Buat Aan
-
Upload
muh-anugerah-yusro -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
description
Transcript of Buat Aan
![Page 1: Buat Aan](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071805/563db9c3550346aa9a9fabe2/html5/thumbnails/1.jpg)
VITAMIN K ANTAGONIS
Derivatif coumarin merupakan satu-satunya obat yang tersedia untuk terapi
antikoagulan oral (warfarin di Amerika Utara dan phenprocoumon di Eropa).
Derivatif coumarin merupakan antagonis vitamin K yang menghambat
carboxylation dari zymogens serin protease, termasuk protrombin, Faktor VII, IX,
X, protein C, dan protein S. Domain γ-terkarboksilasi (disebut Gla-domain)
sangat penting untuk fungsi enzimatik protein vitamin K-dependent karena
domain protein ini mengikat ion kalsium pada permukaan fosfolipid yang
bermuatan negatif. Coumarin dapat mengurangi aktivasi enzimatik protease serin,
tetapi coumarin tidak dapat langsung mengaktivitas trombin antagonis yang
berbeda dengan heparin-AT kompleks. Masing-masing prokoagulan (protrombin,
Faktor VII, IX, X) dan antikoagulan (protein C dan S) protein dapat
mempengaruhi, tetapi efek klinis vitamin K antagonis adalah sebagai antikoagulan
karena generasi trombin ditekan oleh protrombin nonfungsional dan Faktor X.
Namun, selama induksi antikoagulan oral, fungsi Faktor VII dan protein C akan
cepat menghilang karena waktu paruh yang pendek (6-9 jam), tetapi protrombin
dan Faktor X terus befungsi selama 2-3 hari (waktu paruh masing-masing 42-72
jam, dan 27- 48 jam). Meskipun PT dan rasio normalisasi internasional (RNI)
dapat diperpanjang dengan menurunkan Factor VII, generasi trombin secara in
vivo dengan menurunkan faktor X, dan protrombin yang bisa diperpanjang selama
induksi coumarin. Normalnya trombin yang teregulasi dari pembentukannya
melalui aktivasi APC (yaitu, inaktivasi fVa dan fVIIIa) setelah mengikat endotel
thrombomodulin (Gbr. 4), tetapi menurunkan protein C yang dapat membuat
generasi trombin unsuppressed. Limb gangren dan nekrosis kulit telah sedikit
dilaporkan namun merupakan komplikasi trombotik yang serius dari coumarin.
Penggunaan coumarin tidak dianjurkan pada fase akut trombosis (misalnya,
heparin-induced trombositopenia [HIT]), dan induksi coumarin saling tumpang
tindih dengan heparin (jika tidak ada kontraindikasi) atau direct thrombin inhibitor
(DTIs) untuk menekan aktivitas trombin.
Coumarin efektif sebagai antikoagulasi untuk pasien dengan katup prostetik
jantung, fibrilasi atrium, dan stroke iskemik. Sehingga sulit untuk
![Page 2: Buat Aan](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071805/563db9c3550346aa9a9fabe2/html5/thumbnails/2.jpg)
mempertahankan rentang terapi coumarin (INR 2,0-4,0), dan begitu juga dengan
keseimbangan hemostatik karena metabolisme coumarin yang dipengaruhi oleh
faktor genetik, berbagai obat-obatan, dan pola makan. Perdarahan di saluran
pencernaan dan saluran kemih terjadi sampai 6,5% dari pasien yang diobati
dengan coumarin setiap tahun, sedangkan perdarahan intrakranial, komplikasi
yang paling serius, terjadi sekitar 1% dari pasien setiap tahunnya. Prosedur terapi
coumarin pada pasien yang menjalani operasi sangat sulit karena pemulihan
fungsi hemostatik membutuhkan beberapa hari, dapat berpotensi terjadi
perdarahan atau trombosis. Warfarin umumnya dihentikan 4 hari sebelum operasi
untuk memungkinkan RNI yang akan dinormalisasi pada hari operasi.
Penggunaan vitamin K saja tidak sama degan coumarin karena onset lambat
kerjanya (4 - 6 jam setelah pemberian IV). Plasma bekuan segar yang paling
sering digunakan untuk tujuan ini di Amerika Serikat, tetapi harus sebanyak 30
mL / kg diperlukan untuk mencapai tingkat hemostatik faktor vitamin K-
dependent. Konsentrasi dari faktor vitamin K-dependent tersedia di sebagian besar
negara-negara Eropa (dikenal sebagai konsentrat kompleks protrombin, yang saat
ini tidak disetujui di Amerika Serikat). Konsentrasi faktor ini tidak membutuhkan
penyimpanan yang besar dan juga waktu yang dibutuhkan untuk persiapan
(thawing dan cross-matching) pada pasien bedah yang berisiko tinggi.
HEPARIN, LMWH, DAN FONDAPARINUX
Heparin adalah campuran dari glikosaminoglikan dengan berbagai berat molekul
(3000 -30000 Da). Heparin menggunakan antikoagulan dengan mengikat AT,
yang beredar dalam plasma pada konsentrasi tinggi (150 mg / mL, 2,6 M) relatif
terhadap protrombin (90 ug / mL, 1,4 M) atau X Factor (10 _g / mL, 0,17 _M).
Fraksi berat molekul tinggi dari heparin mengkatalisis 1: 1 interaksi antara AT
dan trombin, sedangkan fraksi berat molekul rendah mengkatalisis interaksi antara
AT dan Faktor Xa (FXA). Meskipun efek antikoagulan ini kuat, tetapi ada batasan
terkait dengan heparin, termasuk waktu paruh yang relatif singkat (30 -90 menit)
setelah injeksi IV, farmakokinetik yang tidak terduga dengan pemberian subkutan,
hipersensitivitas, dan trombositopenia. LMWH terdiri dari heparin terfraksi
![Page 3: Buat Aan](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071805/563db9c3550346aa9a9fabe2/html5/thumbnails/3.jpg)
dengan panjang rantai pendek (4000 - 6000 Da). Dibandingkan dengan heparin
tak terfraksi, LMWH dan fondaparinux memiliki keunggulan dalam
bioavailabilitas yang sangat baik, waktu paruh yang panjang (3- 6 jam),
mengurangi frekuensi HIT, dan mengurangi terjadinya perdarahan . Dengan
begitu, LMWH dan fondaparinux semakin kuat sebagai profilaksis standar untuk
trombosis vena pada pasien perioperatif (Tabel 4).
LMWH lebih selektif terhadap FXA dibandingkan dengan heparin karena unit
sakarida yang panjang diperlukan untuk menjembatani trombin (Exosite II) dan
AT. Fondaparinux adalah LMWH sintetis yang terdiri dari lima rantai sakarida
(pentasaccharides). AT terikat Fondaparinux eksklusif menghambat FXA. Agen
ini sangat efektif dalam menghambat prokoagulan FXA, dan dengan demikian,
secara in vivo koagulasi yang dipicu oleh TF-fVIIa sangat efektif. Namun, PT
dan aPTT tidak sensitif terhadap terapi LMWH dan fondaparinux karena
suprafisiologi produksi Faktor Xa di PT / aPTT. Uji aktivitas anti-Xa diperlukan
untuk mengukur LMWH dan efek antikoagulan fondaparinux. Meskipun
komplikasi pendarahan besar yang terjadi pada LMWH dan fondaparinux
dibandingkan dengan heparin, aktivitas anti-Xa dari AT dihasilkan dari senyawa-
senyawa yang tidak mudah kembali dengan protamin sulfat. Risiko perdarahan
juga dapat meningkat jika obat ini tidak dihentikan selama 12-24 jam sebelum
prosedur invasif.
Tidak seperti heparin, LMWH terutama diekskresikan dalam ginjal, dan
pengurangan dosis untuk LMWH harus dipertimbangkan untuk menghindari
komplikasi perdarahan pada pasien dengan kreatinin klirens <30 mL / menit.
Heparin dan turunannya sangat berguna dalam pencegahan trombosis baik akut
maupun kronis trombosis, tetapi heparin dan turunannya tergantung pada AT, dan
SERPIN endogen dapat menimbulkan beberapa masalah. Efektifitas kerja heparin
dapat berkurang ketika AT aktivitasnya rendah (<60%). Meskipun kekurangan
AT secara congenital itu jarang, kekurangan AT diamati pada 10% -20% dari
pasien yang operasi jantung, yang sangat umum pada orang yang menerima terapi
heparin sebelum operasi karena heparin meningkatkan laju AT turnover. Kondisi
klinis lain yang terkait dengan rendah AT adalah termasuk kehamilan, luka bakar
![Page 4: Buat Aan](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071805/563db9c3550346aa9a9fabe2/html5/thumbnails/4.jpg)
yang parah, disfungsi hati, sindrom nefrotik, sepsis, dan penggunaan estrogen,
atau L-asparaginase. Heparin mengikat sejumlah protein plasma (LMWH untuk
tingkat yang lebih rendah), termasuk faktor trombosit 4 (PF4, sebuah kemokin
dilepaskan dari trombosit). Sekitar 50% pasien yang menerima heparin selama
operasi jantung, antibodi IgG terhadap heparin-PF4 kompleks dapat dideteksi
dengan menggunakan uji antibodi imunologi. Hanya sebagian kecil dari pasien
jantung operasi (1% -3%), trombositopenia dan prothrombotic dikenal sebagai
perkembangan dari HIT. Sebuah insiden yang lebih tinggi (5%) dari HIT telah
dibuktikan pada pasien bedah ortopedi yang menerima heparin untuk
thromboprophylaxis selama lebih dari 2 minggu. Secara In vivo, kompleks PF4-
heparin pada trombosit dapat mengaktifkan trombosit dengan cross-linking
reseptor Fc RIIA dan kalsium mobilisasi resultan (Gbr. 5)berdasarkarkan laporan,
granul trombosit dan prokoagulan mikropartikel yang mendukung generasi
trombin. Dengan demikian, HIT secara umum merupakan prokoagulan meskipun
terjadi trombositopenia sedang (nadir count, 50- 60 X 103 mm-3). Jika HIT
dicurigai dan titer antibodi HIT yang didapat, heparin dan LMWH harus
dihentikan dan penggunaan DTIs harus dipertimbangkan. Dari sejarah perjalanan
HIT itu sedikit (> 3 mo) dan titer antibodi rendah, HIT dianggap aman untuk
diberikan dengan heparin, terutama untuk prosedur cardiopulmonary bypass. Hal
ini karena respon imun dari HIT tidak terkait dengan respon anamnestic.
PENGHAMBAT TROMBIN DIRECT
Setelah aktivasi proteolitik oleh FXA, trombin cepat mengikat trombosit dan
fibrinogen melalui Exosite I (situs anion-mengikat, Gambar. 6) nya. Trombin
mengaktifkan platelet dengan membelah reseptor PAR1 dan PAR4 pada
permukaan trombosit dan menghasilkan fibrin dengan melepaskan
Fibrinopeptides A dan B. DTIs bersaing dengan trombosit dan fibrinogen untuk
trombin Exosite I dan / atau situs katalitik (Tabel 4;. Gambar 6). Argatroban
adalah inhibitor katalitik trombin, sedangkan bivalirudin dan lepirudin adalah
inhibitor bivalen yang menempati kedua Exosite I dan tempat aktif (Gbr. 6). DTIs
menggunakan aktivitas antikoagulan independen dari endogen AT, dan agen ini
![Page 5: Buat Aan](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071805/563db9c3550346aa9a9fabe2/html5/thumbnails/5.jpg)
memiliki ukuran molekul yang lebih kecil dibanding dengan heparin (Tabel 4).
Dengan demikian, DTIs menghambat trombin menuju fibrin, sedangkan kompleks
heparin-AT tidak. Indikasi DTIs termasuk antikoagulan pada HIT, intervensi
koroner perkutan, dan kontraindikasi heparin lainnya (misalnya, alergi).
DTIs menggunakan aktivitas antitrombotik yang potensial pada sirkulasi arteri
dan vena dengan mencegah trombin dari pengaktifan trombosit, Faktor V, dan
VIII.128,129 Pada pasien dengan HIT, DTIs efektif dalam mengurangi
komplikasi trombotik, termasuk penurunan masa tubuh. Komplikasi perdarahan,
terutama dari overdosis merupakan perhatian pada pasien DTI yang diobati
karena saat ini belum ada obat penawar yang tersedia. Penyesuaian dosis pada
aPTT sangat penting untuk mengurangi komplikasi hemoragik ketika inhibitor
bivalen digunakan pada pasien dengan gangguan ginjal. Argatroban
membutuhkan pengurangan dosis pada pasien dengan insufisiensi hati.
Perbedaan berat molekul DTIs memiliki implikasi klinis. Antikoagulasi dengan
DTIs ini memonitor penggunaan aPTT untuk mempertahankan dua sampai tiga
kali lipat peningkatan aPTT lebih awal. Meskipun masing-masing lepirudin dan
argatroban digunakan pada konsentrasi yang sama di HIT terisolasi, konsentrasi
molar argatroban jauh lebih tinggi dari lepirudin. Hasil PT yang panjang dari
banyak penghambatan trombin dengan jumlah yang lebih tinggi dari molekul
argatroban dibandingkan dengan lepirudin dalam tingkat terapeutik. Uji
fibrinogen plasma menggunakan metode Clauss juga lebih rentan terhadap
argatroban daripada lepirudin karena ditambahkan reagen trombin sapi yang
diharapkandalam jumlah yang lebih tinggi dari molekul argatroban dalam tingkat
terapeutik.
Meskipun ximelagatan merupaka inhibitor trombin oral yang pertama,
ximelagatan digunakan kembali karena disfungsi hati terkait obat baik oral
maupun IV DTIs sedang dilakukan uji klinis. Derifat baru dari obat diberikan
secara oral (langsung) inhibitor Xa (misalnya, rivaroxaban dan apixaban, Tabel 4)
merupakan obat yang paling jauh sepanjang pembuatan obat. Armamentarium
berbeda kelas dengan anti-Xa dan obat DTI yang lebih baik dari terapi
![Page 6: Buat Aan](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071805/563db9c3550346aa9a9fabe2/html5/thumbnails/6.jpg)
antitrombotik yang tergantung pada farmakokinetik, jenis intervensi, dan kondisi
yang mendasarinya.
OBAT FIBRINOLITIK
Intervensi cepat dengan obat fibrinolitik dapat menyelamatkan nyawa pada pasien
dengan emboli paru, stroke iskemik (misalnya, oklusi arteri serebral tengah), dan
pada pasien yang menderita miokard akut tanpa intervensi langsung koroner
perkutan. Komplikasi perdarahan (5% -30%) dapat terjadi apabila fibrinolitik
yang disuntikkan secara sistemik atau langsung ke arteri yang terkena.
Fibrinolitik yang tersedia adaah streptokinase, urokinase, dan TPA. Obat ini
mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin, protease serin yang mendegradasi
fibrin (Ogen) dan Faktor V dan VIII. Dalam praktek klinis, TPA ini paling sering
digunakan karena efek katalitik terlokalisasi pada aktivasi plasminogen kepada
fibrin. Aliran darah ke trombus sangat penting untuk pengiriman TPA, dan
dengan demikian, aktivasi lokal dari fibrinolisis melalui pemberian obat melalui
kateter langsung secara teoritis lebih menguntungkan daripada pemberian
sistemik.
TPA-induced fibrinolisis biasanya diatur oleh inhibitor protease. PAI-1 adalah
inhibitor protease serin disintesis di hati dan di endotelium, dan ekspresinya
meningkat apabila terjadi inflamasi. PAI-1 dengan cepat mengikat dan
menetralkan tPA dalam plasma; PAI-1 juga menghambat urokinase tapi tidak
menghambat streptokinase. Masing-masing plasminogen dan TPA mengikat yang
bermuatan positif pada residu lisin yang diekspresikan pada permukaan fibrin.
Sama dengan prokoagulan aktivasi serin protease pada permukaan trombosit
bermuatan negatif, tPA yang berikatan dengan fibrin efektif mengkatalisis aktivasi
plasmin. Dalam sirkulasi sistemik, plasmin cepat dihambat oleh o2-antiplasmin,
tapi plasmin yang berikatan dengan fibrin lebih tahan terhadap α2-antiplasmin
(Gbr. 7). Trombin memodulasi aktivasi fibrinolitik dengan mengaktifkan FXIIIa
dan TAFI. Plasma Faktor XIII beredar di heterotetramer dari dua subunit A dan
dua subunit B (trombosit juga mengandung Faktor XIII A subunit dalam
sitoplasma mereka). Monomer fibrin yang cross-linked subunit A aktif dari
![Page 7: Buat Aan](https://reader036.fdocument.pub/reader036/viewer/2022071805/563db9c3550346aa9a9fabe2/html5/thumbnails/7.jpg)
Factor XIIIa, yang membuat fibrin lebih resisten terhadap cross-linked o2-
antiplasmin dan TAFI terhadap fibrin. Konsentrasi trombin yang tinggi (sekitar
150 nM) yang dicapai trombus pada aktivasi TAFI, dan aktifasi TAFI residu lisin
dari permukaan fibrin, sehingga mencegah pengikatan tPA dan plasminogen.
APC DAN THROMBOMODULIN
Generasi trombin untuk hemostasis terjadi secara lokal pada individu sehat karena
kegiatan antikoagulan sel endotel menghambat pelepasan sistemik trombin dan
protease prokoagulan lainnya. APC adalah protease serin unik yang diberikan
sebagai antikoagulan dan kegiatan antiinflamasi.Protein C zymogen dalam plasma
sekitar 4 -5 mg / mL (0,08 M) dan proteolitik diaktifkan oleh trombin. Dalam
trombus, tingkat aktivasi protein C terbatas karena tingkat fibrinogen plasma
tinggi (2500 mg / mL, 7,6 M), dan tahap terakhir dibelah oleh trombin. Namun,
ketika trombin plasma bebas mengikat endotel thrombomodulin, protein C dapat
lebih aktif untuk APC sebagai akibat dari thrombomodulin memblokir fibrinogen
yang mengikat trombin Exosite I (Gambar. 4 dan 6). APC inactivates Factor Va
dan Faktor VIIIA, masing-masing kofaktor penting dalam terbentuknya generasi
trombin (Gbr. 2B). Fungsi protein S sebagai kofaktor untuk aktivitas enzimatik
dari APC. Yang membahayakan, pada tingkat protein C plasma rendah
berhubungan dengan trombosis, seperti di fulminans purpura dan nekrosis kulit
pada emberian warfirin. Pada uji ramdomized trials secara prospektif dari APC
pada pasien septik sakit berat telah menunjukkan APC mengurangi tingkat
kegagalan organ secara multiple dan dari kematian. Pada keadaan sepsis ini
dikaitkan dengan anti-inflamasi (bukan antikoagulan) aktivitas APC. Peran
antiinflamasi dari APC dimediasi oleh aktivasi endotel reseptor protein C, akan
dipicu oleh sinyal cytoprotective intraseluler.