulum turut memberi jawaban terhadap
perubahan yang terjadi di masyarakat.
2. Kurikulum bukan hanya mencerminkan keadaan zaman, tetapi merupakan
produk zaman. Meskipun kurikulum sering lambat mengikuti perkembangan
masyarakat, tetapi pada dasarnya mengandung transformasi. Kurikulum
menjawab tantangan, perubahan sosial dan diubah oleh penemuan psikologi,
dilihat secara filosofis dan kemajuan ilmu pengetahuan.
3. Kurikulum masa lampau dapat berlaku dan bersama dengan kurikulum baru.
Suatu pengembangan kurikulum dapat tumpang tindih untuk waktu yang
lama. Hal ini dalam sejarah kurikulum suatu tema kurikulum sering
merupakan suatu rekapitulasi.
4. Perubahan kurikulum merupakan hasil perubahan manusia. Oleh karena itu
perubahan kurikulum harus dimulai dari perubahan manusianya, yang meliputi
perubahan keyakinan, sikap, pengetahuan, keterampilan dan kemauan. Dengan
kata lain merubah faktor-faktor yang berinteraksi dalam pengembangan
kurikulum.
Page 60 of 91
5. Pengembangan kurikulum merupakan suatu hasil usaha yang dilakukan secara
kooperatif. Oliva melihat kerjasama dalam pengembangan kurikulum bukan
hanya mengutamakan konstruksi sejumlah bahan tetapi lebih merupakan
pertumbuhan individual para professional yang merupakan inti dalam
kerjasama ini.
6. Pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan suatu proses
pengambilan keputusan. Para perencana mengadakan pemilihan menentukan
prioritas meliputi pemilihan disiplin, pendapat yang berkembang, bobot,
metode dan organisasi.
7. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kontinu. Perencana
senantiasa berjuang mencari yang ideal, karena itu sehubungan record dan
catatan tentang kurikulum lama perlu disimpan.
8. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang komprehensif.
Pendekatan yang komprehensif menuntut penggunaan berbagai sumber, bukan
hanya personil, tapi juga biaya, tenaga dan motivasi perlu dikembangkan.
9. Pengembangan kurikulum lebih baik dilakukan secara sistematik bukan hal
yang coba-coba dan salah (trial and error). Pengembangan kurikulum lebih
berhasil jika menggunakan suatu model atau sistem pendekatan.
10. Pengembangan kurikulum mulai dari kurikulum yang ada, sebagaimana
mengajar dimulai dari mengidentifikasi murid.
Prinsip pengembangan kurikulum adalah:
1. Peningkatan keimanan, budi pekerti, dan penghayatan nilai-nilai budaya.
2. Keseimbangan etika,logika, estetika, dan kinestetika.
3. Penguatan integritas nasional.
4. Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi.
5. Pengembangan kecakapan hidup.
6. Pilar pendidikan.
7. Komprehensif dan berkesinambungan.
8. Belajar sepanjang hayat.
9. Diversifikasi pengembangan kurikulum.
Page 61 of 91
BAB 6
KURIKULUM 2013
Kompetensi akhir: membandingkan konsep kurikulum KTSP dengan 2013
Indikator:
1. Menjelaskan karakteristik kurikulum 2013
2. Menyebutkan tujuan kurikulum 2013
3. Membandingkan konsep KTSP dengan Kurikulum 2013
4. Mengembangkan pola pikir kurikulum 2013 dalam proses
pembelajaran
5. Menerapkan prinsip kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran
1. Karakteristik Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
1) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap dan
spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreatifitas, dan kerjasama dengan
kemampuan intelektual dan psikomotorik;
2) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana di mana peserta didik menerapkan apa
yang dipelajarinya di sekolah ke masayarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar;
3) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai
sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
5) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang
dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran;
6) Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing
elements) kompetensi dasar, di mana semua kompetensi dasar dan
proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang
dinyatakan dalam kompetensi inti.
Page 62 of 91
7) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar
matapelajaran dan jenjang pendidikan (horizontal dan vertikal).
2. Tujuan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga
negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir
sebagai berikut:
1) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran
berpusat pada peserta didik;
2) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi
pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-
lingkungan alam,sumber/media lainnya);
3) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring
(peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja
yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);
4) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif mencari
(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model
pembelajaran pendekatan sains);
5) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (tim);
6) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia;
7) Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan
(users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang
dimiliki setiap peserta didik;
8) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi
ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan
9) Pola pembelajaran pasif menjadi pola pembelajaran kritis.
Page 63 of 91
Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum
sebagai daftar matapelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah diubah sesuai dengan kurikulum satuan
pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan
tata kelola sebagai berikut:
1) Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang
bersifat kolaboratif;
2) Penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan
manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan
(educational leader); dan
3) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan
proses pembelajaran.
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan
materi yang relevan bagi peserta didik.
3. Prinsip-prinsip Kurikulum 2013
Sesuai Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip
pembelajaran yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Dari peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu;
2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis
aneka sumber belajar;
3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan
penggunaan pendekatan ilmiah;
4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis
kompetensi;
5) Dari pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu;
6) Dari pembelajaran yang menenkankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
7) Dari pembelajaran verbalisme menjadi keterampilan aplikatif;
8) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills)
dan keterampilan mental (softsiklls);
Page 64 of 91
9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan (ingarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo
mangun karso), dan mengembangkan krativitas peserta didik dalam
proses pembelajaran (tut wuri handayani);
11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah dan di
masyarakat;
12) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,
siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas;
13) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran;
14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya
peserta didik.
Terkait dengan prinsip di atas, dikembangkan standar proses yang
mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran.
4. Struktur Kurikulum 2013
Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta
didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai
kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti
menggunakan notasi sebagai berikut: 1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk
kompetensi inti sikap spiritual; 2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti
sikap sosial; 3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan. Uraian tentang
Kompetensi Inti untuk jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah untuk kelas 1
adalah sebagai berikut:
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
Page 65 of 91
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam
karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia
Latihan
1. Berdasarkan pola pikir Kurikulum 2013 di atas pola pikir manakah yang sudah
Anda laksanakan dan pola pikir manakah yang belum dilaksanakan?Apa
kendala yang dihadapi?
Page 66 of 91
BAB 7
PENGEMBANGAN DAN PROSEDUR PENGUKURAN HASIL
PEMBELAJARAN
Kompetensi akhir : Mengembangkan pengukuran hasil pembelajaran sesuai
prosedur
Indikator :
1. Menjelaskan definisi evaluasi pembelajaran2. Menyebutkan komponen sistem pembelajaran3. Memilih penilaian berdasarkan kompetensi
1. Evaluasi Hasil Belajar
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran diperlukan
pengukuran hasil pembelajaran. Untuk dapat melakukan hal itu dengan baik, kita
harus memahami beberapa hal yang terkait dengan bagaimana pengukuran hasil
pembelajaran tersebut dilakukan. Penilaian meliputi semua aspek batas belajar.
Menurut Schwartz dkk. Penilaian adalah suatu program untuk memberikan
pendapat dan penentuan arti atau faidah suatu pengalaman. Pengalaman adalah
pengalaman yang diperoleh berkat proses pendidikan, atau sebagai hasil belajar
siswa di sekolah. Pengalaman tersebut tanpak pada perubahan tingkah laku atau
pola keperibadian siswa. Dalam hal ini, penilaian adalah suatu upaya untuk
memeriksa sejauh mana siswa telah mengalami kemajuan atau tujuan belajar.
Evaluasi pembelajaran adalah evaluasi terhadap proses belajar mengajar.
Secara sistematik, evaluasi pembelajaran diarahkan pada komponen-komponen
sistem pembelajaran, yang mencakup: (1) komponen input, yakni perilaku awal
siswa, (2) komponen input instrumental, yakni kemampuan profesional
guru/tenaga kependidikan, (3) komponen kurikulum (program studi, metode,
media), (4) komponen administratif (alat, waktu, dana), (5) komponen proses,
yaitu prosedur pelaksanaan pembelajaran, serta (6) komponen output, yakni hasil
Page 67 of 91
pembelajaran yang menandai ketercapaian tujuan pembelajaran. Dalam hal ini
perhatian hanya ditujukan pada evaluasi terhadap komponen proses dalam
kaitannya dengan komponen input instrumental.
Sasaran evaluasi pembelajaran adalah untuk menjawab pertanyaan tentang
apa yang dinilai dalam sistem pembelajaran. Jawaban atas pertanyaan tersebut
berkenaan dengan hal-hal, objek, atau aspek-aspek penilaian pembelajaran.
Sehubungan dengan jawaban atas pertanyaan itu, ada empat hal pokok yang
menjadi sasaran evaluasi pembelajaran. Keempatnya mencakup: tujuan
pembelajaran, unsur dinamis pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan
pelaksanaan kurikulum. Keempat sasaran itu tampaknya berbeda satu dengan
yang lainnya, namun sangat erat kaitannya. Evaluasi terhadap suatu sasaran sering
kali tidak dapat dipisahkan secara tegas dari evaluasi terhadap sasaran lainnya.
Pendidikan berbasis kompetensi menekankan pada kemampuan yang harus
dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikaan. Perencanaan pembelajaran yang
dikembangkan diharapkan menggunakan strategi yang berkualitas dan waktu yang
cukup, artinya masing-masing siswa yang memiliki karakter dan kemampuan
berbeda dilayani sesuai dengan karakter dan kemampuannya. Implikasinya,
penilaian perlu menyediakan waktu yang cukup bagi setiap siswa untuk setiap unit
pengajaran.
Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik
(authentic assesment)yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara
utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan
kapasitas, gaya, dan perolehan belajar siswa atau bahkan mampu menghasilkan
dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant
effect) dari pembelajaran.
Hasil penilaian otentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan
program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan
konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik dapat digunakan sebagai bahan untuk
memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan.
Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dengan
menggunakan alat: angket, observasi, catatan anekdot, dan refleksi.
Page 68 of 91
Pengawasan proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan pemantauan,
supervisi, evaluasi, pelaporan, serta tindak lanjut secara berkala dan berkelanjutan.
Pengawasan proses pembelajaran dilakukan oleh kepala satuan pendidikan dan
pengawas.
1) Prinsip Pengawasan Pengawasan dilakukan dengan prinsip objektif dan
transparan guna peningkatan mutu secara berkelanjutan dan menetapkan
peringkat akreditasi.
2) Sistem dan Entitas Pengawasan Sistem pengawasan internal dilakukan oleh
kepala sekolah, pengawas, dinas pendidikan dan Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan.
a. Kepala Sekolah, Pengawas dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
melakukan pengawasan dalam rangka peningkatan mutu.
b. Kepala Sekolah dan Pengawas melakukan pengawasan dalam bentuk
supervisi akademik dan supervisi manajerial. Pengawasan yang dilakukan
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan diwujudkan dalam bentuk Evaluasi
Diri Sekolah.
3) Proses Pengawasan
a. Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Pemantauan dilakukan
melalui antara lain, diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan,
perekaman, wawancara, dan dokumentasi.
b. Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran yang dilakukan melalui
antara lain, pemberian contoh, diskusi, konsultasi, atau pelatihan.
c. Pelaporan Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses
pembelajaran disusun dalam bentuk laporan untuk kepentingan tindak lanjut
pengembangan keprofesionalan pendidik secara berkelanjutan.
d. Tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan dalam bentuk: 1)
penguatan dan penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerja
yang memenuhi atau melampaui standar; dan 2) pemberian kesempatan
kepada guru untuk mengikuti program pengembangan keprofesionalan
Page 69 of 91
berkelanjutan.
Menurut Mardapi (Lise,2008) pengembangan sistem penilaian berbasis
kompetensi dasar mencakup masalah berikut.
1. Penetapan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik.
2. Rencana pemberian tugas, kuis, dan ulangan harian dalam satu semester.
3. Proses penilaian yang meliputi: pemilihan dan pengembangan teknik
penilaian, sistem pencatatan, dan pengelolaan.
4. Proses analisis yang mencakup kegiatan analisis terhadap hasil penilaian.
5. Pencatatan dan pelaporan, yaitu pengelolaan sistem penilaian dan pembuatan
laporan.
Pengembangan sistem ujian hasil kegiatan pembelajaran berbasis
kemampuan dasar bersifat hierarkhis atau berurut, yaitu kompetensi inti,
kemampuan dasar, materi pembelajaran, indikator, dan penentuan soal ujian. Dari
sini dapat dilihat bahwa soal ujian dikembangkan dari indikator. Kompetensi inti
merupakan batas dan arah kemampuan yang harus dikuasai siswa. Selanjutnya,
kompetensi inti dijabarkan menjadi beberapa kemampuan dasar, yang merupakan
kemampuan minimal. Kemampuan dasar dijabarkan kembali menjadi sejumlah
indikator, yaitu adalah karakteristik, ciri-ciri, perbuatan, atau respon yang
ditunjukkan atau dilakukan oleh siswa berkaitan dengan kemampuan dasar.
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa soal ujian dikembangkan dari
indikator. Indikator ini menjadi pedoman penilaian tentang tingkat pencapaian
siswa. Dengan demikian, setiap soal ujian dapat ditelusuri indikatornya dan
kemudian kemampuan dasarnya. Indikator juga digunakan untuk mengembangkan
instrumen nontes, misalnya pengukuran minat, sikap, motivasi, dan sejenisnya.
2. Teknik dan Alat Evaluasi
Teknik, metode, atau alat evaluasi adalah segala macam cara atau prosedur
yang ditempuh untuk memperoleh keterangan atau data yang dipergunakan
sebagai bahan untuk melakukan penilaian. Teknik yang digunakan dalam
Page 70 of 91
penilaian akan sangat mempengaruhi kualitas hasil yang diperoleh.Teknik yang
salah akan mendapatkan data yang salah pula. Anak yang penakut, misalnya, diuji
dengan teknik ujian yang menyeramkan, maka ada kecenderungan hasil yang
diperolehnya jelek. Namun, apabila ujian dilakukan dengan teknik yang
menyenangkan dan mereka tidak sadar bila sedang diuji, maka secara alami akan
diperoleh hasil yang benar.
Contoh di atas menunjukkan bahwa masing-masing siswa memiliki ciri
tertentu, yang berakibat pada kesanggupan menempuh teknik evaluasi tertentu
pula. Mengingat evaluasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap
dari siswa, maka teknik pengujian yang dilakukan harus diupayakan selaras
dengan potensi siswa. Dengan demikian, dalam menilai guru tidak boleh
mengabaikan apa yang dilakukan siswa dalam kehidupan mereka di luar ruangan
kelas. Segala sesuatu yang dilakukan siswa di luar kelas merupakan sumber
informasi yang sangat berharga yang sampai sekarang belum banyak
dipergunakan sebagimana mestinya.
Pada dasarnya teknik atau metode penilaian dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu teknik atau metode tes dan teknik atau metode nontes.Tes hasil belajar dapat
digunakan secara individual ataupun kelompok, berbentuk verbal ataupun
tindakan, objektif ataupun esai, dilaksanakan secara tertulis ataupun lisan, secara
formal ataupun informal. Tes formal yaitu tes yang dilaksanakan secara formal,
yang biasanya terkesan kaku dan menegangkan, sedangkan tes informal adalah tes
yang dilaksanakan sesantai mungkin, dimana siswa merasakan seperti tidak dalam
suasana ujian. Tes ini dibuat ketika ingin mengetahui sesuatu tentang seorang
yang sesungguhnya. Cara terbaik membuat tes terasa menyenangkan bagi siswa
adalah dengan menjadikannya bagian dari kegiatan yang mereka nikmati.
Salah satu prinsip penilaian adalah menyeluruh dan berkesinambungan.
Menyeluruh mengandung arti bahwa penilaian mencakup segala aspek, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan demikian keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar tidak selalu dapat diukur secara kuantitatif dan objektif
serta afektif dan psikomotorik, tetapi juga mencakup sifat, sikap, kebiasaan
bekerja dengan baik, kerja sama, kerajinan, kejujuran, tanggung jawab, tenggang
Page 71 of 91
rasa, solidaritas, nasionalisme, pengabdian, keyakinan/optimistis, dan masih
banyak lagi. Alat-alat penilaian nontes ialah pengamatan, wawancara, angket,
pemberian tugas, membaca, menyimpulkan, meringkas, kliping, melakukan
penelitian, dan sikap.
Pengumpulan data tentang kinerja belajar siswa dinamakan teknik
portofolio. Sedangkan penilaian sikap, guru perlu membuat pedoman pengamatan
dengan menggunakan skala sikap.Karena pelaksanaannya seperti itu, teknik non
tes ini sering disebut juga sebagai observasi. Observasi memberi peluang untuk
melihat mahasiswa dalam konteks yang bermakna dan melakukan hal-hal yang
benar-benar berkaitan dengan hidup mereka. Sebagian besar tes super canggih
yang sekarang digunakan oleh para spesialis pembelajaran tidak ada hubungannya
dengan kenyataan pribadi seseorang. Seseorang didiagnosis lemah dalam
keterampilan ingatan/auditori, tetapi ia bisa menuturkan sebuah kisah panjang
yang diceritakan seseorang kepadanya seminggu lalu. Hal ini terjadi karena tes
yang digunakan melibatkan suku kata yang tidak bermakna atau angka acak-
kegiatan yang tidak mempunyai arti bagi seseorang.
Sesuai dengan prinsip-prinsip penilaian di atas, sebaiknya teknik tes dan
nontes dilakukan secara seimbang. Hal itu karena perwujudan hasil belajar itu
dapat beraneka ragam, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Selain itu,
karena manifestasi dari hasil belajar itu kadang-kadang timbul secara wajar dalam
tingkah laku siswa sehari-hari, kadang-kadang tidak akan diperoleh kalau tidak
dengan sengaja menciptakan suatu situasi yang dapat mendorong mereka untuk
mengungkapkan hasil belajar yang telah dicapainya. Apabila manifestasi hasil
belajar itu dapat timbul secara wajar dalam tingkah laku siswa sehari-hari, maka
teknik yang cocok adalah observasi. Tetapi, bila manifestasi hasil belajar harus
ditimbulkan dengan sengaja, maka teknik yang cocok adalah teknik tes.
Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme,
prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan
sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri,
Page 72 of 91
penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi,
ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut:
1. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif
untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output)
pembelajaran.
2. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik
secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang
telah ditetapkan.
3. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk
menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan
perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar kelas khususnya
pada sikap/perilaku dan keterampilan.
4. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran,
untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.
5. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk
menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi
Dasar (KD) atau lebih.
6. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8
– 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan tengah semester meliputi
seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.
7. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester.
Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua
KD pada semester tersebut.
8. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan
pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui
pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi
Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi
Page 73 of 91
tersebut.
9. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan
kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui
pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah
Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat
kompetensi tersebut.
10. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan pengukuran
kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka menilai
pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang dilaksanakan secara nasional.
11. Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian
kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan
pendidikan.
3. Prinsip dan Pendekatan Penilaian Berdasarkan Kurikulum 2013
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standardan tidak dipengaruhi
faktor subjektivitas penilai.
b. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana,
menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
c. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporannya.
d. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
e. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak
internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan
hasilnya.
f. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria
(PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang
didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan
Page 74 of 91
kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan
pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar
yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik.
4. Ruang Lingkup, Teknik, dan Instrumen Penilaian
Ruang Lingkup Penilaian Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara
berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap
peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk
pada ruang lingkup materi, kompetensi mata pelajaran/kompetensi
muatan/kompetensi program, dan proses.
Teknik dan Instrumen Penilaian Teknik dan instrumen yang digunakan
untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.
a. Penilaian kompetensi sikap Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap
melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation)
oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi,
penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala
penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa
catatan pendidik.
1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang
berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam
konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa
lembar penilaian diri.
3) Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara
meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian
kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian
antarpeserta didik.
Page 75 of 91
4) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi
informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta
didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.
b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan
penugasan.
1) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat,
benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi
pedoman penskoran.
2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. 3) Instrumen penugasan
berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu
atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
c. Penilaian Kompetensi Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi
tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.
Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale)
yang dilengkapi rubrik.
1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan
melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan
kompetensi.
2) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan
dalam waktu tertentu.
3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai
kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat
reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi,
dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya
tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian
peserta didik terhadap lingkungannya.
Page 76 of 91
Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan: 1) substansi yang
merepresentasikan kompetensi yang dinilai; 2) konstruksi yang memenuhi
persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan; dan 3)
penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
Mekanisme dan Prosedur Penilaian adalah sebagai berikut:
1) Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan, Pemerintah dan/atau lembaga
mandiri.
2) Penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk penilaian otentik, penilaian diri,
penilaian projek, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian
sekolah, dan ujian nasional.
(a) Penilaian otentik dilakukan oleh guru secara berkelanjutan.
(b) Penilaian diri dilakukan oleh peserta didik untuk tiap kali sebelum ulangan
harian.
(c) Penilaian projek dilakukan oleh pendidik untuk tiap akhir bab atau tema
pelajaran.
(d) Ulangan harian dilakukan oleh pendidik terintegrasi dengan proses
pembelajaran dalam bentuk ulangan atau penugasan.
(e) Ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester, dilakukan oleh
pendidik di bawah koordinasi satuan pendidikan.
(f) Ujian tingkat kompetensi dilakukan oleh satuan pendidikan pada akhir
kelas II (tingkat 1), kelas IV (tingkat 2), kelas VIII (tingkat 4), dan kelas
XI (tingkat 5), dengan menggunakan kisi-kisi yang disusun oleh
Pemerintah. Ujian tingkat kompetensi pada akhir kelas VI (tingkat 3),
kelas IX (tingkat 4A), dan kelas XII (tingkat 6) dilakukan melalui UN.
(g) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi dilakukan dengan metode survei oleh
Pemerintah pada akhir kelas II (tingkat 1), kelas IV (tingkat 2), kelas VIII
(tingkat 4), dan kelas XI (tingkat 5).
(h) Ujian sekolah dilakukan oleh satuan pendidikan sesuai dengan peraturan
Page 77 of 91
perundang-undangan
(i) Ujian Nasional dilakukan oleh Pemerintah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
3) Perencanaan ulangan harian dan pemberian projek oleh pendidik sesuai
dengan silabus dan dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP).
4) Kegiatan ujian sekolah/madrasah dilakukan dengan langkah-langkah: a.
menyusun kisi-kisi ujian; b. mengembangkan (menulis, menelaah, dan
merevisi) instrumen; c. melaksanakan ujian; d. mengolah (menyekor dan
menilai) dan menentukan kelulusan peserta didik; dan e. melaporkan dan
memanfaatkan hasil penilaian.
5) Ujian nasional dilaksanakan sesuai langkah-langkah yang diatur dalam
Prosedur Operasi Standar (POS).
6) Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan
ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus
mengikuti pembelajaran remedial.
7) Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan dilaporkan dalam bentuk
nilai dan deskripsi pencapaian kompetensi kepada orangtua dan pemerintah.
Pelaksanaan dan pelaporan penilaian dalam kurikulum 2013 dijabarkan
sebagai berikut:
1) Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Pendidik. Penilaian hasil belajar
oleh pendidik yang dilakukan secara berkesinambungan bertujuan untuk
memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk
meningkatkan efektivitas pembelajaran. Penilaian hasil belajar oleh pendidik
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a) Proses penilaian diawali dengan mengkaji silabus sebagai acuan dalam
membuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester. Setelah
menetapkan kriteria penilaian, pendidik memilih teknik penilaian sesuai
dengan indikator dan mengembangkan instrumen serta pedoman
penyekoran sesuai dengan teknik penilaian yang dipilih.
Page 78 of 91
b) Pelaksanaan penilaian dalam proses pembelajaran diawali dengan
penelusuran dan diakhiri dengan tes dan/atau nontes. Penelusuran
dilakukan dengan menggunakan teknik bertanya untuk mengeksplorasi
pengalaman belajar sesuai dengan kondisi dan tingkat kemampuan peserta
didik.
c) Penilaian pada pembelajaran tematik-terpadu dilakukan dengan mengacu
pada indikator dari Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran yang
diintegrasikan dalam tema tersebut.
d) Hasil penilaian oleh pendidik dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui
kemajuan dan kesulitan belajar, dikembalikan kepada peserta didik disertai
balikan (feedback) berupa komentar yang mendidik (penguatan) yang
dilaporkan kepada pihak terkait dan dimanfaatkan untuk perbaikan
pembelajaran.
e) Laporan hasil penilaian oleh pendidik berbentuk: 1) nilai dan/atau
deskripsi pencapaian kompetensi, untuk hasil penilaian kompetensi
pengetahuan dan keterampilan termasuk penilaian hasil pembelajaran
tematik-terpadu. 2) deskripsi sikap, untuk hasil penilaian kompetensi sikap
spiritual dan sikap sosial.
f) Laporan hasil penilaian oleh pendidik disampaikan kepada kepala
sekolah/madrasah dan pihak lain yang terkait (misal: wali kelas, guru
Bimbingan dan Konseling, dan orang tua/wali) pada periode yang
ditentukan.
g) Penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial dilakukan oleh semua
pendidik selama satu semester, hasilnya diakumulasi dan dinyatakan
dalam bentuk deskripsi kompetensi oleh wali kelas/guru kelas.
2) Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Satuan Pendidikan. Penilaian hasil
belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi
lulusan peserta didik yang meliputi kegiatan sebagai berikut:
a) menentukan kriteria minimal pencapaian Tingkat Kompetensi dengan
mengacu pada indikator Kompetensi Dasar tiap mata pelajaran;
b) mengoordinasikan ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
Page 79 of 91
semester, ulangan kenaikan kelas, ujian tingkat kompetensi, dan ujian
akhir sekolah/madrasah;
c) menyelenggarakan ujian sekolah/madrasah dan menentukan kelulusan
peserta didik dari ujian sekolah/madrasah sesuai dengan POS Ujian
Sekolah/Madrasah;
d) menentukan kriteria kenaikan kelas;
e) melaporkan hasil pencapaian kompetensi dan/atau tingkat kompetensi
kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk buku rapor;
f) melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada
dinas pendidikan kabupaten/kota dan instansi lain yang terkait;
g) melaporkan hasil ujian Tingkat Kompetensi kepada orangtua/wali peserta
didik dan dinas pendidikan.
h) menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan melalui rapat
dewan pendidik sesuai dengan kriteria: 1) menyelesaikan seluruh program
pembelajaran; 2) mencapai tingkat Kompetensi yang dipersyaratkan,
dengan ketentuan kompetensi sikap (spiritual dan sosial) termasuk
kategori baik dan kompetensi pengetahuan dan keterampilan minimal
sama dengan KKM yang telah ditetapkan; 3) lulus ujian akhir
sekolah/madrasah; dan 4) lulus Ujian Nasional.
i) menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) setiap
peserta didik bagi satuan pendidikan penyelenggara Ujian Nasional; dan
j) menerbitkan ijazah setiap peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan
bagi satuan pendidikan yang telah terakreditasi.
3) Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Pemerintah. Penilaian hasil belajar
oleh Pemerintah dilakukan melalui Ujian Nasional dan ujian mutu Tingkat
Kompetensi, dengan memperhatikan hal-hal berikut.
a) Ujian Nasional: (1) Penilaian hasil belajar dalam bentuk UN didukung
oleh suatu sistem yang menjamin mutu dan kerahasiaan soal serta
pelaksanaan yang aman, jujur, dan adil. (2) Hasil UN digunakan untuk:
(a) salah satu syarat kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan; (b)
salah satu pertimbangan dalam seleksi masuk ke jenjang pendidikan
Page 80 of 91
berikutnya; (c) pemetaan mutu; dan (d) pembinaan dan pemberian
bantuan untuk peningkatan mutu. (3) Dalam rangka standarisasi UN
diperlukan acuan berupa kisi-kisi bersifat nasional yang dikembangkan
oleh Pemerintah, sedangkan soalnya disusun oleh Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah dengan komposisi tertentu yang ditentukan
oleh Pemerintah. (4) Sebagai salah satu penentu kelulusan peserta didik
dari satuan pendidikan, kriteria kelulusan UN ditetapkan setiap tahun oleh
Pemerintah. (5) Dalam rangka penggunaan hasil UN untuk pemetaan
mutu program dan/atau satuan pendidikan, Pemerintah menganalisis dan
membuat peta daya serap UN dan menyampaikan hasilnya kepada pihak
yang berkepentingan.
b) Ujian Mutu Tingkat Kompetensi: (1) Ujian mutu Tingkat Kompetensi
dilakukan oleh Pemerintah pada seluruh satuan pendidikan yang bertujuan
untuk pemetaan dan penjaminan mutu pendidikan di suatu satuan
pendidikan. (2) Ujian mutu Tingkat Kompetensi dilakukan sebelum
peserta didik menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu, sehingga
hasilnya dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran. (3)
Instrumen, pelaksanaan, dan pelaporan ujian mutu Tingkat Kompetensi
mampu memberikan hasil yang komprehensif sebagaimana hasil studi lain
dalam skala internasional.
Contoh instrument penilaian dengan ratingscale:------------------------------------------------------------------------------------------------
Petunjuk : Beri Lingkaran pada angka yang sesuai untuk setiap kemampuan yang teramati pada waktu anak berpidato :
1 bila tidak pernah
2 bila jarang
3 bila kadang-kadang, dan
4 bila siswa selalu melakukan
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Nama : Rinjani
I. Ekspresi fisik (physical expression)
A. Berdiri tegak melihat pada penonton
1 2 3 4
B. Mengubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan yang
disajikan
1 2 3 4
Page 81 of 91
Contoh instrument penilaian dengan checklist:
Contoh format penyekoran tugas proyek
ASPEK KRITERIA DAN SKOR
3 2 1
PERSIAPAN Jika memuat tujuan, topik, alasan, tempat penelitian, responden, daftar pertanyaan dengan lengkap.
Jika memuat tujuan, topik, alasan, tempat penelitian, responden, daftar pertanyaan kurang lengkap.
Jika memuat tujuan, topik, alasan, tempat penelitian, responden, daftar pertanyaan tidak lengkap
PENGUMPULANDATA
Jika daftar pertanyaan dapat dilaksanakan semua dan data tercatat dengan rapi dan lengkap.
Jika daftar pertanyaan dapat dilaksanakan semua, tetapi data tidak tercatat dengan rapi dan lengkap.
Jika pertanyaan tidak terlaksana semua dan data tidak tercatat dengan rapi.
---------------------------------------------------------------------------------
Petunjuk: Beri tanda centang (v) dibelakang huruf di mana kemampuan siswa teramati pada waktu berpidato.
----------------------------------------------------------------------------------
Nama: Rinjani
I. Ekspresi fisik (physical expression)
----- A. Berdiri tegak melihat pada penonton
----- B. Merubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan pernyataan yang disajikan
----- C. Mata melihat kepada penonton
II. Ekspresi suara (vocal expression)
---- A. Berbicara dengan kata-kata yang jelas
---- B. Nada suaranya berubah-ubah sesuai pernyataan
yang ditekankan
---- C. Berbicara cukup keras untuk didengar penonton
III. Ekspresi verbal (verbal expression)
---- A. Memilih kata-kata yang tepat untuk menegaskan
arti
---- B. Tidak mengulang-ulang pernyataan
---- C. Menggunakan kalimat yang lengkap untuk mengutarakan suatu pikiran
---- D. Menyimpulkan pokok-pokok pikiran yang penting
Page 82 of 91
Contoh penskoran tugas penilaian produk:
No Kriteria skor
b c k
1. Ada gambar rancangan model
2. Bahan tertulis dalam model
3. Spesifikasi bahan tertulis
4. Unsur estetika
Kriteria penskoran :
B = gambar proporsional, bahan tertulis lengkap, spesifikasi bahan jelas
C = gambar kurang proporsional, bahan tertulis kurang lengkap, spesifikasi bahan
kurang jelas
K = gambar tidak proporsional, bahan tertulis tidak lengkap, spesifikasi bahan
tidak jelas
PENGOLAHANDATA
Jika pembahasan data sesuai tujuan penelitian
Jika pembahasan data kurang menggambarkan tujuan penelitian
Jika sekedar melaporkan hasil penelitian tanpa membahas data
PELAPORAN TERTULIS
Jika sistimatika penulisan benar, memuat saran, bahasa komunikatif.
Jika sistimatika penulisan benar, memuat saran, namun bahasa kurang komunikatif
Jika penulisan kurang sistimatis, bahasa kurang komunikatif, kurang memuat saran
Page 83 of 91
Contoh portofolio
Nama siswa :
Mata pelajaran : B.Indonesia
Alokasi waktu : 1 semester
No SK / KD Periode
Kriteria Keterangan
Tata bahasa
Kosakata Kelengkapan gagasan
Sistematikapenulisan
1. Menulis karangan deskriptif
30/7
10/8
dst.
2. Membuat resensi buku
1/9
30/9
10/10
Dst.
Contoh format penilaian sikap pada praktik IPA.
No. Nama Perilaku Nilai Ketrg
Bekerjasama
Berinisiatif PenuhPerhatian
Bekerjasistematis
1. Ruri
2. Tono
3. ....
Penilaian Diri (Self Assessment)
Menilai diri sendiri berkaitan dengan status, proses, tingkat pencapaian
kompetensi yang dicapainya.
Contoh penilaian diri
PARTISIPASI DALAM DISKUSI KELOMPOK
Nama : -------------------------------------------------
Nama-nama anggota kelompok : ----------------------------------------------
Kegiatan kelompok : -----------------------------------------------
Page 84 of 91
Isilah pernyataan berikut dengan jujur. Untuk No. 1 s.d. 5, tulislah huruf
A,B,C atau D di depan tiap pernyataan:
A : selalu C : kadang-kadang
B : sering D : tidak pernah
1. -------- Selama diskusi saya mengusulkan ide kpd klp utk didiskusikan
2. -------- Ketika kami berdiskusi, tiap org diberi kesempatan
mengusulkan sesuatu
3. -------- Semua anggota kelompok kami melakukan sesuatu selama
kegiatan
4. -------- Tiap orang sibuk dengan yang dilakukannya dalam kelompok
saya
5. --------- Selama kerja kelompok, saya….
--------- mendengarkan orang lain
--------- mengajukan pertanyaan
--------- mengorganisasi ide-ide saya
-------- mengorganisasi kelompok
-------- mengacaukan kegiatan
-------- melamun
6. Apa yang kamu lakukan selama kegiatan berlangsung?
--------------------------------------------------------------------------------
SUMBER: Forster & Masters.1996.
Page 85 of 91
8SILABUS
Kompetensi akhir : 1. Membuat silabus
2. Mengembangkan RPP
Indikator : 1. Menganalisis konsep silabus2. Menyebutkan komponen-komponen silabus3. Mengembangkan silabus tematik4. Membandingkan format silabus KTSP dengan
Kurikulum 20135. Menyusun RPP
1. Pengertian Silabus
Dasar pengembangan silabus adalah PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 17 Ayat (2),
yang isinya Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah,
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan
kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas
kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA,
dan SMK, dan departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama
untuk MI, MTs, MA, dan MAK.
Dalam pembuatan silabus, tugas guru adalah menjabarkan standar kompetensi
dan kompetensi dasar. Menurut Peraturan Pemerintah tersebut, Pasal 20, Perencanaan
proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran,
sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.
Sebagai guru, Anda diharapkan memiliki bekal pengetahuan dan teknik
pengembangan silabus. Anda sebagai guru adalah orang yang paling tahu tentang
kondisi kelas sehingga silabus benar-benar sesuai dengan kondisi kelas tempat Anda
mengajar. Apabila secara individu belum mampu membuat silabus sendiri, Anda
dapat membuatnya dalam kelompok guru kelas/mata pelajaran, atau kelompok kerja
guru (KKG/MGMP).
Page 86 of 91
Pengembangan silabus memerlukan pemahaman materi, aspek pembelajaran,
dan komponen silabus. Unit pengembangan silabus mata pelajaran ini ditekankan
pada pemahaman komponen-komponen silabus dan dilanjutkan langsung dengan
praktik penyusunan silabus. Anda dapat mengekspresikan pemahaman Anda tentang
bidang studi dan pembelajaran ketika menyusun silabus. Melalui diskusi dengan
sesama mahasiswa, Anda diharapkan memiliki bekal yang cukup untuk
mengembangkan dan menularkan kecakapan pengembangan silabus ini kepada guru-
guru lain di daerah. Untuk keperluan di atas Anda juga akan dibekali dengan cara
menilai silabus.
Menurut BSNP (2006), silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu
dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan inidkator pencapaian kompetensi
untuk penilaian. Sedangkan menurut Kurikulum 2006 (Standar Isi), silabus adalah
jabaran standar isi dan kompetensi dasar ke dalam indikator, waktu yang diperlukan
untuk mencapai kompetensi dasar, pengalaman belajar (learning experience) yang
bisa diselenggarakan oleh guru untuk peserta didik, penilaian untuk kompetensi dasar
dan indikatornya, serta sumber belajar yang disarankan.
Dengan demikian, silabus merupakan jabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dilihat dari definisi tersebut,
silabus sebenarnya merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. Dengan demikian,
silabus berisikan komponen pokok yang dapat menjawab pertanyaan: (1) Kompetensi
apa yang akan dikembangkan pada siswa? (2) Bagaimana cara mengembangkannya?
dan (3) bagaimana cara mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah dicapai siswa?
Dengan pengertian di atas, bisakah Anda membedakan silabus dengan perencanaan
pembelajaran pada kurikulum sebelumnya? Cobalah Anda kerjakan latihan berikut
sebelum membaca uraian selanjutnya.
Page 87 of 91
2. Prinsip-prinsip pengembangan silabus
a. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
b. Relevan
Cakupan, kedalama, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam
silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual social emosional,
dan spiritual peserta didik.
c. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam
mencapai kompetensi.
d. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar,
indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem
penilaian.
e. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem
penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
f. Aktual dan konstektual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan
sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni
mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
g. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik,
pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan
masyarakat.
h. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif,
psikomotor).
Page 88 of 91
3. Contoh Model Silabus
Dalam menyusun silabus dapat memilih salah satu format yang ada di antara
dua format di bawah.
Format 1
SILABUS
Nama sekolah :…………………………………..
Mata pelajaran :…………………………………..
Kelas/semester :…………………………………..
Standar kompetensi :…………………………………..
Kompetensi
dasar
Materi
pokok
Kegiatan
pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi
waktu
Sumber
belajar
Format 2
SILABUS
Nama sekolah :…………………………………..
Mata pelajaran :…………………………………..
Kelas/semester :…………………………………..
I. Standar Kompetensi :…..
II. Kompetensi Dasar :…..
III. Materi Pokok :…..
IV. Kegiatan Pembelajaran :…..
V. Indikator :…..
VI. Penilaian :…..
VII. Alokasi Waktu :…..
VIII. Sumber Belajar :…..
Page 89 of 91
4. Pengembangan Silabus Berkelanjutan
Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh
masing-masing guru. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara
berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil evaluasi hasil belajar,
evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana
pembelajaran.
Sedangkan silabus pada kurikulum 2013 berupa tema-tema yang sudah
memiliki penjabaran, hanya pada RPP guru dapat mengembangkan sesuai dengan
kondisi dari sekolah, daerah ataupun kebutuhan peserta didik. Di sinilah dituntut
kreativitas guru untuk mengembangkan kurikulum berdasarkan kebutuhan, sehingga
guru perlu melakukan analisis kebutuhan agar proses pembelajaran sesuai dengan
silabus.
Berikut ini contoh format silabus dan RPP kurikulum 2013
SILABUS
Kelas :
Tema/subtema :
Kompetensi
Dasar
Indikator Kegiatan Pembelajaran dan
Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
Page 90 of 91
RPP
Satuan Pendidikan :
Kelas/Semester :
Tema/Subtema :
Pertemuan ke :
Alokasi Waktu :
A. Kompetensi Inti :
B. Kompetensi Dasar :
C. Indikator Pencapaian Kompetensi :
D. Tujuan Pembelajaran :
E. Materi Ajar :
F. Metode Pembelajaran :
G. Kegiatan Pembelajaran :
H. Alat dan Sumber Belajar :
- Alat dan Bahan
- Sumber Belajar
I. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
- Teknik
- Bentuk
- Instrument (tes dan nontes)
- Kunci dan pedoman penskoran
- Tugas
Latihan Buatlah dan kembangkan RPP dari Kurikulum 2013 untuk kelas 1, 2, 4 dan kelas 5!
Page 91 of 91
DAFTAR PUSTAKA
1. BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta
2. Dakir. 2001. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. FIP UNY.3. Lise Chamisijatin, dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum SD.pdf. Dirjen
Dikti. Depdiknas4. Mohd Ansyar dan Nurtain. 1992/1993. Pengembangan dan Inovasi
Kurikulum. Depdikbud Dirjen Dikti.5. Nasution. 2008. Asas-asas Kurikulum. Jakarta. Bumi Aksara6. Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar Proses.7. Permendikbud No. 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian.8. Permendikbud No.67 Tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum
SD-MI.9. Permendikbud tahun 2014 nomor 103 lampiran 2. Pdf10. Permendikbud tahun 2014 nomor 104 lampuran. Pdf11. Peter F.Oliva. 1992. The Developing Curriculum. Scott Foresman and
Company. Glenview.12. Tim Pengembang Kurikulum. 2007. Inovasi Kurikulum: Jurnal Himpunan
Pengembang Kurikulum Indonesia. Bandung. Hipkin.